Anda di halaman 1dari 13

Peningkatan Kualitas Bahan Bakar Padat Biomassa

Dengan Proses Densifikasi Dan Torrefaksi

Khabibur rohmman1, 202010120311026


Sugeng budi pamungkas2, 202010120311027
Mochammad ardana3, 202010120311029
Aska azhari4, 202010120311030

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan terus tumbuhnya perekonomian Indonesia yang mencakup berbagai
sektor, hal ini berdampak pada peningkatan kebutuhan energi baik untuk kegiatan
industri maupun konsumsi rumah tangga, termasuk penggunaan energi yang lebih
modern dan dapat diterapkan di berbagai bidang. masih sedikit di bawah potensi
yang ada Dalam Kebijakan Konservasi Energi dan Pengembangan Energi
Terbarukan (Energi Hijau) Departemen ESDM, apa yang dimaksud dengan
biomassa termasuk limbah kayu, pertanian/perkebunan/hutan, senyawa organik
dari industri dan rumah tangga.

Biomassa sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan bakar,


namun masih secara tradisional sebagai kayu bakar. Energi yang dihasilkan
digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain kebutuhan rumah tangga
(memasak dan industri rumah tangga). Biomassa merupakan salah satu sumber
energi terbarukan di Indonesia dengan potensi sumber daya yang melimpah.

Biomassa dapat diubah menjadi energi menggunakan sejumlah proses


seperti proses termokimia dan biologi. Konversi biomassa menjadi bahan bakar
tersedia dalam 3 bentuk dasar materi seperti padat, cair dan gas. Biomassa adalah
bahan bakar padat selain batu bara. Biomassa terdiri dari beberapa komponen yaitu
moisture, volatile matter, fixed carbon dan abu.

Salah satu bentuk energi terbarukan yang potensinya melimpah adalah


biomassa yang pemanfaatannya semakin modern dan dapat diterapkan di berbagai
bidang, masih cukup rendah dibandingkan dengan potensi yang ada. Kementerian
ESDM mengacu pada Energi Biomassa yang meliputi limbah kayu,
pertanian/perkebunan/hutan, komponen organik dari industri dan rumah tangga. Di
atas total konsumsi energi pada tahun 2013 sebesar 1,1 miliar BOE (Boil
Equivalent), penggunaan bahan bakar energi konvensional cukup dominan, seperti
minyak bumi dan batu bara.

Torrefaction saat ini merupakan metode konversi biomassa yang menarik


karena potensinya sebagai pilihan energi terbarukan [20-22]. Bahan bakar biomassa
batubara yang mudah terbakar yang telah dikalsinasi dianggap sebagai bahan bakar
termurah saat ini dan merupakan metode yang menjanjikan [23]. Bahan bakar jenis
ini tidak dapat diperbaharui sehingga suatu saat akan habis [24]. Oleh karena itu,
peralihan dari sumber energi fosil ke energi terbarukan sangat mendesak bagi
keberlangsungan perekonomian Indonesia di masa mendatang [25].

Rumusan Masalah
1.Bagaimana cara meningkatkan nilai kalor biomassa agar setra dengan batu bara.?
2.Bagaimana cara kombinasi desifikasi dan torrefikasi menjadi alternatif yang
cukup menjajikan.?

Tujuan Penelitian
1. Tujuan penelitiaan ini maka diharapkan akan memperbaiki karakteristik bahan
bakar seperti peningkatan nilai kalor, menurunkan kadar air, grindability, dan
memperbaiki sifat higroskopik

2. Tujuan penelitiaan ini untuk menaikkan nilai kalori per unit volume, mudah di
simpan dan diangkut serta mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam.

Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui kualitas bahan bakar padat biomassa dengan proses densifikasi
dan torrefaksi.

