Anda di halaman 1dari 10

BAB II

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan dimaksudkan untuk


melihat keterkaitan Rancangan Peraturan Bupati tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Pendapatan Daerah dengan peraturan perundang-undangan lain.
Melalui evaluasi tersebut sehingga dapat diketahui kondisi hukum peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai pembentukan Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD), sehingga dapat dijadikan dasar yuridis pertimbangan
Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam pembentukan Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) sesuai kewenangan kabupaten/kota.

1.1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


BAB VI, Pasal 18 UUD Negara Republik Idonesia Tahun 1945
merupakan landasan pengaturan mengenai pemerintahan daerah, yaitu :
a. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah,
yang diatur dengan undang-undang.
b. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan.
c. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.
d. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis.
e. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat.
f. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan Bupati dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.
g. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur
dalam undang-undang.
Sebagai pelaksanaan Pasal 18 UUD Negara Republik Idonesia
Tahun 1945, penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia dilaksanakan berdasarkan asas
desentralisasi, asas dekonsentrasi dan asas tugas pembantuan, sebagai
berikut :
a. Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh
Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.
b. Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau
kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggungjawab
urusan pemerintahan umum.
c. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada
daerah otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah
Daerah Provinsi kepada Daerah Kabupaten/Kota dan Desa, atau dari
Pemerintah Kabupaten/Kota ke Desa, untuk melaksanakan sebagian
Urusan Pemerintahan yang ditugaskan dari pemberi kewenangan.

2.2 Perangkat Daerah menurut UU No. 23 Tahun 2014 dan PP No. 18 Tahun
2016 tentang Perangkat Daerah
Berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
membawa perubahan yang signifikan terhadap pembentukan perangkat
daerah dengan prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran (rightsizing)
berdasarkan beban kerja yang sesuai dengan kondisi nyata di masing-
masing Daerah. Hal tersebut juga sejalan dengan prinsip penataan
organisasi Perangkat Daerah yang rasional, proporsional, efektif dan
efisien.
Pengelompokan organisasi perangkat daerah didasarkan pada
konsepsi pembentukan organisasi yang terdiri atas 5 (lima) elemen, yaitu
kepala Daerah (strategic apex), sekretaris Daerah (middle line), dinas
daerah (operating core), badan/fungsi penunjang (technostructure) dan staf
pendukung (supporting staff). Dinas daerah merupakan pelaksana fungsi
inti (operating core) yang melaksanakan tugas dan fungsi sebagai
pembantu kepala daerah dalam melaksanakan fungsi mengatur dan
mengurus sesuai bidang urusan pemerintahan yang diserahkan kepada
daerah, baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Badan daerah
melaksanakan fungsi penunjang (technostructure) yang melaksanakan
tugas dan fungsi sebagai pembantu kepala daerah dalam melaksanakan
fungsi mengatur dan mengurus untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
fungsi inti (operating core). Dalam melaksanakan tugasnya kepala daerah
dibantu oleh perangkat daerah.
Berdasarkan ketentuan Pasal 209 UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, perangkat daerah kabupaten/Kota terdiri atas :
a. Sekretariat Daerah;
b. Sekretariat DPRD;
c. Inspektorat;
d. Dinas;
e. Badan; dan
f. Kecamatan

Perangkat Daerah selain melaksanakan urusan pemerintahan yang


menjadi kewenangan daerah juga melaksanakan tugas pembantuan.
sekretariat daerah dipimpin oleh sekretaris daerah. Sekretaris daerah
sebagaimana dimaksud mempunyai tugas membantu kepala daerah dalam
penyusunan kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap
pelaksanaan tugas perangkat daerah serta pelayanan administratif.
Dalam pelaksanaan tugasnya, sekretaris daerah bertanggung jawab
kepada kepala daerah. Apabila sekretaris daerah kabupaten/kota
berhalangan melaksanakan tugasnya, tugas sekretaris daerah
kabupaten/kota dilaksanakan oleh penjabat yang ditunjuk oleh bupati/wali
kota atas persetujuan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Masa
jabatan penjabat sekretaris daerah sebagaimana dimaksud paling lama 6
(enam) bulan dalam hal sekretaris daerah tidak bisa melaksanakan tugas
atau paling lama 3 (tiga) bulan dalam hal terjadi kekosongan sekretaris
Daerah. Persetujuan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat
sebagaimana dimaksud dilakukan sesuai dengan persyaratan kepegawaian
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih
lanjut mengenai penjabat sekretaris Daerah diatur dalam Peraturan
Presiden (Pasal 213 - 214 UU No. 23 Tahun 2014).
Sekretariat DPRD dipimpin oleh sekretaris DPRD dengan tugas
sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan;
b. Menyelenggarakan administrasi keuangan;
c. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD; dan
d. Menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh
DPRD dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan kebutuhan.

