Anda di halaman 1dari 14

JURNAL APIK Volume 1 No.

2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM


“THE RAID: REDEMPTION”

Aditya Mulyana1, Feri Ferdinan Alamsyah2, Yogaprasta Adi Nugraha3

Abstract
Film is one of the mass communication media that has one goal that is to
provide entertainment. Indonesian films that have penetrated to air in several
countries, namely The Raid: Redemption film. This action genre film shows a lot
of violent scenes. Hence this study aims to find out how representations related to
violence both verbally and non-verbally in the The Raid: Redemption film. In this
study to help find meaning in the The Raid: Redemption, the author uses Roland
Barthes semiotics which sees everything with levels of denotation, connotation to
myth. The qualitative research method retrieval to find out the purpose of violence
and how the life and culture of violence that occurs in the The Raid: Redemption
film. This research was conducted in the city of Bogor and Jakarta starting from
November 2017 to June 2018. Based on the results of research conducted that the
violence displayed in the film The Raid: Redemption shows that someone who has
the power allows to commit acts of violence both psychologically and phisically.
Violence becomes a solution to all the problems that occur in this film. The
language used by someone who commits violence tends to be harsh to demean
others.

Keywords: Violence, Semiotics, Representation, Film, The Raid: Redemption

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIB Universitas Pakuan Bogor
2
Dosen Tetap Program Studi Ilmu Komunikasi FISIB Universitas Pakuan Bogor
3
Dosen Tetap Program Studi Ilmu Komunikasi FISIB Universitas Pakuan Bogor
PENDAHULUAN
Latar Belakang

61
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

Film adalah sebuah karya Di dalam komunikasi akan


seni yang menghasilkan gambar selalu ada pesan yang disampaikan,
dan suara serta di dalamnya akan baik secara verbal maupun non
selalu ada pesan yang ingin verbal. Film yang termasuk ke
disampaikan. Dalam proses dalam ranahnya komunikasi massa
pembuatannya banyak sekali orang- juga memiliki pesan verbal dan non
orang yang terlibat, tentunya perlu verbal yang ditampilkan. Pesan
kerja sama yang baik antar para kru yang bersifat verbal akan lebih
untuk mewujudkan suatu karya jelas, terdengar dan mudah
yang diinginkan penulis dan dipahami ketimbang pesan non
sutradara. Maka penulis dan verbal yang lebih mengutamakan
sutradara harus benar-benar penglihatan kita untuk dapat
menjalin komunikasi yang lebih memahami arti dari pesan non
intim agar film yang akan dibuat verbal itu sendiri.
menghasilkan film yang diimpikan.
Penulis seseorang yang memiliki Film Indonesia yang dapat
ide sekaligus cerita, sedangkan tembus ke luar negri hingga tayang
sutradaralah yang mengeksekusi di berbagai festival film mulai dari
cerita tersebut. Dengan Festival Film Dublin Jameson
bernegosiasi sutradara dan penulis (Irlandia), Festival Film Glasgow
juga dapat saling memberikan saran (Skotlandia), Festival Film
atau masukan. Sundance (Utah, Amerika Serikat),
Sebagai makhluk sosial dan South by Shouthwest Film (Austin,
juga sebagai makhluk komunikasi, Texas, Amerika Serikat) dan
manusia dalam hidupnya diliputi Festival Film Busan (Korea
oleh berbagai macam simbol, baik Selatan) adalah film The Raid
yang diciptakan oleh manusia itu Redemption. Sebelumnya film ini
sendiri maupun yang bersifat alami. pertama kali dipublikasikan di
Manusia dalam keberadaannya Festival Film Internasional Toronto
memang memiliki keistimewaan pada 2011. Kemudian film The
dibanding dengan makhluk lainnya. Raid: Redemption tayang di
Selain kemampuan daya pikirnya Indonesia pada 21 Maret 2012.
(super rational), manusia juga Film ini ditulis dan disutradarai
memiliki keterampilan oleh Gareth Evans. Dibintangi oleh
berkomunikasi yang lebih indah Iko Uwais sebagai salah seorang
dan lebih canggih (super anggota tim kepolisian yang
sophisticated system of dipimpin oleh Sersan Jaka (Joe
communication), sehingga dalam Taslim) yang bertujuan menyerbu
berkomunikasi mereka bisa dan menyergap para penjahat dan
mengatasi rintangan jarak dan pembunuh disebuah apartemen.
waktu. Manusia mampu Film The Raid: Redemption
menciptakan simbol-simbol dan menceritakan tentang penyerbuan
memberi arti pada gejala-gejala dari tim kepolisian yang akan
alam yang ada di sekitarnya, menyergap para penjahat,
sementara hewan hanya dapat pembunuh dan juga gembong
mengandalkan bunyi dan bau narkoba di sebuah apartemen.
secara terbatas (Cangara, Untuk tembus menuju lantai yang
2016:111). ditempati oleh bos besar Tama

