Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TETRALOGI OF

FALLOT (TOF)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


TETRALOGI OF FALLOT (TOF)

AKADEMI PERAWATAN MALAHAYATI


MEDAN
2012/2013

AKADEMI PERAWAT MALAHAYATI MEDAN


TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


Asuhan Keperawatan Pada Pasien DenganTetralogi Of Fallot (Tof) yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini memuat tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Tetralogi Of Fallot (Tof) yang mengidentifikasikan dan menjabarkan
konsep khusus yang berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keperawatan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh
sebab itu kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing
kami yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara kami menyusun makalah ini dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 27 September
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.4


1.2 Tujuan..4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian.....5
2.2 Etiologi / Penyebab...5
2.3 Epidemiologi ....6
2.4 Menifestasi klinis...6
2.5 Pemeriksaan Diagnostik....8

2.6 Penatalaksanaan.9
2.7 Prognosis10
2.8 ASKEP Pada Pasien Dengan Tetralogi Of Fallot (Tof)..11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan19
DAFTAR PUSTAKA..20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling
banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat
penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek
septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 %
dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan
sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan
penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai
dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.
Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot didapat
diatas 5 tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari
banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat
kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk
mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan
keperawatan yang tepat.
1.2

Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyakit anak yaitu tetralogi

fallot.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung bawaan dengan
gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal
meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan
hipertrofi ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan
derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan
sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
Frekuensi TF lebih kurang 10 %. Derajat stenosis pulmonal sangat
menentukan gambaran kelainan; pada obstruksi ringan tidak terdapat
sianosis, sedangkan pada obstruksi berat sianosis terlihat sangat nyata. Pada
klien dengan TF, stenosis pulmonal menghalangi aliran darah ke paru-paru
dan mengakibatkan peningkatan ventrikel kanan sehingga terjadi hipertropi
ventrikel kanan. Sehingga darah kaya CO2 yang harusnya dipompakan ke
paru-paru berpindah ke ventrikel kiri karena adanya celah antara ventrikel
kanan akibat VSD (ventrikel septum defek), akibatnya darah yang ada di
ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan akan dipompakan ke sirkulasi sistemik
bercampur dengan darah yang berasal dari ventrikel kanan yang kaya akan

CO2.

Sehingga

percampuran

ini

mengakibatkan

darah

yang

akan

dipompakan ke sirkulasi sistemik mengalami penurunan kadar O2.


2.2 Etiologi / Penyebab
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor faktor tersebut antara lain :
Faktor endogen
-

Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom, contohnya down


syndrome, marfan syndrome.

Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan misalnya


VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta.

Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,


hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen

Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,


minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.
aminopterin, amethopterin, jamu)

Ibu menderita penyakit infeksi : rubella

Efek radiologi (paparan sinar X)

Ibu mengonsumsi alcohol dan merokok saat mengandung.


Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut
jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih
dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor.

2.3 Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati
angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini para
dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi ,penyebabnya
dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor genetic atau
keduanya. Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan juga

diGeorge syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki daripada wanita.


Pengertian akan embryology daripada penyakit ini adalah sebagai hasil
kegagalan dalam conal septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi
klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta. Perkembangan
dari hipertropi ventricle kanan adalah oleh karena kerja yang makin
meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini dapat diminimalkan
bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang dini.
2.4 Manifestasi klinis
-

Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh


dokter. Ia merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar
pada denyut jantung si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of
fallot mempunyai suara murmur jantung.
Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot.
Cyanosis adalah suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan
darah yang telah

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung
bawaan sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan
hematokrit merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat hipoksemia.
Peningkatan

hemoglobin

kompensasi

akibat

dan

saturasi

hematokrit
oksigen

ini

yang

merupakan
rendah.

Pada

mekanisme
umumnya

hemoglobin dipertahankan antara 16-18 g/dl, sedangkan hematokrit 50-65%.


Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui batas tersebut timbul
bahaya terjadinya kelainan trombo emboli, sebaliknya bila kurang dari batas
bawah tersebut berarti terjadi anemia relatif yang harus diobati.
Gambaran radiologis
Cardio thoracic ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau sedikit
membesar. Akibat terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus
pulmonalis yang hilang, maka tampak apeks jantung terangkat sehingga
tampak seperti sepatu boot. Pada 25% kasus arkus aorta terletak di kanan
yang seharusnya di kiri, dapat berakibat terjadinya suatu tarik bayangan
trakeobronkial berisi udara di sebelah kiri, yang terdapat pada pandangan
antero-posterior atau dapat dipastikan oleh pergeseran esophagus yang
berisi barium ke kiri. Corakan vascular paru berkurang dan lapangan paru
relatif bersih, mungkin disebabkan oleh aliran darah paru paru yang
berkurang dan merupakan suatu tanda diagnostik yang penting. Bila
terdapat kolateral yang banyak mungkin corakan vascular paru tampak
normal, atau bahkan bertambah. Pada proyeksi lateral, ruangan depan yang
bersih atau kosong dapat atau tidak dipenuhi oleh ventrikel kanan yang
hipertrofi.
Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar sering dijumpai P pulmonal.

Ekokardiogram
Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi fallot.
Pelebaran dan posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel dan
dinding depan aorta serta pelebaran ventrikel kanan mudah dilihat. Kelainan
katup pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan perbedaan
tekanan antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu mudah
dilakukan.
Kateterisasi jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi
stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen,
peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal
atau rendah.
2.6 Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan
untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1.
2.

Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah


Morphine

sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat

pernafasan dan mengatasi takipneu.


3.
4.

Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis

Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat


karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran
darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi
takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak
terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :

2.6.1 Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut


jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml

cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan


belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
2.6.2 Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
2.6.3 penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam
penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat
meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan
aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya yaitu :
1.

Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan

sianotik
2.

Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi

3.

Hindari dehidrasi
Tindakan Bedah
Merupakan suatu keharusan bagi semua penderita TF. Pada bayi

dengan sianosis yang jelas, sering pertama-tama dilakukan operasi pintasan


atau langsung dilakukan pelebaran stenosis trans-ventrikel. Koreksi total
dengan menutup VSD (Ventrikel Septum Defek) seluruhnya dan melebarkan
PS pada waktu ini sudah mungkin dilakukan. Umur optimal untuk koreksi
total pada saat ini ialah 7-10 tahun. Walaupun kemajuan telah banyak
dicapai, namun sampai sekarang operasi semacam ini selalu disertai resiko
besar.
Pengobatan Konservatif
Anak dengan serangan anoksia ditolong dengan knee-chest position,
dosis kecil morfin (1/8-1/4 mg) disertai dengan pemberian oksigen. Dengan
tindakan ini serangan anoksia sering hilang dengan cepat. Pada waktu ini
diberikan pula obat-obat pemblok beta (propanolol) untuk mengurangi
kontraktilitas miokard. Pencegahan terhadap anoksia dilaksanakan pila
dengan mencegah/mengobati anemia defisiensi besi relative, karena hal ini

sering menambah frekuensi serangan. Asidosis metabolic harus diatasi


secara adekuat.
2.7 Prognosis
Pada klien dengan TF (Tetralogi Fallot) tanpa melakukan suatu tindakan
operasi prognosis atau ramalan penyakit kedepan adalah buruk atau tidak
baik. Rata-rata klien akan mencapai umur 15 tahun, tetapi semua ini
tergantung pada besarnya kelainan yang dialami. Ancaman pada anak
denagn TF adalah abses otak pada umur sekitar 2 sampai dengan 3 tahun.
Gejala neurologis disertai demam dan leukositosis memberikan kecurigaan
akan adanya abses otak. Jika pada bayi denagn TF terdapat gangguan
neurologis, maka cenderung untuk didiagnosis thrombosis pembuluh darah
otak daripada abses otak. Anak dengan TF cenderung untuk menderita
perdarahan

banyak,

karena

berkurangnya

trombosit

dan

fibrinogen.

Kemungkinan timbulnya endokarditis bakterialis selalu ada.


2.8 Konsepasuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tetralogi Of
Fallot (Tof)
1. PENGKAJIAN
Aktivitas / istirahat :
Gejala : keletihan / kelelahan terus menerus sepangjang hari, insomnia,
nyeri dada dengan aktivitas. Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan
tenaga
Tanda : gelisah, perubahan status mental, misal : letargi. Tanda vital berubah
pada aktivitas
Sirkulasi :
Gejala : Riwayat hipertensi, bengkak pada kaki, abdomen, IM baru / akut
Tanda : Warna : kebiruan, pucat, abu abu, sianotik
Edema : mungkin dependen, umum, atau pitting, khususnya pada

ekstremitas.
Frekuensi jantung : takikardy
Tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukan penurunan volume
sekuncup
Hepar : pembesaran/dapat teraba
Bunyi nafas : rongki
Irama jantung : disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi
ventrikel
prematur/takikardi, blok jantung.
Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
Murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis

Integritas :
Gejala : ansietas, takut
Tanda : berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan.
Eleminasi :
Gejala : penurunan berkemih, berkemih di malam hari,
Makanan atau Cairan :
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, pembengkaan ekstremitas
bawah,
Tanda : distensi abdomen, edema (umum, dependen, tekanan, pitting)
Neorosensori :
Gejala : kelemahan, pening, episode pingsan
Tanda : Letargi, diorientasi, perubahan perilaku
Nyeri atau kenyamanan :

Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas,
sakit pada otot
Tanda : tidak tenang, gelisah, focus menyempit (menarik diri)
Pernapasan :
Gejala : Dipsnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal, penggunaan bantuan pernapasan missal oksigen atau medikasi
Tanda : pernapasan : takipnea, napas dangkal,
Bunyi napas : mungkin tidak terdengar, dengan mengi
Fungsi mental : kegelisahan
Warna kulit : pucat atau sianosis
Pemeriksaan Diagnostik :
EKG : hipertrofi atrial atau ventrikuler, iskemia, disritmia misal takikardi,
fibrilasi atria.
Ekokardiogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik dan serambi,
perubahan dalam fungsi atau struktur katup atau area kontraktilitas
ventricular.
Rontgen dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertopi bilik atau serambi, atau perubahan
dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal.
Enzim Hepar : Meningkat dalam gagal atau kongestif hepar.
AGD : gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini)
atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
b.

Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.


Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap
kebutuhan tubuh.

c.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,


kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.

d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.


3. RENCANA INTERVENSI
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala
gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam
aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 2
ml/kgBB.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN
Setelah

diberikan

INTERVENSI
RASIONAL
asuhan
Kaji frekuensi Memonitor adanya

keperawatan selama 3 x 24 nadi,


jam,

diharapkan

cardiac

output

RR,

penurunan secara
pada

TD perubahan sirkulasi

teratur jantung

klien setiap 4 jam.

dapat diatasi, dengan kriteria


hasil :

mungkin.

bunyi

Catat
jantung.

sedini
Mengetahui

adanya perubahan

denyut nadi klien kembali Kaji perubahan irama jantung.


normal, yaitu 90 140 x/mnt
Pucat
warna
kulit
- Klien tidak terlihat pucat.
terhadap sianosis menunjukkan
-

- Klien tidak terlihat lemah.


