0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan3 halaman
Teks tersebut membahas tentang komplikasi malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, termasuk malaria serebral, asidosis, anemia berat, gagal ginjal akut, edema paru, hipoglikemi, gagal sirkulasi, pendarahan, kejang berulang, dan hemoglobinuri. Mekanisme patogenesis komplikasi tersebut meliputi sitoadhesi parasit malaria pada endotel pembuluh darah, sekuestrasi yang menyebabkan staganasi aliran darah, dan peran sitokin
Teks tersebut membahas tentang komplikasi malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, termasuk malaria serebral, asidosis, anemia berat, gagal ginjal akut, edema paru, hipoglikemi, gagal sirkulasi, pendarahan, kejang berulang, dan hemoglobinuri. Mekanisme patogenesis komplikasi tersebut meliputi sitoadhesi parasit malaria pada endotel pembuluh darah, sekuestrasi yang menyebabkan staganasi aliran darah, dan peran sitokin
Teks tersebut membahas tentang komplikasi malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, termasuk malaria serebral, asidosis, anemia berat, gagal ginjal akut, edema paru, hipoglikemi, gagal sirkulasi, pendarahan, kejang berulang, dan hemoglobinuri. Mekanisme patogenesis komplikasi tersebut meliputi sitoadhesi parasit malaria pada endotel pembuluh darah, sekuestrasi yang menyebabkan staganasi aliran darah, dan peran sitokin
Meskipun beberapa pernasalahan di atas, RDTs dapat di gunakan
untuk confirmasi diagnosis. Seperti mikroskop, Hasil tes ini
harus di sertai dengan jaminan kualitas. Oleh karena itu, pengenalan harus dipantau dan dievaluasi dengan hati-hati. Hasil diagnosis parasitological harus tersedia dalam waktu singkat (kurang dari 2 jam). Jika hal ini tidak mungkin, pasien harus diperlakukan atas dasar diagnosis klinis. 1. 5. Komplikasi Malaria Komplikasi malaria disebabkan umumnya disebabkan oleh malaria falcifarum dan sering di sebut pernicious manifestation, sering terjadi mendadak tanpa gejala gejala sebelumnya dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada kehamilan dan orang pendatang. Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falcifarum dengan satu atau lebih komplikasu sebagai berikut: 1. Malaria cerebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan berdasarkan penilaian GCS. 2. Academia/acidosis: pH darah < 7.25 atau plasma bicarbonate <15 mmol/1, kadar lactate vena <>5 mmol/1, klinis pernafasan dalam/respiratory distress. 3. Anemia berat (Hb < 5 g/dl atau hematokrit < 15% ) pada keadaan parasit > 10.000/ul; bila anemianya hipokromik dan/atau miktositik harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoblobinopati lainya. 4. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24 jam pada orang dewasa atau 12ml/BB pada anak anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dl 5. Edema paru non kardoigenic/ARDS 6. Hipoglikemi : gula darah < 40 ml/dl. 7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistol < 70 mmHg (anak 1-5 tahun<50 mmHg); disertai keringat dingin atau perbedaan temperature kulit mukosa>10C. 8. Pendarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan/atau disertai kelainan labolatorik adanya gangguan koagulasi intravascular. 9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam. 10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti malaria/kelainan eritrosit(kekurangan G-6PD)). 11. Diagnosis post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler pada jaingan otak. 4 Mekanisme pathogenesis komplikasi malaria
Invasi merozoit kedalam eritrosit menyebabkan eritrosis yang
