Abstract
Semiotics is a study that examines the signs and meanings contained therein. These scien-
tic developments are not only examines the symbols contained in any society, but rather touch-
ing aspects of construction and the cultural mindset behind it. This study tried to examine the
semiotic aspects contained in the lm The Dark Knight and specically examined an antagonist
character of the Joker character. The Dark Knight is a genre lm with action and antagonistic
character is the Joker. In this study, the Joker is considered as a symbol that represents a crime,
and the symbol is shown through the character of the Joker. By using a semiotic analysis of Ro-
land Barthes in which there are aspects of the denotations and connotations that would result in
the myth, this study intends to nd out how the Joker character in this lm is focused. The result
is shown as the villain Joker through violent behavior, against the law and create chaos in the
city of Gotham. Not only that, the Joker is a villain that is different from criminals in general,
where he committed the crime instead of aiming for the money but only to an existence as a true
villain. This is demonstrated through various scenes in the lm.
Abstrak
Semiotika adalah studi yang meneliti tanda-tanda dan makna yang terkandung di dalam-
nya. Perkembangan ilmiah tidak hanya meneliti simbol yang terdapat dalam setiap masyarakat,
tetapi lebih menyentuh aspek pembangunan dan pola pikir budaya di belakangnya. Penelitian
ini mencoba untuk meneliti aspek semiotik yang terkandung dalam lm The Dark Knight dan
diperiksa secara khusus karakter antagonis dari karakter Joker. The Dark Knight adalah lm
genre dengan tindakan dan karakter antagonis adalah Joker. Dalam studi ini, Joker dianggap
sebagai simbol yang mewakili kejahatan, dan simbol ditunjukkan melalui karakter Joker. Den-
gan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes yang didalamnya terdapat aspek dari deno-
tasi dan konotasi yang akan menghasilkan mitos, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
bagaimana karakter Joker dalam lm ini difokuskan. Hasilnya akan ditampilkan sebagai Joker
penjahat melalui perilaku kekerasan, melawan hukum dan menciptakan kekacauan di kota Go-
tham. Tidak hanya itu, Joker adalah penjahat yang berbeda dari penjahat pada umumnya, di
mana ia melakukan kejahatan, bukan bertujuan untuk mencari uang tetapi hanya untuk eksis-
tensi sebagai penjahat sejati. Hal ini ditunjukkan melalui berbagai adegan dalam lm.
bergerak berwarna hitam putih, hingga saat ini Christopher Nolan pun mengikuti kiprah Sam
diproduksi lm dengan konsep tiga dimensi Raimi, dengan membuat lm sekuel, dimulai
(3D) yang menggunakan teknologi canggih. dengan memproduksi lm Batman and Robin,
Bahkan festival-festival lm juga kerap diteruskan dengan ”Batman Begin” hingga
diadakan tiap tahunnya. Sebagai contohnya yang terbaru yaitu “The Dark Knight”. Bat-
festival Academy Award di Amerika Serikat, man merupakan tokoh superhero yang dicip-
Cannes yang diadakan di Perancis. Di Indo- takan oleh perusahaan komik Marvell. Tokoh
nesia sendiri juga ada festival lm yaitu FFI superhero lainnya yang diciptakan oleh Mar-
(Festival Film Indonesia), sebuah festival vell adalah Superman, Spiderman, Wonder
penghargaan bagi insan perlman Indonesia. Woman dan lain sebagainya. Kemunculan
Penghargaan atau festival-festival semacam tokoh Batman dalam layar lebar merupakan
itu membuat industri perlman semakin gen- efek dari diproduksinya lm dengan tema su-
car dalam memproduksi sebuah lm. Selain perhero, dimulai dengan kesuksesan lm “Su-
membentuk jiwa kreatif, bisnis merupakan perman: The Return”, diikuti dengan “Spider-
salah satu alasan dibuatnya sebuah lm de- man”, dan kemudian “The Dark Knight”.
