Anda di halaman 1dari 21

UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Disusun Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :
dr. Vista Nurasti Pradanita, Sp.KJ., M.Kes

Disusun oleh :
Ainal Fadly
20090310115

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014

HALAMAN PENGESAHAN

UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Disusun oleh:
Ainal Fadly
20090310115

Telah dipresentasikan pada:


10 Desember 2014

Bantul, 12 Desember 2014


Menyetujui dan mengesahkan,
Pembimbing

dr. Vista Nurasti Pradanita, Sp.KJ., M.Kes

STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: SD

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 56 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Pedagang

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Piyungan

No. RM

: 545***

Tanggal diperiksa

: 6 Desember 2014

2. ALLOANAMNESIS
Nama

: Bp. S

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 59 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Pedagang

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Piyungan

Hubungan

: Suami

Lama kenal

: Sejak 1970an

Sifat perkenalan

: Dekat

Tempat wawancara

: Bangsal

2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)


Pasien datang ke rumah sakit karena mendengar suara-suara yang mengancam dan
mengomentari segala perilaku pasien dan sangat mengganggu.

2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)


Alloanamnesis
Dari alloanamnesis dengan suami pasien, diketahui bahwa awal perubahan
sikap istrinya terjadi pada tahun 1986. Saat itu pasien tiba-tiba menjadi mendengar
suara-suara tanpa mengetahui asalnya, padahal saat itu pasien sedang sendirian.
Suara tersebut bernada mengejek, menyalahkan, dan mengancam pasien, bahkan
menyuruh pasien untuk melakukan hal-hal tertentu. Pasien merasa terganggu dan
merasa berdosa (karena disalahkan) dan suatu saat bahkan mencoba untuk lompat
ke dalam sumur, yang berlangsung selama sekitar setengah tahun.
Gejala ini muncul tak menentu waktunya, namun menurut pengamatannya,
lebih sering muncul saat menjelang malam. Jika muncul gejala-gejala seperti di
atas, pasien merasa tidak berdaya, dan kadang hanya bisa terdiam, karena jika
pasien tetap beraktivitas, biasanya akan menjadi bingung, gelisah, mondar-mandir
tanpa tujuan yang jelas dan menjadi sangat pendiam tidak mau berbicara sama
sekali. Beberapa hal yang aneh pernah dilakukan istrinya, dari mulai berteriakteriak, minum air bak di kamar mandi, lompat ke sumur, hingga membenturkan
kepalanya ke dinding. Hal ini, menurutnya, adalah karena istrinya merasa berdosa.
Contohnya, istrinya pernah disalahkan oleh suara itu, yang mengatakan bahwa dia
bersalah kepada seorang tetangganya (karena satu hal). Istrinya memang pernah
marah-marah pada tetangganya itu, namun beberapa minggu setelahnya, istrinya
meminta maaf pada tetangganya itu dengan cara (yang menurut suaminya)
berlebihan. Bahkan tetangganya sudah menerima maaf dan bersikap biasa, namun
istrinya tetap merasa bersalah dan berdosa hingga sehari-hari nampak murung.
2 minggu yang lalu, gejala itu kambuh lagi, tepatnya setelah istrinya hadir
dalam sebuah pengajian. Saat itu penceramah kurang lebih berkata Mencari
kekayaan dunia adalah lebih hina dari kotoran domba. Istrinya sangat khawatir
dengan kata-kata tersebut, dan merasa sangat berdosa. Istrinya menjadi sering
histeris, berteriak, hingga kemarin (4 hari sebelum mondok) dibawa ke sebuah
pesantren untuk di-rukyah oleh kyai. Setelah sempat tenang, esoknya pasien
kembali mendengar suara asing itu.
Dia juga mengaku bahwa istrinya belum pernah berobat ke dokter sama
sekali. 2 hari sebelum mondok, istrinya baru diantar ke sebuah klinik, dan dirujuk