mengandung parasit (EP) mengalami perubahan struktur dan biokimia sel untuk mempertahankan kehidupan parasit[7]. Perubahan tersebut meliputi mekanisme transport membrane sel, penurunan deformitas, penurunan reologi, pembentukan knob, sekuestrasi dan rosseting. Respon imun individu terhadap antigen akan menstimulasi sistem RES, mengubah aliran darah local dan endothelium vascular, mengubah biokimia sistemik, menyebabkan anemia, hipoksia jaringan dan organ, produksi sitokin dan NO[8]. berikut akan di bahas mekanisme pathogenesis malaria berat mulai dari sitoadherence, sekuestrasi, rosseting, peranan sitokin dan Nitric oxide Sitoadherence adalah perlekatan antara EP stadium matur pada permukaan endotel vascular. Perlekatan terjadi dengan cara molekul adhesive yang terletak di permukaan knop EP melekat dengan permukaan molekul adhesive yang terletak di permukaan endotel vaskuler. Molekul adhesive di permukaan EP secara collective disebut pfEMP-1, P.falciparum erythrocyte membrane protein-1. Molekul adhesive di permukaan endotel di sebut CD36, trombospondin, intercellular-adhesion molecule-1 (ICAM1), vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM) endotel leukocyte adhesion molecule 1 (ELAM-1) danglycosaminoglycan chondroitin sulfate A. pfEMP-1 merupakan protein hasil expresi genetic oleh permukaan gen yang ada dipermukaan knob. Kelompok gen ini disebut gen VAR. Gen VAR mempunyai kapasitas variasi antigenic yang sangat besar. Sekuestrasi sithoadherence menyebabkan EP matur tidak beredar kembali dalam sirkulasi. Parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan mikrovaskular disebut EP matur yang mengalami sekuestrasi. Hanya P.Falciparum yang mengalami sekuestrasi, karena pada plasmodium lainya seluruh siklus terjadi pada pembuluh darah perifer. Sekuestrasi terjadi pada organ organ vital dan hamper seluruh jaringan dalam tubuh. Sekuestrasi tertinggi terdapat di otak, diikuti dengan hepar dan ginjal, paru jantung, usus dan kulit. Sekuestrasi ini di duga memeran peranan utama dalam patofisiologi malaria berat. Resetting ialah berkelompoknya EP matur yang di selubungi 10 atau lebih eritrosit yang non parasit. Plasmodium yang dapat melakukan sitoadherensi juga yang dapat melakukan resetting. Resetting menyebabkan obtruksi aliran darah local/dalam jaringan sehingga mempermudah terjadinya sitoadherence. Sitokin terbentuk dari sel endotel, monosit dan makrofak setelah mendapat stimulasi dari malaria toksin (LPS, GPI). Sitokin ini antara lain TNF-, IL-1, IL-6, IL-3, LT (lymphotoxin) dan INF-. Dari beberapa penelitian di buktikan bahwa penderima malaria serebral yang meninggal atau dengan komplikasi berat seperti hipoglikemi mempunyai kadar TNF- yang tinggi. Demikian juga malaria tanpa komplikasi kadar TNF-, IL-1, IL-6 lebih rendah
dari malaria cerebral. Walaupun demikian hasil ini tidak
konsisten karena juga dijumpai penderita malaria yang mati dengan TNF normal/rendah atau pada malaria cerebral yang hidup dengan sitokin yang tinggi. Oleh karenya di duga karena adanya peran dari neurotransmitter yang lain sebagai free-radical dalam kaskade ini seperti nictit-oxide sebagai factor yang penting dalam patogenesa malaria berat. Nitric Oxide. Akhir akhir ini banya diteliti peran mediator nitric oxide (NO) baik dalam menumbuhkan malaria berat terutama malaria cerebral, maupun sebaliknya memberikan efek protective karena membatasi perkembangan parasit dan menurunkan expresi molekul adhesi. Di duga produksi NO local di organ terutama otak yang berlebihan dapat mengganggu fungsi organ tersebut. Sebaliknya pendapat lain menyatakan kadar NO yang tepat, memberikan perlindungan terhadap malaria berat. Justru kadar NO yang rendah mingkin menimbulkan malaria berat, ditunjukkan dari rendah nya kadar nitrat dan nitric total pada cairan cerebrospinal. Masalah sitokin proinflamasi dan NO pada pathogenesis malaria berat masih controversial, banyak hipotesis yang belum dapat dibuktikan dengan jelas dan hasil berbagai penelitian sering saling bertentangan3.5 . 1. 6. Mananjemen malaria[9] Pengobatan malaria falciparum telah berubah secara radikal dalam beberapa tahun terakhir. Di daerah endemik, World Health Organization merekomendasikan artemisinin-based combinations sebagai pengobatan lini pertama untuk malaria falciparum tanpa komplikasi. Obat yang sangat efektif ini sering tidak tersedia di Negara Negara beriklim sedang (termaksud United States), rekomendasi pengobatan di batasi oleh jumlah sediaan obat yang sudah terdaftar, obat palsu di bawah substandard termasuk di dalam nya OAM di jual banyak di Negara miskin. Oleh karena itu diperlukan kehati hatian dalam memperoleh OAM, terutama saat pasien gagal memberikan respon seperti yang diharapkan. Jenis jenis OAM terdapat pada table di bawah ini :