HIDUNG
Mukosa olfaktoria
Struktur :
t.d :
- Variasi individual
- Tebalnya mukosa
- Besaranya sel
- Vesikel olfaktoria
Fungsi hidung :
1.
2.
3.
4.
Jalan nafas
Pembau
Air conditioning
Penyaring/ proteksi
FISIOLOGI
1. Jalan nafas :
Selama bernafas : - Tekanan udara 10-15 mmH2O = 0 14 ml/mnt
- Inspirasi : tek rongga hidung udara keluar
sinus
Bernafas : udara sal nafas atas paru (alveoli)
Syarat :
- Vol
- Tekanan
- Kelembaban
- Temperatur
- Kebersihan O2 uptake yg optimal
2. Pembau/ penghidu :
Anatomi : area olfaktori tdk dpt dilihat
Udara respirasi tdk dpt mencapai
Bau tdk dpt mencapai kecuali sgt kuat
Bau bisa dirasakan dg 2 teori :
1. Kimia : partikel bau difusi melalui udara
Rx kimia di epitel olfaktorius
2. Undulasi : gelombang energi (spt cahaya) menyentuh
ujung saraf olfaktorius
Khas : sense olfaktori cepat lelah
3. Air Conditioning : ( Resp : 10-30 menit )
- Udara didinginkan / dihangatkan sesuai suhu tubuh
- Kelembaban : 100 %
4. Penyaring/ proteksi purifikasi udara,
membersihkan udara respirasi
- Vibrise (bulu hidung)
- Btk anatomi bag dlm hidung tdk teratur
- Sistem transport mukosiliar
Kelainan : 1.
2.
3.
4.
5.
Kongenital
Radang
Benda asing
Trauma
Tumor
1. Kongenital : 1)
2)
3)
4)
Labio palatoschiziz
Atresia koana
Encephalocel
Kista nasal dermoid
2. Radang (Rinitis)
Infeksi
Akut
kronik
Non infeksi
Non alergi
Alergi
Terbuka
Tertutup
5. Tumor
Jinak
Ganas
Tumor kistil
Tumor padat
Gejala Rasa
penekanan
Hdg buntu.epistaksis.
I. Patogenese
Sinus sehat : bakteri aerob & an aerob
Kelainan komplex osteometal
Faktor predisposisi (+)
Siklus sinus :
Sekret terbendung
Kongesti mukosa/ obstruksi
anatomis hentikan aliran udara
& drainase
Ostium tertutup
Penebalan mukosa sbbk
sumbatan lbh lanjut
Sekret kental
Perub metab gas mukosa
Silia & epitel rusak
Perub lingk baik utk pertumb
bakteri di ruang tertutup
Sekret yg tertimbun inflamasi jar
Anam : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dx :
- Faktor Rhinogen
- Infeksi saluran nafas atas
- Palatoschisis
- Odontogen
Gejala :
1.Nyeri atau sakit kepala di daerah pipi pagi petang
2.Rasa bengkak di wajah
3.Nyeri gigi jika kepala digerakan
4.Rhinore / sekret berbau dapat dikenali oleh penderita
Pemeriksaan Fisik
1.Sekret mukuporulen di meatus media
2.Postnasal drip
3.Palpasi dan Perkusi daerah pipi akan terasa sakit
Pemeriksaan Tambahan
1.Transluminasi
2.X-Foto sinus paranasal, lateral dan water
3.CT-Scan
Pengobatan
1.Antibiotik Broat Spectrum
2.Dekongestan
3.Mukolitik
4.Anti Inflamasi
5.Faktor predisposisi dihilangkan
Sinusitis Frontal
Biasanya bersama dengan etmoiditis anterior
Banyak terdapat pada orang dewasa
Nyeri di daerah dahi, diatas alis timbul pada pagi hari memburuk
pada tengah hari
Mereda pada sore sampai malam hari
Pengobatan
Antibiotik sistemik, dekongestan FESS
Sinusitis Etmoid
Sering pada anak-anak dan bermanifestasi : Selulitis orbita
Gejala nyeri dan nyeri tekan diantara kedua belah mata
