Anda di halaman 1dari 10

Ibnu Taimiyah Dalam Pandangan Ulama

Ahlussunnah
Tulisan ini tidak bermaksud memihak atau taashub kepada satu pihak. Keadilan dalam menilai
adalah suatu keharusan (kewajiban) supaya terhindar dalam sikap taashub(fanatik) buta yang
dicela oleh syareat.
Ibnu Taimiyyah al-Harrani adalah seorang ulama kontroversial, cucu dari seorang ulama Ahlus
sunnah yang bernama Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani.
Ada beberapa ulama yang memang memujinya seperti at-Taj al-Fazzari, al-Jalal al-Qazwaini,
Ibn al-Hariri al-Anshari, al-Kamal az-Zamlakani dan lainnya. Namun tidak sedikit para ulama
besar yang mentahdzir Ibnu Taimiyyah dan menghujat beberapa ajaran dan akidah yang
diadopsinya. Fakta ini tidak bisa dipungkiri dan disangkalnya.
Berlebihan memungkiri ulama yang mentahdzir dan menghujat Ibnu Taimiyyah sama saja
merendahkan derajat para ulama besar tersebut. Penilaian para ulama yang telah mentahdzir
Ibnu Taimiyyah bukan didasari penilaian kebencian atau iri hati, namun penilaian yang murni dari
keilmiyyahan, pandangan dan timbangan terhadap banyaknya doktrin dan akidah Ibnu Taimiyyah
yang menyalahi jumhur ulama Ahlus sunnah wal Jamaah, sebagaimana akan kami jelaskan.
Berikut para ulama besar yang mentahdzir dan menghujat Ibnu Taimiyyah :
1. al-Imam al-Hafidz Taqiyyuddin Ali bin Abdil Kafi as-Subuki[1] :



Amma badu, sesungguhnya ketika Ibnu Taimiyyah melakukan suatu hal yang baru dalam
pokok akidah, dan membatalkan dari pondasi-pondasi Islam, rukun dan dasar akidah, setelah ia
menutup dengan mengikuti al-Quran dan Sunnah, menampakkan bahwa ia mengajak kepada
kebenaran, menunjukkan kepada surga, kemudian ia keluar dari mengikuti itu semua menuju
bidah, dan menyempal dari kumpulan Muslimin dengan melanggar ijma dan mengucapkan
sesuatu yang menyebabkan penjisiman dan susunan terhadap Dzat Allah Yang Maha Suci[2]
2. Syaikh Imaduddin Abul Fida mengatakan :


Dan pada tahun 705 H, Taqiyyudin Ahmad bin Taimiyyah berangkat dari Damaskus menuju
Mesir, dan membuat suatu majlis, lalu ia ditahan di buih sebab akidahnya, karena konon ia
mengucapkan tajsim yang ia nisbatkan kepada Ahmad bin Hanbal .[3]

3. Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitamy. Beliau mengatakan dalam kitabnya :




(Ibnu Taimiyyah telah berpendapat) bahwa Alam itu bersifat dahulu dengan satu macam, dan
selalu makhluk bersama Allah. Ia telah menyandarkan alam dengan Dzat Allah Swt bukan
dengan perbuatan Allah scra ikhtiar, sungguh Maha Luhur Allah dari penyifatan yang demikian
itu. Ibnu Taimiyyah juga berkeyakinan adanya jisim pada Allah Swt, arah dan perpindahan. Ia
juga berkeyakinan bahwa Allah tidak lebih kecil dan tidak lebih besar dari Arsy. Sungguh Allah
maha Suci atas kedustaan keji dan buruk ini serta kekufuran yang nyata .[4]
Beliau juga mengatakan :


.