Sekretaris DPRD dalam melaksanakan tugasnya secara teknis


operasional bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara
administratif bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris
Daerah (Pasal 215 UU No. 23 Tahun 2014). Inspektorat Daerah dipimpin
oleh inspektur. Inspektorat daerah mempunyai tugas membantu kepala
daerah membina dan mengawasi pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan oleh perangkat
daerah. inspektorat daerah dalam melaksanakan tugasnya bertanggung
jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah (Pasal 216 UU No.
23 Tahun 2014).
Dinas dibentuk untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah. Dinas-dinas diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dinas tipe A yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;
b. Dinas tipe B yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan
c. Dinas tipe C yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.

Penentuan beban kerja didasarkan pada jumlah penduduk, luas


wilayah, besaran masing-masing Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah, dan kemampuan keuangan Daerah untuk Urusan
Pemerintahan Wajib dan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga
kerja, dan pemanfaatan lahan untuk Urusan Pemerintahan Pilihan (Pasal
217 - 218 UU No 23. Tahun 2014).
Dalam rangka mewujudkan pembentukan Perangkat Daerah sesuai
dengan prinsip desain organisasi, maka pembentukan perangkat daerah
yang diatur dalam peraturan pemerintah ini didasarkan pada asas efisiensi,
efektivitas, pembagian habis tugas, rentang kendali, tata kerja yang jelas,
fleksibilitas, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, dan
intensitas urusan pemerintahan dan potensi daerah.
Kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah yang terdiri dari unsur
staf, unsur pelaksana, dan unsur penunjang. unsur staf diwadahi dalam
sekretariat daerah dan sekretariat DPRD. Unsur pelaksana urusan
pemerintahan yang diserahkan kepada daerah diwadahi dalam dinas
daerah. Unsur pelaksana fungsi penunjang urusan pemerintahan daerah
diwadahi dalam badan daerah. Unsur penunjang yang khusus
melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan penyelengaraan
Pemerintahan Daerah diwadahi dalam Inspektorat.
Disamping itu pada Daerah kabupaten/kota dibentuk Kecamatan
sebagai perangkat daerah yang bersifat kewilayahan untuk melaksanakan
fungsi koordinasi kewilayahan dan pelayanan tertentu yang bersifat
sederhana dan intensitas tinggi. Kepala dinas, kepala badan, sekretaris
DPRD, kepala inspektorat dan camat/nama lain di kabupaten/kota
bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.
Fungsi sekretaris daerah dalam pertanggungjawaban tersebut hanyalah
fungsi pengendalian administrasi untuk memverifikasi kebenaran
administrasi atas pertanggung jawaban yang disampaikan oleh kepala
dinas, kepala badan, sekretaris DPRD, inspektur, kepala satuan polisi
pamong praja dan camat atau sebutan lain kepada kepala daerah.
Dasar utama pembentukan perangkat daerah adalah adanya urusan
pemerintahan yang diserahkan kepada daerah yang terdiri atas urusan
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan
pemerintahan wajib dibagi atas urusan pemerintahan yang berkaitan
dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berkaitan
dengan pelayanan dasar. pembentukan perangkat daerah harus
mempertimbangkan faktor keuangan, jumlah penduduk, kemampuan
keuangan daerah serta besaran beban tugas sesuai dengan urusan
pemerintahan yang diserahkan kepada daerah sebagai mandat yang wajib
dilaksanakan oleh setiap daerah melalui perangkat daerah. Selanjutnya
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah, ditetapkan bahwa perangkat daerah dalam 3 (tiga) tipe, yaitu
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan Inspektorat Tipe A, Sekretariat
Daerah, Sekretariat DPRD dan Inspektorat Tipe B dan Sekretariat Daerah,
Sekretariat DPRD dan Inspektorat Tipe C, Dinas Tipe A, Dinas Tipe B, dan
