Anda di halaman 1dari 4

Malaria Cerebral

DEFINISI
Malaria cerebral adalah komplikasi berat dari infeksi P.Falcifarum yg
dtandai dg demam tinggi, gang.kesadaran, kejang, hemiplegi, dan berakhir
kematian. Malaria cerebral adalah malaria dengan penurunan kesadaran dengan
nilai GCS pada dewasa <9 dan pada anak nilai Blantyre coma score <3 atau Koma
>30menit setelah serangan kejang yg tidak disebabkan penyakit lain.
Menurut WHO definisi malaria serebral memenuhi 3 kriteria yaitu koma
yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap >30 menit setelah kejang
disertai adanya P. Falsiparum yang dapat ditunjukkan dan penyebab lain dari akut
ensefalopati telah disingkirkan.
EPIDEMIOLOGI
Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang tersebar di seluruh
dunia. Kira-kira lebih dua milyar atau lebih 40 % penduduk dunia hidup di daerah
bayang-bayang malaria. Jumlah kasus malaria di Indonesia kira-kira 30
juta/tahun, angka kematian 100.000/ tahun.
ETIOLOGI
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa
intraseluler

dari

genus

plasmodium.

Empat

spesies

dari

plasmodium

menyebabkan malaria pada manusia antara lain: Plasmodium falsiparum,


Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae.
Plasmodium falsiparum adalah infeksi yang paling serius dan yang sering
memberi komplikasi malaria berat antara lain malaria serebral dengan angka
kematian tinggi. Penyebab paling sering dari kematian khususnya pada anak-anak
dan orang dewasa yang non-imun adalah malaria serebral.
PATOFISIOLOGI
Sekarang ini, ada dua hipotesis utama yang menjelaskan tentang
patofisiologi dari malaria serebral ini, yaitu hipotesis mekanik dan hipotesis
humoral. Hipotesis secara mekanis menyatakan bahwa terdapat suatu interaksi
spesifik antara suatu P. falciparum erythrocyte membran protein (Pfemp-1) dan
struktur-struktur yang terdapat pada sel endothel, seperti ICAM-1 atau E-Selectin,

mengurangi aliran darah kaviler yang dapat menyebabkan hipoksia. Secara


selektif mengikat sel PRBCs dan non-PRBCs, yang dapat dikenal juga sebagai sel
roset (bentuk bunga ros), dapat dikenali dengan baik melalui tanda malaria
serebral histopatologi dan kondisi penderita yang koma. Bagaimanapun, hipotesis
ini adalah tidak cukup menjelaskan mengenai defisit neurologis yang terjadi
sehingga dapat menyebabkan penurunan kesadaran.
Humoral hipotesis menyatakan bahwa suatu toksin yang dihasilkan oleh
parasit malaria yang akan merangsang makrofag untuk melepaskan TNF-A dan
sitokin seperti IL-1. Sel sitokin tidaklah berbahaya, mereka dapat mempengaruhi
dan mengontrol produksi oksigen nitrat (NO) yang tak terkendalikan. Oksida
nitrat ini dapat melintasi blood brain barier (sawar darah otak) yang akan
menyebabkan perubahan pada fungsi sinaptik seperti halnya anestesi umum dan
meningkatkan konsentrasi etanol, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran.
Interaksi biokimia yang terjadi secara alami tersebut dapat menjelaskan
bagaimana terjadinya koma.
GAMBARAN KLINIS
Gejala klinik dari malaria serebral sangat komplek, tetapi ada tiga gejala utama
umum yang terdapat baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak:
a. Kesadaran yang lemah dengan demam yang tidak spesifik
b. Kejang-kejang dan defek (defisit) neurologis
c. Secara umum coma yang menetap selama 24 sampai 72 jam, pada awalnya
rousable dan kemudian unrousable.
LABORATORIUM
a. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan sediaan darah tebal dan hapusan darah tipis dapat ditemukan
parasit plasmodium. Pemeriksaan ini dapat menghitung jumlah parasit dan
identifikasi jenis parasit. Bila hasil , diulangi tiap 6-12 jam.
b. QBC ( semi quantitative buffy coat)
Prinsip dasar: tes fluoresensi yaitu adanya protein plasmodium yang dapat
mengikat acridine orange akan mengidentifikasikan eritrosit terinfeksi
plasmodium. Tes QBC adalah cepat tapi tidak dapat membedakan jenis
plasmodium dan hitung parasit.
c. Rapid Manual Test

RMT adalah cara mendeteksi antigen P. Falsiparum dengan menggunakan


dipstick. Hasilnya segera diketahui dalam 10 menit. Sensitifitasnya 73,3 %
dan spesifutasnya 82,5 %.
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Adalah pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik
parasit plasmodium dalam darah. Amat efektif untuk mendeteksi jenis
plasmodium penderita walaupun parasitemia rendah.3
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis malaria serebral
a. Penderita berasal dari daerah endemis atau berada di daerah endemis
b. Demam atau riwayat demam yang tinggi
c. Adanya manifestasi serebral berupa penurunan kesadaran dengan atau tanpa
gejala neurologis lain, sedangkan kemungkinan penyebab lain telah
disingkirkan.
d. Ditemukan parasit malaria dalam sediaan darah tepi
e. Tidak ditemukan kelainan cairan serebrospinal yang berarti
DIAGNOSIS BANDING
a. Radang otak (meningitis/ensefalitis)
b. Stroke (gangguan serebrovaskular)
c. Tifoid ensefalopati
d. Hepatitis
e. Glomerulonefritis akut atau kronik
f. Sepsis
PENATALAKSANAAN
a. Obat anti malaria (terpilih)

Kinin dihidroklorida 10 mg/kg BB i.v. dalam NaCl 0,9% (10 cc/kg


BB)diberi dalam 4 jam, diulang setiap 12 jam sampai sadar.

Hidrokortison 2 X 100 mg/hari i.v

b. Obat anti malaria (pengganti)

Khlorokuin sulfat 250 mg i.v. perlahan-lahan disusul dengan 250 mg


dalam500 cc NaCl 0,9% dalam 12 jam (2 kali).

Dexametason 10 mg i.v. (dosis inisial), dilanjutkan dengan 4 mg i.v. tiap


1 jam

PROGNOSIS
Angka kematian malaria serebral 15-25%. Pd penderita yg dijumpai koma dan
kejang angka mematian dapat mencapai 80%. Indikator lab dari prognosis buruk
pada MS:
a. Hematologi: leukositosis > 12.000/ ul, anemia berat, packed red cell (PCV) <
15 %, Koagulopati ( Platelet <50.000/ul, pemanjangan protrombine time > 3
detik, pemanjangan partial thromboplastin time, dan fibrinogen < 200 mg/dl
b. Sediaan

hapus

darah:

Hiperparasitemia

mengandung pigmen malaria.

>

50.000/ul,>5%

neutrofil

Anda mungkin juga menyukai