Maka berhati-hatilah kamu, jangan kamu dengarkan apa yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah dan
muridnya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dan selain keduanya dari orang-orang yang telah
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah telah menyesatkannya dari ilmu serta
menutup telinga dan hatinya dan menjdaikan penghalang atas pandangannya. Maka siapakah
yang mampu member petunjuk atas orang yang telah Allah jauhkan ?. Bagaimana orang-orang
sesat itu telah melampai batasan-batasan syareat dan aturan, dan mereka pun juga telah
merobek pakaian syareat dan hakikat, mereka masih menyangka bahwa mereka di atas
petunjuk dari Tuhan mereka, padahal sungguh tidaklah demikian .[5]
4. Al-Qdl al-Mufassir Badruddin Muhammad ibn Ibrahim ibn Jamaah asy-Syafii (w 733 H).
5. Al-Qdl Ibn Muhammad al-Hariri al-Anshari al-Hanafi.
6. Al-Qdl Muhammad ibn Abi Bakr al-Maliki.
7. Al-Qdl Ahmad ibn Umar al-Maqdisi al-Hanbali.
Ke empat ulama yang juga menjabat qodhi inilah yang merekomendasikan fatwa untuk
memenjarakan Ibnu Taimiyyah. Bahkan Ibnu Taimiyyah sudah berulang kali diminta untuk
bertaubat dari paham menyimpang akidahnya, tapi ia selalu terus melanggar setelah bertaubat
berulang-ulang, sebagaimana surat pernyataan taubat beliau berikut ini :

? ? :
] [


.
( (
Segala puji bagi Allah yang aku yakini bahwa di dalam Al-Quran memiliki makna yang berdiri
dengan Dzat Allah Swt yaitu sifat dari sifat-sifat Dzat Allah Swt yang maha dahulu lagi maha
azali dan al-Quran bukanlah makhluq, bukan berupa huruf dan suara, bukan suatu keadaan bagi
makhluk sama sekali dan juga bukan berupa kertas dan tinta dan bukan yang lainnya. Dan aku
meyakini bahwa firman Allah Swt adalah apa yang telah dikatakan oleh
para jamaah (ulama) yang hadir ini dan bukanlah istawa itu secara hakekat dan dhohirnya, dan
aku pun tidak mengetahui arti dan maksud yang sesungguhnya kecuali Allah Swt, bukan istawa
secara hakekat dan dhohir seperti yang dinyatakan oleh jamaah yang hadir ini. Semua yang
bertentangan dengan akidah I ni adalah batil. Dan semua apa yang ada dalam tulisanku dan
ucapanku yang bertentangan dari semua itu adalah batil. Semua apa yang telah aku gtulis dan
ucapkan sebelumnya adalah suatu penyesatan kepada umat atau penisbatan sesuatu yang
tidak layak bagi Allah Swt, maka aku berlepas diri dan menjauhkan diri dari semua itu. Aku
bertaubat kepada Allah dari ajaran yang menyalahi-Nya. Dan semua yang aku dan aku ucapkan
di kertas ini maka aku dengan suka rela tanpa adanya paksaan .
Telah menulisnya : Ahmad bin Taimiyyah, di hari Kamis 6 Rabiul Akhir 707 H .[6]
Di akhir surat pernyataan itu, Ibnu Taimiyyah menyatakan :

.
Dan semua yang telah aku tulis dan katakan dalam kertas ini, maka atas dasar kehendak saya
bukan karena terpaksa. Telah menulisnya Ibnu Taimiyyah, Hasbunallah wa Nimal Wakil .
Surat pernyataaan taubat Ibnu Taimiyyah tersebut telah diketahui dan ditanda tangani oleh para
ulama besar dari kalangan 4 madzhab saat itu, di antaranya Ketua hakim, Badruddin bin
jamaah, Muhammad bin Ibrahim Asy-Syafii, Abdul Ghoni bin Muhammad Al-Hanbali dan syaikh
Ibnu Rifah yang telah mengarang kitab Al-Matlabu Al-Aali syarah dari kitab Al-Wasith imam
Ghozali sebanyak 40 jilid.
Al-Hafidz al-Mujtahid Taqiyyuddin as-Subuki yang hidup semasanya juga turut merekam jejak
kelam Ibnu Taimiyyah yang sering keluar masuk penjara tersebut :




