Anda di halaman 1dari 8

[sunting] Fleksi dan ekstensi

Fleksi adalah gerak menekuk atau membengkokkan. Ekstensi adalah gerakan untuk
meluruskan. Contoh: gerakan ayunan lutut pada kegiatan gerak jalan. Gerakan ayunan ke
depan merupakan (ante)fleksi dan ayunan ke belakang disebut (retro)fleksi/ekstensi.
Ayunan ke belakang lebih lanjut disebut hiperekstensi.

[sunting] Adduksi dan abduksi


Adduksi adalah gerakan mendekati tubuh. Abduksi adalah gerakan menjauhi tubuh.
Contoh: gerakan membuka tungkai kaki pada posisi istirahat di tempat merupakan
gerakan abduksi (menjauhi tubuh). Bila kaki digerakkan kembali ke posisi siap
merupakan gerakan adduksi (mendekati tubuh).

[sunting] Elevasi dan depresi


Elevasi merupakan gerakan mengangkat, depresi adalah gerakan menurunkan.
Contohnya: Gerakan membuka mulut (elevasi) dan menutupnya (depresi)juga gerakan
pundak keatas (elevasi) dan kebawah (depresi)

[sunting] Inversi dan eversi


Inversi adalah gerak memiringkan telapak kaki ke dalam tubuh. Eversi adalah gerakan
memiringkan telapak kaki ke luar. Juga perlu diketahui untuk istilah inversi dan eversi
hanya untuk wilayah di pergelangan kaki.

[sunting] Supinasi dan pronasi


Supinasi adalah gerakan menengadahkan tangan. Pronasi adalah gerakan
menelungkupkan. Juga perlu diketahui istilah supinasi dan pronasi hanya digunakan
untuk wilayah pergelangan tangan saja

[sunting] Endorotasi dan eksorotasi


Endorotasi adalah gerakan ke dalam pada sekililing sumbu panjang tulang yang bersendi
(rotasi). Sedangkan eksorotasi adalah gerakan rotas ke luar.

Tulang lengan atas


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Dalam
anatomi
manusia,
tulang
lengan
atas
(bahasa
Inggris:
humerus,
bahasa
Latin:
humerus,
umerus,
bahasa
Yunani:
mos,
lengan
atas)
adalah
tulang
panjang
Humerus (kanan) - tampakan anterior Humerus (kanan) - tampakan posterior
pada
lengan (atau kaki depan pada hewan) yang terletak antara bahu dan siku. Pada sistem
rangka, terletak di antara tulang belikat dan radius-ulna (tulang pengumpil-hasta).

Daftar isi
[sembunyikan]
1 Ikhtisar
2 Persendian
3 Perlekatan otot
o 3.1 Epicondylus lateralis
o 3.2 Epicondylus medialis
o 3.3 Sulcus intertubercularis
o 3.4 Tuberculum mayus dan tuberculum minus (Otot rotator cuff)
o 3.5 Lainnya
4 Kepentingan klinik
5 Lihat pula

6 Referensi

[sunting] Ikhtisar
Secara anatomis, tulang humerus dapat dibagi menjadi tiga bagian:

Bagian atas humerus


Corpus humerus (badan humerus)
Bagian bawah humerus

[sunting] Persendian
Kepala bonggol humerus (caput humeri) bersendi dengan cavitas glenoidales dari
scapula. Penyambungan ini dikenal dengan sendi bahu yang memiliki jangkauan gerak
yang luas. Pada persendian ini terdapat dua bursa yaitu pada bursa subacromialis dan
bursa subscapularis. Bursa subacromialis membatasi otot supraspinatus dan otot
deltoideus. Bursa subscapularis memisahkan fossa subscapularis dari tendon otot
subscapularis. Otot rotator cuff membantu menstabilkan persendian ini.
Pada bagian siku, terdapat persendian dengan ulna sehingga memungkinkan gerak fleksi
dan ekstensi. Gerakan ini terjadi pada bagian troklea humerus. Terdapat dua cekungan
pada ujung bawah humerus, yaitu fossa coronoidea dan fossa olecrani.

[sunting] Perlekatan otot


Terdapat banyak otot yang melekat pada humerus. Otot-otot tersebut memungkinkan
gerakan pada siku dan bahu. Otot khusus rotator cuff melekati bagian atas humerus dan
dapat melakukan rotasi serta abduksi pada bahu.
Terdapat pula otot pada lengan bawah yang melakati humerus seperti otot pronator teres
dan otot fleksor dan ekstensor lengan bawah.