Dan sumbatan hidung
Pengobatan
Antibiotik sistemik, dekongestan, Vasokonstriktor lokal
Sinusitis Spenoid
Jarang berdiri sendiri Pan Sinusitis
Jika berdiri sendiri keluhan rasa sakit kepala di daerah vertek
atau di ocipitalis
Pemeriksaan tambahan CT-Scan
Terapi operasi
Dilakukan bila :
1.Diagnose sinusitis kronis
2.Terdapat kelainan anatomi
3.Sinusitis akut karena jamur
Tindakan Operasi
1.Tradisionil : - Nasoantral windo
- Ekstranasal antrostomi (Caldwell-Luc antrostomi)
- Edmoidektomi ekstranasal
- Frontal osteo plasty
2. Pemakaian Endoskopi (FESS)
Komplikasi
Mata : 1.Reaksi peradangan ringan di daerah rongga mata
2.Selulitas orbita
3.Abses sub periosteal
4.Abses orbita
5.Trombosis sinus avernosus
Mukokel : Suatu timbunan mukus di sinus paranasal (kista retensi)
Intrakranial :
1.Meningitis akut :
Lewat Sinus cavernosus/lamina kribosa di dekat sinus edmoid
2.Abses duramater : Pus melewati diantara dura dan
tabula interna kranium, berjalan lambat,
pusing ringan.
Panas tinggi dan tanda-tanda meningeal
Sinusitis Kronis
Bakteri penyebab infeksi selain odontogen dapat dari infeksi
sekunder dari virus, bakteri dari hidung, Jenis kumannya
adalah
pneumococcus,
streptococcus,
staphylococcus,
haemophylus
influensae,
escherichiacoli,
micrococcus
catarhalis dan b.friedlander
Gejala :
1. Rongga hidung :
Sumbatan ok faktor predisposisi SD, polip, RA, hipertopi konka
Sekret mukopus, kadang bau, rasa kering dan panas di hidung
bagian belakang dan tidak enak di dalam mulut.
2. Faring :
Tenggorokan terasa kering, terdapat riak di tenggorok yang
sukar keluar, terutama pagi hari
3. Telinga :
Gejala :
4.Rasa nyeri :
Pipi sblh lateral hidung bawah rongga mata, gigi & gusi bagian atas
5. Mata :
Bila ada conjungtifitis Obstruksi/infeksi di duktus nasolakrimalis.
6. Traktus respiratorius :
Laringitis batuk yang konstan dan kering dengan terapi antitusif,
tidak sembuh
7. Traktus digestifus : Gastritis ringan
Pemeriksaan Fisik
1. Rhinoscopy anterior - Mukosa rongga hidung, hyperemi
dan oedem
- Sekret mukopurulen di meatus media
2. Rhinoscopy posterior :
Pus terkumpul di daerah palatum & di dinding faring sebelah lateral
3. Faring :
Pus di dinding faring sebelah lateral, jaringan limfoid di dinding
lateral membengkak
RHINITIS ALERGI
A. Definisi dan Klasifikasi
Penyakit hidung yang ditandai dengan adanya inflamasi
mucosa hidung setelah paparan alergen yang disebabkan
oleh reaksi alergi yang diperantarai oleh Ig E.
Klasifikasi :
-Perenial (sepanjang tahun)
-Seasonal (pereodik sesuai musim)
-Occupational (karena zat yang terdapat dilingkungan kerja)
Berdasarkan gejala : Intermiten = < 4 hari / minggu atau < 4 minggu
Persisten = > 4 hari / minggu dan > 4 minggu
- Tidur normal
-Tidur abnormal
B. Etiologi :
-Rhinitis alergi seasonal / musiman : alergen inhalan yang meningkat pada
musim musim tertentu : tepung sari, rerumputan/spora jamur.
