Anda di halaman 1dari 6

13

Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4, No. 1, 2010

Peningkatan Kualitas Pembakaran Biomassa Limbah Tongkol


Jagung sebagai Bahan Bakar Alternatif dengan Proses
Karbonisasi dan Pembriketan
Untoro Budi Surono*
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta
Abstract
Corn cob is one of potential agricultural wastes in Indonesia that can be processed into an alternative solid
fuel. Carbonization (pyrolysis) followed by briquetting is one of the methods that can be applied to process
biomass into solid fuels. This work investigated the influence of carbonization temperature and briquetting
pressure on combustion characteristic of corn cobs biomass. In this work, carbonization was carried out at three
different temperatures, i.e. 220C, 300C and 380C, while briquetting process was prepared using four pressure
variations, i.e. 24.4 MPa, 48.8 MPa , 73.2 MPa and 97.6 MPa. The results showed that carbonization process of
corn cobs increased the fixed carbon content and the heating value. The best operating condition for
carbonization and briquetting process were obtained at temperature of 380C and pressure of 97.6 Mpa that
could increase the fixed carbon content and the heating value up to 67% and 65% respectively. Carbonization
process could reduce CO emission and combustion rate. It was found that a high briquetting pressure resulted in
low combustion rate and CO emission.
Keywords: alternative fuel, biomass, briquetting, carbonization, combustion, corn cobs
Abstrak
Tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang banyak dijumpai di Indonesia yang dapat diolah menjadi
salah satu bahan bakar padat alternatif. Karbonisasi (pirolisis) yang diikuti dengan pembriketan merupakan salah
satu cara yang dapat digunakan untuk mengolah biomasa menjadi bahan bakar padat. Penelitian ini mempelajari
pengaruh suhu selama proses karbonisasi dan tekanan pada saat pembriketan terhadap sifat pembakaran briket
dari tongkol jagung. Pada penelitian ini, proses karbonisasi dilakukan pada suhu 220C, 300C dan 380C
sementara proses pembriketan dilakukan pada tekanan 24,4 MPa, 48,8 MPa, 73,2 MPa, dan 97,6 MPa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses karbonisasi yang dilakukan dapat meningkatkan kandungan karbon dan
nilai kalor briket dari tongkol jagung. Kondisi operasi karbonisasi terbaik diperoleh pada suhu 380C, sementara
untuk pembriketan dilakukan pada 97,6 MPa yang dapat menaikkan kadar karbon sampai 67% dan nilai kalor
sampai 65%. Proses karbonisasi yang dilakukan dapat mengurangi emisi CO dan laju pembakaran. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa penekanan yang tinggi selama pembriketan juga dapat mengurangi emisi
CO dan laju pembakaran.
Kata kunci: bahan bakar alternatif, biomasa, briket, karbonisasi, pembakaran, tongkol jagung

Pendahuluan
Indonesia sebagai negara agraris, mempunyai
sumber energi biomassa yang melimpah. Salah
satu sumber energi biomassa di Indonesia yang
potensial adalah limbah pertanian, seperti sekam
padi, jerami, ampas tebu, batang dan tongkol
jagung serta limbah-limbah pertanian/perkebunan
lainnya. Salah satu limbah pertanian yang cukup
potensial untuk diolah menjadi bahan bakar
alternatif adalah tongkol jagung, karena
ketersediaannya yang melimpah namun belum
dimanfaatkan secara maksimal. Menurut data
Kementerian Pertanian (2007), produksi jagung
rata-rata diperkirakan sebanyak 12.193.101 ton
__________
* Alamat korespondensi: email: untoro_b_s@yahoo.co.id

per tahun. Dari produksi jagung tersebut


diperkirakan
akan
menghasilkan
limbah
sebanyak 8.128.734 ton tongkol jagung per
tahun.
Limbah pertanian dapat diubah menjadi
bahan bakar alternatif dengan diolah lebih
dahulu. Salah satu cara pengolahan limbah
pertanian menjadi bahan bakar alternatif adalah
dengan cara karbonisasi diikuti dengan
pembriketan. Dengan adanya karbonisasi maka
unsur-unsur pembentuk asap dan jelaga dapat
diminimalkan, sehingga gas buangnya lebih
bersih. Dengan pembriketan maka kebutuhan
ruang menjadi lebih kecil, kualitas pembakarannya menjadi lebih baik dan pemakaiannya lebih
praktis.

