DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Negosiasi Agama Dan
Budaya Lokal" dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Studi Budaya
Lokal“. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Negosiasi
Agama Dan Budaya Lokal bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1. LATAR BELAKANG.............................................................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................1
3. TUJUAN..................................................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................................2
A. OSMOSIS...............................................................................................................................4
B. RUANG NEGOSIASI...............................................................................................................6
C. DAYA TAHAN BUDAYA.........................................................................................................6
D. INOVASI LOKAL....................................................................................................................6
E. LEMAHNYA BUDAYA NASIONAL...........................................................................................6
BAB III..............................................................................................................................................7
1. KESIMPULAN.......................................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di dalam Kehidupan Sehari-hari di dalam melakukan aktivitas dengan
berbagai pihak tanpa disadari kita melakukan Negosiasi. Negosiasi dilakukan dari
hal yang paling kecil sampai ke Hal yang Besar, contoh yang paling mudah adalah
ketika membeli barang dipasar kita mengadakan negoisasi dengan penjual untuk
mendapatkan harga murah.
Sedangkan untuk negoisasi yang lebih formal dilakukan ketika kita
mewakili perusahaan atau lembaga dengan pihak lainnya. Negosiasi yang resmi
lazimnya kita lakukan dalam kapasitas kita sebagai profesional yang mewakili
organisasi atau perusahaan kita di meja perundingan.
Sebagian besar proses pengambilan keputusan di seluruh bidang
pekerjaan baik di dalam internal organisasimaupun pihak luar, dapat diperlancar
melalui proses negosiasi baik formal maupun informal yang efektif.
Sebagian besar permasalahn bisnis di lapangan ternyata disebabkan oleh
kurangnya pemahaman para pelaku bisnis akan arti penting, negosiasi dan cara
melakukannya dengan benar. Padahal negosiasi kadang lebih menentukan jika
perjanjian hitam diatas putih, terutama di awal-awal memulai kerja sama.
Bahkan tidak jarang pula negosiasi dilakukan tanpa persiapan. Hasil
ketika dilakukan, negosiasi hanya menjadi sia-sia dan kita jadi rugi waktu dan
tenaga. Padahal kerugian itu bisa dihindari apabila pelaku bisnis memposisikan
negosiasi sebagai elemen krusial dalam menjalankan kerja sama bisnis.
2. Rumusan Masalah
Apa Hubungan Negosiasi agama dan budaya lokal?
3. Tujuan
Untuk mengetahui apa Negosiasi agama dan budaya lokal
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sementara kebudayaan merupakan ekspresi cipta, karya, dan karsa manusia
yang berisi nilai-nilai dan pesan-pesan religiusitas, wawasan filosofis dan kearifan
lokal (local wisdom). Agama maupun kebudayaan, keduanya memberikan
wawasan dan cara pandang dalam menyikapi kehidupan sesuai kehendak Tuhan
dan kemanusiaannya.
3
Keanekaragaman budaya lokal merupakan potensi sosial yang dapat
membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta
merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu
daerah.
Budaya lokal ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola
pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang
membedakan mereka dengan penduduk yang lain. Berpijak pada keragaman
budaya di sejumlah daerah tersebut maka munculah kesatuan budaya yang disebut
budaya nasional, yang pada dasarnya digali dari kekayaan budaya lokal. Budaya
lokal merupakan nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah yang
terbantuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu.
Budaya lokal tersebut bisa berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau
hukum adat. Karena itu, pada dasarnya setiap komunitas masyarakat memiliki
budaya lokal (local wisdom), ini terdapat dalam masyarakat tradisional sekalipun
terdapat suatu proses untuk menjadi pintar dan berpengetahuan (being smart and
knowledgeable). Budaya lokal berisi berbagai macam kearifan lokal (pengetahuan
lokal) yang digunakan oleh kelompok manusia menyelenggarakan
penghidupannya.
