Lithostratigrafi Formasi Kebo Butak PDF
Lithostratigrafi Formasi Kebo Butak PDF
Pendahuluan
Kemudian, Sumarso dan Ismoyowati (1975) menamai kedua satuan ini sebagai Formasi Kebo-Butak,
yang selanjutnya penamaan terakhir ini diikuti oleh
Surono drr. (1992) untuk Peta Geologi Lembar
Surakarta dan Giritontro skala 1:100.000. Samodra
dan Sutisna (1997) juga mengikuti penamaan itu,
dalam Peta Geologi Lembar Klaten skala 1:50.000,
dengan menambahkan tiga anggota dalam Formasi
184
Salatiga
ga
Wonosobo
K. Bogowo
Magelang
Boyolali
Mungkid
lo
So
10 km
K. B
e
nto
an
SURAKARTA
Sleman
Purworejo
Klaten
Sukoharjo
YOGYAKARTA
Wonogiri
Bantul
Parangtritis
Waduk Wonogiri
Nawangan
SAMUDRA HINDIA
Lokasi penelitian
Sendang
K. Oyo
WONOSARI
K.
O k
pa
Wates
Ngancar
Glonggong
Baron
Pacitan
Tmwl
11030 BT
Tmwl
Qt
Tmdi
Tew
KTm
Tmdi
Tew
Tmdi
KECAMATAN GANTIWARNO
Tmdi
Tew
Qt
Bayat
Qt
Qt
KTm
Tmwl
Qt
Tmdi
Qt
Tmwl
KECAMATAN CAWAS
PEBUKITAN JIWO
Tew
KTm
Tmdi
0m
Tmwl
Qt
Tmkb
Tmo
KECAMATAN WEDI
Tomk
Ton
Tomb
Qhm
P1
Tms
Tomb
Tms
Tomk
P3
Tomk
P5
PEGUNUNGAN BATURAGUNG
P2
Tomb
G. NGLANGGERAN
Ton
Tms
Tomb
Tms
P6
Tmo
Tms
P4
Tmn
KAB. GUNUNG KIDUL
Tmss
Tms
Tmn
Tmss
Tmo
Tmn
Tms ?
11030 BT
Tmn
Qa
Tmss
Aluvium
Qt
Aluvium tua
Qvm
Qa
Tmo
Formasi Oyo
Qa
Formasi Nglanggran
75230 LS.
Sesar
Tpdi
Diorit Pendul
Tew
Formasi Wungkal
Tmo
Tms ?
Tmss
Tmss
Tmo
Hargomulyo
Tmn
75230 LS.
5000 meter
2500 m
KABUPATEN SUKOHARJO
KECAMATAN BAYAT
Tomk
11030 BT
KABUPATEN KLATEN
Tms
74500 LS.
Tmwl
KTm
RAWA JOMBOR
1104500 BT.
74500 LS.
185
Antiklin
Sinklin
P1
Gambar 2. Peta geologi Pegunungan Baturagung dan Perbukitan Jiwo serta lokasi pengukuran penampang stratigrafi P1 - 6.
Untuk kolom stratigrafi lihat Gambar 3.
ZONASI
BLOW
(1964)
KLAS.
HURUF
KALA
KUARTER ZAMAN
WAKTU
FORMASI
N23
N22
PLIOSEN
Th
N21
Akhir
N18
Tg
F. Kepek
F. Kepek:
Perselingan batugamping, napal dan
serpih gampingan
N17
N16
N15
N14
Tengah
Tf2
F. Wonosari:
Batugamping, napal, batupasir tufan,
dan batulanau.
F. Oyo:
Batugamping tufan, tufa, dan napal tufan.
N11
Tf1- N10
Te5
N9
N8
Awal
F. Wonosari
N13
M I O S E N
Tf3
L I T O L O G I
Te4Te1 N5
OLIGOSEN
Awal-Akhir
EOSEN
Akhir
N4
TdTc
Tb
N3=
P22
F. Oyo
F. Sambipitu
F. Nglanggeran
F. Semilir
F. Butak
F. Kebo
N2=
P21
P17
P16
Tengah
P15
Ta
KAPUR-PALEOSEN
AWAL?
F. Wungkal-Gamping
F. Sambipitu:
Perselingan batupasir gampingan dan
serpih gampingan.
F. Nglanggeran:
Breksi gunung api, tufa, aglomerat, lava,
bantal, breksi autoklastika, breksi epiklastika
F. Semilir:
Breksi batuapung, tuf lapili, tuf, pasir tufan,
dan serpih.
Formasi Butak:
Breksi polimik diselingi batupasir, batupasir
kerikilan, batulempung dan batulanau.