14

Berbagai jenis biomassa dapat dibakar tanpa


pembriketan dan karbonisasi lebih dulu. Namun
demikian biomassa yang tidak dikarbonisasi
mempunyai beberapa kekurangan (Vest, 2003)
antara lain sifat-sifat penyalaan dan pembakarannya kurang baik, dalam pembakarannya
menghasilkan banyak asap, nilai kalornya rendah
dan pada kondisi lembab tidak stabil.
Zanderson dkk (1999) dalam penelitiannya
mengkaji pengaruh temperatur karbonisasi
terhadap kandungan karbon terikat dalam arang
yang dihasilkan dari ampas tebu. Hasilnya
menunjukkan bahwa dalam tahapan-tahapan
kenaikan temperatur karbonisasi dari 320C
sampai 600C diperoleh kadar karbon yang
semakin bertambah. Hasil yang sama ditunjukkan
oleh Debdoubi dkk (2005) yang melakukan
penelitian terhadap briket dengan bahan
tumbuhan esparto. Dari penelitian ini juga
diketahui bahwa semakin tinggi temperatur
karbonisasi akan meningkatkan nilai kalor arang
yang dihasilkan.
Biomassa pada umumnya mempunyai
densitas yang cukup rendah, sehingga akan
mengalami kesulitan dalam penanganannya.
Densifikasi biomassa menjadi briket bertujuan
untuk meningkatkan densitas dan mengurangi
persoalan penanganan seperti penyimpanan dan
pengangkutan.
Secara
umum densifikasi
biomassa mempunyai beberapa keuntungan
(Bhattacharya dkk, 1996) antara lain dapat
menaikkan nilai kalor per unit volume, mudah
disimpan dan diangkut serta mempunyai ukuran
dan kualitas yang seragam.
Tekanan pembriketan mempunyai pengaruh
terhadap densitas dan kekuatan tekan briket. Dari
hasil penelitian Demirbas (1999) diketahui bahwa
densitas dan kekuatan tekan briket dari jerami
gandum dan limbah kertas bertambah dengan
semakin tingginya
tekanan pembriketan.
Penelitian yang sama telah dilakukan Singh dan
Kashyap (1985) dengan bahan sekam padi. Chin
dan Shiddiqui (2000) juga melakukan penelitian
dengan bahan briket dari serbuk gergaji kayu,
sekam padi, kulit kacang, tempurung kelapa dan
cangkang sawit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa besarnya tekanan pembriketan akan
mempengaruhi densitas, kekuatan geser dan laju
pembakaran briket. Semakin tinggi tekanan
pembriketan densitas dan kekuatan geser briket
akan naik sedangkan laju pembakarannya akan
turun.
Penelitian ini mengkaji pengaruh temperatur
karbonisasi dan tekanan pembriketan terhadap
karakteristik pembakaran briket tongkol jagung.

Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4, No. 1, 2010

Karakteristik pembakaran yang diuji meliputi laju


pengurangan massa, emisi karbon monoksida dan
temperatur gas pembakaran.
Landasan Teori
Biomassa terdiri atas beberapa komponen
yaitu kandungan air (moisture content), zat
mudah menguap (volatile matter), karbon terikat
(fixed carbon), dan abu (ash). Mekanisme
pembakaran biomassa terdiri dari tiga tahap yaitu
pengeringan (drying), devolatilisasi (devolatilization),
dan pembakaran arang (char combustion). Proses
pengeringan akan menghilangkan moisture,
devolatilisasi yang merupakan tahapan pirolisis
akan melepaskan volatile, dan pembakaran arang
yang merupakan tahapan reaksi antara karbon
dan oksigen, akan melepaskan kalor. Laju
pembakaran arang tergantung pada laju reaksi
antara karbon dan oksigen pada permukaan dan
laju difusi oksigen pada lapis batas dan bagian
dalam dari arang. Reaksi permukaan terutama
membentuk CO. Diluar partikel, CO akan
bereaksi lebih lanjut membentuk CO2.
Pembakaran akan menyisakan material berupa
abu.
Karbon yang terkandung di dalam arang
bereaksi dengan oksigen pada permukaan
membentuk karbon monoksida menurut reaksi
berikut (Borman dan Ragland, 1998):
C + O2

CO

(1)

Permukaan karbon juga bereaksi dengan


karbondioksida dan uap air dengan reaksi reduksi
sebagai berikut :
C + CO2
C + H2O

2CO
CO + H2

(2)
(3)

Selama proses karbonisasi, gas-gas yang bisa


terbakar seperti CO, CH4, H2, formaldehid,
methana, asam formiat dan asam asetat serta gasgas yang tidak bisa terbakar seperti CO2, H2O
dan tar cair dilepaskan. Gas-gas yang dilepaskan
pada proses ini mempunyai nilai kalor yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor
pada proses karbonisasi.