2. Dapat mengetahui bagaimana langkah-langkah proses densifikasi dan torrefaksi


untuk peningkatan kualitas bahan bakar padat biomassa.
Batasan Masalah
Penelitian ini membahahas bagaimana proses mengkorvesi biomassa menjadi
bahan bakar dengan berbagai metode, perubahan energi dengan beberapa metode
proses seperti proses termokimia dan biologi, dan torrefaksi saat ini menjadi salah
satu metode konversi biomassa yang menarik, karena kemampuannya sebagai salah
satu pilihan energi terbarukan. Dengan biomassa yang telah mengalami proses
torrefaksi dipandang sebagai bahan bakar yang paling murah saat ini dan
merupakan metode yang menjanjikan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian terdahulu
Ada 2 proses peningkatan Biomassa, yaitu:
1.Densifikasi Biomassa
Biomassa adalah bahan bakar padat selain batu bara. Biomassa terdiri dari
beberapa komponen, yaitu kelembaban, volatil, karbon tetap dan abu. Pengeringan
akan menghilangkan uap air, de-evaporasi merupakan langkah pirolisis yang akan
melepaskan volatil, tungku batu bara akan melepaskan karbon yang terikat, dan sisa
pembakaran akan menghasilkan abu (Borman et al. dan Ragland, 1998). Upaya
peningkatan nilai kalor dilakukan antara lain dengan cara penebalan dan
pemanggangan. Biomassa biasanya memiliki densitas yang relatif rendah, sehingga
akan sulit untuk ditangani. Kondensasi atau pembriketan biomassa bertujuan untuk
meningkatkan densitas dan mengurangi masalah penanganan seperti penyimpanan
dan transportasi.
2. Torrefaksi
Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kalor biomassa agar dapat
dibandingkan dengan batubara adalah melalui karbonisasi atau pembakaran suhu
rendah. Karbonisasi atau pembangkitan dikenal luas untuk proses produksi arang.
Sementara pemanggangan adalah proses termokimia pada 200-300°C tanpa
oksigen, pada tekanan atmosfir dan laju pemanasan partikel rendah (<50°C/menit).
Dengan metode ini diharapkan dapat memperbaiki sifat bahan bakar seperti
meningkatkan nilai kalor, mengurangi kadar air, kemampuan menghancurkan dan
meningkatkan sifat higroskopis (Bergman et al., 2004). Beberapa parameter
mempengaruhi proses pemanggangan, antara lain suhu, waktu dan jenis biomassa.
Selama proses pemanggangan, air yang terkandung di dalamnya akan dikeluarkan
dan terjadi penguapan terbatas. dengan proses ini massa akan berubah menjadi 70%
dari massa semula, kandungan energi akan menjadi 90% dan kadar air akan menjadi
1-2%. Sehingga secara keseluruhan akan meningkatkan nilai kalor per satuan massa
(Bergman, 2005).
2.2 Kutip jurnal internasional
Abstrak - Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan
Indonesia dengan potensi sumber daya yang kaya di indonesia. Biomassa dapat
diubah menjadi energi menggunakan sejumlah proses seperti proses termokimia
dan biologi. Konversi biomassa menjadi bahan bakar tersedia dalam tiga bentuk
dasar materi: padat, cair dan gas. Pada umumnya biofuel padat memiliki kepadatan
massa dan energi yang rendah. Artikel ini akan membahas teknologi untuk
meningkatkan kualitas bahan bakar padat melalui kompresi dan pemanggangan.
Kombinasi kompresi dan proses pemanggangan akan menjadi pilihan yang menarik
untuk produksi bahan bakar padat berkualitas tinggi.