Dan orang ini (maksudnya adalah Ibnu Tiamiyyah), aku telah membantahnya ketika hidupnya
di dalam pengingkarannya terhadap safar untuk ziarah ke Rasulullah. Dan juga
pengingkarannya terhadap persoalan talaq jika bersumpah dengannya. Kemudian nampaklah
bagiku keadaannya yang mengharuskan bahwa ia bukan termasuk orang yang boleh dipegang
dalam naqalan yang menyendiri karena cepatnya kepada penukilan untuk memahaminya
sebagaimana dalam masalah ini (masalah warisan), demikian juga dalam pembahasan yang
dimunculkannya karena bercampurnya tujuan yang dimaksud dengan selainnya dan keluarnya
dari batasnya. Ibnu Taimiyyah adalah orang yang banyak hafalannya, akan tetapi tidak
bersandar dengan satu guru pun dan tidak merasa puas dengan ilmu-ilmu (yang ada), akan
tetapi justru mengambilnya (memahaminya) dengan pemikirannya sendiri yang disertai
keberaniannya, khayalan luasnya dan banyaknya kecacatan. Kemudian sampai padaku sesuatu
yang mengharuskan untuk berpaling dari memandang ucapannya secara umum. Orang-orang
(maksudnya para ulama) di saat hidupnya banyak mendapat ujian untuk membantah
ucapannya. Dan ia dipenjara atas rekomendasi kesepakatan ulama dan para pemerintah .[7]
8. Syekh Kamaluddin Muhammad ibn Abi al-Hasan Ali as-Sarraj ar-Rifai al-Qurasyi asy-Syafii.
salah seorang ulama terkemuka yang hidup semasa dengan Ibn Taimiyah sendiri. Tuffh alArwh Wa Fatth al-Arbh
9. Ahli Fiqih dan ahli teologi serta ahli tasawwuf terkemuka di masanya; Syekh Tajuddin Ahmad
ibn ibn Athaillah al-Iskandari asy-Syadzili (w 709 H).
10. Pimpinan para hakim (Qdl al-Qudlt) di seluruh wilayah negara Mesir; Syekh Ahmad ibn
Ibrahim as-Suruji al-Hanafi (w 710 H) Itirdlt Al Ibn Taimiyah Fi Ilm al-Kalm.
11. Pimpinan para hakim madzhab Maliki di seluruh wilayah negara Mesir pada masanya; Syekh
Ali ibn Makhluf (w 718 H).
12. Syekh al-Faqh Ali ibn Yaqub al-Bakri (w 724 H). Ketika suatu waktu Ibn Taimiyah masuk
wilayah Mesir, Syekh Ali ibn Yaqub ini adalah salah seorang ulama terkemuka yang menentang
dan memerangi berbagai faham sesatnya.
13. Al-Faqh Syamsuddin Muhammad ibn Adlan asy-Syafii (w 749 H). Salah seorang ulama
terkemuka yang hidup semasa dengan Ibn Taimiyah yang telah mengutip langsung bahwa di
antara kesesatan Ibn Taimiyah mengatakan bahwa Allah berada di atas arsy, dan secara
hakekat Dia berada dan bertempat di atasnya, juga mengatakan bahwa sifat Kalam Allah berupa
huruf dan suara.
14. Al-Muhaddits al-Mufassir al-Ushly al-Faqh Muhammad ibn Umar ibn Makki yang dikenal
dengan sebutan Ibn al-Murahhil asy-Syafii (w 716 H). Di masa hidupnya ulama besar ini telah
berdebat dan memerangi Ibn Taimiyah.
15. Imam al-Hfizh Abu Said Shalahuddin al-Ala-i (w 761 H). Imam terkemuka ini mencela dan
telah memerangi Ibn Taimiyah. Lihat kitab Dakh-ir al-Qashr F Tarjum Nubal al-Ashr karya
Ibn Thulun pada halaman 32-33. Ahdts Ziyrah Qabr an-Naby.

