Anda di halaman 1dari 23

Gambar disamping menunjukkan sistem transport dust/debu secara close-loop dimana debu

dari bagfilter di transfer kedalam silo. Disebut close loop karena aliran udaranya berputar
terus dari cyclone kembali ke cyclone dan tidak ada udara yang diambil maupun keluar dari
sistem
tsb.
udara
yang
mengalir
berfungsi
sebagai
conveyor.
Dari gambar terlihat debu yang dikeluarkan dari bawah hopper bagfilter melalui rotary lock
(terlihat ada 4 buah) masuk kedalam ducting (warna hijau) kemudian di hisap oleh blower
selanjutnya masuk kedalam cyclone, dari cyclone debu akan jatuh kedalam silo melalui
rotary lock dibawah cyclone. Udara yang bersih keluar melalui bagian atas cyclone mengalir
kebawah
begitu
seterusnya
.
Bagaimana cara menghitungnya? apa saja yang diperlukan untuk menentukan besar ducting,
cyclone
dan
blower.
1.Tentukan
kapasitas
debu/material
yang
akan
ditransport
2.Dari
grafik
dibawah
ini
dapat
diketahui
diameter
dari
ducting.

3.Setelah diameter dan kecepatan di ketahui maka dapat


dihitung
kapasitas
udara
yang
diperlukan
(m3/jam)
,
Q
=
A*V.
4.Dari kecepatan pada ducting, diameter dan panjang ducting dapat dihitung besarnya
pressure
loss/
static
pressure.
5.Kalikan Static Pressure sepanjang "Z" lihat diagram dibawah dengan safety factor.
6.Dari total static pressure dan kapasitas kita dapat menentukan jenis blower dan powernya,
dan dari kapasitas kita juga dapat menentukan jenis dan ukuran cyclone.
Contoh
Kasus
:
Diketahui Debu/serbuk yang akan ditransport 2.3 ton/jam kecepatan pada ducting 28 m/s dari
diagram
diatas
berarti
diameter
ducting
250
mm.
Q
=
A*V,
kapasitas
udara
yang
diperlukan
4945.5 m3/jam.

Diketahui jarak dari outlet cyclone ke


rotary lock 30m + 2 elbow, sedangkan dai rotary lock ke inlet cyclone (Z) 20m + 2 elbow
(lihat
diagram),
Perhitungan
:
1.Pressure loss dari cyclone ke rotary lock adalah : ducting 30 m = 777.6 Pa, elbow 2x =
117.6
Pa
;
Jumlah
=
895.2
Pa.
2.Pressure loss dari rotary lock ke cyclone (Z) adalah : ducting 20m = 518.4 Pa, elbow 2x
=117.6 Pa. Jumlah = 636 Pa. Kalikan bagian ini Z dengan Safety Factor = 1.23*V +
m/1.23*V = 1.0. Jadi 636 Pa *1= 636 Pa. Pressure Loss dari cyclone kembali ke cyclone
menjadi 895.2+636 = 1531.2 Pa.Pressure loss dari cyclone 800 Pa.
3.Total Pressure loss dari sistem menjadi = 1531.2 + 800 = 2331.2 Pa. Untuk memudahkan
perhitungan bisa menggunakan Calculator Dust Collector. Parameter Kapasitas dan static
pressure dipakai unuk menentukan jenis/ukuran blower dan ukuran cyclone.
Share
Posted by Wahyu Anggodo at 09:01 2 comments

Wednesday, 31 August 2011


Sistem Control Untuk Pulse-Jet Bagfilter

Gambar disamping adalah bagfilter dengan 3 compartement (setiap compartment memiliki 1


bak/bin dibawahnya seperti terlihat pada gambar), blower dengan power 60 HP. Satu
compartment terdiri dari 49 unit filter dan 7 unit solenoid valve untuk self cleaning.
Sehingga seluruhnya terdiri dari 3x49= 147 filter dan 21 buah solenoid valve. Solenoid valve

bekerja bergantian dengan selang waktu 15 detik antara 1 solenoid dengan solenoid
berikutnya, lama membuka valve 0.2 detik. Setelah semua selenoid valve telah bekerja pada
compartement 1 maka akan pindah ke conpartement 2 dan seterusnya. Semua kontrol
menggunakan program PLC Omron. Pada gambar disamping ini tinggi filter adalah 3900mm
dia. 160mm, ukuran solenoid valve adalah dia.1.5" dengan menggunakan solenoid valve for
dust collector tekanan pulse jet 6~8 bar (solenoid valve khusus untuk Dust Collector).
Share
Posted by Wahyu Anggodo at 19:33 0 comments

