B
A
D
C
Gear ratio =
Dimana : A = Jumlah gigi roda gigi A
B = Jumlah gigi roda gigi B
B = Jumlah gigi roda gigi C
D = Jumlah gigi roda gigi D
E = Jumlah gigi roda gigi E
x
B
A
E
C
D
E
x
= x
B
A
D
C
B
A
C
D
OUT PUT
SHAFT
INPUT
SHAFT
IDLE SHAFT
E
B
A
C
D
OUT PUT
SHAFT
INPUT
SHAFT
Gerak Maju
69 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
Gambar Potongan Transmisi
2. Jenis-Jenis Transmisi
Transmisi yang digunakan pada automobil dapat digolongkan menjadi :
a. Transmisi Manual
Pemilihan tingkat percepatan pada transmisi model ini dilakukan dengan tangan
dengan cara memilih perkaitan roda gigi, sehingga transmisi ini juga disebut
transmisi model selective gear. Transmisi model ini mempunyai keuntungan :
kontruksi sederhana, harga murah, ukuran kecil dan kerusakan yang timbul lebih
mudah diperbaiki. Sedangkan kerugian dari transmisi model ini adalah perbandingan
roda gigi tidak kontinue (ada beberapa tingkat percepatan), memerlukan pemindahan
tingkat percepatan sesuai dengan kondisi jalan dan menimbulakan suara berisik.
INPUT SHAFT
SHIFT & SELECT SHAFT LEVER
LOCK BALL
SHIFTER SHAFT
FIRST GEAR
REVERSE GEAR
OIL SEAL
MAIN SHAFT
FRONT
BEARING
RETAINER
COUNTER SHAFT
COUNTER SHAFT
REAR BEARING
COUNTER SHAFT
DRIVE GEAR
Selective gear
(Transmisi manual)
Automatic
Transmission
Transmisi
Sliding mesh type
Constant mesh type
Synchromesh type
Fluid type
Electric type
70 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
1). Tipe Sliding Mesh
Pada model ini transmisi dilengkapi dengan gigi-gigi yang meluncur (sliding
gear) dengan ukuran yang bermacam-macam dan dipasang pada poros out put.
Pemilihan tingkat percepatan dilakukan dengan meluncurkan gigi-gigi ini ke
counter gear (gigi susun) untuk memperoleh perbandingan gigi (gear ratio yang
tepat). Transmisi model ini biasanya mempunyai 3 sampai 5 tingkat kecepatan
maju dan satu tingkat kecepatan mundur. Transmisi tipe ini banyak digunakan
pada sepeda motor dan mobil-mobil kecil pada kecepatan 1, kecepatan 2 dan
kecepatan mundur.
2). Transmisi Tipe Constant Mesh
Roda gigi selalu berpasangan dan pemilihan tingkat percepatan dilakukan
dengan memilih dan menghubungkan poros dengan pasangan roda gigi dengan
menggerakkan sebuah sleeve yang meluncur pada alur poros. Bagian ini
biasanya digunakan pada kecepatan mundur, kecepatan satu dan kecepatan 2
pada kendaraan berat.
INPUT SHAFT
LOW AND REVERSE
SLIDING GEAR
GEAR SHIFT FORK
SECOND GEAR
IDLE GEAR
LOW SPEED GEAR
COUNTER SHAFT
DRIVE GEAR
OUT PUT SHAFT
CLUTH
DRIVE GEAR
COUNTER SHAFT
REVERSE GEAR
SECOND SLIDING
GEAR
Sebelum Perpindahan gigi
Prinsip Kerja Transmisi Tipe Constans Mesh
COUNTER SHAFT
INPUT SHAFT
OUTPUT SHAFT
RODA GIGI
SELALU
BERHUBUNGAN
Setelah Perpindahan
gigi
71 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
3). Transmisi Tipe Synchromesh
Perpindahan tingkat percepatan pada transmisi model sliding mesh dan constant
mesh untuk memindahkan tingkat percepatan diperlukan waktu untuk menunggu
hingga kecepatan antara gigi-gigi yang akan berkaitan putarannya sama. Bila
putaran tidak sama maka perpindahan tingkat percepatan ini akan mengalami
kesulitan dan menimbulkan suara yang kasar dan akan mempercepat kerusakan
komponen transmisi. Sehingga untuk melayani transmisi ini diperlukan suatu
ketrampilan.
Untuk mengatasi masalah ini, alat synchromesh dipasang antara sleeve dan
roda gigi yang selalu berpasangan. Pada kendaraan berat, synchromesh
digunakan pada kecepatan dua, tiga atau diatasnya. Dengan penggunaan
transmisi model syncromesh ini, memungkinkan perpindahan gigi dengan
lembut dan cepat tanpa menimbulkan bahaya pada gigi-gigi.
b. Transmisi Otomatis
Pada transmisi model ini pemindahan tingkat percepatan akan berjalan sesuai
dengan kondisi medan yang dilalui secara otomatis. Transmisi otomatis ini
biasanya juga dilengkapi dengan kopling otomatis. Transmisi otomatis ini banyak
digunakan pada kendaraan-kendaraan ringan. Sebagai media pemindah kecepatan
biasanya digunakan fluida ataupun rangkaian elektronik. Transmisi ini mempunyai
SHAFT
GEAR
SYNCHRO
RING
GEAR
SHAFT
Sebelum Perpindahan gigi Selama perpindahan
gigi
Setelah perpindahan
gigi
Ring Synchro
ditekan ke arah
gigi yang dipilih
Roda gigi dihubungkan
setelah kecepatan
kedua gigi sama
Prinsip Kerja Transmisi Tipe Synchromesh
72 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
kelemahan kontruksi yang rumit, harga mahal dan kalau terjadi kerusakan
penanganannya sulit. Dibawah ini merupakan salah satu contoh transmisi otomatis
yang menggunakan fluida sebagai pengontrol.
C. POROS PROPELLER
Transmisi mobil dipasang tetap (mati) pada mesin, tetapi poros roda belakang tidak
dipasang secara langsung pada rangka. Poros roda belakang dipasang melalui pegas
suspensi, hal ini menyebabkan poros roda belakang bergerak naik turun akibat keadaan
permukaan jalan maupun akibat perubahan beban. Hal ini menghasilkan variasi posisi
hubungan antara transmisi dan poros roda belakang. Saat kendaraan berbelok ke kiri atau
ke kanan, pegas juga mengalami bengkok ke kiri dan ke kanan. Karena itulah perlu
dipasang suatu alat pemindah tenaga yang dapat meneruskan tenaga dari transmisi ke
rear axle dengan lembut tanpa terpengaruh perubahan posisi rear axle dan transmisi. Alat
ini adalah poros propeller yang dilengkapi dengan universal joint.
Sistem Pemindah Tenaga
PROPELLER SHAFT
UNIVERSAL JOINT TRANSMISSION
CLUTCH
ENGINE
DIFFERENTIAL
REAR AXLE
PLANETARY GEAR UNIT
TORQUE CONVENTER
HYDRRAULIC CONTROL SYSTEM
73 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
Propeller yang digunakan pada kendaraan harus memenuhi syarat-syarat berikut:
Ringan, tahan terhadap puntiran dan kebengkokan
Dapat mengatasi perubahan jarak dan posisi antara transmisi dan propeller
Dapat berputar dengan halus dan lembut baik pada putaran tinggi maupun putaran
rendah
1. Kontruksi Propeller
Pada umumnya propeller shaft terbuat dari tabung pipa baja dimana pada ke dua
ujungnya dipasang penghubung yang berbentuk universal joint. Pada propeller yang
panjang umumnya terdiri dari 2 atau 3 bagian yang disambung dengan 3 atau 4
universal joint. Pada poros propeller yang panjang ini biasanya pada bagian tengah
disangga oleh sebuah bantalan penyangga yang disambungkan ke chassis / cross
member. Bantalan ini biasa disebut sebagai center bearing dan pada bantalan
tersebut dilengkapi dengan karet untuk meredam getaran afar tidak diteruskan ke bodi
/ rangka.
