Anda di halaman 1dari 117

MOVIEMAGZ

MOVIEMAGZ TEAM

CHIEF OFFICER :
Starkiller

Dari Redaksi :

CONSELOR :
dhukhun
Editor
Hary Susanto
QC.P (Quality Control Person)
_n1A_
DESIGNER
starkiller
Quilava,
The Unfortunate Kyd
mysecondhenz
MARKETING :
dhukhun & achoenk
WRITER :

Hary Susanto, Ajoem


AzwarHamzah,
Eichi01, Renian, Tyo,
Simplicious, lyna_3n
bleach77, AdR

Edisi Mei 2014


Musim Blockbusters Movies


memang belum dimulai. Tetapi para
Superhero sudah memulai menginvasi
bioskop-bioskop kesayangan kita,
dimulai dengan Captain America
the Winter Soldier yang merajai Box
office bulan April kemarin, dan saat
ini The Amazing Spiderman tengah
bercokol hampir di semua bioskop di
Indonesia. Lalu X-Men Days of Future
Past akan memboyong semua jagoan
mutan mereka di akhir Mei nanti.

Perfilman negeri kita sendiri juga
tidak kalah ramai, beberapa judul
unggulan juga telah tayang dibioskop
seperti, Me & You vs The World,
Jalanan, 3600 detik dan juga sebuah
Film action Guardian.

IDFL.ME

IDFL.ME

contents

APRIl & MEY 2014 Movies


The amazing spiderman

10

x-men days of future past

18

Captain america winter soldier


Under the skin
Dom hemingway
Heaven is for real
Transcendence

26
40
42
44
48

22 States

50

Godzilla

52

Specials features
Rio 2

56

Joe

58

Sabotage
Nonstop

60

Enemy

66

64

Amazing Actrees & Director


ScarlettJohansson
Carlos saldanha

36
54

04 APRIL 2014

02 MEY 2014

04 APRIL 2014

02 APRIL 2014

11 APRIL 2014

11 APRIL 2014

28 APRIL 2014

16 MEY 2014

23 MEY 2014

Calendar

MARCH MOVIES

Andrew Garfield, Emma Stone, Jamie Foxx, Paul Giamatti


Dane DeHaan, Felicity Jones
THE AMAZING

SPIDER -MAN

Director: Marc Webb Writers:


Alex Kurtzman, Roberto Orci

agi penggemar film, bisa jadi The


Amazing Spiderman 2 merupakan
salah satu film yang paling ditunggutunggu di tahun 2014. Yup, setelah sukses
dengan filmnya yang pertama di tahun 2012,
kini sekuel The Amazing Spiderman siap
hadir untuk menghibur para penggemarnya
dan para penyuka film super hero di tahun
2014 ini. Jika tidak ada hambatan, film The
Amazing Spiderman 2 akan dirilis serentak
pada tanggal 2 Mei 2014 di bioskop-bioskop
seluruh negara, termasuk Indonesia. Rencana
pembuatan sekuelnya ini sebenarnya telah
diungkapkan oleh sang produser, Matt
Tolmach. Ia mengatakan bahwa film The
Amazing Spiderman dipastikan memiliki
sekuel, dan sekuelnya itu tidak hanya satu film.
Pada akhir cerita The Amazing Spiderman pun,
penonton sudah diberikan sedikit bocoran
mengenai siapa musuh yang akan dilawan oleh
Spiderman dalam film keduanya nanti.

THE AMAZING SPIDER-MAN 2


ama seperti film
pertamanya, The Amazing
Spiderman 2 akan kembali
disutradarai oleh Marc Webb.
Tadinya Webb sempat menyatakan
keraguannya untuk bisa kembali
duduk di kursi sutradara. Namun
pada bulan September 2012
akhirnya Webb pun menyatakan
kepastiannya untuk kembali
menyutradarai sekuelnya ini. Pada
tanggal 4 Februari 2013, Webb
mengumumkan di akun Twitternya
bahwa pengambilan gambar
pertama The Amazing Spiderman
2 telah dimulai. Ada beberapa
perubahan yang dilakukan dalam
film Spiderman kali ini. Proses
pengambilan gambar tidak lagi
dilakukan secara digital, namun
dilakukan pada film 35mm dalam

format anamorphic. Ini membuat


prosesnya lebih rumit namun
menghasilkan kualitas gambar yang
lebih tajam. Pihak Sony Pictures
selaku pemegang lisensi film
Spiderman juga mengungkapkan
bahwa inilah film Spiderman

pertama yang keseluruhan lokasi


syutingnya dilakukan di New York,
sehingga ini menjadikan The Amazing
Spiderman 2 sebagai film pertama
sekaligus terbesar yang pernah dibuat
di kota New York. Sedangkan untuk
komposer musiknya, James Horner
akan digantikan oleh Hans Zimmer.
Pastinya kalian sudah tahu kan hasil
karya komposer besar ini yang telah
menciptakan berbagai soundtrack
film-film besar seperti The Lion King,
Gladiator, dan The Dark Knight.

Sama seperti Webb, para
pemeran utama dalam The Amazing
Spiderman pertama akan kembali
mengisi peran yang sama dalam
sekuelnya ini. Andrew Garfield akan
kembali berperan sebagai Peter
Parker/Spiderman dan Emma Stone
berperan sebagai Gwen Stacy. Selain

Peter Parker: You know what it is I love


about being Spider-Man? Everything!

wajah-wajah lama, akan muncul


beberapa wajah baru seperti
Jamie Foxx yang menjadi musuh
Spiderman bernama Electro, Dane
DeHaan yang berperan sebagai
Harry Osborn, serta Chris Cooper
yang menjadi Norman Osborn.
Menariknya, sebenarnya pihak
penulis cerita berniat memunculkan
karakter Mary Jane. Namun karena
dianggap dapat merusak kisah
hubungan antara Peter Parker dan
Gwen Stacy, maka karakter Mary
Jane batal dimunculkan. Trailer
The Amazing Spiderman 2 yang
berdurasi 4 menit pertama kali
dirilis Sony Pictures pada tanggal
17 Juli 2013 pada even San Diego
Comic-Con International. Namun
trailer resmi pertamanya baru dirilis
pada saat pembukaan film The

Hobbit : The Desolation of Smaug


pada bulan Desember 2013.

Dalam The Amazing
Spiderman 2, diceritakan hubungan
Peter Parker dan Gwen Stacy masih
terjalin dengan baik. Meskipun
terkadang Peter masih dihantui
oleh pesan terakhir ayah Gwen
yang memintanya untuk menjauhi
anaknya, namun Peter memutuskan
untuk tetap dekat dengan Gwen. Di
tengah kesibukannya sebagai pelajar
sekolah dan tanggung jawabnya
sebagai Spiderman, muncul sebuah
masalah baru. Seorang penjahat
kuat bernama Electro mengancam
keselamatan penduduk kota New

York. Sosok asli dibalik wujud


Electro adalah orang bernama
Max Dillon. Sebenarnya Max
adalah seorang karyawan biasa
yang bekerja sebagai teknisi mesin
di perusahaan Oscorp. Ia juga
mengidolakan sosok Spiderman
yang dianggapnya sempurna.
Namun karena suatu kecelakaan,
Max berubah menjadi jahat dan
mampu mengendalikan kekuatan
listrik. Sejak itu ia pun mengubah
jati dirinya menjadi Electro.
Ia pun mengincar Spiderman
yang dianggap sebagai musuh
yang memiliki kekuatan setara
dengannya. bleach77

THE AMAZING SPIDER-MAN 2

ada saat Peter berusaha


melawan Electro dan
melindungi penduduk
kota New York, ia menemukan
sebuah fakta mengejutkan
tentang ayahnya. Secara tidak
sengaja Peter menemukan
sebuah ruang rahasia yang
berisi berbagai penemuan yang
dibuat oleh ayahnya. Bersama
dengan penemuan tersebut,
ia juga menemukan sebuah
video. Dalam video tersebut,
ayah Peter menjelaskan alasan
mengapa ia menyembunyikan
penemuan-penemuan yang telah
dibuatnya. Ia mengatakan bahwa
penemuannya tersebut bisa
berbahaya jika jatuh ke tangan
yang salah, sehingga ia merasa
harus menyembunyikannya
agar tidak digunakan untuk
mencelakakan dunia. Dalam
waktu yang bersamaan, Peter juga
bertemu kembali dengan sahabat
lamanya, Harry Osborn. Namun
Peter menyadari bahwa Harry
yang sekarang sudah berbeda.

Harry yang sekarang sudah


menunjukkan ambisinya untuk
menguasai perusahaan Oscorp
yang dimiliki ayahnya, Norman
Osborn. Peter juga merasa ada
keterkaitan antara penemuan
yang dibuat oleh ayahnya
dengan perusahaan Oscorp.
Mampukah Peter memecahkan
teka-teki tentang masa lalunya
ini sekaligus menghadapi Electro
yang mengancam keselamatan
penduduk kota New York? Lalu
bagaimanakah perkembangan
hubungan antara Peter dan
Gwen? Untuk mengetahuinya,
kita harus menunggu film yang
akan dirilis dalam format 2D
serta 3D ini tayang di Indonesia.
Sedikit tips, dalam The Amazing
Spiderman pertama, efek 3D
dalam filmnya begitu terasa
sehingga membuat penonton
begitu terpukau. Sehingga tidak
ada salahnya untuk menikmati
sekuelnya ini dalam format
3D untuk merasakan aksi-aksi
Spiderman secara lebih nyata.

Spider-Man bergabung dalam Avengers ?

M
ANDREW GARFIELD

PETER PARKER

eski dalam versi komik Spider-Man adalah tim Avenger,


namun karena hak ciptanya dibeli oleh Sony Pictures maka
Spider-Man tidak bisa bergabung dengan The Avengers yang
menjadi hak Marvel Studios bersama Walt Disney Pictures.
Tetapi Belum lama ini produser The Amazing Spider-Man 2,
Avi Arad, mengungkapkan bahwa di masa depan tidak menutup
kemungkinan hal itu terjadi, jika suatu saat franchise SpiderMan sudah kehabisan ide. Untuk saat masih ada banyak hal
yang bisa dieksplorasi tentang Spider-Man. Ada banyak cerita
yang perlu digali tentang The Sinister Six. Selain itu juga ada
hubungan antara Spider-Man dan Venom yang akan menciptakan
sebuah dunia baru. Sehingga tidak mungkin Spider-man untuk
bergabung dalam The Avengers dalam waktu dekat ini.

The Amazing Spider-Man 2 Rajai Box Office

etelah memecahkan rekor di Amerika Serikat


dalam perilisannya tempo hari. Kini sekuel
petualangan Spider-Man yang dibintangi oleh
Andrew Garfield dan juga Emma Stone ini
melanjutkan tren positif dengan merajai chart
Box Office di Inggris. Film yang menelan
biaya 200 USD ini juga menyedot jutaan
penonton di Korsel hanya dalam waktu 4
hari sejak dirilis 23 April lalu ini. Proses
syuting The Amazing Spiderman
sendiri telah berjalan sejak awal
bulan Februari 2013, dengan
mengambil tempat di Brooklyn dan
Rochester, New York.

EMMA STONE
GWEN STACY

Moviemagz

MOVIES REVIEWS


Sebagai salah satu sekuel
superhero yang paling dinanti
tahun ini, Tahe Amazing
Spider-Man 2 sudah memenuhi
segala ekspektasimu. Webb
masih setia mengikuti pakem
awal yang sudah dibuatnya
tiga tahun lalu. Spidey versinya
masih dihiasi oleh narasi dan
romansa yang semakin kuat
dan emosinal, aksi spektakuler
menggelegar dan kali ini lebih
banyak villain berbahaya
yang kehadirannya tak sampai
merusak cerita

T H E AMAZING

SPIDER-MAN 2

arc Webb telah


membangaun pondasi
awal yang bagus lewat
The Amazing Spider-Man (2012),
baik naskah maupun set piecenya dan pastinya ratusan juta
dollar yang berhasil diraup sudah
menjadi modal besar buat sekuelnya. Apalagi ada benang merah
besar yang di ceritanya dalam
wujud masa lalu Peter dan the
man in shadows yang akan
membuat setiap serinya seperti
tidak bisa terpisahkan, seperti ingin
mencipatkan peluang universe
yang lebih besar ke depannyasesuatu yang tidak dihadirkan
Raimi, So, here it is! The Amazing
Spider-Man 2, hadir sebagai
hidangan pembuka dari menu

serbuan blockbuster musim panas


tahun ini.

Skrip awal milik James
Vanderbilt yang kemudian ditulis
ulang oleh Alex Kurtzman dan
Roberto Orci plus Jeff Pinker
membuang semua keterlibatan
Mary Jane sama sekali yang
sebelumnya sudah sempat dilakukan
penggambilan gambar dengan
Shailene Woodley sebagai sang love
interst abadi Peter. Menampilkan
lebih banyak lagi cerita cinta antara
Peter dan Gwen dengan kualitas
keintiman yang lebih ditingkatkan.
Romansa Peter dan Gwen dengan
balutan chemistry solid dari pasangan
dunia nyata Andrew Garfield dan
Emma Stone bekerja maksimal
menghadirkan komposisi romantika

manis dan humor segar sampai pada


suatu titik ia akan menghancurkan
hatimu, baik para penonton awam
maupun para fanboy komiknya
yang sebenarnya sudah bakal tahu
bagaimana The Amazing Spider-Man
2 akan menghadirkan klimaksnya.

Drama yang solid serta emosi
dan hati yang besar yah, meskipun
harus diakui sedikit terlalu panjang
mengingat ada ambisi begitu besar
untuk memasukan lebih banyak
masalah ke dalamnya. Salah satu
dari masalah itu selain tentu saja
benang merah besar berwujud masa
lalu Peter yang ditampilkan dengan
opening awal yang melibatkan proses
kematian Richard dan Mary Parker
(Embeth Davidtz) yang lalu ditutup
lagi dengan kehadiran (lagi) nada

MOVIES REVIEWS

misterius the man in shadows


yang berbicara dengan Hary Osborn
sampai kemudian ia melepaskan
pejahat Rusia, Aleksei Mikhailovich
Sytsevich (Paul Giamatti) dari
penjara dalam bentuk Rhino dengan
mechanical suit-armor canggih.
Musuh besar buat sang manusia
laba-laba adalah Electro, tukang
listrik Oscorp yang karena sebuah
kecelakaan aneh (seperti biasanya)
merubah Max Dillon (Jamie Foxx)
menjadi sosok Electro, sang
supervillain dengan kemampuan
mengontrol listrik.

Rhino, Electro dan seperti
masih belum cukup ramai, Webb
kemudian memasukan Green
Goblin untuk menambah kekacauan
yang akan dihadapi Spider-Man.

Di sini Electro mendapatkan jatah


terbanyak, lalu disusul oleh Green
Goblin yang dibawakan secara
mengesankan oleh Dane DeHaan,
sementara Rhino hanya tampil
sebentar di awal,membuka jalan
untuk kisah utamanya dan di akhir
untuk menutup Rise of Electro
dengan kemunculan yang sama
sekali berbeda. Semuanya mendapat
giliran tampil secara terorgansir
sehingga berimbas dengan baik pada
pengembangan struktur cerita yang
lebih rapi.

Spidey masih sama cerewet
dan menghiburnya seperti yang
seharusnya. Dan tidak hanya
mengayunkan diri melewati gedunggedung tinggi New York, Webb
memoles semua adegan berayun

itu dengan dukungan CGI canggih,


kamera sinematografer Daniel
Mindel bergerak luwes mengikuti
sang jangoan yang ditangkap
melalui berbagai sudut pandang,
terkadang penontonnya seperti
dibawa membumbung dan
menukik, membentuk sebuah
parade action spektakuler. Jelas
ada peningkatan besar ketimbang
pendahulunya, dan faktor Electro
membuat tampilan The Amazing
Spider-Man 2 menjadi terasa lebih
fantasitis lagi ketika semburan
listrinya mampu disajikan cantik
di layar lebar lengkap dengan
dentuman scoring elektronik
garapan Hans Zimmer dan The
Magnificent Six yang terdengar
ramai sekaligus aneh.

Review by : Harry Susanto (MOVIENTHUSIAST)

Patrick Stewart, Ian McKellen, Hugh Jackman , Ellen page


Michael Fassbender, Nicholas Hoult, James McAvoy

Director: Bryan Singer


Writers: Simon Kinberg , Jane Goldman

The ultimate X-Men


ensemble fights a war for the
survival of the species across
two time periods in X-Men: Days of
Future Past. The characters from
the original X-Men film trilogy join
forces with their younger selves
from X-Men: First Class in an epic
battle that must change the past
to save our future.

X-Men: Days of Future Past

Fox

Studios menjawab
berbagai kritik
terhadap X-Men: First Class,
dengan mengangkat salah satu
judul paling terkenal dari komik
X-Men yang pernah dibuat : Days
of Future Past. Hasil adaptasi
dari komik klasik karangan Chris
Claremont dan John Byrne, yang
menceritakan tentang perjalanan
X-Men melintasi ruang waktu.
Kisah tentang para jagoan
X-Men kembali ke masa lalu
untuk mengubah kehancuran
mereka di masa depan lewat

pertempuran epic yang melibatkan


semua karakter asli dari film
X-Men trilogi. Mereka bergabung
bersama untuk berperang demi
mempertahankan kelangsungan
ras mereka di dua waktu yang
berbeda. Para karakter dari film
original trilogi X-Men bergabung
dengan diri mereka yang lebih muda
dari X-Men: First Class di sebuah
pertempuran yang harus mengubah
masa lalu untuk menyelamatkan
masa depan mereka

Dikisahkan masa depan
adalah masa yang kelam bagi para

para mutan, dimana mereka


diburu serta dibunuh oleh
robot raksasa Amerika bernama
Sentinels. Untuk mencegah hal
tersebut Professor X (Patrick
Stewart) mengirim Wolverine
(Hugh Jackman) untuk kembali
ke masa lalu, tepatnya di tahun
1973. Wolverine bertugas untuk
membantu Professor X muda
(James McAvoy) dan mutanmutan lainnya. Mereka harus
bersatu untuk menghentikan aksi
Sentinels, robot yang diprogram
untuk memburu dan membunuh

para mutan. Film ini mengambil


setting 10 tahun setelah X-Men: First Class dan 10 tahun
setelah X-Men: Last stand.

Disutradarai kembali oleh Bryan
Singer, X-Men: Days of Future Past
merupakan film ketujuh dari seri X-Men
dan merupakan film ketiga yang digarap
Singer setelah X-Men pada 2000 dan X2
pada 2003. X-Men: Days of Future Past
Mengambil lokasi setting diberbagai
tempat di belahan dunia antara lain :
Rusia, China, dan Jepang. Selain untuk
menyesuaikan dengan jalan cerita,
sang sutradara Bryan Singer berencana

menghadirkan cita rasa baru


yang lebih internasional. Konsep
masa lampau dan masa depan yang
di usung film ini memungkinkan
Singer untuk membawa semua
aktor yang pernah membintangi
film X-Men. Mulai dari Hugh
Jackman, Ian McKellen, Patrick
Stewart, Halle Berry, Ellen Page,
Shawn Ashmore, James McAvoy,
Michael Fassbender, Jennifer
Lawrence, dan Nicholas Hoult.
Tentu saja X-Men: Days of Future
Past akan menjadi sebuah kisah
epik dalam sejarah X-Men.

entinels merupakan ancaman


utama dalam kisah X-Men:
Days of Future Past. Sosok
yang dianggap bertanggung jawab
terhadap lahirnya Sentinels adalah
Bolivar Trask yang diperankan oleh
Peter Dinklage. Nama aktor mungil
ini mulai dikenal setelah berperan
sebagai Tyrion Lanister dalam
sebuah serial televisi sukses HBO
berjudul Game Of Throne. Bolivar
Trask adalah pendiri dari Trask
Industries, sebuah perusahaan
raksasa dalam dunia fiksi X-Men.
Bolivar Trask sendiri adalah seorang
ahli genetika dan teknologi, yang
mengkhususkan diri dalam riset
memajukan kehidupan manusia
dan melindungi umat manusia dari
ancaman mutan.

Perwakilan pembuat film
yaitu desainer produksi John Myhre
memiliki penjelasan tersendiri
mengenai desain karakter Future
Sentinel. Mereka adalah senjata

biomekanik. Kami harus muncul


dengan sesuatu yang menjadi versi
terakhir dan benar-benar bisa
menghentikan X-Men, ujarnya
kepada pihak majalah Empire.
John juga mengaku bahwa mereka
memiliki ide saat membuat pelat
magnetik yang sangat besar.
Mereka membayangkan jika pelat
yang dibuatnya bisa berkontraksi
dan tumbuh. Future Sentinel pun
dibuat bisa menjadi kurus saat
melewati ruang kecil. Pelatnya pun
bisa membuka diri untuk menjadi
bentuk yang lebih besar.

Bryan Singer juga sempat
mengunggah fotonya bersama salah
satu Sentinel. Dalam foto tersebut
tampak ukuran asli Sentinel jika
dibandingkan dengan manusia.
Beberapa detil bagian Sentinel juga
ditampakkan. Seperti misalnya
senjata di tangan kanan Sentinel
dan tulisan SNTNL2 yang dapat
diartikan Sentinel Mk 2.

elain Wolverine franchise X-Men juga


berhasil mengangkat nama Mystique
lewat beberapa filmnya. Keberhasilan
Jennifer Lawrence memerankan karakter
ini dengan baik dan cukup menarik perhatian.
Sehingga baru-baru ini produser X-Men: Days
of Future Past, Simon Kinberg, mengungkapkan
kemungkinan karakter Mystique dapat digali
lebih dalam lagi dengan dibuatkan spin-offnya.
Sayangnya, hingga saat ini mereka masih belum
bisa mewujudkannya. Namun tidak menutup
kemungkinan hal itu akan terjadi di masa depan.
Mengingat nama besar seorang Jennifer
Lawrence bisa menjadi sebuah
daya tarik tersendiri.


Sampai saat ini di antara
sekian banyak karkater X-Men
yang pernah muncul dalam
versi film, hanya Wolverine yang
pernah dibuat spin-off. Selain
Mystique, Deadpool dan Gambit
juga disebut-sebut masuk dalam
daftar Fox Studio. Bahkan nama
Channing Tatum sempat
dikaitkan dengan Gambit,
Tatum sendiri mengaku
memiliki ketertarikan
dan sempat mendapat
tawaran untuk peran
Gambit.
Jennifer Lawrence
kembali menunjukkan

totalitasnya, demi tuntutan peran Mystique, Jennifer


harus rela seluruh tubuhnya dibalut cat biru,
mengenakan wig merah dan lensa kontak kuning.
Aktris peraih Oscar itu juga harus berdiri atau duduk
di kursi sepeda selama kurang lebih 8 jam untuk
menyelesaikan proses riasannya. Jennifer berperan
sebagai Mystique menggantikan Rebecca Romijn yang
telah bermain dalam trilogi X-Men.

Sari segi kostum juga sedikit berbeda
dengan yang dikenakannya dalam film pertama. Di
saat itu, Lawrence hampir telanjang dan ditutupi
dengan make-up. Sementara di sekuelnya ini, ia lebih
dimudahkan dengan hanya mengenakan sebuah body
suit. Warna biru juga tampak lebih gelap sehingga
dengan yang ditampilkan oleh Rebecca Romijn pada
film-film awal X-Men.

cara San Diego Comic Con 2013 kemarin


menjadi sebuah momen istimewa. Di
mana Bryan Singer memberi kejutan
kepada pengunjung dengan memboyong hampir
semua pemain X-Men: Days of Future Past untuk
menghadiri acara yang diadakan pada Minggu
(21/07).

Sebuah kesempatan langka pengunjung bisa
bertatap muka dengan pemain X-Men seperti Hugh
Jackman (Wolverine), Halle Berry (Storm), Jennifer
Lawrence (Mystique), Nicholas Hoult (Beast), Peter
Dinklage, Ellen Page (Shadowcat), Shawn Ashmore
(Iceman), Anna Paquin (Rogue) dan banyak lagi.
Kedua pemeran Professor X, Patrick Stewart dan
James McAvoy, serta kedua pemeran Magneto,
Ian McKellen dan Michael Fassbender, tampak
menghadiri acara tersebut.

Dalam kesempatan itu pula Bryan Singer
mengatakan bahwa di masa mendatang bakal ada
film X-Men lainnya yang bakal dibuat. Dunia X-MEN

lebih besar dari dunia superhero Marvel dan DC. Ada


kesempatan untuk mengembangkan filmnya, ujar sang
sutradara.