ngan biaya yang luar biasa. Salah satu con- Letak kekuatan lm action superhero
tohnya lm Titanic, merupakan lm dengan ini adalah pada segi penggarapan yang
biaya produksi termahal hingga saat ini dan menggunakan teknologi komputerisasi yang
berhasil meraih 11 nominasi piala Oscar. canggih, hingga mampu menyedot perhatian
Tidak salah bila dikatakan bahwa in- penonton. Film “The Dark Knight” merupakan
dustri lm memang sebuah industri yang salah satu lm dengan menggunakan teknologi
berkecimpung di dunia bisnis. Predikat ini komputerisasi yang digabungkan dengan
telah menggeser anggapan orang yang ma- teknik pengambilan gambar yang sangat
sih meyakini bahwa lm adalah karya seni artistik, hingga lm ini pun sempat menjadi
yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi lm box ofce di dunia. Keberhasilan sebuah
imajinasi orang-orang yang bertujuan mem- lm dalam menyedot perhatian penonton
peroleh estetika (keindahan) yang sempurna. menjadi semacam ‘perangsang’ sutradara
(Ardiyanto, 2007 : 143). Berangkat dari ke- untuk terus berkreasi membuat lm-lm yang
inginan untuk bisnis, terkadang sebuah lm tidak kalah menariknya.
diproduksi dengan asal-asalan, yang penting Penonton tidak perlu berpikir dua kali
dapat mendatangkan keuntungan yang ber- dan langsung membeli tiketnya. Tapi per-
lipat. nahkah terpikirkan bagaimana sejarahnya
Kemunculan lm action atau laga meru- kemunculan lm itu? Film merupakan gam-
pakan salah satu dari perkembangan teknologi bar bergerak yang membentuk sebuah cerita.
lm yang menjadi salah satu ‘batu loncatan’ Film atau motion pictures ditemukan dari ha-
kemunculan lm-lm bertema sama. Bintang sil pengembangan prinsip-prinsip fotogra
lm laga terkenal seperti Arnold Scwhar- dan proyektor. Kemudian dari proses tersebut,
zenegger, Jean-Claude van Damme, merupak- muncullah sebuah gambar gerak yang mem-
an aktor laga yang besar lewat produksi lm di bentuk cerita dan menarik untuk ditonton. Ha-
Hollywood. Film Arnold yang terkenal yaitu sil itulah yang disebut lm. Film yang pertama
Terminator II : The Judgement Day dengan kali diperkenalkan kepada publik Amerika
sutradara James Cameroon yang diproduksi Serikat adalah The Life of an American Fire-
di awal 90-an, menjadi awal kemunculan lm man dan lm The Great Train Robbery yang
dengan genre sama. Film Terminator 3 : Rise of dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun 1903.
The Machine pun diproduksi. Fenomena terse- (Ardiyanto,2007: 143). Film tersebut tentunya
but menjadi inspirasi bagi sutradara-sutradara masih sangat sederhana dan belum berwarna,
lm laga untuk membuat konsep lm bers- selain itu juga masih berupa lm bisu. Apa-
ambung. Sutradara Sam Raimi memproduksi bila lm permulaannya merupakan lm bisu,
lm Spiderman dengan 3 (tiga) sekuel, dan maka pada tahun 1927 di Broadway Ameri-
ka Serikat muncul lm bicara yang pertama tugas lebih berat dibandingkan tugas dari
meskipun belum sempurna.(Ardiyanto, 2007 : anggota lainnya. Bahkan sutradara terkenal
148-149) sekalipun semacam Steven Spielberg, James
Elvinaro membagi lm menjadi 4 (em- Cameroon, Sam Raimi, kalau di Indonesia
pat) jenis, yaitu : ada Riri Riza, Mira Lesmana, Garin Nugroho,
1. Film cerita Hanung Bramantyo, semuanya pernah me-
Jenis lm yang mengandung suatu cerita rasakan bagaimana beratnya tugas seorang
yang lazim dipertunjukkan di gedung-ge- sutradara. Salah satunya adalah memunculkan
dung bioskop, dengan topik berupa cerita sebuah karakter yang diinginkan dari sang
ktif. artis. Aspek ini merupakan salah satu aspek
2. Film Berita paling penting dalam memunculkan seni
Film mengenai fakta, peristiwa yang artistik dari sebuah lm. Bagaimana seorang
benar-benar terjadi. artis mendalami perannya, bagaimana sutra-
3. Film Dokumenter dara menjadi semacam ‘motivator’ bagi sang
Merupakan lm hasil interpretasi priba- artis agar muncul karakter yang diinginkan,
di dari pembuatnya mengenai kenyataan. merupakan tugas bagi sutradara.