Kontruksi Universal Joint
Sambungan Poros propeller
2. Universal Joint
Berfungsi untuk mengatasi perubahan sudut dan jarak antara transmisi dan differential.
Universal joint umumnya dilengkapi dengan sleeve joint yang berupa alur-alur yang
terdapat pada ujung universal joint dan berfungsi untuk mengatasi perubahan jarak.
NEEDLE ROLLER BEARING
FLANGE YOKE
UNIVERSAL JOINT
BALANCE PIECE
SPIDE
PROPELLER SHAFT
74 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
Posisi Differential Pada Sistem Pemindah Tenaga
D. DIFFERENTIAL
Saat kendaraan sedang berbelok maka putaran roda penggerak (baik roda depan maupun
roda belakang) bagian kiri dan kanan berbeda. Bila tidak dibuat berbeda maka ada
kemungkinan salah satu ban akan terseret atau ada kemungkinan poros penggerak akan
patah. Hal ini dikarenakan jarak tempuh ke dua roda berbeda. Perbedaan putaran ini juga
terjadi saat kendaraan melewati jalan yang tidak rata. Untuk mengatasi masalah ini maka
roda penggerak dibagi menjadi 2 bagian dan diantara kedua poros tersebut dipasangkan
diferential. Dengan adanya differential maka kendaraan akan tetap stabil.
Menurut fungsinya komponen differential dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Final Gear
Final gear terdiri dari drive pinion dan ring gear. Final gear ini berfungsi untuk mereduksi
putaran dan meningkatkan momen sebelum tenaga penggerak dipindahkan ke poros
roda belakang dari poros propeller. Disamping itu juga merubah arah putaran sampai
90. Dengan adanya differential maka roda-roda gigi yang digunakan pada transmisi
dapat dibuat lebih kecil, sehingga bentuk transmisi dapat dibuat lebih kecil, dengan
demikian bentuk transmisinya juga menjadi kecil. Ada 2 jenis final gear yang digunakan
yaitu jenis spiral bevel gear dan hypoid bevel gear.
Spiral bevel gear mengacu pada jenis dimana sumbu roda gigi dan pinion penggerak
sejajar. Pada hypoid gear garis sumbu drive pinion dibuat lebih rendah dari garis
sumbu ring gear, sehingga posisi poros propeller dan lantai kendaraan dapat dibuat
lebih rendah, perkaitan gigi lebih baik, suara lebih halus dan kekuatan lebih besar.
Namun tipe hypoid ini proses pembuatanya lebih sulit, sehingga harganya lebih mahal.
Spiral bevel gear Hypoid gear
RING GEAR
PINION GEAR
OFFSET
Unit
Differential
Tipe Differential
75 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
2. Differential Gear
Differential gear mengacu pada alat yang berfungsi untuk mengatasi perbedaan putaran
antara roda kiri dan roda kanan ketika kendaraan berbelok. Seperti ditunjukkan dalam
gambar, jarak tempuh roda bagian dalam lebih kecil daripada roda bagian luar. Hal ini
disebabkan karena roda bagian luar harus berputar lebih banyak daripada roda bagian
dalam, kalau tidak mereka akan slip dan kendaraan tidak bisa berbelok dengan lembut.
Dengan membagi roda belakang menjadi dua bagian yang terpisah dan memasang
differential diantaranya, roda belakang bagian kanan dan kiri dapat berputar sendiri-
sendiri. Hal ini memungkinkan kendaraan dapat berbelok dengan mudah tanpa
menggunakan kekuatan yang terlalu besar pada poros dan roda, dan juga mencegah
kerusakan ban.
Prinsip Dasar Cara Kerja Unit Differential Gear
Untuk memudahkan pemahaman prinsip kerja dari roda gigi differential dapat
digunakan peralatan yang terdiri dari sebuah pinion gear dan 2 buah rack seperti
terlihat pada gambar dibawah. Kedua rack dapat bergerak bebas ke arah vertikal
pada dudukannya masing-masing. Pinion gear diletakkan diantara ke dua rack.
Pinion dihubungkan dengan sebuah batang penarik dan dapat digerakkan oleh
batang penarik. Roda gigi ini dapat bergerak bebas pada poros batang penarik.
OUTER WHEEL
INNER WHEEL
LARGE TURN
SMALL TURN
Perbedaan Jarak Tempuh Roda
BEBAN
LEBIH KECIL
BEBAN LEBIH
BERAT
BATANG PENARIK
PINION
RACK
Rack diberi beban berbeda Kedua rack diberi beban yang sama
76 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
Bila beban (W) yang beratnya sama diletakkan pada ke dua rack, kemudian batang
penarik ditarik ke atas maka kedua rack akan terangkat pada jarak yang sama
dengan gerakan batang penarik.
Tetapi bila beban yang lebih besar diletakkan pada rack sebelah kiri dan batang
penarik ditarik ke atas seperti gambar disamping, pinion akan berputar sepanjang
gerigi rack yang mendapat beban lebih berat disebabkan adanya perbedaan tahanan
yang diterima oleh pinion. Gerakan pinion ini akan menyebabkan rack yang
mendapat beban lebih kecil akan terangkat. Jarak rack yang terangkat sebanding
dengan jumlah putaran pinion. Dengan kata lain bahwa rack yang mendapat beban
lebih berat / tahanan yang lebih besar tidak bergerak, sedangkan rack yang
mendapatkan tahanan lebih kecil akan bergerak. Prinsip gerakan rack dan pinion ini,
merupakan prinsip yang menjadi dasar dalam perencanaan roda gigi differential.
3. Cara Kerja Differential
a. Saat Jalan Lurus
Pada saat ini gesekan / tahanan roda kiri dan kanan sama. Putaran drive pinion akan
diteruskan oleh ring gear dan memutarkan differential case. Karena tekanan kedua
poros A dan B sama besar, maka pinion differential gear berputar bersama differential
case, ring gear dan poros pinion. Dengan demikian pinion differential gear hanya
berfungsi untuk menghubungkan side gear bagian kiri dan kanan. Dengan demikian
kedua side gear berputar dan merupakan satu unit dengan putaran pinion dan
menyebabkan roda kiri dan roda kanan berputar pada putaran yang sama.
SPIDER
SAAT BERJALAN LURUS
DRIVE PINION
AXLE SHAFT
SIDE GEAR
DIFFERENTIAL CASE
A B
RPM A = B
77 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
b. Saat Kendaraan Berbelok
Pada saat ini putaran roda sebelah dalam lebih lambat dari pada roda sebelah luar. Hal
ini menyebabkan roda sebelah dalam (sisi A) mempunyai tahanan yang lebih besar dari
pada roda sebelah luar (sisi B). Hal ini menyebabkan tiap-tiap pinion differential gear
berputar mengelilingi porosnya masing-masing dan juga mengelilingi side gear. Hal ini
menyebabkan side gear B berputar lebih cepat dari pada side gear B.
c. Saat Salah Satu Roda Terjebak Pada Jalan Yang Berlumpur
Pada kondisi ini roda akan mengalami slip bila pedal gas ditekan. Hal ini dikarenakan
tahanan yang sangat rendah dari permukaan lumpur.
