Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS: FILSAFAT DALAM PESAN FILM “BLADE RUNNER 1982 ”

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu


yang Dibina oleh Ibu Ade Trisnawati, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Kelompok VI / 3D Manajemen

1. Aryan Dimas Pratama 1803102120


2. Binti Aprilia Nur Saptarini 1803102135
3. Citra Yulindasari 1803102145
4. Maya Indi Komalasari 1803102147

UNIVERSITAS PGRI MADIUN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
Desember 2019
KAJIAN FILSAFAT PADA FILM

Filsafat dapat diartikan sebagai pandangan kritis yang sangat mendalam sampai ke akar-
akarnya, atau dapat pula diartikan sebagai interprestasi atau evaluasi terhadap apa yang
penting atau apa yang berarti dalam kehidupan
Tiga komponen pengetahuan adalah ontologi, epistimologi dan aksiologi. Dalam filsafat ilmu
pendidikan, beda antara ontologi, epistimologi dan aksiologi yaitu:
1. Ontologi adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan tentang yang ada.
2. Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan asal muasal, sumber,
metode, struktur, dan validitas atau kebenaran pengetahuan.
3. Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum atau
tujuan dari pengetahuan yang berupa ilmu dipergunakan.

Studi Kasus: Filsafat dalam pesan Film Blade Runner 1982

KAJIAN ONTOLOGI
a. Apakah yang menjadi bahan kajian, objek atau ide cerita dalam film?
Bersetting tahun 2019, Tyrell Corporation menciptakan manusia-android yang disebut
Replicant, dengan kemampuan dan bentuk fisik yang serupa dengan manusia. Replicant
digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan berat di off-world colonies, dan Replicant
dilarang keras masuk ke bumi. Replicant yang nekad masuk ke Bumi akan di-
"pensiunkan" (retired) oleh Blade Runner. Pada November 2019, empat Replicant (Roy
Batty, Zhora, Pris, dan Rachael) berhasil masuk ke bumi dan salah satu Blade Runner,
Rick Deckard (Harrison Ford) ditugaskan untuk membunuh para Replicant tersebut.

KAJIAN EPISTIMOLOGI
b. Bagaimanakah deskripsi objek kajian dalam film tersebut?
Blade Runner adalah film fiksi ilmiah tahun 1982 yang disutradarai oleh Ridley Scott,
dan ditulis oleh Hampton Fancher dan David Peoples. Dibintangi oleh Harisson Ford,
Rutger Hauer, dan Sean Young, film ini didasarkan pada novel Philip K. Dick, Do
Androids Dream of Electric Sheep? (1968). Dalam film ini, Harrison Ford berperan
sebagai salah satu Blade Runner yang disewa untuk “mempensiunkan” para replikan,
manusia rekayasa yang diciptakan oleh Tyrell Corporation. Para replikan dirancang
untuk berfungsi sebagai budak kerja di off-world colonies untuk mengeksplorasi dan
menjajah planet lain. Ketika sekelompok buronan replikan Nexus-6 yang dipimpin oleh
Roy Batty (Rutger Hauer) melarikan diri kembali ke bumi, polisi Blade Runner Rick
Deckard (Harisson Ford) dengan enggan setuju untuk memburu mereka.

c. Bagaimana proses memperoleh atau mengkaji objek dalam cerita tersebut?


Blade Runner menggali efek teknologi pada lingkungan dan masyarakat dengan
menjangkau ke masa lalu, menggunakan sastra, simbolisme agama, tema dramatis
klasik, dan teknik film noir. Secara visual, film ini cenderung menggunakan tone gelap
dengan penggambaran setting kota Los Angeles modern 2019. Relevansi Blade Runner
saat ini memang sudah terasa tidak terlalu relevan, terutama ramalan Ridley Scott akan
mobil-mobil terbang, manusia android, dan koloni luar angkasa terjadi di tahun 2019,
dimana itu terjadi sekarang dan dunia masih jauh dari prediksi tersebut. Akan tetapi jika
kita berpikir seperti orang-orang di tahun 80-an, dimana komputer pribadi saja bahkan
belum ada, maka Blade Runner menawarkan sesuatu yang sangat visioner pada
masanya. Ridley Scott menawarkan pertunjukan-pertunjukan teknologi futuristik yang
begitu menarik, terutama bagaimana dia berhasil menciptakan the future earth melalui
penggambaran kota metropolitan dengan dominasi lampu neon berwarna biru. Los
Angeles disulap menjadi kota besar dimana penduduknya terdiri dari banyak ras, dan
menjadi semacam kota Tokyo di malam hari. Namun Blade Runner bukanlah film
science-fiction yang ceria, ini adalah dystopia dengan atmosfer yang depresif, kelam
dan muram. Blade Runner jelas sangat unggul pada masa itu dari segi teknik dan visual.