-

mengalami

sianosis

dan pucat.

pada

adanya penurunan
perfusi

tubuhnya.

terhadap
Pantau intake dan adekuatnya
output setiap 24 jantung.
Batasi

tidak
curah
Sianosis

terjadi

sebagai

aktifitas akibat

adanya

jam.

perifer

secara adekuat.

obstruksi
darah
ventrikel.

aliran
pada

Berikan

kondisi

psikologis
lingkungan

Ginjal

berespon

untuk menurunkna
yang curah

tenang.

dengan

jantung
menahan

produksi cairan dan


natrium.
Istirahat memadai
diperlukan

untuk

memperbaiki
efisiensi

kontraksi

jantung

dan

menurunkan
komsumsi O2 dan
kerja berlebihan.

Stres

emosi

menghasilkan
vasokontriksi
yangmeningkatkan
TD

dan

meningkatkan kerja
jantung.

b.

Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap


kebutuhan tubuh.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat
tidur tercukupi.
Rencana intervensi dan rasional:

TUJUAN
Setelah

diberikan

INTERVENSI
RASIONAL
asuhan Ikuti pola istirahat
Menghindari

keperawatan selama 3 x 24 pasien,


jam,

diharapkan

intoleransi

aktivitas

masalah pemberian

pada

istirahat tidur pasien

dapat intervensi

teratasi dengan kriteria hasil:

pada sehingga kebutuhan

saat istirahat.

energi

dapat

Lakukan dibatasi

melakukan

hindari gangguan

untuk

aktivitas

sesuai perawatan dengan aktifitas lain yang


dengan batas kemampuan
cepat,
hindari lebih penting.
tidur nyenyak pada

Meningkatkan
pengeluaran
malam hari

energi

t lebih segar ketika


terbangun

berlebih kebutuhan

dari pasien.

pasien

dan

pasien menghemat

Bantu
memilih

istirahat
energi

kegiatan pasien.

yang

tidak

melelahkan.

Menghindarkan
pasien dari kegiatan

Hindari yang

melelahkan

perubahan

suhu dan

lingkungan

yang beban kerja jantung.

mendadak.

meningkatkan

Perubahan
lingkungan

suhu
yang

Kurangi mendadak
kecemasan pasien merangsang
dengan

memberi kebutuhan

akan

yang oksigen

yang

penjelasan

dibutuhkan pasien meningkat.


dan keluarga.

Kecemasan

Respon meningkatkan
perubahan

respon

keadaan

yang

psikologis
merangsang

psikologis

pasien peningkatan kortisol

(menangis,

dan

murung

meningkatkan

dll) suplai O2.

dengan baik.

Stres

dan

kecemasan
berpengaruh
terhadap kebutuhan
O2 jaringan.
c.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,


kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh
kembang sesuai dengan usia.
Kriteria

hasil:

Pasien

dapat

mengikuti

tahap

pertumbuhan

dan

perkembangan yang sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.:
Rencana intervensi dan rasional:

TUJUAN
Setelah

diberikan

asuhan

INTERVENSI
RASIONAL
Sediakan
Menunjang

keperawatan selama 3 x 24 kebutuhan nutrisi kebutuhan

nutrisi

jam, diharapkan pertumbuhan adekuat.

pada

dan

pertumbuhan

perkembangan

klien

dapat mengikuti kurva tumbuh


kembang sesuai dengan usia ,

masa
dan

perkembangan
BB/TB, serta meningkatkan

Monitor

dengan kriteria hasil :

buat

catatan daya tahan tubuh.

-Anak usia 6 bulan dapat :

khusus

sebagai

Merangkak,duduk

dengan monitor.

Sebagai
terhadap

monitor
keadaan

bantuan, menggenggam, dan Kolaborasi intake pertumbuhan dan


memasukkan benda ke mulut. Fe dalam nutrisi.
keadaan gizi pasien
-Berat badan, lingkar kepala,
selama dirawat.
lingkar lengan atas, dan rata

Mencegah

rata masa tubuh berada dalam

terjadinya

batas normal sesuai usia.

sedini

-Klien

sebagi

dapat

berinteraksi

dengan keluarga

Tujuan: Infeksi tidak terjadi.


Kriteria hasil: Bebas dari tanda tanda infeksi.
Rencana intervensi dan rasional:

mungkin
akibat

penurunan kardiak
output.

d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.

anemia

TUJUAN
Setelah

diberikan

INTERVENSI
RASIONAL
asuhan Kaji tanda vital Memonitor gejala

keperawatan selama 3 x 24 dan tanda tanda dan


jam, diharapkan infeksi pada infeksi
klien

tidak

kriteria hasil :

terjadi

tanda

umum sedini mungkin.

dengan lainnya.

kontak pasien

Hindari
dengan

infeksi

Menghindarkan
dari

sumber kemungkinan

-Terbebas dari tanda - tanda infeksi.


terkena infeksi dari
infeksi
Sediakan waktu sumber yang dapat
-Menunjukkan hygiene pribadi istirahat
yang dihindari.
yang adekuat
Istirahat adekuat
adekuat.
Sediakan membantu

kebutuhan nutrisi meningkatkan


yang

adekuat keadaan

umum

sesuai kebutuhan. pasien.