2.3 Kutip paten


Abstrak - Upaya penghematan konsumsi BBM merupakan pekerjaan yang
sangat penting untuk dilakukan saat ini dan di masa mendatang, salah satunya
dengan menggunakan Brown Gas. Di sisi lain, penggunaan brown gas sebagai
bahan bakar kendaraan belum optimal, hanya menggunakan elektrolisis saja,
memperpendek umur baterai, sisa energi pengisian terbuang sia-sia, elektrolisis
tidak digunakan. gas hidrogen yang diperoleh tidak maksimal. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengumpulkan data emisi dan konsumsi bahan bakar sepeda motor
berbahan bakar bensin dengan menggunakan WGES. Penelitian dilakukan dengan
dua pengujian yaitu uji standar dan uji eksperimen dengan menggunakan WGES.
Data yang dihasilkan dimasukkan ke dalam tabel dan ditampilkan dalam bentuk
grafik, yang kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan, sehingga dapat dilakukan
perbandingan antara penggunaan WGES dan standar. Dari data perbandingan
terlihat bahwa rasio konsumsi bahan bakar dan tingkat emisi pada Honda GL MAX
124.1cc masih standar dan menggunakan WGES. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa penggunaan WGES dapat mengurangi konsumsi bahan
bakar dan meningkatkan kualitas emisi.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode harus selengkap mungkin yang memungkinkan orang lain dapat
melakukan pengulangan terhadap metode yang digunakan, dengan hasil yang lebih
kurang sama.

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2023 di Lab.Praktikum
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang.

3.2. Rancangan Penelitian


3.2.1 . Densifikasi Biomassa

Proses kompresi adalah proses dimana biomassa dikompresi dengan cara


kompresi (pemerasan) sehingga kerapatan massa atau juga kerapatan energi
potensialnya meningkat. Surono (2010) menjelaskan bahwa biomassa cenderung
memiliki densitas yang cukup rendah sehingga sulit untuk ditangani.

3.2.1 . Torefaksi Biomassa

Torrefaksi adalah pemanasan lambat biomassa pada kisaran suhu 200 °C -


300 °C ketika sedikit atau tidak ada oksigen. Torrefaksi dilakukan dengan oven
listrik dengan target suhu 280 °C dan durasi 20 menit.

3.3. Alat dan Bahan Penelitian


3.3.1 Neraca analitik
3.3.2 Ayakan

3.3.3 Oven

3.3.4 Alat kempa

3.3.5 Kayu
3.3.6 Sekam padi

3.4. Prosedur Pengujian Bahan Bakar Padat


3.4.1 Pengujian Sifat Bahan Bakar Padat

Terdapat dua jenis analisa sifat untuk bahan bakar padat (batubara atau
biomassa) berdasarkan standar ASTM, “Standard on coal and coke”, yaitu:

1. Analisis Proksimasi

Analisis proksimat adalah analisis bahan bakar padat dari bahan biomassa
yang menghasilkan fraksi massa kadar air, kadar abu, zat terbang dan kadar karbon
tetap (Sutapa, 2004). Metode pengujian yang dilakukan menurut standar ASTM D-
1762 meliputi:

a. Analisis kadar air (kadar air) Sampel bahan bakar dihaluskan dan diambil ± 1
gram kemudian dimasukkan ke dalam beaker porselin. Perlakuan selanjutnya
adalah pengeringan dalam oven pada suhu 105°C selama 2 jam. Kemudian
didinginkan dalam desikator selama satu jam dan ditimbang. Ditimbang sampai
massa konstan tercapai. Kelembaban adalah massa yang hilang karena pemanasan
dibagi dengan massa awal dan dikalikan 100%.

b. Analisis Zat Volatile Prosedur pengujian zat volatil dilakukan dengan


memanaskan sampel bahan bakar yang diperoleh dari uji kadar air dalam oven pada
temperatur oven 950 °C. Saat suhu tercapai, cangkir dan isinya tetap sementara di
dalam oven, kemudian didinginkan dalam desikator untuk ditimbang. Kehilangan
massa ini dibagi dengan massa sebelum uji volatil dan dikalikan 100%, yaitu massa
volatil.
c. Analisis Kadar Abu Prosedur pengujian kadar abu dilakukan dengan menguji
sampel bahan bakar padat setelah melewati uji volatilitas. Sampel disembelih dalam
krusibel yang dipanaskan dalam oven pada suhu 750°C selama 6 jam. Sampel
kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 1 jam dan ditimbang. Massa
sampel yang tersisa membentuk massa abu. yaitu Analisis Fixed Carbon Metode
pengujian fixed carbon dilakukan sesuai dengan standar uji ASTM D-3172, yaitu
dengan mengurangkan massa asli sampel bahan bakar dari massa air, volatil dan
abu.