Sunday, 15 May 2011


Memlilih Blower
1. Pemilihan blower sebaiknya di dasarkan kepada tujuan pemakaiannya, apak

ah untuk transport debu kasar, halus atau untuk aliran udara saja. Sebagai contoh
kalau blower di tujukan untuk transport debu kasar maka digunakan open blade
blower. Selain dari pada itu perlu pertimbangan pula apakah debu bersifat korosif atau
abrasif. Kalau korosif tentu perlu memakai bahan stainless steel atau PVC, dan wear
resistant steel untuk debu2 yang bersifat abrasif. Untuk debu2 halus dapat digunakan
blade tertutup jenis radial tip atau backcurve blade jenis ini lebih effsien dibanding
open blade. Untuk aliran udara saja umumnya digunakan jenis blade sirroco seperti
yang digunakan pada AC. Blade/bilah jenis ini digunakan untukpemakaian pressure
rendah tetapi berkapasitas tinggi.

2. Sebelum menentukan blower tentukan terlebih dahulu kapasitas (m3/h atau CFM) dan
static pressure-nya, untuk menentukan ini telah dibahas pada posting perhitungan dust
collector. Bila hasil perhitungan didapat pressure loss yang tinggi >6000 pa
gunakanlah jenis high pressure blower, ciri khas blower jenis ini berbentuk ramping
dan tipis dengan perbandingn umumnya antara lubang inlet dan diameter impeller 0.5

, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.


3. Sesuai kapasitas dan pressure lossnya carilah type blower dengan tingkat effisiensi
yang tertinggi. Hal ini dapat diketahui dari grafik blower.
4. Beberapa produsen blower MZ Blower , Vanco Fan
Share
Posted by Wahyu Anggodo at 08:31 0 comments
Labels: blower

Tuesday, 12 April 2011


Venturi Wet Scrubber (1)

Satu lagi jenis saringan udara/separator yang akan kita bahas disini adalah wet scrubber. Wet
scrubber digunakan untuk aplikasi debu : sangat higroskopis, gampang terbakar/explosive,
lembab, liquid aerosol, hasil gerinda metal, flue gas dari boiler.
Cara kerjanya : udara kotor masuk kedalam venturi dimana pada venturi dialirkan air
kedalamnya, karena mengecilnya diameter maka kecepatan udara melalui venturi meningkat

sede
mikan rupa sehingga, air yang mengalir
masuk terkena udara berkecepatan tinggi mengakibatkan terjadinya butiran2 air, pada bagian
ini (terutama pada bagian leher yang paling kecil diamaternya=throat) sebagian besar partikel
pollutant ditangkap. Seperti terlihat pada gambar setelah melalui venturi udara mengalir
kedalam tangki sehingga terjadi aliran cylonic dalam tangki. Aliran cyclonic akan
menimbulkan gaya centrifugal sehingga Air dan partikel yang tertangkap akan menempel
pada dinding dalam tangki kemudian mengalir ke bak air. Air dan partikel yang masuk
kedalam bak setelah melewati saringan dihisap kembali oleh pompa dialirkan menuju venturi
kembali, begitu seterusnya sampai air betul2 jenuh kemudian dikuras. Jumlah air yang
dialirkan kedalam venturi disarankan 40% ~ 50% dari berat udara yang masuk dalam kg.

Contoh : udara yang akan dihisap = 18000 m3/jam. (kerapatan udara = 1.2 kg/m3) maka
berat udara yang mengali adalah 18000 * 1,2 = 21600 kg/m3. Jumlah air adalah 40% * 21600
= 8640 kg/m3 air atau (1m3 air = 1000 kg) : 8640/1000 = 8.6 m3/jam air atau kapasitas
pompa.
Share
Posted by Wahyu Anggodo at 09:27 8 comments

Tuesday, 15 February 2011

Static Pressure Ducting


Static Pressure atau Pressure Loss dalam ducting telah diuraikan pada Posting "Perhitungan
untuk Dust Collector System". Rumus nya memang cukup panjang berikut ini saya sertakan
sebuah kalkulator sederhana untuk menghitung static pressure untuk ducting (asumsi material
ducting plat besi, suhu udara 20 degC tekanan udara 1 atm). Kalkulator ini berguna untuk
mempercepat perhitungan, untuk urutan cara perhitungan static pressure khusunya pada
ducting yang bercabang2 ikuti pedoman pada posting sebelum ini : "Perhitungan untuk dust
collector system". Klik disini untuk down load software dari kalkulator tsb. Share
Posted by Wahyu Anggodo at 08:22 1 comments