Nutrisi

adekuat

menunjang

daya

tahan tubuh pasien


yang optimal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tepatnya penanganan dan pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan
jantung bawaan sianotik : tetralogi fallot sangat menentukan untuk kelansungan hidup anak
mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TF bahkan dapat menimbulkan
kematian yang diakibatkan karena hipoksia , syok maupun gagal. Oleh karena itu perawat harus
memiliki keterampilan dan pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit TF yang baik agar
dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot sehingga angka
kesakitan dan kematian dapat ditekan.

DAFTAR PUSTAKA
A.H Markum,1991,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,jilid 1,Jakarta,Fakultas kedokteran UI
Bambang M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak
Carpenito J.Lynda,2001,Diagnosa Keperawatan,edisi 8,Jakarta,EGC
Colombro

Geraldin

C,1998,Pediatric

Core

Content

At-A-

Glance,Lippincott-

Philladelphia,New York
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3
EGC. Jakarta
Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit, Jakarta,EGC
Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak,Jakarta, EGC
Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II, Jakarta,EGC
Samik

Wahab, 1996. Kardiologi anak Nadas, Gadjah Mada Ununiversity Press,

yogyakarta,Indonesia
Sudigdo & Bambang.1994,Buku Ajar kardiologi Anak,Jakarta,IDAI
Sharon,Ennis Axton (1993), Pediatric care plans,Cumming Publishig Company,California
Whaley and Wong, 1995, Essential of Pediatric Nursing,Cv.Mosby Company,Toronto

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung kongentinal yang merupakan suatu bentuk penyakit
kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan dengan gejala
sianosis karena terdapat kelainan VSD, stenosispulmonal, hipertrofiventrikel kanan, dan
overiding aorta (Nursalam dkk, 2005). Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat
antara kedua rongga ventrikel. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh
darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan
karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. Overiding aorta
merupakan keadaan dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang
sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan dimana TOF ini menempati urutan keempat penyakit
jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel, defek septum atrium duktus
arteriosus, atau lebih kurang 10 % dari seluruh penyakit bawaan, dan merupakan penyebab
utama diantara penyakit jantung bawaan sianostik. 95% dari sebagian besar bayi dengan kelainan
jantung tetralogi of fallot tidak diketahui, namun berbagai faktor juga turut berperan sebagai
penyebabnya seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil, faktor lingkungan setelah lahir,
infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan kromosom.
Insidens tetralogi of fallot di laporkan untuk kebanyakan penelitian dalam rentang 8 10 per
1000 kelahiran hidup. Kelainan ini lebih sering muncul pada laki laki daripada perempuan.
Dan secara khusus katup aorta bikuspid bisa menjadi tebal sesuai usia , sehingga stenosis bisa
timbul. Hal ini dapat diminimalkan dan dipulihkan dengan operasi sejak dini. Sehingga deteksi
dini penyakit ini pada anak anak sangat penting dilakukan sebelum komplikasi yang lebih
parah terjadi. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar bermanfaat untuk memberikan
edukasi kepada masyarakat khususnya pembaca makalah ini yang membahas kelainan jantung
tetralogy of fallot serta asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

DEFINISI

Gangguan ini merupakan kumpulan empat kelainan yang terdiri atas ventricular septum defect
(VSD), stenosis pulmoner, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Tetralogi of fallot
merupakan salah satu malformasi struktur jantung dan pembuluh darah besar yang telah ada
sejak lahir yang termasuk dalam kumpulan penyakit jantung congenital atau penyakit jantung
bawaan (PJB).
A.

ETIOLOGI

1. Faktor Lingkungan (eksogen)


1. Riwayat kehamilan ibu, apakah sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,
minum obat-obatan tanpa resep dokter (jamu, thalidmide, dextroamphetamine,
aminopterin, dan amethopterin).
2. Ibu menderita penyakit infeksi seperti penyakit rubella.
3. Pajanan terhadap sinar X.
2. Faktor Genetik (endogen)
1. Berbagai jenis penyakit genetik ditandai dengan kelainan kromosom yang dapat
juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan diGeorge syndrome.
2. Anak yang lahir dengan menderita penyakit jantung congenital atau bawaan.
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung
atau kelainan bawaan
A.

MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang umum pada tetralogy of fallot adalah:


1. Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung bayi. Pada banyak kasus,
suara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur beberapa hari.
1. Cyanosis

Merupakan suatu keadaan kekurangan darah pada sirkulasi bayi yang telah mengalami
oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat. Cyanosis biasanya
timbul antara hari pertama sampai usia minggu kedua.
1. Frekuensi pernafasan yang meninggi.
2. Kulit terasa dingin.
3. BB yang rendah.
4. Sulit untuk makan.
5. Clubbing fingers.
A.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan laboratorium
2. Radiologis
3. Elektrokardiogram
4. Ekokardiografi
5 Kateterisasi
6. Pulse oximetry
A.

KOMPLIKASI

1. Trombosis CVA (Cerebrovascular Accident)


2. Trombosis pulmonal
3. Abses otak
4. Gagal jantung kongestif
5. Endokardial bacterial
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
1. A.

DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

Setelah pengumpulan data, menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat
sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa
keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.
1. 1.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventrikel.
Kriteria Hasil :
Setelah diberi asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan tanda tanda vital klien ada pada
kondisi normal, dengan outcame :
-

HR : 90 140 x/menit

RR : 25 32 x/menit

BP : 95/65 mmHg

T : 35,5 39OC

Intervensi :
1. Melakukan observasi terhadap tanda tanda vital klien
Rasional : Dari data tanda tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat sebagai
acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada drajat keterlibatan paru dan
kesehatan umum.
1. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis periferatau
sianosis sentral.
Rasional : Untuk menentukan tindakan lebih lanjut jika sianosis berkurang atau malah
bertambah parah.
1. Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar. Missal, dengan masal, masker atau
masker venture.
Rasional : Kebutuhan oksigen klien terpenuhi dan mengurangi kekurangan oksigen pada klien.
Oksigen diberikan dengan metode yang sesuai dengan keadaan klien.

1. 2.
Penurunan cardiac output berhubungan dengan sirkulasi yang tidak efektif dengan
adanya malformasi jantung.
Kriteria Hasil :
Setelah diberi asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas dalam tubuh
klien, dapat diatasi dengan outcome :
-

bernafas dengan normal yaitu 25 32 x/menit

saturasi O2 kembali normal.

warna kebiruan yang timbul pada tubuh dapat berkurang

Intervensi :
1. Melakukan observasi terhadap tanda tanda vital klien.
Rasional : Dari data tanda tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat sebagai
acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Observasi adanya serangan sianosis yuang di alami klien.
Rasional : Untuk membandingkan dengan pasien sebelumnya, sehingga dapat membantu dalam
diagnosa etiologi dan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
1.

Berikan posisi knee chest pada klien.

Rasional : Dari tindakan tersebut diharapkan dapat mempermudah aliran darah.


1. Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat melakukan
aktivitas.
Rasional : Agar klien tidak terlalu kecapekan saat melakukan sesuatu, dan agar dapat memantau
sejauh mana klien dapat beraktivitas sebelum klien merasa lelah.
1. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG danfoto thorax serta kolaborasi dalam
tindakan pembedahan.
Rasional : Untuk mengetahui, keadaan dan kondisi kelainan yang terdapat pada jantung, juga
untuk mengatasi masalah menurunnya cardiac output karena adanya defeks ventrikel.

1. 3.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatigue
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan yang ditandai
dengan berat badan kurang dari normal.
Kriteria Hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan penurunan cardiac output
pada klien dapat diatasi, dengan outcome :
-

denyut nadi klien kembali normal, yaitu 90 140 x/mnt

Klien tidak terlihat pucat.

Klien tidak terlihat lemah.

mengalami sianosis pada tubuhnya.

Intervensi :
1. Melakukan observasi terhadap tanda tanda vital klien.
Rasional : Dari data tanda tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat sebagai
acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Buat ketententuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.
Rasional : Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang yang menyebabkan depresi, agitasi
dan mempengaruhi fungsi kognitif /pengambilan kmeputusan. perbaikan status nutrisi dapat
meningkatkan keputusan. Perbaikan status nutrisi, meningkatkan kemampuan berpikir dan kerja
psikologis.

1. Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu
yang sama dan dokumentasikan.
Rasional : Mambari cacatan lanjut penurunan dan atau peningkatan berat berat badan yang
akurat. Juga untuk menurunkan obsesi tentang peningkatan dan atau penurunan.
1. Catat intake dan output secara akurat.

Rasional : Hal itu untuk memantau masukan dan keluaran, sehingga berat badan klien juga
dapat terpantau lewat itu.
1. Berikan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Walaupun klien mengalami fatiq saat makan, aktivitas makan klien harus tetap
ditingkatkan untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan
1. Berikan makan yang tinggi protein dan tinggi kalori.
Rasional : Makan yang mengandung banyak protein dan kalori adalah makan yang untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
1.

Kolaborasi dengan merujuk pasien ke ahli gizi.

Rasional : Perlu bantuan diet dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

1. 4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat, terutama
mobilisasi di tempat tidur.
Intervensi
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
Rasional : Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen jantung.
1. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
Rasional : Menurunkan kerja dan konsumsi oksigen jantung.
1. Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen seperti mengejan saat defekasi.
Rasional : Mengejan mengakibatkan kontraksi otot dan vasokontriksi yang dapat meningkatkan
preload, tahanan vascular sistemis, dan beban jantung.
1. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas.

Rasional : Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan, dan
mencegah aktivitas berlebihan.
1. Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut.
Rasional : Untuk mengurangi beban kerja jantung.
1. Posisikan klien dengan meninggikan kaki klien.
Rasional : Untuk meningkatkan aliran balik vena.
1. Pertahankan tentang gerak pasif selama sakit kritis.
Rasional : Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu aliran balik vena.
1. Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.
Rasional : Untuk mengetahui fungsi jantung, bila dikaitkan sengan aktivitas.
1. Berikan waktu istirahat di antara waktu aktivitas.
Rasional : Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa
kerja jantung.
1. Pertahankan penambahan oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
1. Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja napas, dan frekuensi napas serta
keluhan subjektif.
Rasional : Untuk mengetahui dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung.
1. Berikan diet sesuai kebutuhan (pembatasan cairan dan natrium)
Rasional : Untuk mencegah retensi cairan dan edema akibat penurunan kontraktilitas jantung.
1. Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
Rasional : Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk kebutuhan miokardium.

1. 5.

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung.

Kriteria Hasil :

Klien tidak mengeluh pusing.

Tanda vital dalam batas normal.

CRT < 3 detik.

Urine > 600 ml/ hari.

