Anda di halaman 1dari 18

JULI 2020

MALARIA CEREBRAL

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
Definisi
Definisi Malaria serebral adalah suatu akut ensefalopati yang
memenuhi 3 kriteria, yaitu koma yang tidak dapat dibangunkan atau
koma yang menetap > 30 menit setelah kejang (GCS < 11, Blantyre
coma scale < 3) disertai adanya P. falciparum yang ditunjukkan dengan
hapusan darah dan penyebab lain dari akut ensefalopati telah
disingkirkan. 2

2. Prasetyo, B.H. Husna, M. 2016. Aspek Biomolekuler dan Update Terapi Malaria Serebral. Universitas Brawikaya: Malang.
Etiologi
 Penyebab infeksi malaria ialah parasit plasmodium, suatu parasit yang
termasuk dalam dalam filum apicomplexa1

 Ada lima spesies yang dilaporkan menginfeksi manusia, yaitu


Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale,
Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi1

 Jenis plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P.


falciparum dan P. vivax. Plasmodium falciparum adalah penyebab
utama malaria berat, termasuk malaria serebral1

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
Patogenesis
 Sitoadherensi : Sitoadherensi adalah peristiwa melekatnya parasit
dalam eritrosit stadium matur pada permukaan endotel vaskular.
Permukaan eritrosit yang terinfeksi parasit akan membentuk knob 1

 Sekuestrasi : Eritrosit tidak beredar kembali dan tertinggal di


pembuluh kapilar karena adanya sitoadherensi > menurunkan perfusi
jaringan otak dan dapat menyebabkan penurunan kesadaran
melalui hipoksia. 1

 Roseting : parasit dalam eritrosit stadium matur dapat juga membentuk


kelompok dengan eritosit-eritrosit lain yang tidak terinfeksi
plasmodium > menyebabkan obstruksi atau perlambatan sirkulasi
darah setempat1

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
Manifestasi malaria serebral
Manifestasi malaria serebral (MS) pada awalnya seperti gejala
malaria tropika pada umumnya, seperti 4 :
1. demam tinggi (>40°) biasanya tidak teratur dan tidak timbul secara
periodic disertai menggigil.
2. Sebagai gejala utama pada MS adalah penurunan derajat kesadaran
dari ringan sampai berat mulai dari apati, somnolen, delirium, stupor
sampai koma.
3. Gejala neurologi lain adalah nyeri kepala, mual, muntah, kejang,
paresa/ plegia, afasia, ketulian, kaku kuduk, tremor, korea, athetosis
dan psikosis.

4. Rahayu. 2011. Malaria Serebral. Universitas Muhamadiyah Malang: Malang.


Dasar Diagnosis Malaria1

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
Pemeriksaan Penunjang
 Pemerisaan hapusan darah
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya
parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan darah tepi perlu dibuat tiga kali dengan hasil negatif1
1. Hapusan darah tebal
2. Hapusan darah tipis

 Tes antigen
untuk mendeteksi antigen dari P. falciparum dan antigen terhadap
lactate dehydrogenase (LDH) yang terdapat pada plasmodium lainnya.
Tes ini bermanfaat sebagai penyaring karena sensitivitas dan
spesifisitasnyaa tinggi. Keterbatasannya adalah, tes ini tidak dapat
dipakai dalam pemantauan lanjut maupun mendeteksi jumlah parasit1

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
Pemeriksaan Penunjang
 Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik
terhadap malaria atau pada keadaan jumlah parasit sangat minimal. Tes
ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik sebab antibodi baru
terjadi setelah dua minggu terjadinya infeksi dan menetap 3 – 6 bulan. 1

 Tes molekular
Sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini
adalah walaupun jumlah parasitnya sangat sedikit, masih dapat
memberikan hasil positif. 1

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
Pemeriksaan Penunjang
 Pungsi lumbal dan analisis cairan cerebrospinal
Pungsi lumbal dan analisis CSS bermanfaat terutama untuk
menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi otak. Pemeriksaan ini
perlu dikerjakan jika kita mendiagnosis banding malaria serebral
dengan infeksi otak. 1

 Pencitraan neurologis
Pemeriksaan MRI otak adalah pemeriksaan terpilih. Hasil MRI
otak juga mampu memperlihatkan tandatanda infark awal, penyangatan
parenkim dan leptomeningen, edema otak, hidrosefalus, maupun
herniasi otak dengan baik. Namun demikian, pemeriksaan MRI otak
berlangsung lebih lama dan cukup mahal. Pemeriksaan CT scan kepala
dapat menjadi pilihan jika MRI otak tidak memungkinkan1

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus malaria berat secara umum mencakup 1
1. Pemberian obat antimalaria
2. Penanganan komplikasi
3. Pengobatan simptomatik.