16. Pimpinan para hakim (Qdl al-Qudlt) kota Madinah Imam Abu Abdillah Muhammad ibn
Musallam ibn Malik ash-Shalihi al-Hanbali (w 726 H).
17. Imam Syekh Ahmad ibn Yahya al-Kullabi al-Halabi yang dikenal dengan sebutan Ibn Jahbal
(w 733 H), semasa dengan Ibn Taimiyah sendiri. Rislah F Nafyi al-Jihah.
18. Al-Faqh al-Muhaddits Ali ibn Muhammad al-Baji asy-Syafii (w 714 H). Telah memerangi Ibn
Taimiyah dalam empat belas keyakinan sesatnya, dan telah mengalahkan serta
menundukannya.
19. Sejarawan terkemuka (al-Mu-arrikh) al-Faqh al-Mutakallim al-Fakhr ibn Muallim al-Qurasyi
(w 725 H). Najm al-Muhtad Wa Rajm al-Mutad
20. Al-Faqh Muhammad ibn Ali ibn Ali al-Mazini ad-Dahhan ad-Damasyqi (w 721 H). Rislah F
ar-Radd Al Ibn Taimiyah F Mas-alah ath-Thalq. Rislah F ar-Radd Al Ibn Taimiyah F
Mas-alah az-Ziayrah
21. Al-Faqh Abu al-Qasim Ahmad ibn Muhammad ibn Muhammad asy-Syirazi (w 733 H).
Rislah Fi ar-Radd Al Ibn Taimiyah
22. Al-Mufassir Abu Hayyan al-Andalusi (745 H). Tafsr an-Nahr al-Mdd Min al-Bahr al-Muhth
23. Syekh Afifuddin Abdullah ibn Asad al-Yafii al-Yamani al-Makki (w 768 H).
24. Al-Faqh Syekh Ibn Bathuthah, salah seorang ulama terkemuka yang telah banyak
melakukan rihlah (perjalanan).
25. Seorang ulama ahli sejarah terkemuka (al-Mu-arrikh) Syekh Ibn Syakir al-Kutubi (w 764 H).
Uyn at-Tawrikh.
26. Syekh Umar ibn Abi al-Yaman al-Lakhmi al-Fakihi al-Maliki (w 734 H). at-Tuhfah alMukhtrah F ar-Radd Al Munkir az-Ziyrah
27. Al-Qdl Muhammad as-Sadi al-Mishri al-Akhnai (w 750 H). al-Maqlt al-Mardliyyah F arRadd Al Man Yunkir az-Ziyrah al-Muhammadiyyah, dicetak satu kitab dengan al-Barhn asSthiah karya Syekh Salamah al-Azami.
28. Syekh Isa az-Zawawi al-Maliki (w 743 H). Rislah F Mas-alah ath-Thalq.
29. Syekh Ahamad ibn Utsman at-Turkimani al-Jauzajani al-Hanafi (w 744 H). al-Abhts alJaliyyah F ar-Radd Al Ibn Taimiyah.
30. Imam al-Hfizh Abdul Rahman ibn Ahmad yang dikenal dengan Ibn Rajab al-Hanbali (w 795
H). Bayn Musykil al-Ahdts al-Wridah F Anna ath-Thalq ats-Tsalts Whidah.

Bahkan disinyalir Ibn Rajab al-Hanbali termasuk yang menghujat keras Ibnu Taimiyyah
sebagaimana dinaqal oleh Abu Bakar al-Hashni :

:
Ibnu Rajab al-Hanbali termasuk orang yang bekeyakinan kafirnya Ibnu Taimiyyah, dan ia
memiliki karya bantahan atasnya. Ia konon juga mengatakan dengan suara tinggi di salah satu
majlisnya, As-Subuki memang beralasan di dalam mengkafirkan Ibnu Taimiyyah .[8]
31. Imam al-Hfizh Waliyuddin al-Iraqi (w 826 H). al-Ajwibah al-Mardliyyah F ar-Radd Al alAs-ilah al-Makkiyyah.
32. Al-Faqh al-Mu-arrikh Imam Ibn Qadli Syubhah asy-Syafii (w 851 H). Trkh Ibn Qdl
Syubhah.
33. Al-Faqh al-Mutakallim Abu Bakar al-Hushni penulis kitab Kifyah al-Akhyr (829 H). Dafu
Syubah Man Syabbah Wa Tamarrad Wa Nasaba Dzlika Il Imam Ahmad.
34. Salah seorang ulama terkemuka di daratan Afrika pada masanya; Syekh Abu Abdillah ibn
Arafah at-Tunisi al-Maliki (w 803 H).
35. Al-Allmah Alauddin al-Bukhari al-Hanafi (w 841 H). Beliau mengatakn bahwa Ibn Taimiyah
adalah seorang yang kafir. Beliau juga mengkafirkan orang yang menyebut Ibn Taimiyah dengan
Syekh al-Islm jika orang tersebut telah mengetahui kekufuran-kekufuran Ibn Taimiyah.
Pernyataan al-Allmah Alauddin al-Bukhari ini dikutip oleh Imam al-Hfizh as-Sakhawi dalam
kitab adl-Dlau al-Lmi : 9/292.
36. Syekh Muhammad ibn Ahmad Hamiduddin al-Farghani ad-Damasyqi al-Hanafi (w 867 H).
ar-Radd Al Ibn Taimiyah Fi al-Itiqdt.
37. Syekh Ahamd Zauruq al-Fasi al-Maliki (w 899 H). Syarh Hizb al-Bahr.
38. Imam al-Hfizh as-Sakhawi (902 H). al-Iln Bi at-Taubikh Liman Dzamma at-Trkh.
39. Syekh Ahmad ibn Muhammad yang dikenal dengan Ibn Abd as-Salam al-Mishri (w 931 H).
al-Qaul an-Nshir F Radd Khabbath Ali Ibn Nshir.
40. Al-Allmah Syekh Ahmad ibn Muhammad al-Khawarizmi ad-Damasyqi yang dikenal dengan
Ibn Qira (w 968 H).
41. Imam al-Qdl al-Bayyadli al-Hanafi (1098 H). Isyrt al-Marm Min Ibrt Imam.
42. Syekh al-Allmah Ahmad ibn Muhammad al-Witri (w 980 H). Raudlah an-Nzhirn Wa
Khulshah Manqib ash-Shlihn.
43. Syekh Abd an-Nafi ibn Muhammad ibn Ali ibn Iraq ad-Damasyqi (w 962 H). Lihat kitab
Dakh-ir al-Qashr F Tarjum Nubal al-Ashr karya Ibn Thulun pada halaman 32-33.
44. Syekh al-Qdl Abu Abdillah al-Maqarri. Nazhm al-La-l F Sulk al-ml.

