Oleh :
Nickmaya Juliana
213213002
Andri Widodo
213213009
Neneng Lesty
213213015
Ahmad Hasnan
213213023
Tinda Rahmawati
213213031
213213037
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Disaster Management untuk membuat makalah yang berjudul
Bencana Alam: Erupsi Gunung Api
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan
keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun sebagai bahan untuk perbaikan dalam penyusunan makalah
lainnya yang akan datang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Oktober, 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Disaster Management - Erupsi
Kata Pengantar
.
Daftar Isi
. ..
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ERUPSI GUNUNG API
A. GUNUNG API
1. Pengertian Gunung Api
...
i
ii
1
3
7
10
12
13
18
21
24
26
28
30
35
36
37
39
40
41
42
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Contoh bencana alam
antara lain antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan dan tanah longsor. Sedangkan bencana non alam contohnya adalah konflik sosial,
epidemi dan wabah penyakit.
Indonesia merupakan negara dengan 129 Gunung api aktif . Dilihat dari letak geologis,
cuaca dan kondisi sosial, Indonesia rentan terhadap beragam bencana alam seperti gempa
bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan angin topan, wabah penyakit, kekeringan dan
gunung berapi. Bencana muncul ketika ancaman alam (seperti gunung berapi) bertemu dengan
masyarakat yang rentan (perkampungan di lereng gunung berapi) yang mempunyai
kemampuan rendah atau tidak mempunyai kemampuan untuk menanggapi ancaman itu (tidak
ada pelatihan atau pemahaman tentang gunung berapi atau tidak siap - siaga). Dampak yang
muncul adalah terganggunya kehidupan masyarakat seperti kehancuran rumah, kerusakan
harta benda serta korban jiwa.
Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh faktor yang bersumber
dari bumi. Beberapa jenis bencana alam geologi yang sangat umum terjadi di tanah air kita,
salah satunya yaitu erupsi gunung api. Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah
istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud
cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi
sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada
saat meletus. Erupsi gunung berapi terjadi jika ada pergerakan atau aktivitas magma dari dalam
perut bumi menuju ke permukaan bumi.
Indonesia adalah negeri yang rawan bencana geologis gempa bumi, tanah longsor, erupsi
gunung api, dan tsunami. Sebagai konsekuensi kewajiban negara untuk melindungi rakyatnya
maka pemerintah diharapkan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi risiko
dan mempunyai rencana keadaan darurat untuk meminimalkan dampak bencana. Saat ini telah
tersedia undang-undang tentang penanggulangan bencana nasional yaitu UU Nomor 24 Tahun
2007. Undang-undang tersebut berfungsi sebagai pedoman dasar yang mengatur wewenang,
hak, kewajiban dan sanksi bagi segenap penyelenggara dan pemangku kepentingan di bidang
Disaster Management - Erupsi
penanggulangan
bencana.
Menurut
UU
No.24
2007
tersebut,
penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana meliputi: (a)
kesiapsiagaan (b) peringatan dini dan (c) mitigasi bencana.
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam
menghadapi kejadian bencana yang dapat dilakukan melalui (a) penyusunan dan uji coba
rencana penanggulangan kedaruratan bencana (b) pengorganisasian, pemasangan, dan
pengujian system peringatan dini (c) penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar (d) pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat (e) penyiapan lokasi evakuasi (f) penyusunan data akurat, informasi, dan
pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana dan (g) penyediaan dan penyiapan
bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
(http://www.merapi.bgl.esdm.go.id)
Umumnya bahaya bencana dapat terjadi di mana saja dengan sedikit atau tanpa
peringatan, maka sangat penting bersiaga terhadap bahaya bencana untuk mengurangi risiko
dampaknya. Melalui pendidikan masyarakat, dapat dilakukan beberapa hal untuk mengurangi
risiko bencana. Selain itu, agar masyarakat mengetahui langkah - langkah penanggulangan
bencana sehingga dapat mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara
tepat bila terjadi ancaman, menyelamatkan diri, memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi agar menjadi masyarakat yang aman, mandiri dan berdaya tahan terhadap
bencana.