Saturday, 15 January 2011


Cegah Kebakaran : Spark Detector
Kebakaran merupakan momok terbesar dalam industri manufaktur. Dalam dust
collector kebakaran dapat dicegah dengan menggunakan spark detector unit. Umumnya
kebakaran berasal dari serbuk terbakar atau percikapan api yang terbawa/terhisap masuk
kedalam sistem dust collector. Percikan atau serbuk yang terbakar misalnya berasal dari
mesin2 sander, atau mesin2 cutting. Bagaimana cara kerja spark detector ? Spark detector
terdiri dari unit sensor, spray system dan control panelnya seperti terlihat pada gambar
disamping kiri. Sensor kemudian nozzle spray pada
gambar di kanan dipasang pada ducting sebelum masuk

kedalam silo atau bagfilter, kerja sensor adalah mendeteksi adanya sinar infra merah yang
melewati ducting. Apabila ada debu yang terbakar melawati sensor maka sensor akan
mendeteksi dalam hitungan detik dan akan memerintahkan spray nozzle untuk menbuka dan
menyemprotkan air untuk memadamk

an serbuk yang terbakar sebelum memsauki ruang bagfilter atau silo. Nozzle maupun sensor
menggunakan power DC 24V yang dapat digerakkan oleh batere pada panel spark detector,
sehingga walaupun lampu mati spark detector tetap bekerja. Website :
http://www.safevent.dk/en/ dan http://www.grecon.de/
Share
Posted by Wahyu Anggodo at 03:14 0 comments

Sunday, 5 December 2010


Alat Ukur untuk Dust Collector

Gambar disamping ini adalah alat ukur yang


digunakan untuk Dust Collector, adalah Dwyer Air Velocity Kit dilengkapi dengan pitot tube.
Dengan alat ini dapat diukur kecepatan udara, static pressure, dan dynamic pressure di dalam
ducting. Share
Posted by Wahyu Anggodo at 05:00 0 comments

Saturday, 4 December 2010


RPM Blower (3)
Seringkali kita memiliki blower tetapi data grafik, kapasitas, static pressure tidak ada, tetapi
kita ingin menaikkan kapasitasnya. Untuk blower yang digerakkan oleh pulley kapasitas
dapat dinaikkan dengan meningkatkan RPM blower (lihat posting RPM blower (1)), cara
termudah adalah dengan menggunakan kuat arus (ampere motor), langkahnya adalah sbb :
1. Ukur ampere dan volt dari motor saat berjalan.
2. Hitung aktual power yang digunakan :
BHP1(Kw) =
Power nameplate (kw)*(ampere berjalan/ampere nameplate) *(volt berjalan/volt nameplate).
BHP2(Kw) = 90% * power name plate
Rumus diatas berlaku untuk motor diatas 5HP
3. Berapa besar RPM harus dinaikkan? tentunya harus sesuai dengan power motor bila terlalu
besar kenaikkan RPM maka motor akan terbakar, untuk itu gunakan rumus hukum blower/fan
:

BHP2 = BHP1 * (RPM2/RPM1)^3


RPM2= RPM1 * (BHP2/BHP1)^1/3
BHP2: power setelah RPM dinaikkan
BHP1: power sebelum RPM dinaikkan (power yang dihitung pada point 2 diatas)
RPM1: RPM sebelum dinaikkan
RPM2: RPM setelah dinaikkan
contoh :
Blower dengan motor 7.5 kw, RPM1= 1400, full load ampere pada name plate = 15.7 A,
voltase pada nameplate = 380 v, hasil pengukuran dengan tang ampere rata2 = 9 A,
pengukuran voltase rata2 = 380v. Mau dinaikkan kapasitasnya sampai mendekati batas power
motor (90%).
Jawaban :
BHP1 = 7.5 * (9/15.7) * (380/380) = 4.3 kw
BHP2 = 90% * 7.5 = 6.75 kw
RPM2 = 1400 * (6.75/4.3)^1/3
RPM2 = 1627
Jadi RPM dinaikkan menjadi 1627
Share
Posted by Wahyu Anggodo at 14:33 0 comments

Thursday, 21 October 2010


RPM Blower (2)

Disamping ini adalah contoh dari grafik


karakteristik blower, setiap blower memiliki grafik karakteristik sendiri yang di buat oleh
produsen blower. Dari grafik ini bila kapastas udara (m3/h) dan static pressure (pa) diketahui,
maka power (kW) dan RPM blower dapat dicari. Oleh sebab itu setiap kali membeli blower
mintalah grafik ini karena kelak akan berguna bila suatu saat ada perubahan kapasitas udara
atau line ducting misalnya.