45. Imam Syekh Abd ar-Rauf al-Munawi asy-Syafii (w 1031 H). Syarh asy-Syamil alMuhammadiyyah Li at-Tirmidzi.
46. Syekh al-Muhaddits Muhammad ibn Ali ibn Allan ash-Shiddiqi al-Makki (w 1057 H). aLMubrid al-Mubki F Radd ash-Shrim al-Manki.
47. Syekh Ahmad al-Khafaji al-Mishri al-Hanafi (w 1069 H). Syarh asy-Syif Bi Tarf Huqq alMusthaf Li al-Qdl Iydl.
48. Syekh Abd al-Ghani an-Nabulsi ad-Damasyqi (1143 H). Beliau banyak menyerang Ibn
Taimiyah dalam berbagai karyanya.
49. Al-Faqh ash-Shfi Syekh Muhammad Mahdi ibn Ali ash-Shayyadi yang dikenal dengan
nama ar-Rawwas (w 1287 H).
50. Syekh Idris ibn Ahmad al-Wizani al-Fasi al-Maliki. an-Nasyr ath-Thayyib Al Syarh Syekh
ath-Thayyib.
51. Syekh Idris ibn Ahmad al-Wizani al-Fasi al-Maliki. an-Nasyr ath-Thayyib Al Syarh Syekh
ath-Thayyib.
52. Syekh as-Sayyid Muhammad Abu al-Huda ash-Shayyadi (w 1328 H). Qildah al-Jawhir.
53. Syekh Musthafa ibn Syekh Ahmad ibn Hasan asy-Syathi ad-Damasyqi al-Hanbali, hakim
Islam wilayah Duma, hidup sekitar tahun 1331 H. Rislah F ar-Radd Al al-Wahhbiyyah.
54. Syekh Musthafa ibn Ahmad asy-Syathi al-Hanbali ad-Damasyqi (w 1348 H). an-Nuql asySyariyyah.
55. Syekh Mahmud Khaththab as-Subki (w 1352 H). ad-Dn al-Khlish Aw Irsyd al-Khlaq Il
Dn al-Haq.
56. Mufti kota Madinah Syekh al-Muhaddits Muhammad al-Khadlir asy-Syinqithi (w 1353 H).
Luzm ath-Thalq ats-Tsalts Dafah Bim La Yastah al-lim Dafah.
57. Syekh Abd al-Qadir ibn Muhammad Salim al-Kailani al-Iskandarani (w 1362 H). an-Naf-hah
az-Zakiyyah F ar-Radd Al al-Wahhbiyyah. al-Hujjah al-Mardliyyah F Itsbt al-Wsithah alLat Nafath al-Wahhbiyyah.
58. Syekh Ahmad Hamdi ash-Shabuni al-Halabi (w 1374 H). Rislah F ar-Radd Al alWahhbiyyah.
59. Syekh Salamah al-Azami asy-Syafii (w 1376 H) al-Barhn as-Sthiah F Radd Badl alBida asy-Sy-iah. Berbagai makalah dalam surat kabar al-Muslim Mesir.
60. Mufti negara Mesir Syekh Muhammad Bakhit al-Muthii (w 1354 H). Tath-hr al-Fud Min
Danas al-Itiqd.

