Anda di halaman 1dari 5

KAJIAN PUSTAKA

Dalam tanah dan tubuh tumbuhan tingkah laku dan pergerakan air didasarkan atas suatu
hubungan energi potensial. Air mempunyai kapasitas untuk melakukan kerja, yaitu akan bergerak dari
daerah dengan energi potensial tinggi ke daerah dengan energi potensial rendah. Energi potensial dalam
sistem cairan dinyatakan dengan cara membandingkannya dengan energi potensial air murni. Secara
kimia, air dalam tumbuhan dan tanah biasanya tidak murni itu disebabkan oleh adanya bahan terlarut dan
secara fisik dibatasi oleh berbagai gaya, seperti gaya tarik-menarik yang berlawanan, gravitasi, dan
tekanan. Maka dari itu energi potensialnya lebih kecil dari pada energi potensial air murni
(Gardner, 1991).
Volume air yang besar memiliki energi bebas daripada volume yang lebih kecil pada kondisi
sama. Perubahan energi bebas setelah ada substansi pada bahan tertentu disebut potensial kimia. Potensial
kimia adalah energi bebas per mol substansi didalam suatu sistem kimia. Oleh karena itu, potensial kimia
suatu senyawa dibawah kondisi tekanan dan temperatur konstan tergantung kepada jumlah mol substansi
yang ada. Dalam hubungan air dan tanaman potensial air dinyatakan dengan istilah potensial air. Yaitu
efek dari hubungan antara tekanan dan zat terlarut. Jika potensial kimia dapat dinyatakan sebagai ukuran
dari energi yang tersedia didalam air untuk bergerak, maka potensial air merupakan tingkat kemampuan
air untuk berdifusi. Pada potensial air, air bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah (dari larutan
encer ke larutan pekat, larutan encer lebih banyak mengandung air daripada larutan pekat) (Filter, 1989).
Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air, suatu ukuran datat yang
menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau
dari suatu bagian ke bagian lain dalam suatu sistem. Potensial air mungkin merupakan parameter yang
paling bermanfaat untuk diukur dalam hubungannya dengan sistem tanah, tanaman dan atmosfir.
Komponen-komponen potensial air atau jaringan adalah sebagai berikut :
w = s + p + m
(PA = PO + PT + PM)
Dimana w = potensial air suatu tumbuhan
s = potensial osmotik
p = potensial tekanan atau turgor
m = potensial matriks (Ismail, 2011).
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan status
air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semakin rendah potensial dari suatu sel atau jaringan tumbuhan,
maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin
tinggi potensial air, semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada sel yang
mempunyai kandungan air lebih rendah (Sasmitamihardja, 1990).
Dalam suatu sel, potensial air mempunyai dua komponen yaitu potensial tekanan dan potensial
osmotik. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air, sedangkan potensial osmosis
menunjukkan status larutan di dalam sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tersebut ke dalam
larutan yang telah di ketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tunbuhan tersebut dapat
diketahui. Kelangsungan hidup sel tumbuhan bergantung pada kemampuannya untuk menyeimbangkan
pengambilan dan pengeluaran air. Pengambilan atau pengeluaran air oleh suatu sel terjadi melalui
osmosis. Osmosis merupakan proses gerakan cairan dari suatu larutan menembus membrane
semipermeabel. Dalam hal sel tumbuhan, proses osmosis dapat berlangsung dari luar masuk ke dalam sel
( endoosmosis ) atau dari dalam sel keluar ( eksosmosis ). Potensial air murni adalah 0, apabila tekanan
disekitar system dinaikkan atau diturunkan, maka secara otomatis nilai potensial air juga akan naik atau
turun sesuai perubahan itu. Pada sel tumbuhan dapat kehilangan air atau dehidrasi apabila potensial air
diluar sel lebih rendah daripada didalam sel tersebut atau sering disebut dengan plasmolisis.
Potensial osmotik (solut) merupakan potensial kimia yang disebabkan adanya materi yang terlarut.
Potensial osmotik selalu memiliki nilai negatif, hal ini disebabkan karena cenderung bergerak
menyeberangi membran semi permeabel dari air murni menuju air yang mengandung zat terlarut
(Lambers, dkk, 1998).
Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oelah 4 macam komponen potensial, yaitu
gravitasi, matriks, osmotic dan tekanan. Potensial gravitasi bergantung pada air didalam daerah gravitasi .