- Rhinitis alergi pereneal : debu rumah, skuama binatang / bulu binatang,
kecoa, spora jamur (inhalan)
- susu, telur, ikan, keju (ingestan)
C. Patofisiologi
1. Alergen
2. Antibodi
3. Sel-sel sistem imun ( basofil dan sel mast )
Proses Sensitisasi :
Alergen pada mukosa hidung makrofag ( APL )
Prostaglandin
Leukotrin
PAF
Newly formed
D. Diagnosis :
1. Anamnesis : - Trias Alergi : sumbatan, rhinorrhea, gatal, bersin.
Fx yang mempengaruhi
Tx yang telah dijalani dan bagaimana efeknya.
Riwayat keluarga
2. Pemeriksaan fisik : - Hidung luar : - deformitas, bentuk tulang
dan kartilago
Warna kemerahan akibat iritasi
Hidung dalam : - mukosa oedem, pucat kebiruan
Sekret : jernih, encer
Pemeriksaan jalan udara : massa tumor, polip.
mata : peningkatan lakrimasi
telinga : oklusi tuba
4. Pemeriksaan Ig E
-
Ig E spesifik
Diagnosa Banding
1. Rhinitis Infeksi : oleh karena virus, common cold. 7 14
hari dan disertai demam. qx seperti R.A
2. Perennial Non Allergic Rhinitis.
Rhinitis
- 25 % tes alerginya negatif
- Beberapa orang juga menderita asma dan sinusitis kronik
3. Non Alergic Rhinitis with Eosinophilia Syndrome
(NARES)
- Jenis khusus dari rhinitis non alergi
- Gejala sama dengan Rhinitis Alergic
- Hapusan hidung eosinofil sama dengan Rhinitis Alergic
- Tes alergi negatif
- Penyebab belum diketahui
Iritan hirupan seperti bau yang keras, asap rokok, polusi udara,
parfum, makanan pedas atau insektisida
Komplikasi
1. Sinusitis
- Proses inflamasi dan oedem mukosa nasal
obstruksi ostium sinus paranasal
Gangguan drainase cairan sinus dan gangguan aerasi
2. Otitis media yang residif, terutama pada anak
- OK obstruksi tuba OK oedem mukosa
3. Polip Hidung
3 x lebih sering pada PART Rhinitis dan asma
RA juga menyebabkan rekurensi polip nasal setelah
diambil
4. Asma
RA dan asma sering terjadi bersamaan
Individu yang menderita alergi lebih mudah terkena
asma
RA memperberat gejala asma
Penatalaksanaan:
1. Menghindari alergen penyebab
2. Terapi simtomatis
a. Anti Histamin :
Mekanisme inhibisi kompetitif pada lokasi reseptor
histamin
Contoh : - Tanolamin, Etilendiamin, alkilamine,
fenotiozin
Siproheptadin, Hidroksizin, Piperrazin
Efek samping mengantuk, nafsu makan , konstipasi,
kekeringan membran mucosa, kesulitan berkemih.
Anti histamin generasi kedua :
Terfenadine, Astemizole, Coratadine, Cetirizin.
b. Dekongestan
- Secara tunggal / kombinasi
c. Kortikosteroid
-Mengurangi reaksi alergi dengan mencegah sel
tubuh agar tidak berespon dengan histamin
- mengurangi inflamasi dan hipereaktifitas hidung
- oral / semprot
d. Natrium Kronolin
- Diberikan intranasal
- Menurunkan pelepasan zat mediator
e. Antikolinergik :
- Mengurangi gejala rhinorrhea
- Preparat : Ipratro[ium
3. Imunoterapi
Penyuntikan allergen penyebab secara bertahap dengan
dosis yang makin meningkat guna menginduksi toleransi
pada penderita alergi
4. Edukasi
5. Terapi bedah
Untuk mengatasi komplikasi RA seperti sinusitis dan polip nasi