Hal ini akan menyulitkan untuk mengeluarkan roda dari lumpur. Ini disebabkan roda
yang terjebak dalam lumpur akan berputar dua kali lebih banyak dari pada putaran
ring gear.
E. POROS DEPAN (FRONT AXLE)
Dipasang untuk menopang beban kendaraan bagian depan. Poros depan terdiri dari
poros itu sendiri dan sambungan knuckle pada kedua ujung poros tersebut dengan king
pin. Front axle dihubungkan ke chassis melalui pegas suspensi.
GEAR DISTANCE
SPIDER
SAAT BELOK DAN JALAN TIDAK
RATA
A B
RPM A < B
78 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
Poros Depan
1. Jenis Elliot dan Jenis Reverse Elliot
Ada 2 tipe pemasangan poros dan knuckle, yaitu jenis Elliot dan jenis reverse
elliot. Pada jenis elliot, king pin dipasang pada knuckle dan bantalan luncur dipasang
dalam poros. Sedangkan pada tipe reverse elliot, king pin dipasang pada axle (poros)
dan bantalan luncur di dalam knuckle.
2. Kelurusan Roda Depan (Front Wheel Alighment)
Kombinasi dari pemasangan front axle, sistem suspensi dan sistem kemudi
harus dapat memberikan tenaga kemudi yang ringan, menjaga kelurusan kendaraan
bagian depan dan belakang, gaya balik steer dan menjaga stabilitas kemudi.
Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan penyesuaian sudut pemasangan roda dan king
Tipe Pemasangan Poros Roda Depan dan Knuckle
ELLIOT TYPE REVERSE-ELLIOT TYPE
TIRE TURNING
ANGLE
KNUCKLE
STOPPER
BOLT
KNUCKLE ARM
HUB
HUB BOLT
OUTER HUB
BEARING
INNER HUB
BEARING
OIL SEAL GUIDE
OIL SEAL
KING
THRUST
BEARING
TIE ROD BALL
JOINT
TIE ROD
79 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
pin. Penyesuaian dan penyetelan ini disebut Front Wheel Aligment (FWA). Bila
penyetelan FWA benar maka akan memperkecil stres dan keausan pada komponen-
komponen front axle, suspensi, sistem kemudi dan roda-roda. Unsur-unsur FWA
meliputi Chamber, Caster, King Pin, Toe-In / Toe Out dan Turning Radius.
Pengaturan dari unsur-unsur tersebut tergantung dari sistem suspensi, sistem
penggerak roda dan sistem kemudi. Tujuannya agar kemampuan kendaraan dan
stabilitas kemudi dapat dicapai dan komponen-komponen yang terkait lebih awet.
Pengukuran dari unsur-unsur tersebut tergantung dari beban kendaraan dan
penempatan kendaraan.
a. Chamber
Dilihat dari bagian depan kendaraan, roda depan dipasang dengan bagian atas
miring keluar atau kedalam. Sudut kemiringan ini disebut sudut chamber dan
ukurannya dihitung dalam satuan derajat dari posisi vertikal.
Bila bagian atas miring ke arah luar disebut chamber positip. Sedangkan bila
bagian atas miring ke dalam disebut chamber negatif. Kendaraan Hino umumnya
menggunakan chamber positip.
Keuntungan chamber positip ini adalah :
Mencegah roda slip ke arah luar
Memperkecil momen bengkok pada poros spindel
Memperkecil gaya yang diperlukan untuk memutar roda kemudi
b. Sudut Kingpin
Dilihat dari bagian depan kendaraan, kingpin kiri dan kanan bagian bawah
dipasang miring keluar. Sudut kemiringan ini disebut sudut king pin. Jarak antara
pertemuan garis tengah ban dengan jalan ketitik potong garis sumbu king pin ke
permukaan jalan disebut offset. Untuk memperoleh gaya kemudi dan gaya balik
steer saat belok, maka offset dibuat kecil.
CAMBER
WHEEL CENTER
(GARIS TENGAH RODA)
PERPENDICULAR
(GARIS TEGAK LURUS)
80 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
Sudut Chamber dan King Pin
Sudut Caster
c. Caster
Dilihat dari arah samping roda, sumbu king pin miring atas ke depan/kebelakang
terhadap garis tegak lurus. Sudut kemiringan ini disebut sudut caster.
Bila sumbu king pin bagian atas miring ke belakang disebut caster positip dan bila
miring ke depan disebut caster negatif.
Penggunaan caster positip mempunyai keuntungan :
Mendapatkan gaya balik roda kemudi saat belok.
Menjaga kestabilan roda kemudi saat berjalan lurus.
Namun dari keuntungan tersebut caster positip mempunyai kelemahan, yaitu
menyebabkan gaya untuk memutar roda kemudi menjadi berat.
Jarak pertemuan antara garis sumbu king pin dan permukaan jalan dengan titik
pusat pertemuan ban dan permukaan jalan disebut trail. Semakin besar trail maka
semakin besar gaya balik roda kemudi dan kestabilan roda kemudi, tetapi semakin
berat gaya yang diperlukan untuk memutar roda kemudi.
d. Toe-in
Dilihat dari atas, jarak antara roda kiri dan roda kanan bagian depan lebih kecil
dibandingkan dengan jarak bagian belakang. Perbedaan jarak ini disebut toe-in.
Dan sebaliknya bila jarak bagian belakang lebih kecil disebut toe-out.
CASTER
FORWARD
OFFSET
KING PIN INCLINATION
PERPENDICULAR
(GARIS TEGAK LURUS)
M O
81 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
Toe-in berfungsi untuk mengatasi adanya gaya chamber roll sehingga mencegah
roda slip ke arah luar.
e. Turning Radius
Bila roda depan kanan dan kiri harus mempunyai sudut belok yang sama besar,
maka turning radiusnya harus sama. Hal ini akan menyebabkan titik pusat putaran
berbeda. Perbedaan pusat turning radius ini akan menyebabkan kendaraan tidak
dapat berbelok dengan lembut dan salah satu roda akan terseret (slip). Untuk
mengatasi hal ini maka knuckle arm dan tie rod (mekanisme steer) dibuat dengan
menggunakan prinsip ackerman.
Pada prinsip ackerman pada saat kendaraan berbelok, maka roda akan menjadi
sedikit toe out. Hal ini akan menyebabkan sudut belok roda inner sedikit lebih besar
dari pada roda outer. Untuk tipe kendaraan yang tie rodnya terletak dibelakang
spindle, knuckle arm dibuat sedikit serong kedalam.
= Sudut belok inner
= Sudut belok outer
Toe-in = A - B
A
B
FORWARD
Gambar Toe - In
82 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
F. POROS RODA BELAKANG
Poros roda belakang terdiri dari rumah poros (axle housing) dan axle. Roda belakang
dipasang pada kedua ujung axle. Ada tiga jenis axle bila dilihat dari bagaimana axle
housing menerima beban saat roda belakang berputar. Tipe-tipe itu adalah tipe
mengambang penuh (full floating), tipe setengah mengambang (semi floating) dan tipe 3/4
mengambang (three quarter floating)
1. Jenis Mengambang Penuh (Full Floating)
Pada tipe ini roda belakang dipasang pada rear axle housing (rumah axle)
dengan dua bantalan (bearing). Jenis ini dipakai pada truk dan bus besar.