2. Analisa nilai kalor

Bahan bakar diuji sesuai dengan standar ASTM 2015, yaitu H. mengambil
sampel bahan bakar ±1 gram untuk diuji dengan kalorimeter bom untuk analisis
kandungan panas. Perhitungan yang dilakukan dalam kalorimeter bom ini untuk
menentukan nilai kalor zat padat adalah:

t = tc – ta - r1(b - a) - r2(c - b) (1)

𝑊 = 6318+𝑒1+𝑒2 𝑡 𝑘𝑎𝑙 (2)

𝐻𝑔 = 𝑡𝑤−𝑒1−𝑒2 𝑤 (3)

dimana,

a : waktu pembakaran (menit).


b : waktu yang diperlukan untuk mencapai 60 % pembakaran total (menit).
c : waktu ditunjuk saat tidak ada perubahan suhu setelah proses pembakaran
(menit).
ta : temperatur saat pembakaran (°C).
tc : temperatur saat mencapai waktu c (°C).
r1 : temperatur rata-rata setiap menit sebelum terjadi pembakaran (°C/menit).
r2 : temperatur rata-rata setiap menit setelah terjadi pembakaran (°C/menit).
e1 : standar larutan alkali yang digunakan pada titrasi asam (mL).
e2 : sisa panjang kawat setelah pembakaran (cm).
m : selisih berat sampel uji sebelum dan sesudah pengujian (g).
w : kuivalen energi kalorimetri dari pembakaran asam benzoate (kal/oC).
H : nilai kalor (kal/g).
3.4.2 Pembriketan char

Setelah arang pirolisis diekstraksi, pertama-tama dibriket sebelum dibakar.


Pembriketan dilakukan dengan tekanan 250 kg/cm² dan menggunakan bahan
pengikat yang terbuat dari kanji, komposisi bahan pengikat adalah 20% dari total
massa briket. Setelah pengepresan briket di oven pada suhu 110˚C selama 20 menit.

3.4.3 Pembakaran briket char

Setelah char hasil pirolisis diperoleh, sebelum dilakukan pembakaran


terlebih dahulu dilakukan pembriketan. Pembriketan dilakukan pada tekanan 250
kg/cm2 dan menggunakan binder dari kanji, komposisi binder sebesar 20% dari
massa total briket. Setelah dipres briket kemudian di oven pada suhu 110˚C selama
20 menit.

3.5. Analisis Data

Analisis Termogravimetri (TGA) adalah teknik untuk menganalisis


stabilitas termal suatu bahan dan menghitung proporsi komponen volatilnya dengan
memantau perubahan massa pada perlakuan panas suatu sampel. Analisis
termogravimetri dilakukan dalam atmosfer oksigen (udara/oksigen dan campuran
gas inert). Kurva perubahan massa digambar sebagai fungsi kenaikan suhu.
Perangkat yang mengukur pengurangan massa sampel biofuel dalam oven dengan
pengontrol suhu (disebut neraca panas). Gambar tersebut menunjukkan kurva
pengurangan massa dengan peningkatan suhu tungku. Sampel pertama mengering
dan kemudian kehilangan komponen yang mudah menguap pada suhu sampel
sekitar 300–600 °C. Bahan padat yang tertinggal setelah proses penguapan, disebut
arang, mengandung karbon dan abu. Oksidasi karbon terjadi pada suhu sampel
sekitar 800-1200 °C.
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Sharma, J. Parikh, and C. Singh, “Transition to LPG for cooking:


A case study from two states of India,” Energy Sustain. Dev., vol. 51, pp. 63–72,
2019, doi: 10.1016/j.esd.2019.06.001.
[2] S. Sudarman, W. Guszolil, D. Daryono, and M. Lukman,
“Feasibility Study on a Micro Hydro Power Plant at Coban Jahe Waterfall, Jabung,
Malang Regency,” J. Energy Mech. Mater. Manuf. Eng., vol. 6, no. 1, pp. 41–52,
2021, doi: 10.22219/jemmme.v6i1.16433.
[3] M. Aklin, P. Bayer, SP Harish, and J. Urpelainen, “Quantifying slum
electrification in India and explaining local variations,” Energy, vol. 80, no. 2013,
pp. 203–212, 2015, doi: 10.1016/j.energy.2014.11.063.
[4] RA Ofosu, KK Kaberere, JN Nderu, and SI Kamau, “Design of BFA
optimized fuzzy electronic load controller for micro hydro power plants,” Energy
sustain. Dev., vol. 51, pp. 13–20, 2019, doi: 10.1016/j.esd.2019.04.003.
[5] ML Kolhe, KMIU Ranaweera, and AGBS Gunawardana,
“Technoeconomic sizing of off-grid hybrid renewable energy system for rural areas
electrification in Sri Lanka,” Sustain. Energy Technol. Assessments, vol. 11, no.
2015, pp. 53–64, 2015, doi: 10.1016/j.seta.2015.03.008.
[6] O. Olatunde, MY Hassan, MP Abdullah, and HA Rahman, “Hybrid
photovoltaic/small-hydropower microgrid in smart distribution network with grid
isolated electric vehicle charging system.,” J. Energy Storage, vol. 31, no. April,
p.s. 101673, 2020, doi: 10.1016/j.est.2020.101673.
[7] KR Naik, B. Rajpathak, A. Mitra, C. Sadanala, and ML Kolhe,
“Power management scheme of DC micro-grid integrated with photovoltaic -
Battery - Micro hydro power plant,” J. Power Sources, vol. 525, no. March, p.
230988, 2022, doi: 10.1016/j.jpowsour.2022.230988.
[8] X. Wang, Y. Mei, Y. Kong, Y. Lin, and H. Wang, “Improved multi-
objectivemodel and analysis of the coordinated operation of a hydro-wind-
photovoltaicsystems,” Energy, vol. 134, pp. 813–839, 2017, doi:
10.1016/j.energy.2017.06.047.
[9] S. Pannala, NP Padhy, and P. Agarwal, “Effective power
management scheme for PV-Battery-DG integrated standalone DC microgrid,” IET
Electr. power Appl., vol. 14, no. 12, p. 2322–2330, 2020, doi: 10.1049/iet-
epa.2020.0140.
[10] B. Pavlakoviÿ, A. Okanovic, B. Vasiÿ, J. Jesic, and P. Šprajc, “Small
hydropower plants in Western Balkan countries: status, controversies and a
proposed model for decision making,” Energy. sustain. Soc., vol. 12, no. 1, pp. 1–
13, 2022, doi: 10.1186/s13705-022-00335-7.
[11] E. Quaranta, K. Bódis, E. Kasiulis, A. McNabola, and A. Pistocchi,
“Is There a Residual and Hidden Potential for Small and Micro Hydropower in
Europe? A Screening-Level Regional Assessment,” Water Resources. Manag., vol.
36, no. 6, pp. 1745–1762, 2022, doi: 10.1007/s11269-022-03084-6.
[12] AY Hatata, MM El-Saadawi, and S. Saad, “A feasibility study of
small hydropower for selected locations in Egypt,” Energy Strategy. Rev., vol. 24,
no. march, pp. 300–313, 2019, doi: 10.1016/j.esr.2019.04.013.
[13] GA Candrasa, AN Afandi, and A. Aripriharta, “Performance