Tentu saja ini merupakan kabar yang akan
disambut dengan gembira oleh penggemar X-men.
Setelah tahun 2014 ini tepatnya pada 23 Mei tayang
X-Men: Days of Future Past, selanjutnya dijadwalkan
pada tahun 2016 nanti akan dirilis film selanjutnya
X-Men: Apocalypse. Dipastikan keterlibatan kembali
Bryan Singer dan sejumlah pemain X-men sebelumnya
seperti Jennifer Lawrence, James McAvoy, Michael
Fassbender.

olverine menjadi tokoh yang paling


menonjol dibandingkan tokoh X-Men
lainnya. Bahkan 20th Century Fox sudah
membuatkan dua film tersendiri untuk Tokoh bercakar
besi ini. Seiring kesuksesan X-Men merajai Box Office
di berbagai negara semakin melambungkan nama
Hugh jackman pemeran Wolverine. Pemilihan
Hugh jackman untuk peran Wolverin adalah salah
satu casting tokoh superhero terbaik dalam satu
dekade ini, bersama dengan Robert Downey, Jr
yang memerankan Iron Man.

Bahkan baru-baru ini majalah Forbes
memasukkan namanya dalam peringkat
ketiga di jajaran aktor dengan bayaran
termahal versi Forbes tahun ini. Hugh
Jackman bahkan bisa saja menduduki
posisi teratas, seandainya kabar yang
beredar benar bahwa 20th Century Fox
siap membayarnya senilai $100 miliar,
atau lebih dari Rp 1 triliun, untuk 4 film
WOLVERINE berikutnya.

Sayangnya dalam sebuah
kesempatan Hugh Jackman sempat
membuat pernyataan bahwa film
solonya Wolverine 3 nanti kemungkinan
adalah film terakhirya memerankan
mutan serigala. Disebutkan juga
bahwa Hugh sedkit kecewa dengan
Wolverine yang dianggapnya kurang
sukses dipasaran. Hugh Jackman
telah memainkan karakter Wolverine
dalam empat film X -Men dan dua film
Wolverine solo.

Bagi sebagian fans X-Men tentu
akan kecewa, mengingat sosok hugh
Jackman sudah begitu menyatu dengan
Wolverine. Tapi ini juga merupakan
kesempatan besar bahwa X-Men akan
terus berkembang nantinya. Untuk saat
ini kita bisa puas dengan kembali melihat
beraksinya mutan bercakar besi dalam X-Men: Days
of Future Past.

Chris Evans, Samuel L. Jackson, Scarlett Johansson

CAPTAIN AMERICA THE WINTER SOLDIER


Director: Anthony Russo, Joe Russo
Writers: Christopher Markus, Stephen McFeely

etelah meraih sukses lewat film


Captain America : The First Avengers
serta The Avengers, bersiaplah untuk
melihat kembali aksi Captain America dalam
film terbarunya yang diberi sub judul The
Winter Soldier ini. Film ini dirilis serentak di
seluruh negara pada tanggal 26 Maret 2014.
Berita mengenai pembuatan sekuel film
Captain America ini sebenarnya telah diketahui
banyak orang karena pada saat perilisan
film pertamanya di tahun 2011, Christopher
Markus dan Stephen McFeely yang merupakan
penulis cerita film Captain America : The First
Avengers, mengatakan bahwa mereka sedang
mengerjakan proyek sekuelnya. Tampaknya
mereka yakin bahwa film Captain America ini
akan diterima oleh para penikmat film. Dan
ternyata keyakinan mereka memang menjadi
kenyataan karena film tersebut meraih
sukses besar. Agar film sekuelnya ini bisa
lebih baik dari film pertamanya, pihak studio
tampaknya benar-benar mempersiapkan
segala sesuatunya dengan matang. Ini terlihat
dari pencarian sutradara serta para pemain
pendukung yang sudah dilakukan sejak tahun
2012.

Sekuel film Captain America ini tidak
lagi disutradarai oleh Joe Johnston, namun
digantikan oleh Anthony Russo
dan Joe Russo. Sedangkan

untuk bagian penulis skenario tetap dikerjakan


oleh Christopher Markus dan Stephen McFeely.
Selain Chris Evans yang kembali berperan
sebagai Captain America, film ini juga akan
dibintangi oleh Scarlett Johansson, Sebastian
Stan, serta Samuel L.Jackson . Salah satu hal
yang spesial dalam film ini adalah keikutsertaan
aktor senior Hollywood Robert Redford yang
telah berpengalaman di dunia akting. Dalam
suatu wawancara, Redford mengatakan bahwa
ia tertarik bergabung karena kecanggihan
teknologi yang disajikan dalam film superhero
bersenjatakan tameng tersebut.

Dari segi cerita pun, Chris Evans
menjanjikan bahwa sekuelnya ini akan lebih
menarik karena adanya pengembangan karakter
Steve Rogers/Captain America. Ini dikarenakan
banyaknya komplain yang mengatakan bahwa
karakter Captain America kurang digali lebih
mendalam dalam film The Avengers, sehingga
sikapnya pun dianggap ganjil saat ia terbangun
di abad ke-21 setelah membeku selama puluhan
tahun lamanya sejak perang dunia kedua.
Meskipun sudah ada adegan tambahan yang
memperlihatkan hal tersebut melalui versi DVD
maupun Blu-ray, akan tetapi masih terdapat
kekurangan yang harus dilengkapi. Sehingga,
kisah bagaimana Captain America beradaptasi
terhadap abad 21 pun akan diperdalam dalam
Captain America: The Winter Soldier. bleach77

ilm ini mengisahkan


kejadian setelah peristiwa
bencana di New York
dengan The Avengers. Steve
Rogers tengah menjalani hidup
dengan tenang di Washington
DC dan mencoba menyesuaikan
diri dengan dunia modern.
Namun ketenangan ini rupanya
tidak berlangsung lama karena
mendadak salah seorang anggota
S.H.I.E.L.D diserang oleh orang
yang tidak dikenal. Steve pun

kemudian ditugaskan untuk


mencari tahu latar belakang dibalik
penyerangan tersebut. S.H.I.E.L.D
juga meminta bantuan Black Widow
(Scarlett Johansson) dan sekutu
baru bernama Falcon (Anthony
Mackie) untuk membantu Steve
menangani masalah ini. Nama asli
Falcon adalah Samuel T.Wilson dan
ia adalah seorang pelatih burung
liar serta memiliki kemampuan
untuk berbicara dan mengendalikan
burung-burung tersebut. Diceritakan

bahwa Wilson merupakan seorang


pekerja sosial di Harlem yang
direkrut oleh Red Skull. Ia lalu
menggunakan Cube Cosmic untuk
memberikan Wilson kekuatan
batin yang memungkinkannya
untuk berkomunikasi dengan
burung sehingga ia bisa
mengendalikan mereka.
Namun pada akhirnya
Wilson mengetahui
jati diri Red Skull yang
sesungguhnya dan

ia pun melarikan diri. Tak lama


kemudian ia bertemu Steve yang
meyakinkannya untuk menjadi
superhero dan membantu umat
manusia. Maka sejak saat itu
Falcon pun bergabung ke dalam
S.H.I.E.L.D.

Mereka lalu mengetahui
bahwa pelaku penyerangan
terhadap anggota S.H.I.E.L.D
tersebut adalah Winter Soldier.
Namun alangkah terkejutnya Steve
begitu mengetahui jati diri Winter

Soldier yang sesungguhnya yang


tidak lain adalah Bucky Barnes
(Sebastian Stan) yang merupakan
teman dekatnya. Pada film
pertamanya, diceritakan bahwa
Bucky terjatuh ke dalam jurang
karena membantu Steve dalam
suatu pertarungan. Ternyata Bucky
belum meninggal. Tubuhnya yang
membeku dan kehilangan salah
satu lengannya ditemukan oleh
pihak Rusia. Mereka pun lalu
membawa Bucky ke Moskow dan

memberikannya lengan buatan.


Namun sayangnya Bucky kehilangan
seluruh ingatan masa lalunya.
Pihak Rusia lalu memutuskan untuk
memprogram ulang ingatannya
dan mengubahnya menjadi alat
pembunuh bagi negara mereka yang
disebut Winter Soldier. Mampukah
Steve mengatasi perasaannya dan
melawan Bucky yang sama sekali
tidak mengingatnya? Dan bisakah
ia mengembalikan ingatan teman
baiknya tersebut seperti sedia kala?

asca The Avengers 2012 lalu,


fase kedua dari MCU (Marvel
Cinematic Universe) akan
selalu memulai segalanya dengan
kata setelah New York. Ya, setelah
New York, Tony Stark mengalami
serangan panik, berhadapan
dengan Mandarin palsu dan diakihir
dengan menghacurkan seluruh
mainannya di Iron Man 3. Setelah

Review By Hary Susanto MOVIENTHUSIAST

New York, Thor kembali ke bumi di


sekuelnya, The Dark World guna
menyelamatkan kekasihnya, Jane
dari Aether milik Dark Elf dan
megindikasikan kembalinya Loki.
Dan setelah New York, Captain
America juga punya ceritanya
sendiri yang tentu saja kali ini lebih
besar, lebih banyak actionnya,
dan lebih banyak teka-teki yang

terdapat di film keduanya ini.



Di film keduanya ini Cap
mendapatkan sebuah seragam
baru yang lebih keren dan
tentunya kostumnya mengikuti
versi komiknya, super soldier
yang satu ini dirinya tidak akan
bermaian sendiri tapi ia di temani
oleh seorang agen cantik dan
seksi yang mempunyai sandi Black

Widow (Scarlet Johannsen), selain


itu film ini juga memperkenalkan
karkater superhero baru yaitu
Falcon (Anthony Mackie) yang
lincah mengangkasa untuk
menghadapi masalah baru, sebuah
konpirasi besar mematikan yang
melibatkan politik, S.H.I.E.L.D,
Nick Fury (Samuel L.Jackson) dan
salah satu pemimpin seniornya

macam Tony Stark yang berlidah


runcing dan juga tidak ada Loki
the entertainer di sini, jadi
tidak mengherankan jika tonenya memang sedikit lebih serius
guna menyesuaikan tema dan
ancamannya yang juga lebih serius,
seperti misalnya, The Winter Soldier.


Meskipun porsi
humornya sedikit tergerus
oleh tone-nya yang lebih
serius, komposisi sempurna
antara narasi politik,
action seru dan kedalaman
karakternya membuat
Captain America: The Winter
Soldier tampil jauh lebih
baik dari seri pertamanya,
bahkan tidak berlebihan
terbaik dari seluruh
Marvel Phase 2. Seperti
biasa, jangan lewatkan
penampakan mid creditnya yang menghadirkan
beberapa karkater penting
buat sekuel The Avengers
tahun depan.

Alexander Pierce (Robert Redford),


serta hantu dari masa lalu berwujud
Winter Soldier.

Captain America: The
Winter Soldier dibawah arahan duo
bersudara Anthony dan Joe Russo
ini mengalami peningkatan skala
dalam hal apapun, seperti yang
saya sebutkan diatas. Tetapi jangan
harapakan eskapisme biasa, The
Winter Soldier itu adalah thriller
politik dengan banyak sentuhan
spy thriller ala Bourne lengkap
bersama adegan kejar-kejaran
menegangkan ketika Nick Fury
disergap di jalan-jalan Washigton
D.C dan pertarungan jarak dekat
sang Kapten yang dilengkapi
dengan koreografi apik, jauh dari
kekakuan The First Avengers. Tetapi
perombakan terbesar sebenarnya
terjadi pada naskahnya yang diluar
dugaan jauh lebih bagus, berbobot,
dan penuh teka-teki.

The Winter Soldier tidak
menawarkan humor seperti dua
koleganya, toh, Steve Rogers sendiri
sebenarnya terlalu hitam-putih
untuk dijadikan objek bercanda,
ia bukan tipe superhero slengean

Steve Rogers:
This isnt freedom.
This is fear.

Pastinya pengunaan sub judul The


Winter Soldier bukan tanpa arti,
ada villain baru yang menamakan
dirinya Winter Soldier, sosok super
soldier misterius yang kekuatannya
sama dengan Captain America.
Menariknya, karakter Winter Soldier
itu bukan sosok villain biasa, naskah
garapan Christopher Markus dan
Stephen McFeely memberinya
origins yang disadur dari komiknya,
sebuah origins kelam yang akan
terasa sangat personal dengan
sejarah Steve Rogers. Jika kamu
adalah seorang fan boy sejati.

Captain America The Winter Soldier

Sementara karakter-karakter lain


juga tidak terasa disia-siakan.
Natasha Romanoff mendapatkan
porsi sama besarnya dengan
sang Kapten, lebih intim
karena keduanya memiliki krisis
kepercayaan yang sama. Pentolan
S.H.I.E.L.D, Nick Fury bahkan
punya momen kerennya sendiri.
Lalu kemunculan superhero
baru bernama Sam Wilson alias
Falcon juga turut di perkenalkan
di dalam film ini. Sementara
nama-nama baru lainnya juga
tidak mengecewakan. Ada Robert
Redford sebagai Alexander Pierce
yang mencurigakan, ada si cantik
dari serial televisi Revange, Emily
VanCamp didapuk sebagai Sharon
Review By Hary Susanto MOVIENTHUSIAST

Carter alias Agent 13 dan Maria Hill


yang masih dimainkan oleh Cobie
Smulders.

Memang Russo bersaudara
ini dalam hal filmografi-nya saja
masih sangat sedikit, mereka
pernah mempunyai satu film
komedi dan dua film kecil. Buang
dugaan kalian yang jelek-jelek
tentang Russo bersaudara ini dan
tanpa diluar dugaan film keduanya
ini tampil fantastis ketika harus


Steve Rogers: The
price of freedom is high... and
its a price Im willing to pay!
You told me not trust anyone
and this is how it ends: EVERYTHING goes!

mengemban tugas membawa


Captain America: The Winter
Soldier agar tampil sama besarnya
dengan film Marvel lainnya, atau
paling tidak lebih baik ketimbang
seri pertamanya, dan mereka
melakukannya dengan sangat
baik. Komposisi aksi, ketegangan,
ledakan dan spesial efek berhasil
ditampilkan berimbang dengan
dramanya. Russo bersaudara ini
tahu benar kapan harus berhenti
dan kapan harus memacu tensi
di dalam filmnya, sulit dipercaya
jika mengetahui bahwa Captain
America: The Winter Soldier ini
dibuat oleh sutradara You, Me and
Dupree.

THE WINTER SOLDIER

agi kalian yang sedang


menunggu perilisan film
Captain America : The
Winter Soldier, mungkin
sudah banyak yang mengetahui
bahwa orang misterius yang berada
di balik topeng Winter Soldier adalah
Bucky Barnes yang merupakan teman
dekat Steve Rogers. Namun mungkin
banyak yang belum mengetahui
latar belakang karakter yang satu ini.
Karakter Bucky pertama kali muncul
pada komik Captain America edisi 1
pada bulan Maret 1941. Karakter ini
diciptakan oleh Joe Simon dan Jack
Kirby dengan tujuan untuk menjadi
rekan sekaligus sahabat bagi Captain
America. Dijelaskan oleh Joe Simon
bahwa nama Bucky diambil dari nama
teman dekatnya yaitu Bucky Pierson
yang merupakan bintang tim basket
saat sekolah dulu. Sejak penampilan
perdananya, Bucky rutin tampil dalam
setiap komik Captain America. Setelah
era Perang Dunia disaat kepopuleran
superhero mulai redup, Bucky muncul
bersama Captain America dalam
kelompok superhero buatan Marvel

bahwa Captain America dan Bucky


hilang pada akhir Perang Dunia
II dan mereka pun digantikan
diam-diam oleh presiden America
oleh orang lain dengan tetap
memakai identitas mereka. Pada
tahun 1960an, Bucky sering
muncul dalam cerita flashback
Perang Dunia II bersamaan
dengan Captain America dalam
majalah Tales of Suspense edisi
63-71 yang terbit bulan MaretNovember 1965. Kematian Bucky
lalu diceritakan pada komik The
Avengers edisi 56 yang terbit
pada bulan September 1968.
Barulah pada tahun 2005, karakter
Bucky dihidupkan kembali oleh
penulis Ed Brubaker. Diceritakan
yang pertama bernama All-Winner bahwa tentara patrol Rusia
Squad dalam edisi All Winners
menemukan tubuh Bucky yang
Comics edisi 19 dan 21 yang
telah membeku dan kehilangan
terbit pada tahun 1946. Setelah
salah satu lengannya. Bucky
Bucky diceritakan tertembak dan
pun dibawa ke Moscow, namun
mengalami luka yang serius, ia
sayangnya ia mengalami amnesia.
pun digantikan oleh pacar Captain Ilmuwan Rusia lalu memasangkan
America yang bernama Betsy Ross lengan buatan padanya dan
yang kemudian menjadi superhero menanamkan ingatan yang baru.
Golden Girl. Komik Captain America Mereka juga memprogram Bucky
pun lalu berakhir pada edisi ke-75
menjadi seorang pembunuh dan
pada bulan Februari 1950.
memberinya nama baru Winter

Captain America dan Bucky Soldier. Karakter buatan Ed
lalu muncul kembali bersama
Brubaker inilah yang kemudian
karakter Human Torch dan Subdiadaptasi oleh Marvel Studio
Mariner pada komik Young Men
untuk muncul dalam film Captain
edisi 24 pada bulan Desember
America : The Winter Soldier.
1953, bersamaan dengan
dilanjutkannya komik Captain
America. Sayangnya karena tingkat
penjualan yang buruk, komik
tersebut harus dihentikan. Begitu
juga dengan komik Captain America
yang harus berhenti kembali
pada volume ke-78. Beberapa
tahun kemudian pada komik The
Avengers volume 4 yang terbit
pada bulan Maret 1964, diceritakan

Serba -Serbi Captain America The Winter Soldier

Scarlett Johansson Ingin


Dibuat Film Black Widow

2008 | Michael Hanake

2010 | Miguel Angel Vivas

D
Cetak Tiga Rekor Baru

2008 | Michael Hanake

ilm terbaru Marvel yaitu Captain America: The Winter Soldier


meraih sukses besar dalam pemutaran di minggu pertama di
seluruh dunia. Di Amerika dan Kanada, Captain America: The Winter
Soldier langsung menempati posisi puncak dalam daftar box office.

Dalam tiga hari pemutaran, film tersebut berhasil meraih
pemasukan 96,2 juta dolar Amerika. Selain menjadi pemuncak box
office, Captain America: The Winter Soldier berhasil mencetak tiga
rekor baru. Rekor pertama adalah film dengan pemasukan terbesar di
bulan April. Rekor sebelumnya dipegang oleh Fast Five (2011).

Rekor kedua, Captain America: The Winter Solder merupakan
film Marvel dengan pemasukan terbesar kelima di minggu pertama.
Secara keseluruhan, Captain America: The Winter Soldier menempati
posisi delapan dalam film berdasarkan karakter dari komik Marvel
dengan pemasukan terbesar di minggu pertama.

Rekor ketiga, Captain America: The Winter Soldier berhasil
meraih pemasukan 303 juta dolar Amerika di seluruh dunia. Jumlah
itu sudah mengalahkan pemasuka film pertamanya yang meraih 200
juta dolar Amerika.

the strangers

ari sekian banyak Superhero


Marvel yang tampil dalam versi
film, bisa dibilang Scarlett Johansson
sebagai satu-satunya aktris yang
memerankan Superhero wanita
hingga kini. Jadi banyak pihak
terutama fans menganggap Black
Widow sudah layak untuk memiliki
film sendiri. Hal senada juga pernah
diucapkan oleh Scarlett Johansson
saat premiere Captain America: The
Winter Soldier di London.

Di beberapa komik maupun
animasi, karakter Black Widow
tergolong kompleks. Ia berasal dari
karakter jahat asal Uni Soviet yang
kemudian menjadi anggota The
Avengers setelah dicuci otaknya. Ia
juga pernah digambarkan sebagai
sosok pengkhianat.

Setelah tampil mendampingi
Captain America dalam The Winter
Soldier, kemungkinan besar Black
Widow juga akan muncul kembali
dalam Avengers: Age of Ultron pada
1 Mei 2015 nanti.

2008 | Michael Hanake

Chris Evans Siap Tinggalkan Dunia Akting 2017

Captain America 2 Terpengaruh The Raid

ekanaH leahciM | 8002

capan Chris Evans soal pensiun dari dunia


akting ternyata tidak main-main. Dikutip dari
harian Ace Showbiz, Kamis (27/3/2014), bintang
Snowpiercer ini bahkan sudah mulai menentukan
waktu pensiunnya, yakni dua tahun setelah dua
proyek besar Marvel bertajuk Avengers: Age of
Ultron dan Captain America 3.

Syuting Avengers: Age of Ultron bakal
berakhir di bulan Agustus. Jadi tidak aneh kalau
2015 nanti saya tidak akan melakukan kegiatan
akting. ungkap Evans. Kurasa saya juga akan
pensiun di 2017. lanjutnya.

Di luar proyeknya bersama Marvel, Evans
diketahui sedang mempersiapkan film drama 1
: 30 Train yang merupakan debutnya sebagai
sutradara.

1967 | Terence Young

emiripan Captain America: The Winter Soldier dengan The Raid rupanya bukan isapan jempol semata.
Diakui Joe dan Anthony Russo selaku sutradara Captain America, beberapa adegan pertarungan yang
ada sedikit banyak terinspirasi dari film The Raid.

Kami sangat-sangat mencintai The Raid. Gaya bertarung yang disuguhkan juga sangat memberi
pengaruh besar bagi cara kerja kami, ucap mereka.

Selain itu, sedikit menyinggung teknik pengambilan gambar, teknik-teknik kamera yang dipakai
oleh The Raid di adegan perkelahian juga ternyata mampu mempengaruhi Joe dan Anthony Russo. Apalagi,
kalau melihat sepak terjang keduanya di dunia laga, dapat diketahui kalau The Winter Soldier adalah karya
perdana mereka.

AMAZING
ACTREES

Simplicious - @vikharisca

Scarlett

johansson

I am very independent.
I can look after myself but I still need
a lot of love and care.

carlett Ingrid Johansson lahir


di New York pada tanggal 22
November 1984. Ayahnya, Karsten
Johansson, merupakan seorang
Danish asal Copenhagen yang berprofesi
sebagai arsitek. Sementara ibunya, Melanie
Sloan, seorang Ashkenazi Jewish, bekerja
sebagai produser film. Bahkan, kakeknya
dari pihak ayah, Ejner Johansson, juga
berkecimpung di dunia perfilman sebagai
sutradara dan screenwriter. Maka tak heran
kalau Scarlett mempunyai ketertarikan
akan film, karena ia juga dibesarkan dalam
lingkungan yang cinta perfilman. Orang tua
Johansson sangat terbuka dan mengijinkan
Scarlett untuk mengejar impiannya. Malah
awalnya Scarlett tertarik akan teater musikal,
bahkan ia rajin mengikuti kelas tap dance.
Hingga ia masuk ke sekolah Professional
Childrens School di Manhattan. Johansson
tumbuh dan dibesarkan dalam rumah tangga
yang sederhana. Namun, kedua orangtuanya

I dont talk about my


personal relationships, it always

ends up kicking you in the face.

But Ive read a lot of things about

myself and think, Wow! That girl


sounds really saucy..

bercerai saat Scarlett berumur 13 tahun.



Aktris yang tidak menyukai panggilan
ScarJo ini, dari tahun 2001-2002 pernah
menjalani hubungan dengan teman
sekelasnya di Professional Childrens School,
Jack Antonoff yang merupakan gitaris Fun.
Scarlett juga pernah berpacaran dengan
lawan mainnya di Black Dahlia (2006), Josh
Hartnett selama 2 tahun. Kemudian, Scarlett
berpacaran dengan aktor Kanada, Ryan
Reynolds pada tahun 2007. Dan mereka
dikabarkan bertunangan pada Mei 2008.
Hingga pada 27 September 2008, mereka
melangsungkan pernikahan
di Tofino, British Columbia.
Mereka juga menghabiskan
$ 2.8 juta untuk membeli
rumah di dekat Los Angeles.
Tetapi, pada 14 Desember
2010, Ryan dan Scarlett
memutuskan untuk bercerai.
Dan pernikahan mereka
resmi berakhir pada 1 Juli
2011. November 2012, info
berhembus kalau Scarlett
menjalin hubungan dengan
Romain Dauriac, seorang
pemilik agensi periklanan.
Hingga September
2013, Scarlett dan
Dauriac mengumumkan
pertunangan mereka.

Early Career

Scarlett memulai karir aktingnya saat
berumur 9 tahun, dimana sebelumnya ibunya
menyuruh Scarlett untuk mengikuti audisi. Ia
memulai debutnya pada film fantasy-comedy,
North (1994). Dua tahun berikutnya, ia mendapat
peran utama sebagai Amanda di fillm Manny & Lo
(1996). Berkat peran tersebut, Scarlett mendapat
respon positif dan bahkan dinominasikan dalam
Independent Spirit Award for Best Lead Female di
usianya yang sangat muda. Setelah hanya mengisi
minor roles di Fall (1997) dan Home Alone 3 (1997),
ia mencuri perhatian dengan penampilannya
dalam film yang disutradarai Robert Redford, The
Horse Whisperer (1998). Atas perannya dalam film
yang berdasarkan kisah novel sukses milik Nicholas
Evans, Scarlett menerima penghargaan
Hollywood Reporter Young Star.