Contoh:
Pada gambar kapasitas udara adalah 10000m3/h sedangkan static pressure adalah 3000 pa,
pada titik pertemuan dari dua garis (merah) terletak garis RPM (hitam) ikuti garis ini maka
RPM blower adalah 1800. Diatas titik pertemuan garis merah ini ada garis putus2 yaitu garis
power blower terlihat disitu adalah 15 kW. Berarti dengan menggunakan blower ini :
kapasitas 10000m3/h dan static pressure 3000pa, memerlukan power 15 kW dan RPM 1800.
Share
Posted by Wahyu Anggodo at 03:23 1 comments

Saturday, 9 October 2010


RPM Blower (1)

RPM atau Rotation Per Minute,


menunujukkan putaran blower per menitnya. RPM dapat diatur sesuai kebutuhan dengan cara
:
1. Khusus untuk blower yang menggunakan pulley untuk penggeraknya (seperti pada contoh
gb disamping). RPM blower dapat diatur dengan menentukan diameter pulley.
2. Dengan inverter yaitu alat khusus untuk mengendalikan putaran motor, alat ini dapat
digunakan baik baik untuk blower dengan penggerak pulley atau blower yang langsung di
gerakkan oleh motor (di-kopel).
Cara menghitung RPM Blower yang menggunakan penggerak pulley adalah sbb :
P1 : P2 = RPM Blower : RPM Motor
RPM Blower = (RPM Motor x P1) : P2
Bila diketahui :
P1 = Pulley pada motor = 12" (inch)
P2 = Pulley pada blower = 10"(inch)
RPM Motor = 1450 (RPM motor umumnya adalah 900, 1450 dan 2800)
Perhitungan :
RPM Blower = 1450 x 12 : 10 = 1740
Share
Posted by Wahyu Anggodo at 19:11 0 comments

Thursday, 16 September 2010

Menentukan Static Pressure/Pressure Loss Bagfilter

Seperti telah disinggung dalam posting sebelum ini


untuk menentukan ukuran bagfilter tahapan nya adalah sbb :
1. Ketahui Kapasitas Udara (m3/jam)
2. Kemudian tentukan Jumlah filter atau luasan filter (= Kapasitas udara (m3/jam)/Air
to cloth Ratio (m3/m2.h))
3. Tentukan statik pressure dari bagfilter.
Static pressure atau pressure loss dapat dicari melalui rumus seperti pada literatur (klik
untuk download) atau menggunakan grafik disamping ini.
Klik disini untuk download grafik diatas.
Contoh soal pada posting sebelum ini ,kapasitas udara yang dihisap adalah 6212.18 m3/jam
luasan filter 46 m2,jumlah filter 32 bh ini dalam menentukan luas filter dipakai air to cloth
ratio nya adalah 135. Dengan grafik dapat langsung diketahui static pressurenya ikuti garis
merah putus2 pada grafik bila ditarik kebawah akan ketemu static pressurenya adalah 105
daPa atau 1050Pa ~ 1100 Pa. Share
Posted by Wahyu Anggodo at 21:08 0 comments

Sunday, 22 August 2010


Menentukan Ukuran Bagfilter

Ukuran Bagfilter ditentukan oleh 2 faktor utama yaitu :


1. Kapasitas Udara
2. Jenis debu dan sifat udara yang dihisap
1. Kapasitas udara
Kapasitas udara atau jumlah udara yang dihisap (m3/jam) akan menentukan berapa luas filter
yang dibutuhkan. Ada besaran tersendiri untuk menentukan ini yang disebut "Air to Cloth
Ratio" yaitu perbandingan antara "kapastas udara (m3/jam)/luas filter (m2)" yang besarannya
tergantung pada jenis debu dan konsentrasinya dalam udara. Seperti dilihat pada tabel
dibawah ini. Tabel ini didapat dari hasil percobaan dan penelitian, setiap literatur (klik disini
untuk melihat literatur) menyajikan angka yang tidak sama. Air to cloth ratio pada tabel ini
adalah yang cukup aman dan telah diterapkan oleh penulis selama ini cukup memberikan
hasil yang baik, perlu diperhatikan bahwa tabel air to cloth ratio dibawah ini adalah untuk
bagfilter dengan sistem pembersihan Pulse Jet. Menentukan besaran Air to Cloth Ratio
merupakan hal yang sangat krusial dalam merancang Bagfilter, kesalahan dalam menentukan
dapat mengakibatkan filter cepat blocking khusunya bila air to cloth ratio ditentukan lebih
besar dari ketentuan. Akibat blocking filter adalah kapasitas udara hisap akan menurun dan
kecepatan hisap pada lubang hisapan (suction) juga turun, karena debu yang menempel pada
filter sudah terlalu tebal dan tidak bisa jatuh. Bagaimana menentukan l

