Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada Pasal 5 UU
Pengelolan Lingkungan Hidup No.23 Th.1997, bahwa masyarakat berhak
atas Lingkungan hidup yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan hak
tersebut, pada Pasal 6 dinyatakan bahwa masyarakat dan pengusaha
berkewajiban untuk berpartisipasi dalam memelihara kelestarian fungsi
lingkungan, mencegah dan menaggulangi pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Terkait dengan ketentuan tersebut, dalam UU NO. 18 Tahun
2008 secara eksplisit juga dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak
dan kewajiban dalam pengelolaan sampah. Dalam hal pengelolaan sampah
setiap orang kewajiban dan hak baik secara individu maupun secara
kolektif, demikian pula kelompok masyarakat pengusaha dan komponen
masyarakat lain untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah dalam
upaya untuk menciptakan lingkungan yang baik, bersih, dan sehat.
Sampah adalah hal yang tidak asing lagi bagi kita. Setiap harinya
kita bersentuhan dengan sampah. Sampah ialah material yang sudah tidak
diinginkan. Sampah yang kita hasilkan sangatlah bermacam-macam. Jenis
sampah berdasarkan sumbernya yakni sampah alam, sampah manusia,
sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah
pertambangan. Berdasarkan sifatnya yakni sampah organik dan sampah
anorganik. Di kota-kota besar sampah sudah menjamur di mana-mana dan
hal ini sudah menjadi pemandangan yang biasa. Tumpukan-tumpukan
sampah tak diurus dan dibiarkan begitu saja. Bahkan, tidak sedikit pula
masyarakat yang tinggal di perumahan kumuh. Kurangnya kepedulian
masyarakat akan kebersihan lingkungan pastilah memberikan dampak
negatif yang besar pengaruhnya.
Dalam kenyataannya, pengelolaan sampah dalam kehidupan
sehari-hari tidak seperti yang kita bayangkan. Setiap hari kita tak dapat
KEPERAWATAN KOMUNITAS

lepas dari sampah, karena kita membuangnya baik di rumah atau di kantor
dan dimanapun kita berada. Tidak heran jika akan dapat menimbulkan
pencemaran tanah, air dan udara. Sampah sering dianggap menjadi barang
yang tidak berarti bagi manusia sehingga menjadi barang yang di abaikan
dengan keberadaannya. manusia yang sering membuang sampah
sembarangan seolah-olah mereka tidak memiliki salah apapun. Padahal
membuang sampah merupakan perbuatan yang tidak menunjukkan
kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.
Terdapat beberapa teknik dalam menangani pengelolaan sampah
diantaranya ada composting yaitu mengolah sampah menjadi pupuk yang
bermanfat untuk tanaman, sanitary landfill dengan cara mengubur sampah
dalam skala besar dalam tanah yang dilakukan oleh orang-orang yang ahli,
trench method yang merupakan salah satu teknik di dalam sanitary landfill
dengan membuat galian parit, inceneration yaitu membakar sampah dan
bank sampah yang saat ini sedang gencar dilaksanakan oleh masyarakat
yang peduli lingkungan sehat.
Penangangan masalah sampah yang tidak baik akan menimbulkan
dampak yang luas, tidak saja bagi lingkungan, tetapi juga berdampak
buruk bagi perekonomian, dan sosial. Penanganan masalah sampah
sebenarnya tidak terlalu susah akan tetapi juga tidak sederhana. Untuk
menangani masalah sampah ini diperlukan kemauan yang kuat baik dari
pemerintah maupuan masyarakat. Karena hanya kesadaran diri serta
partisipasi dari masyarakat penanganan masalah sampah dapat terwujud
dan berjalan. Agar partisipasi masyarakat dapat terwujud secara nyata,
perlu adanya usaha untuk membangkitkan motivasi, kemampuan,
kesempatan dan menggali serta mengembangkan sumber-sumber yang ada
pada masyarakat, sehingga masyarakat bersedia berpartisipasi dalam
pengelolaan persampahan secara konsisten dan berkesinambungan.
Perilaku masyarakat berpengaruh besar terhadap kebersihan, maka
masyarakat harus berperan secara aktif dalam pengelolaan sampah yang
optimal sehingga dapat terwujudnya lingkungan yang sehat, bersih dan
nyaman serta jauh dari berbagai penyakit.
KEPERAWATAN KOMUNITAS

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui teknik-teknik dalam pengelolaan sampah yang
terpadu
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang sampah
b. Untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah dengan composting
c. Untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah dengan incineration
d. Untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah dengan sanitary
landfill
e. Untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah dengan trench
method
f. Untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah dengan bank
sampah
C. MANFAAT PENULISAN
1. Sebagai penambah referensi pembaca tentang teknik pengelolaan
sampah
2. Sebagai bahan masukan untuk penulisan makalah lebih lanjut tenang
teknik pengolahan sampah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN SAMPAH
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya. Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun
2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau


di buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses
alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai
ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang
atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau
pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufktur atau
materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kementerian Lingkungan
Hidup, 2005).
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia
yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan demikian sampah
mengandung prinsip sebagai berikut :
1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat
2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi

B. SUMBER-SUMBER SAMPAH
Sampah berasal dari berbagai sumber, berikut ini merupakan
sumber-sumber sampah berasal diantaranya (Notoatmodjo, 2003) :
1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan
rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa
makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus
baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas,
bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun
atau taman
KEPERAWATAN KOMUNITAS

2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum


Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempattempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya.
Sampah ini berupa
kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.
3. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah

ini

dari

perkantoran

baik

perkantoran

pendidikan,

perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini


berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya
sampah ini bersifat anorganik, dan mudah terbakar (rubbish).
4. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri
dari: kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan
ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik,
dan sebagainya.
5. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang
berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal
dari proses produksi, misalnya : sampah-sampah pengepakan barang,
logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.
6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya:
jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu
yang patah, dan sebagainya.
7. Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung
dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, maisalnya: batu-batuan,
tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.
8. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa :


kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan
sebagainya (Notoatmojo, 2003).
C. JENIS - JENIS SAMPAH
Jenis jenis sampah dapat dibedakan menjadi beberapa
karakteristik, diantaranya sebagai berikut :
1. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
a. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat
membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik dan
sebagainya.
b. Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat
membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buahbuahan dan sebagainya.
2. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar
a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu,
plastik, kain bekas dan sebagainya.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas,
besi/logam

bekas,

pecahan

gelas,

kaca,

dan

sebagainya

(Notoatmodjo, 2003).
3. Sampah berdasarkan karakteristiknya
a. Abu (Ashes)
Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik
di rumah, di kantor maupun industri.
b. Sampah Jalanan (Street Sweeping)
Berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertaskertas, kotoran dan daun-daunan.
c. Bangkai Binatang (Dead Animal)

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Yaitu bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit


atau kecelakaan.
d. Sampah pemukiman (Household refuse)
Yaitu sampah campuran yang berasal dari daerah perumahan.
e. Bangkai Kendaraan (Abandoned vehicles)
Yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk, kereta
api, satelit, kapal laut dan alat transportas lainnya.
f. Sampah industri
Terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri pengolahan
hasil bumi, tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya.
g. Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste)
Yaitu sampah yang berasal dari perombakan gedung/bangunan.
h. Sampah dari daerah pembangunan
Yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung,
perbaikan dan pembaharuan gedung. Sampah dari daerah ini
mengandung tanah batu-batuan, potongan kayu, alat perekat, kertas
dan lain-lain.
i. Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid)
Sampah yang terdiri dari benda yang umumnya zat organik hasil
saringan pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air buangan.

j. Sampah Khusus
Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam
pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan
zat yang toksis. (Mukono, 2006).
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUANTITAS DAN
KUALITAS SAMPAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Menurut Slamet (2004) sampah baik kualitas maupun kuantitasnya


sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat.
Beberapa faktor yang penting antara lain :
1. Jumlah Penduduk
Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk
semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah pun berpacu
dengan laju pertambahan penduduk.
2. Keadaan sosial ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak
jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun
semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas
sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang
berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan.
Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan
konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi pun
bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan
bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis
sampah.
3. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah,
karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara
pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

4. Tingkat pendidikan
Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai
peranan

penting

karena

melalui

pendidikan,

manusia

makin

mengetahui dan sadar akan bahaya limbah rumah tangga terhadap


lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan manusia
dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis, kreatif dan

KEPERAWATAN KOMUNITAS

rasional. Semakin tinggi tingkat pendidikan selayaknya semakin tinggi


kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
E. PENGELOLAAN SAMPAH
Pengelolaan persampahan adalah bentuk kegiatan penanganan
sampah mulai dari sumber atau timbulnya sampah sampai pada sampah
tersebut musnah atau habis, termasuk kegiatan lainnya seperti reduce
(pengurangan volume atau jumlahnya), reuse (penggunaan kembali),
recycle (daur ulang atau mengubah wujud dan bentuknya untuk
pemanfaatan lainnya).