Teenager Being Adult


Gagal diterima di jurusan Film


Purchase University, New York, Scarlett
berpindah fokus pada karirnya.
Kemudian ia membintangi Lost in
Translation,
yang
membuatnya
bermetamorfosis,
dengan
mendapatkan
peran
dewasa.
Bayangkan saja kalau ia memerankan
seorang istri muda berusia 25 tahun di
umurnya yang baru 18 tahun. Hingga
ganjarannya, ia mendapatkan BAFTA
Award dan juga Upstream Prize for
Best Actress. Skill memainkan peran
drama yang mulai mengambang, ia
membintangi Girl with a Pearl Earring
(2003).Dari film inilah titik awal
dimana Scarlett sering mendapatkan
peran seduktif. Pada Juni 2004, ia diundang
untuk bergabung ke dalam Academy of Motion
Picture Arts and Sciences (AMPAS). Tahun
2004 memiliki jam terbang karir yang tinggi
bagi Scarlett. Di tahun yang sama, film yang
ia perankan, seperti film The Perfect Score; A
Love Song for Bobby Long; A Good Woman; In
Good Company; dan juga menjadi pengisi suara
sebagai Mindy di The SpongeBob SquarePants
Movie.

Iconic Roles

Tak usah heran lagi, kalau setiap peran
yang Scarlett mainkan, akan selalu membekas
saat selesai menontonnya. Dimulai dengan
peran sampingannya sebagai Olivia Wenscombe
di film The Prestige karya Christopher Nolan.
Kemudian perannya sebagai Cristina di film
Vicky Cristina Barcelona yang diarahkan Woody
Allen. Dan tentunya kita tak akan lupa dengan
perannya sebagai Natasha Romanoff atau Black
Widow, yang mulai muncul di

film Iron Man 2 (2010). Berkaitannya superhero


Avengers Assemble di setiap filmnya, membuat
Black Widow juga sering muncul di The Avengers
(2012), Captain America: The Winter Soldier (2014),
dan Avengers: Age of Ultron (2015) yang akan
datang. Bahkan, seperti yang sudah diumumkan
oleh pihak Marvel, rencananya Black Widow yang
diperankan oleh Scarlett ini akan difilmkan. Satu
lagi, mungkin peran Samantha Morton dalam
film Her (2013) akan selalu terngiang di benak
penontonnya. Pasalnya, peran yang Scarlett
mainkan hanya bermodalkan suara tanpa raga yang
menyerupai digital voice assistant di sebuah OS.

Upcoming Project

Saat ini, Scarlett tengah disibukkan untuk
mempromosikan duo filmnya yang rilis di bulan bersamaan,
Captain America: The Winter Soldier dan Under the Skin.
Mei 2014, ia juga membintangi film arahan Jon Favreau
bertajuk Chef. Di film ini, ia juga bermain dengan Robert
Downey Jr., Jon Favreau, dan Sofia Vergara. Scarlett juga
akan bermain sebagai Lucy, bersama dengan Morgan
Freeman dan Analeigh Tipton dalam film action yang
disutradarai oleh Luc Besson, Lucy (2014). Dan jangan lupa
untuk menanti Black Widow di sekuel film Avengers: Age of
Ultron (2015). Serta rencananya, Black Widow sendiri akan
difilmkan oleh Marvel.

Simplicious - @vikharisca

UNDER THE SKIN

utuh waktu setidaknya sekitar


10 tahun untuk terciptanya
Under the Skin. Bahkan sang
sutradara beraksen British yang
juga seorang music video director,
Jonathan Glazer hiatus duduk di
bangku sutradara dalam waktu
yang lama sejak menangani Birth
(2004). Seperti halnya Alfonso
Cuarn dengan Gravity-nya, Jonathan
Glazer melakukan comeback dengan
proyek prestisiusnya, Under the
Skin. Diadaptasi berdasarkan novel
millennium kedua milik Michel Faber
dengan judul yang sama. Premis cerita
film ini berinti pada seorang alien HQ
femme fatale yang mengisi tubuh
wanita muda berwujud Laura (Scarlett
Johansson), berpenampilan tubuh
yang memikat lawan jenis, berambut

hitam-abu, bibir merona bak darah,


dibalut dengan mantel bulu. Lalu lelaki
mana yang tidak akan terpana dengan
first-sight saat melihat Laura?
Lalu Laura berkendara dalam sebuah
transit van, mengelilingi jalanan
Skotlandia sambil mencari mangsanya.
Setiap pria yang ditemuinya, si alien
mempersilahkan masuk. Dengan
bahasa tubuh si alien penggoda yang
memikat korban untuk berhubungan,
si alien akan mengambil cairan tubuh
pria yang terjebak dan juga memanen
organ tubuhnya. Dalam melakukan
aksi berburu hitchhikers, Laura diawasi
oleh alien lainnya yang berwujud lelaki
pengendara motor.

Kemudian saat si alien mencoba
berburu hitchhikers di sebuah pantai,
dia menyaksikan tenggelamnya seorang

pria (Krystof Hdek) dan anak perempuannya.


Laura menyaksikan dengan tenang tanpa
berperasaan, lalu membunuh pria tersebut
dan mengambil tubuhnya, sementara itu juga
meninggalkan si balita.

Di suatu hari yang lain, Laura merayu
seorang pria yang ternyata memiliki kelainan
seksual neurofibromatosis disfigurement
(Scott Dymond), si alien merasa kasihan dan
membiarkan pria tersebut melarikan diri.
Namun ditengah pelariannya, si pria dilacak
dan dibunuh oleh pengendara sepeda motor,
yang menetapkan target incaran yang akan
dimangsa oleh alien wanita.

Setelah mengalami krisis identitas
karena bermasalah dengan misi yang
sebelumnya, Laura depresi berat sehingga
mengalami catatonic. Lalu si alien ditolong
oleh seorang pria (Michael Moreland) dan
dibawa ke rumahnya. Bukannya berusaha
untuk meningkatkan kesiapannya untuk
menyelesaikan misi, Laura malah jatuh cinta
dan menaruh kepercayaan pada pria tersebut.

Mengalami kebingungan yang luar biasa akibat


berhubungan dengan pria sebelumnya, Laura
pergi berjalan-jalan di pelosok hutan dan
menginap di sebuah pondok. Saat terbangun, ia
malah dikagetkan dengan penjaga hutan yang
berusaha memperkosa.


Sederet nama Aktris papan atas sempat
dipertimbangkan untuk mengisi peran utama
dalam film ini Laura. Nama-nama tersebut
antara lain : Gemma Arterton, Eva Green, Megan
Fox, January Jones, Abbie Cornish, Olivia Wilde,
Amanda Seyfried, Blake Lively dan Jessica Biel.


Film karya sineas Jonathan Glazer
awalnya memang sudah melakukan premiere
di beberapa festival film, macam Telluride
Film Festival, 70th Venice International Film
Festival, dan 2013 Toronto International Film
Festival. Rencananya film ini akan diputar
pada tanggal 4 April 2014 untuk region United
States. [Simplicious] - @vikharisca

Dom Hemingway
Director: Richard Shepard / Writer: Richard Shepard / Stars: Jude Law, Richard E. Grant, Demian Bichir

ua belas tahun setelah


dipenjara, Dom Hemingway
(Jude Law), seorang ahli
pembobol brankas menagih janji
uang tutup mulut demi melindungi
sang bos, Mr. Fontaine (Demian
Bichir). Bersama sang sahabat,
Dickie (Richard E. Grant), Dom mulai
bergerak ke Perancis untuk bertemu
Mr. Fontaine. Kehidupan liar Dom
kini menguasai dirinya sendiri.
Dengan uang berlimpah, berpesta
hingga mabuk, menggunakan obatobatan terlarang serta dikelilingi
gadis-gadis cantik kini menjadi gaya
hidupnya. Hingga pada suatu saat,
Dom lolos dari kematian setelah
kecelakaan fatal menimpanya.
Menyadari
dirinya
memiliki
kesempatan hidup kedua, Dom
memutuskan untuk menyambung
kembali hubungan dengan anak
perempuannya, Evelyn (Emilia
Clarke).

Kenyataan memang tak seindah


kata-kata, niat Dom memperbaiki
hubungan dengan anaknya malah
membawa Dom kembali ke dunia
kelam yang dulu pernah ia singgahi,
untuk menyelesaikan urusan yang
dulu ia perbuat.
Dibintangi
oleh
aktor
kawakan Jude Law, film yang proses
pengambilan gambarnya dimulai
pada 2012 silam ini menyajikan

genre black comedy yang kini


semakin menjamur di perfilman
box office. Film ini juga menjadi
penanda kembalinya Richard
Shepard menyutradarai film layar
lebar sejak terakhir kali menangani
The Hunting Party (2007). Selama
hampir tujuh tahun, Shepard lebih
senang berada di balik layar dari
serial-serial televisi top macam 30
Rock serta Girls. [adi_06]

HEAVEN IS FOR REAL

A Little Boys Astounding Story of His Trip to Heaven and Back

eaven Is For Real, sebuah


film berdasarkan #1 New
York Times best-selling book
dengan judul yang sama. Heaven
Is For Real mengisahkan tentang
kesaksian nyata yang dialami
anak empat tahun bernama
Colton (Connor Corum) yang
mengalami perjalanan ke Surga,
sementara tubuhnya terbaring di
ruang operasi darurat. Dari Surga,
Colton juga melihat ke bawah di
ruang operasi darurat, juga Todd

Burpo (Greg Kinnear), ayahnya


yang seorang pastor Nebraska
sedang berdoa di ruang tunggu.
Berdasarkan
pengalamannya,
Colton
menceritakan
rincian
perjalanan Surga yang luar biasa
dengan keluguannya dan berbicara
blak-blakan layaknya seorang anak
kecil tentang hal-hal yang terjadi
dan belum pernah ditemuinya. Di
Surga, ia bertemu adiknya yang
mati keguguran dan kakek buyutnya
yang meninggal 30 tahun sebelum
Colton lahir. Colton berbagi tentang
hal-hal yang hampir mustahil untuk
diketahui tentang masing-masing.

Lalu Colton melanjutkan,
melihat adanya kuda Yesus yang
sangat indah, juga tentang kebesaran
dan kemuliaan Yesus yang duduk
di takhta, dengan barisan malaikat
yang memuji dan menyembah. Serta

menyaksikan bagaimana Roh Kudus


mencurahkan kuasa-Nya dari langit.
Dengan kepolosan dan kata-kata
seorang anak kecil dibantu oleh
ayahnya untuk mengerti semuanya.
Kemudian keluarga Todd yang
sebelumnya tidak percaya akan
hal itu, malah semakin tertantang
untuk mengetahui makna dan
tujuan dari peristiwa yang dialami
Colton.
Heaven
Is
For
Real
disutradarai oleh nominator Oscar,
Randal Wallace. Dari segi cast
dibintangi oleh nominator Oscar
dan pemenang Emmy, Greg Kinnear
dan juga Kelly Reilly. Film ini
diakuisisi dan diproduksi oleh Sony
Pictures Entertainment. Heaven Is
For Real akan dirilis pada tanggal 16
April 2014 (USA). [Simplicious] - @
vikharisca

TRANSCENDENCE

ebuah film terbaru yang akan


dimainkan oleh Johnny Depp dengan
judul Transcendence akan tayang
pada tahun 2014 ini. Sang aktor bakal
menjadi tokoh utama bernama Dr. Will
Caster, seorang peneliti yang menciptakan
mesin dengan intelegensi tinggi.

Uniknya dalam film tersebut,
Johnny Depp tidak berdandan menor
seperti di film-film sebelumnya. Kita bisa
melihat bagaimana ia berdandan ekstrim
dalam The Lone Ranger, Dark Shadows,
Alice in Wonderland, hingga seri Pirates of
the Caribbean.

Transcendence mendapat
pengarahan dari debut perdana
sinematografer handal bernama Wally
Pfister sebagai seorang sutradara. Wally
sukses membawa keindahan visualisasi
dalam film-film arahan Christopher Nolan
seperti The Dark Knight, Inception, dan
judul-judul lain seperti Italian Job serta
Moneyball.

Film yang disutradarai oleh Wally
Pfister dan ditulis oleh Jack Paglen ini
juga dibintangi oleh beberapa artis
ternama seperti Rebecca Hall, dan Morgan
Freeman. Dr. Will Caster (Johnny Depp)
mengembangkan sebuah teknologi
komputer yang sangat canggih dan mampu
melampaui otak manusia. Dimana mesin
tersebut dapat menampung semua data,
informasi, bahkan emosi dari manusia. Ia
menjadi terkenal karena penelitiannya ini,

namun hal ini juga menjadikannya target


ekstrimis anti-technology. Setelah acara
seminarnya, Dr. Will Caster ditembak oleh
salah satu aktifis dan menjadi sekarat.

Istri (Rebecca Hall) dan sahabatnya


Christian Bale sempat
menjadi pilihan utama untuk
peran utama Wally Pfisters,
sampai negosiasi gagal dan
terpilihlah johnny Depp.

Max Waters (Paul Bettany) memutuskan


untuk mentransfer isi otak Dr. Will Caster
ke dalam teknologi yang ia ciptakan.
Walaupun awalnya Evelyn merasa
eksperimen tersebut tidak berjalan
lancar, ternyata tidak lama kemudian
Evelyn melihat bahwa Will memberikan
respon terhadap eksperimen tersebut
di dalam bentuk sebuah komputer.
Namun, tindakan ini malah menimbulkan
malapetaka. Will berusaha mengusai
semua teknologi manusia dan tak bisa
dikendalikan. Ia menimbulkan kekacauan
dimana-mana dan membuat semua orang
kewalahan.

Banyak yang menduga-duga bahwa
film ini bakal bernuansa layaknya filmfilm Christopher Nolan. Akan teteapi,
kita harus menunggu bagaimana jadinya
Transcendence nanti setelah ditayangkan
secara perdana pada 17 April 2014.
[azwar hamzah]

MOVIES REVIEWS

Johnny Depp

TRANSCENDENCE

Dimulai dengan ide
yang usang dan berkembang
menjadi sebuah sci-fi thriller
berfilosfi tinggi dan provokatif
yang mebelah antara manusia
dan teknologi ciptaanny,
Transcendence adalah awal
ambisius yang canggung dengan
tanggung jawab seharga 100
juta Dollar yang harus diemban
sutradara baru seperti Wally
Pfister. Tidak sampai seburuk
yang dibilang kritkus, bahkan
sebenarnya dengan konsep hitech sebesar itu, Transcendence
seharusnya bisa lebih baik... di
tangan Nolan mungkin?

engan atau tanpa lumuran


make-up tebal, nama Johnny
Depp masih punya pesona
kuat buat penontonnya menonton
Transcendence tanpa tahu terlebih
dahulu apa isi sci-fi thriller yang

ditawarkan sutradara debutan Wally


Pfister ini. Jika Depp saja mungkin
belum cukup meyakinkanmu, dan
kamu masih trauma dengan The Lone
Ranger, masih ada Morgan Freeman,
Rebecca Hall, Paul Bettany sampai
Cillian Murphy di dalamnya turut
meramaikan film yang di eksekutif
produseri oleh Christopher Nolan ini.

Tetapi sebenarnya kekuatan
Transcendence tidak melulu
berasal dari pikatan ensemble
cast-nya, konsep fiksi ilmiah yang
ditawarkannya menghadirkan premis
lama yang dipoles lebih ambisius
dan juga provokatif pun terasa
menantang. Konsep tetang manusia,
mesin dan teknolgi, dalam kasus
Transcendence, Pfister besama
penulis naskah Jack Paglen mencoba
membawanya lebih jauh untuk
mencapai apa yang disebut dengan
keajaiban teknologi.

Ini adalah cerita tentang
pasutri yang juga ilmuwan AI
jenius, Dr. Will dan Evelyn Caster

(Johnny Depp & Rebecca Hall)


yang punya ambisi untuk merubah
dunia menjadi lebih baik dengan
teknologi ciptaan mereka. Tetapi
tidak semua orang suka dengan
apa yang dilakukan Will dan
Evelyn, terutama dari para teroris
anti teknologi pimpinan Bree
(Kate Mara) yang lalu mengambil
tindakan radikal, membunuh semua
ilmuwan komputer tidak terkecuali
Will yang pada akhirnya harus
tewas terkena racun radiasi. Tetapi
sebelum meninggal, Evelyn bersama
sahabatnya, Max Waters (Paul
Bettany) melakukan hal yang tak
kalah radikalnya, yakni mengungah
otak Will ke program ciptaan
mereka dan menjadikan Will
sebagai AI paling hebat yang pernah
diciptakan manusia. Tetapi seperti
kata paman Ben, With great
power, comes great responsibility
dan tanggung jawab luar biasa itu
berada di tangan Evelyn yang tidak
pernah menyangka bahwa apa yang
Moviemagz Mei 2014 46

dilakukannya ternyata berkembang


di luar kendali dan seperti tidak
akan pernah bisa dihentikan.

Transcendence memang
menjadi debut penyutradaraan
Wally Pfister, namun sebenarnya
ia bukan orang asing lagi ketika
berada di belakang kamera. Pfister
adalah sinematografer hebat yang
juga langganan Christopher Nolan
dalam melensakan film-film sang
master dari Memento sampai
The Dark Knight Rises. Tetapi
debutan tetaplah debutan, dan
meskipun Transcendence terasa
solid di konsep dan visualnya ia
masih punya banyak kekurangan
mendasar. Selain menyianyiakan
beberapa cast-nya macam Morgan
Freeman dan Cillian Murphy, yang
jelas terlihat adalah bentukan
plotnya yang berjalan lambat,
terutama pada pembukaan sampai
20-30 menit selanjutnya, yap, itu
sedikit membosankan dan minim
emosi belum lagi premisnya yang
Review By Hary Susanto MOVIENTHUSIAST

sedikit berat. Tetapi setelahnya,


ketika karakter Will mencapai
tahapannya bermain sebagai
Tuhan, Transcendence perlahan
mulai mengeluarkan kekuatannya.
Daya pikatnya ada pada kejaiban
teknologi yang menakjubkan yang
berhasil diciptakan Will dalam
wujud AI. Will melakukan banyak
hal yang belum pernah disentuh
oleh manusia, membuat mereka
kagum sekaligus takut di saat
bersamaan akan sepak terjang sang
mesin yang seakan tidak pernah
berhenti. Dan seperti penontonnya,
para karakter manusianya pun
meragukan apakah benar-benar
masih ada Will di sana.

Nah, krisis kepercayaan
dan ketakutan manusia akan
teknologi yang berkembang
terlampau pesat ini memang yang
sepertinya menjadi bahan menarik
untuk diperbicangakan dalam
Transcendence. Pfister cukup pintar
untuk menutupi beberapa hal

yang membuat para karakter dan


penontonnya punya alasan besar
untuk meragukan kemanusiaan
Will, apakah sang dokter masih
sama seperti yang dulu? Apakah kini
ia hanya komputer super canggih
yang punya ambisi menguasai
dunia dengan kecerdasaan tanpa
batasnya? Romasanya sepertinya
memang sengaja harus sedikit
dikorbankan untuk menciptakan
teritori beranama keraguan dan
ketakutan, sekali lagi kita tidak
tahu apakah Will masih benarbenar mencitai Evelyn atau ia
hanya memafaatkan istrinya untuk
ambisinya. Dan penampilan Depp
yang normal dan dingin membuat
semuanya menjadi terasa kabur.

Ya, kita tidak benar-benar
tahu apa yang terjadi sampai
Transcendence berakhir nanti, yang
pasti ada aroma penuh ancaman
yang terbentuk dari setiap teknologi
baru buatan Will yang menakjubkan
sekaligus mengerikan.

2 STATES

Director: Abhishek Varman / Writers: Chetan Bhagat, Abhishek arman


Stars: Arjun Kapoor, Alia Bhatt, Amrita Singh, Ronit Roy

States merupakan film Hindi


terbaru yang akan tayang pada
bulan April mendatang. Film
ini dibintangi oleh Arjun Kapoor dan
Alia Bhatt. Keduanya merupakan
salah satu artis muda yang
sedang bersinar dalam beberapa
tahun terakhir ini. Sebelumnya,
terdapatbeberapa nama bintang
besar seperti Shah Rukh Khan,
Saif Ali Khan, Ranbir Kapoor dan
Imran Khan yang diisukan akan
mengisi peran Krish Malhotrayang
pada akhirnya diperankan oleh
Arjun Kapoor. Sementara untuk
peran Ananya Swaminathan
yang dimainkan oleh Alia Bhatt,
sebelumnya juga sempat ditawarkan
pada sederet aktris ternama seperti
Priyanka Chopra, Deepika Padukone,
dan Asin Thottumkal.

2 States sendiri merupakan
adaptasi dari novel terkenal milik
Chetan Bhagat yang juga berjudul
serupa. Novel ini mengisahkan
tentang sepasang kekasih (Krish
dan Ananya) yang berasal dari
Moviemagz Mei 2014 46

dua daerah berbeda di India yang


menghadapi kesulitan dalam
meyakinkan orang tua mereka
untuk menyetujui pernikahannya.
Hal itujuga tersirat dalam judul
novelnya yang bertuliskan 2
States : The Story of My Marriage.
Sejauh preview ini dibuat, plot
asli untuk film ini belum juga
diketahui. Walaupun melihat plot
novelnya yang terlihat cukupc
liche dantergolong sangat biasa,
film ini tetap mencuri perhatian
saya karena ada nama besar
Chetan Bhagat, seorang penulis
novel yang menginspirasi film-film
berkualitas seperti 3 Idiots (melalui
novelnya yang berjudul Five Point
Someone) dan Kai Po Che! (melalui
novelnya yang berjudul Three
Mistakes of My Life).

Nama Karan Johar dan Sajid
Nadiadwala yang duduk di bangku
Produser untuk film ini cukup bisa
menjadi jaminan kalau 2 States
tidak akan digarap ala kadarnya.
Selain itu, track record pemeran

utamanya sejauh ini cukup positif,


terutama Alia Bhatt yang barubaru ini menuai pujian dari kritikus
dan audience berkat penampilan
memukaunya dalam film Highway.
Film inimerupakan debut sang
sutradara, Abhishek Varman, yang
sebelumnya hanya berperan sebagai
asisten sutradara dalam film Jodhaa
Akbar (2008) dan My Name Is Khan
(2010). Jika tak ada halangan, film
ini akan rilis di bioskop pada 18 April
2014 mendatang. [Ackiel_Khan]

GODZILLA

We knew the world would not be the same.


Some people cried. Most people were silent.

emperingati anniversary ke-60 sejak


originalnya dibuat, Toho melakukan
reboot dengan judul yang sama. Namun
kali ini produksi sepenuhnya diserahkan kepada
Warner Bros dan Legendary Pictures, dengan
sentuhan Amerikanya. Premis eposnya pun masih
identik, menceritakan tentang monster kaiju yang
muncul akibat arogansi ilmiah dari percobaan
nuklir, hingga membahayakan keselamatan umat
manusia. Plotnya memang terkesan sederhana,
sama halnya dengan Godzilla yang lalu. Tetapi
film arahan Gareth Edwards ini berbeda, Godzilla
tampil dengan isu kontemporer yang tak sekedar
percobaan nuklir, juga disesaki dengan drama
kemanusiaan. Dimulai dengan pemandangan
pantai dengan percobaan bom atom, dan
awan jamur yang diiringi hujan abu dari langit.
Dengan munculnya kaiju berwujud Godzilla
yang membuat panik, hingga diterjunkannya
pasukan militer. Lalu, ada si Walter White yang
berwujud Joe Brody (Bryan Cranston), seorang
ilmuwan nuklir berusaha menemukan cara untuk
mengatasi kemunculan Godzilla. Ada Si Kick-Ass
yang berperan sebagai Ford Brody (Aaron TaylorJohnson), seorang pasukan US Navy Lieutenant.
Film ini akan mengajarkan bagaimana menghargai
pentingnya keluarga, menjaga keseimbangan
alam, dan juga bertanggung jawab atas kerusakan
yang terjadi.

Dari segi cast, Godzilla banyak diisi oleh
aktor dan aktris yang mumpuni, seperti Bryan
Cranston, Aaron Taylor-Johnson, Elisabeth Olsen,
Juliette Binoche, Ken Watanabe, dan lain-lain.
Dalam penggarapan naskah ceritanya, ditangani
oleh Frank Darabont, David Callaham, dan Max
Borenstein. Rencananya, film ini akan diputar di
US dan Indonesia pada 16 Mei 2014.