Metode Penelitian
Bahan dan peralatan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
berupa tongkol jagung (Gambar 1.a). Tongkol
jagung yang telah dihancurkan, diayak dengan
mesin pengayak dengan ukuran antara 30 dan 50
mesh. Gel kanji digunakan sebagai perekat pada
proses pembriketan. Pembriketan dicetak pada

15

Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4, No. 1, 2010

cetakan berbentuk silinder yang berdiameter 16


mm. Bomb calorimeter digunakan untuk
mengetahui nilai kalor tongkol jagung baik yang
tidak dikarbonisasi maupun yang dikarbonisasi.
Karbonisasi dilakukan dalam oven. Untuk
mengetahui karakteristik pembakaran briket
dipakai tungku pembakar yang dilengkapi dengan
blower, burner, digital anemometer, termokopel,
timbangan dan komputer.
a
Gambar 2. Alat pembriket

Nilai kalor ditentukan dengan bomb


calorimeter yang ada di Laboratorium Kimia
Fisika Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada,
sedangkan pengujian proximate analysis
dilakukan di Laboratorium Energi Kayu Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Pengujian
pembakaran dilakukan di Laboratorium Konversi
Energi Jurusan Teknik Mesin Universitas Gadjah
Mada.
Adapun
peralatan-peralatan
yang
diperlukan dipersiapkan dan disusun seperti
terlihat pada Gambar 3.
9
8

2
1

5
4
3

Gambar 1. a) Tongkol jagung, b) arang tongkol jagung,


c) briket arang

Prosedur penelitian
Tongkol jagung dikarbonisasi selama 2 jam
pada tiga variasi suhu, yaitu 220C, 300C,
380C. Hasil karbonisasi (Gambar 1.b)
selanjutnya diremuk dan diayak dengan mesin
pengayak. Bubuk arang dicampur dengan gel
kanji (perbandingan 1 : 1) dan dicetak dengan
cetakan briket (Gambar 2) setelah lebih dulu
dioven selama 1 jam untuk mengurangi kadar
airnya. Pembentukan briket dilakukan dengan
menekan campuran arang dan gel kanji sebanyak
3,5 gram di dalam cetakan pada alat pembriket
dengan variasi tekanan 24,4 MPa, 48,8 MPa, 73,2
MPa dan 97,6 MPa. Setelah dicetak, biobriket
(Gambar 1.c) dikeringkan lagi di dalam oven
selama 2 jam pada temperatur 45C - 65C.

Aliran udara
Aliran gas pemanas

1. Blower
2. Katup pengatur aliran udara
3. Thermocouple reader
4. Kawat termokopel
5. Tungku pembakar
6. Gas Analyser
7. Kawat penggantung briket
8. Timbangan elektrik
9. Komputer
Gambar 3. Skema susunan peralatan
pembakaran

pengujian

Hasil dan Pembahasan


Pengaruh temperatur karbonisasi
Dari hasil pengujian nilai kalor terhadap arang
yang dihasilkan dari proses karbonisasi yang
dilakukan pada temperatur yang bervariasi
diketahui
bahwa
temperatur
karbonisasi
berpengaruh pada nilai kalor arang. Semakin

Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4, No. 1, 2010

16

tinggi temperatur karbonisasi, nilai kalor arang


yang dihasilkan juga semakin tinggi. Hal ini
disebabkan dengan semakin tinggi temperatur
karbonisasi maka kadar zat mudah menguap di
dalam arang semakin rendah sementara kadar
karbonnya semakin besar. Dari Tabel 1 dapat
dilihat peningkatan kadar karbon dan nilai kalor
dari tongkol jagung yang tidak di karbonisasi
maupun yang dikarbonisasi dengan temperatur
yang berbeda.

