Anda di halaman 1dari 7

PERENCANAAN PELAT BANGUNAN GEDUNG

DENGAN METODE MARCUS


Shyama Maricar **

Abstract
This paper explained more circumstantial of planning lisp at a building by using Method of Marcus, load
and bone volume of the lisp were calculated by using method Marcus. In this method, the flatten load is
calculated using tables and the point load is calculated with formula and table.
The result shows that by using formula 1,2 MD + 1,6 ML of combination load, the maximum encumbering
values were obtained for Mlx, Mly,Mtx, Mty.
From the reinforcement calculation, the reinforcement of field in x direction use 12 150 mm and for the
fulcrum use 12 150 mm. In y direction, reinforcement of the field and the fulcrum use 14 150 mm.
For the convenience, The reinforcement with 14 150 mm is used for x and y direction.
Keyword: Burden, Momen And Bone

1.

Pendahuluan
Dalam merencanakan sebuah pelat, ada tiga
metode yang dapat digunakan yaitu metode
Marcus, metode perencanaan langsung dan metode
portal ekivalen.
Metode marcus didasarkan pada pendekatan
momen dengan menggunakan koefisien-koefisien
yang disederhanakan dimana koefisien ini telah
dicantumkan dalam sebuah tabel sesuai dengan
kondisi perletakan ujung-ujung pelat.
Metode perencanaan langsung yaitu metode dimana
yang diperoleh adalah pendekatan momen dengan
menggunakan koefisien-koefisien yang telah
disederhanakan.
Sedangkan
metode
portal
ekivalen
digunakan untuk memperoleh variasi longitudinal
dari momen dan geser, maka kekakuan relatif dari
kolom-kolom berikut sistem lantai dimisalkan
dalam analisis pendekatan dan kemudian diperiksa.
Dalam kaitannya dengan penyusunan jurnal
ini, maka penulis termotifasi untuk mengetahui
lebih mendalam tentang bagaimana cara
merencanakan sebuah pelat dengan metode marcus.
Atas dasar motivasi tersebut diatas maka penulis
mencoba untuk merencanakan sebuah pelat
bangunan gedung dengan Metode Marcus.
Dalam penulisan jurnal ini, yang menjadi
pokok bahasan adalah Perencanaan Pelat Bangunan

Gedung Metode Marcus, dengan batasan masalah


sebagai berikut :
a. Cara perhitungan perencanaan pelat bangunan
gedung dengan menggunakan metode Marcus.
b. Cara perhitungan pembebanan pelat bangunan
gedung dengan menggunakan rumus dan tabel
Bitner yang terdapat dalam buku Konstruksi
Beton Indonesia karangan Ir. Sutami, dimana
pembebanan yang ditinjau adalah beban hidup
berupa beban merata serta beban mati yaitu
beban akibat berat sendiri pelat.
c. Perhitungan Volume tulangan yang digunakan.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Penentuan tebal pelat
Berdasarkan SKSNI-T-15-1991-03 tebal
pelat lantai tanpa balok interior disyaratkan
memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
Tebal minimum pelat yang menghubungkan
tumpuan-tumpuannya harus memenuhi tebal
dalam tabel 1.
Untuk fy diantara 300 dan 400 Mpa, digunakan
interpolasi linier dan tebal minimum pelat tanpa
balok interior tidak boleh kurang dari nilai
berikut :
a. Pelat tanpa penebalan . 120 mm.
b. Pelat dengan penebalan 100 mm.

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu

Tebal pelat dengan balok yang menghubungkan


tumpuan pada sisinya harus :
h=

perencanaan tulangan dan penggambaran hasil


perancangan.

Ln (0,8 + fy / 1500)
; (1)
36 + 5 [m 0.12 (1 + 1 / )]

Tetapi tidak boleh kurang dari :

h = Ln ( 0 ,8 + fy / 1500 ) ; .(2)
36 + 9
dan tidak perlu lebih dari :