Simplicious - @vikharisca

AMAZING DIRECTOR

CARLOS SALDANHA
by Simplicious - @vikharisca

Creativity on His Nativity

Carlos Saldanha, seorang sutradara asal


Rio de Janeiro, lahir pada 20 Juli 1968.
Karena lahir dan dibesarkan di kota seni
artistik yang khas ala Brazil, masa kecil
Saldanha mulai muncul ketertarikan akan
kartun animasi dan hobi menggambar.
Saat beranjak dewasa, pada tahun 1991,
Saldanha menginjakkan kakinya ke New
York City untuk melanjutkan program
pendidikannya ke School of Visual Arts
di Manhattan. Saldanha termasuk murid
yang sangat bertalenta, hingga ia mampu
membuat dua film animasi pendek
yang membuat reputasinya semakin
Moviemagz Mei 2014 54

diperhitungkan di Manhattan.
Dalam kehidupan rumah tangganya, Saldanha
dikenal jarang ditempa berita miring. Dengan
mempersunting seorang matematikawan,
Isabella Scarpa sebagai istrinya, sampai saat
ini mereka dikaruniai empat anak, Manoela,
Sofia, Julia dan Rafael.

CAREER
Setelah kelulusannya pada tahun 1993 dan meraih gelar
Master of Computer Art, Saldanha tidak butuh waktu
lama untuk mendapatkan pekerjaan, sahabat karibnya,
Chris Wedge mengajak Saldanha bergabung dengan
Blue Sky Studios. Ia langsung menjadi animator untuk
beberapa proyek Blue Sky, semacam iklan komersial dan
short-films. Carlos Saldanha juga pernah ikut menangani
visual effects untuk film The Fairy Godmother (1997), A
Simple Wish (1997), dan juga Fight Club (1999).

Sekitar awal millennium, Pixar dan Dreamworks
Animation bekerjasama dengan Blue Sky Studios untuk
memproduksi sebuah film animasi, yang membuat
keputusan untuk mengubah Blue Sky Studios menjadi
sebuah full-fledged movie studio. Karir professional
Carlos Saldanha dimulai saat ditunjuk sebagai codirector Ice Age (2002), menemani Chris Wedge yang
menjabat sebagai sutradara. Alhasil, debut manis
Blue Sky Studios berhasil dicetak dan juga mendapat
nominasi Oscar sebagai Best Animated Feature. Tak
murni sebagai director di Ice Age, ia membuat sebuah
short movie dengan karakter utama yang merupakan
spin-off dari Ice Age, tupai saber-tooth bernama Scrat.
Dengan judul Gone Nutty (2002), film ini juga mendapat
apresiasi yang luar biasa. Malah Scrat menjadi iconic
character film Ice Age. Selanjutnya Saldanha juga
membantu proyek Blue Sky selanjutnya sebagai codirector di film Robots (2005). Hingga kemudian,
Saldanha dipercaya untuk menyutradarai sekuel Ice Age
selanjutnya, yaitu Ice Age: The Meltdown (2006) dan Ice
Age: Dawn of the Dinosaurs (2009).

HONOR HIS HOMETOWN


Setelah kesuksesannya menggarap Ice Age:
Dawn of the Dinosaurs, Carlos Saldanha
mendapat tiket emas untuk menciptakan
filmnya sendiri yang ia mau. Dengan
merangkap sebagai penulis utama,
Saldanha memilih untuk membuat
film dengan kekhasan kota
tercintanya, Rio de Janeiro. Tahun
2011, film tersebut dirilis dengan judul
Rio.
There are a lot of movies that take place
internationally, like Kung Fu Panda portraying
a little bit of China, and Ratatouille
portraying a little about Paris, but its hard
Moviemagz Maret 2014 55

to find a movie that portrays Rio or Brazil. I thought


this was a good way to show a little bit of it.

Rio menceritakan tentang seekor burung
macaw Brazil yang hampir punah, sekaligus tidak
dapat terbang, bernama Blu (Jesse Eisenberg)
yang kabur dari rumahnya di Minnesota ke Rio
de Janeiro untuk mengejar cintanya, Jewel (Anne
Hathaway). Dengan bekingan pendukung suara
oleh artis ternama, macam Blu (Jesse Eisenberg),
Jewel (Anne Hathaway), Jamie Foxx (Nico),
dan khususnya putri Saldanha, Sofia Scarpa
Saldanha sebagai Young Linda. Saldanha berhasil
menghadirkan film domesticated-animation yang
indah dengan pengisi suara yang jempolan, serta
tak lupa keindahan kota Rio de Janeiro lewat Rio.
[Simplicious] - @vikharisca

S
W
VIE
E
R
S
E
VI
O
M

asti kalian sudah tahu karakter utama


yang ada di dalam film ini? Yap, ia adalah
Blu. Jenis Blu ini adalah spesies langkah
dari jenis burung Spix Macaw dan karena sangki
langkahnya Blu di rawat oleh seorang penyayang
binatang bernama Linda. Seperti yang kita ketahui
juga bahwa Blu akhirnya bertemu dengan seekor
burung betina bernama Jewel. Blu dan Jewel pun
saling jatuh cinta satu sama lainnya, Blu dan Jewel
pun di biarkan pergi bebas mencari kawanannya.
Itulah sepenggal cerita dari film pertama Rio yang
dirilis tahun 2011.

Kini, Blu dan Jewel tinggal di Rio de
Janerio bersama ketiga anaknya yang bernama
Tiago, Carla, Bia. Adegan pertama dibuka dengan
sebuah pesta besar menanti pergantian tahun.
Masyarakat setempat berdansa bersama-sama di
sebuah jalan raya, di sebuah atap bangunan para
binatang ini juga tidak mau kalah dengan manusia
yang sedang berdansa dan bernyanyi bersama
dibawah sana.

Blu yang sebelumnya di pelihara oleh
Linda di rumahnya dan dimana dahulunya Blu
juga sering sekali memakai ataupun memakanmakanan manusia yang diberikan oleh Linda,
ternyata kebiasaan lamanya itu masih ia
tanamkan dan ia turunkan ke anak-anaknya
yang ternyata lebih suka makan-makanan
manusia dan memakai benda-benda yang

sering di pakai manusia.


Hingga pada suatu hari tanpa
sengaja Blu melihat Linda dan
Tulio
di televisi sedang di wawancarai
oleh wartawan televisi, di film
ini Linda
dan Tulio sudah menikah. Linda
yang sedang berada di hutan Amazon ini sedang
mencari tahu apakah spesies dari burung Spix
Macaw ini masih ada atau sudah punah? Blu yang
kangen sama Linda sang pengasuhnya dulu ia
berencana ingin pergi ke Amazon bertemu Linda
dan juga Tulio. Tapi sebelum berangkat ke Amazon Blu bertanya kepada teman-teman dekatnya,
seperti apa Amazon itu. Hingga pada akhirnya Blu
beserta keluarganya memutuskan untuk pergi ke
Amazon untuk bertemu dengan Linda di sana.
Dan petualangan Blu pun dimulai di Amazon.

Di dalam film terbaru dari Rio 2 ini juga
menghadirkan berbagai macam kelucuan yang
di jamin akan mengocok perut Anda. Selain itu
film ini juga menghadirkan ajang pencarian bakat
menyanyi antar binatang yang di tinggal di dalam
hutan Amazon. Film Rio 2 ini menghadirkan dua
penjahat sekaligus, siapa ya kira-kira penjahatnya
itu? Apakah Blu bisa bertemu dengan Linda atau
Blu mampu mengalahkan dua penjahat sekaligus?

Jangan lupa tonton film Rio 2 sudah mulai
tayang pada tanggal 11 April 2014. [Tyo].

S
W
E
VI
E
R
S
E
VI
O
M

Director : David Gordon Green / Writers: Larry Brown (novel), Gary


Hawkins (screenplay) / Stars: Nicolas Cage, Tye Sheridan, Gary Poulter

oe dari David Gordon Green ini mengingatkan saya dengan apa yang
pernah dibuatnya dalam Snow Angels 2007 lalu, setahun sebelum ia
mulai membuat kekacauan dalam tiga komedi sinting ala Appatow
(Pineapple Express, Your Highness, The Sitter). Dipenuhi oleh setting
outdoor dalam aroma depressing yang mencekam sekaligus melankolis
dan sosok ayah yang gila, hanya saja Joe tidak punya timbunan salju
sedingin Snow Angels. Settingnya berada di selatan yang kering, lengkap
dengan logat southern kental dan daerah hutan tempat di mana Nicolas
Cage berjanggut tebal dan bertato besar di lengan menjadi Joe, mantan
napi kharismatik yang kini mencoba menata kembali hidupnya dengan
menjadi mandor buat para pekerja hutan yang didominasi pria-pria
kulit hitam. Di hutan itu juga ia bertemu dengan Gary (Tye Sheridan),
remaja 15 tahun yang meminta pekerjaan darinya.
Merasa bersimpati dengan semangat Gary, Joe
memberinya pekerjaan. Dari sini hubungan
ayah-anak keduanya mulai terjalin, sesimpel
itu? Tentu saja tidak.
Naskah garapan David Gordon Green ini
sebenarnya sederhana, yang mungkin
terlihat menarik adalah studi karakternya.
Pertama tentu saja ada Joe, di mainkan oleh
Nicolas Cage yang akhirnya kembali ke jalan yang
benar setelah beberapa tahun ini terjerumus
ke proyek film-film aksi gajebo, mengikuti jejak
sang sutradara yang terlebih dahulu sudah
kembali ke habitatnya sejak tahun

lalu dalam Prince Avalanche. Cage tampil prima, performanya


kuat sebagai Joe, pria pemarah yang mencoba meredam emosinya
agar tidak lagi mengulagi masalah seperti di masa lalu meskipun
yah, masalahnya yang sepertinya selalu datang mencarinya. Dan
kedatangan Gary seperti memberi arti baru buat hidup Joe.
Melihat bagaimana semangat besar dalam diri pemuda tanggung
itu, bagaimana etos kerja Gary yang besar guna menjaga ibu dan
adik perempuannya dari ayah tirinya yang alkoholik, pemalasa
dan abusive sudah menumbuhkan rasa simpati dalam diri Joe
yang kemudian memilih untuk menjadi malaikat pelindungnya.
Dan ketika Nicolas Cage kembali ke performa terbaiknya, si kecil
Tye Sheridan kembali menajamkan aktingnya pasca penampilan
cemerelangnya di Mud yang mempertemukannya dengann
pememenang Oscar tahun ini, Matthew McConaughey.


David Gordon Green kembali membuat drama
indie bagus dan Nicolas Cage juga akhirnya bertobat
dari film-film kejar setoran, Joe sudah memberikan
banyak kesenangan dalam temanya yang muram,
alurnya yang lambat dan settingnya yang kering,
belum lagi saya menyebut kualitas akting Tye
Sheridan yang lagi-lagi sukses memesona untuk
ukuran aktor muda yang baru membintangi tiga
film.


Seperti Prince Avalanche, Joe diisi oleh banyak set
hutan, relasi odd couple dan tempo yang seperti merangkak
pelan, ya, ini mungkin bukan jenis film yang bisa dikonsumsi
semua penontonnya. Kekuatannya ada pada characterdriven dan kekuatan akting para cast-nya ketimbang plot
adaptasi dari novel lama milik Larry Brownyang terasa sedikit
klise. Meskipun harus diakui juga, secara teknis Gordon
Green bersama sinematografer langganannya, Tim Orr
juga sudah bekerja dengan baik membungkus Joe dengan
visual depressing atmosferik yang juga cantik dan melow
serta menambahkan sedikit humor pada dialog-dialog
southern-nya dan juga sedikit kebrutalan guna mencegah
menjadikannya terlalu sentimental.

S
W
E
VI
E
R
S
E
VI
O
M

David Ayer seharusnya tahu untuk tidak pernah memasang sosok


Arnie dalam sebuah drama misteri, mereka tidak cocok, apalagi naskah
garapannya juga tidak pernah kuat meskipun merupakan adaptasi
bebas dari sumber populer. Ya, Sabotage hanya menyisakan humorhumor garing, parade kekerasan yang vulgar dan Arnie berambut aneh
yang mulai tumbuh uba di sana-sini.

Moviemagz Mei 2014 60

eperi kebanyakan film-film


terkenal lainnya, Sabotage
juga tidak pernah jauhjauh dari yang namanya polisi. Kali
ini ada satuan polisi elit khusus
anti narkoba; DEA pimpinan John
Breacher Warthon (Arnold
Schwarzenegger) melakukan misi
penyergapan seperti biasanya ke
gudang kartel narkoba bersama
anak-anak buah kepercayaannya:
James Monster Murray (Sam
Worthington) dan istrinya Lizzy
Murray (Mireille Enos), Joe
Grinder Philips (Joe Manganiello),
Julius Sugar Edmonds (Terrence
Howard), Eddie Neck Jordan (Josh
Holloway), Tom Pyro Roberts (Max
Martini), Bryce Tripod McNeely
(Kevin Vance) dan Smoke Jennings
(Mark Schlegel). Hanya saja ada yang
berbeda kali ini. Misi itu berakhir
buruk, tidak hanya menewaskan
salah satu anggota Breacher, namun
ada yang mengambil uang sebesar
10 juta Dollar milik kartel yang
hendak mereka curi. Tidak berhenti

sampai disitu, atasan Breacher yang


mengetahui kejadian itu kemudian
menghukum Breacher dan timnya
dengan dipensiunkan sementara
dari tugas lapangan. Namun masalah
terbesar datang ketika satu per satu
anggota geng Breacher tewas secara
mengenaskan setelah peristiwa
penyergapan itu.

Ada premis bagus dari novel
bagus, sutradara dan penulis naskah
menjanjikan dan sebuah ensemble
cast menarik, tetapi bagi penonton
awam ini hanya film terbaru dari
Arnie, tidak lebih, tidak kurang.
Tetapi jangan terlalu banyak berharap
ini akan diwarnai banyak ledakan
dan keributan ala kebanyakan
film Schwarzenegger. Ya, memang
Sabotage sendiri memang masih tidak
jauh-jauh dari otot, senjata berat,
dialog humor one liner dan sedikit
aksi. Yang di jual dari film ini adalah
adanya sisi misteri dan sisi psikologis
karakternya ketimbang parade aksi,
hasilnya, Sabotage dengan kandungan
misteri gelap dan kadar violence

cukup vulgar terlihat seperti sebuah


horor slasher beralut kemacoan
yang sayang tidak mampu berjalan
beriringan dengan sempurna.

Untuk sebuah naskah yang
ceritanya dipinjam dari novel misteri
populer, Sabotage ternyata selembek
bisep Arnie yang mulai mengendur,
konyol dan diakhiri dengan twist
menggelikan. Ya, kita memang masih
akan dibawa dalam balutan misteri
untuk menebak-nebak siapa dan
kenapa mereka harus melewati
banyak kematian mengerikan,
tetapi prosesnya cacat dan
konklusinya maksa, meninggalkan
terlalu banyak kebodohan, humor
garing dan Sam Worthington
berjanggut kambing. Sementara
itu, meskipun tampil tidak terlalu
buruk, Sabotage bukanlah jenis film
yang cocok dipasangkan dengan
Schwarzenegger, apalagi pada
akhirnya naskahnya menuntut lebih
dari apa yang bisa diberikan mantan
gubernur California itu.

S
W
VIE
E
R
S
E
VI
O
M

Director : Jean-Marc Valle / Writers : Craig Borten, Melisa Wallack


Stars :
Matthew McConaughey, Jennifer Garner, Jared Leto

ita tahu Matthew


McConaughey adalah
anak Texas sejati, baik
sebagai pribadi maupun sebagai
aktor. Dari pembunuh sadis,
playboy kelas kakap sampai
pengacara hebat, kita sudah
melihat McConaughey beraksi
dengan segala aksen Texas
kentalnya dan juga beberapa
kali dengan topi koboinya. Tetapi
ada yang berbeda kali ini di film
terbarunya. Masih menjadi Texas
boy, hanya saja di drama biopik
ambisius milik sutradara JeanMarc Valle (C.R.A.Z.Y, Young
Victoria), Dallas Buyers Club bisa
jadi akan menandai terciptanya
sejarah, di mana seorang bocah
asal Texas berhasil mengangkat
tropi Oscar untuk pertama kalinya.
McConaughey melakukan sesuatu
yang ekstrim, McConaughey
harus rela melakukan diet ketat,
menghilangkan 23 kilogram
berat tubuhnya untuk menjadi

Ron Woodroof, tukang listrik


dan fans berat rodeo asal Dallas,
Texas di era 80an yang umurnya
diperkirakan hanya bersisa 30 hari
lagi setelah dokter memvonisnya
mengidap AIDS. Seperti kebanyakan
orang lain yang tak siap mati,
Woodroof yang panik kemudian
melakukan penelitian mandiri ke
sana-sini, mencari jalan untuk
menyembuhkan penyakitnya,
termasuk mengkonsumsi berbagai
macam obat-obatan dari yang legal,
ekperimental sampai bahkan sampai
yang dilarang oleh FDA (Lembaga
negara yang berurusan dengan
obat-obatan dan makanan) di mana
pada akhirnya mempertemukannya
dengan dokter muda, Eve (Jennifer
Garner) yang bersimpati kepadanya
dan Rayon (Jared Leto), seorang
transeksual dengan penyakit yang
sama yang kemudian bersamasama dirinya membentuk sebuah
organisasi bawah tanah bernama
Dallas Buyers Club.


Seperempat awalnya
Dallas Buyers Club seperti ingin
menghadirkan sebuah melodrama
emosional nan depresif tentang
bagaimana seseorang
menghadapi sisa-sisa
hidupnya pasca divonis akan
mati karena HIV,
apalagi setelah
kamu melihat
bagaimana luar
biasanya McConaughey
menampilkan sebuah
rasa putus asa hebat dalam
sebuah adegan di dalam
mobil. Jika kamu
mengira film
ini akan

menghabiskan sisa durasinya


dengan lebih banyak penderitaan,
keputusaasaan dan air mata, itu
wajar jika kamu berada di dalam
bagian penonton yang belum pernah
mengetahui kisah seorang Ron
Woodroof sebelumnya.
Dalam perjalannya Dallas Buyers
Club tidak berakhir sesempit itu.
Ya, Ron Woodroof akan mati, sama
seperti manusia-manusia lain dengan
atau tanpa AIDS. Tetapi bukan itu
yang menjadikannya menarik,
bahkan sampai dipuji-puji
kritikus. Jean-Marc Valle
dengan bantuan duo
screenwriter Craig Borten
dan Melisa Wallack
yang menerjemahkan
naskahnya tahu benar
bagaimana membuat Dallas
Buyers Club berkembang dari
tontonan depresif cengeng
menjadi sebuah biopik
besar yang akan
merembet ke manamana, dari sebuah
drama survival
dari seorang
pecundang,
pemabuk,
pecandu

hebatnya di slot peran


pendukungnya. Di mainkan oleh
Jared Leto, karkater transgender
Rayon tidak hanya menandakan
kembalinya sang vokalis 30
narkoba homofobik dan opurtunis
Seconds to Mars setelah empat
licik menjadi manusia baru berhati
tahun absen berakting, namun
besar yang akan merubah undangia adalah screen stealer di Dallas
undang tentang obat-obatan Texas
Buyers Club. Karakter Rayon yang
selamanya. Ada sebuah fakta
fiktif itu sama kompleksnya dengan
menarik di sini ketika penyelidikan
Ron Woodwroof. Rayon adalah
Woodroof membentur tembok
karakter yang membutuhkan
bernama bisnis medis yang
pengorbanan besar dari Leto. Sama
diisi dengan berbagai kepalsuan,
seperti McConaughey ia juga
kepentingan, kekuasan dan tentu saja harus menurunkan berat badannya
jumlah uang yang besar, menjadikan sampai 15 Kg, menghilangkan
manusia-manusia yang sudah
semua bulu ditubuhnya, mencukur
susah semakin menderita karena
habis alisnya, merubah suaranya
percobaan mahal yang sia-sia. Maka dengan aksen Texas, menggunakan
dari situlah Dallas Buyers Club lahir,
make-up tebak dan wig, ya,
selain sebagai sebuah organisasi
sebuah dedikasi tidak percuma
bisnis yang mencari untung
dari seorang Jared Leto, lihat saja
dengan mencari anggota sebanyakbagaimana juri-juri Independent
banyaknya dengan imbalan obatSpirit, Critics Choice, Golden
obatan aman, dalam perjalannya
Globe and Screen Actors Guild
organisasi ilegal itu juga akan
award terpesona oleh performa
merubah seorang Ron Woodroof
fantastisnya.
selamanya.
Sementara
ada akting yang
tidak kalah


Ron Woodroof: Let me give
yall a little news flash. There aint
nothin out there can kill fuckin
Ron Woodroof in 30 days.

Moviemagz

MOVIES REVIEWS

Liam Neeson :

NON STOP
Dari Paris sampai kockpit pesawat yang
sempit, di manapun kamu menempatkannya
dalam sebuah film aksi, Liam Neeson sejauh
ini belum pernah gagal untuk selalu disukai
dan dipercaya penontonnya. Non-Stop
juga bukan pengecualian. Kombinasi maut
Neeson, penyutradaraan cepat Jaume ColletSerra dan naskah misteri penuh kejutan
menghasilkan sajian dengan semburan
adrenalin tingkat tinggi, berbaur manis
bersama ketegangan dan klimaks yang
dijamin efektif memuaskan buat kalian
pencinta film aksi dan thriller.

Tua-tua keladi, semakin tua semakin jadi. Ya..


itulah pepatah yang tepat untuk seorang actor
kawakan sekelas Liam Neeson. Entah kenapa
Liam Neeson yang sudah mulai tua malah lebih
sering mendapatkan film action ketimbang film
non action yang sesuai dengan umurnya. Setelah
dua seri film Taken ralis di pasaran dunia Liam
Neeson berubah menjadi seorang polisi udara
di genre film action thriller di ketinggian 40.000
kaki dibawah garapan sutradara Perancis, Jaume
Collet-Serra dimana sang sutradara pernah kerja
sama dengan Liam di film Unknown 2011 lalu.

Hampir 90% settingnya berada di pesawat
penumpang yang berada di ketinggian 40.000
kaki. Neeson adalah Bill Marks, U.S. federal air
marshal alkoholik yang benci terbang. Tetapi
kali ini ia harus melupakan dulu soal ke tidak
sukaannya berada di angkasa dengan kecepatan
Moviemagz Mei 2014 64

MOVIES REVIEWS

menjelang bubar. Sejak karkater Bill


Marks menerima pesan misterius di
smart phone-nya, kadar suspense-nya
seakan-akan tidak pernah berhenti
menguji rasa penasaran. Penonton
tidak akan pernah tahu apa yang
terjadi di menit berikutnya, sama
seperti Bill yang malang, selalu ada
kejutan baru menunggu dirinya.
Beruntung Non-Stop punya ColletSerra yang piwai mengolah set pieces-

Bill Marks: Im
not hijacking this
plane. Im trying
to save it! .

800km/jam karena ada seorang tak


dikenal di antara para penumpang
dalam penerbangan New YorkLondon menerornya dengan
menebar ancaman akan membunuh
setiap orang jika permintaannya
untuk mentransfer uang sebesar
150 juta Dollar ke sebuah akun
rahasia tidak di penuhi.
Sebenarnya film ini terinspirasi dari
sebuah film Thriller yang samasama bersetting di dalam pesawat
seperti Flightplan dan Red Eye
sampai referensi klasik, Strangers
on Train-nya Hitchcok dan novel Ten
Little Indians milik Agatha Christie,
misteri yang ditawarkan oleh NonStop terjaga rapi sampai 20 menit

nya, menggerakan kameranya


dengan dinamis untuk menciptakan
adegan demi adegan yang jauh dari
monoton meskipun parade aksinya
baru datang menjelang akhir dan
masih dijumpai beberapa plot hole
yang untung saja tidak sampai
terlalu menganggu.

Sementara para penumpang
lainnya juga mempunyai andil
besar dan memberikan daya tarik
tersendiri karena membuat kita
selalu berada dalam posisi yang
sama tidak tahunya dengan Bill,
harus menebak-nebak mana si
pelaku dan mana yang hanya
penumpang biasa dan semuanya itu
mencurigakan.

Review by : Harry Susanto (MOVIENTHUSIAST)

SS
W
W
VVIEIE
E
E
RR
S
S
E
E
VVII
O
O
MM

ENEMY
S

eperti biasanya, sutradara


Kanada Denis Villeneuve
kembali menghadirkan tema
kesukaannya, sebuah thriller pelan
yang membakar plus twist, hanya
jika dibandingkan dengan filmfilm Villeneuve lainnya, Enemy
yang diadaptasi dari novel The
Double-nya Jos Saramago ini
bisa dibilang penuh ekperimen
dan jauh lebih njelimet untuk
dikonsumsi, sedikit banyak sudah
mengingatkan saya kepada filmfilm milik David Lynch yang gila
itu.