Intervensi :
1. Ukur tekanan darah. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk,
atau berdiri bila memungkinkan.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel, hipertensi juga
merupakan fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri, cemas, dan pengeluaran
katekolamin.
1. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur.
Rasional : Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer.
1. Kaji kualitas peristaltic, jika perlu pasang slang nasogastrik.
Rasional : Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna serta dampak
penurunan elektrolit.
1. Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas.
Rasional : Sebagai dampak gagal jantung kananberat akan ditemukan adanya tanda kongesti
pada hepar.
1. Pantau urine output klien.
Rasional : Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine, pemanyauan
yang ketat pada produksi urine < 600 ml/ hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok
kardiogenik.
1. Cacat adanya murmur
Rasional : Menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung (kelainan katup,
kerusakanseptum, atau vibrasi otot paliparis)
1. Pantau frekuensi jantung dan irama jantung.
Rasional : Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi disritmia.

1. Berikan makanan kecil/mudah dikunyah, batasi intake kafein.


Rasional : Makanan besar dapat meningkatkan kerja jantung. Kafein dapat merangsang
langsung ke jantung sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
1. Kolaborasi dengan pertahankan cara masuk heparin (IV) sesuai indikasi.
Rasional : Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat.

1. 6.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya
suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
Kriteria Hasil :
Perkembangan status penuaan fisik normal yang dibuktikan dengan indicator sebagai berikut :
Anak akan mencapai norma pertumbuhan yaitu persentil ke-97 atau di bawah persentil ke3 untuk usianya.
Anak akan mencapai tahapan penting perubahan fisik, kognitif, dan kemajuan psikososial
sesuai rentang yang diharapkan.
-

Kematangan fisik akan berkembang secara normal

Intervensi :
1. Ajarkan orang tua untuk memfasilitasi motorik kasar, motorik halus, kognitif, social, dan
pertumbuhan emosi yang optimal pada anak.
Rasional : Untuk meningkatkan perkembangan pasien.
1. Lakukan pengumpulan dan analisis data nutrisi pasien.
Rasional : Pemantauan nutrisi pasien untuk mencegah atau meminimalkan malnutrisi.
1. Berikan terapi nutrisi pada pasien.
Rasional : Pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolic pasien yang
malnutrisi atau berisiko tinggi terhadap malnutrisi.
1. Fasilitasi tanggung jawab diri.
Rasional : Mendukung pasien untuk menerima tanggung jawab yang lebih atas perilaku dirinya.

1. 7.
Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga
tentang penyakit anak.
Kriteria Hasil :
Dengan diberikannya asuhan keperawatan pada klien selama 1 x 24 jam diharapkan, koping
keluarga tidak efektif dapat diatasi dengan outcome :
-

Orang tua klien menjadi tenang dan tidak cemas.

Intervensi :
1. Melakukan observasi terhadap tanda vital klien.
Rasional : Dari data tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat sebagai
acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Beri kesempatan pada klien untuk menghadapi situasi dan memperlihatkan kondisi yang
sedang dihadapi klien saat ini.
Rasional : Untuk mengeksplorasi keadaan perasaan keluarga klien untuk memberikan
tindakan pada keluarga klien
1. Jangan memberi jaminan palsu. Tekankan kemampuan mereka untuk mengatasi secara
efektif.
Rasional : Dalam berkomunikasi dengan keluarga klien diharapkan tidak member janji
tentang kesembuhan klien, karena sebagai para medis perawat hanya bisa berusaha.
1. Gali teknik yang dapat meningkatkan koping.
Rasional : Dengan pemberian teknik teknik yang baik dalam meningkatkan koping
keluarga, dapat lebih menenangkan klien sehingga tidak panic dalam menghadapi penyakit klien.
1. Pemberian HE pada klien terhadap penangan yang dapat dikalukan oleh kluarga pada
klien.
Rasional : Dengan pemberian HE pada klien, klien lebih mengerti tentang penyakit yang
dialami oleh anak mereka sehingga mampu member penangan yang tepat pada anak klien.
1. Tetapkan metode untuk mendapat informasi dan dukungan.

Rasional : Agar keluarga klien dapat mencari informasi dan berkonsultasi dengan tim medis
lain yang dapat member pengetahuan yang lebih akurat tentang penyakit yang diderita oleh anak
mereka

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hyperventilasi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi dan ventilasi
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelainan jantung : tetralogi of Fallot
4. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan transport oksigen melalui
alveoli dan membrane kapiler
5. Risiko cidera
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatiq selama
makan,peningkatan kebutuhan kalori dan penurunan nafsu makan
7. Intoleransi terhadap aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
8. Kurang pengetahuan keluarga ttg diagnostic,prognosa,perawatan dan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif ,kesahan dalam memahami informasi yang ada,kurang pengalaman.
9. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kelainan congenital : tetralogi
of fallot
PK. Hipoxia
PK. Embolisme paru

3.5 INTERVENSI
NO.
1

DIAGNOSA
Pola nafas tidak

NOC
Menunjukkan pola pernafasan

efektif b/d

efektif dibuktikan oleh:

Pantau adanya pucat dan sianosis


Pantau kecepatan , irama ,

Status pernafasan : kepatenan

kedalaman dan upaya pernafasan


Perhatikan pergerakan dada,amati

hyperventilasi
jalan nafas: jalur nafas

kesimetrisan,penggunaan otot

trakeobronchial bersih dan


terbuka untuk pertukaran gas

otot bantu serta retraksi otot


supraklavikular dan interkosta
Pantau pernafasan yang berbunyi

Status tanda vital : dalam


rentang normal

NIC
Pemantauan Pernafasan:

seperti : snoring,crowing,wheezing
atau gurgling
Pantau pola pernafasan : takipnea,
bradipnea,hyperventilasi,pernafasa
n kussmaul, pernafasan biot ,
pernafasan Cheyne-Stokes,dan
apnea
Perhatikan lokasi trakea
Auscultasi suara nafas, perhatikan
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan adanya suara nafas
tambahan
Pantau peningkatan kegelisahan,
ansietas dan lapar udara
Catat perubahan SaO2, akhir tidal ,
dan nilai GDA
Pemantauan tanda vital
Pantau tanda vital : tekanan darah,

nadi penafasan dan suhu


Informasikan pada keluarga untuk

tidak merokok di ruangan


Anjurkan keluarga untuk
memberitahu perawat saat terjadi
ketidakefektifan pola nafas