A. Osmosis
Beberapa masyarakat di jawa,karena kondisi budayanya demikian lentur,
maka proses agamaisasi mengalami osmosis dengan budaya lokal, itulah
sebabnya, wajah budaya di sejumlah daerah di jawa jauh lebih kental daripada
wajah agamanya akan tetapi,tentu saja kondisi tersebut tidak bisa dipukul
rata.proses osmosis tersebut tergantung karakter agama yang mana yang
beradaptasi dan daya lentur budaya lokal itu sendiri.
4
Hal itu juga terjadi di beberapa tempat lain di daerah indonesia di belahan
timur. ketika proses kristenisasi demikian kuat, budaya lokal diadaptasi untuk
disesuaikan dengan nilai nilai agama. untuk kasus agama budha atau hindu di
beberapa tempat di indonesia juga demikian, budaya lokal mengalami osmosis
yang tinggi dengan nilai dan rukun keagamaan bersangkutan, sebagai contoh,
hindu dan bali merupakan satu identitas dan integritas yang sulit dipisahkan.
Proses proses tersebut dulunya berjalan secara damai memang di
beberapa konflik dan pertentangan, baik atas nama agama atau atas nama budaya
(lokal bersangkutan). beberapa catatan sejarah, seperti perang diponegoro, perang
padri, dan sebagainya.
kadang kita mengalami kerancuan apakah itu perang atas nama agama
atau atas nama persoalan budaya setempat. Menurut catatan yang bisa di jangkau
biasanya konflik itu tidak murni atas nama agama atau kebudayaan, masuk dalam
perangkap politisasi kekuasaan.
Cuma dalam mekanisme konsolidasi perangnya, agama jelas lebih
unggul dalam mengikat emosi rakyat/pengikut sehingga aroma agama jauh lebih
bisa dirasakan. Masalahnya penduduk dunia terus bertambah,penduduk indonesia
juga mrningkat padat.
Sementara itu,sumber ekonomi semakin sulit untuk untuk
mengakomodasi peningkatan jumlah penduduk. Maka muncullah berbagai
bentuk, tujuan, dan cara, baik atas nama budaya budaya lokal bersangkutan.
Kemudian munculah berbagai gerakan aksi mungkin juga pemikiran,
dengan cara, tujuan, dan kepentingan yang berbeda, salah satu yang cukup
menonjol adalah Kegelisahan atas nama agama untuk menghadapkan dirinya
dengan kapitalisme dan modernisme (sebagai konsekuensinya sekularisme).
masalahnya adalah tidak seluruh aksi,gerakan dan pemikiran atas nama agama
tersebut bekessesuaian dengan nilai nilai kebudayaan lokalnya.
5
B. Ruang Negosiasi
Kondisi itu menyebabkan ruang negosiasi mengalami kerancuan segitiga
posisi. segitiga posisi itu adalah menjadi tidak jelasnya posisi posisi. ketika
teknologi dan kapitalisme yang seharusnya dalam satu kategori posisi, tetapi
dengan tangkas bermetamorfosis baik di posisi agama atau diposisi budaya lokal.
Akan tetapi, melihat kegaduhan di ruang negosiasi, hal yang terjadi adalah bahwa
gerakan, aksi, dan pemikiran atas nama agama sedang berhadapan dengan daya
tahan budaya lokal.
D. Inovasi Lokal
Berbagai kondisi historis itu,hal yang mendesak untuk digerakkan adalah
membuka ruang yang seluas luasnya bagi pengembangan inovasi berbasis budaya
budaya lokal,mungkin hal itu sebagian masih tersimpan dalam pengetahuan
membangun candi dan tata ruangnya, pengetahuan bertani dan kesehatan yang
masih tersimpan di naskah naskah tua atau berbagai hal tentang permainan
(tradisi) yang bisa dilombakan sebagai satu yang khas nusantara.
6
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hubungan agama dan kebudayaan memang masalah besar dan klasik
yang tidak pernah selesai. Dalam sejarahnya agama tlah banyak memberi inspirasi
bagi proses dan pembentukan kebudayaan