Villeneuve kembali
membawa kembali Jake
Gyllenhaal dari Prisoners
yang dingin, memaksanya
menumbuhkan janggut tebal

untuk didapuk sebagai guru


sejarah bernama Adam
Bell. Suatu hari ketika Adam
menyewa sebuah film yang
direkomendasikan rekan kerjanya,
ia menemukan sebuah kejutan
besar di sana. Adam mendapati
bahwa salah satu figuran di
dalam film tersebut persis dengan
dirinya. Dilanda rasa pensaran
luar biasa, Adam kemudian
terobsesi menyelidiki aktor yang
belakangan diketahui bernama
Anthony Claire itu. Menariknya,
keduanya yakin mereka bukan
saudara kembar.

Dibuka dengan opening
scene di sebuah tempat
temaram, seperti sebuah
klub seks terselubung yang

melibatkan wanita telanjang dan


tarantula, lalu adegannya langsung
melompat ke sebuah kelas di
mana karakter Adam Bell sedang
mengajar tentang kediktaktoran.
Ya, adegan pembukaanya seperti
tidak nyambung, dan itu baru
awal dari perjalanan panjang nan
membingungkan yang dibungkus
Villeneuve oleh dominasi
nuansa palet pastel suram yang
mencekam dan dua Jake Gyllenhaal
berewokan dengan dua pasangan
dan kehidupan berbeda (Mlanie
Laurent & Sarah Gadon) yang
kemudian ditemukan dalam satu
frame yang membuat semuanya
menjadi semakin membingungkan

Tetapi tenang saja,
meskipun terkesan rumit dan penuh
Moviemagz Februari 2014 66

simbolisme macam karya-karya


David Lynch, sebenarnya Enemy
tidak sampai sesureal dan seabsurd
itu. Ya, memang mungkin kamu
akan dipaksa untuk menontonnya
lebih dari satu kali dalam usaha
menemukan maksud dari semua
momen surealnya, tetapi kamu
akan menyadari bahwa Villeneuve
dan penulis naskah Javier Gullon
sebenarnya sudah sangat berbaik
hati untuk memberikan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan
yang menganggumu. Ini seperti
sebuah jigsaw puzzle kuning
besar berdurasi satu jam setengah
di mana setiap kepingannya
menunggu untuk ditemukan guna
membentuk wajahnya secara
keselurhan. Dan kepingan-kepingan
Moviemagz Februari 2014 67


Berbeda
dengan film-filmnya
sebelumnya, dalam
Enemy Denis Villeneuve
mencoba sesuatu
yang berbeda ketika
ia dengan sukses
menghadirkan tekateki psikologis rumit
yang berpotensi
ditinggalkan dan
dicintai penontonnya
sama besarnya, dan

saya memilih yang


pertama.

itu sebenarnya sudah terhampar di


setiap adegan, di setiap dialog yang
semunya secara cerdas berhasil
diolah Villeneuve menjadi sebuah
sajian thriller kompleks sekaligus
cerdas.

Ya, Villeneuve berhasil
mempermainkan penontonnya,
memoles premis yang sebenarnya
simpel jika dirangkai secara normal,
memaksa kita untuk menyusun
satu adegan ke adegan lain,
menyambung setiap momen,
membedakan mana batasan antara
nyata dan mana yang tidak, dan
jika kamu menelan semuanya
bulat-bulat maka Enemy dipastikan
akan menghancurkanmu dengan
endingnya yang bisa membuamu
mengeluarkan sumpah serapah..

Review by : Harry Susanto (MOVIENTHUSIAST)

S
W
E
VI ebenarnya sangat mudah mengulas film satu ini, ya, I, Frankenstein itu
E
R
S
buruk, sangat buruk, bahkan buat penontonnya yang sudah membentengi
E
I
V
pikirannya dengan ekpektasi paling rendah sejak jauh-jauh dari rumah,
MO

ini akan menjadi pengalaman menonton yang sangat mengecewakan. Dari sini
sebenarnya kamu sudah bisa berhenti membaca, dan jangan bilang saya tidak
memperingatkanmu.
Jangan salah, sebenarnya sci-fi fantasi adaptasi komik grafis Kevin Grevioux ini
punya konsep menarik terutama ketika ia mencoba membawa monster horor
klasik rekaan Mary Shelley populer itu ke setting modern masa kini, memoles fisik
mahkluk mengerikan ciptaan Dokter Frankenstein menjadi terlihat lebih
rupawan tanpa embel-embel baut besar di leher, lebih lincah dengan
ukuran tubuh atletis dan lebih mematikan ketika sang monster dalam
wujud Aaron Echart penuh jahitan beraksi menghantamkan dual stick
bajanya ke kepala-kepala para serdadu Iblis berkostum parlente di
tengah-tengah peperangan abadi Gargoyle (Miranda Otto)
dan Demon (Bill Nighy). Sayang, semua kesenangan itu
hanya sebatas konsep gila yang tidak bekerja.
Memulai kisahnya dengan ending novelnya,
I, Frankenstein terlihat seperti sekuel dari
literatur lama milik Mary Shelley yang
bolak balik dibuatkan filmnya itu. Tidak
usah heran jika aroma gotik-modernnya
terasa familiar dengan apa yang pernah
dihadirkan quadrilogi Undeworld,
karena keduanya memang berasal dari
kepalanya Grevioux sang empunya
komik yang turut membantu merebus
naskahnya, dan kebetulan, juga ada
Bill Nighy di dalamnya. Lalu kamu juga
merasakan deja-vu dengan trilogi
Blade, bukan hanya karena tokoh
utamanya sama-sama seorang antihero pembasmi setan- vampire di
Blade-, tetapi juga ketika setiap kali

Moviemagz Mei 2014 69

ia menghancurkan demon yang berakhir dengan balutan api menyilaukan. Tetapi,


jujur saja, I, Frankenstein itu lebih kacau dari franchise Underworld dan Blade yang
buat saya sudah termasuk medioker, bahkan parade pertarungan penuh CGI mewah
antara pasukan Gargoyle pimpinan Miranda Otto dan iblis yang dikomandani oleh
sang pangeran kegelapan dalam wujud Bill Nighy itu akan menjadi cepat usang dan
membosankan.
Tanggung jawab jelas ada pada pundak sang sutradara sekaligus penulisnya, Stuart Beattie
(penulis naskah Pirates of the Caribbean: The Curse of the Black Pearl, Collateral, G.I. Joe:
The Rise of Cobra ) yang tidak piawai meramu konsepnya menjadi sajian yang, yah, paling
tidak berada di taraf menghibur lah. Plotnya payah dan membosankan, karakter Adam si
monster Frankenstein itu konyol bukan main, tidak hanya karena tampilan fisiknya yang
sangat jauh berbeda dari gambaran versi klasiknya, tidak hanya karena tampang
jutek Aaron Eckhart di sepanjang film seperti sedang mederita hernia, tetapi
ada kekosongan dibalik tubuh penuh jahitan. Memang ada cerita tentang
perjalanan panjang dari sosok Adam begitu ia dinamakan oleh sang
ratu Gorgoyle-, ciptaan yang marah dalam usahanya mencari jawaban
tentang eksitensinya di dunia, tetapi bagian itu tidak pernah
benar-benar dipoles dengan serius, hanya sebagai tempelan
belaka buat konflik utamanya; peperangan malaikat dan iblis
di bumi yang sebenarnya juga sama saja mengecewakannya,
termasuk romansanya bersama ilmuwan cantik, Terra
Wade (Yvonne Strahovski) yang terobsesi membangkitkan
orang mati. Beruntung masih ada Bill Nighy yang sejauh
ini belum pernah mengecewakan ketika memerankan
sosok antagonis dengan keangkeran yang keluar dari
permainan kata-kata halus dan tatapan dinginnya.
Summary : Sekali lagi, I, Frankenstein itu buruk,
bahkan saking buruknya ia bahkan bisa membuat
arwah Mary Shelley bangkit dari kuburnya dan
mencekik mati Stuart Beattie yang lacang merusak
ciptaannya.

ntah apa yang ada di


pikirannya, alih-alih
membuat seri ke-limanya
tahun lalu, Oran Peli
sang kreator-produser malah
menundanya, lebih memilih untuk
menghadirkan The Marked Ones
yang didapuk sebagai spin-off
latino dari franchise Paranomal
Activity kesayangannya. Ya,
memang tidak pernah mudah
untuk melanjutkan cerita keluarga
terkutuk, Featherston yang
sudah mulai basi itu, bahkan
sejak seri ke-tiganya saja sudah
ia tampak terseok-seok hingga
puncaknya, Paranormal Activty
4 mederita banyak di narasinya
yang mulai melebar ke manamana. Tetapi sebagai seorang
fans garis kerasnya, saya tentu
saja tidak melewatkan begitu saja
kehadiran sepupu wara laba
horor laris ini dekade ini, meskipun
sekali lagi banyak ulasan negatif
menyerangnya,

Masih setia menggunakan
format found footage mentah,
sama dengan pendahulunya, The
Marked Ones bergentayangan
di komunitas hispanik yang
mendiami Oxnard, California.
Memperkenalkan karakter baru
bernama Jesse (Andrew Jacobs),
remaja yang baru saja lulus
SMU. Keluarga Jesse tinggal
di sebuah apartemen kecil,
bertetanggaan dengan penghuni
aneh yang berada persis di lantai
bawahnya. Pasca kematian
salah satu penghuninya, Jesse
bersama sahabatnya, Hector
(Jorge Diaz) nekat memasuki
kediaman tetanggannya itu,
mendokumentasi semua dengan
kamera genggamnya, menemukan

barang-barang aneh berbau


ilmu hitam dan pintu bawah
tanah tersembunyi. Dan seperti
kebanyakan horor, kelancangan
dipastikan akan berbuah petaka,
maka Jesse dan Hector harus
menerima konsekunsi fatal dari
segala keusilan mereka.
Mengambil setting waktu setelah
peristiwa seri ke-empatnya.
Meskipun dilebeli sebagai spin-off,
The Marked Ones ini lebih pantas
kamu sebut sebagai sebuah sekuel
karena ceritanya menyambung
langsung dari cerita terdahulu.
Sebagai benang merahnya, The
Marked Ones menampilkan
kembali manusia-manusia dari
pradesesornya seperti Ali Rey
(Paranormal Activity 2), KatieKristi kecil (Paranormal Activity 3)
dan tentu saja, Katie Featherston
dewasa yang selalu muncul
di semua serinya, menemani
karkater-karkater baru

Jujur, meskipun mengakui
sebagai fans beratnya saya tidak
pernah berharap banyak pada
instalemen terbaru PA ini, apalagi
mengingat ini sebuah spin-off.
Dan benar saja, The Marked
Ones mengecewakan, termasuk
buat penonton yang memuja
franchise ini macam saya. Tidak
ada hal baru di sini, seperti
berjalan di tempat yang sama,
semuanya sudah pernah kamu
lihat, parahnya The Marked Ones
tersaji dengan kualitas keangkeran
yang menurun jauh , bahkan dari
seri ke-empatnya sekalipun yang
digadang-gadang sebagai seri
terburuk.

Di bawah kendali
Christopher B. Landon sutradara
yang juga bertindak sebagai

penulis naskahnya termasuk


naskah dua seri PA terdahulu, The
Marked Ones lagi-lagi sangat pelit
memberikan petunjuk tentang apa
yang sebenarnya terjadi di dunia
PA. Ini seperti menyusun kepingan
1000 puzzle di mana The Marked
Ones mungkin hanya memberikan
1/10 kepingannya dengan banyak
mengulangi hal- hal yang sama.
Tidak ada gambaran besar, tidak
ada arah ke mana franchise ini
akan berakhir anti. Kesabaran
dalam membangun kengeriannya
menghilang, orisinalitasnya
payah, kecuali kamu menganggap
Ouija board elektronik
berlampu merah, kuning, hijau
dan biru itu sebagai sesuatu
yang istimewa. The Marked
Ones terasa lebih mengagetkan
ketimbang menakutkan. Tetapi ada
kesenangan tersendiri menikmati
10 menit terakhirnya, 10 menit
yang mungkin menjadi bagian
terbaik dari The Marked Ones ,
10 menit yang agak menggedor
kuat jantungmu, sisanya, ini tidak
lebih dari sebuah perpanjangan
franchise yang tidak perlu.

nimasi CGI terbaru DreamWorks ini


memang punya konsep aneh. Mencoba
membawa hubungan manusia dengan
hewan peliharaannya, dalam kasus
Mr. Peabody & Sherman- adaptasi dari salah satu
segmen kartun jadul berusia 50 tahun, The Rocky and

Bullwinkle Show- adalah anjing ke level lebih tinggi,


bukan lagi sekedar relasi antara majikan dan petnya, namun ayah dan anak, dan yang mengejutkan
si ayah adalah Mr. Peabody (Ty Burrell), beagle kecil
berdasi merah super jenius yang juga bisa berbicara
dan bertingkah layaknya manusia. Lalu ada Sherman
(Max Charles), putranya, seorang bocah manusia yang
diadopsinya sejak bayi secara legal. Dan petualangan
seru melintasi waktu pun dimulai ketika Sherman
terpaksa harus menunjukan mesin waktu ciptaan Mr.
Peabody -WABAC machine- ke teman sekelasnya,
Penny Peterson (Ariel Winter).
Dibanding animasi Lego Movie yang muncul lebih
dahulu tahun ini, Mr. Peabody & Sherman mungkin
kalah pamor. Keduanya hanyalah karakter lama,
bagian kecil yang berada di bawah bayang-bayang
serial kartun rusa dan tupai yang juga sama tuanya
itu. Tetapi dibawah tangan dingin sutradara Rob
Minkoff (The Lion King, dua seri Stuart Little) dan
animator-animator kreatif DreamWorks, siapa sangka
Mr. Peabody & Sherman bisa menjadi tontonan
santai yang menyenangkan buat semua usia. Penonton
mudanya akan dihibur oleh kualitas animasi penuh
warna, efek 3D memanjakan mata dan tentu saja
deretan karakter-karakter yang lucu dan loveable,
bahkan joke-jokenya juga tidak sampai seberat Lego
yang terasa segmented dan terlalu dewasa itu.

Moviemagz Mei 2014 72

Sementara audiens yang lebih


dewasa akan menikmati perjalanan
menembus waktunya, kekacauan
paradoks yang ditimbulkan,
termasuk akan sibuk menerangkan
kepada anak, adik atau keponakan
mereka yang mungkin akan
bertanya siapa-siapa saja tokoh
sejarah yang didatangi trio Mr.
Peabody, Sherman dan Penny? Dari
momen kabur dari kejaran Raja Tut
di Mesir kuno, lolos dari hukuman
pancung bersama Marie Antoinette
di revolusi Perancis, menolong
Leonardo da Vinci membuat sang
Monalisa tersenyum sampai ikut
dalam pertempuran legendaris
Troya bersama Raja Agamemnon,
dan masih banyak lagi cameo-

cameo ikonis yang berseliweran di


sini- Oedipus, Einstein, Spartacus,
bahkan Bill Clinton- semua
disajikan seru dan menghibur tanpa
harus berusaha berumit ria.
Harus diakui, narasi time travel
Mr. Peabody & Sherman garapan
Craig Wright (Six Feet Under,
Dirty Sexy Money) meskipun
tidak menawarkan hal baru
dan sesuatu yang rumit seperti
kebanyakan film-film bertema
perjalan waktu lainnya, namun ia
tetap menyenangkan untuk diikuti.
Dukungan pengisi suaranya juga
sedikit banyak membantu. Ada Ty
Burell, aktor jebolan sitkom televisi
Modern Family mengisi jiwa Mr.

Peabody yang canggih, sedikit


sombong namun penuh kasih
sayang dan perhatian, sementara
Searman dikuasai oleh keceriaan
Max Charles, aktor muda yang
sempat memerankan Peter Parker
kecil di The Amazing SpiderMan. Lalu ada bintang Modern
Family lainnya, Ariel Winter turut
memeriahkan kekacauan yang
menyenangkan ini dalam wujud
Penny Peterson.

ari meledaknya jembatan


Mapo yang membelah
sungai Han sampai
runtuhnya sebuah pencakar
langit, sulit dipercaya thriller
oktan tinggi Korea Selatan satu
ini faktanya hanya berada dalam
satu lokasi sempit saja di nyaris
98 menitnya. Ya, ia punya konsep
thriller klaustrofobik seperti
Buried atau mungkin yang paling
mendekatinya, Phone Booth, hanya
saja garapan Kim Byung-woo ini
berksala lebih besar, tidak hanya
karena stasiun radio yang berada
di sebuah gedung tinggi itu lebih
luas ketimbang peti mati dan bilik
telepon umum, namun juga karena
premis tentang terorisme, satire
sosial-media dan sindiran terhadap
pemerintahan yang semuanya
tersaji live via televisi.
Diceritakan pagi itu, mantan
anchor televisi top yang dimutasi
ke bagian radio sebagai penyiar,
Yoon Young-hwa (Ha Jung-woo)
melakukan aktivitasnya seperti

Moviemagz Mei 2014 74

biasa; menerima telepon yang


masuk sembari membahas tentang
topik hangat tentang isu-isu
politik dan pemerintahan. Hanya
saja ketika suara pria di ujung
telepon yang merasa tak terima
ketika Young-hwa memutus
perbicangannya sepihak berakhir,
sebuah bunyi ledakan keras
terdengar dari kejahuan. Apa
yang terjadi sungguh mengerikan,
ternyata ancaman bom dari sang
penelpon misterius yang dianggap
hanya gertakan sambal oleh YoungHwa benar-benar terjadi, jembatan
Mapo luluh lantak.
Thriller berbau aksi terorisme
mungkin bukan barang baru
untuk dipamerkan, tetapi dengan
melakukan pendekatan berbeda
siapa sangka kombinasi usang itu
bisa menjadi sangat menggigit,
coba lihat apa yang dilakukan
Kim Byung-woo ketika ia berhasil
memanfaatkan minimnya lokasi
untuk menghasilkan teror
maksimal. Ya, thriller dengan lokasi

terbatas punya tantangan tersendiri


untuk dibuat, di satu sisi ia jelas
menghemat budget, di satu sisi lagi,
jika tidak piawai mengolahnya,
ia akan menjadi tontonan basi.
Beruntung Byung-woo tahu
persis bagaimana melakukan
pekerjaannya. The Teror Live adalah
one of kind thriller yang efektif,
setidaknya sampai second act-nya.
Semua insdien yang melibatkan
ledakan hanya terlihat melalui
televisi dan jendela dari gedung
tempat kerja karakter utamanya.
Narasi yang juga ditulis Kim
Byung-woo bergerak cepat secara
real time sejak 5 menit pertama.
Di mulai dari ledakan besar di
jembatan Mapo, Byung-woo
kemudian membentuk protagonis
kita untuk menjadi sosok anti
hero egois yang tidak mau
melaporkan perbincangannya ke
pihak berwajib, alih-alih, ia malah
menghubungi bekas atasannya,
meminta pekerjaannya sebagai
news anchor dikembalikan

dan memafaatkan kekacauan luar biasa itu buat


memperbaiki hidup dan kariernya. Dari sini kadar
suspensenya seperti tidak pernah mengendur, setelah
membentuk identitas tokoh utama sedari awal
yang dalam perjalannya kemudian terjebak antara
berbagai kepentingan, Byung-woo menempatkan
sang teroris yang hampir di sepanjang filmnya
hanya terdengar suaranya via telefon dengan sebuah
motif personal yang mengundang dilema moral dan
simpati. Ya, caranya mungkin salah, namun kita
bisa memaklumi kenapa ia sampai melakukan itu
semua. Sementara ada sentilan keras terhadap media
massa yang opurtunis, media massa rakus yang
memanfaatkan segalanya demi menaikan rating, bagi
mereka deritamu adalah beritaku, dan itu benarbenar menjadi subteks terbesar The Terror Live selain
korupsi dalam pemerintahan.
Sedikit mengendur ketika memasuki babak
terakhirnya. Setelah Byung-woo mengungkap siapa
pelakunya, otomatis ia langsung meninggalkan
beberapa kelogisan yang susah payah dibangun rapi
sejak awal. Suspense-nya berkurang dan ia bergerak
menjadi action yang cheesy. Beruntung endingnya
tidak sampai menjadi murahan, ada perubahan besar
terjadi pada tokoh utamanya dalam perjalannya
menuju akhir yang menentukan. Dan beruntung
juga Byung-woo memiliki aktor sebaik Ha Jungwoo (The Chaser, The Yellow Sea, The Berlin File)
yang sukses mengemban beban besar di sini sebagai
sentral segalanya nyaris tanpa cela.

MOVIES REVIEWS

Director: Carl Rinsch Writers: Chris Morgan, Hossein Amini Stars: Keanu Reeves, Hiroyuki Sanada, Ko Shibasaki
Tidak bisa mengingat dengan jelas
kapan sebuah film adaptasi novel
percintaan yang menempatkan
remaja SMA dalam sorot utama
penceritaan berhasil membuat
perhatian saya tertahan satu hal
pasti, tidak ada satu pun dari tahun
lalu. Ketimbang memuaskan, ratarata menjelma sebagai suguhan
yang menjemukan. Apakah ini
sebuah pertanda bahwa saya
tidak lagi cocok menikmati sebuah
film dengan target pasar utama
adalah para remaja usia belasan?
Tentu itu bukan menjadi alasan.
Sebuah film remaja yang bagus,
tentunya bisa dinikmati semua
kalangan. Untuk saya, Me & You
vs The World arahan Fajar Nugros
termasuk salah satu dari sedikit
yang berhasil. Memang, menilik dari
sisi penceritaan tidak terlampau
istimewa dan bisa dikatakan klise,
namun Me & You vs The World
masih begitu menyenangkan untuk
disimak. Terlebih, segala kenangan
Review By Taufik Rizal CINETARIZ

manis dan pahit saya semasa SMA


pun turut kembali mengemuka saat
menyaksikan film ini.

Didasarkan pada novel
karangan Stanley Meulen, Me &
You vs The World memperkenalkan
penonton kepada Sera (Dhea Seto),
seorang gadis SMA kutu buku
yang kehidupan sosialnya hanya
berkisar di sekolah. Nilai-nilainya
memang sempurna, kedua orang
tua serta para guru menyayanginya,
akan tetapi, sebagai seorang
remaja kehidupan Sera berjalan
begitu hambar dan monoton.
Nyaris tidak ada kesenangan di
dalamnya. Segalanya berangsurangsur menemui titik perubahan
saat takdir mempertemukannya
dengan Jeremy (Rio Dewanto) yang
mencoba mengenalkan konsep
Menaklukkan Dunia kepada rekanrekan sekolahnya. Menentang
keras di awal, tanpa disadari Sera
menemukan sebuah dunia baru
yang selama ini tidak pernah

dirasakannya yang membuatnya


jatuh hati. Sera menerima
ajakan Jeremy untuk menyelami
kehidupan penuh kebebasan dan
suka cita ini lebih dalam bahkan
membuatnya rela menanggalkan
predikat siswi teladan. Segalanya
memang tampak baik-baik saja
dan mengasyikkan... hingga Sera
dan Jeremy bertindak melampaui
batas.

Klise? Memang. Me &
You vs The World beranjak dari
sebuah novel remaja dengan kadar
keklisean tinggi yang memudahkan
siapapun untuk menebak kemana
sederetan konflik yang diapungkan
akan bermuara. Tapi apa ini berarti
buruk? Tidak. Bagus atau tidak,
menarik atau tidak, sebuah film
tidak ditentukan oleh seberapa
klise (atau seberapa inovatif)
jalinan pengisahannya melainkan
bergantung kepada penanganan
yang terampil sehingga saat
disajikan mampu menggugah

selera penonton. Dan... Fajar


Nugros berhasil melakukannya
untuk Me & You vs The World.
Beruntung, dia diberkahi tim
yang solid sehingga meski serba
klise dalam penuturannya, film
produksi Rapi Films ini masih dapat
hadir sebagai sebuah tontonan
yang jenaka, mengasyikkan,
manis sekaligus menyentuh.
Para penonton usia belasan akan
dengan mudah menggilainya,
sementara mereka yang telah
menapaki usia dua puluh ke atas
masih bisa menikmatinya terlebih
bagi yang memiliki banyak cerita
tentang masa-masa SMA.

Kekuatan utama dari Me
& You vs The World bersumber
dari departemen akting, naskah,
dan musik. Rio Dewanto dan Dhea
Seto yang ditempatkan di garda
terdepan mampu menunjukkan
performa yang solid dengan
chemistry yang terajut secara
meyakinkan dan bisa dipercaya.
Review By Taufik Rizal CINETARIZ

Mengingat telah terbiasa di ranah


romansa, Rio Dewanto seolah tiada
mengalami kesulitan berarti. Dia
mampu menampilkan ekspresi dan
reaksi yang tepat dalam konflik yang
dihadapinya, memberikan bantuan
kepada Dhea Seto tentang apa yang
seharusnya dilakukan. Kehadiran
deretan pemain pendukung pun
menguatkan posisi para pemeran
utama. Mereka mendapat porsi
penting dan bukan sekadar pengisi
ruang kosong belaka. Salah satu
yang menonjol adalah Gofar Hilman
sebagai Baron, sahabat Jeremy
yang difungsikan sebagai tokoh yang
menghadirkan gelak tawa. Gofar
Hilman melakoninya dengan tidak
berlebihan, tampak bersenangsenang, dan menghidupkan setiap
adegan yang dia jalani. Memberi
keceriaan yang dibutuhkan oleh film
ini.