4. Film Kartun Penelitian ini ingin menganalisis bagai-
Film kartun dibuat untuk konsumsi mana penonjolan tokoh antagonis dalam se-
anak-anak, berupa perpaduan gambar kar- buah lm. Peran antagonis merupakan peran
tun yang digerakkan oleh komputer. yang cukup berat sebab menuntut seorang ak-
tor harus memunculkan sifat jahatnya. Pada-
Keberagaman jenis lm seperti di atas hal, seorang aktor atau aktris pastinya bukan
membuat masyarakat memiliki banyak pilihan seorang kriminal, dan mereka harus memiliki
untuk menontonnya. Sebuah lm yang menu- sifat dan pikiran sebagai seorang kriminal
rut penonton bagus biasanya dilihat dari jalan yang bahkan memiliki sifat pembunuh berda-
ceritanya, bintang lmnya, adegan-adegan di rah dingin. Sebagaimana peneliti singgung di
dalamnya, karakter yang ditonjolkan oleh to- atas bahwa penelitian ini memfokuskan pada
koh di dalam lm, dan lain-lain. Tetapi, semua bagaimana peran sutradara memunculkan
itu tidak akan berjalan dengan baik apabila karakter si aktor sesuai keinginannya, maka
tidak ada sutradara. Sutradara merupakan penulis mengambil sebuah studi kasus dari
‘otak’ dari pembuatan sebuah lm. Tanpa ada Film “The Dark Knight” dengan sutradara
sutradara, tidak akan ada sebuah lm. Peran Chris Nolan. Berbicara mengenai peran antag-
seorang sutradara menentukan keberhasilan onis, maka dari lm ini yang dijadikan pemba-
sebuah lm. Sebab, jalan cerita sebuah lm, hasan adalah tokoh Joker. Karakter jahat, ke-
adegan, pemilihan tokoh, semuanya ada di jam atau berdarah dingin yang disertai dengan
sutradara. Istilah dalam dunia perlman me- penampilan khas seorang penjahat melekat
nyebut sutradara sebagai director. pada diri seorang Joker.