62
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

(Ray Sahetapy) lantai demi lantai film The Raid: Redemption, kita
dilewati oleh para polisi, mau tidak dapat meneliti menggunakan
mau bertindak secara keras analisis semiotika. Maka melalui
terhadap penghuni apartemen. analisis semiotika penulis ingin
Mulai dari mendobrak pintu, meneliti lebih dalam bagaimana
menyekap orang yang sedang tidur, pembuat film ini menampilkan
bahkan membunuh penjaga kekerasan yang ada dalam film The
apartemen yang sedang menonton Raid: Redemption ini.
televisi.
The Raid: Redemption film Rumusan Masalah
Indonesia yang benar-benar
membuat film aksi Indonesia 1. Bagaimana makna denotasi dan
semakin diakui di dunia konotasi pesan verbal dalam
Internasional, dengan mendapatkan adegan kekerasan pada filmThe
apresiasi yang baik dari penonton Raid: Redemption?
dan dapat dilihat melalui dua situs 2. Bagaimana makna denotasi dan
yang menyediakan informasi konotasi pesan non verbal dalam
mengenai film yaitu ada Rotten adegan kekerasan pada filmThe
Tomatoes dengan tomatometer 85% Raid: Redemption?
dan audience score 87%, juga 3. Bagaimana mitos kekerasan
melalui IMDb (Internet Movie yang terkandung dalam film The
Database) mendapatkan ratting Raid: Redemption?
7,6. Film yang menyajikan adegan
pertarungan dengan menerapkan Tujuan Penelitian
bela diri asli Indonesia yakni 1. Untuk mengetahui makna
pencak silat nampaknya membuat denotasi dan konotasi pesan
penonton menjadi semakin tertarik. verbal dalam kekerasan pada
Hal yang membedakan film ini film The Raid: Redemption.
dengan film lainnya yaitu film ini 2. Untuk mengetahui makna
diceritakan menjadi hanya satu hari, denotasi dan konotasi pesan non
mulai dari adegan awal sampai verbal dalam kekerasan pada
akhir film. film The Raid: Redemption.
3. Untuk mengetahui mitos
Maka dari itu, peneliti menjadi kekerasan yang terkandung
tertarik untuk mengupas lebih dalam film The Raid:
dalam tentang makna pesan verbal Redemption.
dan non verbal dari beberapa Manfaat Penelitian
gambar yang disampaikan. Selain
itu, bagaimana tanda-tanda Manfaat Akademis
merepresentasikan kekerasan yang
disajikan dari film The Raid: Hasil penelitian ini diharapkan
Redemption ini. Film berisi tanda- dapat menambah kajian ilmu
tanda yang membuat para penonton komunikasi, khususnya mengenai
dapat lebih berpikir secara kritis. makna denotasi dan konotasi simbol
Namun dalam menyikapi sesuatu verbal dan non verbal dalam film The
pandangan setiap orang akan Raid: Redemption dengan
berbeda-beda. Dari tanda-tanda menggunakan metode analisis
kekerasan yang ditampilkan pada semiotika.

63
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

Manfaat Praktis menggali hakikat sistem tanda yang


beranjak ke luar kaidah tata bahasa
Penulis berharap penelitian ini dan sintaksis dan yang mengatur
dapat memberikan pengetahuan baru arti teks yang rumit, tersembunyi,
dalam memahami makna dalam dan bergantung pada kebudayaan.
sebuah film melalui analisis
semiotika. Serta dapat menambah Semiotika Roland Barthes
ilmu pengetahuan untuk dapat lebih
kritis terhadap sebuah film. Bagi Barthes dalam Fiske
(2016:141), Denotasi adalah
TINJAUAN PUSTAKA mekanisme reproduksi dalam film
terhadap objek yang dituju kamera.
Film
Konotasi adalah sisi manusia dalam
proses pengambilan fotonya: yakni
Film umumnya dibangun
seleksi terhadap apa saja yang
dengan banyak tanda. Tanda-tanda
diikutsertakan dalam foto,
itu termasuk berbagai sistem tanda
fokusnya, bukaan, sudut kamera,
yang bekerja sama dengan baik
kualitas film, dan selanjutnhya.
dalam upaya mencapai efek yang
Denotasi adalah apa yang difoto;
diharapkan. Yang paling penting
konotasi adalah bagaimana proses
dalam film adalah gambar dan
pengambilan fotonya.
suara: kata yang diucapkan
Mitos adalah sebuah cerita di
(ditambah dengan suara-suara lain
mana suatu kebudayaan
yang serentak mengiringi gambar-
menjelaskan atau memahami
gambar) dan musik film.
beberapa aspek dari realitas atau
alam. Bagi Barthes mitos sebuah
Semiotika
budaya cara berpikir tentang
sesuatu, cara mengonseptualisasi
Kata “semiotika” itu sendiri
atau memahami hal tersebut.
berasal dari bahasa Yunani,
Barthes melihat mitos sebagai mata
semeion yang berarti “tanda”
rantai dari konsep-konsep yang
(Sudjiman dan van Zoest, 1996:vii;
berelasi (Fiske, 2016:143-144).
Sobur, 2009:16) dan menurut
Cobley dan Jansz dalam Sobur
1. Signifier 2.2. Signified
(2009:16), seme, yang berarti
(penanda) (petanda)
“penafsir tanda”.
Jika diterapkan pada tanda-
3. denotative sign
tanda bahasa, maka huruf, kata,
(tanda denotatif)
kalimat, tidak memiliki arti pada
dirinya sendiri. Tanda-tanda itu 4.Connotativ 5.Connotati
hanya mengemban arti (significant) e Signifier ve Signified
dalam kaitannya dengan (Penanda (Petanda
Konotatif) Konotatif)
pembacanya. Pembaca itulah yang
menghubungkan tanda dengan apa
yang ditandakan (signifie) sesuai 6. Connotative Sign (tanda konotatif)
dengan konvensi sistem bahasa
yang bersangkutan (Sobur, (Sumber: Paul Cobley & Litza Jansz,
1999 dalam Sobur, 2009)
2009:17). Menurut Sobur
(2009:126), semiotika berusaha