Tapi tentu saja Me & You vs
The World tak akan hadir sekuat ini
tanpa sokongan naskah olahan Endik

Koeswoyo dan skoring musik dari


Andhika Triyadi. Tidak sepenuhnya
patuh pada sumber asli, Endik
Koeswoyo melakukan sejumlah
perombakan dan membubuhkan
cukup banyak dialog ceplas
ceplos yang menyegarkan serta
menyuntikkan sedikit kehangatan.
Menjadi semakin bernyawa saat
Andhika Triyadi turun tangan
untuk melakukan tugasnya,
menghidupkan setiap adegan
dalam film. Salah satu yang terbaik
adalah adegan di penghujung film
yang berlangsung di India dan
melibatkan tarian-tarian. Magis!
Kehadiran tembang pengiring yang
meminjam vokal merdu Ashilla
pun menajamkan suasana yang
menggugah dan menyayat hati.
Perpaduan (dan peleburan) dari
kesemuanya inilah yang menjadikan
Me & You vs The World terasa
lebih kokoh, hidup, dan mengikat
ketimbang film romansa remaja
belakangan ini. Menyenangkan.

DAFTAR FILM INDONESIA RILIS APRIL 2014

Perfilman Indonesia penuh sesak di bulan April ini. Betapa tidak, terdapat belasan film karya sineas
dalam negeri yang akan memeriahkan bioskop-bioskop seluruh Indonesia. Adaptasi dari novel laris masih
menjadi unggulan utama di bulan ini. Selain itu, ada pula film seram berdasarkan urban legend, film yang
menempatkan girl band sukses, aktris asing dan entertainer yang tengah naik daun sebagai pemain utama,
hingga film dokumenter yang telah melanglang buana di beragam festival film tingkat internasional.
Untuk lebih lengkapnya, inilah film-film Indonesia yang dirilis pada April 2014:

1. 3600 DETIK
Sutradara : Nayato Fio Nuala
Penulis Naskah : Haqi Achmad
Pemain : Shae, Stefan William, Wulan Guritno, Febby Febiola,
Joshua Suherman, Indra Birowo
Tanggal rilis : 3 April 2014
SINOPSIS >> Kehidupan Sandra (Shae) berubah drastis
semenjak kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai.
Sandra menunjukkan kemarahannya terhadap dunia dengan
mengecat rambutnya menjadi merah terlebih sang ibu,
Widya (Wulan Guritno), kelewat sibuk dengan pekerjaannya.
Mencoba untuk memerbaiki keadaan, Widya mengajak
Sandra pindah ke luar kota. Nyatanya, kehidupan tidak lantas
menjadi lebih baik. Kawan-kawannya menyebut Sandra
dan sahabat barunya, Leon (Stefan William), sebagai dua
orang aneh. Tak ingin dipandang sebelah mata, Sandra pun
mengajak Leon untuk membuktikan diri. Kala semuanya
seperti telah membaik, Leon mendadak hilang. Belakangan
diketahui, Leon menyimpan sebuah rahasia besar.
Moviemagz Mei 2014 78

2. CALEG BY ACCIDENT
Sutradara : Joko Nugroho
Penulis Naskah : Joko Nugroho, Erwin Akbar
Pemain : Julia Perez, Agus Kuncoro, Babe Cabiita,
Rony Dozer, Lely Sagita
Tanggal rilis : 3 April 2014
SINOPSIS >> Sundari (Julia Perez), Radit (Agus
Kuncoro), dan Ridho (Babe Cabiita) yang telah
bersahabat sejak kecil pernah berikrar akan
menjadi sahabat untuk selamanya. Akan tetapi,
menginjak usia dewasa, persahabatan mereka
menemui ujian kala ketiganya memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif
karena didesak oleh keadaan. Persahabatan manis yang lantas berubah menjadi persaingan hati,
kini menjelma dalam bentuk perseteruan sengit
di panggung politik.
Review By Taufik Rizal CINETARIZ

3. CRUSH
Sutradara : Rizal Mantovani
Penulis Naskah : Teguh Sanjaya, Alim Sudio
Pemain : Deva Mahendra, Anisa, Angel, Christy,
Kezia, Ryn, Gigi, Steffy, Cherly, Felly, Sam Brodie
Tanggal rilis : 10 April 2014
SINOPSIS >> Demi mengembangkan citra ke
arah lebih baik, produser meminta Cherrybelle
untuk membentuk koreografi tari baru. Untuk
mewujudkannya, pihak manajemen mendatangkan
penari senior di Jakarta, Andre (Deva Mahendra),
sebagai pelatih. Kehadiran Andre membuat para
personil salah tingkah, terutama Kezia. Suatu
hari, Andre menemukan sebuah surat cinta dari
penggemar rahasia yang membuatnya marah dan
memutuskan untuk berhenti mengajar. Merasa
bersalah, Cherly sebagai ketua Cherrybelle
pun memutuskan untuk mencari Andre yang
belakangan diketahui berada di kota Glenmore
yang diperkirakan dekat dengan Melbourne.
Mendapat bonus jalan-jalan ke Australia, personil
Cherrybelle pun memanfaatkannya untuk memulai
petualangan menyusuri keberadaan Andre.

5. SEPATU DAHLAN ISKAN


Sutradara : Benni Setiawan
Penulis Naskah : Benni Setiawan
Pemain : Aji Santosa, Donny Damara, Kinaryosih,
Ray Sahetapy, Kirun, Teuku Rifnu Wikana,
Elyzia Mulachela
Tanggal rilis : 10 April 2014
SINOPSIS >> Didasarkan pada novel laris manis
rekaan Khrisna Pabichara, Sepatu Dahlanberceloteh seputar kehidupan masa kecil hingga
remaja dari Menteri BUMN, Dahlan Iskan, di
Magetan. Menjalani kehidupan yang susah,
Dahlan cilik (Aji Santosa) terbiasa berjalan kaki
sejauh 12 km ke sekolah tanpa mengenakan
sepatu.dan bekerja keras untuk membantu
orang tua mencari nafkah. Kala itu, Dahlan
mendambakan sepatu dan sepeda. Sebuah keinginan yang membawa Dahlan ke dalam petualangan hidup yang penuh warna.

4. JALANAN
Sutradara : Daniel Ziv
Penulis Naskah : Daniel Ziv, Ernest Hariyanto
Pemain : Bambang Mulyono, Boni Putera,
Titi Juwariyah
Tanggal rilis : 10 April 2014
SINOPSIS >> Jalanan berkisah tentang
Jakarta dan potret Indonesia melalui mata
tiga pengamen muda yang humoris dan
gigih menjalani hidup; Titi, Boni, dan Ho.
Film ini mengikuti ketiganya secara intim
dan mengangkat keseharian mereka yang
terpinggirkan dari hiruk-pikuk Ibukota,
tanpa rekayasa. Menggunakan lagu-lagu
orisinil berkarakter kuat karya trio musisi
tersebut sebagai kemudi cerita, film ini
menelusuri kesepian, duka, asmara, kisruh
perceraian, meriah perkawinan, hingga
dorongan seksual mereka di tengah riuh
rendah Jakarta yang dikendalikan oleh globalisasi dan korupsi.

6. KESURUPAN SETAN
Sutradara : Subakti IS
Penulis Naskah : Endik Koeswoyo
Pemain :Cicio Manassero, Ola Rossa, Kiki Fatmala, Donny
Tanggal rilis : 17 April 2014
SINOPSIS >> Olla (Ola Rossa) yang mengidap penyakit
tidur berjalan nyaris tewas tertabrak mobil. Khawatir
peristiwa akan terulang, Handoko (Donny Kesuma) dan
Nining, membeli sebuah rumah yang jauh dari jalan raya.
Sebelum pindah, Olla dan kawan-kawannya mendatangi
rumah tersebut tanpa sepengetahuan Handoko. Yang tidak
mereka ketahui, ini bukan rumah biasa. Ada roh jahat yang
menjadi penghuni dan siap untuk meneror mereka.

7. ME & YOU VS THE WORLD


Sutradara : Fajar Nugros
Penulis Naskah : Endik Koeswoyo
Pemain : Rio Dewanto, Dhea Seto, Gofar Hilman,
Bucek, Zoya Amirin, Manohara Odelia, Atiqah
Hasiholan
Tanggal rilis : 17 April 2014
SINOPSIS >> Jeremy (Rio Dewanto) yang
jenuh dengan pekerjaan dan rutinitasnya,
mencetuskan konsep Menaklukkan Dunia
yang tidak disangka-sangka memperoleh
tanggapan memuaskan sehingga sang
atasan memberi lampu hijau untuk
mengembangkannya. Jeremy mengkreasi
acara yang cowok banget dan membawanya ke
sekolah-sekolah dimana dia berjumpa dengan
Sera (Dhea Seto) yang juga tengah mengalami
kebosanan dengan dunia remaja SMU. Adanya
kecocokan diantara keduanya, membuat
Jeremy dan Sera menjadi dekat satu sama lain.

8. JOMBLO KEEP SMILE


Sutradara : Yoyok Sri Hardianto
Penulis Naskah : Andovi da Lopez, Jovial da Lopez
Pemain : Caisar, Kemal Palevi, Kimberly Ryder,
Joe P Project, Reza Aditya
Tanggal rilis : 17 April 2014
SINOPSIS >> Di tengah kesibukan
mempersiapkan pernikahan sang kakak,
Agus (Kemal Palevi) jatuh cinta kepada
temannya semasa SMA, Angeline (Kimberly
Ryder). Mengira Angeline adalah sosok yang
materialistis, Agus melakukan pendekatan
dengan mengendarai mobil baru yang
merupakan kado dari sang ayah untuk sang
kakak. Lantaran kelewat fokus terhadap
Angeline, Agus melupakan banyak hal termasuk
mobil sang kakak. Dia pun meminta bantuan
Boris (Caisar), bos Mafia se-Asia Tenggara,
untuk memecahkan masalahnya.

9. MALL KLENDER
Sutradara : Jose Poernomo
Penulis Naskah : Riheam Junianti
Pemain : Shandy Aulia, Tasya Kamila, Denny
Sumargo, Igor Saykoji
Tanggal rilis : 24 April 2014
SINOPSIS >> Sejak diramalkan indera keenamnya
akan terbuka di usia 23 tahun, Mila (Shandy Aulia)
menjadi sangat penasaran dengan dunia gaib.
Bersama ketiga sahabatnya, Panji (Denny Sumargo),
Karina (Tasya Kamila), dan Danang (Igor Saykoji),
Mila mencari bukti-bukti keberadaan aktivitas
supernatural di berbagai tempat sehingga impian
mereka untuk mempunyai acara investigasi dunia
gaib bisa tercapai. Sayangnya, mereka tidak pernah
berhasil mendapatkan satu bukti pun hingga
sebuah tantangan dari seorang pemilik mal datang
kepada mereka. Mereka dikurung selama 24 jam
di dalam sebuah mal yang digosipkan angker. Pada
waktu itu juga umur Mila menjadi 23 tahun.

10. MODAL DENGKUL


Sutradara : Ceppy Gober
Penulis Naskah : Dani Jaka
Pemain : Sonya Fatmala, Rully Fiss, Aline Adita, Dallas Pratama
Tanggal rilis : 24 April 2014

7. GUARDIAN
Sutradara : Helfi Kardit
Penulis Naskah : Helfi Kardit
Pemain : Dominique A
Diyose, Sarah Carter,
Tio Pakusadewo, Nino
Fernandez
Tanggal rilis : 30 April 2014
SINOPSIS >> Setelah sang
suami terbunuh, Sarah
(Dominique A Diyose) yang
mencoba untuk mengajarkan ilmu bela diri kepada
sang putri, Marsya (Belinda
Camesi), ternyata masih
diburu oleh Paquita (Sarah
Carter) dan kelompoknya.
Mengetahui hal ini, Sarah
lantas meminta bantuan
sahabat suaminya di kepolisian, Kapten Roy (Nino
Fernandez), yang rupanya
juga diincar oleh anak buah
Oscar (Tio Pakusadewo).

SINOPSIS >> Jodi (Rully Fiss),


karyawan pemalas yang tidak kunjung
mengalami kemajuan karir setelah tiga
tahun bekerja, akhirnya dipecat. Di
tengah keterpurukannya, Jodi bertemu
dengan teman semasa SMA, Kunyuk
(Dallas Pratama), yang menawarinya
pekerjaan sebagai pemijat pria.
Terdesak keadaan, Jodi menerimanya
dan dalam waktu singkat, Jodi menjadi
salah satu pemijat paling dicari.
Kehidupan Jodi pun berjalan mulus,
termasuk menjalin hubungan dengan
pelanggannya yang kaya, Anet (Aline
Adita). Semuanya mendadak berubah
saat Jodi jatuh hati dengan seorang
pelayan cantik di restoran mewah,
Dianka (Sonya Fatmala).

Dara berparas cantik yang lahir di New York, USA, tanggal 2 Juni 1995 ini memang daftar film
yang ia mainkan belum begitu banyak di tanah air, berkat kecantikan wajah yang dimiliki dirinya Chelsea sering kali jadi brad ambasador dari berbagai macam produk di Indonesia.
Movie Magz (MM): Sekarang
kamu lagi sibuk apa?
Chelsea Islan (CI): Saat ini aku
sedang sibuk dengan Promo Film
Street Society dan juga persiapan
untuk Kuliah.
MM: Bisa kamu jelaskan peran
kamu di dalam film street society
sebagai siapa? Selain kamu, ada
siapa lagi yang ikut serta bermain
di film Street Society? Dan filmnya
sendiri mengenai apa?
CI: Peran aku di Film Street
Society ini bisa dibilang cukup
tricky, Nama karakterku adalah
Karina dan disitu Karina adalah
DJ yang baru pindah ke Jakarta
dari Berlin. Karina sendiri ada
beberapa misi yang harus dia
selesaikan. Kepribadian dan jiwa
Karina pun juga agak licik dan

terganggu. Selain aku, di Film ini


juga banyak sekali Aktor dan Aktris
ternama yang hebat yaitu; Marcel
Chandrawinata, Ferry Salim, Kelly
Tandiono, Edward Gunawan,
Edward Akbar, Daniel Topan, Wulan
Guritno, Yogie Tan dan Moudy
Zanya.
MM: Sebelum bermain di film
Street Society kamu pertama kali
bermain di film apa dan dengan
siapa lawan mainnya waktu itu?
CI: Film sebelumnya dan yang
pertama aku adalah Refrain, yang
dibintangi oleh Afgansyah Reza dan
Maudy Ayunda.
MM: Siapa yang menyuruh kamu
pertama kali untuk terjun ke dunia
hiburan tanah air?
CI: Sebenarnya sejak kecil aku

sudah sering ikut pentas seni teater


dan dari situlah aku kemudian
berfikir untuk ikut serta dalam film
layar lebar. Aku memang suka sekali
dengan Akting.
MM: Katanya suka olahraga
ekstrim, bisa kamu jelaskan
kenapa kamu memilih olahraga
ekstrim tersebut?Dan olahraga
ekstrim apa yang kamu suka?
CI: Menurut aku kita boleh saja
mencoba hal baru. Aku sendiri
memang suka Diving, Swimming,
Cycling dan Gokarting. Olahraga
tersebut justru yang seru untuk aku
pribadi.
MM: Belajar aktingnya dari mana?
CI: Aku belajar Akting sejak main
Teater.

MM: Akting yang menurut kamu


berat saat menjalani adegan apa,
kenapa dan dimana?
CI: Akting yang cukup berat adalah
di adegan-adegan terakhir di Film
Street Society dimana Karina
looses her mind. Ini adalah
surprise untuk semua penonton.

MM: sebelum jadi artis, pernah


tidak mengalami kegagalan
ataupun ditolak saat melakukan
casting? Biasanya ditolak karena
apa?
CI: Sebelumnya aku tidak pernah
ditolak, namun aku sudah pernah
casting 2 film sebelumnya dan tidak
masuk nominasi.
MM: Apa reaksi pertama kali temen
kamu saat mereka tahu sahabatnya
bermain di film yang bertemakan
balapan?Soalnya kan banyak yang
bilang kalau film ini mengikuti gaya
di film Fast & Furious.
CI: Teman-teman aku turut senang
dan excited dengan hasil karya aku.
Kalau soal gaya, tentunya menurut
aku tidak bisa di samakan dengan
Fast and Furious karena dari segi
sinematografi dan cerita pun
berbeda.
MM: Cara kamu mendalami peran
yang kamu mainkan di film ini
seperti apa?apakah jalan bareng
dulu biar kenal karakter satu sama
lainnya sesama pemain, atau
gimana?
CI: Untuk mendalami karakter aku
sebagai Karina, aku harus banyak
baca buku psikologi dan mengasah
akting skill dan aku sendiri harus
build chemistry dengan para pemain
agar lebih lancar aktingnya saat
shooting.

MM: Syutingnya sendiri memakan


waktu berapa lama dan berapa
hari syutingnya?
CI: Shootingnya memakan waktu
sekitar 3 bulan.
MM: Sebelum melakukan syuting
atau lagi istirahat, waktu itu ada
keinginan tidak kamu merasakan
sensasi drift dari para pemilik
mobil ber cc besar itu?
CI: Aku mendapatkan kesempatan
untuk menyetir mobil tersebut
saat shooting, namun dari
keseluruhan Film Street Society
aku hanya mendapatkan 1 scene
dimana aku harus mencoba untuk
menyetir mobil Lamborghini
Gallardo.
MM: Genre filmnya sendiri lebih
ke drama percintaan atau banyak
adegan memicu adrenalin?
CI: Genre filmnya adalah Action,
namun film ini terdiri dari 50%
Action dan 50% Drama. Balanced.
MM: Menurut kamu film-film
Indonesia sudah bisa dibilang
maju belum dari segi cerita,
akting pemain dan sebagainya?
CI: Menurut aku sendiri, film-film
di Indonesia sudah maju dari segi
cerita dan akting pemain karena
industri perfilman di Indonesia is
developing.
MM: Aktor, aktris, dan film
favoritnya hingga sampai saat ini

siapa?
CI: Aktor favorit aku adalah Johnny
Depp, Aktris favorit aku adalah
Natalie Portman. Film favorit aku
adalah Upside Down atau The
Royal Tenenbaums dan Moonrise
Kingdom (directed by Wes
Anderson).
MM: Menuurut kamu perlu tidak
adanya kurikulum belajar seni,
seperti belajar menjadi sutradara,
penulis skenario dll di dalam
pendidikan kita?
CI: Menurut aku itu sangat penting
jika kurikulum tersebut dimasukan
ke dalam pendidikan di Indonesia
karena di luar negeri anak-anak
itu berhak memilih subject apa
saja yang mereka ingin pelajari.
Maka dari itu kurikulum belajar
tentang seni sangatlah penting dan
tentunya lebih interaktif.
MM: Proyek film selanjutnya
apa?
CI: Projek film selanjutnya adalah
Film Di Balik Pintu Istana yang
menceritakan tentang Kejadian
Mei 98 dan Tragedi Trisakti.
Sebuah Film Sejarah. Wajib
ditonton :) [Tyo].

103 mts
Release Date 29 October 2010 Genre Fantasy, Horror
Runtime
Director Andr vredal
Stars
Otto Jespersen, Robert Stoltenberg
Rating
Rated PG-13 for some sequences of creature terror

idak peduli seberapa


palsunya genre
ini, tampaknya
mockumentary
benar-benar sudah
menjadi tren mewabah akhirakhir bagi para sienas dunia untuk
dapat menghadirkan efek horror
lebih nyata. Setelah terakhir
ada Singapura dengan Haunted
Changinya, kali ini Norwegia
pun sepertinya juga tidak mau
ketinggalan menghadirkan sajian
fake documenter versi mereka
dalam The Troll Hunter yang diluar
dugaan saya sebelumnya ternyata
mampu tampil mengagumkan.
Dari judulnya saja sebenarnya kita
sudah dapat mengetahui bahwa
horror-thriller garapan Andr
vredal akan menawarkan sesuatu
yang berbeda dari mockumentary

lainnya yang kebanyakan selalu


terjebak dalam kisah-kisah hantu,
klenik ataupun alien. Nah, dalam
The Troll Hunter, Andr vredal
akan mengajak penontonnya,
khususnya bagi mereka para
pengila mockumeter bersama
ketiga mahasiswa yang juga para
filmaker muda serta seorang
pemburu profesional bernama
Hans untuk menjadi saksi sebuah
perburuan terhebat abad ini.

Seperti menyaksikan
acara perburuan hewan buas
dalam Discovery Channel ataupun
National Geographic, namun
bukan singa ataupun beruang yang
dijadikan target buruan mereka
disini, melainkan Troll, ya, anda
tidak salah baca, memang Troll,
mahluk raksasa buas berwajah
jelek dengan bau tubuh luar biasa

yang berasal dari mitologi bangsa


skandinavia dimana biasanya
hanya dapati dalam dongeng
anak-anak maupun kisah-kisah
fantasi seperti seri Harry Potter
atau trilogi Lord of The Rings
kini akan hadir dalam balutan
dokumenter yang digarap dengan
sangat realistis, meyenangkan dan
menegangkan ini.

Dari awal tampaknya
Andr vredal sudah menyiapkan
The Troll Hunter dengan sangat
baik. Dibuka dengan narasi yang
sepertinya ingin meyakinkan
penontonnya bahwa dokumenter
yang berasal dari potonganpotongan footage hard drives
sepanjang 283 menit ini memang
bukan rekayasa dan sudah
dibuktikan keasliannya oleh
tim investigasi yang berwenang

meskipun kita tahu bahwa pernyataan tersebut


seperti kebanyakan mocku lainnya hanyalah akalakalan pembuatnya untuk menarik perhatian.
Lucunya lagi closing credit terdapat sebuah
pernyataan menggelikan, no Trolls were harmed
during the making of the movie yang seakan-akan
malah membenarkan kepalsuan film ini.
Menyaksikan The Troll Hunter seperti menyaksikan gabungan antara keseraman mistis dalam The
Blair Witch Project dan ketegangan ala Cloverfield,
namun menariknya disini Andr vredal juga menyelipkan serta tips-tips bagaimana memburu Troll yang
baik dan benar, fakta-fakta menarik dibalik mahluk
berbulu itu, semuanya tersaji dalam balutan humorhumor suble ala budaya Norse yang satir. Jika dibanding kan kedua film diatas, The Troll Hunter terasa lebih
rajin dalam memberikan penampakanpenampakan dan kejutan-kejutan
di sepanjang 90 menit, sehingga
jauh dari kesan membosankan,
terutama bagi mereka yang
kurang menyukai genre
ini, apalagi semuanya
terbungkus oleh
rangkaian adegan aksi
yang mencekam plus
dukungan CGI rapi
dan meyakinkan,
membuat para Troll

yang terdiri dari berbagai jenis dan ukuran ini terlihat


sangat nyata. Selain itu Andr vredal sepertinya tahu
benar bagaimana mengkesploitasi keindahan lanskap
Norwegia yang dingin dengan sangat baik.

Senang rasanya ketika mengetahui bahwa The
Troll Hunter ternyata mampu berbicara lebih banyak
dari yang saya kira sebelumnya. Yup, untuk ukuran
sebuah horror mockumentary yang kurang terdengar
gaungnya, jelas karya Andr vredal satu ini layak di
beri acungan dua jempol, bukan hanya karena sukses
menghadirkan premis yang orisinil dan menyegarkan,
namun juga bagaimana vredal mengemasnya dengan
apik, serealistis mungkin dan sangat menghibur.