Kolaborasi pemberian oksigen dan

obat
Tenangkan pasien selama periode

gawat nafas
Informasikan kepada pasien
sebelum memulai prosedur,untuk
menurunkan ansietas dan

meningkatkan perasaan kendali


Atur posisi pasien untuk
mengoptimalkan penafasan
NIC:

Pemantauan pernafasan
Kaji suara paru,frekuensi dan

kedalaman pernafasan
o Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
nadi
o Pantau hasil gas darah
o Pantau status mental ( missal :
tingkat kesadaran,gelisah,konfusi )
o Tingkatkan pemantauan pada saat
pasien mengalami penurunan
kesadaran
o Observasi terhadap peningkatan
sianosis
o Auscultasi suara nafas,tandai area
penurunan atau hilangnya ventilasi
dan adanya bunyi tambahan
o Pantau status pernafasan dan

oksigenasi sesuai kebutuhan


Pemantauan tanda vital : suhu ,

nadi, tekanan darah, pernafasan


Jelaskan pada keluarga alas an
pemnberian oksigen dan tindakan
lainnya

2.

Kolaborasi dokter pentingnya

pemeriksaan gas darah


Kolaborasi pemberian therapy

Gangguan
pertukaran gas
NOC:

dengan

Gangguan pertukaran gas akan

oksigen
Laporkan perubahan pada data

ketidakseimbanga

berkurang, yang dibuktikan

n perfusi dan

oleh status pernafasan :

pengkajian terkait
Berikan obat sesuai yang

ventilasi

pertukaran gas tidak

diresepkan
posisi pasien untuk mengurangi

berhubungan

terganggu,dengan indicator
sebagai berikut: status mental (

dyspnea
Lakukan tindakan untuk

missal : tingkat

menurunkan konsumsi oksigen

kesadaran,gelisah,konfusi ),kad ( misalnya, pengendalian


nyeri,demam,kecemasan )
ar PaO2,PaCO2,Ph, dan
saturasi O2 dalam rentang

NIC:

toleransi

Status sirkulasi:

Kaji adanya sianosis,perubahan

status mental,status pernafasan


o Kaji kaji toleransi terhadap aktifitas
Regulasi Haemodinamik:
o Pantau denyut perifer,pengisisn
ulang kapiler,dan suhu serta warna
ekstremitas
o Pantau dan dokumentasikan
frekuensi jantung,irama ,dan nadi
o Minimalkan stressor lingkungan
dengan menciptakan suasana
lingkungan yang kondusif
Pemantauan tanda vital:
o Pantau tanda vital meliputi : suhu,

nadi,pernafasan dan tekanan darah


Jelaskan tujuan pemberian oksigen

pernasal / sungkup
Ajarkan pasien dan keluarga
tentang perencanaan perawatan

dirumah meliputi pembatasan


aktifitas,tehnik penurunan
stress,pemeliharaan kecukupan
asupan.
NIC:

Pantau tingkat kesadaran,orientasi

terhadap lingkungan
Pantau tanda vital,ukuran bentuk

dan kesimetrisan pupil


Cegah cidera jika terjadi kejang
Berikan istirahat baring
Kolaborasi pemberian oksigen dan

anti konvulsan saat kejang


Pantau respon pasien terhadap
therapy yang diberikan

NIC:
Identifikasi factor yang
mempengaruhi kebutuhan
keamanan: perubahan status
mental, deficit sensorik atau
motorik ( misalnya berjalan,

3.

Penurunan curah

memungkinkan risiko terjatuh :

jantung

(misalnya: pengaman tempat tidur,

berhubungan

NOC:

dengan ( kelainan

Menunjukkan curah jantung


yang memuaskan,dibuktikan

jantung : tetralogi

keseimbangan )
Identifikasi lingkunan yang

of Fallot )

dengan

sirkulasi yang

status sirkulasi: tidak didapati

lantai yang licin dll )


Berikan edukasi untuk mencegah
cidera
Bantu ambulasi dini
Libatkan keluarga dalam

tidak efektif

peningkatan cyanosis,toleransi

sekunder dengan

aktifitas

adanya

status tanda vital: dalam

malformasi

rentang normal

jantung

pemantauan

NIC:
Kaji kemampuan pasien dalam

pemenuhan nutrisi
Pantau kandungan nutrisi dan

kalori asupan
Timbang berat badan pasien pada

interval yang tepat


Berikan informasi nutrisi yang
tepat, kebutuhan nutrisi dan

bagaimana memenuhinya
Anjurkan pasien atau ibu
menyusui makan makanan yang
bergizi untuk meningkatkan

kualitas asupan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan

jenis zat gizi yang dibutuhkan


Ciptakan lingkungan yang
kondusif

NIC:
Kaji tingkat kemampuan aktifitas

pasien
Pantau respon kardiovaskuler
terhadap aktifitas :
takikardi,dyspnea,pucat,tekanan
hemodinamik, frekwensi