uas
filter?
contohnya
adalah
sbb
:
Pada posting sebelum ini di gunakan separator cyclone sebagai penyaring nya dengan
kapasitas 6212.18 m3/jam sekarang kita gantikan dengan bagfilter misalkan jenis debunya
adalah sebu kayu atau "sawdust" yang pada tabel disamping ini mempunyai Air to cloth
ratio sebesar 135 - 145. Bila konsentrasi debu banyak kita ambil nilai terkecil 135 yang
berarti luas filter adalah 6212.18 / 135 = 46 m2. Bila satu tabung filter berukuran dia. 160 x
panjang 2900mm (luas area 1.45m2) berarti kita membutuhkan +/- 32 buah tabung filter.
2.
Jenis
Debu
Jenis debu selain menentukan "Air to cloth Ratio" juga menentukan jenis filter yang
digunakan. Ada beberapa jenis filter yang biasa digunakan seperti polyester, polypropylene,
fiber glass (nomax) dll, klik disini untuk detailnya atau hal ini bisa dikonsulatasikan pada
supllier filter.
Share
Posted by Wahyu Anggodo at 07:47 0 comments

Saturday, 31 July 2010


Bagfilter

Disamping ini adalah gambar 1 bagfilter (klik untuk


memperbesar) berikut bagian2 nya dalam tulisan ini akan saya terangkan mengenai bagian2
dari bagifilter, dan cara kerjanya, serta sample asbuilt drawing dari bagfilter.

1.

Bagian2

Bagfilter

Terdiri
dari
:
a. Housing Bagfilter; atau kotak tempat filter, seperti terlihat pada gambar 1 housing bagfilter
dibagi dalam 2 bagian yaitu bagian atas dimana ruang udara bersih, dan bagian bawah nya
ruang udara kotor. Letak filter adalah pada ruang udara kotor. Konstruksi dari housing harus
cukup kuat menahan tekanan udara (+), maupun negatif (-) /vakum. Dan kedap udara.
b.Filter ; umumnya filter berbentuk kantong silinder bagian atas lubang (untuk keluarnya
udara) dan pada bagian bawah tertututp (buntu). Diameter antara 120 s/d 200 mm umum
digunakan diameter 160 mm dengan jarak antara masing2 filter 200mm. Material filter terdiri
dari jenis polyester, polypropelene, fiberglass dll,- pemilihannya tergantung jenis debu dan

sifat kimiawi dari debu dan udara


yang di-filter seperti
kandungan asam, alkali, suhu udara dll. untuk persisnya dapat klik disini untuk menghubungi
vendor
filter.

c.Filter cage; berbentuk keranjang/cage/frame terletak pada bagian dalam silinder filter
fungsinya adalah untuk menahan filter tetap mengembang sehingga udara dapa lewat
didalamnya. Filter cage ini terbuat dari material besi galvanis dia. 5-6mm.
d.Venturi ; lihat gambar 1 diatas venturi terletak pada bagian atas cage/filter (bagian
keluarnya udara dari silinder filter). Fungsinya adalah mengarahkan udara pulse jet
pembersih filter . Penggunaan venturi akan meningkatkan efektifitas pembersihan filter, bila
tanpa venturi tekanan compressor adalah 6-8 bar dengan venturi tekanan cukup 4-6 bar.
Material terbuat dari plat galvanis atau aluminium cor.
e.Solenoid Valve ; katup pembuka aliran compressed air kedalam kantong filter, untuk
membersihkan
filter
(GOYEN
solenoid
valve).
f.Header, diafragma dan nozzle; header adalah tabung penampung compressed air, diaragma
adalah pipa penghubung dari solenoid valve ukurannya sama dengan solenoid valve, nozzle
terbuat
dari
pipa
ukuran
dia.
12
mm/14
mm.
g.Rotary air lock; pada bagian bawah Housing berfungsi untuk pembuangan debu yang
tertampung pada hopper, walaupun tetap berputar tetapi udara tidak dapat masuk/keluar dari
dalam
Bagfilter
umumnya
degerakkan
oleh
gearbox/gearmotor.