Hans:
My job
is to
kill al
l the t
r
olls
who br
eak ou
their t
t of
errito
ries

Release Date 21 December 12 Genre Thriller, Mystery Runtime


108 min
Director Oriol Paulo
Stars
Jos Coronado, Hugo Silva, Beln Rueda
Rating
Rated PG-13 for alcohol, sex and nudity and some frightening scenes

Y
D
O
B
THE

Aka.
EL CUERPO

Menonton sebuah film bergenre


thriller dengan kandungan misteri
dan suspense bertegangan tinggi di
dalamnya bisa kalian rasakan lewat
sebuah film baru berjudul The Body
a.k.a El Cuerpo, debut dari sutradara
Spanyol, Oriol Paulo. Dimana
kesemuanya itu dikemas menjadi
sebuah kesenangan tersendiri yang
dimulai dari pangkal hingga ujungnya
dengan sebuah bonus besar: a jaw
droping surprise di ending-nya.
Moviemagz Mei 2014 90

ibuka oleh peristiwa


tertabraknya seorang
satpam kamar
mayat hingga koma
setelah sebelumnya
ia lari terbirit-birit seperti dikejar
hantu dari tempat kerjanya. Tetapi
kecelakaan itu hanya permulaan
dari sebuah rollercoaster misteri
yang berliku. Selanjutnya kita akan
menemukan Detektif Jaime Pena
(Jose Coronado) dan pasukannya
datang menyelidiki, bukan untuk
mencari siapa pelaku penabrakan
namun kenapa sampai satpam
tua itu kabur tungang langgang.
Semuanya terjadi karena adanya
kejadian aneh yang melibatkan
hilangnya mayat seorang wanita
kaya bernama Mayka Villaverde
(Belen Rueda) yang baru saja
meninggal akibat serangan jantung.
Teori-teori pun mulai bermunculan,
ada yang mengatakan bahwa
mungkin saja dicuri untuk dijual
organnya, atau dibunuh sang
suami lex Ulloa (Hugo Silva) dan
mayatnya diambil agar jejak-jejak
pembunuhannya tidak terdeteksi,
atau teori yang paling gila,
Mayatnya hidup lagi.

The Body menghadirkan
misteri-misteri yang dijamin akan
mengelitik rasa penaranmu.
Sejak awal sang sutradara
sudah mengeber alur ceritanya
dengan cepat tanpa pernah
mengendurkan intensitasnya

sedikitpun. Aroma pekat horor


klaustrofobik menyesakan dengan
setting kamar mayat bercampur
dengan elemen suspense misteri
gelap ala Hitchock dan juga neo-noir
sempat meleburkan batas antara
realita dan supranatural. Akan ada
banyak pertanyaan yang keluar dari
kepalamu. Siapa yang mencuri mayat
Mayka? Apakah benar Mayka hidup
kembali guna menuntut balas ke
suaminya yang telah membunuhnya?

Tentu saja akan ada jawaban
di ujung sana yang sudah menantimu,
tetapi sebelum kamu benar-benar
sampai di sana, Paulo seperti terlebih
dahulu ingin mempermainkanmu
dengan caranya yang pintar (baca:
licik), sama seperti ia sudah
mempermainkan karakter-karakter
di dalamanya sama seperti apa yang
pernah dibuatnya ketika menuliskan
naskah buat thriller Spanyol lain
yang juga dibintangi Belen Rueda
(The Orphanage). Terserah apakah
dalam perjalananya nanti kamu
akan suka atau tidak dengan cara
Paulo menghamburkan kepingan
puzzle-nya bersama rentetan
rewind penting yang didominasi
oleh hubungan Mayka dan Ulloa
dan juga selingkuhan Ulloa, Carla
(Aura Garrido) yang pasti kamu
akan dengan sabar menunggu dan
menanti bagaimana semua kepingan
itu tersusun dalam sebuah rahasia
besar sudah dipersiapkan Paulo
untuk membuatmu menganga di

10 menit terkahir. Ya, itu adalah


sebuah giant twist yang datangnya
tak disangka-sangka, twist yang
akan memutar balik narasi The Body
180 derajat dan mengirimnya ke
teritori yang sama sekali berbeda.
Untuk mengatakan lebih banyak
tentang endingnya ini jelas tidak
akan menguntungkanmu sebagai
penontonnya. Cukup saya katakan
bahwa Paulo sangat percaya diri
dalam mengeksekusi set piecesnya, termasuk menyembunyikan
satu pecahan puzzle penting yang
tidak akan pernah kamu temukan
sebelum ceritanya benar-benar
berakhir. Mungkin konklusinya
terasa terlalu sempurna, nyaris
tanpa cela, terlalu too good to
be true, tetapi apapun itu, harus
diakui Paulo berhasil dengan total
mengerjaimu.

Pertunjukan utamanya
memang misteri dan twistnya, tetapi
bukan berarti tidak ada karakter
menarik di dalamnya. Setiap
tokohnya punya motif terselubung,
setiap karakternya punya masa
lalu yang ingin dihilangkan. Sayang
Belen Rueda tidak maksimal karena
tuntutan perannya yang harus
membuatnya terkesan misterius.
Namun perseteruan Jose Coronado
dan Hugo Silva di sepanjang film
itu bisa menjadi highlight tersendiri
terutama bagaimana satu dengan
yang lainnya berusaha adu pintar
dengan motif berbeda.

Release Date
31 July 2008
Genre Thriller, Drama
Runtime
105 min
Director Nash Edgerton
Stars
David Roberts, Claire van der Boom
Rating
Rated R for violence and language and some sex scene

ita sama-sama
mengenal seorang
Joel Edgerton sebagai
aktor Australia yang
namanya tengah naik
beberapa tahun terakhir ini sejak
menjadi saudara Tom Hardy di The
Warrior, remake The Thing sampai
salah satu tentara pemburu Osama
Bin Laden di Zero Dark Thirty,
tp jujur saya tidak pernah tahu
jika ia ternyata juga jago sebagai
screenwriter, dan The Square yang
penyutradaraannya diserahakan
kepada sang abang, Nash Edgerton
2008 lalu adalah buktinya.

Ide ceritanya sendiri datang

dari kepala Joel dan membutuhkan


tujuh tahun untuk dapat benarbenar merampungkan narasi
thriller kriminal domestik tentang
pasangan selingkuh; Raymond
Yale (David Roberts) and Carla
Smith (Claire van der Boom) yang
sudah menyusun rencana matang
untuk kabur bersama dari kota
kecil mereka dan memulai hidup
baru dengan mencuri satu tas
berisi uang milik suami Carla.
Tetapi seperti kata orang bijak,
manusia boleh berencana,
tetapi pada akhirnya Tuhan
yang memutuskan. Ya, tuhan di
sini jelas adalah Edgerton sang

empunya cerita dan Edgerton


tampaknya tidak suka dengan
aksi perselingkuhan. Jadi Alih-alih
membuat rencana Ray dan Carla
berjalan mulus, Edgerton memberi
mereka satu kesalahan kecil yang
di luar perkiraan ternyata menjadi
awal dari rangkaian peristiwa demi
peristiwa mengerikan.

Saya suka ceritanya, tidak
percuma memang Edgerton
mengodognya sampai tujuh
tahun karena hasilnya sangat
solid dan efektif. Ibarat bola salju
yang menggelinding dan berakhir
dengan sebuah kekacauan, itulah
yang terjadi pada perjalanan
Moviemagz Mei 2014 92

plot The Square. Sedikit pelan di


awal dengan segala perkenalan
dan sedikit latar belakang namun
selanjutnya ia sangat percaya
diri mulai bergulir hebat, menjadi
rumit dan merampas semua
perhatianmu bersama retetan
kejadian dan ketidakberuntungan
yang dialami oleh dua cast
utamanya, bagaimana satu adegan
dengan adegan lainnya saling
membelit erat menghasilkan
bencana bernama surata takdir
yang kejam. Dan ketika dua
bersaudara Edgerton seperti
memberi sedikit mulus, BAMMM!!
endingnya akan menghantamu

keras. Bukan berarti kamu tidak


melihatnya (ending) datang, tetapi
hanya sepersekian detik dari ketika
kamu menyadari apa yang akan
terjadi dan tiba-tiba, ya, seperti
yang saya katakan, BAMMM!

Tidak ada seorangpun
yang menyukai adultery,
perselingkuhan, perzinahan atau
apapun lah namanya. Dan seperti
kebanyakan film-film bertama
sama, The Square pun tidak
memberi ruang kebahagiaan buat
pasangan terlarang yang dihantam
banyak cobaan itu. Namun entah
kenapa saya bersimpati dengan
dua tokoh utamanya dan bisa

merasakan ketegangan dan


ketakutan yang merka rasakan,
seperti ingin melihat mereka bisa
lari bersama dan membangun
kebahagiaan meskipun yah,
berakhir tidak sesuai rencana.
Mungkin karena Edgerton sudah
membuat karakter-karakter
di dalamnya tidak berlebihan
dan membumi. Mereka begitu
manusiawi, memancarkan sifat
ketakutan dan rasa curgia berlebih
serta bagaimana bagaimana sebisa
mungkin menutupi kebohongan
dan rahasia mereka.

There is some thing within us all.

howtime telah mengumpulkan


sebuah kelompok luar biasa yang
terdiri dari aktor, sutradara, dan
penulis untuk menghidupkan serial
baru pencampuran semua jenis ikon
makhluk horor melegenda di Penny
Dreadful. Judul serial ini mungkin
terdengar aneh bagi sebagian orang,
namun namanya sendiri mengacu
pada sebuah publikasi Inggris tua yang
menampilkan cerita serial horor menyolok
yang hanya memakan biaya, biasakah
anda menebaknya? Ya! hanya satu
penny (sen). Meskipun serial ini mungkin
awalnya mewakili sebuah bentuk hiburan
murah, tetapi Penny Dreadful buatan AMC
ini tidak.
Bagi anda yang mencari serial gelap,
twisted dan mengerikan, anda bisa
mendapatkannya dalam episode pilot
serial ini, yang menampilkan beberapa
pemandangan paling mencekam dan

rentetan jalan cerita yang mungkin


belum pernah anda saksikan dilayar
televisi sebelumnya. Serial yang berbasis
di London ini dibuka pada akhir 1800an dengan seorang ibu muda yang
bangun untuk pergi ke kamar mandi di
tengah malam dan satu-satunya cahaya
yang ada hanyalah lampu minyak di
tangan, dan saat sang ibu muda sedang
membuang air kecil, sesuatu muncul dari
dinding dan menculiknya. Kita kemudian
mengetahui bahwa telah terjadi serangan
serupa di beberapa tempat dan biasanya
berakhir dengan lautan darah merah dan
uraian usus. Di sinilah letak keindahan
dari sebuah serial yang tayang di sebuah
jaringan televisi berbayar, anda bisa
menyaksikan adegan kekerasan atau
adegan tidak senonoh yang memang
dibutuhkan untuk mendukung isi cerita
tanpa sensor sana-sini, dan seperti yang
Josh Harnett sebutkan. You can have the
characters say f**k.
Moviemagz Mei 2014 96

Sebagian besar jalan cerita Penny


Dreadful berfokus pada tiga peneliti
yang mencoba untuk mencegah
kekerasan dan perbuatan tidak
senonoh. Pertama adalah Vanessa (Eva
Green), yang kita tidak akan mengetahui
banyak tentangnya selain ia mempunyai
kemampuan meramal, ia juga tahu
bagaimana menakuti seorang vampir
dengan hanya menatapnya, dan sering
berdoa untuk tetap menjaganya
jauh dari mara bahaya. Josh Harnett
berperan sebagai Ethan Chandler,
seorang Amerika yang penyendiri
dan seorang penembak jitu yang
berusaha untuk menjaga kenangan masa
lalunya tetap terkubur. Setelah terkesan
dengan ketangguhan dan kemampuan
menembaknya, Vanessa mengundang
Ethan untuk bergabung dengannya
dan Sir Malcom (Timothy Dalton) dalam
penyelidikan mereka.
Meskipun mereka tidak secara terangterangan memberitahu Ethan apa yang
diperlukan. Itu adalah sebuah tindakan
cerdas, karena Ethan mungkin tidak akan
mempercayai mereka, tapi itu juga menjadi

semacam langkah yang buruk


karena mereka cepat kehabisan opium
saat bertempur melawan ribuan vampir,
mengarungi kolam dengan darah 3 inci
dengan tumpukan ribuan mayat yang
sudah hancur. Adegan pertempuran
melawan para penghisap darah sangat baik
dikoreografikan, membuat kita berharap
akan banyak lagi melihat petualangan dan
aksi melawan makhluk-makhluk pembunuh
di episode kedepannya.

Dari sana kita akan menemukan bahwa


putri dari Sir Malcom adalah wanita yang
diculik di awal episode. Ia percaya bahwa
vampir telah menculiknya, dan ia rela
melakukan apapun untuk mendapatkan
putrinya kembali, seperti menjadikan
seorang koroner paling elit sekaligus
terkutuk di London (Harry Treadway)
sebagai penasihat ahli tentang mayatmayat vampir, berharap akan menemukan
beberapa petunjuk mengenai keberadaan
pemimpin mereka. Penampilan Treadway
disni sangat intens dan berkarakter, setiap
saat ia muncul di layar televisi, anda tidak
akan bisa mengalihkan penglihatan anda
pada dirinya.
Tampaknya ada sesuatu yang
membahayakan tentang koroner
cemerlang ini, dan jika indra anda peka
padanya, seperti yang
akan kita ketahui
di akhir episode, ia
tidak lain dan tidak
bukan adalah Victor
Frankenstein, dan dia
baru saja berhasil
mendapatkan ilmu
menghidupkan

kembali mayat dengan menggabungkan


organ-organ tubuh mereka. Sejak kita
melihat Frankenstein dan monsternya
di episode satu, anda yang mempunyai
uang receh lebih harus bertaruh pada
serial ini akan menampilkan si makhluk
menakutkan, Dracula, sebagai pemimpin
para vampir yang menghuni jalan-jalan
kota London.
Bagi anda yang sangat menyukai serial
Dracula yang baru tayang di NBC pada
musim gugur kemarin, Penny Dreadful bisa
menjadi serial alternatif sambil menunggu
musim kedua serial Dracula tersebut.
Tapi saya yakin kualitas cerita dan
penggambaran akan sedikit jauh

berbeda dari serial NBC tersebut,


mengingat Penny Dreadful tayang di
jaringan televisi premium, tentu saja
tidak akan ada adegan yang disensor
seperti yang terdapat pada serial
Dracula yang terkesan tanggung itu.
Selain akan dimanjakan dengan cerita
yang mencekam, adegan sadis tidak
manusiawi dan tentunya bumbu seks
ala Showtime, jangan lupa juga deretan
para pemeran dalam serial ini. Sebut
saja Josh Harnett yang sudah cukup
lama kabarnya tidak terdengar tibatiba muncul dalam sebuh serial televisi ini.
Bukan fenomena baru memang seorang
aktor atau aktris yang terjun
ke layar kaca, karena
memang banyak aktor dan
aktris perfilman Hollywood
yang mulai melirik seksinya
layar kaca sejak dua atau
tida tahun belakangan.
Terlebih dalam kurun
beberapa tahun ini layar kaca
dipenuhi dengan serial-serial
berkualitas dengan deretan
akting yang memukau para
penonton setianya. Selain Harnett, adapula

si seksi berwajah antagonis, Eva Green,


yang jam terbangnya di layar kaca sudah
tidak perlu dipertanyakan lagi, lalu ada
aktor kawakan mantan James
Bond, Timothy Dalton. Dai jajaran
pemain muda ada Billie Piper yang
pernah menjadi companion Doctor
Who, si tampan Harry Treadaway
sebagai Victor Frankenstein dan
si karismatik muda Reeve Carney
sebagai Dorian Gray. Well, kita
tunggu saja penampilan mereka
dalam serial yang sudah ditunggutunggu banyak orang di Amerika
sana pada 11 Mei mendatang di saluran
televisi Showtime.

K yd

Meet

The Dreadfuls

Timothy Dalton

Sir Malcom

Anggun, misterius dan pribadi yang


benar-benar tenang, Vanessa adalah
keindahan menggoda dan tangguh penuh
rahasia dan bahaya. Dia sangat jeli,
bahkan berpandangan jauh kedepan serta
seorang cenayang berpengalaman. bakat
supernaturalnya sangat kuat dan berguna
bagi orang-orang di sekitarnya, terutama
Sir Malcom, tetapi mereka semua itu juga
beban yang berat. Iblis -iblis dalam dirinya
sangat nyata bagi Vanessa dan orang
di sekitarnya, and mereka mengancam
untuk menghancurkan hubungannya,
kejiwaannya dan tentu kehidupannya.

Josh Harnett

Ethan Chandler

Seorang penjelajah Afrika tangguh dalam


sebuah misi pribadi yang mendalam,
Sir Malcom telah membayar harga yang
berat untuk karirnya yang menarik.
Meskipun rumahnya yang megah penuh
dengan cendra mata yang luar biasa dari
perjalanannya, itu semua didapatkan
tanpa keluarga dan orang-orang yang ia
cintai di sisinya. Dengan bantuan Vanessa,
ia bertekad untuk merubah segala
keburukan di masa lalu dengan perjalanan
terberatnya ada di depan.

Vanessa Ives
Eva Green

Seorang pria asal Amerika yang menawan


dan menemukan dirinya terjebak di sudutsudut tegelap London pada era Victoria.
pesona Ethan dan perilakunya adalah
penakluk para wanita. Ketika Sir Malcom
menemukannya untuk membantu dalam
misi pribadi, Ethan bertemu Brona Croft,
seorang wanita lokal cantik dengan masa
lalu yang misterius. Namun dibalik mata
cerah Ethan, mengintai rahasia yang
gelap. Dia lari dari sesuatu, dan masa lalu
yang mengganggunya mengancam untuk
menyalip dirinya di setiap kesempatan.

Moviemagz Mei 2014 100

Dorian Gray
Reeve Carney

Dorian adalah pemuda kaya raya yang


ketampanannya hampir mengerikan.
Kulitnya memancarkan cahaya keemasan
yang memabukkan para pemuda dan
menawarkan janji-janji. Seseorang yang
mementingkan kesenangan nan ceroboh,
ia memiliki sifat jahat yang berbatasan
dengan bahaya. Seperti tidak ada yang
menggangu hidupnya dan tidak ada resiko
yang terlalu besar pula. Bahkan, wajar
kalau ia tertarik pada itu semua.

Ia lebih terlihat seperti penyair romantis


dari pada seorang ahli bedah, Dr.
Frankenstein adalah seorang yang halus,
berjiwa lembut yang terpesona oleh
misteri kehidupan dan kematian. Ia telah
mendedikasikan hidupnya untuk meneliti
apa yang membuat seusatu hidup, dan
telah mengorbankan segalanya untuk
mengejar penelitian ilmiahnya. Tapi dia
bermain dengan api, dan penelitiannya
terbayar dengan cara yang mengejutkan
dengan konsekuensi yang menghancurkan.

Danny Sapani

Sembene

Brona adalah seorang imigran Irlandia


miskin yang mencoba untuk melarikan
diri dari masa lalu yang kelam dan
kotor. Namanya dalam bahasa Gaelic
berarti kesedihan, namun ia tetap
indah, bersemangat dan sangat hidup.
Brona membentuk ikatan dengan Ethan
Chandler, yang akan melakukan apapun
untuknya.

Dr.Victor Frankenstein
Harry Treadaway

Billie Piper

Brona Croft

Sembrene adalah orang Afrika yang


memiliki jaringan parut ritual di wajahnya
yang mengabdi sebagai penjaga dan
kepercayaan Sir Malcom. Dia memiliki
udara misteri tentang dirinya dan upaya
heroik akan terbukti sangat berharga bagi
Sir malcom dalam misi pribadinya.

nside Llewyn Davis, salah satu


karya terbaik Coen bersaudara
yang tahun lalu mendapat begitu
banyak pujian, namun ternyata
tidak begitu dipedulikan pada
musim penghargaan tahun ini. Walaupun
demikian Coen bersaudara masih punya
satu proyek lagi, kali ini berupa serial
yang akan rilis di FX ( salah satu stasiun
TV di Amerika ) berjudul FARGO, cukup
familiar dengan nama itu? Memang
betul, ini adalah judul yang sama dengan
film mereka yang mereka buat 18
tahun lalu, yang mana kala itu film ini
memenangkan Academy Award.
Beberapa waktu yang lalu pihak FX
telah merilis teaser pertama dari serial
ini, yang mana memberi kita sedikit
gambaran mengenai serial tersebut. Joel
and Ethan Coen sendiri bertanggung
jawab penuh dalam serial ini sebagai
produser eksekutif, didampingi oleh
Warren Littlefield dan Noah Hawley yang
juga sama-sama bertanggung jawab
sebagai penulis cerita. Terdiri dari 10
episode, sama dengan serial FX yang
lain. Dengan komitmen yang pendek ini
para pembuat serial ini berkesempatan

untuk menarik para talent top, sementara


masih membuka pintu bagi kemungkinan
menjadikan ini sebuah antologi yang
akan berkembang dengan satu set
karakter-karakter baru.
Kita beralih ke karakter-karakter yang
akan berperan disini, Billy Bob Thornton
akan memerankan Lorne Malvo, seorang
pria manipulative, berasal-usul tidak jelas
yang bertemu dengan seorang penjual
asuransi dari kota kecil dan membawanya
ke jalan kehancuran. Martin Freeman
memerankan Lester Nygaard, karakter
yang terinspirasi dari Jerry Lundegaard,
karakter yang diperankan oleh William
H. Macy di film originalnya. Lester yang
ditindas oleh istrinya, namun hidupnya
berubah saat Malvo datang ke kotanya.
Turut membintangi adalah pendatang
baru Allison Toleman sebagai Deputy
Molly Solverson, yang tampaknya
mengisi peran yang berdasarkan Marge
Gunderson-nya Frances McDormand.
Adam Bernstein (Breaking Bad) yang
akan menyutradarai episode pertama
serial Fargo ini.
Moviemagz Mei 2014 102

Teasernya sendiri cukup simple,


menunjukkan Thornton yang sedang
membersihkan es dan salju dari mobilnya,
memang sebuah pemandangan yang
familiar untuk kita di musim dingin,
sementara lagu It Only Hurts For a Little
While dari The Ames Brothers diputar
di radio. Saat bagian dari lagunya yang
berbunyi it only hurts for a little while,
thats what they tell me, just wait and see,
membuat kita bertanya-tanya, bila lirik
tersebut mengacu kepada antisipasi kita
yang intense dan panjang terhadap serial
ini (atau mungkin kematian karena mesin
pemotong kayu). Satu hal yang jelas,
klip ini memiliki ambiance yang dingin ,
teramat sangat dingin, dari film pertama.
Dan walaupun cuma muncul sebentar,
Thornton berhasil memperlihatkan ekspresi
sinis pada wajahnya.
Mungkin bagian tersulit pada serial ini
adalah pada percakapan antar karakter,

disini para pelatih dialek disewa oleh


produser agar semua pemeran berbicara
dengan logat North Dakota yang otentik.
Bukan cuma soal pengucapan saja,
namun juga soal berapa banyak yang
harus dan tidak harus dikatakan. Fargo

versi serial TV yang akan tayang pada 15


april nanti akan mengikuti jiwa dari versi
film layar lebarnya, sangat gelap, penuh
drama yang tidak biasa, menggabungkan
komedi dengan graphic violence. Bersettingkan dalam dunia yang sama
dinginnya dengan film terdahulu, tetapi
dengan karakter-karakter yang berbeda.
Secara keseluruhan, drama Frago ini
bercerita tentang sebuah drama karakter,
bukan tentang siapa yang melakukan
dan apa yang dilakukan, melainkan
tentang manusia itu sendiri dan lingkaran
hubungan yang mereka jalin,.