OIL
SEAL
HUB BOLT
INNER HUB NUT
OUTER HUB NUT
AXLE SHAFT
LOCK PLATE (A)
LOCK PLATE (B)
AXLE PIPE
OIL SEAL
LOCK NUT
HUB BEARING
AXLE SHAFT
AXLE HOUSING
WHEEL HUB
BEARING
Poros Roda Belakang
Poros Roda Belakang Tipe Full Floating
83 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
2. Jenis Setengah Mengambang (Semi Floating)
Pada jenis ini wheel hub terpasang langsung ke axle dan antara housing
dengan axle dipasang 1 bearing. Jenis ini banyak dipakai pada kendaraan penumpang
dan truk-truk kecil.
3. Mengambang (Three quarter floating)
Tipe ini merupakan gabungan antara tipe full floating dan semi floating. Tipe ini
mempunyai wheel hub yang dipasang dibagian luar axle dan wheel hub ini ditopang
dengan satu bearing pada axle housing.
G. KEMUDI
1. Gigi Kemudi
a. Jenis Ball Nut / Recirculating Ball
Jenis gigi kemudi ini banyak digunakan saat ini. Pada model ini terdapat bola baja
antara poros kemudi dan ball nut ( mur bola). Bola baja ini bersirkulasi melalui alur
bola. Jenis ini memiliki efisiensi besar dan beberapa keuntungan lainnya. Tipe ini
banyak dipakai baik pada kendaraan kelas ringan maupun pada kendaraan kelas
berat.
BEARING
AXLE HOUSING
AXLE
WHEEL HUB
WHEEL HUB
AXLE
AXLE HOUSING
Poros Roda Belakang Tipe Semi Floating
Poros Roda Belakang Tipe Three Quarter Floating
BEARING
84 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
b. Jenis Rack and Pinion
Ciri-ciri paling penting dari jenis ini adalah bentuknya sederhana, ringan dan rigid.
Struktur dasarnya adalah rack dan roda gigi pinion yang dirangkaikan satu sama lain,
dan dipakai pada kendaraan ringan.
1) Power Steering
Power Steering merupakan alat yang dapat mengurangi tenaga kemudi dengan
memanfaatkan tekanan hidrolik yang diciptakan oleh pompa oli yang digerakkan mesin.
Alat ini memungkinkan pengemudi untuk memutar roda kemudi dengan tenaga yang
kecil. Sistem ini terdiri dari tangki oli, pompa oli, pipa, gear box power steering yang
menggunakan power silinder, steering gear (bagian out put) dan bagian pengontrol
(control valve) dalam ruang pompa.
Pompa oli yang digunakan umumnya tipe vane yang dilengkapi katup pengontrol aliran
(flow control valve) dan katup pengontrol tekanan (pressure control valve). Sirkuit sistem
hydraulick power steering ditunjukkan pada diagram dibawah ini.
RACK
PINION
Tangki Oli Pompa Oli
Power Steering
gear box
Steering Gear Box Model Rack and Pinion
BALL
GEAR BOX
BALL NUT
STEERING SHAFT
BEARING
TAPPER GEAR
SECTOR SHAFT
Steering Gear Box Model Ball Nut
85 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
H. SUSPENSI
Sistem suspensi terletak diantara body kendaraan dan roda-roda, dirancang untuk
menyerap kejutan dan getaran yang timbul dari permukaan jalan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa suspensi turut menentukan kenikmatan berkendaraan serta memperbaiki
kemapuan cengkeram roda terhadap permukaan jalan.
Secara garis besar suspensi berfungsi untuk:
Saat berjalan, kendaraan secara bersama-sama roda menyerap getaran , oksilasi dan
kejutan dari permukaan jalan. (menjamin kenyamanan dan stabilitas kendaraan)
Memindahkan gaya pengereman dan gaya gerak ke body melalui gesekan antara jalan
dengan roda-roda.
Menopang body dan muatan serta menjamin geometris antara body dan roda-roda.
1. Tipe dan Karakteristik Suspensi
Menurut kontruksinya, suspensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Suspensi model independent
Pada model ini antara roda kiri dan roda kanan tidak dihubungkan secara langsung
pada axle tunggal. Kedua roda dapat bergerak secara bebas tanpa saling
mempengaruhi. Suspensi ini banyak digunakan pada kendaraan-kendaraan
penumpang dan truck kecil.
Suspensi ini mempunyai keuntungan elastisitas yang tinggi dan getaran pada masing-
masing roda tidak diteruskan ke roda lain. Namun suspensi ini kontruksinya rumit dan
harganya mahal.
Suspensi model rigid
Adalah suspensi dimana antara roda kiri dan roda kanan dihubungkan dengan satu
axle. Axle ini dihubungkan ke body dan frame melalu pegas. Suspensi model ini
banyak digunakan pada roda depan dan belakang kendaraan medium dan berat.
Keuntungan dari suspensi model ini adalah kontruksinya yang sederhana dan kuat.
Sedangkan kelemahannya adalah kemampuan menyerap kejutan kurang (elastisitas
buruk), disamping itu getaran salah satu roda diteruskan ke roda yang lain.
Suspensi Model Rigid Suspensi Model Independent
86 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
2. Macam-Macam Pegas Suspensi
1. Pegas Daun
Disusun dari beberapa lembar pegas daun yang terbuat dari baja. Umumnya terdiri dari
3 10 lembar pegas daun yang masing-masing tebalnya antara 3 6 mm dan
panjangnya berbeda-beda kemudaian diikat menjadi satu. Pada kedua ujung pegas
paling panjang digulung membentuk mata pegas dan berfungsi sebagai perkaitan
antara pegas dan frame. Besarnya lenturan pegas tanpa beban disebut camber.
Sedangkan lenturan masing-masing pegas disebut nip. Semakin pendek suatu pegas
maka nipnya akan semakin bertambah. Ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya
celah antar pegas sehingga tidak ada kotoran yang masuk. Suspensi ini memberikan
efek peredam kejut dengan memanfaatkan elastisitas baja. Semakin panjang pegas,
semakin besar kelenturannya. Dengan menambah jumlah lembaran pegas, semakin
besar berat beban yang dapat ditopang, meskipun elastisitasnya berkurang. Pegas
model ini banyak digunakan pada truk dan bus.
2. Pegas Koil dan Batang Torsi
Pegas koil (coil spring) terdiri dari batang baja bulat yang digulung membentuk sebuah
spiral dan memanfaatkan elastisitas puntiran batang baja. Pegas batang torsi juga
memakai elastisitas yang diperoleh dari puntiran batang baja, tetapi alat ini merupakan
batang baja lurus.
STABILIZER
SHOCK ABSORBER
COIL SPRING
SHOCK ABSORBER
STABILIZER
TORSION BAR SPRING
Pegas Koil Pegas Batang Torsi
LEAF SPRING
SHOCK ABSORBER
STABILIZER
SPAN
Suspensi Dengan Pegas Daun
NIP
Pegas
No 1
NIP Pegas No 2
87 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
Pegas model ini tidak dapat menjamin kelurusan roda-roda saat bergerak, karena itu
untuk pegas ini biasanya penggunaanya disertai dengan batang-batang penjamin. Pegas
ini biasa digunakan pada suspensi model independent.
3. Pegas Udara (Air Spring)
Jenis ini memanfaatkan elastisitas udara, yang dikompresikan didalam tabung
karet. Mampu memberikan oksi pemegasan yang lembut dan mampu menjaga tinggi
kendaraan secara konstan walaupun beban kendaraan bervariasi. Dengan kekuatan
pegas yang dapat menyesuaikan dengan beban, tipe ini dapat memberikan kenyamanan
baik pada saat kendaraan berbeban maupun kosong dengan perbedaan kenyamanan
yang kecil, sehingga jenis ini biasa dipakai pada bus-bus besar.