ke RS untuk diperiksakan ke dokter. Namun sebelum sempat bertemu dokter,


paginya pasien jatuh terpeleset di masjid.
Autoanamnesis
Pasien mengatakan sudah lama mulai mendengar suara-suara tanpa wujud
(menurutnya sekitar tahun 1980an). Suara itu terdengar saat dia sedang sendiri. Dia
merasa tidak mengenal suara apakah tidak pada dirinya di masa lalu. Menurut
pasien, suara itu berisi ejekan, komentar terhadap segala hal yang dilakukan pasien,
hingga perintah untuk menebus dosa, yaitu dengan bunuh diri. Dia juga
membenarkan bahwa dia pernah melakukan hal-hal yang aneh, seperti
membenturkan kepala ke dinding dan lompat ke sumur. Pasien mengatakan hal itu
adalah karena dia tidak tahan dengan suara itu, dan kadang karena perintah suara
itu. Dia juga menuturkan tiap-tiap dia melakukan hal-hal yang tidak baik, suara itu
selalu terdengar dan menyalahkan dirinya (pasien mencontohkan beberapa
kejadian).
Pasien tidak terlalu mengingat kapan gejalanya muncul lagi, hanya bercerita
bahwa beberapa hari yang lalu, dia merasa ustadz dalam sebuah pengajian
menyindir dirinya, hingga ia merasa sangat berdosa. Pasien menerima ajakan untuk
dibawa ke pondok pesantren untuk dirukyah. Pasien sempat merasa lebih reda
(tidak banyak mendengar suara), hingga keesokan harinya, suara itu muncul
kembali.
Pagi hari sebelum mondok, pasien terpeleset dan terjatuh saat sholat di
masjid. Menurutnya, saat jatuh, dia tidak mendengar suara-suara asing itu.

2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian) didapat secara autoanamnesis

Sistem Saraf

: demam (-) nyeri kepala (-) kejang (-) tremor (-)

Sistem Kardiovaskular : edem kaki (-) nyeri dada (-) jantung berdebar-debar (-)
Sistem Respirasi

: terlihat sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)

Sistem Digestiva

: BAB normal, muntah (-), diare (-), sulit makan (-) nyeri
perut (-)

Sistem Urogenital

: BAK normal

Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-)

Sistem Muskuloskeletal : edema dan krepitasi (+) regio antebrachii sinistra,


bengkak sendi (-), kelemahan otot (-), nyeri sendi (-)
Secara organik tidak terdapat kelainan pada sistem-sistem organ kecuali
fraktur di regio antebrachii sinistra.

2.4. Grafik Perjalanan Penyakit


Gejala Klinis

1986

1990

1999

2001

2003

2005

2007

2009

2011

2013

2014

Mental
Health Line

Fungsi peran

2.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu


2.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
Faktor Organik
Panas, kejang, dan trauma fisik satu tahun sebelum mengalami gangguan
disangkal oleh narasumber.
Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Pasien merasa berdosa atas kesalahannya (walaupun kesalahan kecil), dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang sekitarnya. Keluarga pasien
adalah keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah.
Faktor Predisposisi
Pasien tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit serupa, pola asuh
tak terkaji,
Faktor Presipitasi
Tidak jelas faktor presipitasinya
2.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu autoanamnesis
Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya

Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.


Riwayat Sakit Berat/Opname
Tidak ada

2.6. Riwayat Keluarga


2.6.1. Pola Asuh Keluarga
Tidak terkaji

2.6.2. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang serupa.

2.6.3. Silsilah Keluarga

Keterangan:
: pasien

: laki-laki

: perempuan

: meninggal

: Tinggal serumah

2.7. Riwayat Pribadi


2.7.1. Riwayat Kelahiran
Tidak terkaji.

2.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental


Tidak terkaji.

2.7.3.

Perkembangan Awal
Tidak terkaji.

2.7.4. Riwayat Pendidikan


SD

: lulus

2.7.5. Riwayat Pekerjaan


Pasien memiliki warung di rumahnya dan berjualan bersama keluarganya.
Setiap pagi pasien mampu ke pasar untuk membeli barang dagangan.

2.7.6. Riwayat Perkembangan Psikoseksual


Pasien sudah mengalami menopause, tidak ada deviasi seksual, orientasi
seksual adalah heteroseksual.

2.7.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual


Agama Islam
Pasien adalah seorang yang rajin beribadah wajib/sunnah, sering ke
masjid dan mengikuti pengajian.

2.7.8. Riwayat Perkawinan


Pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak.

2.7.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)


Pasien memiliki banyak teman, bukan orang yang tertutup.

Pasien adalah orang yang mudah merasa bersalah/tidak enak hati.