Director dalam dunia lm di Indonesia Penelitian ini menjadi menarik karena
diartikan sebagai sutradara sehingga muncul- ingin melihat bagaimana peran Chris Nolan
lah istilah lm director atau sutradara lm. dalam merepresentasikan Joker dalam Film
(Naratama, 2006 : 9). Cara sutradara dalam “The Dark Knight” hingga penonton memiliki
menghadirkan karakteristik penokohan baik pemikiran bahwa Joker adalah seorang penja-
tokoh antagonis maupun protagonis. Menurut hat berdarah dingin. Tema antagonis menarik
Joseph M. Boggs dalam bukunya yang ber- untuk diangkat dalam sebuah penelitian, sebab
judul The Art of Watching Film, karakterisasi tokoh antagonis merupakan tokoh yang cukup
mengenai seorang tokoh bisa melalui dialog- sulit diperankan. Heath Ledger, pemeran to-
nya, penampilannya, reaksi-reaksi tokoh lain, koh Joker dalam lm ini, mengungkapkan di
action eksternal, dan lain sebagainya. media bahwa ketika syuting Film “The Dark
Dalam sebuah lm, sutradara memiliki Knight”, dia selalu dalam kondisi mabuk dan
berada di bawah pengaruh narkoba. Tentu saja jektif, dan tentunya sebagaimana penelitian-
dengan ijin dokter dia melakukan itu semua penelitian kualitatif lainnya, besarnya popula-
(walau akhirnya di media massa muncul berita si atau sampel bukanlah suatu hal yang utama
bahwa Heath Ledger tewas karena overdosis). atau bersifat esensial, sebab populasi dan
Semua itu bertujuan untuk memunculkan kara- sampling yang digunakan jumlahnya relatif
kter jahat dari Joker. Tidak cukup itu saja, per- sedikit. Sampel dalam penelitian ini bukanlah
an sutradara juga menjadi masterpiece di sini. suatu elemen yang diukur. Jika data yang ter-
Sebab, dialog, angle kamera, akting si aktor, kumpul sudah mendalam dan bisa menjelas-
lokasi syuting, semua ikut menentukan mun- kan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu
culnya karakter sang tokoh, dan semua aspek mencari sampling lainnya. (Kriyantono, 2007:
itu berada pada sang sutradara. Hasilnya, bisa 58).
kita lihat dalam Film “The Dark Knight” ini, Penelitian yang peneliti lakukan ini tetap
bagaimana tokoh yang bernama Joker tampil berpedoman pada pendekatan kualitatif dan
sebagai sosok penjahat berdarah dingin. menggunakan analisis semiotik. Penelitian ini
membahas mengenai penonjolan karakter an-
Metode Penelitian tagonis dalam sebuah lm, sehingga analisis
Penelitian ini merupakan penelitian semiotik Roland Barthes adalah metode yang
dengan menggunakan metode analisis semio- paling tepat untuk digunakan dalam penelitian
tika Roland Barthes, yaitu analisis semiotik ini.
dengan dua konsep besar yaitu denotatif dan Dengan menggunakan analisis Two
konotatif, pendekatan yang digunakan yaitu Order of Signication dari Roland Barthes
kualitatif. seperti di bawah ini, peneliti bermaksud
Sebagaimana diketahui dalam setiap ke- menganalisis bagaimana Joker di tonjolkan
giatan bahwa penelitian dengan menggunakan dalam lm The Dark Knight.
pendekatan kualitatif memiliki sifat yang sub-
Kota Gotham yang menyatakan bahwa dirinya Adakalanya ketika eksistensi diri berada
adalah penjahat berkelas. Dialog Joker yang pada puncak hierarki adalah ketika kebutuhan
mengatakan bahwa dirinya menginginkan seseorang mayoritas sudah terpenuhi. Eksis-
dirinya diakui oleh warga Gotham dan menjadi tensi diri menjadi suatu kebutuhan yang harus
penjahat berkelas ditonjolkan oleh sutradara terpenuhi.
melalui adegan Joker membakar tumpukan Perilaku Joker yang menyimpang (De-
uang hasil dari merampok di sebuah bank. viant Behaviour) sedikit banyak berasal dari
Tanda (sign) yang digambarkan oleh pola asuh yang salah dari orang tuanya. Masa
sutradara tersebut memberikan arti bahwa kecil Joker yang sering disiksa oleh ayahnya
Joker melakukan kejahatan bukan untuk se- mempengaruhi pola pikirnya saat ini. Keben-
buah uang atau kekayaan. Bagi sebagian ma- cian Joker kepada ayahnya tercermin dari dia-
syarakat di negara-negara maju yang kebutu- log “Aku membenci ayahku”, dan diluapkan
han primer dan sekundernya telah terpenuhi, dengan melakukan kejahatan. Mulut Joker
kegiatannya bukanlah bertujuan sebuah ma- yang dirobek oleh ayahnya ditirunya deng-
teri, melainkan kebutuhan tersier yang mereka an merobek mulut orang lain yang menjadi
penuhi. Begitu pula dengan apa yang dilaku- musuhnya. Hal ini tampak dari adegan Joker
kan oleh Joker. yang merobek mulut penjahat berkulit hitam
Keinginan Joker dalam mendapatkan sambil menceritakan masa lalunya.
