Chapter II - 4 PDF
Chapter II - 4 PDF
2.1
Umum
Penemuan teknologi radio adalah kemajuan besar dunia telekomunikasi. Awal
1800-an secara terpisah Joseph Henry, profesor dari Pinceton University dan
fisikawan Inggris Michael Faraday mengembangkan teori induksi. Percobaan mereka
terhadap elektromagnet membuktikan arus listrik di sebatang kawat dapat
menimbulkan
arus
di
batang
kawat
lain,
meski
keduanya
tidak
belakangan
dibuktikan
kebenarannya
oleh
percobaan
yang
dilakukan
fisikawan Jerman Heinrich Hertz, tahun 1880. Pada tahun 1886, Hertz memasang
peralatan yang sekarang diketahui sebagai sistem radio dengan antena dipole sebagai
pengirim dan antena loop segi empat sebagai penerima. Penemuan Hertz ini
dilanjutkan oleh Guglielmo Marconi dengan menambah rangkaian tuning dan antena
besar yang mampu melakukan yang sangat jauh. Kemudian Guglielmo Marconi pada
1895, berhasil mengirim sinyal komunikasi radio dengan gelombang elektromagnet
sejauh 1,5 km. Tahun 1901, sinyal dari perangkat radio Marconi mampu melintasi
Samudera Atlantik dari Inggris ke Newfoundland, Kanada[1].
2.2
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnet adalah gelombang yang mempunyai sifat listrik
dan sifat magnet secara bersamaan. Gelombang radio merupakan bagian dari
gelombang elektromagnetik pada spektrum frekuensi radio.
Gelombang dikarakteristikkan oleh panjang gelombang dan frekuensi.
Panjang gelombang () memiliki hubungan dengan frekuensi () dan kecepatan ()
yang ditunjukkan pada Persamaan 2.1 :
(2.1)
Panjang fisik antena (L) adalah fungsi panjang gelombang () yang tergantung pada
frekuensi. Panjang antena dalam meter dihitung dengan Persamaan 2.2 :
(2.2)
Kecepatan () bergantung pada medium. Ketika medium rambat adalah hampa udara
(free space), maka :
v = c = 3 x 108 m/s
2.3
(2.3)
Pengertian Antena
Dalam
sejarah
komunikasi,
perkembangan
teknik
informasi
tanpa
menggunakan kabel ditetapkan dengan nama antena. Antena berasal dari bahasa latin
antena yang berarti tiang kapal layar. Dalam pengertian sederhana kata latin ini
berarti juga penyentuh atau peraba sehingga kalau dihubungkan dengan teknik
komunikasi berarti bahwa antena mempunyai tugas menyelusuri jejak gelombang
elektromagnetik, hal ini jika antena berfungsi sebagai penerima. Sedangkan jika
6
sebagai pemancar maka tugas antena tersebut adalah menghasilkan sinyal gelombang
elektromagnetik[2].
Antena dapat juga didefinisikan sebagai sebuah atau sekelompok konduktor
yang digunakan untuk memancarkan atau meneruskan gelombang elektromagnetik
menuju ruang bebas atau menangkap gelombang elektromegnetik dari ruang bebas.
Energi listrik dari pemancar dikonversi menjadi gelombang elektromagnetik dan oleh
sebuah antena yang kemudian gelombang tersebut dipancarkan menuju udara bebas.
Pada penerima akhir gelombang elektromagnetik dikonversi menjadi energi listrik
dengan menggunakan antena. Gambar 2.1 menunjukkan antena sebagai pengirim dan
penerima[2].
2.4
yang akan digunakan. Berikut penjelasan beberapa parameter antena yang sering
digunakan yaitu return loss, gain, pola radiasi, polarisasi, beamwidth, bandwidth,
impedansi, voltage standing wave ratio (VSWR), dan distance to fault (DTF).
2.4.1
Return Loss
Return loss adalah rasio perhitungan logaritma dengan satuan dB (decibel)
dengan perhitungan reflected power dari antena ke power energi yang dipancarkan ke
antena melalui transmission line (cable coax). Nilai return loss efektif untuk sebuah
antena pada rentang frekuensi kerja untuk beberapa sinyal adalah di antara -10 dB
dan -15 dB[3]. Hubungan return loss dengan VSWR dapat dinyatakan dengan
Persamaan 2.4 :
(1)2
= 10 10
(+1)2
Dimana :
RdB
nilai VSWR
2.4.2
(2.4)
Gain Antena
Gain adalah karakter antena yang terkait dengan kemampuan antena
mengarahkan radiasi sinyalnya atau penerimaan sinyal dari arah tertentu. Gain
bukanlah kuantitas yang dapat diukur dalam satuan fisik pada umumnya
seperti watt, ohm, atau lainnya, melainkan suatu bentuk perbandingan. Oleh karena
itu, satuan yang digunakan untuk gain adalah decibel[4].