potensial matriks bergantung pada kekuatan mengikat air saat penyerapan. Potensial osmotic bergantung
pada hidrostatik atau tekanan angin dalam air.
Hubungan antara nilai Potensial Air (PA), Potensial Tekanan (PT) dan Potensial Osmotik (PO) adalah :
PA = PO + PT
Jika konsentrasi antara lingkungan di dalam sel dan di luar sel telah mencapai keseimbangan
maka sudah tidak ada lagi potensial tekanan yang terjadi. Oleh karena itu persaman diatas menjadi :
PA = PO
Keterangan :
PA = Potensial Air
PO = Potensial Osmotik
Rhoe discolor merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh didaerah tropis. Umumnya tanaman ni
tumbuh didaerah dingin dan cukup air. Tanaman ini tidak dapat tumbuh didaerah tanah yang jenuh atau
tergenang karena batang dan daunnya akan cepat membusuk, dan tanaman ini juga tidak dapat tumbuh
didaerah yang kurang air karena daun dan batangnya akan mengerdil. ( Fahn, 1991 ) .
Rhoe mempunyai jaringan yang terdiri dari sel-sel yang bentuknya sama dapat juga melakukan
fungsi khusus yang dapat juga bersama jaringan lain membentuk fungsi yang lebih kompleks.
Pertumbuhan dari tanaman ini sangat penting pada aktivitas jaringan meristem. Dan jaringannya terbagi
dua yang berdasarkan kemampuan untuk tumbuh dan memperbanyak diri yaitu jaringan meristem dan
jaringan yang permanen ( Fahn, 1991 ).
Jika sebatang tanaman air tawar atau darat diletakkan ke dalam air laut sel selnya dengan cepat
kehilangan turgornya dan tanaman tersebut menjadi layu. Hal ini disebabkan karena air laut itu
hipertonik terhadap sitoplasma. Dengan demikian air berdifusi dari sitoplsama ke air laut sehingga sel
sel itu mengkerut. Keadaan ini disebut Plasmolisis. ( Kimball, 1994 ) .
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya
sebagian air dari vakuola. Keadaan volume vakuola tepat untuk menahan protoplasma agar tetap
menempel pada dinding sel, sehingga kehilangan air sedikit saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari
dinding sel. Peristiwa plasmolisis semacam ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien dapat
dikenali jika dalam suatu larutan dijumpai sekumpulan sel yang 50% berplasmolisis dan 50% tidak
berplasmolisis. Dalam hal ini digunakan nilai rata-rata karena potensial osmosis sel-sel tersebut tidak
sama. Maka tujuan dari percobaan ini yaitu menghitung tekanan osmosis cairan sel. Hal ini terjadi karena
tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial
osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992).
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto
ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan
lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi
sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh
ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan
ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami
plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses
plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis.
Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan
tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan
mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang
menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan
plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat
masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).
Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan di luar sel bersifat
hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke dalam sel sehingga antara kedua cairan
bersifat isotonus. Apabila suatu sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus terhadap sitoplasma,
maka air di dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel,
hal ini disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonus, maka air
akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali mengembang hal ini disebut deplasmolisis
(Dwidjoseputro, 1978).























DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.

Fahn. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.

Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta.

Kimball, J.W. 1999. Biologi Edisi Pertama. Erlangga: Jakarta

Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition. Mc Graw Hill Company. New
York.

Anda mungkin juga menyukai