61. Wakil para Masyyikh Islam pada masa Khilafah Utsmaniyyah Turki Syekh al-Muhaddits
Muhammad Zahid al-Kautsari (1371 H). Kitb al-Maqlt al-Kautsari. at-Taaqqub al-Hatsts
Lim Yanfhi Ibn Taimiyah Min al-Hadts. al-Buhts al-Wafiyyah F Mufradt Ibn Taimiyah. alIsyfq Al Ahkm ath-Thalq.
62. Syekh Ibrahim ibn Utsman as-Samnudi al-Mishri, salah seorang ulama yang hidup di masa
sekarang. Nushrah Imam as-Subki Bi Radd ash-Shrim al-Manki.
63. Ulama terkemuka di kota Makkah Syekh Muhammad al-Arabi at-Tabban (w 1390 H). Barah al-Asyariyyn Min Aq-id al-Mukhlifn.
64. Syekh Manshur Muhammad Uwais, salah seorang ulama yang masih hidup di masa
sekarang. Ibn Taimiyah Laysa Salafiyyan.
65. Al-Hfizh Syekh Ahmad ibn ash-Shiddiq al-Ghumari al-Maghribi (w 1380 H). Hidyah ashShughr. al-Qaul al-Jaliyy.
66. Syekh al-Musnid al-Habb Abu al-Asybal Salim ibn Husain ibn Jindan, salah seorang ulama
terkemuka di Indonesia (w 1389 H) al-Khulshah al-Kfiyah F al-Asnid al-liyah.
67. Syekh al-Muhaddits Abdullah al-Ghumari al-Maghribi (w 1413 H). Itqn ash-Shunah F
Tahqq Man al-Bidah. ash-Shubh as-Sfir F Tahqq Shalt al-Musfir. ar-Rasil alGhumriyyah. Dan berbagai tulisan beliau lainnya.
68. Syekh Hamdullah al-Barajuri, salah seorang ulama terkemuka di Saharnafur India. alBash-ir Li Munkir at-Tawassul Bi Ahl al-Qubr.
69. Syekh Abu Saif al-Hamami secara terang telah mengkafirkan Ibn Taimiyah dalam karyanya
berjudul Ghauts al-Ibd Bi Bayn ar-Rasyd. Beliau adalah salah seorang ulama besar dan
terkemuka di wilayah Mesir. Kitab karyanya ini telah direkomendasikan oleh para masyayikh
Azhar dan ulama besar lainnya, yaitu oleh Syekh Muhammad Said al-Arfi, Syekh Yusuf adDajwi, Syekh Mahmud Abu Daqiqah, Syekh Muhammad al-Bujairi, Syekh Muhammad Abd alFattah Itani, Syekh Habibullah al-Jakni asy-Syinqithi, Syekh Dasuqi Abdullah al-Arabi, dan Syekh
Muhammad Hafni Bilal.
70. Syekh Mukhtar ibn Ahmad al-Muayyad al-Azhami (w 1340 H). Jal al-Awhm An Madzhab
al-A-immah al-Izhm Wa at-Tawassul Bi Jh Khayr al-Anm -Alaih ash-Shalt Wa as-Salm-.
Kitab ini berisi bantahan atas kitab karya Ibn Taimiyah berjudul Rafu al-Malm.
71. Syekh Ismail al-Azhari. Mirh an-Najdiyyah.
72. KH. Ihsan ibn Muhammad Dahlan Jampes Kediri, salah seorang ulama terkemuka Indonesia
yang cukup produktif menulis berbagai karya yang sangat berharga. Sirj ath-Thlibn Al
Minhj al-bidn Il Jannah Rabb al-lamn.
73. KH. Hasyim Asyari Tebu Ireng Jombang. Salah seorang ulama terkemuka Indonesia, perintis
ormas Islam Jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU). Beliau merintis ormas ini tidak lain hanya untuk