64
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

Dari peta Barthes di atas pelaku terhadap korban dengan


terlihat bahwa tanda denotatif (3) cara memukul, menampar,
terdiri atas penanda (1) dan mencekik, menendang,
petanda (2). Akan tetapi, pada saat melempar barang ke tubuh,
bersamaan, tanda denotatif adalah menginjak, melukai dengan
juga penanda konotatif (4). tangan kosong, atau dengan alat
Dengan kata lain, hal tersebut atau senjata, menganiaya,
merupakan unsur material: hanya menyiksa, membunuh serta
jika Anda mengenal tanda perbuatan lain yang relevan.
“singa”, barulah konotasi seperti 2. Kekerasan psikologis adalah
harga diri, kegarangan, dan kekerasan yang dilakukan oleh
keberanian menjadi mungkin. pelaku terhadap mental korban
(Cobley dan Jansz dalam Sobur, dengan cara membentak,
2009:69). menyumpah, mengancam,
merendahkan, memerintah,
Kekerasan melecehkan, menguntit dan
memata-matai, atau tindakan
Menurut Kamus Besar Bahasa lain yang menimbulkan rasa
Indonesia kekerasan perihal (yang takut (termasuk yang diarahkan
bersifat, berciri) keras; perbuatan kepada orang-orang dekat
seseorang atau kelompok orang korban, misalnya keluarga, anak,
yang menyebabkan cedera atau suami atau orang lain).
matinya menyebabkan kerusakan 3. Kekerasan seksual meliputi
fisik atau barang orang lain; tindakan yang mengarah ajakan
paksaan. Menurut Haryatmoko atau desakan seperti menyentuh,
(2007:121-122), kekerasan meraba, mencium dan atau
dianggap sebagai salah satu melakukan tindakan-tindakan
formula dalam dunia tontonan yang lain yang tidak dikehendaki
tentunya digunakan untuk menarik korban, memaksa korban
minat para khalayak. Kekerasan menonton produk pornografi,
dalam media massa menjadi suatu gurauan-gurauan seksual yang
budaya yang tujuan utamanya ialah tidak dikehendaki korban,
untuk mengejar ratting program ucapan-ucapan yang
tinggi. Penayangan kekerasan merendahkan dengan mengarah
sangat jarang mempertimbangkan pada aspek jenis kelamin atau
aspek pendidikan, etis maupun efek seks korban, melakukan
traumatis bagi penontonnya. hubungan seks tanpa persetujuan
korban, memaksa melakukan
Bentuk-bentuk Kekerasan aktivitas-aktivitas seksual yang
Kekerasan dalam televisi tidak disukai, dan pornografi.
berpengaruh besar dalam kehidupan 4. Kekerasan finansial meliputi
sehari-hari dan cenderung diikuti tindakan mengambil, mencuri
dalam keseharian penonton, adapun uang korban, menahan atau tidak
beberapa bentuk-bentuk kekerasan memberikan pemenuhan
antara lain (Poerwandari dalam kebutuhan finansial korban,
Sunarto, 2009:137) : mengendalikan dan mengawasi
1. Kekerasan fisik adalah pengeluaran uang sampai
kekerasan yang dilakukan oleh sekecil-kecilnya.

65
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

5. Kekerasan spiritual berwujud memaksa kehadiran tanpa


merendahkan keyakinan dan dikehendaki, membantu tanpa
kepercayaan korban, memaksa dikehendaki dan lain-lain yang
korban untuk meyakini hal-hal relevan, misalnya wanita hanya
yang tidak diyakininya, sebagai seorang istri, ibu rumah
memaksa korban mempraktikan tangga dan pelaksana fungsi
ritual dan keyakinan tertentu. reproduksi lainnya.
6. Kekerasan fungsional berupa
pembatasan peran sosial.
Melakukan sesuatu yang tidak
sesuai dengan keinginan,
menghalangi atau menghambat
aktivitas atau pekerjaan tertentu,