B
G

Gambar 1. Sistem Pelat satu arah

h = Ln ( 0 ,8 + fy / 1500 ) ...(3)
36
2.2 Beban-beban yang bekerja pada gedung
Beban hidup
Beban hidup yang bekerja pada lantai
gedung terbagi menjadi dua bagian yaitu beban
terbagi rata dan beban terpusat, dimana pada beban
terpusat yang ditinjau adalah beban kolom ,
sedangkan untuk beban merata umumnya diambil
2.000 Kg/m2 4.000 Kg/m2.
Untuk perhitungan beban terpusat nilai-nilai
Momen Maximum Lapangan dan Momen Jepit
yang mungkin ada akibat beban terpusat W, dengan
bentuk pembebanan suatu bentuk persegi panjang
dimana mempunyai ukuran bx dan by adalah :

a1 . bx + a 2 . by
Lx
Ly
M=

+ a3
x W ....(4)

bx + by
Lx
Ly

+ a4

Besar koefisien koefisien a1, a2, a3, dan a4


tergantung dari Ly/Lx dan derajat jepit dari masingmasing sisi.
Beban mati
Beban mati yang ditinjau pada perencanaan
pelat lantai bangunan adalah beban/berat sendiri
dari pelat lantai bangunan
2.3 Perencanaan Pelat Dengan Metode Marcus
Menurut SK SNI T-15 Tahun 1991
perancangan dan analisis sistem pelat lantai satu
arah dan dua arah meliputi penentuan persyaratanpersyaratan,
penentuan
gaya-gaya
dalam,

B
B

B
B

Gambar 2. Sistem Pelat dua arah


Jika perbandingan panjang terhadap lebar
dari pelat 2, maka hampir semua beban lantai
menuju balok-balok dan hanya sebagian kecil yang
akan disalurkan secara langsung
Jika perbandingan dari bentang panjang terhadap
bentang pendek 2 kondisi pelat ini dapat
direncanakan sebagai Pelat dua Arah dimana beban
pelat disalurkan pada keempat sisi pelat atau balok
pendukung, akibatnya tulangan utama pelat
diperlukan pada kedua arah sisi pelat.
Dalam
perencanaan
pelat
dengan
menggunakan metode Marcus ada beberapa tipe
ujung tepi pelat yang harus diperhatikan yaitu tepi
pelat yang terjepit penuh, terjepit elastis dan terjepit
bebas.
Di sudut-sudut pelat dimana bertemu tepitepi yang terletak bebas, harus dipasang tulangan
atas dan bawah dalam kedua arah untuk memikul
momen-momen puntir disitu. Jumlah tulangan ini
untuk kedua jurusan harus diambil sama dengan
jumlah tulangan lapangan yang terbesar. Jaring
tulangan ini untuk kedua jurusan harus meliputi
dearah tidak kurang dari 1/5 bentang pelat diarah
tegak lurus tepi yang ditinjau.

186

Perencanaan Pelat Bangunan Gedung Dengan Metode Marcus

Pada pelat-pelat dengan Ly/Lx > 2.5 harus


diperhitungkan adanya momen lapangan positif
searah bentang yang panjang sebesar Mly = + 0.2
Mlx, kecuali pada tepi yang pendek harus
diperhitungkan adanya momen tumpuan negatif
sebesar Mty = -0.6 Mlx apabila pada tumpuan
tersebut pelat terjepit elastis atau menerus, dan
sebesar Mty = -0.3 Mlx apabila pada tumpuan
tersebut pelat terletak bebas. Dalam hal ini pada

tepi yang pendek tersebut juga harus


diperhitungkan adanya momen tumpuan positif
sebesar Mty = +0.3 Mlx. Tulangan untuk memikul
momen tumpuan negative tersebut harus diteruskan
sepanjang minimum 1/5 Lx , sedangkan tulangan
untuk memikul momen tumpuan positif tersebut
harus diteruskan sepanjang minimum Lx.

1/5Lx

1/5Lx

Lx

Ly > 2,5 Lx

1/2Lx

Gambar 3. Sketsa tulangan pelat untuk memikul momen tumpuan

.q.Lx

.Lx

Ly -.La

.Lx

.q.Lx

Lx

Ly
Gambar 4. Sketsa beban-beban yang bekerja pada balok pemikul dari pelat

187

MEKTEK TAHUN VII NO. 3, SEPTEMBER 2005

3. Diagram alir perhitungan tulangan pelat


Setelah nilai-nilai momen maksimum
diperoleh yaitu nilai momen maksimum tumpuan
dan nilai momen maksimum lapangan maka

perencanaan tulangan pelat lantai dapat dihitung.


Diagram perhitungan tulangan pelat mengikuti
diagram alir pada gambar 5 dan gambar 6..

