Anda di halaman 1dari 2

Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak

Lembar ke-2 untuk : Pemotong Pajak

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
.... (1)

Lampiran II
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor: PER-32/PJ/2009
Tanggal: 25 Mei 2009

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26


NOMOR : (2)

NPWP

Nama Wajib Pajak

Alamat

No.

Jenis Penghasilan

Jumlah Penghasilan Bruto


(Rp)

Tarif
lebih
tinggi
20%
(Tidak
BerNPWP)

(1)

(2)

(3)

(4)

1.

(3)

Tarif

PPh yang Terutang


(Rp)

(5)

(6)

Upah Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga


Kerja Lepas

2.

Imbalan Distributor MLM

3.
3

Imbalan Petugas Dinas Luar Asuransi

4.

Imbalan kepada Penjaja Barang Dagangan

5.

Imbalan Kepada Tenaga Ahli

6.

Honorarium atau Imbalan kepada Anggota


Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas yang
tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap

7.

Jasa Produksi, Tantiem, Bonus atau Imbalan


Lain kepada Mantan Pegawai

8.

Penarikan Dana Pensiun oleh Pegawai

9.

Imbalan kepada Peserta Kegiatan

10. Imbalan kepada Bukan Pegawai yang


bersifat berkesinambungan
11. Imbalan kepada Bukan Pegawai yang
tidak bersifat berkesinambungan
12. Penghasilan kepada Pegawai atau Pemberi
Jasa sebagai Wajib Pajak Luar Negeri
Jumlah
Terbilang :

*) Lihat petunjuk pengisian

., . 20 . (4)

Perhatian :
1. Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang
di
t
di atas
t merupakan
k Angsuran
A
t
dipotong
atas

j (5)
Pemotong Pajak

Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun


pajak yang bersangkutan. Simpanlah bukti
pemotongan ini baik-baik untuk diperhitungkan
sebagai kredit pajak dalam Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi.

NPWP :
Nama

2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah apabila


diisi dengan lengkap dan benar.

Tanda tangan, nama dan cap

F.1.1.33.01

......................................................... (6)

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR


BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26
(F.1.1.33.01)

Petunjuk Umum:
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan
hal-hal berikut ini:
- Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir Bukti Pemtongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda (segi empat hitam) di
keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotakkotak yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan
alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
Contoh: Nama
BUDIJAYAMULYAATMAJA
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP)


Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak
Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang di potong PPh Pasal 21
Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan Pajak
Diisi dengan identitas lengkap Pemotong Pajak
Dii i dengan
d
t d tangan,
t
d cap Pemotong
P
t
P j k
Diisi
tanda
nama dan
Pajak

Petunjuk Khusus:
Sesuai ketentuan Pasal 21 UU Pajak Penghasilan yang berlaku, bagi Wajib Pajak Orang Pribadi/Badan Dalam Negeri yang
membayarkan obyek Pajak Penghasilan 21 kepada Orang Pribadi Dalam Negeri, berkewajiban memotong PPh Pasal 21.
Saat memotong Pajak Penghasilan, Pemotong Pajak membuat Bukti Pemotongan ini (F.1.1.33.01) dalam rangkap 3 (tiga) yaitu:
Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak (Penerima Penghasilan)
Sebagai bukti bahwa penerima penghasilan telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
PPh Pasal 21 yang telah dipotong dapat dikreditkan dengan PPh yang Terutang pada SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi.
Lembar ke 2 : Untuk Pemotong Pajak
Sebagai bukti bahwa Pemotong Pajak telah memenuhi kewajibannya sesuai dengan Pasal 21 UU
Pajak Penghasilan yang berlaku (diarsipkan sesuai dengan nomor urut).
Kolom 1 :
Kolom 2 :
Kolom 3 :

Kolom 4 :

Kolom 5 :

Kolom 6 :

Nomor, cukup jelas.


Jenis Penghasilan, cukup jelas.
Jumlah Penghasilan Bruto
Diisi dengan besarnya penghasilan yang dibayarkan.
Atas penghasilan bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang tidak dibayar secara bulanan atau jumlah
kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi PTKP sebulan untuk diri Wajib Pajak sendiri, tidak
dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari belum melebihi
bagian penghasilan yang tidak dilakukan pemotongan sebagaimana dimaksud dalam PPh Pasal 21 ayat (4) UndangUndang Pajak Penghasilan.
Tarif Lebih Tinggi 20 % (Tidak Ber-NPWP)
Jika pemotongan dilakukan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, isilah kotak dengan tanda X, namun
jika pemotongan dilakukan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP maka kosongkan kotak.
Tarif
Diisi dengan besarnya tarif yang berlaku.
Jika dikenakan pemotongan 20% lebih tinggi, maka isilah kolom tarif dengan 120% x besarnya tarif yang berlaku.
PPh yang Terutang
Diisi dengan jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong, yaitu Kolom 3 x Kolom 5.

Anda mungkin juga menyukai