d. Apa hambatan dalam proses mengkaji objek cerita dalam film tersebut?
1. Mengkaji film Blade Runner jauh lebih susah ketika menontonnya baru 37 tahun
kemudian setelah film ini dirilis pada 25 Juni 1982, dimana kita sudah terbiasa
dengan efek- efek yang dipertontonkan film-film saat ini yang sudah begitu
canggih. Namun, harus diakui bahwa Blade Runner adalah salah satu pioner di
genre science-fiction, terutama di subgenre cyberpunk dengan dunia distopianya
yang kelam dan kacau. Seiring dengan berjalannya waktu, pada akhirnya Blade
Runner kini telah menyandang status cult, dan diakui salah satu film terbaik di
genre science-fiction.
2. Terlepas dari segi visual yang begitu megah dan tema filosofis yang melingkupi,
harus diakui bahwa sebenarnya Blade Runner merupakan film yang membosankan.
Sulit sekali rasanya untuk tidak dibuat tertidur. Sebagian karena kami mengira akan
menyaksikan sebuah film action, namun sebaliknya Blade Runner lebih ke arah
film yang identik dengan kekerasan, kemisteriusan, serta pencahayaan yang kurang
dengan alur yang terbilang lamban. Kami sudah nyaris tertidur sebelum akhirnya
Harrison Ford mengeluarkan pistol di pertengahan film. Tidak hanya terasa lambat
dan bertele-tele, salah satu kelemahan lainnya adalah penceritaannya tidak terlalu
lancar. Seperti ada elemen-elemen yang terpotong dari scene ke scene lainnya.
Terlebih lagi karena kami merasa Blade Runner gagal dalam menyampaikan
gagasannya dengan lebih mendalam. Kami selaku penonton merasa seperti tidak
terikat, ditambah lagi karakterisasi tokoh Deckard (Harrison Ford) yang terasa
kurang
3. Terakhir dari segi main theme-nya. Soundtrack Blade Runner ini memang tidak
semegah Star Wars dan hanya menggunakan beberapa nada yang dimainkan
dengan classic-futuristic syn (terdengar retro dan futuristik secara bersamaan),
tipikal musik tahun 80-an yang didominasi musik elektronik. Bagian opening dan
ending memang sangat keren, namun pada saat-saat tertentu ketika menonton film
ini terdengar sangat basi. Semakin basi ketika ada elemen-elemen klise lain di
bagian pertengahan film (jatuh cinta dalam sekejap kepada salah satu Replicant:
semua orang dijamin akan langsung bisa mengira ini yang akan terjadi).

KAJIAN AKSIOLOGI
e. Apakah manfaat film tersebut bagi pendidikan?
Film ini menggambarkan apa artinya menjadi manusia di era sibernetika serta
mendorong individu dalam mengembangkan potensi diri dan mengajarkan menjadi
manusia yang bertanggung jawab atas pilihan hidupnya sendiri.

f. Apakah hubungan isi cerita dalam film dengan nilai moral?


1. Dalam kehidupan sehari-hari kita berfikir dengan rasional dan empiris.
2. Film ini mengajarkan manusia bebas untuk mengikat diri dengan bebas,
mempraktekkan keyakinanya, dan mengisi kebebasan namun tidak dilepaskan dari
keterarahan kepada Tuhan
3. Blade Runner adalah film fiksi ilmiah yang melek huruf, secara tematis merangkul
filsafat agama dan implikasi moral penguasaan manusia dalam rekayasa genetika
dalam konteks drama dan keangkuhan Yunani klasik. Dari film ini terdapat tema
besar tentang
makna yang sangat filosofis dari cerita yang berpusat pada Replicant dan Human.
Salah satu yang menarik adalah gagasan penciptaan Replicant, dimana android
Nexus 6 telah memiliki aspek lain yang membuatnya menjadi begitu manusia:
emosi. Replicant tidak lagi berupa sekedar robot biasa, namun telah menjadi
android dengan "jiwa". Maka manusiawikah untuk memusnahkan para Replicant?
Isu inilah yang sangat menarik, dimana kita dibuat mempertanyakan apakah yang
membuat manusia adalah manusia? Membedakan manusia dengan "makhluk"
lainnya? Sebuah isu yang kemudian turut menginspirasi film-film lain seperti A.I.
(Spielberg, 2001), Her (Spike Jonze, 2013) hingga film Ex-Machina (dibintangi
Oscar Isaac dan disutradarai Alex Garland). Makna filosofis lain yang kelompok
kami dapatkan adalah bagaimana kemudian Roy, salah satu Replicant yang
mencoba memberontak, bertemu dengan Tyrell, sang penciptanya. Ini adalah tema
lain yang terasa sedikit religius, dimana kemudian orang- orang mempersepsikan
Roy dan Replicant lainnya sebagai malaikat, dan Tyrell adalah Tuhan. Roy
diceritakan mempertanyakan kenapa ia tidak bisa hidup lebih lama, sebagaimana
pertanyaan yang mungkin akan kita ajukan jika kita bertemu Pencipta kita? Isu ini
juga tampaknya kelompok 6 jumpai di film Ridley Scott yang lain, Prometheus
(2012) dimana robot android ganteng David (Michael Fassbender)
mempertanyakan eksistensinya.

Anda mungkin juga menyukai