eksistensi diri juga ditunjukkan dalam dia- Selain mendapatkan pola asuhan yang
lognya dengan Batman bahwa dia sudah tidak salah, pola interaksi Joker juga memperkuat
berminat lagi menjadi penjahat jalanan yang karakter jahatnya. Joker ditonjolkan oleh
berkutat dengan merampok, mengedarkan sutradara lebih sering bergaul dan berinteraksi
narkoba dan lain sebagainya, tetapi dia ingin dengan penjahat, maka akan semakin hilang
terus bisa berselisih dengan Batman sebagai sifat-sifat kebaikan, dan akhirnya Joker mun-
musuh utamanya. Ekspresi wajah Joker yang cul sebagai penjahat ‘sempurna’.
nampak serius menunjukkan keinginannya Joker ditonjolkan sebagai penjahat yang
yang kuat untuk mendapatkan eksistensi terse- berada pada kasta atau kelas atas. Dibukti-
but. kan dengan penggambaran Joker yang sering
Eksistensi diri merupakan salah satu bergaul dengan orang-orang kaya, dalam lm
kebutuhan manusia yang, menurut Maslow, ini juga ditunjukkan beberapa adegan Joker
harus terpenuhi. Abraham Maslow membagi yang mendatangi pesta yang diadakan Wayne
kebutuhan manusia menjadi lima tingkatan, Enterprises yang juga dihadiri oleh orang-
yaitu : orang kaya. Selain itu, Joker juga selalu dit-
1. Kebutuhan Fisiologis ampilkan menggunakan pakaian berupa jas,
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan sarung tangan dan selalu berpenampilan ala
3. Kebutuhan Sosial orang kaya. Pada beberapa edisi lm Batman
4. Kebutuhan Penghargaan yang lainnya, Joker juga ditampilkan sebagai
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri. penjahat kelas atas dengan pola pergaulan,
Eksistensi diri merupakan salah satu penampilan dan lain sebagainya yang menun-
bentuk kebutuhan yang berada pada aspek ak- jukkan dia bukan penjahat kelas bawah deng-
tualisasi diri. Menurut Maslow, eksistensi diri an tujuan materi saja
ini merupakan salah satu kebutuhan yang wa- Budaya masyarakat Barat memiliki ciri
jib dipenuhi. Implementasinya terdapat pada khas yang selalu dimunculkan dalam lm ini.
sosok seorang Joker, di mana bagi dia materi Pertama adalah pesta mewah, adegan pesta
bukan lagi suatu hal yang sangat dibutuhkan, yang dihadiri masyarakat kelas atas muncul
melainkan eksistensi diri. Ketika seseorang dalam lm ini, yaitu ketika Wayne Enterprises
telah terpenuhi kebutuhan primer, sekunder dengan pemiliknya yaitu Bruce Wayne (Bat-
dan tersiernya, maka kebutuhan kuarternya man) mengadakan pesta, dan Joker pun turut
menjadi wajib dipenuhi. hadir walau pun dengan tujuan merusak pesta.
Budaya hidup glamour merupakan bentuk bu- yaitu jas ungu dan sarung tangan men-
daya masyarakat Western yang identik dengan guatkan karakter antagonisnya.
kemewahan. e. Lingkungan : Joker ditonjolkan dengan
Kedua, yaitu dari aspek kriminalnya. seringnya berada pada lingkungan yang
Film Western cenderung membuat adegan identik dengan penjahat seperti penjara.
dengan kemenangan bagi tokoh protagonis di f. Suara : Joker ditonjolkan dengan suara
akhir cerita. Begitu pula dengan lm The Dark serak dan berat.
