PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada Pasal 5 UU
Pengelolan Lingkungan Hidup No.23 Th.1997, bahwa masyarakat berhak
atas Lingkungan hidup yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan hak
tersebut, pada Pasal 6 dinyatakan bahwa masyarakat dan pengusaha
berkewajiban untuk berpartisipasi dalam memelihara kelestarian fungsi
lingkungan, mencegah dan menaggulangi pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Terkait dengan ketentuan tersebut, dalam UU NO. 18 Tahun
2008 secara eksplisit juga dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak
dan kewajiban dalam pengelolaan sampah. Dalam hal pengelolaan sampah
setiap orang kewajiban dan hak baik secara individu maupun secara
kolektif, demikian pula kelompok masyarakat pengusaha dan komponen
masyarakat lain untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah dalam
upaya untuk menciptakan lingkungan yang baik, bersih, dan sehat.
Sampah adalah hal yang tidak asing lagi bagi kita. Setiap harinya
kita bersentuhan dengan sampah. Sampah ialah material yang sudah tidak
diinginkan. Sampah yang kita hasilkan sangatlah bermacam-macam. Jenis
sampah berdasarkan sumbernya yakni sampah alam, sampah manusia,
sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah
pertambangan. Berdasarkan sifatnya yakni sampah organik dan sampah
anorganik. Di kota-kota besar sampah sudah menjamur di mana-mana dan
hal ini sudah menjadi pemandangan yang biasa. Tumpukan-tumpukan
sampah tak diurus dan dibiarkan begitu saja. Bahkan, tidak sedikit pula
masyarakat yang tinggal di perumahan kumuh. Kurangnya kepedulian
masyarakat akan kebersihan lingkungan pastilah memberikan dampak
negatif yang besar pengaruhnya.
Dalam kenyataannya, pengelolaan sampah dalam kehidupan
sehari-hari tidak seperti yang kita bayangkan. Setiap hari kita tak dapat
KEPERAWATAN KOMUNITAS
lepas dari sampah, karena kita membuangnya baik di rumah atau di kantor
dan dimanapun kita berada. Tidak heran jika akan dapat menimbulkan
pencemaran tanah, air dan udara. Sampah sering dianggap menjadi barang
yang tidak berarti bagi manusia sehingga menjadi barang yang di abaikan
dengan keberadaannya. manusia yang sering membuang sampah
sembarangan seolah-olah mereka tidak memiliki salah apapun. Padahal
membuang sampah merupakan perbuatan yang tidak menunjukkan
kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.
Terdapat beberapa teknik dalam menangani pengelolaan sampah
diantaranya ada composting yaitu mengolah sampah menjadi pupuk yang
bermanfat untuk tanaman, sanitary landfill dengan cara mengubur sampah
dalam skala besar dalam tanah yang dilakukan oleh orang-orang yang ahli,
trench method yang merupakan salah satu teknik di dalam sanitary landfill
dengan membuat galian parit, inceneration yaitu membakar sampah dan
bank sampah yang saat ini sedang gencar dilaksanakan oleh masyarakat
yang peduli lingkungan sehat.
Penangangan masalah sampah yang tidak baik akan menimbulkan
dampak yang luas, tidak saja bagi lingkungan, tetapi juga berdampak
buruk bagi perekonomian, dan sosial. Penanganan masalah sampah
sebenarnya tidak terlalu susah akan tetapi juga tidak sederhana. Untuk
menangani masalah sampah ini diperlukan kemauan yang kuat baik dari
pemerintah maupuan masyarakat. Karena hanya kesadaran diri serta
partisipasi dari masyarakat penanganan masalah sampah dapat terwujud
dan berjalan. Agar partisipasi masyarakat dapat terwujud secara nyata,
perlu adanya usaha untuk membangkitkan motivasi, kemampuan,
kesempatan dan menggali serta mengembangkan sumber-sumber yang ada
pada masyarakat, sehingga masyarakat bersedia berpartisipasi dalam
pengelolaan persampahan secara konsisten dan berkesinambungan.
Perilaku masyarakat berpengaruh besar terhadap kebersihan, maka
masyarakat harus berperan secara aktif dalam pengelolaan sampah yang
optimal sehingga dapat terwujudnya lingkungan yang sehat, bersih dan
nyaman serta jauh dari berbagai penyakit.
KEPERAWATAN KOMUNITAS
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui teknik-teknik dalam pengelolaan sampah yang
terpadu
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang sampah
b. Untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah dengan composting
c. Untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah dengan incineration
d. Untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah dengan sanitary
landfill
e. Untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah dengan trench
method
f. Untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah dengan bank
sampah
C. MANFAAT PENULISAN
1. Sebagai penambah referensi pembaca tentang teknik pengelolaan
sampah
2. Sebagai bahan masukan untuk penulisan makalah lebih lanjut tenang
teknik pengolahan sampah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN SAMPAH
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya. Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun
2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.
KEPERAWATAN KOMUNITAS
B. SUMBER-SUMBER SAMPAH
Sampah berasal dari berbagai sumber, berikut ini merupakan
sumber-sumber sampah berasal diantaranya (Notoatmodjo, 2003) :
1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan
rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa
makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus
baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas,
bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun
atau taman
KEPERAWATAN KOMUNITAS
ini
dari
perkantoran
baik
perkantoran
pendidikan,
KEPERAWATAN KOMUNITAS
bekas,
pecahan
gelas,
kaca,
dan
sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).
3. Sampah berdasarkan karakteristiknya
a. Abu (Ashes)
Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik
di rumah, di kantor maupun industri.
b. Sampah Jalanan (Street Sweeping)
Berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertaskertas, kotoran dan daun-daunan.
c. Bangkai Binatang (Dead Animal)
KEPERAWATAN KOMUNITAS
j. Sampah Khusus
Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam
pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan
zat yang toksis. (Mukono, 2006).
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUANTITAS DAN
KUALITAS SAMPAH
KEPERAWATAN KOMUNITAS
4. Tingkat pendidikan
Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai
peranan
penting
karena
melalui
pendidikan,
manusia
makin
KEPERAWATAN KOMUNITAS
pengolahan
sampah
terpadu,
pengolahan
hasil
akhir
sebelumnya
agar
dapat
dikembalikan
ke
media
lingkungan.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN
SAMPAH
Kenyataan yang ada saat ini, sampah menjadi sulit dikelola oleh
karena berbagai hal :
1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan
masyarakat untuk mengelola dan memahami masalah persampahan
KEPERAWATAN KOMUNITAS
10
KEPERAWATAN KOMUNITAS
11
Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barangbarang yang bisa dipakai kembali. Dan juga menghindari pemakaian
barang-barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang
waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Menurut
Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan
program reuse:
a. Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
b. Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
KEPERAWATAN KOMUNITAS
12
PRODUK
DIGUNAKAN
DIBUANG
SAMPAH
(Cunningham, 2004)
Dalam pengelolaan sampah terpadu sebagai salah satu upaya pengelolaan
sampah perkotaan adalah konsep rencana pengelolaan sampah perlu dibuat
dengan tujuan mengembangkan suatu sistem pengelolaaan sampah yang
modern, dapat diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah
lingkungan. Dalam sistem tersebut harus dapat melayani seluruh
penduduk, meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan memberikan
peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk berpartisipasi aktif.
BAB III
TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH
A. COMPOSTING
1. PENGERTIAN KOMPOS
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial
oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan
yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H.
Crawford, 2003).
KEPERAWATAN KOMUNITAS
14
Organisme
pengurai
atau
dekomposer
bisa
berupa
aerasi,
dan
penambahan
aktivator
pengomposan.
15
KEPERAWATAN KOMUNITAS
16
Bahan
baku
pengomposan
adalah
semua
material
yang
ASAL
BAHAN
PERTANIAN
Limbah dan residu
Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan
tanaman
tongkol jagung, semua bagian vegetatif
tanaman, batang pisang dan sabut kelapa
Limbah & residu ternak Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah
pakan ternak, cairan biogas
Tanaman air
Azola, ganggang biru, enceng gondok,
gulma air
2.
INDUSTRI
Limbah padat
Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas
tebu, limbah kelapa sawit, limbah
pengalengan makanan dan pemotongan
hewan
Limbah cair
Alkohol, limbah pengolahan kertas, limbah
pengolahan minyak kelapa sawit
3.
RUMAH TANGGA
Sampah
Sampah (padat) rumah tangga dan sampah
kota rumah tangga
Limbah padat dan cair
Limbah rumah tangga: Tinja, urin,
4.
PASAR
Sampah
Sampah (padat) pasar tradisional dan
modern
Limbah padat dan cair
Limbah Pasar; Tinja dan urin
3. MANFAAT KOMPOS
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan
kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan
tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba
tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk
menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga
diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia,
KEPERAWATAN KOMUNITAS
17
seperti menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih
segar, dan lebih enak. Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan
bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah
pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia,
fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih
tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat
digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan
kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan,
sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca
penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi
penggunaan pupuk kimia. Kompos memiliki banyak manfaat yang
ditinjau dari beberapa aspek diantaranya:
a. Aspek Ekonomi :
1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2) Mengurangi volume/ukuran limbah
3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
b. Aspek Lingkungan :
1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan
pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk
akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
c. Aspek bagi tanah/tanaman:
1) Meningkatkan kesuburan tanah
2) Memperbaiki struktur dan karakteristik tana
3) Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4) Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5) Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah
panen)
6) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7) Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8) Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
KEPERAWATAN KOMUNITAS
18
dasarnya
semua
bahan-bahan
organik
padat
dapat
dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampahsampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbahlimbah pertanian, limbah-limbah agro industri, limbah pabrik kertas,
limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dan lain-lain. Bahan
organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan
rambut. Bahan yang paling baik menurut ukuran waktu untuk dibuat
menjadi kompos dinilai dari rasio karbon dan nitrogen di dalam
bahan / material organik seperti limbah pertanian: ampas tebu dan
kotoran ternak serta tersebut di atas. (alamtani.com)
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya
merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan
kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis
tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan
pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S.
Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan
kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh
tanaman (Gaur, 1980).
a. Cara membuat kompos metode aerob
Proses pembuatan kompos aerob sebaiknya dilakukan di
tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan
jenis bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah
material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon (C)
dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan pH
sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan leguminosa, jerami, gedebog
pisang dan kotoran unggas. Apabila kekurangan bahan yang
megandung karbon, bisa ditambahkan arang sekam padi ke dalam
adonan pupuk.
KEPERAWATAN KOMUNITAS
19
KEPERAWATAN KOMUNITAS
20
Gambar 3.1
Tahapan Pembuatan Kompos Aerob
5) Siram bahan baku kompos yang sudah tersusun dalam kotak
kayu untuk memberikan kelembaban. Untuk mempercepat
proses pengomposan bisa ditambahkan starter mikroorganisme
pembusuk ke dalam tumpukan kompos tersebut. Setelah itu,
naikkan bak papan ke atas kemudian tambahkan lagi bahanbahan lain. Lakukan terus hingga ketinggian kompos sekitar
1,5 meter.
6) Setelah 24 jam, suhu tumpukan kompos akan naik hingga
65oC, biarkan keadaan yang panas ini hingga 2-4 hari.
Fungsinya untuk membunuh bakteri patogen, jamur dan
gulma. Perlu diperhatikan, proses pembiaran jangan sampai
lebih
dari
hari.
Karena
berpotensi
membunuh
21
dekomposer.
Jaga
suhu
optimum
pengomposan pada kisaran 45-60oC dan kelembaban pada 4050%. Cara menjaga suhu adalah dengan membolak-balik
kompos, sedangkan untuk menjaga kelembaban siram kompos
dengan air. Pada kondisi ini penguapan relatif tinggi, untuk
mencegahnya kita bisa menutup tumpukan kompos dengan
terpal plastik, sekaligus juga melindungi kompos dari siraman
air hujan.
8) Cara membalik kompos sebaiknya dilakukan dengan metode
berikut. Angkat bak kayu, lepaskan dari tumpukan kompos.
Lalu letakan persis disamping tumpukan kompos. Kemudian
pindahkan bagian kompos yang paling atas kedalam bak kayu
tersebut sambil diaduk. Lakukan seperti mengisi kompos di
tahap awal. Lakukan terus hingga seluruh tumpuka kompos
berpindah kesampingnya. Dengan begitu, semua kompos
dipastikan sudah terbalik semua. Proses pembalikan sebaiknya
dilakukan setiap 3 hari sekali sampai proses pengomposan
selesai. Atau balik apabila suhu dan kelembaban melebihi
batas yang ditentukan.
9) Apabila suhu sudah stabil dibawah 45oC, warna kompos hitam
kecoklatan dan volume menyusut hingga 50% hentikan proses
pembalikan. Selanjutnya adalah proses pematangan selama 14
hari.
10) Secara teoritis, proses pengomposan selesai setelah 40-50 hari.
Namun kenyataannya bisa lebih cepat atau lebih lambat
tergantung dari keadaan dekomposer dan bahan baku kompos.
Pupuk kompos yang telah matang dicirikan dengan warnanya
yang hitam kecoklatan, teksturnya gembur, tidak berbau.
11) Untuk memperbaiki penampilan (apabila pupuk kompos
hendak dijual) dan agar bisa disimpan lama, sebaiknya kompos
KEPERAWATAN KOMUNITAS
22
Gambar 3.2
Tahapan Pembuatan Kompos Aerob
Proses pembuatan kompos aerob cocok untuk memproduksi kompos
dalam jumlah besar.
b. Cara Membuat Kompos Metode Anaerob
inokulan
mikroorganisme
(starter)
untuk
23
decomposer
(EM4)
sebagai
starter.
Caranya
24
d. Kelembaban
Timbunan kompos harus selalu lembab, tapi kita perlu menjaganya
supaya
tidak
sampai
becek.
Karena
kelebihan
air
akan
25
cepat,
dan
ketika
suhu
menurun
lagi,
proses
26
KEPERAWATAN KOMUNITAS
27
KEPERAWATAN KOMUNITAS
28
2. SASARAN INSENERASI
Teknologi insinerasi mempunyai beberapa sasaran, yaitu diantaranya :
a. Mengurangi massa / volume: proses insinerasi adalah proses
oksidasi (dengan oksigen atau udara) limbah combustible pada
temperatur tinggi. Akan dikeluarkan abu, gas, limbah sisa
pembakaran dan abu, dan diperoleh pula enersi panas. Bila
pembakaran sempurna, akan tambah sedikit limbah tersisa dan gas
yang belum sempurna terbakar (seperti CO). Panas yang tersedia
dari pembakaran limbah sebelumnya akan berpengaruh terhadap
jumlah bahan bakar yang dipasok. Insinerator yang bekerja terus
menerus akan menghemat bahan bakar.
b. Mendestruksi komponen berbahaya: insinerator tidak hanya untuk
membakar sampah kota. Sudah diterapkan untuk limbah nondomestik, seperti dari industri (termasuk limbah B3), dari kegiatan
medis (untuk limbah infectious). Insinerator tidak hanya untuk
membakar limbah padat. Sudah digunakan untuk limbah non-padat,
seperti sludge dan limbah cair yang sulit terdegradasi. Teknologi
ini merupakan sarana standar untuk menangani limbah medis dari
rumah sakit. Sasaran utamanya adalah mendestruksi patogen yang
berbahaya seperti kuman penyakit menular. Syarat utamanya
KEPERAWATAN KOMUNITAS
29
adalah panas yang tinggi (dioperasikan di atas 800 C). Dalam hal
ini limbah tidak harus combustible, sehingga dibutuhkan subsidi
bahan bakar dari luar
c. Insinerasi adalah identik dengan combustion, yaitu dapat
menghasilkan enersi yang dapat dimanfaatkan. Faktor penting
yang harus diperhatikan adalah kuantitas dan kontinuitas limbah
yang akan dipasok. Kuantitas harus cukup untuk menghasilkan
enersi secara kontinu agar suplai enersi tidak terputus.
3. JENIS JENIS LIMBAH
Jenis-jenis limbah yang dapat dimusnahkan incinerator adalah
sebagai berikut :
a. Limbah domestic
30
KEPERAWATAN KOMUNITAS
31
Gambar 3.3
Contoh Bentuk Incinerator
5. PROSES INSENERASI
a. Tahapan Proses Insinerasi
1) Mula-mula membuat air dalam sampah menjadi uap air,
hasilnya sampah menjadi kering dan siap terbakar
2) Selanjutnya
terjadi
proses
pirolisis
(pembakaran
tidak
KEPERAWATAN KOMUNITAS
32
Gambar 3.4
Tahapan Proses Dalam Insinerator
KEPERAWATAN KOMUNITAS
33
Gambar 3.5
Tahapan Proses Dalam Insinerator
6. PARAMETER UTAMA DALAM OPERASI INSINERATOR (3T)
a. Temperatur (suhu), berkaitan dengan pasokan oksigen/udara. Udara
yang dipasok akan menaikkan temperatur karena proses oksidasi
materi organik bersifat eksotermis.
b. Time (waktu), berkaitan dengan lamanya fasa gas yang harus
terpapar dengan panas yang telah ditentukan. Biasanya 2 detik pada
fasa gas, sehingga terjadi pembakaran sempurna.
c. Turbulensi, sampah harus kontak sempurna dengan oksigen.
Insinerator besar diatur dengan kisi-kisi atau tungku yang dapat
bergerak, sedangkan insinerator yang kecil (modular) tungkunya
statis.
34
a. Kelebihan :
1) Dapat memusnahkan banyak materi yang mengandung karbon
dan pathogen
2) Reduksi volume mencapai 80-90%
3) Hasil pengolahan tidak dikenali sebagai bentuk aslinya
4) Panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali untuk
menghasilkan uap
b. Kekurangan :
1) Emisi udaranya menghasilkan bahan pencemar, terutama
dioksin dan fluran yang oleh WHO dinyatakan karsinogenik
2) Perlu tenaga operator yang terampil
3) Resiko tinggi terhadap operator karena panas dan potensii
kebakaran
4) Sulit menguji patogen secara rutin
5) Fly-ash dari incinerator termasuk kategori limbah berbahaya
C. SANITARY LANDFILL
1. PENGERTIAN
Sanitary landfill yaitu menimbun sampah di tanah yang berlekuk
untuk ditutup dengan lapisan tanah. Penimbunan ini dilakukan secara
berulang-ulang seperti kue lapis yang terdiri atas penimbunan sampah
yang ditutup tanah. Tanah yang semula berlekuk menjadi rata oleh
sanitary landfill sehingga harga tanahnya bisa naik berlipat-lipat
karena bisa dipakai untuk berbagai keperluan, seperti tempat sarana
olahraga, tanaman hijau dan lain-lain. Pengelolaan sampah pun
tumbuh menjadi sentra keuntungan yang penting harus dijaga agar
sampah tidak merusak lingkungan, merembes dan mencemari air
tanah.
Sanitary Landfill adalah sistem terbaik yaitu pemusnahan sampah
dengan jalan menimbun sampah dengan tanah yang dlakukan lapis
demi lapis. Dengan demikian sampah tidak berada di alam terbuka,
sehingga tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang
pengerat. Sampah semua jenis diangkut dan dibuang ke suatu tempat
KEPERAWATAN KOMUNITAS
35
yang jauh dari pemukiman dengan ditimbun tanah lapis demi lapis,
setelah lebih dahulu sampah dan tanah tersebut dipadatkan.
Ini merupakan salah satu metode pengolahan sampah terkontrol
dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir), kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan
selanjutnya ditutup tanah. Bila tempat pembuangan sudah mencapai
kapasitas maksimum dan setelah semua kegiatan operasi selesai maka
lapisan tanah terakhir adalah 2 ft (60 cm) atau lebih. Pada bagian dasar
tempat tersebut dilengkapi system saluran leachate yang berfungsi
sebagai saluran limbah cair sampah yang harus diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke sungai atau ke lingkungan.
2. PEMILIHAN LETAK DAN STRUKTUR GEOLOGI
Suatu hal yang perlu dipertimbangkan dalam sanitary landfill
adalah struktur geologi dan topografi serta permeabilitas dari tanah.
Pertimbangan lain adalah kedalaman air tanah, lapisan tanah sampai
lapisan batuan. Lokasi landfill akan menimbulkan efek yang
merugikan bagi air permukaan dan air tanah yang terletak di bawah
dasar landfill. Dalam keadaan demikian, maka tanah dapat
ditingkatkan kualitasnya sebelum dipisahkan dengan air permukaan
atau air tanah, aliran dari tanah ini dapat membentuk suatu materil
penutup. Sehingga dapat menciptakan suatu renovasi yang optimum
menghadapi leachate.
Lokasi landfill harus dipilih secara teliti dari lokasi yang tersedia
yaitu basah dan berlumpur dapat digunakan sebagai tempat yang baik
dan cukup luas bagi sanitary landfill. Ketika sebuah sanitary landfill
ditempatkan pada area yang tersebar dekat dengan suplai air bersih, hal
yang perlu diperhatikan adalah kedalaman dari tempat bebatuan dan air
tanah.
3. KLASIFIKASI LANDFILL
KEPERAWATAN KOMUNITAS
36
Berdasarkan
jenis
perlakuan
terhadap
sampahnya
landifill
paling
banyak
ditemukan
di
Kelemahan
dari
metoda
ini
adalah
monofill,
dimana
abu hasil
KEPERAWATAN KOMUNITAS
37
KEPERAWATAN KOMUNITAS
38
gas dari sel atau lagoon yang telah penuh maka digunakan
tanah liat dan lapisan baja ringan atau lapisan kayu.
4. PENANGANAN YANG DILAKUKAN TERHADAP SAMPAH
Penanganan yang dilakukan terhadap sampah di landfill juga
bervariasi antara lain:
a. Penanganan sampah sebelum di landfilling
1) Sampah tanpa pemotongan, sampah yang ada langsung diurug
tanpa dilakukan proses pemotongan.
2) Sampah dengan pemotongan/shredding.
a) Biasanya sampah dipotong antara 50 80 mm.
b) Sampah menjadi lebih homogen, lebih padat dan dapat
ditimbun lebih tebal.
c) Dapat digunakan sebagai pengomposan di landfill
khususnya untuk sampah-sampah organic. Binatang
pengerat seperti tikus dapat dikurangi karena ronggarongga dalam timbunan dihilangkan dan sampah menjadi
lebih padat.
d) Densitas bisa mencapai 0,8 1 ton/m3.
e) Memungkinkan proses aerobik yang menghasilkan panas
sehingga dapat menghindari lalat.
f)
KEPERAWATAN KOMUNITAS
39
40
sampah,
memadatkan
sampah
dengan
menggunakan
KEPERAWATAN KOMUNITAS
41
Gambar 3.6
Skema Sanitary Landfill
Gambar 3.7
Lokasi Sanitary Landfill
Penanganan sampah dengan menggunakan sanitary landfill tetap
memiliki buangan berupa berbagai macam bentuk gas serta cairan.
Apabila buangan gas dan cairan ini tidak dikelola dengan baik, sampah
tetap akan menjadi masalah. Selain itu, penggunaan sanitary landfill
KEPERAWATAN KOMUNITAS
42
TPA
dengan
teknik
sanitary
landfill
adalah
43
44
dengan
45
pemilihan
tempat
untuk
sanitary
landfill
harus
46
Gambar 3.8
Skema Trench Method
Gambar 3.9
Lokasi Pembuatan Trench Method
E. BANK SAMPAH
1. PENGERTIAN
Bank sampah adalah sebuah istilah yang diperuntukan bagi suatu
paguyuban atau perkumpulan warga sadar sampah yang memiliki
tujuan untuk mengurangi volume sampah, memanfaatkan sampah, dan
mengelolanya untuk dijadikan sumber penghasilan tambahan.
Bank Sampah adalah salah satu alternatif mengajak warga peduli
dengan sampah, yang konsepnya mungkin dapat dikembangkan di
daerah-daerah lainya. Bank sampah merupakan sebuah sistem
pengelolaan sampah berbasis rumah tangga, dengan memberikan
ganjaran yang berupa uang tunai atau kupon gratis kepada mereka
KEPERAWATAN KOMUNITAS
47
48
KEPERAWATAN KOMUNITAS
49
suatu
bank
untuk
menabung
sampah-sampah
di
KEPERAWATAN KOMUNITAS
50
Gambar 3.10
Contoh Kartu Tabungan Bank Sampah
Gambar 3.11
Contoh Daftar Harga Bank Sampah
KEPERAWATAN KOMUNITAS
51
Gambar 3.12
Mekanisme Sistem Bank Sampah
KEPERAWATAN KOMUNITAS
52
masing-masing
dan
mau
menjaga
kebersihan
53
yang
mengajarkan
masyarakat
untuk
memilah
sampah
serta
juga
menjadi
tanggungjawab
pelaku
usaha.
Dengan
dan
menyeluruh
sehinga
tujuan
akhir
kebijakan
KEPERAWATAN KOMUNITAS
54
bisa berguna
e. Mengurangi jumlah barang bekas yang terbuang percuma.
Gambar 3.13
Manfaat bank Sampah
KEPERAWATAN KOMUNITAS
55
Gambar 3.14
Tas dari barang bekas
Gambar 3.15
Pupuk Kompos dari sampah organik
BAB IV
KEPERAWATAN KOMUNITAS
56
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persoalan sampah memang bukan persoalan yang mudah untuk
diatasi. Sampah tidak hanya menyangkut persoalan teknis semata, tetapi
juga persoalan budaya atau perilaku masyarakat. Sehingga sampah masih
banyak berserakan dimana-mana maka dari itu pengelolaan sampah harus
di terapkan di masyarakat, bila pengelolaan sampah ini diterapkan di
masyarat akan mendatangkan keuntungan dalam hubungan timbal balik
antara masyarakat dengan lingkungan sekitar, tetapi semua itu akan
terwujud apabila sampah tersebut
KEPERAWATAN KOMUNITAS
57