Film The Raid: Redemption

Semiotika Roland Barthes

Makna Denotasi Makna Konotasi

Mitos

Kekerasan Verbal dan Non Verbal dalam


Film The Raid: Redemption

Gambar 2. Alur Berpikir

Definisi Konsep dan masih banyak aktor dan aktris


yang ikut dalam film The Raid:
Adapun definisi konsep Redemption.
berdasarkan alur berpikir diatas, Dalam film ini kekerasan terus
yaitu: menerus terjadi di sepanjang film
1. Film The Raid: Redemption yang berdurasi 101 menit diputar.
adalah sebuah film produksi Mulai dari baku tembak, adu jotos
Merantau Films yang ditulis dan hingga ledakan granat yang
disutradarai oleh Gareth Evans. disajikan membuat penonton
Film ini dibintangi oleh Iko semakin tegang dalam menonton
Uwais, Joe Taslim, Rey Sahetapy, film ini. Maka dari itu penulis
Donny Alamsyah, Yayan Ruhian ingin mengetahui makna

66
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

kekerasan baik secara fisik dokumen lain (Ghony dan


maupun psikologis dari film ini. Almanshur, 2012:13).
2. Dengan menggunakan semiotika
Roland Barthes dapat Objek Penulisan
mengungkapkan makna denotasi, Objek penelitian yang digunakan
konotasi dan mitos yang dalam penelitian ini adalah film The
terkandung dalam film The Raid: Raid: Redemption. Film ini tayang di
Redemption. Indonesia pada 21 Maret 2012. Film
3. Representasi kekerasan secara The Raid: Redemption hampir
verbal dan non verbal dalam seluruh adegan diwarnai dengan
beberapa adegan. kekerasan. Maka peneliti ingin
memilih objek dari sisi representasi
METODE PENELITIAN kekerasan yang ditayangkan
khususnya kekerasan baik secara
Desain Penelitian
verbal maupun non verbal.
Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif. Menurut Ghony Waktu Penelitian
dan Almanshur (2012:25), penelitian Penelitian ini dilakukan mulai
kualitatif adalah penelitian yang dari bulan November 2017 sampai
menekankan pada quality atau hal dengan selesai. Kegiatan observasi
terpenting suatu barang atau jasa. Hal dan wawancara mendalam akan
terpenting suatu barang atau jasa dilakukan beberapa kali sampai
yang berupa kejadian, fenomena, dan mendapatkan data yang akurat.
gejala sosial adalah makna di balik
kejadian tersebut yang dapat Jenis dan Sumber Data
dijadikan pelajaran berharga bagi
pengembangan konsep teori. Jangan 1) Data Primer
sampai sesuatu yang berharga Data yang diperoleh langsung dari
tersebut berlalu bersama waktu tanpa objek penelitian yaitu dengan
meninggalkan manfaat. menonton dan mengamati film The
Penelitian kualitatif menghasilkan Raid: Redemption secara
data deskriptif berupa ucapan, keseluruhan, kemudian dianalisa
tulisan, dan perilaku orang-orang dengan memotong dan memilih
yang diamati. Penelitian kualitatif adegan-adegan yang memiliki makna
ditujukan untuk mendeskripsikan dan denotasi dan konotasi terhadap
menganalisis fenomena, peristiwa, adegan kekerasan secara verbal dan
aktivitas sosial, sikap kepercayaan, non verbal.
persepsi, dan pemikiran manusia 2) Data Sekunder
secara individu maupun kelompok. Data sekunder merupakan data
Kemudian data dihimpun dengan pendukung yang diambil melalui
cara pengamatan yang saksama, sumber lain seperti: semiotika
mencakup deskripsi dalam konteks komunikasi oleh Alex Sobur,
yang mendetail disertai catatan- metodologi penelitian kualitatif oleh
catatan hasil wawancara yang Djunaidi Ghony dan Fauzan
mendalam, serta hasil analisis Almanshur, dan lain-lain, penelitian
terdahulu dengan tema representasi

62
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

dalam film dengan menggunakan Dokumen merupakan catatan


penelitian semiotika, serta sumber peristiwa yang sudah berlalu.
terpercaya lainnya Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya
Teknik Pengumpulan Data monumental dari seseorang.
Teknik pengumpulan data Dokumen yang berbentuk tulisan
merupakan langkah yang paling misalnya catatan harian, sejarah
strategis dalam penelitian, karena kehidupan (life histories), ceritera,
tujuan utama dari penelitian adalah biografi, peraturan, kebijakan.
mendapatkan data. Tanpa Dokumen yang berbentuk
mengetahui teknik pengumpulkan gambar, misalnya foto, gambar
data, maka peneliti tidak akan hidup, sketsa dan lain-lain.
mendapatkan data yang memenuhi Dokumen yang berbentuk karya
standar data yang ditetapkan misalnya karya seni, yang dapat
(Sugiyono, 224:2016). berupa gambar, patung, film, dan
Berikut macam-macam teknik lain-lain (Sugiyono, 2016:240).
pengumpulan data: Dalam penelitian ini penulis
1) Observasi menjadikan film The Raid:
Nasution menyatakan dalam Redemption sebagai dokumen
Sugiyono (2016:226), observasi yang akan diteliti.
adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya Teknik Analisis Data
dapat bekerja berdasarkan data,
yaitu fakta mengenai dunia Teknik analisis data pada
kenyataan yang diperoleh melalui penelitian ini menggunakan data
observasi. primer dengan cara mengamati dan
2) Wawancara mendalami setiap adegan-adegan
Wawancara digunakan sebagai yang menampilkan kekerasan verbal
teknik pengumpulan data apabila dan non verbal, kemudian setelah
peneliti ingin melakukan studi dipilih adegan kekerasan tersebut
pendahuluan untuk menemukan peneliti dapat memperoleh data
permasalahan yang harus diteliti, kemudian dapat diolah
tetapi juga apabila peneliti ingin mengggunakan semiotika Roland
mengetahui hal-hal dari responden Barthes yang menjelaskan tentang
yang lebih mendalam (Sugiyono, makna denotasi, konotasi dan mitos
2016:231). Dalam penelitian ini, yang terkandung dalam beberapa
penulis akan melakukan adegan film The Raid: Redemption.
wawancara kepada Sosiolog, Teknik penandaan yang
Indera Ratna Irawati sebagai digunakan oleh penulis yaitu dengan
informan kunci. Selain itu untuk dua tahap penandaan Barthes (Two
menambah informasi lain penulis Order Of Signification). Lewat
juga akan mewawancarai salah model ini Barthes menjelaskan
satu aktor The Raid: Redemption bahwa signifikasi tahap pertama
yakni Ray Sahetapy. merupakan hubungan antara signifier
3) Dokumen (ekspresi) dan signified (content) di
dalam sebuah tanda terdapat realitas