2.
Cara
Kerja
Bagfilter
Seperti terlihat pada gambar 1 diatas udara kotor masuk melalui bagian kiri bawah bagfilter
kemudian masuk ke tabung filter dimana udara akan disaring, sebagian besar partikel debu
yang besar akan jatuh kedalam "hopper" sedangakan partikel yang kecil akan menempel pada
dinding filter. Setelah melalui filter udara akan mengalir keatas memasuki ruang udara bersih
dan
terus
keluar
melalui
outlet
bagian
kanan
atas.
Selama proses tsb diatas berlangsung dialkukan pembersihan filter, yang ada pada contoh
gambar 1 &2 diatas adalah menggunakan sistem "pulse jet cleaning", ada beberapa cara
memang yang umum dipakai untuk pembersihan bagfilter selain pulse jet yaitu, sistem shaker
(menggoyang filter), dan sistem Reverse air (Klik disini untuk melihat reverse air bagfilter).
Pada tulisan ini sistem yang diganakan adalah Pulse Jet. Pada gambar 2 disamping ini adalah
saat pembersihan filter solenoid valve pada lajur 1 membuka sesaat (gambar 3) sehingga
aliran
udara
bertekanan
mengalir
membersihkan filter2 pada lajur 1 selang beberapa saat 15-30 detik kemudian lajur 2

selanjutnya lajur 3 dst, kemudian kembali lagi ke lajur 1. Selang waktu membuka dari
solenoid valve diatur oleh alat "sequential timer". Klik disini untuk melihat foto2 Bagfilter.
Share
Posted by Wahyu Anggodo at 17:38 1 comments
Labels: bagfilter

Friday, 19 March 2010


Cyclone

Disamping ini adalah gambar cyclone yang ada pada pabrik particle board. Cerobong udara
bersih keluar cyclone dipasang elbow untuk menghindari air hujan masuk. Material cyclone
adalah Mild Steel tebal 4mm.
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam pembuatan cyclone agar berfungsi dengan baik
adalah :
1. Silinder cyclone baik bagian atas maupun bawah (kerucut) harus betul2 bulat / tidak oval.
2. Permukaan dalam cyclone harus rata betul tidak boleh ada bagian2 yang menonjol.

Share
Posted by Wahyu Anggodo at 08:11 0 comments

Thursday, 18 March 2010


Merancang Cyclone

Cyclone adalah salah satu dari jenis dust separator yang paling sederhana dan juga murah.
Cara kerjanya seperti terlihat pada gambar disamping ini : Gerakan pusaran (cyclonic) dari
aliran udara akan menyebabkan terjadinya gaya sentrifugal pada partikel debu, akibatnya
partikel debu akan terkumpul pada dinding cyclone dan selanjutnya jatuh melalui lubang
bawah, sedangkan udara yang berseih akan keluar mewlalui cerobong.
Bagaimana kita menantukan dimensi cyclone? dan berapa static pressurenya ?
Kecepatan didalam cyclone :
V = Q/(W*(D-De)/2) m/s .........(1)
Perbandingan proporsi ukuran cyclone adalah sbb.....(2)

(lihat gambar disamping)


De = 0.5*D

Lc = 3*D
Lb= 1.6*D
Dd=0.25*D
S =0.9*D
H =0.6*D
W =0.18*D
Dari Rumus (1) dan (2) didapat :
D = (5.7*Q/V)^0.5
Dimana :
D= Diameter Cyclone (m)
Q=Kapasitas udara (m3/s)
V=Kecepatan udara didalam cyclone (m/s)
Static Pressure/Pressure loss Cyclone :
P= C * ((p*Q^2)/(2*De^2*W*H)) N/m2
Dimana :
P= Pressure Loss
p= kerapatan udara=1.185 (20 deg C)
De=Diameter cerobong cyclone (lihat gb)
W= lebar inlet cyclone (lihat gb)
H= tinggi inlet cyclone (lihat gb)
Contoh kasus :Kita ambil contoh dari posting sebelum ini dimana kapasitas udara pada line
ducting adalah 6212.18 m3/jam yang berarti kapasitas udara sebesar ini akan melewati
cyclone ini. Kisaran kecepata yang optimal melalui cyclone adalah 8-10 m/s. Berapa dimensi
cyclone yang dipakai untuk line ini?
D = (5.7*Q/V)^0.5
Q= 6212.18 m3/jam = 1.725 m3/s
V=9 m/s
Jadi :
D = 1.045 m = 1045 mm ~ 1100 mm
Dimensi Cyclone :
De=0.5*D = 0.5*1100 = 550 mm
Lc=3*D = 3*1100 = 3300 mm
Lb=1.6*D = 1.6*1100 = 1760 mm
Dd= 0.25*D = 0.25 *1100 = 275 mm
S = 0.9*D = 0.9 * 1100 = 990 mm
H = 0.6*D= 0.6 * 1100 = 660 mm
W = 0.18*D = 0.18*1100 = 198 mm
Selanjutnya adalah menentukan static pressure cylcone :
P= C * ((p*Q^2)/(2*De^2*W*H)) N/m2
p=1.185
De=550mm=0.55m
W=198mm=0.198m
H=660mm=0.66m
C=konstanta