Mulai

Data data :
Mutu beton (f C)
Mutu baja (fy)
Lebar pelat (b)
Tebal efektif pelat (d)

Hitung nilai min.


min =

1,4
fy

Hitung nilai b.
= 0 . 85 . f ' C 600
fy 600 + fy

Hitung nilai max.


max = 0,75 . b.

Hitung nilai

fy
Mu
= . .fy ( 1 0,588 .
) 10 3
2
bd
f 'c

Apakah :
min < < max

Ya

Hitung luas tulangan (AS).


AS = . b . d

tidak
A

Gambar 5. Diagram alir perhitungan tulangan pelat

188

Perencanaan Pelat Bangunan Gedung Dengan Metode Marcus

Apakah :
< min

Ya

tidak
Ya

Apakah :
> max

Rubah dimensi

tidak
Hitung luas tulangan (AS).
AS = min . b . d

Selesai
Gambar 6. Diagram alir perhitungan tulangan pelat

4.0 m

4.0 m

4.0 m

4.0 m

4.0 m
6.0 m

6.0 m

6.0 m

Gambar 7. Sketsa pelat gedung rencana

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Data perencanaan pelat bangunan gedung

189

Diketahui data-data perencanaan adalah


Panjang Bangunan 100 m , Lebar banguan 20 m ,
Mutu beton (f c) 35 Mpa , Mutu baja (fy) 400

MEKTEK TAHUN VII NO. 3, SEPTEMBER 2005

Mpa, Beban merata 3 ton/ml, Ukuran panel 6 x 4


m2.

dalam pelat dapat dihitung dan kombinasi


pembebanannya ditabelkan pada tabel 1 .

4.2 Hasil perhitungan


Dari hasil perhitungan diperoleh h min = 129.293
mm dan h max = 177.778 mm. Maka diambil nilai h
= 150 mm = 15 cm, dimana h min < h < h max =
129.293 mm < 150.00 mm <177.778 mm.
4.3 Perencanaan Pelat Bangunan Gedung Dengan
Metode Marcus
Sketsa/ denah
pelat bangunan rencana
diperlihatkan pada gambar 7.
Perhitungan beban-beban yang bekerja pada
pelat bangunan
Untuk perhitungan perencanaan pelat lantai
bangunan, dianggap terjepit pada keempat sisinya,
(gambar 8) maka perhitungan momen-momen di

Tabel 1. Kombinasi pembebanan yang digunakan


Momen
Sendiri
Mlx
0,2362
Mly
0,1115
Mtx
-0,4986
Mty
-0,3739

Lx = 4.0 m

ly = 6.0 m

Untuk ly/lx = 6.0/4.0 = 1.5


diperoleh :
XLx

= 36 , XLy = 17

Xtx

= 76 ,

Xty = 57

Gambar 8. Sketsa Pelat lantai yang terjepit pada


keempat sisinya

Merata
1,7280
0,8160
-3,6480
-2,7360

Menentukan
3.0482
1,4394
-6,4351
-4,8263

Tabel 2. Hasil perhitungan tulangan lapangan dan tulangan tumpuan pelat


Tulangan lapangan
Tulangan tumpuan
Arah X
Arah Y
Arah X
Arah Y
12 150 = 7.540 cm2 12 150 = 7.540 cm2 12 150= 7.540 cm2 12 150 = 7.540 cm2
Tabel 3. Hasil perhitungan volume tulangan
Diameter
Tulangan
(mm)
(3)

Luas
Tulangan
(m)
(4)

Panjang
Tulangan
(m)
(5)

Jumlah
Tulangan
(Buah)
(6)

Berat
Tulangan
(Kg/m)
(7)

Volume
Tulangan
(m)
(4) x (5) x (6)

Berat
Total
(Kg)
(5) x (6) x (7 )

14 - 300

0.0005131

4.4511

5250

1.209

11.9902619

28252.24448

14 - 300

0.0005131

4.14

5250

1.209

11.1522285

26277.615

14 - 300

0.0005131

2.28

5250

1.209

6.141807

14471.73

14 - 300

0.0005131

6.4511

3583

1.209

11.85994287

27945.17818

14 - 300

0.0005131

6.14

3583

1.209

11.28800502

26597.54058

14 - 300

0.0005131

3.28

3583

1.209

6.030074344

14208.45816

No

Bentuk tulangan

(1)

(2)

Total

58.46231963

137752.7664

190

Perencanaan Pelat Bangunan Gedung Dengan Metode Marcus

Tabel 4. Perhitungan volume pelat


No

Panjang pelat
(m)