63
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

eksternal. Itu yang disebut Barthes Dengan demikian, peneliti dapat


sebagai denotasi yaitu makna yang memahami lebih dalam mengenai
paling nyata dari tanda (sign). kekerasan verbal dan non verbal
Konotasi adalah istilah yang yang dianalisis dengan menggunakan
digunakan Barthes untuk semiotika Roland Barthes.
menunjukkan signifikasi tahap
kedua. Hal ini menggambarkan
Teknik Validitas dan Keabsahan
interaksi yang terjadi ketika tanda
Data
bertemu dengan perasaan atau emosi
dari pembaca serta nilai-nilai dari Menurut Patton dalam Moleong
kebudayaannya (Wibowo, 2013:21). (2013:330-331), triangulasi dengan
Pada signifikasi tahap kedua yang sumber berarti membandingkan dan
berhubungan dengan isi, tanda mengecek balik derajat kepercayaan
bekerja melalui mitos. Mitos adalah suatu informasi yang diperoleh
bagaimana kebudayaan menjelaskan melalui waktu dan alat yang berbeda
atau memahami beberapa aspek dalam penelitian kualitatif. Hal itu
tentang realitas atau gejala alam. dapat dicapai dengan jalan:
(Wibowo, 2013:22).
1) Membandingkan data hasil
Dengan pemaparan teori tersebut
pengamatan dengan data hasil
maka data yang diperoleh akan
wawancara
dilakukan melaluitahapan berikut ini:
2) Membandingkan apa yang
1. Menonton film The Raid: dikatakan orang di depan umum
Redemption secara keseluruhan dengan apa yang dikatakannya
dan berulang-ulang, kemudian secara pribadi
melakukan pemilihan makna 3) Membandingkan apa yang
audio visual yang dikatakan orang-orang tentang
mengungkapkan makna denotasi situasi penelitian dengan apa yang
dan makna konotasi pada adegan dikatakannya sepanjang waktu
yang mengandung kekerasan 4) Membandingkan keadaan dan
verbal dan non verbal. perspektif seseorang dengan
2. Data berupa potongan dari berbagai pendapat dan pandangan
beberapa adegan, kemudian orang seperti rakyat biasa, orang
dianalisis menggunakan metode yang berpendidikan menengah
semiotika Roland Barthes. atau tinggi, orang berada, orang
3. Mengungkapkan data yang telah pemerintahan
diidentifikasi dua tahap 5) Membandingkan hasil
penandaan Barthes. wawancara dengan isi suatu
4. Hasil dari analisis tersebut dokumen yang berkaitan
ditarik kesimpulan Sesuai dengan teknik triangulasi
5. Seluruh data yang didapatkan diatas, maka penulis akan melakukan
kemudian uji dengan validasi pengamatan terhadap film The Raid:
triangulasi sumber untuk Redemption dengan membandingkan
memperkuat hasil analisis hasil wawancara dengan informan
tersebut. kuncinya yaitu Indera Ratna Irawati
sebagai Sosiolog, juga Ray Sahetapy
sebagai pemeran dalam film The

64
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

Raid: Redemption untuk dijadikan pengumpulan data dilakukan di dua


informan. Selain itu, untuk informan tempat yang berbeda, yaitu Institut
lainnya adalah pengamat film yaitu Kesenian Jakarta dan Universitas
Kusen Dony Hermansyah. Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan


Representasi kekerasan yang
Hasil ada pada film The Raid:
Redemption menggunakan teori
Hasil penelitian dan pembahasan bentuk-bentuk kekerasan dari buku
ini diperoleh dari hasil wawancara Sunarto. Menurut Poerwandari
yang dilakukan dengan satu informan dalam Sunarto (2009:137), adapun
kunci dan satu triangulasi, observasi enam bentuk-bentuk kekerasan.
langsung dilapangan yang dilakukan Kekerasan fisik, kekerasan
oleh peneliti. Pada bagian ini psikologis, kekerasan seksual,
menganalisis tanda dan makna kekerasan finansial, kekerasan
kekerasan apa saja yang muncul spiritual dan kekerasan fungsional.
dalam sebuah film. Namun yang terdapat dalam
Untuk mendapatkan hasil dan penelitian ini ada 3 bentuk
informasi yang dibutuhkan dalam kekerasan yang ada pada film The
penelitian ini, maka informan kunci Raid: Redemption yaitu kekerasan
yang dipilih adalah orang-orang yang fisik, kekerasan psikologis dan
memiliki pengetahuan dan relevan kekerasan finansial.
mengenai film The Raid: Redemption 1. Kekerasan fisik adalah
serta unsur kekerasan yang muncul kekerasan yang dilakukan oleh
dalam film ini. Informan kunci dalam pelaku terhadap korban dengan cara
penelitian ini adalah Dr. Indera Ratna memukul, menampar, mencekik,
Irawati Pattinasarany, MA. selaku menendang, melempar barang ke
praktisi sosiolog. Alasan memilih tubuh, menginjak, melukai dengan
sosioloh sebagai informan kunci tangan kosong, atau dengan alat
karena kekerasan merupakan salah atau senjata, menganiaya,
satu perilaku sosial dan itu ada dalam menyiksa, membunuh serta
ranah seorang sosiolog. Adapun perbuatan lain yang relevan.
triangulasi dalam penelitian ini Kekerasan fisik yang muncul pada
adalah Kusen Dony Hermansyah, film ini dan telah dipilih terdapat
M.Sn. selaku pengamat film sembilan adegan dan hampir
Indonesia. Alasan memilih semuanya yakni enam adegan
pengamat film sebagai triangulasi tersebut masuk dalam bentuk
karena pengamat film yang kekerasan fisik. Adegan pertama
memperhatikan perkembangan saat Tama menembak dan memukul
perfilman, baik itu film dalam negeri korbannya menggunakan palu.
maupun luar negeri. Menurut KBBI, palu merupakan
Kegiatan pengumpulan data atau alat untuk memukul paku, godam
wawancara dilapangan dilakukan dan martil. Selain itu palu juga
mulai dari bulan April 2018 sampai merupakan alat dari kayu yang
dengan Mei 2018. Wawancara dan dipukulkan pada meja untuk

65
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

menandai dibuka atau ditutupnya golok ke dinding bangunan yang


secara resmi sesuatu pertemuan berhasil membuat Jaka, Wahyu dan
(misalnya sidang di pengadilan). Dagu ketakutan. Ekspresi wajah
Kemudian adegan kedua anak kecil yang digunakan dalam
ditembak oleh Letnan Wahyu, berkomunikasi berfungsi sebagai
adegan kelima Andi menikam respons atas situasi, baik secara
kedua temannya di lift, adegan emosional maupun reaksi lewat
keenam saat Jaka mengangkat pesan tersirat. Wajah orang akan
badan dan mendorong Wahyu, selalu menunjukkan perasaan dan
adegan kedelapan Tama menusuk hatinya. Dalam keadaan sedih,
pisau ke tangannya Andi, dan duka, lara, dan bahagia, akan ada
kesembilan Wahyu menembak ekspresi wajah yang berbeda-beda.
kepala Tama. Semuanya menunjukkan kondisi
2. Kekerasan psikologis adalah psikologis manusia secara
kekerasan yang dilakukan oleh nonverbal (Kusuma, 2015:28).
pelaku terhadap mental korban Ketiga saat Jaka berhadapan
dengan cara membentak, dengan Mad Dog yang saling
menyumpah, mengancam, menodongkan senjata, dimana
merendahkan, memerintah, posisi Mad Dog lebih mendominasi
melecehkan, menguntit dan dan menguasai suasana dibanding
memata-matai, atau tindakan lain Jaka. Bukan hanya soal senjata
yang menimbulkan rasa takut yang mereka pegang, Jaka
(termasuk yang diarahkan kepada memegang pisau dan Mad Dog
orang-orang dekat korban, misalnya memegang pistol. Akan tetapi
keluarga, anak, suami atau orang mengenai wilayah yang dikuasai
lain). Kekerasan psikologis juga oleh Mad Dog. Ketika dia (Jaka)
terdapat pada beberapa adegan film memasuki wilayahnya Mad Dog,
ini. Pertama pada adegan tim logikanya yang menguasai wilayah
kepolisian terjebak di lantai enam, atau paham wilayah itu siapa?
Tama seorang yang menguasai Mad Dog. Ketika kemudian secara
apartemen melakukan kekerasan psikologis Mad Dog lebih dominan,
psikologis dengan mengeluarkan itu wajar. Sebenarnya bukan cuma
suaranya yang membuat tim persoalan bahwa dia (Mad Dog)
kepolisian takut hingga tertekan, pegang pistol atau senjata-senjata
“Kalau saya punyanya kata-kata yang lain. Tapi, secara teritori itu
saya keluarkan kata-kata, kalau wilayahnya dia (Mad Dog) gitu.”
dengan kata-kata bisa membuat (Hermansyah 44thn, 21/04/2018).
orang lain udah. Cukup kan? 3. Kekerasan finansial meliputi
Enggak perlu saya tembak.” tindakan mengambil, mencuri uang
(Irawati 57thn, 24/05/2018). Kedua korban, menahan atau tidak
pada adegan salah satu anggota memberikan pemenuhan kebutuhan
geng golok yang akan mendatangi finansial korban, mengendalikan
Jaka, Wahyu dan Dagu yang dan mengawasi pengeluaran uang
sedang bersembunyi di sebuah sampai sekecil-kecilnya.
ruangan ditakut-takuti/dimata-matai Kekerasan finansial yang muncul
dengan menyuarakan pantulan pada film The Raid: Redemption