(gambaran kepribadian anankastik)

2.7.10. Hubungan Sosial


Menurut suami, pasien sering berinteraksi dengan temannya, baik lewat
pengajian keliling maupun dengan tetangganya.

2.7.11. Kebiasaan
Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang spesifik seperti merokok,
mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan.

2.7.12. Status Sosial Ekonomi


Keluarga pasien bisa dikatakan merupakan keluarga yang dikategorikan
menengah kebawah. Sumber penghidupannya didapat dari uang hasil
berdagang di rumah. Pendapatan per bulan berkisar di bawah UMR daerah
Bantul.

2.7.13. Riwayat Khusus


Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)

2.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis


Alloanamnesis : dapat dipercaya

2.9. Kesimpulan Alloanamnesis

Perempuan 56 tahun menunjukkan perubahan perilaku sejak 28 tahun yang lalu,


hilang timbul, muncul 2 minggu sebelum mondok.

Pasien sering mendengar suara-suara yang mengejek, mengancam, menuduh


pasien berdosa, hingga menyuruh pasien menebus dosanya.

Pasien belum pernah dibawa ke dokter/rumah sakit karena keluhannya.

Tidak terdapat kelainan pada sistem-sistem organ.

Pasien mampu bekerja sehari-hari seperti biasa, kecuali jika keluhannya kambuh

Pasien saat ini tinggal dengan suami dan 2 orang anaknya.

Pasien bisa dikatakan memiliki ekonomi yang cukup.

Pasien dapat bersosialisasi dengan tetangga dan warga sekitar seperti biasa,
sering ikut pengajian.

Pasien selalu menjalankan kegiatan moral spiritual (sholat & mengaji).

3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status Pemeriksaan Fisik
3.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 6 Desember 2014
Keadaan Umum : Compos Mentis
Bentuk Badan

: tidak ditemukan kelainan

Berat Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi

: 92 x/menit

- Respirasi

: 20 x/menit

- Suhu

: Afebris

Kepala
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher
- Inspeksi

: leher tampak bersih

- JVP

: tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler
- Sistem Respirasi

: wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)

Abdomen
- Sistem Gastrointestinal : bising usus (+)

Sistem Urogenital

tidak

dilakukan

pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : fraktur antebrachii sinistra
Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan

Kesan Status Internus

: Dalam batas normal, meskipun ada beberapa


pemeriksaan tidak dilakukan karena tidak
tersedianya

tempat

dan

alat

pemeriksaan.
3.1.2. Status Neurologis

Kepala dan Leher

: tidak dilakukan

Tanda Meningeal

: tidak dilakukan

Kekuatan Motorik

: tidak dilakukan

Sensibilitas

: tidak dilakukan

Refleks Fisiologis

: tidak dilakukan

Refleks Patologis

: tidak dilakukan

Gerakan Abnormal

: tidak dilakukan

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: tidak dilakukan

3.1.3. Hasil Pemeriksaan Penunjang


EKG

: normal sinus rhythm.

EEG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

CT Scan

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Foto Rontgen : gambaran kardiomegali, pulmo tak tampak kelainan.


LAB darah

: leukositosis (13,6), mengarah ke infeksi bakteri.

3.2. Status Psikiatri


Tanggal Pemeriksaan: 6 Desember 2014

3.2.1. Kesan Umum

untuk

Perempuan 56 tahun sesuai umur, tidak tampak sakit jiwa, kooperatif,


berpakaian sesuai jenis kelaminnya, dan rawat diri baik. Aktivitas
psikomotor baik.

No

Status Psikiatri

Hasil

Keterangan

1.

Mood

Hipotimik

Suasana perasaan sedih, murung.

2.

Afek

Appropriate

Ekspresi

wajah

pasien

sesuai

dengan apa yang diungkapkannya.


3.

Pembicaraan

Kuantitas : cukup

Pasien

Kualitas : koheren dan

dimengerti dan menjawab sesuai

relevan

berbicara

dengan

yang

cukup,

dapat

ditanyakan

saat

wawancara
4.

5.

Persepsi

Pikiran

Halusinasi auditorik (+)

Pasien membenarkan adanya suara-

Halusinasi visual (-)

suara asing yang terdengar tanpa

Ilusi (-)

ada sumber yang jelas.

Bentuk pikir: Non Realistik

Apa yang disampaikan oleh pasien


sesuai dengan kenyataan.

Proses pikir: normal

Pembicaraan pasien langsung dapat


ditangkap pewawancara.

Isi pikir: Waham (+)


Ide bunuh diri (-)

Pasien memiliki perasaan berdosa


atas

kesalahan

sekecil

apapun

hingga merasa ketakutan. Pasien


pernah

beberapa

kali

mencoba

untuk bunuh diri.


6.

Orientasi

Orang: baik

Pasien dapat mengenali siapa saja


yang ada di kamar pasien.

Waktu: baik

Pasien dapat mengetahui waktu


pemeriksaan (bada dzuhur).

Tempat: baik

Pasien tahu dirinya ada di rumah


sakit

Situasi : baik

Pasien mengerti mengapa dirinya


di RS (patah tulang)

Memori segera (immediate)

Pasien dapat mengingat nama

pemeriksa yg baru dikenalnya.


Memori

Memori

jangka

(recent)

pendek Pasien
aktivitas

dapat
apa

menceritakan
yang

tadi

pagi

dilakukan.
Memori jangka menengah Pasien ingat kejadian beberapa
(recent past)
Memori

jangka

(remote)

4.

Sikap/tingkah

panjang Pasien ingat berapa

hari dia

diopname.

Kooperatif

Pasien dapat diajak berbicara ketika

laku
5.

bulan yang lalu.

diwawancarai

Perilaku

dan Normoaktif

Perilaku dan aktivitas normal

aktivitas
7.

8.

Penampilan/rawat Baik

Pasien terlihat rapi dan cukup

diri

bersih.

Perhatian

Mudah

ditarik,

dicantum
9.

Insight

Derajat 1

mudah Pasien memperhatikan pemeriksa


saat ditanya dan tetap fokus
Pasien

mengatakan

tidak

mengetahui tentang penyakitnya,


jika tidak minum obat merasa tidak
apa-apa.

3.2.2. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan


Tidak ada.

3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis


3.3.1. Kepribadian
Tidak dilakukan
3.3.2. IQ
Tidak dapat dilakukan tes
3.3.3. Lain-Lain
Tidak ada

4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA


4.1. Tanda-Tanda (Sign)
a. Penampilan
Pasien tampak tidak sakit jiwa, kooperatif, pakaian terlihat bersih dan rawat diri
baik.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa, semua dalam batas normal.
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Produksi pembicaraan berlebihan, lain-lain normal.

4.2. Gejala (Simtom)


a.

Halusinasi auditorik (+), adanya waham berdosa, dan ide bunuh diri.

b.

Mudah ditarik, mudah dicantum.

c.

Orientasi orang, waktu, tempat dan situasi baik.

d.

Mood hipotimik.

e.

Afek depresif, appropriate.

4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)


Pada saat anamnesis, pasien terlihat gelisah, namun dapat menuturkan perasaan
dan keluhannya secara kooperatif pada pasien. Berikut kumpulan gejala yang
didapatkan:
-

Adanya halusinasi auditorik berupa suara mengejek, mengancam, membuat


pasien merasa berdosa, dan menyuruh pasien untuk menebus dosa dengan
melakukan hal tertentu.

Adanya waham berdosa, yaitu pasien merasa berdosa terhadap segala


kesalahan sekecil apapun yang ia lakukan.

Saat pasien mendengarkan suara asing itu, pasien merasa tak berdaya,
cenderung diam, hingga pasien tak dapat beraktivitas apapun.

Adanya afek depresif, kehilangan kegembiraan.

Terdapat gagasan tentang rasa bersalah.

Terdapat gagasan untuk membahayakan diri atau bunuh diri.

Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita gangguan skizoafektif


tipe depresif menurut PPDGJ III.

5. DIAGNOSIS BANDING
-

F 25.1 Skizoafektif Tipe Depresif

F 20.4 Depresi Pasca Skizofrenia

F 33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik

6. PEMBAHASAN

Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala


definitif adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan
afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously),
atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode
penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode
penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik
atau depresif.

Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia


dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.

Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah


mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif
berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau
campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua
episode manik atau depresif (F30-F33)

Dalam PPDGJ III dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada
sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila
gejala-gejala itu kurang tajam atau jelas).
1.

