Anda di halaman 1dari 3

Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik .

Universitas
Indonesia

MID TERM ESSAY POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA


Nama : Erika
NPM : 0706291243
Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

ASEAN+3, Sebuah Jawaban Menuju Kemakmuran Indonesia 2045

“Berdasarkan suatu proyeksi Bank Dunia, pada tahun 2020 kelak, delapan dari sepuluh
ekonomi terbesar dunia (berdasarkan purchasing power parity) akan berada di Asia Pasifik”. Itulah
pernyataan yang disampaikan Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, Ali Alatas pada acara Curah
Pendapat tentang Perkembangan Dunia dan Kebijakan Luar Negeri RI tahun 2000 lalu. Pernyataan
tersebut seakan memberikan gambaran tentang betapa besarnya pengaruh Asia Pasifik pada percaturan
ekonomi dunia di tahun-tahun mendatang. Hal ini tidaklah mengherankan, apalagi jika melihat Amerika
Serikat sebagai negara yang begitu besar kekuatan ekonominya, kini mulai menunjukkan
keterpurukannya; sementara Cina yang memang berpenduduk lebih besar dari Amerika Serikat, terus
menunjukkan kemajuan dalam bidang ekonominya. Langkah Cina ini juga diikuti oleh negara-negara
Asia Pasifik lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan, yang tingkat perekonomiannya semakin bagus
dari tahun ke tahun. Perkembangan perekonomian Cina, Jepang dan Korea Selatan juga dibuktikan
melalui proyeksi ekonomi yang dilakukan The Economist pada 1994 lalu. Menurut The Economist, pada
2020 diperkirakan GDP China akan menjadi 140%, melebihi AS (100%) yang pada 1994 menempati
posisi pertama. Peringkat berikutnya akan diduduki oleh Jepang (42%), India (30%), Indonesia (25%),
Jerman (23%), Korea Selatan (21%), Thailand (20%), Perancis (19%), dan Taiwan (18%). Hal yang
menarik ialah bahwa di antara lima besar negara peraih GDP tertinggi terdapat empat negara Asia (Cina,
Jepang, India, dan Indonesia) dan di antara sepuluh besar terdapat tujuh negara Asia. Perkembangan
ekonomi Cina, Jepang, dan Korea Selatan yang dapat dikatakan cukup menjanjikan ini, mendorong
Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya untuk melakukan perluasan integrasi ekonomi dengan
ketiga negara tersebut, melalui suatu wadah yang dinamakan ASEAN+3.
Sebelum menelaah lebih lanjut mengenai ASEAN+3, penulis ingin membahas sedikit
mengenai Teori Dependensia dan perspektif sistem kapitalis dunia, yang menurut penulis menjadi dasar
bagi Indonesia untuk menjalin kerjasama dengan ASEAN+3. Teori dependensia menjelaskan kondisi
dunia di mana keadaan ekonomi beberapa negara diatur oleh pembangunan dan ekspansi negara lain,
yang kemudian menempatkan negara dependen pada posisi belakang yang dieksploitasi oleh negara
dominan. Senada dengan Teori Dependensia, Immanuel Wallerstein dalam perspektif sistem kapitalis
dunia membagi dunia menjadi tiga dearah, yaitu daerah inti (core), daerah semi-periferi, dan daerah
periferi. Posisi daerah periferi ditempati oleh negara lemah yang tidak dapat mengontrol diri sendiri,
dalam hal ini negara dunia ketiga, termasuk Indonesia. Sementara posisi daerah inti ditempati oleh
negara dominan seperti Amerika Serikat. Teori Dependensia dan perspektif kapitalis dunia sama-sama
berpendapat bahwa keadaan dunia seperti sebuah siklus yang menyebabkan negara Dunia Ketiga
terus-menerus bergantung pada negara dominan. Salah satu jalan untuk keluar dari lingkaran
ketergantungan ini adalah dengan merevolusi sistem internasional, yang tampaknya sangat sulit
dilakukan. Jalan kedua bagi Indonesia adalah dengan menjadi bagian dari negara inti. Lantas pertanyaan
terbesar yang berkaitan dengan jalan kedua ini adalah : Mungkinkah Indonesia menjadi bagian dari
negara inti tersebut? Melihat potensi wilayah dan populasi yang dimiliki Indonesia, sebenarnya
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik . Universitas
Indonesia

