Anda di halaman 1dari 2

Kewenangan seorang Plt atau Pj Kepala Daerah

Salam Blogger!
Entri pertama saya adalah mengenai kewenangan bagi seorang Pelaksana tugas (Plt) atau Pejabat
sementara (Pj) Kepala Daerah apakah itu Gubernur/Bupati/Walikota.
Terkait hal ini, ada dua produk hukum yang kita jadikan dasar untuk melihat kewenangan
seorang kepala daerah dengan status Plt atau Pj. Pertama, sesuai Undang-Undang No. 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Kedua, Peraturan Pemerintah No. 49 tahun 2008 tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Untuk ulasan kali ini, kita tidak lagi menjelaskan mengapa dan bagaimana sehingga terjadi atau
adanya pengangkatan seorang pejabat sementara atau pelaksana tugas kepala daerah, disebabkan
proses pengangkatan pejabat tersebut kita anggap sudah sesuai dengan kondisi riil dan telah
sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Yang ditekankan disini adalah, tentang
tugas dan keweangannya saja. mengingat, terkadang ada kejadian selama ini diberbagai daerah
posisi ini dimanfaatkan dan mengklaim bahwa setelah yang bersangkutan menjabat sebagai
Pejabat sementara atau Pelaksana tugas kepala daerah dirinya memiliki keweangan yang penuh
sama persis dengan pejabat defenitif. Padahal, kewenangan mereka sangatlah terbatas.
Sebelum kita mengulas dasar hukum tentang kewenangan seorang Kepala Daerah dengan status
Plt atau Pj, sebaiknya kita lihat dahulu Tugas dan kewenangan Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah yang defenitif itu sendiri, sesuai Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Pada pasal 25, Tugas dan Wewenang serta Kewajiban Kepala Daerah
berbunyi adalah sebagai berikut :
"a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
bersama DPRD; b. mengajukan rancangan Perda; c. menetapkan Perda yang telah mendapat
persetujuan bersama DPRD; d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD
kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama; e. mengupayakan terlaksananya
kewajiban daerah; f. mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan g.
melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan."
Selanjutnya pada pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang tersebut, tugas dan kewenangan Wakil
Kepala Daerah berbunyi adalah sebagai berikut :
"a. membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah; b. membantu
kepala daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal di daerah, menindaklanjuti
laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan pemberdayaan
perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan
lingkungan hidup; c. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten
dan kota bagi wakil kepala daerah provinsi; d. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan
pemerintahan di wilayah kecamatan, kelurahan dan/atau desa bagi wakil kepala daerah
kabupaten/kota; e. memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam
penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah; f. melaksanakan tugas dan kewajiban
pemerintahan lainnya yang diberikan oleh kepala daerah; dan g. melaksanakan tugas dan

wewenang kepala daerah apabila kepala daerah berhalangan. Pada Ayat (2) Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wakil kepala daerah bertanggung
jawab kepada kepala daerah. dan Ayat (3) Wakil kepala daerah menggantikan kepala daerah
sampai habis masa jabatannya apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus menerus dalam
masa jabatannya."
Demikian tugas dan kewenangan seorang Kepala Daerah/Wakil Kepala daerah menurut UU
No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang defenitif.
Selanjutnya bagaimana tugas dan kewenangan seorang Pejabat sementara (Pj) dan Pelaksana
tugas (Plt) seorang Kepala daerah. Tentu saja tentang tugas dan kewajiban seorang (Plt) maupun
(Pj) sama dengan yang diatur oleh Undang-Undang tersebut diatas, adapun yang
membedakannya adalah terletak pada keweangan. Oleh karena itu terkait hal ini, kita dapat
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 49 tahun 2008 pada 132A, berbunyi
ayat (1) : "Penjabat kepala daerah atau pelaksana tugas kepala daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 130 ayat (1) dan ayat (3), serta Pasal 131 ayat (4), atau yang diangkat untuk
mengisi kekosongan jabatan kepala daerah karena mengundurkan diri untuk
mencalonkan/dicalonkan menjadi calon kepala daerah/wakil kepala daerah, serta kepala
daerah yang diangkat dari wakil kepala daerah yang menggantikan kepala daerah yang
mengundurkan diri untuk mencalonkan/dicalonkan sebagai calon kepala daerah/wakil kepala
daerah dilarang : a. melakukan mutasi pegawai; b. membatalkan perijinan yang telah
dikeluarkan pejabat sebelumnya dan/atau mengeluarkan perijinan yang bertentangan dengan
yang dikeluarkan pejabat sebelumnya; c. membuat kebijakan tentang pemekaran daerah yang
bertentangan dengan kebijakan pejabat sebelumnya; dan d. membuat kebijakan yang
bertentangan dengan
kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan
dan
program
pembangunan pejabat sebelumnya."
Ayat (2) : Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan setelah
mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Dalam Negeri.
Jadi para blogger yang mulia, berdasarkan Peraturan tersebut jelaslah bahwa kewenangan
seorang pejabat sementara kepala daerah atau pelaksana tugas kepala daerah sangat terbatas
terutama pelarangan untuk empat (4) hal tersebut diatas, sebagaimana yang diatur dalam pasal
132A ayat (1). Seorang pejabat kepala daerah sementara atau pelaksana tugas dapat
melaksanakan/melanggar ketentuan ini jika mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Dalam
Negeri sesuai pada Ayat (2) pasal yang sama.

Anda mungkin juga menyukai