[sunting] Epicondylus lateralis

Otot extensor carpi radialis brevis


Otot extensor carpi ulnaris
Otot extensor digiti minimi
Otot extensor digitorum
Otot supinator

[sunting] Epicondylus medialis

Otot flexor carpi radialis


Otot flexor carpi ulnaris
Otot flexor digitorum superficialis
Otot palmaris longus
Otot pronator teres

[sunting] Sulcus intertubercularis

Otot latissimus dorsi


Otot pectoralis major
Otot teres major

[sunting] Tuberculum mayus dan tuberculum minus (Otot rotator


cuff)

Otot infraspinatus
Otot supraspinatus
Otot teres minor
Otot subscapularis

[sunting] Lainnya

Otot anconeus
Otot brachioradialis
Otot coracobrachialis
Otot extensor carpi radialis longus
Otot deltoideus

[sunting] Kepentingan klinik


Dislokasi bahu yang paling umum adalah pada humerus. Dislokasi ini dapat
menyebabkan cedera pada nervus axillaris atau arteri axillaris. Tanda-tanda dislokasi
adalah adanya perbedaan kontur pada bahu, adanya perbedaan pada kontur di bawah
acromion scapula, dan bonggol kepala humerus yang dapat diraba.

[sunting] Lihat pula

Istilah lokasi anatomi


Istilah gerakan anatomi

[sunting] Referensi

Chung, Kyung Won. Board Review Series: Gross Anatomy, 4th ed. (2000).
Dudek, Ronald W. High Yield Gross Anatomy, 2nd ed. (2002).
Moore, Keith L. and Arthur F. Dalley. Clinically Oriented Anatomy, 4th ed.
(1999).

Oleh: Eko Ardi p, M.Subhan Zuhdi, Tony Wahyu


P, Satrio Yudi Er.,
Cedera pada bahu sering disebabkan karena lelah, tetapi sering juga terjadi pada pemain
tennis, badminton, olahraga lempar dan berenang (internal violence/sebab-sebab yang
berasal dari dalam).
Cedera ini biasa juga disebabkan oleh external violence (sebab-sebab yang berasal dari
luar), akibat body contact sports, misalnya : sepak bola, rugby dan lain-lain.
Cedera dapat berupa:

1. luksasio / subluksasio dari artikulasio humeri


2. luksasio / subluksasio dari artikulasio akromio klavikularis
3. subdeltoid bursitis
4. strain dari otot-otot atap bahu (rotator cuff)
luksasio = dislokasi
Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi atau keluarnya
(bercerainya) kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang bergeser disebut
subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.
Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering berdislokasi.Ini
disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk sendi glenoid yang
dangkal serta adanya longgarnya ligament.
Tanda-tanda Dislokasi sendi bahu yaitu:
o Sendi bahu tidak dapat digerakakkan
o Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain
o Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan
o Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
o Lengkung bahu hilang
o Tidak dapat digerak-gerakkan
o Lengan atas sedikit abduksi
o Lengan bawah sedikit supinasi

o
o
o
o
o
o
o
o

o
o
o

Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa, jarang ditemukan pada anakanak.
Klasifikasi dislokasi sendi bahu:
Dislokasi anterior
Dislokasi posterior
Dislokasi inferior atau luksasi erekta
Dislokasi disertai faktur
Congenital
Traumatic
Dislokasi anterior
Dislokasi anterior lebih sering ditemukan
Kaput humerus berada dibawah glenoid, sub korakoid dan sub klavikuler
Gambaran klinis dislokasi anterior
Terasa sangat nyeri serta gangguan pergerakan sendi bahu. Kontur sendi bahu
menjadi rata karena kaput humerus bergeser ke depan.
Pengobatan
Dengan pembiusan umum
Metode hipocrates
Metode kocher
Tanpa pembiusan
Teknik menggantungkan lengan
Dislokasi rekuren dengan frekuensi yang tinggi memerlukan tindakan operasi seperti
operasi menurut Putti-Platt, Bristow dan Bankart
Komplikasi

o
o
o
o
o
o
o

Kerusakan nervus aksilaris


Kerusakan pembuluh darah
Tidak dapat tereposisi
Sendi menjadi kaku
Dislokasi rekuren
Dislokasi posterior
Lebih jarang ditemukan
Trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna
Gambaran klinis dislokasi posterior
Terasa nyeri tekan serta benjolan dibagian belakang sendi. Tanda khas berupa light bulb
karena adanya rotasi interna humerus.
Dislokasi Congenital
Congenital dislocation berhubungan dengan congenital deformities
Dislokasi Traumatic
Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkan tipe kliniknya
dibagi :
Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan
di sekitar sendi.
Dislokasi Traumatic
Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkan tipe kliniknya
dibagi :
Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan
di sekitar sendi.
Dislokasi kronik
Dislokasi berulang, terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian
depan leher glenoid.
Fraktur Disloksi
Komplikasi lanjut
Kekakuan sendi bahu: Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi
bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi
lateral ,yang secara otomatis membatasi Abduks.