Indonesia sangat berkemungkinan menjadi bagian dari negara inti. Salah satu jalan yang dapat ditempuh
Indonesia adalah dengan menjalin kerjasama dengan negara-negara yang diprediksikan akan menguasai
keadaan perekonomian Indonesia di tahun mendatang, yaitu melalui ASEAN+3.
Adapun kerjasama antara negara-negara ASEAN dengan Jepang, Cina, dan Korea Selatan itu
sebenarnya telah dimulai sejak 1997 silam, ketika diadakan pertemuan antara 10 pemimpin ASEAN
dengan 3 pemimpin negara tersebut. Pertemuan tahun 1997 itu kemudian mendasari
pertemuan-pertemuan lain yang diselenggarakan oleh 10 negara ASEAN dan 3 negara Asia Timur itu.
Pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura, ke-13 negara tersebut sepakat mengidentifikasi berbagai bentuk
kerjasama komprehensif, dengan menyetujui 4 agenda besar. Empat agenda tersebut yaitu pertama,
kerjasama Politik dan Keamanan, kedua Ekonomi dan Keuangan, ketiga Energi, Lingkungan Hidup,
Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan, keempat Sosial Budaya, serta kelima Mekanisme
Dukungan Institusi. Pada bidang politik dan keamanan, ASEAN+3 memandang perlu meningkatkan
stabilitas dan perdamaian untuk mencegah aksi terorisme. Di sektor perdagangan dan investasi,
ASEAN+3 terus menggalakkan program penurunan dan penghapusan tarif, yang kemudian diharapkan
dapat meningkatkan arus perdagangan dan investasi dalam dan antar negara-negara ASEAN+3. Tidak
hanya dalam bidang ekonomi dan keamanan, kerjasama juga digalakkan terutama pada sektor
pariwisata, pertanian, makanan dan kehutanan.
Tidak diragukan lagi, keberadaan ASEAN+3 diharapkan akan memberi banyak dampak positif
bagi ASEAN secara keseluruhan dan Indonesia secara spesifik, terutama pada sisi perkembangan
ekonomi Indonesia; namun bukan berarti keberadaan ASEAN+3 lantas tidak memberikan dampak
negatif bagi ASEAN. ASEAN+3 disinyalir dapat memperlemah rasa persatuan antar negara-negara
ASEAN, dikarenakan negara-negara ASEAN akan lebih tertarik untuk mendekatkan diri dengan 3
negara Asia Timur tersebut. Menanggapi ancaman ini, pemerintah melalui Departemen Luar Negeri
diharapkan mampu memperkuat lagi rasa integritas antar sesama negara ASEAN, agar jangan sampai
integrasi yang sudah terbangun antar negara ASEAN menjadi terpecah-belah. Masalah kedua adalah
masalah internal negara-negara Asia Timur yang hingga kini belum terintegrasi secara sempurna.
Jepang, Cina, dan Korea Selatan memang memiliki banyak perbedaan, baik secara politik maupun
secara sosial; perbedaan itulah yang kemudian dapat menghasilkan berbagai konflik dan kecurigaan jika
tidak ditangani dengan baik. Di sinilah Indonesia dapat berperan, Indonesia dapat menjadi pemimpin
ASEAN+3 sehingga kemungkinan konflik dan benturan kepentingan antar 3 negara tersebut dapat
teratasi. Hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat posisi Indonesia dalam ASEAN sebagai salah satu
negara pendiri yang cenderung disegani. Yang perlu digarisbawahi mengenai kebijakan pemerintah
Indonesia adalah Indonesia harus tetap memperkuat ASEAN sebelum melangkah ke wadah yang lebih
lanjut lagi, di sini pemerintah harus mengingat bahwa ASEAN tetaplah merupakan fokus kebijakan luar
negeri Indonesia.
Momen 100 tahun kemerdekaan Indonesia sudah barang tentu merupakan momen yang sangat
baik bagi Indonesia untuk maju dan bangkit kembali untuk menjadi Macan Asia. Kerjasama yang telah
terjalin melalui ASEAN+3 diharapkan akan mampu memuluskan jalan Indonesia menuju kejayaan
ekonominya. Jika kerjasama Indonesia dalam ASEAN dengan Cina, Jepang, dan Korea Selatan berjalan
dengan baik, maka bukan tidak mungkin pada 2045 Indonesia dapat menjadi salah satu dari lima negara
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tercepat. Adapun penulis memandang proses perubahan ASEAN
menjadi ASEAN+3 (dan nantinya membentuk East Asia Community, bila semua hal berjalan lancar),
sebagai proses positif yang akan mendorong laju investasi dari Jepang, Cina dan Korea Selatan ke
Indonesia. Indonesia akan menjadi “lahan favorit” untuk menanamkan modal (bagi negara-negara
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik . Universitas
Indonesia

ASEAN+3, juga bagi negara-negara besar lain), dengan mempertimbangkan besarnya wilayah dan
populasi penduduk Indonesia. Selain itu, hubungan yang baik dengan Cina, Jepang, dan Korea Selatan
akan memudahkan Indonesia untuk mendapatkan bantuan teknologi dan dana pembangunan dari Jepang
dan Korea Selatan; juga akan memudahkan Indonesia untuk lebih mengeksploitasi pasar Cina yang
diperkirakan akan tumbuh semakin cepat. Bila kerjasama dalam ASEAN+3 berjalan lancar, niscaya
2045 Indonesia akan mampu menjadi negara yang memiliki perekonomian kuat, tidak lagi sekedar
menjadi negara periferi seperti yang dialami Indonesia sekarang.

Anda mungkin juga menyukai