3. Shock Absorber
Shock absorber berfungsi untuk menyerap getaran yang muncul ketika pegas menerima
kejutan saat kendaraan berjalan. Sehingga getaran dapat segera diredam dan
kenyamanan berkendaraan lebih baik. Bila tanpa shock absorber, maka kendaraan akan
cenderung beroksilasi naik turun pada waktu menerima kejutan dari jalan, sehingga
kendaraan menjadi tidak nyaman.
Efektifitas Shock Absorber
AIR SPRING
SUPPORT BEAM
LEVELING VALVE
TORQUE ROD
SHOCK ABSORBER
SURGE TANK
Suspensi Udara
WAKTU
A
M
P
L
I
T
U
D
O
DENGAN SHOCK ABSORBER
TANPA SHOCK ABSORBER
88 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
Prinsip Kerja Shock Absorber
Didalam shock absorber terdapat cairan (minyak shock ). Efek peredaman pada shock
terjadi karena adanya tahanan aliran minyak yang melewati orifice pada waktu piston
bergerak.
Pada saat shock absorber ditekan maka valve akan terbuka sehingga minyak akan
mengalir naik melewati valve dan orifice. Pada saat shock absorber memanjang, maka
minyak yang berada diatas piston akan tertekan dan menutup valve, sehingga minyak
terpaksa mengalir ke bawah melalui orifice. Karena hanya melewati lubang yang kecil,
maka minyak ini akan menimbulkan tahanan saat shock absorber memanjang.
Menurut cara kerjanya shock absorber ada 2 jenis yaitu single acting yang hanya
memberikan tahan saat shock diperpanjang dan double acting (tipe ganda) yang
berfungsi baik saat shock diperpendek maupun diperpanjang.
I. SISTEM REM
Sistem rem adalah bagian dari kendaraan yang berfungsi untuk mengurangi kecepatan
kendaraan. Dengan adanya sistem rem, pengemudi dapat mengontrol jalanya kendaraan,
menghentikan kendaraan dan memarkir kendaraan. Atau dengan kata lain sistem rem
berfungsi untuk alat keselamatan dan menjamin pengendaraan yang aman. Karena itu
fungsi sistem rem sangat penting bagi seorang pengemudi. Agar sistem rem dapat berfungsi
dengan baik, maka sistem rem harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Dapat bekerja dengan baik dan cepat dalam segala kondisi
b. Gaya pengereman pada masing-masing roda harus sebanding dengan muatannya
masing-masing.
c. Mempunyai daya pengereman yang cukup
d. Harus mudah diperiksa dan disteel.
1. Prinsip Kerja Rem
Kendaraan tidak akan langsung berhenti saat tenaga mesin diputus (tidak dihubungkan)
dengan sistem pemindah daya. Mesin berfungsi untuk merubah energi panas menjadi
energi kinetik untuk menggerakkan kendaraan, sedangkan fungsi rem adalah sebaliknya
PISTON
CYLINDER
ORIFICE
VALVE
OIL
Prinsip kerja shock absorber
89 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
yaitu merubah energi kinetik menjadi energi panas untuk menghentikan kendaraan. Prinsip
dasar sistem rem ini adalah dengan memanfaatkan gesekan antara 2 benda.
2. Jenis Rem
Menurut penggunaannya rem pada kendaraan bermotor dapat digolongkan menjadi tiga
macam yaitu :
Rem kaki (foot brake) / service brake yang digunakan untuk mengontrol kecepatan dan
menghentikan kendaraan.
Rem parkir (parking brake) yang digunakan untuk memarkirkan kendaraan
Rem tambahan yang digunakan untuk membantu fungsi rem kaki pada kendaraan berat
yang menggunakan mesin diesel (exhaust brake).
PANAS
PANAS
PANAS
PANAS
PANAS
PANAS
TROMOL
SEPATU REM
PUTARAN
Exhaust Brake
Rem
Pneumatik
Rem
Mekanik
Rem Roda
Rem
Rem
Kaki
Rem
Parkir
Rem Tambahan
Rem
Hidraulis
Center
Brake
Rem Roda
Belakang
Rem
Kombinasi
90 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
3. Rem Kaki
a. Mekanisme Penggerak
Rem kaki menurut mekanisme penggeraknya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu tipe
hidraulis dan pneumatis.
Mekanisme penggerak rem hidraulis memanfaatkan tekanan minyak untuk
menggerakkan mekanisme rem. Sedangkan rem pneumatis memanfaatkan tekanan
udara untuk menggerakkan mekanisme rem. Sedangkan jenis kombinasi adalah
gabungan dari ke duanya.
Sistem hidraulis mempunyai keuntungan kontruksi sederhana, respon kerja lebih cepat
dan kontruksinya handal. Sedangkan sistem pneumatis memiliki keuntungan daya
pengereman yang lebih kuat dan pengoperasian lebih ringan.
Pada kendaraan Hino banyak digunakan tipe kombinasi dan pneumatis (full air brake)
1. Jenis Servo Vakum (Vakum Servo Brake)
Tekanan oli dibangkitkan oleh master silinder yang dihubungkan langsung dengan
pedal rem, kemudian tekanan ini diperkuat oleh hydromaster. Tekanan minyak ini
kemudian dikirim ke wheel cylinder, untuk memperoleh tenaga
pengendalian/pengereman yang kuat. Hydromaster merupakan alat untuk memperkuat
tekanan oli dengan menggunakan kevakuman (tekanan negatif) yang dibangkitkan oleh
pompa vakum yang terpasang pada mesin.
Mekanisme
Rem
Rem
Kaki
Mekanisme
Penggerak
Rem Tromol
Rem Piringan
Pneumatis
Hidraulis
RESERVOIR TANK
SAFETY CYLINDER
MASTER CYLINDER
VACUUM TANK
HYDROMASER
WHEEL CYLINDER
BRAKE SHOE
TO REAR BRAKE
FRONT BRAKE
Rem Jenis Servo Vakum
91 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
2. Jenis Servo Udara (Air Servo Brake)
Dengan prinsip kerja yang sama dengan tipe servo vakum, jenis ini memperoleh
kekuatan kendali yang kuat dengan mengisi oli dalam tekanan, memakai udara yang
dipadatkan dalam tempat vakum.
3. Jenis Air-Over (Air Over Brake)
Jenis ini merupakan gabungan antara sistem rem yang menggunakan operasi udara
bertekanan dan bagian control tipe hidrolik. Ciri utama dari rem tipe ini adalah
penggunaan keuntungan dari udara bertekanan dan tekanan oli. Penggunaan sistem
ini menghasilkan daya pengereman yang besar dengan tenaga pengendali yang
kecil. Daya pengereman diperoleh dari udara bertekanan dari kompresor yang
diisikan ke dalam air master. Tekanan oli dibangkitkan oleh air master ( master udara).
Udara yang mengalir dari katup rem (brake valve) sama dengan yang mengalir ke air
master dan pengontrolan daya pengereman dikontrol dengan mengontrol tekanan
udara pada brake valve dan relay valve.
Rem Air Servo
AIR TANK
RESEVOIR TANK
MASTER CYLINDER
AIR COMPRESOR
AIR COMPRESSOR
AIR TANK
AIR MASTER
RESERVOIR TANK
BRAKE VALVE
BRAKE SHOE
WHEEL CYLINDER
Rem Jenis Air Over
92 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
4. Jenis Full Air Brake
Air brake/rem angin memanfaatkan tekanan udara untuk menekan sepatu rem. Pedal
rem hanya membuka dan menutup katup rem, mengatur aliran udara bertekanan.
Dengan daya pengendalian yang ringan, dapat diperoleh daya pengereman yang
besar. Tipe ini digunakan pada kendaraan berat khususnya kendaraan gandeng.