E ichi01

The Untold Story


of Americas First Spy Ring.

erdasarkan buku karya Alexander


Rose, Washington Spies, dan
diangkat ke layar kaca oleh
Craig Silverstein, Turn menceritakan
kisah yang tidak pernah diceritakan
sebelumnya tentang jaringan mata-mata
pertama di Amerika. Thriller sejarah selama
Perang Revolusi, serial Turn berpusat pada
seorang Abe Woodhull (Jamie Bell), seorang
petani yang tinggal di pemukiman koloni
Inggris di Long Island yang bersamasama dengan teman-teman masa kecilnya
untuk membentuk jaringan the Culper Ring,
sekelompok agen rahasia yang tidak hanya
berangkat untuk membantu George Washington
mengubah arus perang revolusi Amerika, tetapi
juga melahirkan jaringan spionase modern.
Turn berseting di Long Island, Amerika Serikat
pada tahun 1778 dan mendramatisir sebuah
cerita nyata dari the Culper Ring (jaringan
Culper), sebuah jaringan dari beberapa orang
mata-mata yang kerjanya adalah untuk
membantu Jendral George Washington
memerangi Inggris. Salah satu anggota
utamanya adalah Abe Woodhull, seorang
petani Kubis muda dan seorang ayah yang
tidak ingin terjebak dalam kekacauan
sosial dan politik dalam koloni-koloni.
beberapa penduduk desa seperti
ayahnya, Hakin Richard Woodhull (Kevin
McNally), yang menurutnya berpurapura sejalan dengan orang-orang Inggris
lebih masuk akal, sementara yang lain
memihak kepada patra pemberontak,
tentunya. Simpati Abe secara umum
sesungguhnya adalah dengan para
pemberontak,

tetapi untuk sebagian


besar lainnya, dia hanya
ingin menanam kubis dan
mengabdi pada istri dan
anaknya yang masih bayi.
Dengan tidak begitu
bersemangat, Abe tertarik
menjadi mata-mata untuk
the Culper Ring, dan
segera rasa patriotisme
yang sebelumnya tidak aktif
menjadi terangsang. Mematamatai adalah sebuah pekerjaan
berbahaya, bahkan pada
tahun 1778, karena anda tidak
akan pernah bisa memastikan
siapa saja yang benar-benar
ada di sisi siapa. Ben Talmadge
(Seth Numrich), seorang perwira di
kesatuan kontinental, peracaya bahwa
informasi adalah kunci dari kemenangan
atas Inggris dan menentang perwira
seniornya ntuk merekrut Abe. Teman Abe,
Caleb Brewster (Daniel Henshall) salah satu
pemimpin the Culper Ring. Mereka sudah
saling mengenalnselama bertahun-tahun,
tetapi itu tidak berarti Caleb mempercayai
Abe sepenuhnya, atau sebaliknya.
Masalah yang paling menjengkelkan dari
serial ini adalah cinta segita yang terasa
dibuat-buat dan merusak kredibilitas
urutan sejarah aslinya. beberapa
tahun sebelumnya, Abe pernah
secara diam-diam bertunangan
dengan Anna Strong (Heather Lind),
tetapi akhirnya politik datang
diantara mereka dan menjadi
penghalang, ang mana ayah
Abe adalah pendukung setia
Tory, sedangkan ayah dari Anna
pendukung setia Whig dan
hubungan merekapun harus
berakhir. Abe dan Anna akhirnya
sama-sama menikah dengan
orang lain, tapi jelas masih ada
percikan diantara mereka. Dan
yang lebih menyulitkan lagi,

Caleb, membawa obor untuk Anna dari


waktu mereka masih menjadi teman masa
kanak-kanak.
Sesungguhnya, Turn merupakan serial
spionase standar namun tidak berarti ini
adalah sebuah serial jelek, hanya mungkin
kualitasnya tidak setingkat dengan standar
serial AMC lainnya seperti Breaking Bad,
Mad Men dan The Walking Dead. Tidak
ada jaringan televisi yang bisa diharapkan
menawarkan standar kualitas seperti
beberapa serial AMC yang saya sebutkan
diatas, namun Turn mempunyai beberapa
aset berharga, yang paling utama tentunya
adalah adanya Jamie Bell sebagai pemeran
utama yang berperan sebagai Abe
Woodhull. Faktanya adalah dia berhasil
menjadikan serial ini dan karakternya
sebagai Abraham Woodhull tetep menarik
meskipun secara keseluruhan plot serial
ini tidak sebanding dengan keahliannya
sebagai seorang aktor yang pernah
memenangi dan masuk kedalam beberapa
nominasi penghargaan bergengsi lewat
filmnya, Billy Elliot pada tahun 2000 silam,

dan akan berperan kedalam dua buah


film besar ditahun mendatang lewat The
Adventures of Tintin 2 dan The Fantastic
Four sebagai The Thing pada tahun 2015.
Well, kita tunggu saja akting menawannya
pada 6 April mendatang.

K yd

FACTS!
The Culper Ring adalah sebuah jaringan
mata-mata yang dibentuk oleh Mayor
Benjamin Tallmadge, dibawah perintah
Jendral George Washington pada
musim panas tahun 1778 di masa
pendudukan Inggris atas kota New York
pada puncak Perang Revolusi Amerika.
Nama the Culper Ring berasal dari
nama samaran dua orang anggota
utamanya, Abraham Woodhull dan
Robert Townsend, yang masing-masing
dikenal sebagai Samuel Culper, SR
dan Samuel Culper, JR.

erial ini berfokus pada sekelompok


geek yang memproklamirkan diri
tanpa kelamin di Silicon Valley,
California. Di masa demam teknologi
moderen ini , orang yang sukses adalah
yang paling tidak mampu menangani
kesuksesan tersebut. Para jenius
di pemrograman komputer yang
kecewa mengetahui bahwa orang
lain tidak merespon seperti komputer.
Richard adalah seorang programmer
komputer yang tinggal di Hacker Hostel
dengan sahabatnya Dinesh, Big Head,
Gilfoyle. Mereka tinggal secara gratis
di bawah naungan Erlich si jutawan
internet, asalkan dia mendapat 10%
saham dalam proyek-proyek mereka.
Setelah penawaran proyek yang gagal
dengan miliuner Peter Gregory, Richard
tampaknya ditakdirkan untuk tetap
bekerja di perusahaan teknologi Hooli
, didirikan oleh megalomaniacal Gavin
Belson . Ketika Monica
, kepala operasional

Gregory dan Jared , seorang eksekutif


Hooli , menyadari nilai algoritma
kompresi situs, perang penawaran
meletus antara Belson dan Gregory
, dengan Richard terjebak dalam
pertikaian. Apakah para geek tersebut
akan menjadi the Next Big Thing?
Di sutradarai oleh Mike Judge, Alec Berg
sebagai eksekutif produser dan Thomas
Middleditch sebagai Richard. Josh Brener
(Big head ), Amanda Crew (Monica),
Kumail Nanjiani (Dinesh), Martin Starr
(Gilfoyle ), Zach Woods (Jared Dunn)
dan T. J. Miller (Erlich) turut meramaikan
serial ini. Season pertama terdiri dari 8
episode.
Serial ini mencoba menggambarkan
kehidupan perusahaan teknologi
di Silicon Valley. Dilakukan senyata
mungkin dengan banyak mereferensi
perusahaan
sebenarnya.

L yna_3n

dengan serial penegak hukum yang


menonjolkan maskulinitas serta drama
personal, hingga muncullah Brooklyn NineNine. Mengangkat tema komedi serta

didukung oleh kedekatan masyarakat


Amerika akan cerita-cerita para penegak
hukm menjadikan serial baru FOX ini
menjadi hiburan segar.

CHEMISTRY
Apa jadinya jika
sebuah tayangan
memiliki naskah,
tema cerita, hingga
para pemain yang
top tanpa adanya
sebuah chemistry yang terjalin apik? Well,
sebagian dari anda mungkin langsung
tertuju pada aktin Natalie Portman-Hayden
Christiansen di trilogy prekuel Star Wars.

Buruk kan? Brooklyn Nine-Nine menyadari


betul pentingnya chemistry yang harus
dibangun antarkarakter. Di 11 episode
perdana, nyaris tidak ada kontinuitas
cerita yang disajikan, justru, kekuatan
tiap-tiap karakter hingga hubungan
karakter satu dengan lainnya. Barulah
setelah mid-season break, serial ini mulai
menambahkan cerita yang terjalin tiap
episode.

FOX is Backing This Series Big Time


Jika program anda diberi porsi spesial
setelah event Superbowl di Amerika,
berarti anda harus merasa sangat
beruntung. Superbowl adalah tayangan
televisi yang paling banyak meraup jumlah
penonton di Amerika. Superbowl tahun ini
bahkan menjadi tayangan televisi yang
paling banyak ditonton sepanjang sejarah
Amerika dengan lebih dari 110 juta pasang
mata! Fox sebagai official broadcaster
tentu tidak menyia-nyiakan hal ini, 30
menit selepas Superbowl, adalah serial

baru Brooklyn NineNine yang mendapat


kehormatan
untuk diberi jatah
episode spesialnya.
Hasilnya? Brooklyn
Ninie-Nine yang biasanya ditonton sekitar
2-3 juta penonton, meningkat menjadi
15 juta penonton! Jika FOX saja percaya
bahwa serial ini sangat menjanjikan,
kenapa kita tidak?

adi_06

iapa yang merindukan era 90an


akan bernostalgia dengan serial
komedi baru Surviving Jack.
Nominasi Emmy Christopher Meloni
(True Blood ,Law & Order : SVU) kembali
ke layar kaca sebagai Dr.Jack Dunlevy.
Serial ini didukung juga oleh Rachael
Harris, Connor Buckle, Claudia Lee, Kevin
Hernandez dan Tyler Foden.
Setelah menjadi ibu rumah tangga full
time Joanne Dunlevy (Rachael Harris)
akhirnya memutuskan untuk kembali ke
sekolah hukum. Jack Dunlevy mantan
militer dan seorang ahli onkologi, adalah
pria yang kaku. Dia yang biasanya
berkutat dengan rutinitas sebagai
ayah yang bekerja, harus mengambil
alih tanggung jawab dalam mengurus
keluarga. Putra remaja Jack, Frankie
baru mulai tahun pertamanya di SMA.
Kurus dan kurang percaya diri yang
Frankie ingin lakukan adalah terbang
di bawah radar. Tapi dengan tinggi
badan dan kemampuan di lapangan
permainan ia mulai menarik perhatian
gadis gadis. Hal yang menempatkan
dia dalam beberapa situasi canggung.
Untung bagi Frankie
ada Jack yang
membimbingnya
mengatasi masalah
dengan selembut
mungkin. Jack selalu
berniat baik meskipun

L yna_3n

dengan cara yang tidak biasa, tanpa


saringan dan bahkan kadang-kadang
tidak benar. Tetapi dibandingkan Frankie,
Jack lebih dipusingkan dengan putrinya
gadis 17 tahun yang super pintar.
Rachel yang selama ini dijalan lurus
karena di bawah pengawasan ketat
sang ibu mulai berulah. Dia mengambil
keuntungan dari ketidak mampuan
Jack memahami pikiran gadis remaja.
Apakah gaya pengasuhan Jack dalam
menjaga anak-anaknya dari kesulitan
akan sukses? Atau istrinya harus
meletakkan buku-buku hukumnya lagi?
Jangan lupa istilah Orang tua selalu tau
mungkin
Serial tv ini diambil dari Buku Justin
Halpern, I Suck at Girls. Diproduksi
oleh Doozer bekerja sama dengan
Warner Bros Television. Dengan produser
eksekutif nominator Emmy Award Bill
Lawrence (Spin City, Scrubs, Cougar
Town), Halpern, Schumacker dan Jeff
Ingold. Episode pilot disutradarai oleh
Victor Nelli.

E ichi01

Moviemagz Mei 2014 110

asih tergolong baru, Matt


Chemiss yang sekarang
menjabat sebagai presiden WGN
America, mencoba peruntungan dengan
membeli skenario pertamanya. Salem,
proyek pertama WGN America adalah
sebuah drama dari Brannon Braga (24, Star
Trek: TNG, Terra Nova) dan Adam Simon
(The Haunting in Connecticut). Terdiri dari
13 episode, serial yang berdurasi 1 jam ini
dibuat oleh Fox 21 ini Ber-settingkan abad
ke 17 di Massachusetts, serial ini berusaha
mengeksplorasi apa yang sesungguhnya
menyebabkan terjadinya pengadilan
penyihir yang begitu terkenal kala itu.
Tidak hanya itu, serial ini juga mencoba
menguak kebenaran mistis yang ada
dibalik kejadian mengerikan dalam sejarah
Amerika.
Para pengisi peran disini cukup terpecaya,
sebut saja Janet Montgomery, Shane West,
Seth Gabel, Ashley Madekwe dan Xander
Berkeley akan bekerja sama dalam serial
perdana TV kabel ini. Dari Teaser pertama
yang sudah dirilis pihak WGN Amerika,
terlihat jelas begitu gelapnya jalan cerita
yang ditawarkan serial ini. Premis yang
ditawarkan dijelaskan dengan begitu baik,
Para penduduk desa yang pada saat itu
begitu paranoid bahwa adanya penyihirpenyihir diantara mereka. Iblis telah
datang kepada kalian begitu lah kirakira penyataan salah satu bintang utama

serial ini, seolah-olah bagi penduduk tidak


ada yang lebih buruk daripada perburuan
penyihir. Para penduduk Salem akan
mengotori tangan mereka dengan darah
orang tidak berdosa. Disini tidak bercerita
tentang vampire atau pun manusia
serigala, ini murni cerita tentang penyihir.
Bercerita tentang orang dibalik serial ini,
Brannon dan Adam menegaskan bahwa
semua penyihir dalam serial ini nyata.
Terlebih lagi drama yang berfokus pada
kisah cinta yang epik ini, membungkus
sebuah kenyataan yang mengejutkan.
Cherniss sendiri bergabung dalam
perusahaan ini setelah selama satu
periode di Warner Bros. Sebelum itu, ia
menghabiskan beberapa tahun di pos
programming top di Fox da FX sekaligus.
Presiden Fox 21, Bert Salke menambahkan
: Salem adalah Proyek kami yang kami
kerjakan dengan penuh semangat di
Fox 21, dan antusiasme Matt dan Peter
untuk serial ini terjadi dengan instan dan
memuaskan. Salem yang semula berjudul
Malice, diciptakan dan ditulis oleh Braga
dan Simon yang sudah memiliki reputasi di
WME (William Morris Endeavor). Brannon
Braga sendiri berharap bahwa serial ini
akan menjadi sesuatu yang berbeda, lebih
masuk akal, dalam artian orang-orang
pada era itu memang percaya bahwa halhal seperti itu bisa terjadi,

Shane West
S

hannon Bruce Snaith, pria kelahiran LA


10 Juni 1978, di sebuah pinggiran kota
Baton Rogue. Buah hati pasangan musisi
Don Snaith dan Leah Catherine Launey, yang
pada akhirnya bercerai disaat West berusia 10
tahun. Keingian West dalam dunia seni terlihat
pada saat dia berusia 15 tahun. Dengan
keinginan besar West memberanikan diri hijrah
ke Hollywood mencoba peruntungannya. Kala
itu West sudah berusia 23 tahun, usia yang
cukup tua untuk mengemban peran dalam
drama Picket Fences (Tahun 1992~96). Namun
penampilan West yang terllihat muda dari
usianya membuat ia berhasil berperan sebagai
seorang anak remaja. Karir West pun berlanjut,
dia muncul sebagai bintang tamu dalam acaraacara keluarga seperti Boy Meets World (ABC,
1993-2000), dan film TV The Westing Game
(Showtime, 1997).
Setelah debutnya di Los Angeles, West pun
memberanikan diri muncul dalam sebuah film,
mungkin ini bisa dibilang film pertama West
dalam dunia peran, sebuah film komedi-drama
semi-autobiografi dari Barry Levinson, Liberty
Heights (1999). Karir West terus menajak ke
tahun berikutnya, sampai pada puncak karirnya
dikala itu, West kembali mendapat peran yang
baru dalam sebuah serial televise Once and
Again , perannya kali ini adalah seorang siswa
SMA 16 tahun, Eli Sammler, hampir sama
dengan kisah hidupnya, Eli disini seorang
anak broken home yang berusaha matimatian untuk belajar dan sembari mengurus
adik perempuannya, dengan harapan tinggi
agar keluarganya bisa kembali pulih, Serial
ini banyak menadapat pujian dari kritikus dan
mendapat banyak penghargaan.
Dengan kesuksesannya dalam serial Once and
Again, West langsung kebanjiran peran mulai
dari serial-serial tv lokal sampai peran film-film
pun dilahapnya. Namun, film yang benar-benar
membuat West berdiri dipuncak popularitas
adalah film A Walk to Remember (2002),
sebuah drama yang menguras air mata,
diambil dari novel karya Nicholas Sparks. Kisah
percintaan remaja yang begitu romantis.

Bakat seni yang mengalir


didarahnya tidak hanya di dunia
peran, namun juga di dunia tarik
suara, West yang kala itu aktif
di Los Angeles sebagai anggota
band Johnny Was. Namun dengan
mudah West mengesampingkan
banyak kesempatan yang ditawarkan
kepadanya, dan lebih memilih fokus
untuk dunia peran. Usaha berikutnya
adalah The League of Extraordinary
Gentleman (2003), sebuah adaptasi
epik dari serial novel grafis karya
Alan Moore tentang sebuah
tim yang terdiri dari pahlawanpahlawan yang berasal dari sastra
klasik, yang melawan kejahatan di
era pergantian abad. West berperan
sebagai versi dewasa dari Tom
Sawyer - Mark Twain,seorang agen
rahasia Amerika yang membantu
Sir Allan Quartermain (Sean
Connery) melawan kejahatan yang
diabolik. Setelah adanya masalah
dalam proses produksi yang
menyebabkan sebagian besar dari
film yang telah selesai tersebut
dipotong dan ditulis ulang, film
akhirnya rilis pada musim panas
2003 dan mengecewakan hampir
semua orang yang menontonnya
di bioskop.
Tapi karir Shane West tidak
berhenti disitu, west segera
kembali sebagai pemeran
dalam ER, mulai 2004. Ada
yang unik disini, Ia memiliki
beberapa kesamaan
dengan karakter yang
diperankannya, yaitu
Dr. Ray Barnett, mereka
berdua sama-sama lahir di
New Orleans dan sama-sama
bekerja sambilan sebagai vokalis
band rock. Tetapi, bagaimanapun
juga Barnett adalah orang yang

is da man!
konfrontasional, kadang-kadang bersikap
tidak pantas dan menganggap dirinya orang
penting yang membuatnya selalu bermasalah
dengan para staf rumah sakit di County
General Hospital. Akhirnya, para produser
melembutkan karakter Barnett dengan
cara memasangkannya dengan Dr. Neela
Rasgotra (Parminder Nagra) dalam
cinta yang bertepuk sebelah
tangan. Barnett mencintai
Rasgotra, yang merupakan
istri dari Dr. Michael
Gallant (Sharif Atkins);
saat Gallant tewas di
Iraq, Barnett mencoba
untuk mengisi posisinya,
tetapi ditolak. Ini
membuatnya menjadi
kacau-balau dan
puncaknya adalah
kecelakaan lalu-lintas
yang membuatnya
terluka parah.
Setelah kehilangan
kedua kakinya akibat
kecelakaan tersebut,
Barnett kembali
ke Lousiana dan
bekerja di tempat
rehabilitasi fisik
sembari memulihkan
dirinyasendiri. Kehilangan
kaki agaknya memberi
Barnett perspektif yang
baru dalam hidupnya,
dan arena itu,
hubungan percintaan
yang sudah lama ia
idamkan dengan
Rasgotra mulai
berbunga. Saat
serial tamat,
pasangan ini telah
pindah ke New Orleans untuk
hidup dan bekerja.
Tahun 2008, West membuat

terkesan para kritikus dan penggemar musik


dalam penampilannya yang menghipnotis
sebagai Darby Crash, almarhum frontman dari
band punk the Germs dalam What We Do
Is Secret, biopik tentang hidup Crash yang
pendek dan hiruk-pikuk. Walaupun merupakan
proyek yang sulit, perlu sembilan tahun untuk
menyelesaikannya, film ini menuai banyak
pujian selama penayangnya yang tidak
lama, dengan West menuai banyak sekali
pujian dalam aktingnya sebagai Crash yang
dekstruktif, tetapi menarik. West berperan
sangant meyakinkan sampai-sampai anggota
band yang tersisa mengundangnya untuk
bernyanyi dalam beberapa konser reuni,
yang lagi-lagi mendapat respon positif dari
penggemar berat the Germs. Di tahun-tahun
berikutnya setelah Secret, West menjaga
agar tetap low profile,memilih bekerja
untuk produksi independen atau berbudget
rendah seperti The Lodger (2009), remake
dari thriller Alfred Hitchcock tentang Jack
the Ripper, dan thriller high-tech Echelon
Conspiracy (2009). Hanya sedikit dari filmfilm tersebut yang masuk bioskop,tetapi West
kembali ke mata publik dalam serial televisi
reboot Nikita (The CW, 2010- ) dengan
bintang Asia Maggie Q sebagai mantan
assassin yang bekerja mandiri. West berperan
sebagai Michael, operator yang melatih Nikita
dan paling mengerti motivasinya.
2014 ini kembali West mencoba
peruntungannya di sebuah serial TV swasta,
Salem. Drama seri yang di produksi WGN
Amerika, sebuah stasiun tv swasta yang
masih bisa dibilang baru ini, bercerita tentang
fenomena penyihir yang sangat terkenal
di Amerika pada abad 17. Tidak tanggungtanggung disini West mengemban tugas
sebagai peran utama pria, John Alden.
Digambarkan disini John Alden adalah seorang
yang tampan, dan pragmatis. Diperkirakan
awal bulan ini Salem akan tayang dan
menghibur para penggemar serial dengan
unsur mistis seperti penyihir dan lain-lain.

FRIENDS WITH BETTER LIVES


Friends WIth Better Lives (FWBL)
Merupakan serial komedi romantis CBS
yang tayang 31 Maret mendatang.
Melanjutkan tongkat estafet setelah
finale series How I Met Your Mother.
Dengan para pemain James Van Der
Beek (Will ), Kevin Connolly (Bobby) ,
Majandra Delfino(Andi) , Zoe Lister-Jones
(Kate), Brooklyn Decker (Jules ) dan Rick
Donald (Lowell).
Friends with Better Lives (FWBL)
menceritakan kehidupan enam
orang teman yang dari luar terlihat
sempurna. Sebenarnya, masingmasing orang memiliki masalah mereka
sendiri. Misalnya Andi dan Bobby
pasangan suami istri dengan dua anak.
Meski bahagia, mereka merindukan masa
muda mereka. Saat-saat menyenangkan
dengan sedikit tanggung jawab yang
harus ditanggung seperti kehidupan
teman-teman mereka. Will yang baru

menduda dan terlihat menikmati gaya


hidup bujangan , aslinya masih
merindukan sang mantan istri. Jules dan
Lowell pasangan yang baru bertunangan.
Mereka memutuskan akan menikah
setelah percintaan singkat yang panas.
Kate wanita lajang dengan karir yang
sukses. Sayangnya tidak sukses dalam
percintaan. Dia sulit menerima saat
Jules teman terakhir yang masih single
akhirnya bertunangan. Dengan problema
masing-masing tersebut, bisakah mereka
melihat satu sama lain tanpa bertanyatanya. Siapakah yang memiliki rumput
yang lebih hijau?
FWBL ditulis oleh Dana Klein (penulis
friends) yang jelas sudah memiliki jam
terbang dalam bidang pertemanan.
Walaupun di warnai juga dengan
masalah keluarga, cerita akan lebih fokus
pada hubungan antar para tokoh.

L yna_3n

Medical Drama goes inside


Catherine Blacks Head.

rama medikal terbaru ABC ini tidak


akan menjadi seperti serial Greys
Anatomy untuk ABC. Serial dengan
13 episode terbatas ini bermaksud untuk
menunjukkan kasus neurologis brilian
yang memungkinkan sang karakter utama,
Catherine Black (Kelly Reilly) ntuk bersinar.
Yang membuatnya menjadi sebuah serial
menarik? Catherine menderita gangguan
bipolar manik.
Mirip dengan karakter utama serial
Homeland, Carrie Mathison yang
diperankan dengan apik oleh Claire Dense,
karakter Reilly tidak didefinisikan oleh
penyakit mentalnya, sebaliknya, produser
eksekutif Amy Holden Jones menjelaskan
pada ajang TCA 2014 winter press tour,
Penyakit mentalnya ini adalah bagian dari
karakter, bukan cerita utama dari serial
ini. Seperti pada serial House, setiap
episode dari Black Box akan fokus pada
setidaknya satu kasus neurologis. Dan
ketika Catherine dalam masa pengobatan,
malah membuatnya dalam kondisi yang
prima. Hanya pada saat Ia tidak dalam
masa pengobatanlah, Catherine masuk
ke dalam keadaan manik. Dan yang
menariknya lagi, Catherine menutup-nutupi
keadaan mentalnya ini dari keluarga dan
kekasihnya.

K yd

Dr. Black tinggal di kota New York, dimana


dia bekerja di sebuah pusat neurologis
begengsi yang dikenals ebagai The Cube.
Di dalam dinding modern ini, Catherine
menarik pasien dari seluruh dunia.
Diluar dinding The Cube, ia menyimpan
beberapa rahasia dari keluarga dan
kekasihnya. Hanya ada satu orang yang
mengetahui segalanya, psikiaternya, Dr.
Helen Hartramph (Vanessa Redgrave).
Hartramph yang intuitif, sangat mendalam
dan kuat, seorang mentor mengesankan
dan sekaligus figur seorang ibu bagi
Catherine. Sementara itu, Catherine
membuat pria dalam hidupnya pada kaki
mereka saat ia terombang-ambing antara
Will (David Ajala), seorang koki baru yang
seksi dan tampan dan memiliki restoran
sendiri di Brooklyn, serta rekan kerja yang
karismatik dan suka main perempuan,
seorang ahli bedah saraf , Dr Ian Bickman
(Ditch Davey). Will menginginkan cinta
dan komitmen, tapi apakah seseorang
seperti Catherine bisa berkomitmen? di lain
sisi, Bickman, yang pekerjaanya adalah
yang paling utama dalam hidupnya dan
ia tidak akan pernah memikirkan untuk
berkomitmen pada seseorang, paling tidak
hingga ia bertemu dengan Catherine, tapi
apa Bickman tau benar-benar siapa dan
bagaimana Catherine? Kurang dari yang ia
bayangkan.

Contact Us :
riza_idfl.us19@yahoo.com
@IDFL_Moviemagz

Anda mungkin juga menyukai