Knight ini, walaupun Joker tidak mati, tetapi g. Make up : make up Joker yang khas
Batman memenangkan pertempurannya dan menguatkan karakter jahatnya.
Kota Gotham menjadi aman kembali.
Ketiga, lm Western cenderung menon- 2. Representation :
jolkan tokoh protagonisnya, tetapi Film The a. Camera Angel / Shot size : Joker sering
Dark Knight ini memiliki keunikan tersendiri, ditampilkan dengan shot size close up
di mana sutradara justru lebih menonjolkan untuk menonjolkan karakter antagonis-
tokoh antagonisnya. Dapat dikatakan bahwa nya.
lm ini menyimpang dari jalur lm western. b. Lighting : Joker sering ditampilkan
Pembuktiannya terlihat dari lebih seringnya dengan pencahayaan yang cenderung
Joker muncul dalam setiap scene daripada gelap.
Batman. Sutradara ingin menonjolkan Joker c. Editing : Joker ditonjolkan dengan
dalam lm ini. seringnya muncul dalam lm ini
melebihi peran protagonisnya yaitu
Simpulan Batman.
Dari hasil analisis semiotika Roland d. Music : musik yang menjadi latar be-
Barthes dan dilanjutkan dengan Analisis Tiga lakangnya adalah musik gelap atau dark
Level dari John Fiske, dapat disimpulkan bah- music.
wa Joker ditonjolkan sebagai tokoh antagonis e. Narasi : Joker sering diringi dengan
yang berbeda dengan kebiasaan Western Film, narasi berupa suara tembakan, teriakan
di mana dalam shot size biasanya ditampilkan ketakutan dan lainnya untuk menonjol-
long shot, namun dalam lm The Dark knight, kan karakter antagonisnya.
Joker sering ditampilkan Close Up. Editing f. Konik : Joker sering ditampilkan dalam
scene penampilan Joker lebih banyak daripada konik dengan Batman.
Batman sebagai tokoh protagonisnya. Joker g. Aksi : Joker sering ditampilkan dengan
sebagai tokoh antagonis lebih banyak muncul aksi-aksinya yang kejam dan memba-
dalam lm ini daripada Batman. Kesimpulan hayakan orang lain seperti merobek mu-
secara lebih mendetail akan peneliti sajikan lut, meledakkan rumah sakit, dan men-
dalam poin-poin berikut yang berdasarkan embak dengan membabi buta.
pada Analisis Tiga Tahap John Fiske : h. Setting : Joker sering berada pada setting
1. Reality : atau tempat yang mewah seperti gedung
a. Gesture : Dari segi gesture Joker diton- pesta dan setting khas penjahat yaitu
jolkan sebagai tokoh antagonis karena penjara.
memiliki gesture yang khas sebagai
penjahat. 3. Ideologi :
b. Ekspresi Wajah : Ekspresi wajah Joker a. Patriarki : Joker digambarkan menganut
yang dingin dan tatapan mata tajam me- ideologi Patriarki yang digambarkan
nonjolkan karakter antagonisnya. dengan kekuatannya saat menyiksa
c. Ucapan : Joker ditonjolkan melalui Rachel.
ucapannya yang kejam terutama kalimat b. Kelas : Ideologi ini yang juga dianut
“Why So Serious”. oleh Joker, dia mengatakan bahwa dia
d. Penampilan : Penampilan khas Joker ingin menjadi penjahat yang berkelas,
Barker, Chris. 2008. Cultural Studies Teori Zettl, Herbert. 2003. Television Production
dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Warna. Handbook Eight Edition. San Fransisco
University
Barthes, Roland. 1972. Membedah Mitos-Mi-
tos Budaya Massa. Jakarta: Jalasutra