Gain dari sebuah antena adalah kualitas nyala yang besarnya lebih kecil
daripada penguatan antena tersebut yang dapat dinyatakan dengan :
Gain = G = k. D
(2.5)
Dimana :
k = efisiensi antena, 0 k 1
8
Gain antena dapat diperoleh dengan mengukur power pada main lobe dan
membandingkan power-nya dengan power pada antena referensi. Gain antena diukur
dalam satuan decibel. Decibel dapat ditetapkan dengan dua cara yaitu[5] :
a.
b.
(2.6)
(2.7)
(2.8)
( )
( )
( )
(2.9)
Atau jika dihitung dalam nilai logaritmik dirumuskan oleh Persamaan 2.10 :
Gt (dB) = (Pt(dBm) Ps(dBm)) + Gs(dB)
(2.10)
Dimana :
Gt
Pt
Ps
Gs
2.4.3
atau representasi grafik dari sifat radiasi antena sebagai fungsi dari koordinat. Di
sebagian besar kasus, pola radiasi ditentukan di luasan wilayah dan direpresentasikan
sebagai fungsi dari koordinat directional[5]. Pola radiasi antena adalah plot 3-dimensi
distribusi sinyal yang dipancarkan oleh sebuah antena atau plot 3-dimensi tingkat
penerimaan sinyal yang diterima oleh sebuah antena[3].
Pola radiasi antena menjelaskan bagaimana antena meradiasikan energi ke
ruang bebas atau bagaimana antena menerima energi. Gambar 2.2 menunjukkan pola
radiasi antena dalam dua dimensi dan tiga dimensi.
10
a) Side View
b) Top View
Coverage
Pattern
Antenna
Antenna
Side View
Top View
11
2.4.4
Polarisasi Antena
Polarisasi antena merupakan orientasi perambatan radiasi gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu antena di mana arah elemen antena
terhadap permukaan bumi sebagai referensi arah. Dalam jaringan wireless, polarisasi
dipilih dan digunakan untuk mengoptimalkan penerimaan sinyal yang diinginkan dan
mengurangi derau dan interferensi dari sinyal yang tidak diinginkan. Gambar 2.5
menunjukkan gambar polarisasi antena. Ada empat macam polarisasi antena yaitu
polarisasi vertikal, polarisasi horizontal, polarisasi circular dan polarisasi cross[6].
E
M
T
a. Polarisasi Vertikal
Antena dikatakan berpolarisasi vertikal jika elemen antena vertikal terhadap
permukaan tanah. Polarisasi vertikal banyak digunakan pada jaringan wireless[6].
Gambar 2.6 menunjukkan polarisasi vertikal.
b. Polarisasi Horizontal
Antena dikatakan berpolarisasi horizontal jika elemen antena horizontal
terhadap permukaan tanah. Polarisasi horizontal digunakan pada beberapa jaringan
wireless[6]. Gambar 2.7 menunjukkan polarisasi horizontal.
c. Polarisasi Circular
Polarisasi circular pernah digunakan pada beberapa jaringan wireless. Pada
antena berpolarisasi circular, medan elektromagnetik berputar secara konstan
terhadap antena[6]. Gambar 2.8 menunjukkan polarisasi circular.
direction of
propagation
z
Field
Note the 900
Phase difference
y
x
pada right hand circular berputar searah jarum jam ketika meninggalkan antena.
Medan elektromagnetik pada left hand circular berputar berlawanan arah jarum jam
ketika meninggalkan antena.
d. Polarisasi Cross
Polarisasi cross terjadi ketika antena pemancar mempunyai polarisasi
horizontal, sedangkan antena penerima mempunyai polarisasi vertikal atau
sebaliknya[6]. Gambar 2.9 menunjukkan polarisasi cross.
Beamwidth Antena
Beamwidth adalah besarnya sudut berkas pancaran gelombang frekuensi radio
utama (main lobe) yang dihitung pada titik 3 dB menurun dari puncak lobe utama[6].
Besarnya beamwidth adalah sebagai berikut :
Dimana :
21,1
.