Daya pengereman diperoleh dengan mengisi udara bertekanan dari kompresor ke
saluran yang menyebabkan kanvas rem menempel ke tromol melalui brake chamber,
tuas brake dan melalui cam mengungkit brake shoe sehingga lining shoe (kanvas
rem) menempel pada tromol rem.
b. Mekanisme rem
Mekanisme rem dapat dibagi dua yaitu rem jenis tromol dan jenis piringan.
1). Rem Tromol
Pada tipe ini kekuatan pengereman diperoleh dari sepatu rem yang diam menekan
permukaan tromol bagian dalam yang berputar bersama-sama dengan roda. Pada
rem tromol ini diperoleh suatu gaya yang disebut self energizing effect yang
REM TROMOL
REM PIRINGAN
PEDAL REM
SEPATU REM
PAD REM
BRAKE SHOE
CAM SHAFT
RELAY VALVE
BRAKE VALVE
BRAKE CHAMBER
AIR COMPRESSOR
AIR TANK
Rem Tipe Full-Air Brake
93 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
diakibatkan oleh tenaga putar tromol dan tenaga mengembangnya sepatu. Dengan
adanya gaya ini maka hanya diperlukan tenaga penginjakan pedal rem yang relatif
kecil.
Unit rem tromol terdiri dari silinder roda (wheel cylinder), sepatu rem dengan brake
camshaft, tromol dan bagian-bagian lain. Rem ini diklasifikasikan tergantung metode
pemasangan silinder roda.
Unit Rem Tromol tipe Hidrolis
BRAKE DRUM
BACK PLATE
BRAKE SHOE
WHEEL CYLINDER
RETURN SPRING
BRAKE LINING
Leading shoe
Trailing
Self energizing
effect lebih Self energizing
effect lebih kecil
Arah Putaran
Referensi
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pada saat dilakukan pengereman
sepatu rem sebelah kiri (trailing shoe) cenderung lengket ke tromol dan
sepatu rem sebelah kanan (leading shoe) akan melawan gerakan tromol
rem. Dengan kondisi ini maka gaya pengereman leading shoe akan jauh
lebih besar dibanding gaya pengereman trailing shoe karena pengaruh self
energizing effect (self servo). Perbandingan gaya pengereman diperkirakan
3 :1. Leading shoe menghasilkan gaya pengereman yang lebih baik, dan ini
mengakibatkan leading shoe lebih cepat aus.
94 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
a). Tipe sepatu rem leading-trailing
Pada dasarnya menggunakan silinder rem tunggal dengan dua piston atau satu
brake cam, dimana ujung sepatu rem dipegang oleh anchor pin. Tipe ini memberi
gaya pengereman yang stabil untuk kedua arah putaran tromol (maju dan mundur
sama).
Jika tromol berputar searah tanda panah, kemudian sepatu rem ditekankan pada
tromol (saat direm), sepatu (A) menerima gaya (akibat arah putaran tromol) kearah
luar dari pin, membuat lebih kuat tertekan pada tromol. Sebaliknya pada sepatu (B)
menerima gaya kedalam sehingga tekanan pada tromol melemah.
Peristiwa dimana rem lebih kuat tertekan pada tromol disebut gaya self-servo dan
sepatu (A) yang menerimanya disebut sepatu leading. Sepatu (B) yang tidak
menerima gaya tersebut disebut sepatu trailing.
Tipe Sepatu Rem Leading-Trailing (Tipe Full-Air Brake Cam)
Leading-trailing shoe type (Hydraulic brake)
PISTON
WHEEL CYLINDER
BRAKE SHOE
DRUM ROTATING
BRAKE CAMSHAFT
BRAKE SHOE A
BRAKE SHOE B
ANCHOR PIN
BRAKE LINING
Unit
rem roda
: pada semua roda model FG, FS, FY, SH dan SS
Tipe Two
Leading Shoe
Duo Servo
Tipe Leading
Trailing
Tipe Single action pada roda depan model FB, FC,
FD. GD, FF, FL, FM.
Tipe dual action pada roda depan model FB, FC,
FD. GD, FF, FL, FM.
: Tipe center parking brake (tipe cam)
95 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
b). Tipe sepatu rem two-leading
Tipe ini biasa digunakan untuk roda depan. Menggunakan dua silinder roda dan
sepatu rem tipe leading pada kedua sisinya, dengan memanfaatkan gaya self-servo
untuk memperkuat gaya pengereman. Tipe ini dapat berupa tipe aksi tunggal (single
action) atau aksi ganda (dual-action).
Tipe aksi tunggal menggunakan dua silinder roda dengan satu piston yang menekan
sepatu rem. Jika tromol berputar searah panah, kedua sepatu berfungsi sebagai
leading sehingga gaya pengereman menjadi kuat. Jika tromol berputar sebaliknya
maka kedua sepatu berfungsi sebagai trailing sehingga gaya pengereman menjadi
lemah.
Sepatu Rem Two-Leading
Tipe aksi ganda biasa dipergunakan pada roda belakang, merupakan pengembangan
dari tipe leading single-action dimana gaya self-servo bekerja hanya untuk satu arah.
Tipe ini memiliki dua silinder roda berpiston ganda yang membuka sepatu rem
sedemikian hingga berfungsi sebagai sepatu leading tidak bergantung pada arah
putaran tromol roda.
Tipe Aksi Ganda (Dual Action)
WHEEL CYLINDER
BRAKE SHOE
DRUM ROTATING DIRECTION
SHOE ADJUSTER
BRAKE SHOE
SHOE RETURN SPRING
96 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
c). Tipe Duo-Servo
Tipe ini menggunakan satu silinder roda berpiston ganda atau cam mekanis, serta
memberi gaya pengereman yang kuat tidaknya tergantung pada arah putaran tromol
roda. Walaupun kedua sepatu rem ditekankan pada tromol oleh satu piston atau cam,
kedua ujung sepatu dihubungkan dengan shoe adjuster (penyetel sepatu rem) tanpa
terikat pada anchor pin, sehingga ujung sepatu yang berfungsi sebagai tumpuan
bergantung pada arah putaran tromol. Dengan demikian gaya pengereman tidak
bergantung pada arah putaran tromol. Hino menggunakan center parking brake tipe
cam
2). Rem Piringan
Kelemahan dari rem tromol adalah kemungkinan timbulnya gejala fading yaitu
menurunya gaya pengereman akibat panas yang timbul karena gesekan antara
kanvas rem dan tromol rem. Rem piringan pada dasarnya terdiri dari cakram yang
terbuat dari besi tuang yang berputar bersama dengan roda dan bahan gesek (disc
pad) yang mendorong dan menjepit cakram. Daya pengereman dihasilkan oleh
adanya gesekan antara disch pad dan cakram.
Rem piringan ini mempunyai keuntungan kontruksi sederhana, perawatan mudah,
pendinginan pada piringan dan pad rem lebih baik, sehingga pada rem piringan tidak
akan timbul gejala fading. Disamping itu pada rem tromol bila terkena air, air ini akan
sulit keluar dan akan mengurangi gaya pengereman. Tetapi pada rem piringan bila
terkena air, air ini akan terbawa oleh piringan berputar dan terlontar keluar lepas dari
sistem rem sehingga gaya pengereman tetap terpelihara.
Namun rem piringan ini mempunyai kelemahan permukaan bidang gesek kecil
sehingga self energizing effectnya juga kecil, sehingga diperlukan tekanan hidraulis
yang lebih besar dan pad cepat aus.