(a)

Tabel 1. Hasil Pengujian Proximate Analysis dan Nilai


Kalor
Kadar zat
Kadar
Mudah
Uap air
menguap
(%)
(%)
Non Karbonisasi 1,168 74,582
Karbonisasi 220C 0,557 32,709
Karbonisasi 300C 0,495 19,905
Karbonisasi 380C 0,644 15,632
Biomassa dari
tongkol jagung

Kadar Kadar Nilai


Karbon Abu
Kalor
(%)
(%) (kKal/kg)
23,900
62,583
74,950
79,374

0,350
4,150
4,650
4,350

(b)

4186,54
6566,88
7038,85
7128,38

Dari hasil pengujian proximate analysis dan


nilai kalor di atas dapat diketahui juga bahwa
nilai kalor dari tongkol jagung mengalami
kenaikan yang cukup signifikan setelah dilakukan
karbonisasi. Kalau dilihat dari tingkat
kenaikannya, kadar karbon dan nilai kalor dari
suhu karbonisasi 220C ke 300C lebih tinggi
dibandingkan dari suhu karbonisasi 300C ke
380C.
Pengaruh temperatur karbonisasi terhadap
karakteristik pembakaran diketahui dari uji
pembakaran pada tongkol jagung kering dan
briket dari arang tongkol jagung. Untuk
pengujian ini, briket yang digunakan adalah
briket yang dibuat dengan tekanan 73,2 MPa.
Pengujian dilakukan pada briket seberat 3 gram
dengan kecepatan udara 0,3 m/s dan temperatur
dinding ruang bakar rata-rata 400C.
Dari Gambar 4 dan 5 dapat dianalisa bahwa
pembakaran biomassa ini dapat dibagi dalam tiga
tahap. Tahap awal adalah pelepasan uap air, yang
ditandai dengan belum adanya emisi CO dalam
gas pembakaran. Tahap kedua adalah pelepasan
zat mudah menguap sekaligus pembakaran
karbon, yang ditandai dengan mulai adanya emisi
CO. Tahap terakhir adalah pembakaran karbon,
yang berlangsung sampai tidak adanya emisi CO
dan berat briket yang tidak berkurang lagi. Briket
yang dibuat dari arang tongkol jagung yang
dikarbonisasi pada temperatur yang semakin
tinggi, laju pembakarannya semakin lambat dan
emisi CO maksimumnya semakin rendah. Hal ini
disebabkan oleh semakin rendahnya kadar zat
mudah menguap dan semakin tingginya kadar
karbon dengan semakin tingginya temperatur
karbonisasi.

Gambar 4. a) Fraksi pengurangan massa dan b) Laju


pengurangan massa tongkol jagung kering
dan briket tongkol jagung pada pengujian
pembakaran

(a)

(b)

Gambar 5. a) Emisi CO dan b) Temperatur gas


pembakaran tongkol jagung kering dan
briket arang tongkol jagung pada
pengujian pembakaran

Tongkol jagung yang tidak dikarbonisasi


menghasilkan emisi CO yang jauh lebih tinggi
dibanding briket arang tongkol jagung. Hal ini

17

Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4, No. 1, 2010

disebabkan kadar zat mudah menguap yang


tinggi di dalam tongkol jagung yang tidak
dikarbonisasi.
Pengaruh tekanan pembriketan
Pengaruh tekanan pembriketan terhadap
karakteristik pembakaran diketahui dari uji
pembakaran briket dari arang tongkol jagung
yang dikarbonisasi pada 380C. Untuk pengujian
ini briket yang digunakan adalah briket yang
dibuat dengan empat variasi tekanan, yaitu 24,4
MPa, 48,8 MPa, 73,2 MPa dan 97,6 MPa.
Pengujian dilakukan dengan kecepatan udara 0,3
m/s dan temperatur dinding ruang bakar rata-rata
400C.
Sebelum dilakukan uji pembakaran dilakukan
pengukuran berat dan dimensi briket. Dari
pengukuran tersebut diketahui semakin tinggi
tekanan pembriketan akan menghasilkan briket
dengan densitas yang makin besar. Briket yang
dibuat dengan tekanan 24,4 MPa densitasnya
0,688 gr/cm3, yang dibuat dengan tekanan 48,8
MPa densitasnya 0,840 gr/cm3, yang dibuat
dengan tekanan 73,2 MPa densitasnya 0,857
gr/cm3 dan yang dibuat dengan tekanan 97,6 MPa
densitasnya 0,860 gr/cm3.