membentengi kaum Ahlussunnah Indonesia dari faham-faham Ibn Taimiyah yang telah diusung
oleh kaum Wahhabiyyah. Aqdah Ahl as-Sunnah Wa al-Jamah.
74. KH. Sirajuddin Abbas, salah seorang ulama terkemuka Indonesia. Itiqad Ahl as-sunnah Wa
al-Jamaah. Empat Puluh Masalah Agama
75. KH. Ali Mashum Yogyakarta (w 1410 H), salah seorang ulama terkemuka Indonesia. Hujjah
Ahl as-Sunnah Wa al-Jamah.
76. KH. Ahmad Abd al-Halim Kendal, salah seorang ulama besar Indonesia. Aq-id Ahl asSunnah Wa al-Jamah. Ditulis tahun 1311 H
77. KH. Bafadlal ibn Syekh Abd asy-Syakur as-Sinauri Tuban. Salah seorang ulama terkemuka
Indonesia yang cukup produktif menulis berbagai karya yang sangat berharga. Rislah alKawkib al-Lammah F Tahqq al-Musamm Bi Ahl as-Sunnah. Syarh Rislah al-Kawkib alLammah F Tahqq al-Musamm Bi Ahl as-Sunnah. Al-Iqd al-Fard Bi Syarh Jawharah atTauhd.
Dan masih banyak lagi para ulama yang tidak kami sebutkan sama ada semasa dengan Ibnu
Taimiyyah atau ulama setelahnya.
Sikap Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Sikap kami terhadap Ibnu Taimiyyah adalah menyerahkan akhir urusan beliau kepada Allah
Taalaa, tak ada yang mengetahui akhir hidup Ibnu Taimiyyah, apakah beliau wafat dalam
keadaan taubatnya atau masih dalam keadaan sebelum bertaubat, hanya Allah yang
mengetahuinya. Akan tetapi, segala apa yang ditahdzirkan ulama kepada kami atas semua
fatwa dan ucapan Ibnu Taimiyyah yang dinilai menyimpang dari ajaran dan akidah Ahlus sunnah
wal Jamaah, maka akan tetap kami perhatikan dan terus menyerukan kepada kaum muslimin
agar berhati-hati terhadap fatwa dan pemikiran Ibnu Taimiyyah yang menyimpang dari ajaran
dan akidah Ahlus sunnah tanpa mengesampingkan semua pemikirannya yang sesuai dengan
pemahaman Ahlus sunnah wal Jamaah.
Tulisan ini akan kami lanjutkan kepada beberapa lagi perbahasan tentang
1- Mengapa para ulama banyak menghujat dan mentahdzir pemahaman Ibnu Taimiyyah
sehingga ia sering keluar masuk penjara ?
2- Membahas secara ilmiah dan adil tentang kalam Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dan Imam
Suyuthi terhadap Ibnu Taimiyah
3- dan juga kami akan tuliskan bukti kuat dan akurat tentang penyimpangan Ibnu Taimiyyah
berkaitan akidah tajsimnya.
Ibnu Abdillah Al-Katibbiy,Kota Santri, 11-06-2014

[1] Siapa yang tak kenal ulama tersohor ini, adz-Dzahabi mengatakan tentang imam Taqiyyuddin
as-Subuki berikut ini :




seorang qadhi, imam, allamah, al-faqih, al-muhaddits, al-hafidz, kebanggaan ulama :
Taqiyyudin as-Subuki Abul Hasania seorang yang jujur, kokoh, baik, agamis dan rendah hati,
baik perangainya, bagian dari mutiara ilmu, mengetahui ilmu fiqih dan mematangkannya, juga
ilmu hadits dan menguatkannya, ilmu ushul dan bahasa Arab. Banyak menulis karya
berharga (Mujam al-Muktash bi Muhaddits al-Ashr, adz-Dzahabi : 116)
Al-Hafidz Shalahuddin al-Alaai mengatakan :
:
Orang-orang mengatakan, tidak ada ulama yang semisalnya setelah imam Ghazali. Menurutku
orang-orang itu telah dzalim (tidak tepat), Taqiyyuddin as-Subuki bagiku tidak ada lain seperti
Sufyan ats-Tsauri . (Thabaqaat asy-Syafiiyyah al-Kubra : 10/197)
[2] Ad-Durrah al-Mudhiyyah, as-Subuki
[3] Al-Mukhtashar fii Akhbar al-Basyar, Ibn Katsir.
[4] Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 116
[5] Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 203
[6] Najm al-Muhtadi wa Rajm al-Mutadi : 630-631
[7] Fatawa as-Subuki : 2/210
[8] Dafu Syubahin Man Syabbaha wa Tamarrada : 123

Anda mungkin juga menyukai