Dari Grafik 1 n=0.7 ; dari Grafik 2 C=16


Jadi :
P = 713.6 N/m2 atau 713.6 Pa.

Share
Posted by Wahyu Anggodo at 09:12 1 comments
Labels: cyclone

Tuesday, 9 March 2010


Merancang Dust Collector : Ducting Kotak (Square Duct)
Kalau sebelum ini pada posting sebelumnya yang dibahas adalah Duct berbentuk lingkaran
(circular duct), bagaimana dengan ducting kotak (square duct), bagaimana cara menghitung
"pressure loss" nya :
1. Konversi terlebih dahulu ducting kotak ke diameter dengan menggunakan rumus diameter
ekivalen sbb :
De = 1.30 * [{(a*b)^5}/{(a+b)^2}]^0.125
Dimana :
a = Panjang (pada sisi penampang ducting/lubang)
b = Lebar (pada sisi penampang ducting/lubang)
2. Setelah diketahui De maka hitunglah pressure loss nya menggunakan rumus ducting bulat
seperti ditunjukkan pada posting sebelum ini.
3. Untuk menghitung kapasitas = V*A ; seperti juga mengihitung kapasitas untuk ducting
bulat tetapi luas area dihitung menggunakan diameter ekivalen (De).
Ducting kotak umumnya banyak digunakan pada sistem AC central karena penempatannya
yang sempit ukuran kotak lebih menghemat tempat, sedangkan untuk dust collector
sebaiknya menggunakan ducting bulat untuk menghindari pengendapan debu. Share
Posted by Wahyu Anggodo at 14:45 0 comments

Tuesday, 23 February 2010


Merancang Dust Collector : Ducting Line
Dibawah ini adalah line ducting yang baru selesai di kerjakan pada pabrik kayu, mesin2nya
belum tampak terpasang. Material ducting terbuat dari BJLS. Kecepatan hisap pada suction
umumnya untuk mesin2 perkayuan berkisar antara 25-30 m/s.

Dibawah ini adalah gambar ducting line pada mesin cigarette maker dimana 1 mesin terdiri
dari ducting untuk menghisap debu dan ducting untuk transport tembakau ke mesin

Share
Posted by Wahyu Anggodo at 04:59 0 comments

Friday, 1 January 2010


Perhitungan untuk Dust Collector System
Untuk merancang dust collector yang terdiri dari : ducting-blower-filter diperlukan 2
parameter
Yaitu :
1. Kapasitas udara hisap dari ujung2 ducting
2. Pressure loss (kehilangan tekanan) yang terjadi selama udara bergerak dari ujung
ducting sampai keluar dari filter (keluar dari sistem dust collector ke udara bebas).
Berikut dibawah ini adalah ulasan yang menjelaskan ke-2 parameter diatas :
1. Kapasitas udara hisap atau air volume dengan satuan volume per satuan waktu
(m3/jam; cfm, dll) adalah debit udara dengan rumus :
Q = v * A; Q=kapasitas udara (m3/jam, cfm); v=kecepatan udara hisap (m/detik,fpm)
A=luas penampang lubang hisap (m2, cm2, ft2).
Disini (v) kecepatan udara hisap sangat penting, bergantung dari jenis debu/serbuk yang
dihisap dan jarak antara lubang hisap dan sumber debu.
Kapasitas udara dari sistem adalah Q1, Q2 etc,- dari setiap lubang hisap dalam sistem dust
collector tsb.
2. Pressure loss adalah kehilangan tekanan karena pergerakan udara dari ujung hisap sampai
keluar sistem. Rumus nya untuk pipa ducting adalah : Pf=*(l/d)*(/2*g)*v2 ; Pf=static
pressure atau pressure loss (kg/m2 atau mmH20); d=diamater pipa (m); l=panjang pipa (m);
=koefisien gesek pipa ; =berat jenis udara (1.2kg/m3); v=kecepatan rata2 udara (m/s);
g=gravitasi (9.8 m/s2).
"Apabila ducting line terdiri dari banyak cabang cari ducting terjauh atau yang
mempunyai static pressure terbesar".
Dari ke-2 parameter tersebut menentukan : ukuran ducting (duct sizing), jenis dan power
blower, jenis dan kapasitas filter sesuai dengan debu yang dihisap.
Contoh Kasus :Berikut ini adalah gb layout line dust collectror terdiri dari 3 buah lubang
hisap (suction) : 1. dia.127mm ; 2. dia.150mm dan 3. dia.200mm.