evaluation of micro-hydro power plant based on a case study of 2 × 650 kW,” AIP
Conf. Proc.,vol. 2453, no. July, 2022, doi: 10.1063/5.0095075.
[14] GK Sakki, I. Tsoukalas, and A. Efstratiadis, “A reverse engineering
approach across small hydropower plants: a hidden treasure of hydrological
data?,”Hydrol. sci. J., vol. 67, no. 1, pp. 94–106, 2022, doi:
10.1080/02626667.2021.2000992.
[15] H. Armghan, M. Yang, MQ Wang, N. Ali, and A. Armghan,
“Nonlinearintegral backstepping based control of a DC microgrid with renewable
generation and energy storage systems,” Int. J.Electr. Power Energy Systems, vol.
117, no. October 2019, p. 105613, 2020, doi: 10.1016/j.ijepes.2019.105613.
[16] O. Paish, “Small hydro power: Technology and current status,”
Renew. sustain.Energy Rev., vol. 6, no. 6, pp. 537–556, 2002, doi: 10.1016/S1364-
0321(02)00006-0.
[17] KR Sorto-Ventura, M. Abarzadeh, K. Al-Haddad, and LA Design,
“23-levelsingle DC source hybrid PUC (H-PUC) converter topology with reduced
number of components: Real-time implementation with model predictive control,”
IEEE Open J.Ind. electrons. Soc., vol. 1, no. 1, pp. 127–137, 2020, doi:
10.1109/OJIES.2020.3007989.
[18] A. Fauzan, H. Soegiharto, A. Mokhtar, S. Adiwidodo, E. Faculty,
and UM Malang, “The Role of Flue Gas Inhibitor on Stabilizing Heptane Flame in
Mesoscale Combustor,” vol. 6, no. 2, pp. 111–118, 2021.
[19] RA Ofosu, E. Normanyo, KK Kaberere, SI Kamau, and EK Otu,
“Design of an Electronic Load Controller for Micro Hydro Power Plant Using
Fuzzy-PIController,” Cogent Eng., vol. 9, no. 1, 2022, doi:
10.1080/23311916.2022.2057115.
[20] SO Anaza, MS Abdulazeez, YA Yisah, YO Yusuf, BU Salawu, and
S.U. Momoh, “Micro Hydro-Electric Energy Generation-An Overview,” Am. J.
Eng. Res., no. 6, pp. 5–12, 2017, [Online]. Available: www.ajer.org
[21] CM Darwin Gozon, RC Pallugna, and R. V Morcilla, “Analysis and
Comparison of Switching Techniques of Electronic Load Controller for Micro
hydro Power Plants,” Mindanao J. Sci. Technol., vol. 14, pp. 120–130, 2016.
[22] A. Hafid, A. Faharuddin, and A. Rajab, “Electronic Load Controller
based on Dimmer Circuit and Stepper Motor for 5 kW Micro-Hydro Power Plant,”
Trends Sc., vol. 19, no. 2, pp. 1–11, 2022, doi: 10.48048/tis.2022.2023.
[23] M. Kushwah and A. Patra, “PID Controller Tuning using Ziegler-
Nichols Method for Speed Control of DC Motor,” Semar Gr., vol. 3, no. 13, pp.
2924– 2929, 2014, [Online]. Available: www.semargroup.org,
[24] C. Dwi Febrian and M. Irkham Mamungkas, Mulyono “Design of
Hollow Cone Water Gate with Hydraulic System in Karangkates,” J. Energy, Mech.
Mater. Manuf. Eng., vol. 6, no. 2, p. 65144, 2021.
[25] S. Barbarelli, M. Amelio, G. Florio, and NM Scornaienchi,
“Procedure Selecting Pumps Running as Turbines in Micro Hydro Plants,” Energy
Procedia,vol. 126, pp. 549–556, 2017, doi: 10.1016/j.egypro.2017.08.282.

Anda mungkin juga menyukai