BAB II
ERUPSI GUNUNG API
Disaster Management - Erupsi
A. GUNUNG API
1. PENGERTIAN GUNUNG API
Gunung api adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat
keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Material
yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.
Menurut Alzwar (1988), gunung api merupakan timbulan di permukaan bumi, yang
tersusun atas timbunan rempah gunung api, tempat dengan jenis dan kegiatan
magma yang sedang berlangsung, tempat keluarnya batuan leleran dan rempah
lepas gunungapi dari dalam bumi. Menurut Mac Donald (1972), gunung api adalah
tempat atau bukaan berasalnya batuan pijar (gas) dan umumnya keduanya, keluar
ke permukaan bumi, sehingga bahan batuan tersebut berakumulasi membentuk
bukit atau gunung. Sedangkan menurut Bronto (2006), Setiap proses alam yang
berhubungan dengan kegiatan gunung api, meliputi asal-usul pembentukan magma
di dalam bumi hingga kemunculannya di permukaan bumi dalam berbagai bentuk
dan kegiatannya. Setiap magma yang muncul ke permukaan bumi adalah gunung
api.
Secara etimologi kata gunung berapi volcano berasal dari nama Vulcano,
sebuah pulau vulkanik di Kepulauan Aeolian Italia yang namanya pada gilirannya
berasal dari Vulcan, nama dewa api dalam mitologi Romawi, disebut Vulkanologi .
Secara umum istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida
panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar
10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan
hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat dia meletus.
2. PROSES TERBENTUKNYA GUNUNG API
Gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua (terbentuk
akibat pemekaran kerak benua, busur tepi benua (terbentuk akibat penunjaman
kerak samudara ke kerak benua), busur tengah samudera (terbentuk akibat
pemekaran kerak samudera), dan busur dasar samudera (terbentuk akibat
terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera). (http://www.esdm.go.id)
Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunung api berbeda :
a. Pemekaran
memberikan
kerak
benua,
kesempatan
lempeng
magma
bergerak
bergerak
saling
ke
menjauh
permukaan,
sehingga
kemudian
Di Indonesia (Jawa dan Sumatera) pembentukan gunung api terjadi akibat tumbukan kerak
Samudera Hindia dengan kerak Benua Asia. Di Sumatra penunjaman lebih kuat dan dalam
sehingga bagian akresi muncul ke permukaan membentuk pulau-pulau, seperti Nias,
Mentawai, dll. (Modifikasi dari Katili, 1974).
Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju,
sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa
Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu. Gunung berapi terdapat di seluruh
dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang
berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api
Pasifik
merupakan
garis
bergeseknya
antara
dua
lempengan
tektonik.
(http://www.esdm.go.id)
Keterangan :
1. Dapur magma
2. Batuan dasar
3. Pipa kawah
4. Permukaan dasar
5. Sill
6. Pipa kawah sekunder
7. Lapisan abu gunung api
8. Sayap/sisi gunung api
9. Lapisan lava
10. Kepundan
11. Kerucut parasit gunung api
12. Aliran lava
13. Kawah
14. Bibir kawah
15. Abu gunung api
Gunung api terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung
api yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya
menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung api mampu istirahat dalam
waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh karena itu, sulit untuk
menentukan keadaan sebenarnya dari suatu gunung berapi itu, apakah gunung
berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati. Setiap gunung api
Disaster Management - Erupsi
memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang
dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan gunung api
tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki
resiko merusak dan mematikan. (http://www.ibnurusydy.com)
3. KLASIFIKASI GUNUNG API
a. Berdasarkan catatan sejarah erupsi :
1) Tipe A Gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurangkurangnya satu kali sesudah tahun 1600
2) Tipe B Gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi
magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan
solfatara.
3) Tipe C Gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia,
namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan
solfatara/fumarola pada tingkah lemah.
b. Berdasarkan sumber erupsi, yaitu:
1) Erupsi Pusat
Erupsi keluar melalui kawah utama.
2) Erupsi Samping
Erupsi keluar dari lereng tubuhnya.
3) Erupsi Celah
Erupsi yang muncul pada retakan/sesar, dapat memanjang sampai beberapa
kilometer.
4) Erupsi Eksentrik
Erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yang
menyimpang ke samping, melainkan langsung dari dapur magma melalui
kepundan tersendiri.
c. Berdasarkan tinggi-rendahnya derajat fragmentasi dan luasan, juga kuatlemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka gunung api dibagi menjadi
beberapa tipe erupsi, yaitu:
1) Tipe Hawaiian
Erupsi eksplosif dari magma basaltik atau mendekati basal. Pada umumnya
berupa semburan lava pijar dan sering diikuti leleran lava secara simultan,
yang terjadi pada celah atau kepundan sederhana.
Disaster Management - Erupsi
2) Tipe Strombolian
Erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari
magma yang dangkal. Pada umumnya terjadi pada gunung api aktif di tepi
benua atau di tengah benua.
3) Tipe Plinian
Erupsi sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau magma asam,
dimana komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang
dierupsikan berupa batu apung dalam jumlah besar.
4) Tipe Sub-Plinian
Erupsi eksplosif dari magma asam (riolitik) dari gunungapi strato. Tahap
erupsi efusifnya menghasilkan kubah lava riolitik. Erupsi sub-plinian dapat
menghasilkan pembentukan ignimbrit.
5) Tipe Ultra-Plinian
Erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih banyak dan
lebih luas daripada Plinian biasa.
6) Tipe Vulkanian
Erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltik sampai dasit. Pada umumnya
melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan
seringkali disertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material
yang dierupsikan tidak hanya selalu berasal dari magma, tetapi bercampur
dengan batuan samping berupa litik.
atau
bawah
permukaan.
Letusannya
disebut
freatomagmatik.
Tipe
b. Kaldera
Gunung ini sangatlah eksplosif, dan memiliki lava berjenis riolith atau asam.
10
c. Kubah Lava
Akumulasi lava dengan viskositas tinggi pada lubang kawah
11
B. ERUPSI
1. PENGERTIAN ERUPSI
Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan
dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada
batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi
sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar
(magma). Erupsi adalah pelepasan magma, gas, abu, dan lain-lain ke atmosfer atau
ke permukaan bumi. Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya
melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, erupsi di definisikan sebagai letusan gunung berapi atau
semburan sumber minyak dan uap panas dari dalam bumi. Erupsi gunung berapi
terjadi jika ada pergerakan atau aktivitas magma dari dalam perut bumi menuju ke
permukaan bumi. (http://www.ibnurusydy.com)
Erupsi gunung api merupakan bagian dari proses vulkanisme. Berikut ini
merupakan istilah yang akan sering dijumpai pada saat terjadi erupsi :
a. Magma merupakan cairan pijar yang terdapat di dalam bumi dengan suhu yang
sangat tingi yakni diperkirakan lebih dari 1000C
b. Lava merupakan cairan magma yang keluar ke permukaan bumi. Suhu lava
yang dikeluarkan bias mencapai 700-1.200C.
c. Litosfer merupakan lapisan batuan. Berasal dari kata lithos yang berarti batuan
dan sphere yang berarti lapisan.
d. Lahar merupakan lava yang sudah bercampur dengan material pasir, batu dan
air. Lahar dibedakan menjadi dua yaitu lahar panas dan lahar dingin. Lahar
panas adalah lahar yang baru keluar dari lubang kepundan. Lahar dingin adalah
Disaster Management - Erupsi
12
lahar yang telah mengalami proses pendinginan dan telah bercampur dengan air
hujan.(http://www.esdm.go.id)
Secara umum, erupsi di bedakan menjadi 2, yaitu erupsi eksplosif dan erupsi efusif.
a. Erupsi Eksplosif adalah proses keluarnya magma, gas atau abu disertai tekanan
yang sangat kuat sehingga melontarkan material padat dan gas yang berasal
dari magma maupun tubuh gunung api ke angkasa. Erupsi eskplosif inilah yang
terkenal sebagai letusan gunung berapi. Letusan ini terjadi akibat tekanan gas
yang teramat kuat. Contoh erupsi eksplosif adalah letusan gunung Krakatau dan
letusan gunung merapi.
b. Erupsi Efusif (Non Eksplosif) yaitu peristiwa keluarnya magma dalam bentuk
lelehan lava. Erupsi efusif terjadi karena tekanan gas magmatiknya tidak
seberapa kuat, sehingga magma kental dan pijar dari lubang kepundan hanya
tumpah
mengalir
ke
lereng-lereng
puncak
gunung
itu. Contoh
erupsi
13
lewat celah retakan inilah magma menjalar keluar., Kemudian magma melelehkan
saluran retakan sehingga membentuk saluran yang disebut pipa kepundan. Ketika
lapisan batuan (lithosfer) ini sudah tidak mampu membendung tenaga dari magma,
maka akan terjadi ledakan dan semburan yang sangat kuat sebagai reaksi dari
pelepasan energy (tenaga) dari dalam bumi. Berikut ini merupakan gambaran
tapahan proses terjadinya erupsi (http://www.esdm.go.id):
a. Pada dasarnya, gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang
terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam
interior bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu panas ini sangat tinggi sehingga
mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi. Saat batuan ini meleleh,
dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan magma. Sebagian besar
magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi.
Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km
b. Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena
massanya yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat
magma naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga
terbentuklah kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan.
Magma chamber inilah yang merupakan gudang (reservoir) darimana letusan
material-material vulkanik berasal
14
c. Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di
bawah
tekanan
batu-batuan
berat
yang
mengelilinginya.
Tekanan
ini
15
Dalam beberapa letusan, gumpalan awan besar naik ke atas gunung, dan sungai
lava mengalir pada sisi-sisi gunung tersebut. Dalam letusan yang lain, abu merah
panas dan bara api menyembur keluar dari puncak gunung, dan bongkahan batubatu panas besar terlempar tinggi ke udara. Sebagian kecil letusan memiliki
kekuatan yang sangat besar, begitu besar sehingga dapat memecah-belah gunung
AWAS
SIAGA
MAKNA
TINDAKAN
Piket penuh
WASPADA
Koordinasi harian
Piket penuh
Penyuluhan/sosialisasi
Penilaian bahaya
Pengecekan sarana
Pengamatan rutin
NORMAL
17
a. Pengamatan Seismitas
Ketika sebuah gunung api akan meletus maka akan ada aktifitas seismisitas
berupa tremor/getaran-getaran kecil/gempa vulkanik yang biasanya dirasakan
oleh masyarakat yang dekat dengan gunung api. Aktifitas seismisitas ini
meningkat karena peningkatan aktifitas dan tekanan di dapur magma.
Peningkatan ini menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan yang menjadi sumber
gempa vulkanik. Sebelum pengamatan seismisitas ini bisa dilakukan, hal
pertama yang harus dilakukan adalah pemasangan seismometer di sekitar
gunung api yang akan diamati. Untuk pengamatan lebih akurat, harus dipasang
lebih dari satu seismometer di setiap gunung api.
Seismometer adalah alat untuk mengukur gerakan tanah, termasuk gelombang
seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi, letusan gunung berapi, dan sumber
gempa lainnya. Rekaman gelombang seismik memungkinkan seismolog untuk
memetakan bagian dalam bumi, serta menemukan dan menentukan ukuran dari
sumber gempa yang berbeda. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram.
Pada awalnya alat ini hanya bisa digunakan untuk menentukan dari arah mana
gempa
bumi
terjadi.
Dengan
perkembangan
teknologi
yang
semakin
18
bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti
ini disebut Seismometer Broadband.
Seismometer
19
Tiltmeter
20
bumi ini. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan
melalui berbagai cara. Bahaya letusan gunung api dapat berpengaruh secara
langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder) yang menjadi bencana bagi
kehidupan manusia. Bahaya yang langsung oleh letusan gunung api adalah :
a. Lelehan Lava
Lelehan lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat merusak
segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari
kekentalan magmanya. Makin rendah kekentalannya, maka makin jauh
jangkauan alirannya. Lava encer akan mengikuti aliran sungai sedangkan lava
kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan
membentuk bermacam-macam batuan. Suhu lava pada saat dierupsikan
berkisar antara 800C-1200C. Pada umumnya di Indonesia, leleran lava yang
dierupsikan
gunung
api,
komposisi
magmanya
menengah
sehingga
21
22
d. Lahar letusan
Lahar letusan terjadi pada gunung api yang mempunyai danau kawah. Apabila
volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat
terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
e. Gas vulkanik beracun
Gas yang dikeluarkan gunung api pada saat meletus. Gas tersebut umumnya
beracun dan muncul pada gunung api aktif berupa karbon monoksida (CO),
karbondioksida (CO2), nitrogen (NO2), hydrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida
(SO2) pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh dan
membahayakan manusia
23
a. Lahar Hujan
Lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunung api yang
diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut oleh hujan atau air permukaan.
Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat sehingga dapat
mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih
dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah
topografi sungai yang dilaluinya dan merusak infrastruktur.
b. Banjir Bandang
Banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng
gunung api karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran Lumpur disini
tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi penduduk yang
bekerja di sungai dengan tiba-tiba terjadi aliran lumpur.
c. Longsoran Vulkanik
Longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunung api, eksplosi uap air,
alterasi batuan pada tubuh gunungapi sehingga menjadi rapuh, atau terkena
gempa bumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini jarang terjadi di
gunungapi secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak
mencantumkan bahaya akibat longsoran vulkanik.
(http://www.esdm.go.id)
5. WILAYAH RAWAN BENCANA ERUPSI GUNUNG API
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada 28
daerah di Indonesia yang terancam letusan gunung api. saat ini ada 12 gunung api
yang berstatus waspada. Sedangkan 5 gunung berstatus siaga, yaitu Lokon,
Soputan, Karangetang di Sulawesi Utara, Gamalama (Maluku Utara), dan Gunung
Ijen (Jawa Timur). Berikut daftar Kota Volkano di Indonesia dikutip dari
(http://www.tempo.co.id) :
No
1.
Lokasi
Dataran Dieng
Jumlah Populasi
Dihuni 1,5 juta jiwa
lebih
Sumber Ancaman
Kawasan pegunungan Dieng.
24
2.
Ternate
3.
4.
Kotamobagu, Sulawesi
Utara
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kota
Pagar
Alam,
Sumatera Selatan
Sukabumi, Jawa Barat
11.
12.
14.
Payakumbuh, Sumatera
Barat
Bukittinggi,
Sumatera
Barat
Boyolali, Jawa Tengah
15.
16.
17.
Tasikmalaya,
Jawa
Barat
Cianjur, Jawa Barat
18.
19.
Sleman, Yogyakarta
20.
21.
22.
23.
24.
Purwokerto,
Jawa
Tengah
Salatiga, Jawa Tengah
25.
26.
27.
Probolinggo,
13.
Jawa
Gunung Gamalama
Gunung Tangkoko
Gunung Ambang
25
Tengah
28.
Yogyakarta
orang lebih
Dihuni 388 ribu orang Gunung Merapi
lebih
Tabel Daftar Kota Dengan Sebaran Gunung Api
demikian
Penyediaan
akan
air
berpotensi
bersih
menimbulkan
seringkali
berbagai
terganggu,
masalah
demikian
pula
masyarakat akan kesulitan mencari sarana kamar mandi dan WC. Buang air
besar dan air kecil yang sembarangan dapat mempermudah penularan penyakit.
Bila hal ini terjadi maka kebutuhan untuk pola hidup bersih jauh dari sempurna.
Keadaan lingkungan akan semakin buruk bila terjadi pada daerah pengungsian.
Jumlah manusia yang sangat banyak dan berjejal dalam satu ruangan
26
27
tahan tubuh menurun dan mudah terserang penyakit dan ancaman jiwa paska
bencana erupsi gunung berapi.
7. DAMPAK ERUPSI GUNUNG API
Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang berbahaya
bagi organisme yang dilaluinya, Karena itu kewaspadaan mutlak diperlukan. Berikut
ini hal negative dan positif yang bisa terjadi saat gunung meletus:
a. Dampak Negatif
1) Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung
bermacam-macam gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas Hidrogen
sulfide atau H2S, No2 atau Nitrogen Dioksida serta beberapa partike debu
yang berpotensial meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
2) Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas
penduduk di sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk kegiatan
ekonomi.
3) Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu
vulkanik panas akan merusak pemukiman warga.
4) Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak
terbakar dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.
5) Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan
sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.
6) Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan dengan
adanya letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan juga Gunung
Merapi, kedua gunung ini dalam kondisi normal merupakan salah satu
destinasi wisata terbaik bagi mereka wisatawan pecinta alam.
b. Dampak Positif
Selain dampak negatif, jika ditelaah, letusan gunung berapi juga sebenarnya
membawa berkah meski hanya bagi penduduk yang ada di sekitar. Apa saja?
Berikut uraiannya:
1) Tanah yang dilalui oleh hasil vulkanis gunung berapi sangat baik bagi
pertanian sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur dan bisa
menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk
sekitar pegunungan yang mayoritas petani, hal ini sangat menguntungkan.
28
2) Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang
telah meletus, yaitu penambang pasir. Material vulkanik berupa pasir tentu
memiliki nilai ekonomis.
3) Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi
saat meletus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bangungan warga sekitar gunung.
4) Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh
lagi pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga
baru.
5) Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air
panas yang keluar dari dalam bumi dengan berkala atau secara periodik.
Geyser ini kabarnya baik bagi kesehatan kulit.
6) Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan
mineral yang sangat melimpah.
7) Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial
terjadi sebab gunung adalah penangkan hujan terbaik.
8) Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan
pembangkit listrik.
BAB III
MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA
A. MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA
Disaster Management - Erupsi
29
30
Pada tahap pra bencana berbagai upaya penanggulangan bencana dapat dilakukan
pada setiap tahap dalam siklus bencana antara lain :
a. Pencegahan dan mitigasi
Upaya ini bertujuan menghindari terjadinya bencana dan mengurangi risiko
dampak bencana. Upaya - upaya yang dilakukan antara lain :
1) Penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar
2) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan
3) Pembuatan brosur / leaflet / poster
4) Analisis risiko bencana
5) Pembentukan tim penanggulangan bencana
6) Pelatihan dasar kebencanaan
7) Membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat.
Upaya mitigasi yang dapat dilakukan sehubungan dengan bencana erupsi
gunung api antara lain :
1) Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan
alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan
ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di
Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos
pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda
setempat.
2) Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi
peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan
data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi,
melakukan pemeriksaan secara terpadu.
3) Pemetaan,
Peta
Kawasan
Rawan
Bencana
Gunung
berapi
dapat
menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana,
arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan
bencana.
4) Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan
Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan
dokumen lainya.
5) Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta
masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk
Disaster Management - Erupsi
31
sosialisasi
dapat
berupa
pengiriman
informasi
kepada
Pemda
dan
kesiapsiagaan
dilaksanakan
untuk
mengantisipasi
kemungkinan
32
harus mengungsi,
ikutilah
petunjuk/perintah
dari pejabat
yang
berwenang. Mendahulukan kelompok rentan (bayi, orangtua, ibu hamil, anakanak, dan orang yang memiliki keterbatasan) .
3) Membantu
tim
SAR,
medis,
dan
kepolisian
melakukan
pencarian,
Mengikuti
petunjuk/perintah
pejabat
yang
33
Berikut ini merupakan upaya pemulihan yang dapat dilakukan pasca bencana
erupsi gunung api antara lain :
1) Kembali pulang ke rumah jika situasi dinyatakan aman oleh pejabat/instansi
yang berwenang (gubernur, bupati, kepala BPBA/BPBD).
2) Memberikan informasi yang benar dalam penilaian tingkat kerusakan dan
tingkat kebutuhan akibat bencana, yang dilakukan oleh sebuah tim yang
dikoordinasikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
3) Mengadakan musyawarah di tingkat kecamatan dan desa untuk menyusun
rencana pemulihan akibat bencana letusan gunung api.
4) Membersihkan atap dari debu/abu vulkanik karena sifatnya yang sangat
berat dapat meruntuhkan atap rumah.
5) Membantu memperbaiki prasarana dan sarana umum yang terkena dampak
bencana untuk mendukung kegiatan pemulihan pascabencana.
6) Menjaga keutuhan dan persaudaraan (jika perlu lakukan rekonsiliasi dan
resolusi konflik).
7) Memperbaiki lingkungan yang terkena dampak bencana dengan tujuan untuk
mengembalikan kondisi dan fungsi lingkungan sebagaimana keadaan
sebelum terjadi bencana.
8) Menjaga keamanan dan ketertiban sebagaimana keadaan sebelum terjadi
bencana dengan memfungsikan kembali lembaga-lembaga keamanan dan
ketertiban.
9) Kembali melakukan aktivitas keseharian untuk memulihkan kondisi ekonomi,
sosial, dan budaya.
10) Bergotong royong membantu perbaikan rumah yang mengalami kerusakan
akibat bencana hingga layak huni.
11) Jika harus pindah/direlokasi, musyawarahkan dengan anggota keluarga dan
pejabat di tingkat kelurahan untuk mendapatkan solusi terbaik.
(www.mediacenter.or.id)
2. KEBIJAKAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN
Kejadian bencana dapat menimbulkan krisis kesehatan, maka penanganannya
perlu diatur dalam bentuk kebijakan sebagai berikut :
a. Setiap korban akibat bencana mendapatkan pelayanan kesehatan segera
mungkin secara maksimal dan manusiawi
Disaster Management - Erupsi
34
b. Prioritas selama masa tanggap darurat adalah penanganan gawat darurat medik
terhadap korban luka dan identifikasi korban mati di sarana kesehatan
c. Pelayanan kesehatan yang bersifat rutin di fasilitas - fasilitas kesehatan pada
masa tanggap darurat harus tetap terlaksana secara optimal
d. Pelaksanaan penanganan krisis kesehatan dilakukan secara berjenjang mulai
dari tingkat Kabupaten / Kota, Provinsi dan Pusat dan dapat dibantu oleh
masyarakat nasional dan internasional, lembaga donor, maupun bantuan negara
sahabat
e. Bantuan kesehatan dari dalam maupun luar negeri mengikuti ketentuan yang
berlaku yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian atau
lembaga terkait. Penyediaan informasi yang berkaitan dengan penanggulangan
kesehatan pada bencana dilaksanakan oleh dinas kesehatan setempat selaku
anggota BPBD
f.
Penanggulangan
Bencana
(BNPB)
di
tingkat
pusat
dan
Badan
35
dan
mempertanggungjawabkan
sumbangan
bantuan
penggunaan
anggaran
yang
diterima
dari
36
Pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan yang
tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis. Sebagai koordinator tim
adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi / Kabupaten / Kota (sesuai Surat
Kepmenkes Nomor 066 tahun 2006) meliputi :
1) Tim Reaksi Cepat / TRC
Tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0 24 jam setelah
ada informasi kejadian bencana. Kompetensi TRC disesuaikan dengan jenis
bencana spesifik di daerah dan dampak kesehatan yang mungkin timbul.
Sebagai contoh untuk bencana gempa bumi dengan karakteristik korban luka
dan fraktur, kompetensi TRC terdiri dari :
a) Pelayanan medik :
b) Dokter umum
c) Dokter spesialis bedah/orthopedi
d) Dokter spesialis anestesi
e) Perawat mahir (perawat bedah, gadar)
f)
37
f)
Ahli gizi
g) Tenaga surveilans
h) Entomolog
b. Pendayagunaan tenaga mencakup :
1) Distribusi : Penanggung jawab dalam pendistribusian SDM kesehatan untuk
tingkat provinsi dan kabupaten / kota adalah dinas kesehatan. Pada saat
bencana, bantuan kesehatan yang berasal dari dalam / luar negeri diterima
oleh dinas kesehatan berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) dan didistribusikan oleh dinas kesehatan.
2) Mobilisasi : Mobilisasi SDM kesehatan dilakukan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan SDM kesehatan pada saat dan pasca bencana bila masalah
kesehatan yang timbul akibat bencana tidak dapat ditangani oleh daerah
tersebut sehingga memerlukan bantuan dari regional, nasional dan
internasional.
(http://www.bnpb.go.id)
B. PERAN PELAKU KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA
1. PERAN DAN FUNGSI INSTANSI PEMERINTAHAN TERKAIT
Dalam melaksanakan penanggulangan becana di daerah akan memerlukan
koordinasi dengan sektor. Secara garis besar dapat diuraikan peran lintas sektor
sebagai berikut :
a. Sektor Pemerintahan, mengendalikan kegiatan pembinaan pembangunan
daerah
b. Sektor Kesehatan, merencanakan pelayanan kesehatan dan medik termasuk
obat-obatan dan para medis
c. Sektor Sosial, merencanakan kebutuhan pangan, sandang, dan kebutuhan dasar
lainnya untuk para pengungsi
d. Sektor Pekerjaan Umum, merencanakan tata ruang daerah, penyiapan lokasi
dan jalur evakuasi, dan kebutuhan pemulihan sarana dan prasarana.
e. Sektor Perhubungan, melakukan deteksi dini dan informasi cuaca / meteorologi
f.
38
j.
sebagai
bahan
untuk
merencanakan
penyelenggaraan
mengamankan
lokasi
yang
ditinggalkan
karena
penghuninya
mengungsi.
2. PERAN DAN POTENSI MASYARAKAT
a. Masyarakat
Masyarakat sebagai pelaku awal penanggulangan bencana sekaligus korban
bencana harus mampu dalam batasan tertentu menangani bencana sehingga
diharapkan bencana tidak berkembang ke skala yang lebih besar.
b. Swasta
Peran swasta belum secara optimal diberdayakan. Peran swasta cukup
menonjol pada saat kejadian bencana yaitu saat pemberian bantuan darurat.
Partisipasi yang lebih luas dari sektor swasta ini akan sangat berguna bagi
peningkatan ketahanan nasional dalam menghadapi bencana.
c. Lembaga Non-Pemerintah
Lembaga - lembaga Non Pemerintah pada dasarnya memiliki fleksibilitas dan
kemampuan yang memadai dalam upaya penanggulangan bencana. Dengan
koordinasi yang baik lembaga Non Pemerintah ini akan dapat memberikan
kontribusi dalam upaya penanggulangan bencana mulai dari tahap sebelum,
pada saat dan pasca bencana.
d. Perguruan Tinggi / Lembaga Penelitian
Penanggulangan bencana dapat efektif dan efisien jika dilakukan berdasarkan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat. Untuk itu diperlukan
kontribusi pemikiran dari para ahli dari lembaga - lembaga pendidikan dan
penelitian.
e. Media
39
Media memiliki kemampuan besar untuk membentuk opini publik. Untuk itu
peran media sangat penting dalam hal membangun ketahanan masyarakat
menghadapi bencana melalui kecepatan dan ketepatan dalam memberikan
informasi kebencanaan berupa peringatan dini, kejadian bencana serta upaya
penanggulangannya, serta pendidikan kebencanaan kepada masyarakat.
f.
Lembaga Internasional
Pada dasarnya Pemerintah dapat menerima bantuan dari lembaga internasional,
baik pada saat pra bencana, saat tanggap darurat maupun pasca bencana.
Namun demikian harus mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
3. PENDANAAN
Sebagian besar pembiayaan untuk kegiatan - kegiatan penanggulangan
bencana terintegrasikan dalam kegiatan - kegiatan pemerintahan dan pembangunan
yang dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja nasional, propinsi atau
kabupaten / kota. Kegiatan sektoral dibiayai dari anggaran masing-masing sektor
yang
bersangkutan.
Kegiatan-kegiatan
khusus
seperti
pelatihan,
kesiapan,
dana
40
BAB IV
PENUTUP
Dengan adanya petunjuk manajemen penanggulangan bencana erupsi gunung api
dapat disimpulkan bahwa :
1. Indonesia adalah negeri yang rawan bencana geologis gempa bumi, tanah longsor,
erupsi gunung api, dan tsunami. Sebagai konsekuensi kewajiban negara untuk
melindungi rakyatnya maka pemerintah diharapkan mengambil langkah-langkah
yang tepat untuk mengurangi risiko dan mempunyai rencana keadaan darurat untuk
meminimalkan dampak bencana.
2. Tingginya kasus bencana akibat erupsi gunung api di tanah air memang tidak bisa
dihindari sehingga diperlukan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana.
3. Adanya
DAFTAR PUSTAKA
http://www.merapi.bgl.esdm.go.id
http://mis.bnpb.go.id
Disaster Management - Erupsi
41
http://www.ibnurusydy.com
http://www.mediacenter.or.id
http://www.esdm.go.id
http://www.tempo.co.id
42