97 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
3). Persinggungan Tromol Rem dan Kanvas rem
Gesekan antara tromol rem dan kanvas rem akan dipengaruhi oleh temperatur kanvas
rem itu sendiri. Biasanya gesekan akan berkurang dan gaya pengereman akan
menurun saat tromol dan kanvas menjadi panas. Dibawah ini grafik yang
menunjukkan hubungan antara koefisien gesek dengan temperatur.
4). Celah Sepatu Rem
Celah antara tromol dan kanvas rem yang terlalu besar akan mengakibatkan
kelambatan pengereman. Sedangkan bila celahnya terlalu sempit akan
mengakibatkan rem terseret dan menyebabkan keausan pada tromol maupun kanvas.
Disamping itu bila celah pada roda-roda tidak sama besar, akan dapat menyebabkan
kendaraan tertarik ke salah satu arah saat direm.
Karena itu penting melakukan penyetelan dan pemeriksaan celah sepatu rem agar
rem selalu dapat berfungsi dengan baik.
J. BAN
1. Struktur
Ban berfungsi untuk mendukung berat kendaraan dan memindahkan tenaga mesin ke
permukaan jalan, menyerap/meredam getaran, menjalankan kendaraan dengan
nyaman, menghentikan dan membelokkan kendaraan.
Inti dari ban adalah cord/benang carcass yang diperkuat dengan tensile, sehingga dapat
menahan tekanan ban dalam dan gesekan antara tread dapat dihilangkan, dan lebih
khusus lagi dapat melindungi cord dari kerusakan dan keausan dari luar. Jalinan cord
(carcass) dibuat dari serat fiber yang dicetak pada permukaan ban bagian dalam. Pada
waktu lampau serat katun sangat banyak digunakan, tetapi saat ini umumnya cord
dibuat dari benang nilon, rayon, kawat baja dan bahan lain yang mempunyai sifat elastis.
Kekuatan cord ditentukan oleh jumlah lembaran. Pada ban baru yang menggunakan cord
katun dengan lapisan karet yang kemudian ditambahkan cord lain untuk membentuk
lapisan. Sekarang dengan bahan yang berbeda, kekuatan bahan tidak ditentukan lagi
oleh jumlah ply/lapisan, tetapi kekuatan ban ditentukan oleh ply rating (tingkat lapisan)
dan dinyatakan dengan PR yang sebanding dengan jumlah lapisan.
98 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
2. Ban Tubeles
Ban ini dibuat tanpa ban dalam, dimana udara langsung ditahan oleh ban itu sendiri.
Pada model ini udara disimpan diantara bagian dalam ban dan ring (velg). Ban tubeles
mempunyai lapisan dari karet sintetic yang mempunyai kekedapan udara yang tinggi dan
ditempelkan pada bagian dalam dengan kuat.
Keuntungan Ban Tubeles
Saat ban terkena paku atau benda tajam lainnya, tread dan liner mencengkeram kuat
pada paku, sehingga dapat mencegah kebocoran udara sehingga ban tidak cepat
kempes. Karena udara dalam ban berhubungan langsung dengan rim, transfer radiasi
panas akan lebih baik. Dengan dihilangkannya ban dalam, flap dan side ring ban
menjadi lebih ringan.
3. Ban Dengan Ban Dalam
Bahan-bahan ban bersifat tembus udara, karena itu untuk membuat kekedapan udara
ban dalam yang menahan udara dimasukan ke dalam ban. Ban dalam dibuat dari karet,
yang mempunyai kekedapan yang baik dan kemampuan menahan udara yang baik.
TREAD
BEAD
SIDEWALL
SHOULDER
CARCASS
(CORD)
BEAD WIRE
LINER
CHAMFER
BEAD WIRE
RIM VALVE
WHEEL
DISK
+
Roda Dengan Ban Tubeles
TIRE
+ + + +
TUBE
FLAP WHEEL SIDE RING
Roda Dengan Ban Dalam
TIRE
BEAD BASE
99 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
4. Kode Ban
Jenis ban Contoh kode ban
Dengan Ban Dalam
Ban bias 10.00 20 14PR
Ban radial 10.00 20 14PR
Tubeless Ban bias 11-22.5 14PR
Ban radial 11R22.5 14PR
Ban radial ultraflat 225 / 70 R22.5 14 0 / 137J
5. Membaca Kode Ban
a. Metode JIS
(1) Ban dengan ban dalam
10.0 R 20 14PR
Kekuatan ban (PR)
Diameter rim (inchi)
Konstruksi radial
Lebar ban (inci)
(2) Ban tubeless
11 R 22.5 14PR
Kekuatan ban (PR)
Diameter Rim (Inchi)
Konstruksi radial
Lebar ban (inci)
OUTER
DIAMETER
RIM DIAMETER
TIRE WIDTH
TIRE HEIGHT
100 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
b. Metode ISO
Ban radial ultraflat
225 / 70 R 22.5 140 137 J
Simbol kecepatan
Indek muatan (roda ganda)
Indek muatan (roda tunggal)
Diameter Rim (inchi)
Konstruksi radial
Rasio Ketebalan (%)
Lebar ban (mm)
6. PR (Play Rating)
Ply rating merupakan satu istilah yang dipakai untuk menyatakan kekuatan ban,
berdasarkan pada kekuatan serat katun yang ditentukan oleh JIS. Semakin banyak
jumlah lapisan, semakin tinggi kekuatan ban. Dengan kata lain, jumlah ini menyatakan
berapa banyak lapisan benang katun (carcas) yang membentuk kerangka ban yang
sama. 14PR tidak berarti bahwa ban mempunyai 14 lapisan serat katun.
7. Rasio Ketebalan dan Tingkat Ketebalan
W W
Ratio Ketebalan = Tingkat Perataan = x 100
H H
225 / 80 R 17.5 - 14PR
Kekuatan ban
Diameter rim (inchi)
Konstruksi radial
Rasio Ketebalan (%)
Lebar ban (mm)
TIRE WIDTH (W)
TIRE HEIGHT (H)
101 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
8. Pola tapak ban (Tread pattern)
Jenis, ukuran dan play rating ban ditentukan pada tahap disain kendaraan, tetapi pola
tapak dapat ditentukan menurut kondisi pelayanan. Menurut tapaknya secara umum ban
diklasifikasikan menjadi 5 pola dasar sebagai berikut.
9. Perawatan Ban
Ban adalah bagian kendaraan yang bersinggungan langsung dengan permukaan jalan.
Karena itu harus ditangani dan dirawat dengan baik agar diperoleh pengendaraan yang
nyaman, aman dan ekonomis.
a. Tekanan ban
Tekanan udara pada ban merupakan faktor penting bagi kemampuan dan
keselamatan berkendaraan. Walaupun ban dibuat dari bahan yang kedap udara,
namun pada kenyataanya ban masih mempunyai kebocoran udara walaupun sedikit.
Karena itu tekanan udara pada ban harus diperiksa secara teratur dan disesuaikan
dengan spesifikasinya.
LUG LURUS LUG MIRING
KOMPOSITE /
KOMBINASI
BLOCK
RIB
Pola Dasar Tread Patern
Tekanan Ban Standart Tekanan Ban terlalu Tinggi Tekanan Ban Terlalu Rendah
102 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
1). Tekanan udara yang berlebihan
Tekanan udara yang berlebihan akan dapat mengakibatkan:
a). Bidang gesek menjadi kurang.
b). Kenyamanan berkendaraan kurang
c). Bagian tengah tread lebih cepat aus.
d). Ban lebih mudah rusak bila terkena tumbukan dari luar.
e). Lapisan karet tread mudah terkelupas, karena panas gesekan yang
terkonsentrasi pada bagian tengah.