Pengelolaan Sampah adalah kegiatan yang

sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan


penanganan sampah (Kementrian Lingkungan Hidup, 2007).
Pengelolaan sampah merupakan pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan, pendaur ulangan, atau pembuangan dari material sampah.
Material sampah ini merupakan material yang dihasilkan dari kegiatan
manusia dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap
kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga
dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat padat, cair, gas atau radioaktif dengan metode dan keahlian
khusus untuk masing-masing jenis zat.
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumber daya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan
sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi berkembang
biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium
perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Peran serta masyarakat
merupakan hal yang terpenting dalam pengelolaan sampah. Dalam strategi
jangka panjang, peran aktif masyarakat menjadi tumpuan bagi suksesnya
pengelolaan sampah kota.
Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU N0.18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah meliputi, kegiatankegiatan berikut:
KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya


sampah sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan
lainnya), mengguna ulang sampah dari sumbernya dan/atau di tempat
pengolahan, dan daur ulang sampah di sumbernya dan atau di tempat
pengolahan. Pengurangan sampah akan diatur dalam Peraturan
Menteri tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam pengurangan
sampah ini adalah:
a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b. Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk
c. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau diguna
ulang
d. Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang
e. Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang
2. Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penaganan sampah
yang mencakup pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah
menurut jenis dan sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari
sumber sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu),
pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS atua
tempat

pengolahan

sampah

terpadu,

pengolahan

hasil

akhir

(mengubah bentuk, komposisi, karateristik dan jumlah sampah agar


diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan
pemprosesan aktif kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil
pengolahan

sebelumnya

agar

dapat

dikembalikan

ke

media

lingkungan.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN
SAMPAH
Kenyataan yang ada saat ini, sampah menjadi sulit dikelola oleh
karena berbagai hal :
1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan
masyarakat untuk mengelola dan memahami masalah persampahan
KEPERAWATAN KOMUNITAS

10

2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan


keselarasan pengetahuan tentang persampahan
3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala
bidang termasuk bidang persampahan
4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar,
menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga
memperbanyak populasi vector pembawa penyakit seperti lalat dan
tikus
5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang
bekas juga ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya
sehingga cepat rusak, Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah
mutunya, sehingga cepat menjadi sampah
6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Tembuangan
Akhir (TPA) sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak
cocok bagi pembuangan sampah juga terjadi kompetisi yang semakin
rumit akan penggunaan tanah
7. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya
dipakai sebagai tempat pembuangan sampah
8. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan
9. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena
cuaca yang semakin panas.
10. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah
pada tempatnya dan memelihara kebersihan
11. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini
kebanyakan sampah dikelola oleh pemerintah
12. Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat sekarang kurang
memperhatikan faktor non teknis dan non teknis seperti partisipasi
masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.
G. METODE PENGOLAHAN SAMPAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS

11

Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah


misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah
3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi),
Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah), sedangkan
4-R ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain
4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant (menanam kembali).
Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka
pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga
diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah.
1. Reduce

Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin melakukan


minimalisasi barang atau material yang digunakan. Semakin banyak
kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan
dengan program reduce:
a. Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan
sampah dalam jumlah besar
b. Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau
fungsi lain
c. Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
d. Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang
memerlukan
2. Reuse

Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barangbarang yang bisa dipakai kembali. Dan juga menghindari pemakaian
barang-barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang
waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Menurut
Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan
program reuse:
a. Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
b. Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
KEPERAWATAN KOMUNITAS

12

c. Kurangi penggunaan bahan sekali pakai


d. Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah
3. Recycle

Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang


yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang
bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal
dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi
barang lain. Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan
berkaitan dengan program recycle:
a. Mengubah sampah plastik menjadi souvenir
b. Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos
c. Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniatur
4. Replace

Prinsip replace dilakukan dengan cara lebih memperhatikan barang


yang digunakan sehari-hari dan juga mengganti barang-barang yang
hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
Prinsip ini mengedepankan penggunaan bahan-bahan yang ramah
lingkungan seperti mengganti kantong plastik dengan keranjang saat
berbelanja, atau hindari penggunaan styrofoam karena banyak
mengandung zat kimia berbahaya.
5. Replant

Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau


lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan,
lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian
menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.

PRODUK

DIGUNAKAN

Pengolahan tahap akhir :


-Composting
KEPERAWATAN
KOMUNITAS
- Sanitary
landfill
- Incenaration
-Bank Sampah
-

DIBUANG

SAMPAH

Pengolahan tahap awal :


- Reduce (mengurangi)
- Reuse (menggunakan kembali
13
- Recycle (mendaur ulang)
-Replace (mengganti)
- Replant (menanam kembali)

(Cunningham, 2004)
Dalam pengelolaan sampah terpadu sebagai salah satu upaya pengelolaan
sampah perkotaan adalah konsep rencana pengelolaan sampah perlu dibuat
dengan tujuan mengembangkan suatu sistem pengelolaaan sampah yang
modern, dapat diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah
lingkungan. Dalam sistem tersebut harus dapat melayani seluruh
penduduk, meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan memberikan
peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk berpartisipasi aktif.

BAB III
TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH
A. COMPOSTING
1. PENGERTIAN KOMPOS
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial
oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan
yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H.
Crawford, 2003).

KEPERAWATAN KOMUNITAS

14

Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup


baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme
pengurai.

Organisme

pengurai

atau

dekomposer

bisa

berupa

mikroorganisme ataupun makroorganisme. Kompos berfungsi sebagai


sumber hara dan media tumbuh bagi tanaman. (alamtani.com).
Kompos adalah pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat
organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini
menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk hijau (Dainur, 1995).

Kompos merupakan campuran pupuk dari bahan organik yang


berasal dari tanaman (jerami, batang jagung, kacang tanah, kedelai,
sayuran, buah, sampah kota, dan kelapa sawit) atau hewan atau
keduanya yang telah melapuk sebagian dan dapat berisi senyawasenyawa lain, seperti abu dan kapur. (Bank Pengetahuan Padi
Indonesia, 2009)
2. PEMBUATAN KOMPOS / PENGOMPOSAN
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat
kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat
campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
pengaturan

aerasi,

dan

penambahan

aktivator

pengomposan.

(wikipedia). Pengomposan merupakan salah satu contoh proses


pengolahan sampah secara aerobik dan anaerobik yang merupakan
proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos. Sampah yang
dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah
sampah organik, karena mudah mengalami proses dekomposisi oleh
mikroba-mikroba. (Suriawiria,1996)
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di
alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun
KEPERAWATAN KOMUNITAS

15

proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan


lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak
dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan, baik pengomposan
dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada
prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada
proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses
penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan
dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan
saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi
permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi masalah
sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah
pertanian dan perkebunan. Teknologi pengomposan sampah sangat
beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa
aktivator pengomposan.
Dilihat dari proses pembuatannya terdapat dua macam cara
membuat kompos, yaitu melalui proses aerob (dengan udara) dan
anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini menghasilkan kompos yang
sama baiknya hanya saja bentuk fisiknya agak sedikit berbeda
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah
dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses
yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme
di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan
pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang
tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.
Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat
digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan
kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan,
sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca
penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi
penggunaan pupuk kimia.

KEPERAWATAN KOMUNITAS

16

Bahan

baku

pengomposan

adalah

semua

material

yang

mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah


hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian.
Berikut ini bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku
pengomposan.
NO
1.

ASAL

BAHAN
PERTANIAN
Limbah dan residu
Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan
tanaman
tongkol jagung, semua bagian vegetatif
tanaman, batang pisang dan sabut kelapa
Limbah & residu ternak Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah
pakan ternak, cairan biogas
Tanaman air
Azola, ganggang biru, enceng gondok,
gulma air
2.
INDUSTRI
Limbah padat
Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas
tebu, limbah kelapa sawit, limbah
pengalengan makanan dan pemotongan
hewan
Limbah cair
Alkohol, limbah pengolahan kertas, limbah
pengolahan minyak kelapa sawit
3.
RUMAH TANGGA
Sampah
Sampah (padat) rumah tangga dan sampah
kota rumah tangga
Limbah padat dan cair
Limbah rumah tangga: Tinja, urin,
4.
PASAR
Sampah
Sampah (padat) pasar tradisional dan
modern
Limbah padat dan cair
Limbah Pasar; Tinja dan urin
3. MANFAAT KOMPOS
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan
kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan
tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba
tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk
menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga
diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia,

KEPERAWATAN KOMUNITAS

17

seperti menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih
segar, dan lebih enak. Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan
bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah
pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia,
fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih
tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat
digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan
kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan,
sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca
penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi
penggunaan pupuk kimia. Kompos memiliki banyak manfaat yang
ditinjau dari beberapa aspek diantaranya:
a. Aspek Ekonomi :
1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2) Mengurangi volume/ukuran limbah
3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
b. Aspek Lingkungan :
1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan
pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk
akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
c. Aspek bagi tanah/tanaman:
1) Meningkatkan kesuburan tanah
2) Memperbaiki struktur dan karakteristik tana
3) Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4) Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5) Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah
panen)
6) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7) Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8) Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
KEPERAWATAN KOMUNITAS

18

4. PROSES PEMBUATAN KOMPOS


Pada

dasarnya

semua

bahan-bahan

organik

padat

dapat

dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampahsampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbahlimbah pertanian, limbah-limbah agro industri, limbah pabrik kertas,
limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dan lain-lain. Bahan
organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan
rambut. Bahan yang paling baik menurut ukuran waktu untuk dibuat
menjadi kompos dinilai dari rasio karbon dan nitrogen di dalam
bahan / material organik seperti limbah pertanian: ampas tebu dan
kotoran ternak serta tersebut di atas. (alamtani.com)
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya
merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan
kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis
tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan
pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S.
Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan
kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh
tanaman (Gaur, 1980).
a. Cara membuat kompos metode aerob
Proses pembuatan kompos aerob sebaiknya dilakukan di
tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan
jenis bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah
material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon (C)
dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan pH
sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan leguminosa, jerami, gedebog
pisang dan kotoran unggas. Apabila kekurangan bahan yang
megandung karbon, bisa ditambahkan arang sekam padi ke dalam
adonan pupuk.
KEPERAWATAN KOMUNITAS

19

Cara membuat kompos aerob memakan waktu 40-50 hari.


Perlu ketelatenan lebih untuk membuat kompos dengan metode ini.
Kita harus mengontrol dengan seksama suhu dan kelembaban
kompos saat proses pengomposan berlangsung. Secara berkala,
tumpukan kompos harus dibalik untuk menyetabilkan suhu dan
kelembabannya. Berikut ini cara membuat kompos aerob:
1) Siapkan lahan seluas 10 meter persegi untuk tempat
pengomposan. Lebih baik apabila tempat pengomposan diberi
peneduh untuk menghindari hujan.
2) Buat bak atau kotak persegi empat dari papan kayu dengan
lebar 1 meter dan panjang 1,5 meter. Pilih papan kayu yang
memiliki lebar 30-40 cm.
3) Siapkan material organik dari sisa-sisa tanaman, bisa juga
dicampur dengan kotoran ternak. Cacah bahan organik tersebut
hingga menjadi potongan-potongan kecil. Semakin kecil
potongan bahan organik semakin baik. Namun jangan sampai
terlalu halus, agar aerasi bisa berlangsung sempurna saat
pengomposan berlangsung.
4) Masukan bahan organik yang sudah dicacah ke dalam bak
kayu, kemudidan padatkan. Isi seluruh bak kayu hingga penuh.

KEPERAWATAN KOMUNITAS

20

Gambar 3.1
Tahapan Pembuatan Kompos Aerob
5) Siram bahan baku kompos yang sudah tersusun dalam kotak
kayu untuk memberikan kelembaban. Untuk mempercepat
proses pengomposan bisa ditambahkan starter mikroorganisme
pembusuk ke dalam tumpukan kompos tersebut. Setelah itu,
naikkan bak papan ke atas kemudian tambahkan lagi bahanbahan lain. Lakukan terus hingga ketinggian kompos sekitar
1,5 meter.
6) Setelah 24 jam, suhu tumpukan kompos akan naik hingga
65oC, biarkan keadaan yang panas ini hingga 2-4 hari.
Fungsinya untuk membunuh bakteri patogen, jamur dan
gulma. Perlu diperhatikan, proses pembiaran jangan sampai
lebih

dari

hari.

Karena

berpotensi

membunuh

mikroorganisme pengurai kompos. Apabila mikroorganisme


dekomposer ikut mati, kompos akan lebih lama matangnya.
KEPERAWATAN KOMUNITAS

21

7) Setelah hari ke-4, turunkan suhu untuk mencegah kematian


mikroorganisme

dekomposer.

Jaga

suhu

optimum

pengomposan pada kisaran 45-60oC dan kelembaban pada 4050%. Cara menjaga suhu adalah dengan membolak-balik
kompos, sedangkan untuk menjaga kelembaban siram kompos
dengan air. Pada kondisi ini penguapan relatif tinggi, untuk
mencegahnya kita bisa menutup tumpukan kompos dengan
terpal plastik, sekaligus juga melindungi kompos dari siraman
air hujan.
8) Cara membalik kompos sebaiknya dilakukan dengan metode
berikut. Angkat bak kayu, lepaskan dari tumpukan kompos.
Lalu letakan persis disamping tumpukan kompos. Kemudian
pindahkan bagian kompos yang paling atas kedalam bak kayu
tersebut sambil diaduk. Lakukan seperti mengisi kompos di
tahap awal. Lakukan terus hingga seluruh tumpuka kompos
berpindah kesampingnya. Dengan begitu, semua kompos
dipastikan sudah terbalik semua. Proses pembalikan sebaiknya
dilakukan setiap 3 hari sekali sampai proses pengomposan
selesai. Atau balik apabila suhu dan kelembaban melebihi
batas yang ditentukan.
9) Apabila suhu sudah stabil dibawah 45oC, warna kompos hitam
kecoklatan dan volume menyusut hingga 50% hentikan proses
pembalikan. Selanjutnya adalah proses pematangan selama 14
hari.
10) Secara teoritis, proses pengomposan selesai setelah 40-50 hari.
Namun kenyataannya bisa lebih cepat atau lebih lambat
tergantung dari keadaan dekomposer dan bahan baku kompos.
Pupuk kompos yang telah matang dicirikan dengan warnanya
yang hitam kecoklatan, teksturnya gembur, tidak berbau.
11) Untuk memperbaiki penampilan (apabila pupuk kompos
hendak dijual) dan agar bisa disimpan lama, sebaiknya kompos
KEPERAWATAN KOMUNITAS

22

diayak dan di kemas dalam karung. Simpan pupuk kompos di


tempat kering dan teduh.

Gambar 3.2
Tahapan Pembuatan Kompos Aerob
Proses pembuatan kompos aerob cocok untuk memproduksi kompos
dalam jumlah besar.
b. Cara Membuat Kompos Metode Anaerob

Cara membuat kompos dengan metode anaerob biasanya


memerlukan

inokulan

mikroorganisme

mempercepat proses pengomposannya.

(starter)

untuk

Inokulan terdiri dari

mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik


dengan cepat, seperti efektif mikroorganime (EM4). Di pasaran
terdapat juga jenis inokulan dari berbagai merek seperti superbio,
probio, dll. Apabila tidak tersedia dana yang cukup, kita juga bisa
membuat sendiri inokulan efektif mikroorganisme.
KEPERAWATAN KOMUNITAS

23

Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organic


yang mempunyai perbandingan C dan N tinggi (lebih dari 30:1).
Beberapa diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam, padi dan
kotoran kambing. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos
dengan metode aerob bisa 10-80 hari tergantung pada efektifitas
decomposer dan bahan baku yang digunakan. Suhu optimal selama
proses pengomposan berkisar 35-45C dengan tingkat kelembaban
30-40%. Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses
anaerob :
1) Siapkan bahan organic yang akan dikomposkan. Sebaiknya
pilih bahan yang lunak terdiri dari limbah tanaman atau hewan.
Bahan yang bisa digunakan antara lain hujauan tanaman,
ampas tahu, limbah organic rumah tangga, kotoran ayam,
kotoran kambing dan lain sebagainya. Rajang bahan tersebut
hingga halus semakin halus semakin baik.
2) Siapkan

decomposer

(EM4)

sebagai

starter.

Caranya

campurkan 1 cc EM4 dengan 1 liter air dan 1 gram gula


kemudian diamkan selama 24 jam.
3) Ambil terpal plastic sebagai alas, simpan bahan organic yang
sudah dirajang halus diatas terpal. Campurkan serbuk gergaji
pada bahan tersebut untuk menambah nilai perbandingan C
dan N. kemudian semprotkan larutan EM4 yang telah
diencerkan. Aduk sampai rata, jaga kelembaban pada kisaran
30-40%, apabila kurang lembab bisa disemprotkan air.
4) Siapkan tong plastic yang kedap udara. Masukan bahan
organic yang sudah dicampur tadi kemudian tutup rapat-rapat
dan diamkan selama 3-4 hari untuk menjalani proses
fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan
berkisar 35-45C
5) Setelah 4 hari, cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang
matang dicirikan dengan baunya yang harum seperti bau tape.
KEPERAWATAN KOMUNITAS

24

5. SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN PEMBUATAN KOMPOS


a. Susunan Bahan Mentah
Sampai pada batas tertentu, semakin kecil ukuran potongan bahan
mentahnya, semakin cepat pula waktu pembusukannya. Ini karena
semakin banyak permukaan yang tersedia bagi bakteri pembusuk
untuk menyerang dan menghancurkan material-material tersebut.
Untuk mempercepat proses pembusukan, kita dapat mencincang
daun-daunan, ranting-ranting dan material organis lainnya dengan
tangan.
b. Suhu dan Ketinggian Timbunan Kompos
Penjagaan panas sangat penting dalam pembuatan kompos. Dan
satu faktor yang menentukan tingginya suhu adalah tinggi
timbunan itu sendiri. Tinggi timbunan yang memenuhi syarat
adalah sekitar 1,25 sampai 2 meter. Ini akan memenuhi penjagaan
panas dan kebutuhan akan udara. Pada waktu proses pembusukan
berlangsung, pada timbunan material yang tingginya 1,5 meter
akan menurun sampai kira-kira setinggi 1 atau 1,25 meter.
c. Pengaruh Nitrogen ( N )
Timbunan yang ber-Nitrogen terlalu sedikit (zat yang dibutuhkan
bakteri penghancur untuk berbiak) tidak akan menghasilkan panas
untuk membusukkan material dengan cepat. Tetapi, kadar
karbon/nitrogen (C/N) yang tinggi bisa menyebabkan timbunan itu
membusuk pelan-pelan lewat kerja zat-zat organis suhu rendah
(kebanyakan jamur)

d. Kelembaban
Timbunan kompos harus selalu lembab, tapi kita perlu menjaganya
supaya

tidak

sampai

becek.

Karena

kelebihan

air

akan

mengkibatkan volume udara jadi berkurang. Semakin basah


KEPERAWATAN KOMUNITAS

25

timbunan itu, makin sering pula kita harus mengaduknya untuk


menjaga dan mencegah pembiakan bakteri an-aerobik.
e. Bak Penampungan
Bak penampungan berfungsi sebagai menampung bahan kompos
untuk diproses sekaligus untuk membolak-balik agar tercampur
dan proses pembusukan berlangsung merata.
f. Pengadukan
Tujuan dari proses pengadukan kompos :
1) Memasukkan sejumlah oksigen untuk tetap berlangsungnya
proses pembusukan
2) Mengeringkan bahan apabila timbunan terlampau basah,
mencegah timbulnya bakteri an-aerobik
3) Untuk menyusun kembali bahan yang sedang dalam proses
pembusukan. Bagian luar yang kurang busuk kita pindah
ketengah timbunan hingga bakteri suhu tinggi akan mulai
bekerja lagi. Timbunan akan kembali menjadi panas dengan
lebih

cepat,

dan

ketika

suhu

menurun

lagi,

proses

pengomposan telah selesai dan kompos siap dipakai


6. FUNGSI KOMPOS
a. Soil Conditioner; berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah,
terutama bagi tanah kering dan lading
b. Meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air (increase soil
water holding capacity)
c. Soil Ameliorator; berfungsi mempertinggi kemampuan pertukaran
kation (KPK) baik pada tanah ladang maupun tanah sawah dan
lain-lain.
d. Bahan organik yang telah terkompos dengan baik, bukan hanya
memperkaya bahan makanan tanaman tetapi terutama berperanan
besar terhadap perbaikan sifat-sifat tanah, seperti :
1) Mengembailkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat
tanah baik fisik, kemis maupun biologis
KEPERAWATAN KOMUNITAS

26

2) Mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur nitrogen


oleh tanaman karena telah diadakan perlakuan khusus
sebelumnya
3) Mencegah infeksi yang disebabkan oleh biji-biji tumbuhan
pengganggu
4) Dapat disediakan secara mudah, murah dan relatif cepat
5) Bahan organis pada kompos memperbesar daya ikat tanah
yang berpasir, sehingga tidak mudah longsor
6) Memperbaiki struktur tanah lempung
7) Bahan organis dalam tanah akan mempertinggi kemampuan
pengikatan unsur hara dan penampungan air, sehingga tanah
dapat lebih banyak menyediakan air serta makanan bagi
tanaman dan dapat mencegah timbulnya banjir
8) Memperbaiki drainage dan tata udara tanah, terutama paa
tanah berat. Dengan tata udara tanah yang baik dan kandungan
air yang cukup tinggi, maka suhu udara akan lebih stabil.
7. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGOMPOSAN
Pengelolaan sampah dengan cara pembuatan kompos adalah
sebagai berikut :
a. Kelebihan :
1) Penggunaan lahan yang jauh lebih sempit
2) Setelah selesai dikelola, hasilnya dapat digunakan untuk
memupuki tanaman
3) Cara yang relatif murah untuk jumlah sampah yang besar akan
tetapi dengan fluktuasi sampah yang kecil
b. Kekurangan :
1) Memerlukan biaya investasi awal yang jauh lebih besar
2) Memerlukan biaya operasional yang relatif tinggi, dan juga
dapat menjadi lebih tinggi lagi apabila sampah yang diolah

KEPERAWATAN KOMUNITAS

27

kapasitasnya lebih kecil dari kapasitas instalasi pembuatan


kompos
3) Bahan yang tidak dapat diolah menjadi pupuk kompos,
terpaksa harus menjadi sampah lagi
4) Dari poin ke-3 dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis
sampah dapat dikelola
5) Untuk kebutuhan jangka panjang, cara ini sangat tidak efektif
karena pada masa yang akan datang, jumlah sampah yang tidak
dapat diolah menjadi pupuk kompos menjadi lebih besar
B. INCINERATION
1. PENGERTIAN
Salah satu upaya untuk mengurangi jumlah sampah adalah dengan
membakarnya. Cara ini dirasa lebih mudah, tetapi jika dilakukan
secara asal-asalan akan sanga berbahaya bagi kesehatan. Pembakaran
sampah yang ideal adalah jika api panas dan oksigen disuplai dengan
jumlah yang cukup. Tetapi pada umumnya sebelum membakar
sampah, sampah dikmpulkan dan ditumpuk menjadi satu. Sehingga
saat dibakar hanya sampah yang berada di permukaan yang mendapat
cukup oksigen untuk menghasilkan CO2. Sementara dibagian dalamnya
yang kekurangan O2 akan mghasilkan CO. Satu ton sampah
diperkirakan dapat menghasilkan 3 kg CO. CO merupakan gas yang
dapat membunuh secara massal.
Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan
sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengn
menggunakan fasilitas pabrik. Insinerasi ialah proses pemusnahan
material organik secara thermal melalui proses pembakaran dalam
suatu sistem yang terkontrol dan terisolir dari lingkungannya.
Incinerator adalah alat untuk membakar sampah yang terkendali
melalui pembakaran suhu dengan yang tinggi dan merupakan salah
satu metode disposal yang dapat diterapkan didaerah perkotaan atau

KEPERAWATAN KOMUNITAS

28

daerah yang sulit mendapatkan tanah kosong untuk membuang


sampah.
Pembakaran sampah dengan menggunakan incenerator adalah
salah satu cara pengolahan sampah, baik padat maupun cair. Didalam
incenerator, sampah dibakar secara terkendali dan berubah menjadi gas
(asap) dan abu. Dalam proses pembuangan sampah, cara ini bukan
merupakan proses akhir. Abu dan gas yang dihasilkan masih
memerlukan penanganan lebih lanjut untuk dibersihkan dari zat-zat
pencemar yang terbawa, sehingga cara ini masih merupakan
intermediate treatment.

2. SASARAN INSENERASI
Teknologi insinerasi mempunyai beberapa sasaran, yaitu diantaranya :
a. Mengurangi massa / volume: proses insinerasi adalah proses
oksidasi (dengan oksigen atau udara) limbah combustible pada
temperatur tinggi. Akan dikeluarkan abu, gas, limbah sisa
pembakaran dan abu, dan diperoleh pula enersi panas. Bila
pembakaran sempurna, akan tambah sedikit limbah tersisa dan gas
yang belum sempurna terbakar (seperti CO). Panas yang tersedia
dari pembakaran limbah sebelumnya akan berpengaruh terhadap
jumlah bahan bakar yang dipasok. Insinerator yang bekerja terus
menerus akan menghemat bahan bakar.
b. Mendestruksi komponen berbahaya: insinerator tidak hanya untuk
membakar sampah kota. Sudah diterapkan untuk limbah nondomestik, seperti dari industri (termasuk limbah B3), dari kegiatan
medis (untuk limbah infectious). Insinerator tidak hanya untuk
membakar limbah padat. Sudah digunakan untuk limbah non-padat,
seperti sludge dan limbah cair yang sulit terdegradasi. Teknologi
ini merupakan sarana standar untuk menangani limbah medis dari
rumah sakit. Sasaran utamanya adalah mendestruksi patogen yang
berbahaya seperti kuman penyakit menular. Syarat utamanya
KEPERAWATAN KOMUNITAS

29

adalah panas yang tinggi (dioperasikan di atas 800 C). Dalam hal
ini limbah tidak harus combustible, sehingga dibutuhkan subsidi
bahan bakar dari luar
c. Insinerasi adalah identik dengan combustion, yaitu dapat
menghasilkan enersi yang dapat dimanfaatkan. Faktor penting
yang harus diperhatikan adalah kuantitas dan kontinuitas limbah
yang akan dipasok. Kuantitas harus cukup untuk menghasilkan
enersi secara kontinu agar suplai enersi tidak terputus.
3. JENIS JENIS LIMBAH
Jenis-jenis limbah yang dapat dimusnahkan incinerator adalah
sebagai berikut :
a. Limbah domestic

Yang termasuk limbah domestik adalah sampah kota, pasar,


perumahan, pertokoan dan sebagainya
b. Limbah Infeksius
Limbah infeksius adalah limbah padat yang dihasilkan oleh rumah
sakit
c. Limbah Industri, terbagi atas :
1) Limbah padat:
a) Obat-obatan kadaluarsa pada industri farmasi
b) Produk reject pada industri makanan, sabun, sampoo
c) Sampah-sampah kemasan
d) Adonan permen yang mengeras dan tidak dapat digunakan
e) Majun atau potongan kain pada industri tekstil
f)

Sisa sisa tembakau dan produk reject pada industri rokok

g) Karet- karet bekas dan sudah tidak bisa digunakan.


h) Kerak cat yang sudah mengeras pada industri otomotif
2) Limbah sludge: Sludge dari proses pengolahan limbah cair
(Wastewater Treatment Sludge) dari berbagai jenis industri.
a) Limbah cair
KEPERAWATAN KOMUNITAS

30

b) Limbah chemical dari laboratorium (terbatas)\


c) Limbah chemical produksi (terbatas)
d) Obat-obatan cair
e) Shampo cair reject yang belum dikemas
f) Sabun cair reject
4. PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM INSENERASI
a. Charging apparatus
Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang
berasal dari kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah
yang terkumpul ditumpuk dan diaduk.
b. Furnace
Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi
dengan jeruji besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk
sampah dan untuk memisahkan abu dengan sampah yang belum
terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh.
c. Combustion
Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang
lebih panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak
terbakar pada tungku pertama.
d. Chimmey atau stalk
Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap
keluar dan mengalirkan udara ke dalam.
e. Miscellaneous features
Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari
debu yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang.

KEPERAWATAN KOMUNITAS

31

Gambar 3.3
Contoh Bentuk Incinerator
5. PROSES INSENERASI
a. Tahapan Proses Insinerasi
1) Mula-mula membuat air dalam sampah menjadi uap air,
hasilnya sampah menjadi kering dan siap terbakar
2) Selanjutnya

terjadi

proses

pirolisis

(pembakaran

tidak

sempurna), dimana temperatur belum terlalu tinggi


3) Fase berikutnya pembakaran sempurna
b. Proses Insinerasi (Pembakaran Sempurna)
1) Pembongkaran sampah dari truck (1),
2) Masuk ke tempat penyimpanan (storage pit) (2)
3) Alat derek (crane) (3) digunakan untuk memasukkan sampah
ke charging chute
4) (4) sampah langsung masuk ke dalam tungku pembakaran
(furnace) (5)
5) Dari chute sampah dijatuhkan ke tempat panggangan (grate)
(6) untuk dibakar.
6) Sampah organik tidak stabil terhadap panas maka bermacam
gas dilepaskan selama proses pembakaran. Gas-gas dan

KEPERAWATAN KOMUNITAS

32

partikel halus masuk ke dalam combustion chamber (7) dan


dibakar pada suhu > 1600F
7) Panas dari gas direcovery dengan water wall dan boiler (8)
untuk menghasilkan uap air yang dapat dikonversi lagi menjadi
listrik dengan turbin generator (9)
8) Peralatan kontrol polusi udara: injeksi ammonia (10) untuk
mengontrol NOx, dry scrubber (11) untuk kontrol Sox dan gas
alam, bag house/ fabric filter (12) untuk removal partikulat
9) Kontrol aliran udara digunakan induced draft fan (13)
10) Produk akhir dari pembakaran adalah gas-gas panas dan abu.
Gas-gas bersih akan dilepaskan dari cerobong/ stack (14) ke
atmosfer
11) Abu (ash) dari dry scrubber dan bag house dibawa ke fasilitas
treatment abu (15)

Gambar 3.4
Tahapan Proses Dalam Insinerator

KEPERAWATAN KOMUNITAS

33

Gambar 3.5
Tahapan Proses Dalam Insinerator
6. PARAMETER UTAMA DALAM OPERASI INSINERATOR (3T)
a. Temperatur (suhu), berkaitan dengan pasokan oksigen/udara. Udara
yang dipasok akan menaikkan temperatur karena proses oksidasi
materi organik bersifat eksotermis.
b. Time (waktu), berkaitan dengan lamanya fasa gas yang harus
terpapar dengan panas yang telah ditentukan. Biasanya 2 detik pada
fasa gas, sehingga terjadi pembakaran sempurna.
c. Turbulensi, sampah harus kontak sempurna dengan oksigen.
Insinerator besar diatur dengan kisi-kisi atau tungku yang dapat
bergerak, sedangkan insinerator yang kecil (modular) tungkunya
statis.

7. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


KEPERAWATAN KOMUNITAS

34

a. Kelebihan :
1) Dapat memusnahkan banyak materi yang mengandung karbon
dan pathogen
2) Reduksi volume mencapai 80-90%
3) Hasil pengolahan tidak dikenali sebagai bentuk aslinya
4) Panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali untuk
menghasilkan uap
b. Kekurangan :
1) Emisi udaranya menghasilkan bahan pencemar, terutama
dioksin dan fluran yang oleh WHO dinyatakan karsinogenik
2) Perlu tenaga operator yang terampil
3) Resiko tinggi terhadap operator karena panas dan potensii
kebakaran
4) Sulit menguji patogen secara rutin
5) Fly-ash dari incinerator termasuk kategori limbah berbahaya
C. SANITARY LANDFILL
1. PENGERTIAN
Sanitary landfill yaitu menimbun sampah di tanah yang berlekuk
untuk ditutup dengan lapisan tanah. Penimbunan ini dilakukan secara
berulang-ulang seperti kue lapis yang terdiri atas penimbunan sampah
yang ditutup tanah. Tanah yang semula berlekuk menjadi rata oleh
sanitary landfill sehingga harga tanahnya bisa naik berlipat-lipat
karena bisa dipakai untuk berbagai keperluan, seperti tempat sarana
olahraga, tanaman hijau dan lain-lain. Pengelolaan sampah pun
tumbuh menjadi sentra keuntungan yang penting harus dijaga agar
sampah tidak merusak lingkungan, merembes dan mencemari air
tanah.
Sanitary Landfill adalah sistem terbaik yaitu pemusnahan sampah
dengan jalan menimbun sampah dengan tanah yang dlakukan lapis
demi lapis. Dengan demikian sampah tidak berada di alam terbuka,
sehingga tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang
pengerat. Sampah semua jenis diangkut dan dibuang ke suatu tempat
KEPERAWATAN KOMUNITAS

35

yang jauh dari pemukiman dengan ditimbun tanah lapis demi lapis,
setelah lebih dahulu sampah dan tanah tersebut dipadatkan.
Ini merupakan salah satu metode pengolahan sampah terkontrol
dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir), kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan
selanjutnya ditutup tanah. Bila tempat pembuangan sudah mencapai
kapasitas maksimum dan setelah semua kegiatan operasi selesai maka
lapisan tanah terakhir adalah 2 ft (60 cm) atau lebih. Pada bagian dasar
tempat tersebut dilengkapi system saluran leachate yang berfungsi
sebagai saluran limbah cair sampah yang harus diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke sungai atau ke lingkungan.
2. PEMILIHAN LETAK DAN STRUKTUR GEOLOGI
Suatu hal yang perlu dipertimbangkan dalam sanitary landfill
adalah struktur geologi dan topografi serta permeabilitas dari tanah.
Pertimbangan lain adalah kedalaman air tanah, lapisan tanah sampai
lapisan batuan. Lokasi landfill akan menimbulkan efek yang
merugikan bagi air permukaan dan air tanah yang terletak di bawah
dasar landfill. Dalam keadaan demikian, maka tanah dapat
ditingkatkan kualitasnya sebelum dipisahkan dengan air permukaan
atau air tanah, aliran dari tanah ini dapat membentuk suatu materil
penutup. Sehingga dapat menciptakan suatu renovasi yang optimum
menghadapi leachate.
Lokasi landfill harus dipilih secara teliti dari lokasi yang tersedia
yaitu basah dan berlumpur dapat digunakan sebagai tempat yang baik
dan cukup luas bagi sanitary landfill. Ketika sebuah sanitary landfill
ditempatkan pada area yang tersebar dekat dengan suplai air bersih, hal
yang perlu diperhatikan adalah kedalaman dari tempat bebatuan dan air
tanah.
3. KLASIFIKASI LANDFILL
KEPERAWATAN KOMUNITAS

36

Berdasarkan

jenis

perlakuan

terhadap

sampahnya

landifill

dibedakan menjadi sebagai berikut :


a. Landfill sampah tercampur
Merupakan

jenis landfill yang

paling

banyak

ditemukan

di

Indonesia maupun di negara lain. Digunakan untuk menampung


segala jenis sampah yang ada dalam timbulan sampah perkotaan
maupun lumpur instalasi pengolahan air limbah berbagai industri
yang telah dikeringkan sehingga kadar solidnya menjadi 51 % atau
lebih. Material penutup intermediat dan penutup akhir diambil dari
tanah galian landfill.
b. Landfill sampah yang telah mengalami pengolahan
Sampah yang telah dipotong atau digiling dapat memperkecil ruang
pemakaian landfill hingga 35 % dibandingkan sampah yang tidak
diolah. Sampah olahan dapat dipadatkan membentuk suatu
permukaan yang lebih seragam dan rapat. Keuntungan lain yaitu
sampah yang telah dipotong dapat pula dimanfaatkan untuk
memproduksi kompos yang dapat dipakai sebagai material
penutup intermediet.

Kelemahan

dari

metoda

ini

adalah

dibutuhkannya fasilitas pemotongan (shredding) dan perlunya


untuk mengoperasikan suatu bagian konvensional landfill yang
akan menampung sampah-sampah yang sulit dipotong. Metoda ini
sangat cocok untuk daerah dengan curah hujan sangat rendah atau
musiman.
c. Landfill sampah tertentu
Dikenal

juga dengan istilah

monofill,

dimana

abu hasil

pembakaran, asbestos, dan limbah lain yang sejenis (designated


waste) umumnya ditempatkan di monofill untuk mengisolasinya
dari material-material sampah yang diletakkan di landfill sampah
tercampur.
d. Jenis landfill lainnya

KEPERAWATAN KOMUNITAS

37

1) Landfill yang didesain untuk memaksimalkan produksi gas.


Landfill jenis ini perlu dirancang khusus apabila kuantitas gas
landfill yang dihasilkan dekomposisi anaerobic material
sampah akan dimaksimalkan. Cara-cara yang umum dilakukan
diantaranya penggunaan barisan sel secara individu dengan
kedalaman yang cukup tanpa menggunakan lapisan penutup
intermediat dan lindi akan direcycle untuk meningkatkan
proses dekomposisi. Kelemahan dari sistem ini adalah
diperlukannya operasional tambahan dimana timbulan lindi
yang berlebihan harus dibuang.
2) Landfill sebagai unit pengolahan terintegrasi
Metoda operasi yang diterapkan antara lain pemisahan sampah
organik dan meletakkannya di landfill terpisah sehingga laju
biodegradasi dapat meningkat seiring dengan pertambahan
kadar air sampah, baik hasil dari recycle lindi maupun melalui
seeding dengan lumpur instalasi pengolahan air limbah yang
telah digesti. Material terurai akan digali dan digunakan
sebagai material penutup untuk area landfill baru, sel-sel yang
digali selanjutnya diisi dengan sampah baru.
3) Landfill di daerah basah
Pada metoda ini area landfill dibagi menjadi sel-sel baru atau
beberapa lagoon dan dilakukan penjadwalan operasi pengisian
sehingga 1 sel individu atau lagoon akan terisi masing-masing
1 tahun. Seringkali sampah diletakkan langsung di atas air.
Alternatif lain, material pengisi bersih ditambahkan sehingga
mencapai atau sedikit diatas muka air sebelum operasi
pengisian landfill dimulai. Untuk meningkatkan stabilitas
struktural, dibangun tanggul dari material sampah yang
membagi sel atau lagoon sebagai penambahan terhadap
material pengisi bersih. Untuk mencegah pergerakan lindi dan

KEPERAWATAN KOMUNITAS

38

gas dari sel atau lagoon yang telah penuh maka digunakan
tanah liat dan lapisan baja ringan atau lapisan kayu.
4. PENANGANAN YANG DILAKUKAN TERHADAP SAMPAH
Penanganan yang dilakukan terhadap sampah di landfill juga
bervariasi antara lain:
a. Penanganan sampah sebelum di landfilling
1) Sampah tanpa pemotongan, sampah yang ada langsung diurug
tanpa dilakukan proses pemotongan.
2) Sampah dengan pemotongan/shredding.
a) Biasanya sampah dipotong antara 50 80 mm.
b) Sampah menjadi lebih homogen, lebih padat dan dapat
ditimbun lebih tebal.
c) Dapat digunakan sebagai pengomposan di landfill
khususnya untuk sampah-sampah organic. Binatang
pengerat seperti tikus dapat dikurangi karena ronggarongga dalam timbunan dihilangkan dan sampah menjadi
lebih padat.
d) Densitas bisa mencapai 0,8 1 ton/m3.
e) Memungkinkan proses aerobik yang menghasilkan panas
sehingga dapat menghindari lalat.
f)

Bila tidak ada masalah bau maka tidak perlu tanah


penutup

g) Untuk sampah organik fermentasi lebih cepat sehingga


stabilitas juga lebih cepat.
h) Membutuhkan alat pemotong yang mengakibatkan biaya
menjadi mahal.

3) Sampah dengan pemadatan/baling.

KEPERAWATAN KOMUNITAS

39

a) Sampah dipadatkan dengan mesin pemadat sehingga


kepadatan mencapai 1 ton/m3.
b) Transportasi lebih murah karena sampah lebih padat dan
berbentuk praktis.
c) Pengurugan di lapangan lebih mudah.
d) Pengaturan sel lebih mudah dan sistematis, misalnya
setiap ketinggian 3 m diaplikasikan tanah penutup 10 cm.
e) Butuh investasi alat/mesin dan biaya yang mahal.
f) Dihasilkan air lindi hasil pemadatan yang perlu mendapat
perhatian.
b. Penanganan sampah di lokasi landfill.
1) Secara tradisional.
a) Sampah diletakkan lapis perlapis (0,5 0,6 m) sampai
ketinggian sekitar 1,2 1,5 m.
b) Urugan sampah membentuk sel-sel dan membutuhkan
ketelitian operasi alat berat.
c) Kepadatan sampah mencapai kepadatan 0,6 0,8 m ton/m3.
d) Membutuhkan penutup harian 10 30 cm paling tidak
dalam waktu 48 jam.
e) Lapisan teratas bersifat aerobik.
f) Bagian-bagian sampah yang besar diletakkan di bawah agar
tidak terjadi rongga.
g) Tanah penutup harus cukup homogen agar cukup
permeabel.
2) Dengan alat berat pemadat (compactor)
a) Banyak digunakan untuk lahan yang besar.
b) Proses yang terjadi menjadi anaerob.
c) Karena densitas yang tinggi, serangga dan tikus sulit
bersarang.
d) Keuntungannya dibandingkan dengan lahan urug
tradisional adalah tanah penutup lebih sedikit, truk mudah
berlalu lalang dan masa layan yang lebih lama.
e) Kerugiannya biaya operasi menjadi meningkat.
5. TEKNIK SANITARY LANDFILL
Teknik sanitary landfill adalah cara penimbunan sampah padat
pada suatu hamparan lahan dengan memperhatikan keamanan
lingkungan karena telah ada perlakuan terhadap sampah. Pada teknik
KEPERAWATAN KOMUNITAS

40

ini sampah dihamparkan hingga mencapai ketebalan tertentu lalu


dipadatkan untuk kemudian dilapisi dengan tanah dan dipadatkan
kembali. Pada bagian atas timbunan tanah tersebut dapat dihamparkan
lagi sampah yang kemudian ditimbun lagi dengan tanah. Demikian
seterusnya hingga terbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Pada
bagian dasar dari konstruksi sanitary landfill dibangun suatu lapisan
kedap air yang dilengkapi dengan pipa-pipa pengumpul dan penyalur
air lindi (leachate) serta pipa penyalur gas yang terbentuk dari hasil
penguraian sampah-sampah organik yang ditimbun.
Menurut Sidik et al. (1985) penimbunan sampah yang sesuai
dengan persyaratan teknis akan membuat stabilisasi lapisan tanah lebih
cepat dicapai. Dasar dari pelaksanaannya adalah meratakan setiap
lapisan

sampah,

memadatkan

sampah

dengan

menggunakan

compactor, dan menutupnya setiap hari dengan tanah yang juga


Dipadatkan. Ketebalan lapisan sampah umumnya sekitar 2 meter,
namun boleh juga lebih atau kurang dari 2 meter bergantung pada sifat
sampah, metoda penimbunan, peralatan yang digunakan, topografi
lokasi penimbunan, pemanfaatan tanah bekas penimbunan, kondisi
lingkungan sekitarnya, dan sebagainya.

KEPERAWATAN KOMUNITAS

41

Gambar 3.6
Skema Sanitary Landfill

Gambar 3.7
Lokasi Sanitary Landfill
Penanganan sampah dengan menggunakan sanitary landfill tetap
memiliki buangan berupa berbagai macam bentuk gas serta cairan.
Apabila buangan gas dan cairan ini tidak dikelola dengan baik, sampah
tetap akan menjadi masalah. Selain itu, penggunaan sanitary landfill
KEPERAWATAN KOMUNITAS

42

juga harus mempertimbangkan berapa lama sebuah tempat pembuangan


akhir (TPA) itu dapat dipergunakan, serta di mana kemungkinan TPA
pengganti.
Adapun fungsi lapisan penutup tersebut sebagai berikut:
a. Mencegah berkembangnya vektor penyakit
b. Mencegah penyebaran debu dan sampah ringan
c. Mencegah tersebarnya bau dan gas yang timbul
d. Mencegah kebakaran
e. Menjaga agar pemandangan tetap indah
f. Menciptakan stabilisasi lokasi penimbunan sampah
g. Mengurangi volume lindi
Hal yang sangat penting diperhatikan sehubungan dengan
pembangunan

TPA

dengan

teknik

sanitary

landfill

adalah

kemungkinan timbulnya pencemaran lingkungan di areal TPA tersebut


6. ASPEK SANITARY LANDFILL
Aspek sanitary landfill minimal ada empat aspek penting yang
mesti dikaji dalam pembuatan sanitary landfill diantaranya sebagai
berikut :
a. Pertama, seleksi lokasi. Atau karena jaraknya jauh, topografi dan
kondisi tanahnya tak mendukung, serta alasan lingkungan setempat
yang juga tak mendukung.
b. Kedua, metode sanfil. Ini berkaitan dengan bentuk lahan. Agar
efektivitas pemakaian lahannya tinggi, maka rencana operasi harus
dibuat. Ada tiga metode yang bisa digunakan, yaitu area, trench,
dan depression. Metode area diterapkan apabila lahannya agak
landai atau datar dan tidak bisa dibuatkan parit. Setelah sisinya
ditanggul dengan tanah, barulah sampah dipadatkan sampai selesai
lajur per lajur. Metode trench (parit) dibuat di lahan yang muka air
tanahnya cukup dalam dan tersedia tanah penutup. Lebih disukai
kalau ada bukit yang tanahnya bisa dipangkas untuk tanah penutup.
KEPERAWATAN KOMUNITAS

43

Parit dibuat dengan menggali sampai tanah kedap air. Selanjutnya,


apabila lokasi sanfil berupa cekungan, legok atau jurang, metode
depression atau lembah baik dipakai. Sampah diratakan, dipadatkan
lalu ditutupi tanah liat. Sekian puluh tahun kemudian, lembah itu
berubah menjadi lahan yang bisa dihuni atau untuk fasilitas lainnya
seperti taman dan sabuk hijau.
c. Ketiga, produksi gas dan lindi. Kecuali gas yang dominan, yaitu
60% metana (CH4) dan 35% karbondioksida, ada juga gas lain,
yaitu H2S yang berbau busuk seperti di kawah Tangkubanparahu,
amoniak (NH3), karbonmonoksida (CO) dan lain lain. Gas CO2
bisa melarutkan formasi batu kapur di tanah; metana, gas yang
nyalanya seperti spiritus ini, bisa meledak jika terkonsentrasi.
Adapun lindi berasal dari internal hasil dekomposisi dan eksternal
dari hujan, air tanah, dan limpahan drainase. Inilah masalah ikutan
dari penanganan sampah. Sampah selesai, muncullah air sampah
yang tak kalah menimbulkan masalah lingkungan.
d. Keempat, aliran gas dan lindi. Gas bisa dibiarkan lepas ke udara
atau ditampung untuk dimanfaatkan energinya. Biogas ini, kalau
dieksploitasi dengan hati-hati dan tepat teknologinya, lumayan
untuk menerangi kawasan kantor sanfil. Lindi mengalir ke bawah
dan terkumpul di dasar sanfil. Bisa dibiarkan di dalam sanfil atau
diolah di instalasi pengolahan air limbah sebelum dibuang.
7. MASALAH- MASALAH YANG MUNGKIN DAPAT TIMBUL
Masalah- masalah lain yang mungkin dapat timbul akibat landfill
yang tidak terkontrol adalah sebagai berikut (Iskandar, Agus. 2006) :
a. Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat
digunakan untuk tujuan lain
b. Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat
mencemari sumber air
c. Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi
dengan zat-zat atau polutan sampah
KEPERAWATAN KOMUNITAS

44

d. Penyumbatan badan air


e. Merupakan tempat yang menarik bagi berbagai binatang (tikus,
anjing liar)
f. Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme
penyebar penyakit
g. Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di
dalam tumpukan sampah dapat menimbulkan ledakan jika
mencapai kadar dan tekanan tertentu.
8. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
Keuntungan dengan adanya metode sanitary landfill dalam
pengelolaan sampah antara lain :
a. Dimana tanah tersedia, sanitary landfill adalah yang paling
ekonomis
b. Investasi modal relative lebih rendah dari cara yang lain
c. Sanitary landfill adalah tahap terakhir dibanding

dengan

insenerator dan komposting dimana masih memerlukan tindak


lanjut dari residunya.
d. Sanitary landfill bisa menerima segala macam bentuk sampah bisa
dibuang kesana dengan tanpa ada pemisahan tempat
e. Timbulan gas metan dan air lindi terkontrol dengan baik sehingga
tidak mencemari lingkungan.
f. Timbulan gas metan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
g. Setelah selesai pemakaiannya, area lahan urug dapat digunakan
untuk berbagai keperluan seperti areal parkir, lapangan golf, dan
kebutuhan lain.
Sedangkan kerugian menggunakan metode sanitary landfill antara
lain:
a. Di daerah yang padat penduduk, tidak tersedia tanah yang masih
terjangkau untuk pengangkutan secara ekonomis
b. Harus dipelihara setiap hari, karena jika tidak akan menjadi open
dumping
c. Akan menganggu penduduk yang bertempat tinggal di sekitarnya
d. Landfill yang telah sempurna akan tetap dan perlu pemeliharaan
yang periodic
KEPERAWATAN KOMUNITAS

45

e. Perencanaan dan konstruksi khusus harus dibuat untuk penggunaan


bangunan di atas landfill
Dalam

pemilihan

tempat

untuk

sanitary

landfill

harus

dipertimbangkan dalam hal luas tanah yang diperlukan, pengaruh


adanya pemanfaatan kembali, jarak pengangkutan dari tempat
penampungan sementara ke sanitary landfill, keadaan tanah dan
topografi, keadaan iklim, keadaan air permukaan tanah, geologi dan
hidrologi, keadaan lingkungan, dan pemakaian akhir, misal bekas tanah
sanitary landfill akan dimanfaatkan untuk keperluan tertentu.
D. TRENCH METHOD
Trench method atau metode galian parit merupakan salah satu
penerapan metode dari teknik sanitary landfill. Sampah dibuang ke dalam
galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk
menutup parit tersebut. Sampah yang ditimbun dan tanah penutup
dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat
parit baru di sebelah parit terdahulu.
Terdapat point point utama dalam melaksanakan metode parit
atau trench method ini, diantaranya sebagai berikut :

1. Dapat digunakan untuk daerah datar atau sedikit bergelombang


2. Site yang ada digali, sampah disebarkan didalam galian, dipadatkan
dan ditutup setiap hari setelah operasi selesai
3. Tanah yang digali dapat digunakan untuk tanah penutup
4. Digunakan bila air tanah cukup rendah sehingga zone non aerasi di
bawah landfill cukup tinggi (> 1,5 m)
5. Ukuran parit biasanya panjang 30 60 m, lebar 5 15 m dan
kedalaman 1-3 m
6. Slope 1,5 : 1 sampai 2 : 1
7. Operasi selanjutnya seperti metoda area.
KEPERAWATAN KOMUNITAS

46

Gambar 3.8
Skema Trench Method

Gambar 3.9
Lokasi Pembuatan Trench Method
E. BANK SAMPAH
1. PENGERTIAN
Bank sampah adalah sebuah istilah yang diperuntukan bagi suatu
paguyuban atau perkumpulan warga sadar sampah yang memiliki
tujuan untuk mengurangi volume sampah, memanfaatkan sampah, dan
mengelolanya untuk dijadikan sumber penghasilan tambahan.
Bank Sampah adalah salah satu alternatif mengajak warga peduli
dengan sampah, yang konsepnya mungkin dapat dikembangkan di
daerah-daerah lainya. Bank sampah merupakan sebuah sistem
pengelolaan sampah berbasis rumah tangga, dengan memberikan
ganjaran yang berupa uang tunai atau kupon gratis kepada mereka
KEPERAWATAN KOMUNITAS

47

yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah. Sistem


bank sampah ini memiliki beberapa keunggulan selain manfaatnya
dibidang kesehatan lingkungan, metode ini juga berfungsi untuk
memberdayakan masyarakat karena dengan menyetorkan sampah yang
telah dipilah, masyarakat bisa mendapatkan keuntungan secara
ekonomis.
Berawal dari kesadaran individu, warga mulai mengumpulkan
sampah di rumahnya. Sampah tersebut lalu disetorkan ke bank
sampah. Bank Sampah adalah tempat penampungan sampah yang
dikumpulkan dan kemudian diberi harga sesuai berat sampah yang
akan dijual. Hasil penjualan sampah ini pun cukup lumayan, tidak
semua sampah dijual ke pihak ketiga, ada pun mulai memisahkan
sampah yang bisa diproduksi kembali. Ternyata, jika sampah dikelola
dengan baik bisa mendatangkan manfaat dan juga bisa menguntungkan
lingkungan hidup.
Dengan begitu, masyarakat pun tidak perlu khawatir dengan
keadaan lingkungan dengan adanya sampah yang senantiasa jika tidak
dimanfaatkan akan merusak dan mengotori lingkungan. Sudah banyak
orang yang mendirikan bank sampah selain bisa membantu dalam hal
ekonomi bank sampah bisa menjadi alternatif lain dari pembuangan
sampah yang dilakukan selama ini. Lewat bank ini, sampah-sampah
dikumpulkan lalu diolah kembali menjadi barang aksesoris ataupun
kerajinan lainnya. Bank sampah menerima sampah jenis anorganik dari
seluruh warga. Tiap warga akan dibuatkan buku tabungan, setelah
sampah disetorkan ke bank dan ditimbang, uangnya langsung
dimasukan ke buku tabungan. Jadi masyarakat bisa punya simpanan
dari sampah yang mereka kumpulkan sendiri.
Bank Sampah merupakan salah satu alternatif mengajak warga
untuk peduli dengan sampah dan permasalahannya. Bank sampah
merupakan sebuah sistem pengelolaan sampah berbasis rumah tangga,
dengan memberikan imbalan berupa uang tunai ataupun voucher
KEPERAWATAN KOMUNITAS

48

kepada warga yang memilah dan menyetorkan sejumlah sampah.


Sampah-sampah yang disetorkan ke bank sampah dibedakan beberapa
jenis, seperti sampah organik seperti potongan sayuran, sisa masakan
mapun non organik seperti plastik, besi dan lainnya. Dengan begitu
sampah yang masih dapat di daur ulang seperti bahan organik dapat
dimanfaatkan untuk kompos ataupun bio gas. Sedangkan bahan non
organik didaur ulang menjadi berbagai perabotan seperti tas, sendal
dan lainnya.
2. MEKANISME BANK SAMPAH
Bank sampah dalam pelaksanaanya dapat mengurangi tingginya
angka sampah di masyarakat dan di tempat pembuangan akhir (TPA),
dengan begitu volume sampah yang ada di masyarakat dan TPA dapat
berkurang. Pengelolaan Bank Sampah juga mengikuti kaidah-kaidah
yang terdapat dalam Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah, bahwa prinsip dalam mengelola sampah adalah
reduce, reuse dan recycle (3R).
Cara kerja bank sampah adalah dengan mengumpulkan sampah
anorganik sebanyak-banyaknya dari lingkungan. Kemudian sampah
tersebut dikumpulkan ke petugas atau pengepul yang ditunjuk di
lingkungan tempat tinggal. Sampah tersebut nantinya akan dipilah
sesuai jenisnya lalu kemudian ditimbang. Selanjutnya, sampah yang
telah dipilah menurut jenisnya dan yang telah ditimbang tersebut akan
ditukar dengan sejumlah uang. Nantinya akan dapat mengambil
uangnya langsung atau dapat juga ditabungkan langsung ke petugas
tertunjuk di lingkungan tempat tinggal. Namun, ada beberapa jenis
bank sampah yang membuatkan buku tabungan untuk masing-masing
anggotanya, sehingga administrasi keuangannya pun lebih transparan
dan terorganisir. Bank sampah yang baik memiliki kriteria seperti
memiliki badan hukum, memiliki sistem administrasi, memiliki

KEPERAWATAN KOMUNITAS

49

pengepul tetap, memiliki buku tabungan, dan memiliki pihak


penanggung jawab dan petugas lainnya.
Bank sampah sesungguhnya mudah untuk dikelola. Untuk
membentuk

suatu

bank

untuk

menabung

sampah-sampah

di

lingkungan, warga sekitar dapat menunjuk beberapa orang sebagai


petugas pengelola. Dibutuhkan minimal satu orang untuk menjadi
petugas pencatat administrasi keuangan, satu orang untuk menjadi
petugas pengelola tabungan, dan satu orang sebagai petugas pengelola
sampah (perantara pengepul). Selanjutnya, masing-masing petugas
memiliki peran tersendiri. Perantara pengepul bertugas melakukan
negosiasi dengan pengepul dan mengawasi proses pengepulan sampah.
Pengelola administrasi keuangan akan bekerja sama dengan perantara
pengepul untuk mencatat hasil sampah masing-masing warga.
Sedangkan pengelola tabungan bertugas untuk menyetorkan tabungan
masing-masing warga ke bank dan nantinya dia jugalah yang bertugas
untuk mengambil uangnya di bank jika ada warga yang hendak
mengambil tabungannya.
Dalam pengaplikasiannya, bank sampah akan lebih mudah dikelola
jika proses pengepulan sampah terjadwal dengan baik. Misalnya,
warga dapat atau diwajibkan menyetorkan sampah anorganik yang
telah dikumpulkannya dari sisa-sisa atau sampah rumah tangga setiap
satu minggu sekali. Dengan begitu, sampah yang terkumpul akan
lebih banyak dan uang yang didapat pun lebih banyak. Jika bank
sampah yang ada dilingkungan Anda sudah memiliki administrasi
yang baik dan sudah mampu bekerja dengan baik, kualitasnya dapat
ditambahkan dengan adanya kepemilikan badan hukum dan buku
tabungan sendiri. Dengan demikian, bank pengelola sampah di
lingkungan Anda akan lebih berprospek secara ekonomi.

KEPERAWATAN KOMUNITAS

50

Gambar 3.10
Contoh Kartu Tabungan Bank Sampah

Gambar 3.11
Contoh Daftar Harga Bank Sampah

KEPERAWATAN KOMUNITAS

51

Gambar 3.12
Mekanisme Sistem Bank Sampah

KEPERAWATAN KOMUNITAS

52

Keberadaan bank sampah dinilai akan lebih meningkatkan kesadaran


masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah di lingkungannya
masing-masing. Sampah terutama sampah anorganik sejatinya dapat
dijadikan sumber rupiah. Dengan adanya fasilitas pengelolaan sampah
mandiri, diharapkan masyarakat akan lebih giat untuk mengelola
sampahnya

masing-masing

dan

mau

menjaga

kebersihan

lingkungannya dengan baik.


3. KEPUTUSAN PEMERINTAH MENGENAI BANK SAMPAH
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam
pengelolaan sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang
menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan
penanganan sampah.
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam
pengelolaan sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang
menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Kegiatan pengurangan sampah bermakna agar
seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha maupun
masyarakat luas melaksanakan kegiatan pembatasan timbulan sampah,
pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Reduce, Reuse dan Recycle (3R) melalui
upaya-upaya cerdas, efisien dan terprogram.
Namun kegiatan 3R ini masih menghadapi kendala utama, yaitu
rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Salah satu
solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu melalui pengembangan
Bank Sampah yang merupakan kegiatan bersifat social engineering
KEPERAWATAN KOMUNITAS

53

yang

mengajarkan

masyarakat

untuk

memilah

sampah

serta

menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah


secara bijak dan pada gilirannya akan mengurangi sampah yang
diangkut ke TPA. Pembangunan bank sampah ini harus menjadi
momentum awal membina kesadaran kolektif masyarakat untuk
memulai memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah,karena
sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga pengelolaan
sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru Indonesia.
Disamping itu peran Bank Sampah menjadi penting dengan
terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga yang mewajibkan produsen melakukan kegiatan 3R
dengan cara menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan
yang mudah diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah
sesedikit mungkin, menggunakan bahan baku produksi yang dapat
didaur ulang dan diguna ulang dan/atau menarik kembali sampah dari
produk dan kemasan produk untuk didaur ulang dan diguna ulang.
Bank Sampah dapat berperan sebagai dropping point bagi produsen
untuk produk dan kemasan produk yang masa pakainya telah usai.
Sehingga sebagian tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan
sampah

juga

menjadi

tanggungjawab

pelaku

usaha.

Dengan

menerapkan pola ini diharapkan volume sampah yang dibuang ke TPA


berkurang. Penerapan prinsip 3R sedekat mungkin dengan sumber
sampah juga diharapkan dapat menyelesaikan masalah sampah secara
terintegrasi

dan

menyeluruh

sehinga

tujuan

akhir

kebijakan

Pengelolaan Sampah Indonesia dapat dilaksanakan dengan baik.

KEPERAWATAN KOMUNITAS

54

4. TUJUAN BANK SAMPAH


Tujuan didirikannya bank sampah diantaranya sebagai berikut :
a. Untuk memecah permasalahan sampah yang sampai saat ini belum

juga bisa teratasi dengan baik


b. Membiasakan warga agar tidak membuang sampah sembarangan,

mengiming-imingi warga agar mau memilah sampah sehingga


lingkungannya bersih
c. Memaksimalkan pemanfaatan barang bekas
d. Menanamkan pemahaman pada masyarakat bahwa barang bekas

bisa berguna
e. Mengurangi jumlah barang bekas yang terbuang percuma.

5. MANFAAT BANK SAMPAH


Manfaat Bank sampah diantaranya sebagai berikut :
a. mengurangi jumlah sampah di lingkungan masyarakat,
b. menambah penghasilan bagi masyarakat,
c. menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat dan
d. memupuk kesadaran diri masyarakat akan pentingnya menjaga dan
menghargai lingkungan hidup.

Gambar 3.13
Manfaat bank Sampah
KEPERAWATAN KOMUNITAS

55

Berikut adalah gambar-gambar pemanfaatan sampah anorganik yang


di daur ulang menjadi barang-barang yang bermanfaat dan
menghasilkan income bagi masyarakat:

Gambar 3.14
Tas dari barang bekas

Gambar 3.15
Pupuk Kompos dari sampah organik
BAB IV
KEPERAWATAN KOMUNITAS

56

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persoalan sampah memang bukan persoalan yang mudah untuk
diatasi. Sampah tidak hanya menyangkut persoalan teknis semata, tetapi
juga persoalan budaya atau perilaku masyarakat. Sehingga sampah masih
banyak berserakan dimana-mana maka dari itu pengelolaan sampah harus
di terapkan di masyarakat, bila pengelolaan sampah ini diterapkan di
masyarat akan mendatangkan keuntungan dalam hubungan timbal balik
antara masyarakat dengan lingkungan sekitar, tetapi semua itu akan
terwujud apabila sampah tersebut

mampu diolah, dikelola, dan

dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.


Teknik pengolahan sampah secara umum ada 3 yaitu reduce-reuserecycle (3R), reduce berarti pengurangan volume sampah, reuse berarti
memanfaatkan kembali sampah,dan recycle berarti mendaur ulang
sampah. Tiga teknik tersebut dapat bermanfaat dalam penghematan
sumber daya alam, penghematan energy, penghematan lahan TPA (tempat
pembuangan akhir), dan dapat menciptakan lingkungan yang bersih,
sehat, serta nyaman
Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal ,
diantaranya tipe zat sampah, tanah yg digunakan untuk mengolah dan
ketersediaan area.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini maka disarankan kepada pembaca agar
memahami lebih banyak lagi tentang pentingnya menjaga lingkungan
salah satunya dengan menjaga lingkungan dari pencemaran sampah
dengan cara menerapkan pengelolaan sampah di masyarakat, sehingga
dapat mengembangkan potensi dari sampah-sampah bekas ketika didaur
ulang atau dimanfaatkan sebagai kerajinan.

KEPERAWATAN KOMUNITAS

57

Anda mungkin juga menyukai