(2.11)
B = beamwidth (derajat)
= frekuensi (GHz)
14
Gambar 2.10 menunjukkan tiga daerah pancaran yaitu lobe utama (main lobe,
nomor 1), lobe sisi samping (side lobe, nomor 2) dan lobe sisi belakang (back lobe,
nomor 3). Half Power Beamwidth (HPBW) adalah daerah sudut yang dibatasi oleh
titik-titik daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama. First
Null Beamwidth (FNBW) adalah besar sudut bidang di antara dua arah pada main
lobe yang intensitas radiasinya nol[7].
2.4.6
Bandwidth Antena
Pemakaian sebuah antena dalam sistem pemancar atau penerima selalu
dibatasi oleh daerah frekuensi kerjanya. Pada range frekuensi kerja tersebut antena
dituntut harus dapat bekerja dengan efektif agar dapat menerima atau memancarkan
gelombang pada band frekuensi tertentu[7]. Bandwidth antena dapat ditunjukkan
seperti pada Gambar 2.11.
26 MHz
83,5 MHz
125 MHz
Daerah frekuensi kerja dimana antena masih dapat bekerja dengan baik
dinamakan bandwidth antena . Misalnya sebuah antena bekerja pada frekuensi tengah
sebesar fC, namun ia juga masih dapat bekerja dengan baik pada frekuensi f1 (di
bawah fC) sampai dengan f2 (di atas fC), maka bandwidth antena tersebut adalah[6] :
% =
2 1
100%
(2.12)
2.4.7
Impedansi Antena
Impedansi antena didefinisikan sebagai perbandingan antara medan elektrik
terhadap medan magnetik pada suatu titik[4]. Dengan kata lain pada sepasang
terminal maka impedansi antena bisa didefinisikan sebagai perbandingan antara
tegangan terhadap arus pada terminal tersebut.
ZT =
V
I
(2.13)
Dimana :
ZT = impedansi terminal
V = beda potensial terminal
I = arus terminal
16
2.4.8
perbandingan antara tegangan dan arus sinyal dapat dipandang sebagai impedansi
karakteristik saluran. Perbandingan antara level tegangan yang datang menuju beban
dan yang kembali ke sumbernya disebut koefisien pantul atau koefisien refleksi yang
dinyatakan dengan simbol .
Harga koefisien pantul ini dapat bervariasi antara 0 sampai 1. Jika bernilai 0
artinya tidak ada pantulan dan jika bernilai 1 artinya sinyal yang datang ke beban
seluruhnya dipantulkan kembali ke sumbernya. Hal ini dinyatakan dalam Persamaan
2.14[9] :
=
V
V+
(2.14)
ZL Zo
ZL + Zo
(2.15)
Vmax
Vmin
(2.16)
17
2.4.9
(2.17)
antena dan layanan saluran transmisi. Perhitungan parameter ini menggunakan sistem
Frequency Domain Reflectometry (FDR)[10]. Sistem FDR menggunakan frekuensi
radio (RF). Distance to fault (DTF) dapat menampilkan frekuensi radio dari return
loss atau SWR berbanding dengan jaraknya. Efek dari sambungan yang buruk,
kerusakan kabel, atau kesalahan antena dapat dengan cepat diidentifikasi berdasarkan
jarak yang ditampilkan pada alat ukur.
Bila DTF dibandingkan dengan VSWR berarti pada jarak tertentu seperti pada
pembacaan pada alat ukur menunjukkan nilai VSWR-nya. Bila antena memiliki nilai
DTF sebesar 1,5 untuk jarak 0,20 m berarti pada jarak 0.20 m dihitung 0 m dari titik
alat ukur ke ujung kabel hingga ke antena didapat nilai VSWR sebesar 1,5. Semakin
tinggi nilai VSWR-nya maka semakin buruk kinerja dari antena yang dibuat.
2.5
Antena Directional.
18
2.5.1
Antena Isotropis
Antena isotropis merupakan sumber titik yang memancarkan daya ke segala
arah dengan intensitas yang sama, seperti permukaan bola. Karena itu dikatakan pola
radiasi antena isotropis berbentuk bola. Antena ini tidak ada dalam dunia nyata dan
hanya digunakan sebagai dasar untuk merancang dan menganalisis struktur antena
yang lebih kompleks. Gambar 2.12 menunjukkan gambar pola radiasi antena
isotropis.
Antena Directional
Berdasarkan direktivitasnya, antena directional dibagi menjadi antena
lainnya. Kemampuan direktivitas ini membuat antena ini lebih banyak digunakan
untuk koneksi jarak jauh. Dengan kemampuan direktivitas ini membuat antena
mampu mendapatkan sinyal yang relatif kecil dan mengirimkan sinyal lebih jauh.
