Anda di halaman 1dari 23

Journal Reading

Pembimbing : dr. Sondang BRS, Sp.THT, MARS


Oleh : Tri Utami Ningrum

Stase THT
RSUD Cianjur 2014

LATAR BELAKANG
Insiden HPV terkait karsinoma sel skuamosa orofaringeal
(OPSCC) meningkat

Area kankerisasi : Panendoskopi dan PET-CT rutin

Diagnosis & protokol follow up pasien karsinoma


sel skuamosa kepala dan leher (HNSCC)
2

LATAR BELAKANG

p16 : marker untuk infeksi HPV

Perbedaan molekul karsinogenesis

Karsinoma sel skuamosa


kepala & leher (HNSCC)

Karsinogenesis
terkait HPV

TUJUAN PENELITIAN

Evaluasi
Diagnostik

Tumor primer kedua


saluran aerodigestif
atas (UADT) pada
pasien dengan OPSCC
terkait HPV dan tidak
terkait HPV

METODE
Desain Penelitian :
Retrospektif

Subjek :
406 pasien yang terdiagnosa OPSCC di Albareta
antara tahun 2004 dan 2009

METODE

Data pasien
Demografi tumor
Follow up
Kelangsungan hidup

Status
merokok

Pusat kanker
Albareta

Cross Cancer Institute (CCI)


Tom Baker Cancer Center
(TBC)
6

IDENTIFIKASI TUMOR PRIMER KEDUA

PET-CT seluruh tubuh


& histopatologis

Lesi >2 cm

Sinkronus

Metakronus

IDENTIFIKASI TUMOR PRIMER KEDUA


Saluran aerodigestif atas (UADT) : kepala,
leher, esophagus dan kanker paru

Non saluran digestif atas (Non-UADT) :


kolorektal, dada, prostat dan malignansi tiroid

TINGKAT INSIDEN

100 pasien/tahun
Waktu observasi : Diagnosis awal - terakhir follow
up/kematian

PENENTUAN STATUS HPV

199 formalin-fixed dan jaringan paraffin-embedded


Sampel : diinkubasi antibodi monoclonal p16INK4A
tikus (p16)
Positif p16 : intesitas tinggi, corak difus lebih dari
70% per spot

10

Tabel
1.
Demografi
berdasarkan status p16

pasien
11

Tabel 2. insiden tingkat tumor primer kedua saluran areodigestif


atas (UADT) dan saluran non aerodigestif atas (Non-UADT)
12

Gambar 1. Distribusi tumor primer


kedua berdasarkan p16

13

Tabel 3. Hasil diagnosis dari berbagai pencitran untuk


tumor primer kedua berdasarkan status p16

14

DISKUSI

Ang dkk & Licitra dkk

Prevalensi tumor primer


kedua rendah pada pasien
OPSCC HPV positif

Data Epidemiologi

Insiden tumor primer


kedua lebih rendah dari
tumor orofaring

15

DISKUSI
Insiden tumor primer kedua UADT pada OPSCC terkait HPV
berkurang
Insiden pada tumor primer kedua Non-UADT sama

Pasien p16 (+) : kavitas oral dan orofaring


Pasien p 16 (-) : memiliki distribusi yang luas

3 pasien HPV (+) : malignansi primer kedua yang


mempengaruhi paru
16

DISKUSI
Panendoskopi

Sangat rendah pada pasien HPV (+)


Tumor primer kedua tidak teridentifikasi pada p16
(+), non perokok
Keterbatasan : identifikasi malignansi paru
Nasofaringoskopi : identifikasi tumor primer kedua

17

DISKUSI

PET-CT
Alat diagnostik
Hemat biaya
Dapat menentukan stadium tumor
Identifikasi tumor primer kedua pada kepala dan leher

18

Gambar
2.
algoritma
diagnostik untuk tumor
primer kedua berdasarkan
status p16

19

KETERBATASAN PENELITIAN
Retrospektif : bias, pencatatan
tidak akurat, data tidak
lengkap

Status merokok

HNSCC terkait virus menjadi


tumor primer kedua

Over ekspresi p16

20

KESIMPULAN

Risiko rendah
berkembangnya tumor
primer kedua UADT
Pasien OPSCC terkait
HPV non perokok

Hasil rendah area


kankerisasi
21

KESIMPULAN

Penelitian memberikan bukti


OPSCC terkait virus cukup jelas

Dapat dijadikan alternatif diagnostik

22

TERIMA KASIH

23

Anda mungkin juga menyukai