Dari lubang2 suction tsb. Langkah ke-1


kita gambar jalur pipa ductingnya yang menuju ke blower dan dari blower menuju cyclone
(penyaring debu).
Langkah ke-2 adalah menentuan kapasitas dari udara yang dihisap atau debit dari ke-3
lubang hisap tsb. Sebelumnya tentykan dahulu berapa kecepatan udara yang kita inginkan,
pada gambar kecepatan udara hisap pada lubang dia. 127 = 25m/s; pada lubang dia.150 =
30m/s dan pada lubang dia.200 = 28m/s. Dari data tersebut kita buat perhitungan seperti tabel
dibawah ini :

Total kapasitas/debit udara yang harus dihisap adalah 6212.18 m3/jam.


Langkah ke-3 adalah menentukan diameter dari semua pipa ducting yang menuju blower
dan
Cyclone. Tabel dibawah ini akan menunjukkan cara menentukan ukuran diameternya.
Sebelumnya kita pastikan dulu berapa kecepatan udara melalui pipa ducting, dalam contoh
ini kita tentukan 25 m/s.
Kapasitas pipa ducting no.4 adalah jumlah dari kapasitas hisap lubang dia. 127 dan dia. 150.
Sedangkan kapasitas ducting no.1 adalah jumlah dari lubang dia.127, dia.150 dan dia.200.
(pada tabel dibawah ini A=luas penampang ducting, didapat dari Q(m3/s)/V(m/s))

Pada kolom paling kanan adalah ukuran


diameternya. Untuk memudahkan dalam pembuatan ducting diameter ducting dapat
dibulatkan misalnya diameter 297 menjadi 300mm dst. Langkah ke-4 adalah menentukan
berapa pressure loss yang terjadi pada line ducting tsb. diatas. Berikut ini adalah tabel
perhitungannya : Sebelumnya dari gambar diatas tentukan "jarak paling jauh" antara blower
ke lubang hisap, dari gambar diatas jarak terjauh
dari sinilah kita memulai perhitungan pressure loss, atau bisa diartikan juga kita memulai

perhitungan dari asumsi pressure loss


terbesar. Jumlah pressure loss dari sejak lubang hisap sampai dengan keluar dari cyclone
adalah sebesar 1846.13 Pa pada perhitungan tabel disamping digunakan koef gesek = 0.135,
berat jenis udara = 1.2 kg/m3 dan gravitasi 9.8 m/s2. Untuk cyclone pada kasus tsb. diatas
kita asumsikan mempunyai loss 800 pa. Besar kecilnya loss pada cylone ditentukan oleh
jenis cyclone umumnya pembuat cyclone akan memberikan besarnya pressure loss pada
cyclonnya sesuai kapasitas udara yang kita inginkan (6212.18 m3/jam). Langkah terakhir
yaitu Langkah ke-5 adalah menentukan besar blower dan power dari blower. Bila Anda
memiliki kurva performance yang dikeluarkan oleh produsen blower dari Kapasitas Udara
6212.18 m3/jam dan pressure loss/static pressure sebesar 1846.13 Pa dapat diketahui besar
blower yang diinginkan, power motor dan RPM nya. Atau cukup anda memberikan data
kapasitas udara dan pressure loss/static pressure kepada produsen blower, maka mereka
akan menentukan blowernya.
Atau Anda ingin mengetahui sebelumnya berapa kira2 power motor yang dibutuhkan, dapat
diketahui dengan rumus : KW = (kapastas(m3/detik)*pressure loss(Pa))/(effisiensi
blower*1000). Kita asumsikan effisiensi adalah 60% (umumnya antara 50% - 80%
tergantung jenis dan merk blower) maka dengan menggunakan rumus ini contoh diatas
memerlukan blower dengan power motor sebesar 5.3 KW. Lihat posting memilih blower.

Anda mungkin juga menyukai