Umumnya antena unidirectional mempunyai spesifikasi gain tinggi tetapi beamwidth
kecil.
Hal
ini
menguntungkan
karena
kecilnya
beamwidth
menyebabkan
berkurangnya derau yang masuk ke dalam antena. Semakin kecil bidang tangkapan
(aperture), semakin naik selektivitas antena terhadap sinyal wireless yang berarti
semakin sedikit derau yang ditangkap oleh antena tersebut. Beberapa macam antena
unidirectional antara lain antena Yagi-Uda, antena parabola, antena helix, antena logperiodic dan lain lain. Gambar 2.13 memperlihatkan beberapa contoh antena
unidirectional.
ini adalah dapat melayani jumlah pengguna yang lebih banyak dan biasanya
digunakan untuk posisi pengguna yang melebar. Kesulitannya adalah pada
pengalokasian frekuensi untuk setiap sel agar tidak terjadi interferensi. Antena jenis
ini biasanya digunakan untuk posisi pelanggan yang melebar. Direktivitas antena
omnidirectional
berada
dalam arah
vertikal.
Bentuk
pola
radiasi
antena
2.6
Material
Banyak desain antena membutuhkan pemilihan bahan dielektrik yang sesuai.
2.6.1
Dielektrik
Bahan dielektrik dapat didapatkan dalam proporsi bentuk dipasaran. Keramik,
kaca, plastic, styrofoom adalah beberapa yang termasuk dalam kategori dielektrk.
Bahan ini digunakan secara luas sebagai segel untuk komponen gelombang mikro dan
sekat pada reflektor. Bahan ini biasanya digunakan untuk aplikasi dengan daya yang
rendah. Untuk aplikasi dengan daya yang tinggi bisa menggunakan semua dielektrik
kecuali keramik. Plastik yang diperkuat juga digunakan secara luas sebagai penyusun
antena, feeder dan mounting surface.
2.6.2
Logam
Pada saat ini tembaga, kuningan dan alumunium adalah logam penyusun
paling penting pada antena. Jika berat bukan merupakan pertimbangan utama, maka
kuningan dan tembaga merupakan pilihan yang dapat digunakan secara luas. Salah
satu keunggulan kedua logam ini adalah dapat dibentuk dengan mudah tanpa perlu
menggunakan peralatan yang khusus. Alumunium memiliki kemampuan yang sama
bahkan melebihi kedua logam diatas kecuali dalam hal plating. Alumunium memiliki
struktur yang lebih ringan daripada tembaga dan kuningan.
2.7
Antena Dipole
Salah satu bagian penting dari suatu pemancar radio adalah antena. Antena
adalah sebatang logam yang berfungsi menerima getaran listrik dari transmitter dan
memancarkannya sebagai gelombang radio. Antena tersebut berfungsi pula
sebaliknya yaitu menerima gelombang radio dan meneruskan gelombang listrik ke
22
receiver. Kuat tidaknya pancaran yang sampai di pesawat lawan bicara atau baik
buruknya penerimaan sinyal tergantung dari beberapa faktor. Faktor pertama adalah
kondisi propagasi, faktor kedua adalah posisi antena beserta lingkungannya, faktor
ketiga adalah kesempurnaan antena. Untuk pancaran ada faktor keempat yaitu besar
bandwidth pancaran dan faktor kelima adalah masalah power.
Sebatang logam yang panjangnya akan beresonansi dengan baik bila ada
gelombang radio yang menyentuh permukaannya. Jadi bila pada ujung coax bagian
inner disambung dengan logam sepanjang
dan
menjadi antena. Antena semacam ini hanya mempunyai satu pole dan disebut
monopole. Apabila outer dari coax tidak di-ground dan disambung dengan seutas
logam sepanjang lagi menjadi antena dengan dua pole dan disebut dipole .
Antena dipole bisa terdiri hanya satu kawat saja disebut single wire dipole, bisa juga
dengan dua kawat yang ujung-ujungnya dihubungkan dinamakan two wire folded
dipole, bisa juga terdiri atas 3 kawat yang ujung-ujungnya disambung dinamakan
three wire folded dipole. Berbagai macam cara untuk memasang antena tergantung
dari tersedianya space yang dapat digunakan untuk memasangnya. Antena single
wire dipole dapat dipasang horizontal (sayap kiri dan kanan sejajar dengan tanah),
dapat pula dipasang dengan konfigurasi inverted V (seperti huruf V terbalik), dengan
konfigurasi V (seperti huruf V), konfigurasi lazy V (ialah berbentuk huruf V yang
tidur) atau dapat juga konfigurasi sloper (miring)[8]. Antena Monopole dan Dipole
dapat dilihat pada Gambar 2.15.