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
Pemberian Obat Antimalaria
 Lini pertama1

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
Pemberian Obat Antimalaria
 Lini Kedua
Kina per infus merupakan obat lini ke dua untuk malaria berat. Obat ini
dikemas dalam bentuk ampul kina hidroklorida 25%1

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
Penanganan Komplikasi
 Tekanan Tinggi Intrakranial
Jika terdapat tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial maka
diupayakan penurunan tekanan tinggi intrakranial. beberapa protokol
penanganan tekanan tinggi intrakranial pada malaria serebral masih
mencantumkan manitol1

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
Penanganan Komplikasi
 Delirium dan Agitasi
Delirum adalah keadaan kebingungan mental yang ekstrem karena
orang mengalami kesulitan berkonsentrasi dan bicara secara jelas dan
masuk akal. 1
Agitasi adalah gejala perilaku berupa aktivitas motorik berlebihan
terkait dengan perasaan gelisah. Jika pasien menjadi agitatif sehingga
berisiko menyakiti diri sendiri atau orang lain, terlebih dahulu gunakan
teknik verbal dan nonverbal untuk meredakan situasi. 1
Jika upaya tersebut gagal, dapat diberikan haloperidol, risperidone,
clozapine, atau olanzapine jangka pendek1

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
Penanganan Komplikasi
 Bangkitan atau Kejang
Pemberian golongan benzodiazepin seperti diazepam dapat diberikan
sebagai lini pertama untuk penanganan bangkitan. 1
Diazepam: intravena 10 mg (0,15 mg/kgBB); atau intra rectal 0,5-1,0
mg/kgBB jika injeksi tidak memungkinkan. 2

 Hipoglikemia
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti efek
hiperinsulinemia pada terapi kina, peningkatan ambilan glukosa oleh parasit,
maupun penyebab lain. 1
Umumnya, hipoglikemia berespons baik terhadap terapi standar berupa
pemberian cairan glukosa. Berikan bolus glukosa 40% intravena sebanyak
50 – 100ml1

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
2. Prasetyo, B.H. Husna, M. 2016. Aspek Biomolekuler dan Update Terapi Malaria Serebral. Universitas Brawikaya: Malang.
Alur Penatalaksanaan Malaria Cerebral3

3. Kementerian Kesehatan. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Kementerian Kesehatan: Jakarta.
Prognosis
Prognosis malaria serebral 1. Ada perdarahan retina.
tanpa terapi umumnya fatal. 2. Umur muda (prognosis lebih
Mortalitasnya lebih rendah pada buruk pada umur kurang
orang dewasa yang menerima daripada 3 tahun).
terapi artesunat1
3. Ada parasitemia berat (>20%)
Terdapat beberapa faktor
4. Ada asidosis laktat
risiko prognosis buruk malaria
serebral, yaitu1: 5. Ada hipoglikemia
1. Gangguan kesadaran berat dan 6. Ada peningkatan kadar laktat
lama. CSS
2. Ada hipertensi intrakranial. 7. Ada peningkatan kadar enzim-
enzim transaminase serum.
3. Ada gangguan organ lain.
4. Ada bangkitan berulang.
5. Ada tanda deserebrasi.

1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral. Universitas Samratulangi: Manado.
Daftar Pustaka
1. Mawuntu, A.H.P. 2018. Jurnal Sinaps Vol 1(3). Malaria Cerebral.
Universitas Samratulangi: Manado.
2. Prasetyo, B.H. Husna, M. 2016. Aspek Biomolekuler dan Update
Terapi Malaria Serebral. Universitas Brawikaya: Malang.
3. Kementerian Kesehatan. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus
Malaria. Kementerian Kesehatan: Jakarta.
4. Rahayu. 2011. Malaria Serebral. Universitas Muhamadiyah Malang:
Malang.

Anda mungkin juga menyukai