Formasi Kebo:
Perselingan batupasir, batupasir kerikilan,
bersisipan batulanau, batulempung, tuf
dan serpih.
F. Wungkal-gamping:
Batugamping Numulit, batupasir, napal
pasiran, dan batulempung
P14
P10
Batuan Malihan
Batuan Malihan:
Sekis, filit, batuan gunung api malih, pualam,
sedimen malih dan batusabak.
Gambar 3. Stratigrafi Pegunungan Baturagung dan Perbukitan Jiwo (dimodifikasi dari Sudarno, 1997).
186
PEMERIAN
F1
PEMERIAN
LITOLOGI
Batupasir tufan
F8
400
F8
F1
Batupasir halus,tufan
Breksi polimik
F7
F8
F7
300
F8
Batupasir tufan
Batupasir kasar
F7
F7
Batupasir tufan, sedang - kasar
200
F8
F2
Breksi
F8
Batupasir kerikil
F5
F8
Batupasir tufan
F1
100
F1
F9
F1
F9
F2
Cl
F8
C
Batupasir kerikilan
Breksi
Batupasir sedang - halus
Gambar 5. Penampang stratigrafi lintasan P2 di Desa Hargomulyo, Kecamatan Gedangsari. Fn = Fasies endapan
turbidit berdasarkan Mutti (1992). Lokasi lihat Gambar 2,
keterangan struktur sedimen lihat Gambar 7.
F2
LITOLOGI
PEMERIAN
F1
400
400
F8
F7
F8
F9
300
300
F8
F2
F1
F8
F7
Perselingan batupasir kasar ,sedang dan halus.
Tuf dan lanau dijumpai di bagian bawah.
200
Batulempung berforam
200
F9
F2
100
100
F8
F8
F7
F6
F7
0
S l
F8
Cl
LITOLOGI
F2
F2
100
F7
F5
F2
F2
F8
300
F8
F5
F2
200
Cl
F8
F2
Kepingan koral
Pemukaan erosi
Perarian bergelombang
Perarian sejajar
Peluncuran (slumping)
Perlapisan bersusun
Foraminifera
Bioturbasi
Pergentengan (imbrikasi)
F5
FORMASI BUTAK
F2
F O R MAS I B UTAK
F7
PEMERIAN
FORMASI
SEMILIR
P E R I A N
LITOLOGI
187
F2
F2
F2
100
F2
F2
Silangsiur
F8
Gambar 7. Penampang stratigrafi lintasan P4 di Kali Hargomulyo, Desa Hargomulyo, Kecamatan Gedangsari. Fn =
Fasies endapan turbidit berdasarkan Mutti (1992). Lokasi
lihat Gambar 2.
PEMERIAN
F8
F2
Cl
Hasil pemetaan terperinci pada daerah penelitian menunjukkan bahwa satuan batuan, yang
dulu disebut Formasi Kebo-Butak oleh beberapa
penulis tersebut di atas, dapat dipisahkan menjadi
dua satuan, yakni bagian bawahnya disebut Formasi
Kebo dan bagian atasnya dinamai Formasi Butak
(lihat Gambar 4). Pada dasarnya pemisahan tersebut berdasarkan batuan yang mendominasi kedua
satuan yang bersangkutan. Formasi Kebo didominasi
oleh batuan klastika, terutama batupasir dan secara
setempat dijumpai lava bantal; sedangkan Formasi
Butak didominasi batuan gunung api, terutama breksi
gunung api. Namun demikian, setempat Formasi
Kebo berubah secara berangsur ke Formasi Butak,
sehingga di beberapa tempat keduanya sulit dipisahkan. Lava basal berstruktur bantal dijumpai di
beberapa tempat di bagian bawah Formasi Kebo ini.
Lava bantal ini dinamai Anggota Nampurejo oleh
Samodra dan Sutisna (1997).
188
Daerah
Parangtritis
Parangtritis
Tegalrejo
Santren
Santren
Nampurejo
189
Singkapan
Percontoh/Formasi
Umur
(juta tahun)
Retas
Retas
Retas lempeng
Kristal tuf
Kristal tuf
Lava bantal
PT57B/Fm. Butak
PT57A/Fm. Butak
BY 52/Fm. Kebo(?)
Fm. Butak (?)