Lebar Pelat
(m)

Tebal Pelat
(m)

Volume Pelat
(m)

300

20

0.15

900

Volume tulangan

Total Volume Pelat

58.46231963
(1-2)

Perhitungan tulangan

Data-data perhitungan tulangan adalah


fC = 35 Mpa., Fy = 600 Mpa, b = 600 cm, d =
13.0 cm dan hasilnya ditabelkan pada tabel 2. Dan
Untuk keseragaman pemakaian tulangan, pada
tulangan tumpuan dan lapangan arah x dan arah y
digunakan tulangan 14 150 cm2. Selanjutnya
perhitungan volume tulangan dan volume pelat
terdapat pada tabel 3 dan tabel 4.
5. Kesimpulan dan saran
5.1 Kesimpulan
1. Dalam melakukan perhitungan momen dengan
menggunakan metode Marcus, tabel yang
digunakan hanya berlaku untuk perhitungan
beban merata saja sedangkan untuk beban
terpusat seperti beban roda Truck dan beban
Crane digunakan rumus dan tabel nilai-nilai
koefisien a1, a2, a3 dan a4 yang terdapat dalam
buku Konstruksi Beton Indonesia karangan Ir.
Sutami.
2. Dari hasil perhitungan kombinasi pembebanan
dengan menggunakan rumus 1,2 MD + 1,6 ML,
diperoleh nilai pembebanan maksimum yaitu
akibat berat sendiri pelat sebesar :
MLx (momen lapangan arah x) = 3.0482 ton. m
MLy (momen lapangan arah y) = 1.4394 ton. m
Mtx (momen tumpuan arah x) =- 6.4351ton. m
Mty (momen tumpuan arah y) =- 4.8263ton. m
3. Dari hasil perhitungan tulangan diperoleh :
- Untuk tulangan lapangan arah x digunakan
tulangan 12 150.
- Untuk tulangan tumpuan arah x digunakan
tulangan 12 150.
- Untuk tulangan lapangan arah y digunakan
tulangan 14 150.
- Untuk tulangan tumpuan arah y digunakan
tulangan 14 150.
- Namun, untuk keseragaman pemakaian
tulangan digunakan tulangan 14 150 pada
tulangan tumpuan dan lapangan arah x ,y.
5.2 Saran
1. Dalam melakukan perhitungan nilai-nilai
momen, haruslah diperhatikan jenis perletakan

191

841.5376804

pada masing-masing sisi pelat apakah jenis


perletakannya terjepit, terjepit bebas ataukah
bebas pada keempat sisinya.
2. Dalam melakukan perhitungan perencanaan
tulangan yang akan digunakan perlu
diperhatikan kembali dan dikontrol secara
seksama apakah jenis tulangan yang digunakan
sudah memenuhi sesuai dengan hasil
perhitungan yang telah diperoleh.
3. Dalam menggambar design tulangan yang
nantinya akan dijadikan acuan dalam
melaksanakan pemasangan tulangan perlu
diperhatikan jenis tulangan, diameter tulangan
serta jarak antar tulangan agar nantinya dalam
pelaksanaan tidak terjadi kekeliruan.
6. Daftar Pustaka
Anonymus, 1971. Peraturan Beton Bertulang
Indonesia :
Direktorat
Penyelidikan
Masalah
Bangunan,
Direktorat
Jenderal Cipta
Karya,
Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik,
Bandung
Anonymus,
1987.
Pedoman
Perencanaan
Pembebanan Jembatan Jalan Raya :
Yayasan Badan Penerbit P.U, Jakarta
Anonymus, 1991. Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung SKSNI-T15-1991-03
:
Yayasan
Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung
Ferguson Phil M, Sutanto Budianto, Setianti Kris.
Dasar-dasar Beton Bertulang, Jakarta :
Erlangga, 1986
Kramadibrata Soedjono. Perencanaan Pelabuhan,
Bandung : Ganeca Exact Bandung, 1985
Sutami Ir. Konstruksi Beton Indonesia, Jakarta :
Badan Penerbit P.U, 1971
Wang, Chu-Kia, Salmon Charles G, Hariandja
Binsar. Disain Beton Bertulang, Jakarta :
Erlangga, 1987

MEKTEK TAHUN VII NO. 3, SEPTEMBER 2005

Anda mungkin juga menyukai