4.
Perubahan perfusi

pernafasan.
Jelaskan pentingnya asupan nutrisi

jaringan serebral

yang baik
Ajarkan tindakan untuk

berhubungan

NOC:

dengan

Menunjukkan perfusi jaringan

menghemat energy misalnya :

penurunan

cerebral yang adekuat

menyiapkan alat / benda dekat dan

sirkulasi ( anoxia

dibuktikan:

mudah terjangkau
Ajarkan teknik perawatan diri

kronis, serangan

Status Neurologis: Kesadaran,

sianotik akut)

orientasi terhadap lingkungan,


periode kejang minimal

yang meminimalkan konsumsi


oksigen
Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan pasien

NIC:
Kaji tingkat pengetahuan pasien
tentang
diagnose,prognosa,perawatan dan

5.

pengobatan pasien
Kaji kemampuan untuk menerima

informasi
Beri penyuluhan terkait

pengetahuan yang diperlukan


Kolaborasi dokter untuk

Risiko cidera
Faktor risiko

NOC:

internal: hypoxia

Risiko cidera akan

jaringan

menurun,dibuktikan oleh :
keamanan

personal,pengendalian risiko,
dan lingkungan yang aman

memberikan informasi tentang


diagnose, prognosa dan pengobatan
Jelaskan program perawatan
selama di rumah sakit dan di rumah

NIC:
Lakukan pengkajian kesehatan
secara seksama : tingkat
pertumbuhan dan perkembangan

6.

dan lingkungan keluarga


Identifikasi masalah pertumbuhan
dan perkembangan yang

Ketidakseimbang
an nutrisi kurang

NOC:

dari kebutuhan

Memperlihatkan status Gizi:

berhubungan dan buat rencana

asupan makanan dan cairan,

tindakannya
Kaji keadekuatan asupan nutrisi
Pantau interaksi dan komunikasi

dengan fatiq

yang dibuktikan oleh indicator:


Makanan oral ,pemberian asi,

anak dengan orang tua


Ajarkan tahapan penting

selama

pemberian makan lewat

perkembangan normal dan perilaku

tubuh
berhubungan

makan,peningkata slang,atau nutrisi parenteral


n kebutuhan
kalori dan
penurunan nafsu

adekuat

yang berhubungan
Bantu keluarga membangun

strategi untuk mengintegrasikan


Berikan aktifitas yang
meningkatkan interaksi diantara

makan

anak anak
Dorong anak untuk
mengekspresikan diri melalui
pujian atau umpan yang positif atas

usaha usahanya
Beri mainan atau benda benda

yang sesuai dengan usianya


Dukung pasien untuk mengemban
tanggungjawab perawatan diri

sebanyak mungkin
Dukung orang tuan untuk
mengkomunikasikan secara jelas

7.

harapan terhadap tanggung jawab


atas perilaku anak.

Intoleransi
terhadap aktifitas
berhubungan
dengan ketidak

NOC:

seimbangan

Menunjukkan toleransi

suplai dan

aktifitas yang dibuktikan

kebutuhan

indicator sebagai berikut:

oksigen

tidak sesak nafas saat


beraktifitas, saturasi oksigen
dalama rentang
normal,tandavital dalam
rentang normal

8.
Kurang
pengetahuan
keluarga tentang
diagnostic,progno
sa,perawatan dan

NOC:

pengobatan

Memperlihatkan pengetahuan

berhubungan

keluarga:

dengan

diagnostic,prognosa,perawatan

keterbatasan

dan pengobatan yang

kognitif ,kesahan

dibuktikan dengan indicator

dalam memahami

sebagai berikut:

informasi yang

Mendiskripsikan diagnose,

ada,kurang

prognosa, perawatan dan

pengalaman.

pengobatan pasien

9.
Gangguan
pertumbuhan dan
perkembangan
berhubungan
dengan kelaianan

NOC:

congenital:

Pasien akan mencapai tingkat

tetralogi of fallot

kesejahteraan,
kemandirian,pertumbuhan dan
perkembangan tertinggi sesuai
dengan status penyakit atau
ketunadayaan pasien

3.5 IMPLEMENTASI
Implementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun /
ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana
dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat
bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat
memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Berikut ini metode dan
langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh
perawat :
1.

Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukaan

2.

Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan

3.

Menyiapkan lingkungan terapeutik

4.

Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

5.

Memberikan asuhan keperawatan langsung

6.

Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.

Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah, dan
memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan
dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan
keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien
deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan
lain termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat
menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.
3.6 EVALUASI

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien dengan
berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai

: Pasien

menunjukkan

perubahan

dengan

- Tujuan tercapai sebagian

standart yang telah ditetapkan.


: Pasien menunjukkan perubahan

sebagai

sebagian sesuai dengan standart yang telah


- Tujuan tidak tercapai

ditetapkan.
: Pasien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kombinasi kelainan kongenital yang dikenal sebagai tetralogi fallot antara lain defek septum
ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katup pulmoner, dan hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab
tetralogi fallot terdiri dari 2 faktor, yaitu endogen dan eksogen. Anak dengan tetralogi fallot
umumnya akan mengalami keluhan sesak saat beraktivitas, berat badan bayi yang tidak
bertambah, clubbing fingers, dan sianosis. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan
darah, foto thorax, elektrokardiografi, ekokardiografi.

4.2 SARAN
1.

Hindari penggunaan alkohol atau obat yang membahayakan pada masa kehamilan

2.

Makanan ibu haruslah mencukupi nilai gizi serta nutrisi yang dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai