Disusun Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Diajukan kepada :
dr. Vista Nurasti Pradanita, Sp.KJ., M.Kes
Disusun oleh :
Ainal Fadly
20090310115
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Ainal Fadly
20090310115
STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: SD
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 56 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Pedagang
Bangsa/suku
: Indonesia/Jawa
Alamat
: Piyungan
No. RM
: 545***
Tanggal diperiksa
: 6 Desember 2014
2. ALLOANAMNESIS
Nama
: Bp. S
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 59 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Pedagang
Bangsa/suku
: Indonesia/Jawa
Alamat
: Piyungan
Hubungan
: Suami
Lama kenal
: Sejak 1970an
Sifat perkenalan
: Dekat
Tempat wawancara
: Bangsal
2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian) didapat secara autoanamnesis
Sistem Saraf
Sistem Kardiovaskular : edem kaki (-) nyeri dada (-) jantung berdebar-debar (-)
Sistem Respirasi
Sistem Digestiva
: BAB normal, muntah (-), diare (-), sulit makan (-) nyeri
perut (-)
Sistem Urogenital
: BAK normal
Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-)
1986
1990
1999
2001
2003
2005
2007
2009
2011
2013
2014
Mental
Health Line
Fungsi peran
Keterangan:
: pasien
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: Tinggal serumah
2.7.3.
Perkembangan Awal
Tidak terkaji.
: lulus
2.7.11. Kebiasaan
Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang spesifik seperti merokok,
mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan.
Pasien mampu bekerja sehari-hari seperti biasa, kecuali jika keluhannya kambuh
Pasien dapat bersosialisasi dengan tetangga dan warga sekitar seperti biasa,
sering ikut pengajian.
3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status Pemeriksaan Fisik
3.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 6 Desember 2014
Keadaan Umum : Compos Mentis
Bentuk Badan
Berat Badan
Tinggi Badan
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi
: 92 x/menit
- Respirasi
: 20 x/menit
- Suhu
: Afebris
Kepala
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher
- Inspeksi
- JVP
Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler
- Sistem Respirasi
Abdomen
- Sistem Gastrointestinal : bising usus (+)
Sistem Urogenital
tidak
dilakukan
pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : fraktur antebrachii sinistra
Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan
tempat
dan
alat
pemeriksaan.
3.1.2. Status Neurologis
: tidak dilakukan
Tanda Meningeal
: tidak dilakukan
Kekuatan Motorik
: tidak dilakukan
Sensibilitas
: tidak dilakukan
Refleks Fisiologis
: tidak dilakukan
Refleks Patologis
: tidak dilakukan
Gerakan Abnormal
: tidak dilakukan
EEG
CT Scan
untuk
No
Status Psikiatri
Hasil
Keterangan
1.
Mood
Hipotimik
2.
Afek
Appropriate
Ekspresi
wajah
pasien
sesuai
Pembicaraan
Kuantitas : cukup
Pasien
relevan
berbicara
dengan
yang
cukup,
dapat
ditanyakan
saat
wawancara
4.
5.
Persepsi
Pikiran
Ilusi (-)
kesalahan
sekecil
apapun
beberapa
kali
mencoba
Orientasi
Orang: baik
Waktu: baik
Tempat: baik
Situasi : baik
Memori
jangka
(recent)
pendek Pasien
aktivitas
dapat
apa
menceritakan
yang
tadi
pagi
dilakukan.
Memori jangka menengah Pasien ingat kejadian beberapa
(recent past)
Memori
jangka
(remote)
4.
Sikap/tingkah
hari dia
diopname.
Kooperatif
laku
5.
diwawancarai
Perilaku
dan Normoaktif
aktivitas
7.
8.
Penampilan/rawat Baik
diri
bersih.
Perhatian
Mudah
ditarik,
dicantum
9.
Insight
Derajat 1
mengatakan
tidak
Halusinasi auditorik (+), adanya waham berdosa, dan ide bunuh diri.
b.
c.
d.
Mood hipotimik.
e.
Saat pasien mendengarkan suara asing itu, pasien merasa tak berdaya,
cenderung diam, hingga pasien tak dapat beraktivitas apapun.
5. DIAGNOSIS BANDING
-
F 33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik
6. PEMBAHASAN
Dalam PPDGJ III dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada
sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila
gejala-gejala itu kurang tajam atau jelas).
1.
- thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
2.
3.
Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian tubuh
4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:
5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terusmenerus;
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
8. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau, sikap
larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Gejala utama
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
Gejala lainnya
Diagnosis Banding
Depresi Pasca Skizofrenia (F 20.4)
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran
klinisnya); dan
depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap
salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.
Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dengan peninggian afek dan hiperaktivitas
yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2). Namun kategori ini tetap harus
digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas
ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode
depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi).
Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik (F33.3)
Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik (F32.3); dan
8. DIAGNOSIS
AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Risperidone 2 x 2 mg (anti psikotik)
Amitriptilin 1 x 100 mg (anti depresan)
Psikoterapi
o Terapi keluarga
Peran keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia, memberikan pendidikan dan
informasi tentang skizoafektif pada keluarga pasien (misalkan tanda-tanda awal dari
kekambuhan, peran pengobatan, dan efek samping obat yang diberikan). Terapi ini
juga untuk mencegah munculnya ekspresi emosi yang meningkat dari pasien.
10. PROGNOSIS
FAKTOR MORBID
FAKTOR PREMORBID
Indikator
Pada Pasien
Prognosis
1. Faktor kepribadian
Ekstrovert
Baik
2. Faktor genetik
Tidak Ada
Baik
3. Pola asuh
4. Faktor organik
Tidak ada
Baik
5. Dukungan keluarga
Ada
Baik
6. Sosioekonomi
Ekonomi kurang
Jelek
7. Faktor pencetus
Tidak Ada
Jelek
8. Status perkawinan
Menikah
Baik
9. Kegiatan spiritual
Rutin
Baik
Dewasa Muda
Jelek
Kronik
Jelek
Skizoafektif
Jelek
Tidak
Baik
Normal
Baik
obat
gejala
17. Beraktivitas
Pasien skizoafektif memiliki prognosis yang buruk jika merupakan pasien dengan:
Riwayat premorbid buruk (kepribadian, faktor genetik, pola asuh, faktor organik,
dukungan keluarga, sosioekonomi, faktor pencetus, status perkawinan, kegiatan
spiritual)
Gejala negatif
Pasien ini memiliki status ekonomi menengah-bawah, onset tidak jelas, faktor pencetus
tak diketahui, dan perjalanan penyakit yang tak membaik. Prognosis pasien ini adalah
dubia et malam.