Salah satu dari:


- thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau

- thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
2.

Salah satu dari:


- delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya : secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
- delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

3.

Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian tubuh

4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:
5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terusmenerus;

6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
8. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau, sikap
larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Sementara itu, berdasarkan PPDGJ III, gejala-gejala depresi sebagai berikut:

Gejala utama

- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

Gejala lainnya

- Konsentrasi dan perhatian berkurang


- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
Gejala yang dialami oleh pasien memenuhi untuk diagnosis gangguan skizoafektif tipe
depresif.

Diagnosis Banding
Depresi Pasca Skizofrenia (F 20.4)
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum


skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran
klinisnya); dan

Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria


untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode

depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap
salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

Gangguan Depresif Berulang (F 33)

Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari:


- Episode depresi ringan (F32.0)
- Episode depresi sedang (F32.1)
- Episode depresi berat (F32.2 dan F32.3)
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya
lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.

Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dengan peninggian afek dan hiperaktivitas
yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2). Namun kategori ini tetap harus
digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas
ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode
depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi).

Pemulihan keadaan biasanya sempurna di antara episode, namun sebagian kecil


pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia
lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan).

Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan


oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress
tidak esensial untuk penegakan diagnosis).

Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik (F33.3)

Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik (F32.3); dan

Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal


2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.

7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)


Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak menunjukkan gejala-gejala patologik pada
organ.

8. DIAGNOSIS
AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif

AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)


Gambaran Kepribadian Anankastik

AKSIS III (Kondisi Medik Umum)


S52 Fraktur Antebrachii

AKSIS IV (Stressor Psikososial)


Masalah ekonomi
AKSIS V (Fungsi Sosial)
GAF 70-61 Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik

9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Risperidone 2 x 2 mg (anti psikotik)
Amitriptilin 1 x 100 mg (anti depresan)

Psikoterapi

o Terapi keluarga
Peran keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia, memberikan pendidikan dan
informasi tentang skizoafektif pada keluarga pasien (misalkan tanda-tanda awal dari
kekambuhan, peran pengobatan, dan efek samping obat yang diberikan). Terapi ini
juga untuk mencegah munculnya ekspresi emosi yang meningkat dari pasien.

10. PROGNOSIS

FAKTOR MORBID

FAKTOR PREMORBID

Indikator

Pada Pasien

Prognosis

1. Faktor kepribadian

Ekstrovert

Baik

2. Faktor genetik

Tidak Ada

Baik

3. Pola asuh

4. Faktor organik

Tidak ada

Baik

5. Dukungan keluarga

Ada

Baik

6. Sosioekonomi

Ekonomi kurang

Jelek

7. Faktor pencetus

Tidak Ada

Jelek

8. Status perkawinan

Menikah

Baik

9. Kegiatan spiritual

Rutin

Baik

10. Onset usia

Dewasa Muda

Jelek

11. Perjalanan penyakit

Kronik

Jelek

12. Jenis penyakit

Skizoafektif

Jelek

13. Respon terhadap terapi

14. Riwayat disiplin minum

15. Riwayat disiplin kontrol

16. Riwayat peningkatan

Tidak

Baik

Normal

Baik

obat

gejala
17. Beraktivitas

Kesimpulan prognosis: Dubia ad malam

Pasien skizoafektif memiliki prognosis yang buruk jika merupakan pasien dengan:

Riwayat premorbid buruk (kepribadian, faktor genetik, pola asuh, faktor organik,
dukungan keluarga, sosioekonomi, faktor pencetus, status perkawinan, kegiatan
spiritual)

Onset yang tidak jelas

Tidak adanya faktor pencetus

Psikosis yang predominan

Gejala negatif

Onset usia awal

Perjalanan penyakit yang tak membaik

Ada anggota keluarga dengan skizofrenia

Pasien ini memiliki status ekonomi menengah-bawah, onset tidak jelas, faktor pencetus
tak diketahui, dan perjalanan penyakit yang tak membaik. Prognosis pasien ini adalah
dubia et malam.

11. RENCANA FOLLOW UP


Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas obat,
dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.
Memastikan pasien mendapat psikoterapi keluarga..

Anda mungkin juga menyukai