Fm. Kebo
Lava Bantal Nampurejo
26,55 + 1,07
26,40 + 0,83
24,25 + 0,65
21,0 + 3,6
24,7 + 1,0
33,15 - 31,29
Penulis
Soeria-Atmadja drr. (1994)
Soeria-Atmadja drr. (1994)
Soeria-Atmadja drr. (1994)
Smyth (2005)
Smyth (2005)
Soesilo (2003)
BARAT
TIMUR
P2
F8
400
F8
F1
F7
F8
F7
300
F8
F7
P6
F7
200
F2
F8
FORMASI SEMILIR
190
F2
P4
F8
F5
300
F7
F8
F8
F1
100
F2
F1
100
F7
F9
F5
F1
F2
F9
P1
200
F5
F2
F2
F8
0
Cl
F1
Cl
F2
P5
F2
F5
F2
F2
F2
F 2 100
F1
700
F2
F2
F5
F7
F8
F2
F7
600
300
F2
F5
F1
F5
F8
P3
F7
400
F5
500
200
F8
F9
F7
F5
F8
F5
F6
F9
300
F8
400
F8
100
F5
F8
F5
Cl
FORMASI KEBO
400
F O R MAS I B UTAK
F8
F8
F7
F6
F7
0
Cl
300
200
F8
F7
F2
F5
F8
F7
200
F5
100
F8
F7
F8
F7
0
F7
100
F8
Cl
F8
0
Cl
191
sumber erupsi gunung api. Peta geologi daerah penelitian (Gambar 2) menunjukkan bahwa di utara
Hargomulyo, tempat penampang P2 dan P4 berada,
penyebaran Formasi Butak lebih luas. Sebaliknya
ke arah barat dan timur, penyebaran formasi ini
tampak menyempit. Ini mungkin disebabkan oleh
adanya penebalan Formasi Butak di sekitar daerah
(di utara Hargomulyo) itu dan menipis ke barat dan
timur. Hal ini boleh jadi karena dekat dengan sumber
erupsi gunung api.
Pembahasan
Telah diuraikan di atas bahwa secara umum
Lava Bantal Nampurejo, batuan Formasi Kebo,
dan Formasi Butak didominasi oleh batuan yang
berasal dari kegiatan gunung api. Pada Lava Bantal
Nampurejo, di samping lava bantal juga dijumpai
batupasir hitam yang merupakan hasil erupsi gunung
api bawah laut. Keluarnya cairan magma dapat
melewati celah dan/atau patahan yang memotong
kerak atau hasil suatu aliran lava gunung api di
bawah laut.
Komposisi batuan pembentuk Formasi Kebo
dan Formasi Butak terdiri atas percampuran antara
endapan klastika dan vulkanik klastika. Cekungan
tempat endapan kedua formasi ini berada di laut
dalam sampai dangkal. Hal ini menunjukkan bahwa
cekungan tersebut diisi oleh batuan hasil langsung
kegiatan gunung api dan juga klastika yang berasal
dari darat. Dengan demikian cekungan tersebut
merupakan cekungan yang dikelilingi gunung api.
Klasifikasi fasies yang diusulkan oleh Mutti
(1992) yang dimulai dari F1 sampai dengan F9, pada
dasarnya menggambarkan hasil suatu transportasi
gaya berat. Transportasi gaya berat yang semula
mengambang di dalam cairan bahan klastika
(suspensi) akan bergerak turun dan bercampur
dengan larutan di sekitarnya, sehingga pada akhirnya
akan menjadi encer yang kemudian bersifat traksi.
Endapan suspensi gaya berat yang masih dekat
dengan sumbernya (proximal) diwakili oleh fasies
(F) yang diikuti angka kecil (misalnya F1 dan F2),
sedangkan yang lebih jauh (distal) ditunjukkan oleh
fasies dengan angka lebih besar.
Ke arah atas, fasies pada Formasi Kebo dan
Formasi Butak yang umumnya terdiri atas F6 - F8
berubah menjadi F2 - F5 atau CgRf (conglomerate
192
Acuan
Bothe, A.Ch.D., 1929. Djiwo Hills and Southern Range.
Fourth Pacific Science Congress Excursion Guide, 14h.
Bronto, S., Pambudi, S., dan Hartono, G., 2002. The genesis
of volcanic sandstones associated with basatic pillow lava,
Bayat areas: A case study at the Jiwo Jills, Bayat area
(Klaten, Central Java). Jurnal Geologi dan Sumber Daya
Mineral, XII (3), h.2-16.
Bronto, S., Hartono, G., dan Astuti, B., 2004. Hubungan genesa
antara batuan beku intrusi dan ekstrusi di Perbukitan Jiwo,
Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Majalah Geologi
Indonesia, 19 (3), h.147-163.
Hidayat, D.H., 2006. Geologi dan studi fasies turbidit Formasi
Kebo-Butak di Pegunungan Baturagung timur. Skripsi
S1, Universitas Pembangunan Nasional Veteran,
Yogyakarta, 55h.
Laksono, P.B., 2007. Geologi dan petrogenesa batuan vulkanik
Formasi Kebo-Butak, daerah Trembono dan sekitarnya,
Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi S1, Universitas
Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta, 80h.
193