PENYEBAB DISLOKASI
Dari segi Etiologi, Dislokasi disebabkan oleh:
1. Cedera olah raga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah
raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain
basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari
karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga seperti benturan keras pada sendi saat
kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
3. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

4.

Patologis : terjadinya tearligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen


vital penghubung tulang
Dari segi Patofisiologi,
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong
kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang
bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit
kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta [dengan tangan mengarah ;lengan ini
hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid]

PENANGANAN DISLOKASI
Pertolongan pertama :
Hanya boleh dilakukan oleh seorang dokter, kecuali dalam keadaan terpaksa dimana di
tempat kejadian tidak ada dokter yang terdekat, barulah kita berikan pertolongan pertama
yaitu reposisi.
Reposisi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Metode Stimson (lihat gambar)
metode ini sangat baik. Caranya penderita dibaringkan tertelungkup sambil bagian
lengannya yang mengalami dislokasi, keluar dari tepi tempat tidur, menggantung ke
bawah. Kemudian diberikan beban yang diikatkan pada lengan bawah dan pergelangan
tangan, biasanya dengan dumbbell dengan berat tergantung dari kekuatan otot si
penderita. Si penderita disuruh rileks untuk beberapa jam, kemudian bonggol sendi akan
masuk dengan sendirinya.
Gambar 2. Cara reposisi dislokasi bahu dengan metode Stimson
2. Penderita dibaringkan terlentang di lantai. Si penolong duduk pada sisi sendi yang lepas.
Kaki si penolong menjulur lurus ke dada si penderita, lengan yang lepas sendinya ditarik
dengan kedua tangan penolong dengan tenaga yang eras dan kuat, sehingga berbunyi
klik, ini berarti bonggol sendi masuk kembali.
Reduksi dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi eksternal, serta
imobilisasi selama 3-6 minggu
Teknik Hennipen
Secara perlahan dielevasikan sehingga bengkol sendi masuk ke dalam mangkok
sendi.pasien duduk atau tidur dengan posisi 45 o, siku pasien ditahan oleh tangan kanan
penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi kearahluar(eksternal) sampai 90o
dengan lembut dan perlahan, jika korban merasa nyeri, rotasi eksternal sementara
dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan. Sesudah seraksasi
eksternal mencapai 90o maka reposisi akan terjadi, jika reposisi tidak terjadi,
maka............
Program rehabilitasi
Penanganan dislokasi pada sendi bahu dapat dilakukan dengan melakukan
program rehabilitasi. Program Rehabilitasi secara umum terbagi menjadi Nonoperatif
Manajemen dan Operatif manajemen.
a. Non operatif Rehabilatation

Penanganan rehabilitasi non operatif bertujuan untuk mengoptimalkan stabilisasi sendi


bahu,sebab komplikasi dislokasi berulang banyak terjadi.Menghindari maneuver yang
bersifat provokativ dan penguatan otot secara hati-hati merupakan komponen penting
dalam program rehabilitasi.
Minggu 0-2.Hindari provokatif posisi, termasuk eksternal rotasi,Abduksi,dan
Distrak.Immobilisasi tergantung umur
kurang dari 20 tahun 3-4 minggu
20-30 tahun 2-3 minggu
Lebih dari 30- 10 hari sampai 2 minggu.
Lebih dari 40 tahun 3-5 hari
Program dilanjutkan secara bertahap untuk pemulihan fungsi sesuai prosedur rehabilitasi
yang telah ditetapkan.
b. Operatif Treatment
Tujuan utama rehabilitasi adalah
Menjaga integritas stabilitasi bedah kore
Memulihkan ROM fungsional secara full
Meningkatkan stabilitas Dynamik
Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahraga
Diagnosa Fisioterapi
Gangguan fungsional Bahu akibat post Dislokasi Anterior bahu. Pemerikasaan
tambahan spesifik
Problematik Fisioterapi
a. Nyeri gerak
b. Keterbatasan ROM
c. Kelemahan otot
d. Gangguan ADL
e. Advance Aktivitas/Atlet
Tujuan Fisioterapi
Jangka pendek
a. Mengurangi Nyeri gerak
b. Meningkatkan ROM
c. Meningkatkan kekuatan otot
d. Meningkatkan fungsi ADL
e. Memperbaiki power,endurance dan persiapan aktivitas normal
Jangka panjang
Meningkatkan aktifitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.

Anda mungkin juga menyukai