23
(2.18)
L = 0,5 x K x
(2.19)
Dimana :
f = frekuensi kerja yang diinginkan.
= panjang gelombang di udara.
24
Walaupun antena dipole termasuk balance, jika dipasang tanpa BALUN pun,
antena dipole tsb masih bisa bekerja cukup baik. Antena dipole yang sering
digunakan adalah antena dipole setengah gelombang. Panjang antena dipole tunggal
adalah pada frekuensi operasi yang mempunyai titik feeder di tengah, impedansi
input yang sesuai, dan mempunyai pola radiasi berbentuk angka delapan terhadap
arah depan kawat[8], dapat dilihat pada Gambar 2.16.
25
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.16 Arus, Tegangan dan Pola Radiasi Pada Antena Dipole
(a). Gelombang berdiri arus dan tegangan pada saluran terbuka
(b).Gelombang berdiri arus dan tegangan pada sebuah dipole
(c). Radiasi dipole dibandingkan dengan dipole hertz.
2.7.1
penunjang yang digunakan untuk menguji atau mengukur performa antena yang akan
digunakan. Berikut penjelasan dari komponen yang diperlukan dalam pembuatan
antena dipole.
26
No
Perak
6,17 x 107 /m
Tembaga
5,80 x 107 /m
Emas
4,10 x 107 /m
Aluminium
3,82 x 107 /m
Kuningan
1,50 x 107 /m
Besi
1,03 x 107 /m
Di antara bahan-bahan di atas dipilih bahan aluminium dan tembaga sebagai bahan
yang umum digunakan dalam pembuatan antena. Aluminium dan tembaga dipilih
karena memiliki konduktivitas yang bagus dan bahannya mudah didapat.
27
2.7.2
1
2
(2.20)
b. Beamwidth (lebar berkas) pada suatu pola radiasi antena merupakan besar
sudut antena antara 2 buah titik pada pola radiasi, yang mempunyai rapat
daya (-3dB) dari nilai rapat daya maximum.
c. Direktivitas (keterarahan) ialah perbandingan intensitas radiasi maksimum
(U(,)max) dengan intensitas radiasi rata-rata (Uav).
d. Gain (G), dengan nilai k (faktor efisiensi) ditentukan, misalnya 0,9. Nilai
Gain atau penguatan antena dihasilkan dari Persamaan (2.5).
G=kxD
(2.21)
28
3 108
3
106
100
2
= 50 meter.
3 108
300
106
= 1 meter , maka l =
1
2
= 0,5meter = 50 cm
0,03
2
antena. Pola radiasi terjadi karena arus listrik dalam suatu kawat selalu dikelilingi
oleh medan magnetis. Arus listrik bolak balik (alternating current) menyebabkan
muatan-muatan listrik bebas dalam kawat akan mendapat percepatan sehingga timbul
suatu medan elektromagnetik bolak balik yang akan berjalan menjauhi antena dalam
bentuk gelombang elektromagnetik dan terbentuklah medan elektromagnetik[8].
Daerah medan antena yang mempunyai kriteria jarak minimum pengamatan medan
jauh dihasilkan dari Persamaan 2.22[8].
Dimana:
2.2
(2.22)
29
Batas maksimum daerah medan jauh ini tak terhingga. Pola radiasi dapat
digambarkan dengan sistem koordinat 3 dimensi sebab pola radiasi antena itu
berbentuk 3 dimensi pula, seperti Gambar 2.19[8].
Gambar 2.19 menunjukkan bahwa posisi masing-masing koordinat bola (r,,) bisa
digunakan untuk menggambarkan pola radiasi pada suatu jarak tertentu (r) dari
antena. Pola radiasi sering digambarkan dengan pola dua dimensi dengan koordinat
kutub maupun koordinat xy (absis : x, ordinat : y), seperti pada Gambar 2.20[8].
(a)
(b)
30
Pada umumnya, pola radiasi antena mempunyai berkas atau cuping utama
(major lobe) maupun berkas atau cuping pada arah yang lain (minor lobe). Major
lobe adalah berkas yang arah radiasinya ke depan (arah tujuan). Sedangkan minor
lobe ialah berkas radiasi yang sebenarnya tidak diinginkan, yaitu berkas yang berada
di sebelah major lobe (disebut side lobe) dan berkas yang berlawanan dengan major
lobe (disebut back lobe).
31