2). Tekanan ban yang terlalu rendah
Tekanan ban yang terlalu rendah dapat mengakibatkan:
a). Gesekan dengan permukaan jalan bertambah, sehingga dapat menyerap
tenaga dan memboroskan pemakaian bahan bakar.
b). Gaya untuk memutar kemudi bertambah berat.
c). Tepi ban menjadi lebih cepat aus.
d). Ban menjadi terlalu lentur dan akan menyebabkan temperatur dalam bertambah
dan dapat menyebabkan ban meletus.
b. Memeriksa Tekanan Ban
Periksa ban dalam keadaan dingin.
Gunakan selalu alat pengukur ban, jangan hanya diperiksa secara visual.
Sesuaikan dengan spesifikasi
c. Rotasi Ban
Sebaiknya semua ban pada kendaraan mengalami keausan yang sama. Penggunaan
ban hanya dalam satu posisi saja misalnya dibagian depan kiri, depan kanan dan
sebagainya, akan menghasilkan suatu keausan tertentu. Umumnya ban depan akan
mengalami keausan lebih cepat antara 10%-20% dari pada ban belakang. Ban depan
umumnya mengalami keausan lebih cepat pada bagian luar. Hal ini disebabkan
umumnya roda depan bekerja lebih besar dari pada ban belakang, pada saat
membelok beban terbesar bekerja pada roda depan bagian luar, dan adanya
pengaruh chamber dan toe-in.
Ban Cadangan
Contoh rotasi Ban Untuk Kendaraan 6 Sumbu Roda (FM, FL,)
103 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
Karena itu ban harus dirotasi secara teratur (mengganti posisi dari satu ke posisi lain).
Sehingga keausannya akan lebih merata dan penggunaanya menjadi lebih lama.
Ban Cadangan
Contoh rotasi Ban Untuk Kendaraan 4 Sumbu Roda (FF, RK, AK, RG,)
104 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
BAB IV PERAWATAN KENDARAAN
A. PENGERTIAN PERAWATAN
Konsep perawatan sudah dikenal sejak pertengahan abad 20. Kata perawatan berasal
dari bahasa Inggris Maintenance yang dalam bahasa Indonesia juga dapat diartika
sebagai perawatan. Maintenance itu sendiri berasal dari bahasa latin Manutentione yang
berarti merawat dengan tangan.
Definisi lain dari kamus yang sama adalah :
1. Perbuatan atau hasil dari penjagaan
2. Tolok ukur yang dibutuhkan untuk penjagaan atau membuat tetap suatu masalah atau
situasi.
3. Perawatan teknik pada bagian yang penting agar pengoperasian motor/mesin dapat
teratur dan tetap.
Oleh karena itu dalam pengertian umum perawatan adalah merawat, menjamin agar
berfungsi dan lain-lain. Dengan kata lain perawatan adalah gabungan dari operasi
kendaraan yang bertujuan untuk mendapatkan efisiensi kendaraan yang maksimum
dengan kemungkinan rusak yang rendah dan waktu perbaikan yang singkat.
Fungsi dari perawatan itu sendiri adalah :
a. Mempertahankan kondisi kendaraan secara maksimal baik tenaga maupun
kemampuan.
b. Mencegah terjadinya kerusakan yang fatal secara dini.
c. Meningkatkan usia pakai kendaraan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perawatan
berkala pada kendaraan adalah suatu usaha untuk merawat bagian-bagian kendaraan
yang dilakukan secara berkala (rutin) dengan harapan agar kendaraan tersebut dapat
berfungsi dengan baik dan maksimal. Dalam hal ini pihak pabrik pembuat kendaraan telah
menetapkan pekerjaan yang harus dilakukan agar diperoleh penampilan kendaraan yang
selalu prima dan siap pakai. Termasuk dalam perawatan ini adalah : perawatan 1.000 km
dan 5.000 km (dilakukan oleh dealer) serta perawatan setiap 5.000 km, 10.000 km, 20.000
km, dsb.
105 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
B. TINGKAT / LEVEL PERAWATAN
Tujuan utama dari pembagian tingkat perawatan ini adalah untuk membuat pekerjaan
perawatan lebih rasional sehingga dapat lebih ekonomis dan biaya pelaksanaannya
rendah.
Klasifikasi tingkat perawatan terdiri atas :
1. Perawatan Dasar atau Perawatan Harian
Perawatan atau pemeriksaan harian pada intinya perawatan pertama yang harus
dilakukan pengemudi atau teknisi yang ditunjuk khusus untuk pekerjaan tersebut.
Perawatan ini dilakukan secara menyeluruh sebelum, sesudah kendaraan beroperasi
atau sebelum, selama dan sesudah beroperasi.
2. Perawatan Preventif atau Pemeriksaan Periodik
Perawatan ini dilakukan secara periodik atau berkala, berulang-ulang dan terprogram.
Perawatan preventif adalah rangkaian perencanaan pekerjaan melalui Perencanaan
Perawatan. Dalam hal ini pihak pabrik pembuat kendaraan telah menetapkan
pekerjaan yang harus dilakukan agar diperoleh penampilan kendaraan yang selalu
prima dan siap pakai. Termasuk dalam perawatan ini adalah : perawatan 1.000 km dan
5.000 km (dilakukan oleh dealer) serta perawatan setiap 5.000 km, 10.000 km, 20.000
km, dsb.
3. Perawatan Korektif
Yang dimaksud dengan perawatan korektif adalah perbaikan komponen mekanis,
penggantian suku cadang yang rusak. Perbaikan ini tidak direncanakan terlebih dahulu
dan dilakukan begitu diketahui adanya kerusakan dan proses perbaikan dalam waktu
yang singkat, biaya rendah dan kualitas yang baik.
Pada umumnya perawatan korektif dapat diketahui ketika melakukan perawatan dasar
atau perawatan preventif. Jika kelainan tersebut tidak ditemukan ketika pemeriksaan
dasar dan preventif, maka kerusakan terjadi ketika kendaraan beroperasi.
4. Perawatan Menyeluruh
Perawatan ini termasuk perawatan yang dilakukan secara menyeluruh (bongkar
pasang/overhaul) untuk unit (assy), perlengkapan mekanis, body dan lain-lain. Dengan
tujuan rasionalisasi dan mempercepat proses perbaikan maka bengkel yang
melaksanakan perawatan ini harus menyediakan komponen cadangan dalam bentuk
unit (assy). Dengan cara ini komponen yang rusak dapat ditukar dengan cepat dan
kendaraan dapat segera beroperasi kembali sehingga kendaraan tidak menunggu
terlalu lama untuk perbaikan komponen yang rusak.
106 Diktat Dasar-Dasar Otomotif
Contoh komponen cadangan :
Unit mesin Alternator
Unit transmisi Motor starter
Unit differential Steering gearbox, dan lain-lain.
KRITERIA PERAWATAN
Perawatan harus diprogam dengan cara mengumpulkan data atas jenis perawatan yang
sering dilakukan dengan membandingkan perkiraan jarak tempuh atau waktu operasi.
1. Perawatan berdasarkan jarak tempuh
Kriteria perawatan ini dapat ditetapkan pada kendaraan yang beroperasi dengan
kecepatan rata-rata dan jarak tempuh yang telah ditentukan serta mesin berputar idle
tidak terlalu lama saat kendaraan berhenti. Contoh : bus antar kota, truk jarak jauh, dll.
2. Perawatan berdasarkan jam operasi
Perawatan ini dipilih untuk kendaraan yang rute operasinya jarak dekat, tetapi mesin
harus selalu hidup dalam waktu yang lama ketika kendaraan berhenti. Contoh : bus kota,
truk sampah, truk pengaduk semen, dll.