pengurangan massa. Namun demikian, dapat


dilihat
bahwa
semakin tinggi
tekanan
pembriketan
akan
menyebabkan
laju
pengurangan massanya menjadi semakin lambat.
Hal ini disebabkan semakin tinggi tekanan
pembriketan maka partikel arang akan semakin
rapat, sehingga porositasnya menjadi semakin
rendah. Porositas yang semakin rendah
menyebabkan difusi uap air dan zat mudah
menguap dari dalam briket menjadi terhambat.
Demikian juga difusi oksigen ke dalam briket
juga terhambat, sehingga
pembakarannya
menjadi sedikit lambat.
Dari hasil pengukuran emisi CO juga dapat
diketahui bahwa emisi CO maksimum yang
terjadi pada tahap devolatilisasi, semakin rendah
dengan tekanan pembriketan yang semakin tinggi
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7. Hal ini
disebabkan oleh terhambatnya difusi CO (yang
merupakan salah satu kandungan dari zat mudah
menguap) dari dalam briket menuju permukaan
luar briket.
(a)

(a)

(b)
(b)

Gambar 6. a) Fraksi pengurangan massa dan b) Laju


pengurangan massa pada pengujian
pembakaran briket yang dibuat dengan
tekanan yang berbeda-beda

Dari Gambar 6 dapat diketahui bahwa tekanan


pembriketan yang berbeda-beda memberikan
pengaruh yang tidak terlalu besar pada laju

Gambar 7. a) Emisi CO dan b) Temperatur gas


pembakaran pada pengujian pembakaran
briket yang dibuat dengan tekanan yang
berbeda-beda

Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4, No. 1, 2010

18

Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
kualitas pembakaran biomassa limbah tongkol
jagung dapat ditingkatkan dengan proses
karbonisasi.
Proses
karbonisasi
dapat
meningkatkan kadar karbon dan nilai kalor dari
limbah tongkol jagung. Dengan dilakukan
karbonisasi nilai kalor tongkol jagung meningkat
sekitar 65% dan kadar karbonnya meningkat
sekitar 67%. Pada temperatur karbonisasi yang
semakin tinggi akan diperoleh kadar karbon
terikat dan nilai kalor yang semakin tinggi. Kadar
karbon terikat dan nilai kalor tertinggi diperoleh
pada temperatur karbonisasi 380C yaitu 52,6%
dan 7128,38 kkal/kg. Tongkol jagung yang
dikarbonisasi mengandung kadar zat mudah
menguap yang rendah, sehingga menurunkan
emisi CO dalam gas pembakarannya. Dengan
tekanan pembriketan yang semakin tinggi, laju
pembakaran akan semakin lambat dan emisi CO
maksimumnya juga akan lebih rendah.

Daftar Pustaka
Bhattacharya, S.C., Leon, M.A. and Rahman, M.M.,
1996. A Study on Improved Biomass Briquetting,
Energy Program, SERD-AIT, Pathumthani,
Thailand.

Borman, G.L., and Ragland, K.W., 1998. Combustion


Engineering, McGraw-Hill Book Co., Singapore.
Chin, O.C. and Shiddiqui, K.M., 2000. Characteristics
of Some Biomassa Briquettes Prepared Under
Modest Die Pressures, Biomass and Bioenergy
Journal Vol. 18, pp. 223-228
Debdoubi, A., El amarti, A., and Colacio, E., 2005.
Production of Fuel Briquettes from Esparto
Partially Pyrolized, Energy Conversion and
Management Journal Vol. 46, pp. 1877-1884
Demirbas, A., 1999. Physical Properties of Briquettes
from Waste Paper and Wheat Straw Mixtures,
Energy Conversion and Management Journal Vol.
40, pp 437-445
Departemen Pertanian, 2007. Data Produksi Jagung
Nasional, www.deptan.go.id.
Singh, D., Kashyap, M.M.,1985. Mechanical and
Combustion Characteristics of Paddy Husk
Briquettes, Agricultural Waste Journal Vol. 13, pp.
189-196
Vest, H., 2003. Small Scale Briquetting and
Carbonisation of Organic Residues for Fuel,
Infogate, Eschborn, Germany
Zandersons, J., Gravitis, J., Kokorevics, A., Zhurinsh,
A., Bikovens, O., Tardenaka, A. and Spince, B.,
1999. Studies of Brazilian Sugarcane Bagasse
Carbonisation Process and Product Properties,
Biomass and Bioenergy Journal Vol. 17, pp. 209219.

Anda mungkin juga menyukai