66
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

terlihat pada beberapa adegan. terdapat tiga macam bentuk


Pertama pada adegan ketiga dan kekerasan, kekerasan fisik, kekerasan
keempat. Pada adegan ketiga Tama psikologis dan kekerasan finansial.
berbicara melalui mikrofonnya Film bergenre aksi ini sangat wajar
“Demi kepentingan kita semua, apabila menampilkan kekerasan
anda bisa memberikan bantuan secara fisik. Namun, ada pula
anda dalam mengusir kutu-kutu ini kekerasan psikologis dan finansial
dan anda akan mendapatkan yang tidak diduga jika penonton
imbalan tinggal tanpa biaya. Anda terlalu berlarut menikmati film ini.
bisa menemui tamu tak diundang Kekerasan psikologis cenderung
ini di lantai enam. Selamat bekerja, dilakukan oleh pemeran antagonis,
dan jangan lupa bersenang- salah satunya yaitu Tama yang
senang.”. Pada dialog di atas mengintimidasi, menakut-nakuti tim
menjelaskan bahwa penghuni kepolisian saat terjebak di lantai
apartemen rata-rata dihuni oleh enam, juga pada adegan Tama yang
orang yang kurang mampu sedang diikat tangannya oleh Wahyu.
(miskin), maka secara finansial Walaupun keadaan tidak
penghuni apartemen akan menuruti memungkinkan untuk melakukan
dan melakukan apa yang perlawanan secara fisik kepada
diperintahkan oleh Tama demi Wahyu, Tama berupaya dengan
mencukupi kebutuhan hidupnya. menguak sesuatu yang sebenarnya
Lalu adegan keempat yang terjadi dan memberikan ancaman
melengkapi dari adegan ketiga, serta menakut-nakuti Wahyu. Selain
yakni dengan membuktikan dan itu, jika dilihat dari kekerasan
menampilkan sesuai dengan finansial terjadi pada adegan yang
perintah yang diberikan Tama. sama yaitu saat Tama melontarkan
Salah satu anggota geng golok dialog yang dituju pada teman-
mencari sampai menemui para tim temannya jika ingin mendapat
kepolisian dimanapun tempat imbalan, harus menghabisi tim
persembunyiannya. Secara finansial kepolisian terlebih dahulu. Maka
atau jika dilihat dari status setelah adegan tersebut, dilanjutkan
ekonomi, para penghuni apartemen dengan adegan yang membuktikan
yang dapat terbilang kurang bahwa secara finansial atau status
tercukupi kebutuhan hidupnya. ekonomi para penghuni apartemen
Maka terlihat antusiasme yang terbilang kurang tercukupi.
tinggi ketika diberi iming-iming Kemudian salah satu anak buah
oleh Tama untuk melawan tim Tama yaitu anggota geng golok yang
kepolisian. Hal tersebut tentunya begitu ambisius demi mencukupi
menjadi salah satu tuntutan mereka kebutuhan hidupnya ia mencari tim
demi memenuhi kebutuhan kepolisian dimanapun berada dengan
hidupnya dengan cara melakukan membawa goloknya.
kekerasan. Hasil dari triangulasi data
Kesimpulan yang dapat diambil wawancara mendalam diatas dapat
bahwa pada beberapa adegan pada ditarik kesimpulan bahwa
film The Raid: Redemption representasi kekerasan yang
merepresentasikan kekerasan yang ditampilkan dalam film The Raid:

67
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

Redemption yang digambarkan tiga mimik muka yang menunjang


bentuk kekerasan diatas yakni para pemain dalam melakukan
kekerasan fisik, kekerasan psikologis kekerasan psikologis maupun
dan kekerasan finansial maka fisik. Contohnya mulai dari
muncullah mitos yang terjadi apabila ekspresi dan mata yang melotot,
orang melakukan kekerasan pada menggunakan benda apapun
film ini. Ada enam mitos yang dapat melukai orang lain,
diantaranya, bahasa yang digunakan atau tanpa menggunakan benda
cenderung kasar, mimik muka dan (tangan kosong) yang membuat
mata melotot, penampilan tidak rapi, orang terluka hingga hilangnya
seseorang yang memiliki kekuasaan nyawa orang lain.
menjadi bebas dalam bertindak, 3. Selanjutnya berdasarkan tanda-
kekerasan sebagai solusi dan tanda tersebut, muncullah
meluapkan kemarahan dengan berbagai mitos yang ada di film
kekerasan. ini yaitu bahasa yang digunakan
cenderung kasar, mimik muka
Penutup dan mata melotot, penampilan
tidak rapi, seseorang yang
Kesimpulan memiliki kekuasaan menjadi
bebas dalam bertindak,
Berdasarkan hasil penelitian
kekerasan sebagai solusi dan
yang telah dilakukan, maka ada tiga
meluapkan kemarahan dengan
bentuk kekerasan dalam film The
kekerasan.
Raid: Redemption yaitu kekerasan
fisik, kekerasan psikologis dan
Saran
kekerasan finansial. Kemudian
hasil identifikasi dan pemaknaan
Setelah menjelaskan
tanda yang digolongkan ke dalam
kesimpulan di atas, maka penulis
tanda verbal maupun non verbal,
mencoba memberikan saran yang
peneliti mendapatkan beberapa
bermanfaat terutama dari beberapa
kesimpulan yang menjadi hasil
adegan kekerasan yang ditampilkan
penelitian Representasi Kekerasan
dalam film The Raid: Redemption.
Dalam Film The Raid: Redemption
1) Untuk insan perfilman sebaiknya
yang diteliti menggunakan teori
saat memproduksi film
semiotika Roland Barthes, yaitu:
walaupun menampilkan adegan
1. Identifikasi pada tanda verbal
kekerasan. Perlu lebih
meliputi pada dialog yang
memperhatikan dalam membuat
menunjang kekerasan pada film
adegan dan memilih pemainnya.
The Raid: Redemption.
Seperti saat adegan anak kecil
Sepertimenggunakan bahasa
yang ditembak dan ia merupakan
yang kasar, membentak dan
bagian dari anggota kejahatan
merendahkan. Sehingga
yang ada pada film tersebut.
membuat orang lain menjadi
2) Lebih memperhatikan pakaian
takut hingga tertekan/frustasi.
yang digunakan oleh pemeran
2. Identifikasi pada tanda non
film, seperti Tama yang
verbal meliputi keseluruhan
menggunakan sarung saat
gestur tubuh, ekspresi atau

68
JURNAL APIK Volume 1 No. 2 Tahun 2019 ISSN 2656-8306

membunuh beberapa orang. Hal Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz


tersebut bisa menimbulkan Media.
tanggapan yang dapat membuat Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi:
citra salah satu agama menjadi manipulasi media, kekerasan,
tidak baik. dan pornografi. Yogyakarta:
Kanisius.
3) Kepada penikmat film tanah air, Kusuma, Araka. 2015. Buku Pintar
penulis menyarankan untuk Membaca Wajah dan Tubuh.
dapat lebih mencerna pada setiap Yogyakarta: Saufa.
film yang ditonton sehingga Moleong, Lexy. 2013. Metodologi
dapat mengambil pesan positif Penelitian Kualitatif. Bandung:
dari film yang ditonton. PT Remaja Rosdakarya.
Romli, Khomsahrial, 2016. Komunikasi
Massa. Jakarta: PT Grasindo.
DAFTAR PUSTAKA Sobur, Alex. 2009. Semiotika
Komunikasi. Bandung: Remaja
Alamsyah, Feri Ferdinan dan Imani Rosdakarya.
Satriani. 2018. Relasi Tingkat Sugiyono, 2016. Metodologi Penelitian
Kepercayaan Khalayak Kuantitatif, Kualitatif, dan
Terhadap Pemberitaan di Media R&D. Bandung: Alfabeta.
Massa dengan Budaya Sunarto, 2009. Televisi, Kekerasan dan
membandingkan Informasi. Perempuan. Jakarta: PT.
Jakarta: Universitas Kompas Media Nusantara..
Tarumanagara. Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2013.
________, Feri Ferdinan. 2016. Imbangi Semiotika Komunikasi –
Hegemoni Jurnalisme Aplikasi Praktis Bagi Penelitian
Mainstream Melalui Jurnalisme dan Skripsi Komunikasi. Jakarta:
Warga. Bogor, Wahana, Mitra Wacana Media.
Universitas Pakuan.
_______, Feri Ferdinan. 2015. Sumber Lain:
Konstruksi Identitas Diri Bagi
Relawan Taman Bacaan https://kbbi.web.id (pada tanggal 5
Masyarakat Dalam Januari 2018 pukul 09.50 WIB)
Menyelenggarakan Kegiatan
Pendidikan Nonformal di Taman
Bacaan Masyarakat Di Jakarta.
Bogor, Wahana, Universitas
Pakuan
Cangara, Hafied. 2016. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta: Rajawali
Pers.
Audi, DS, Roni Jayawinangun, dan Feri
Ferdinan Alamsyah. 2018.
Pengaruh Celebrity Endorser
Terhadap Minat Pembelian
Produk AIDI.ID.
Fiske, John. 2016. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Ghony, Djunaidi dan Almashur, Fauzan.
2012. Metodologi Penelitian

69

Anda mungkin juga menyukai