Dinas Tipe C, Badan Tipe A, Badan Tipe B, dan Badan Tipe C, Satpol PP
Tipe A, Satpol PP Tipe B dan Satpol PP Tipe C serta Kecamatan dalam 2
(dua) tipe yaitu Kecamatan Tipe A dan Kecamatan Tipe B. Penetapan tipe
perangkat daerah didasarkan pada perhitungan jumlah nilai variabel beban
kerja. Variabel beban kerja terdiri dari variabel umum dan variabel teknis.
Variabel umum, meliputi jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah APBD,
sebagai variabel umum dengan bobot sebesar 20% (dua puluh persen) dan
variabel teknis yang merupakan beban utama dengan pembobotan sebesar
80% (delapan puluh persen). Pada tiap-tiap variabel, baik variabel umum
maupun variabel teknis ditetapkan 5 (lima) kelas interval, dengan skala nilai
dari 200 sampai dengan 1000. pemerintahan daerah memprioritaskan
pelaksanaan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan
dasar, agar kebutuhan dasar masyarakat dapat termenuhi secara optimal.
Oleh karena itu perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan
wajib berkaitan dengan pelayanan dasar diwadahi dalam bentuk dinas
utama minimal tipe C.
Pembinaan dan pengendalian perangkat daerah dalam peraturan
pemerintah ini dimaksudkan dalam rangka penerapan koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan simplifikasi antardaerah dan antarsektor, sehingga masing-
masing pemerintah daerah taat asas dan taat norma dalam penataan
kelembagaan perangkat daerah. Menteri atau gubernur selaku wakil
pemerintah pusat dapat membatalkan peraturan bupati tentang
pembentukan perangkat daerah yang bertentangan dengan ketentuan yang
diatur dalam peraturan pemerintah ini. dalam pelaksanaan pembinaan dan
pengendalian perangkat daerah, pemerintah senantiasa melakukan fasilitasi
melalui asistensi, pemberian arahan, pedoman, bimbingan, supervisi,
pelatihan, serta kerja sama, sehingga sinkronisasi dan simplifikasi dapat
tercapai secara optimal dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Peraturan Pemerintahan ini mengatur mengenai pembentukan,
jenis, kriteria tipelogi, kedudukan, tugas, fungsi, kriteria, susunan organisasi,
jabatan, pembinaan, dan pengendalian perangkat daerah, serta perangkat
daerah baru, staf ahli, pemetaan urusan pemerintahan, nomenklatur, dan
hubungan antara perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah
kabupaten/kota.

2.3 Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah


Pengertian Keuangan Daerah berdasarkan Pasal 1 angka 1,
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
serta segala bentuk kekayaan yang dapat dijadikan milik daerah berhubung
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah
meliputi :
a. Hak Daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman;
b. Kewajiban Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan
daerah dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Daerah;
d. Pengeluaran Daerah;
e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan daerah yang dipisahkan; dan/atau
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah dalam
rangka penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah dan/atau
kepentingan umum.

Selanjutnya dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2019


tesebut dinyatakan bahwa :
a. Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, manfaat untuk masyarakat,
serta taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diwujudkan dalam APBD.
c. APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan dasar bagi
Pemerintah Daerah untuk melakukan Penerimaan dan Pengeluaran
Daerah.

2.4 Pajak Daerah


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah yang menjadi kewenangan
Daerah Kabupaten/Kota adalah:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bahan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Bumi dan Bangunan;
j. BPHTB; dan
k. Pajak Burung Walet.
Berdasarkan ketentuan tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Banyumas membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas No. 22 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 1
Tahun 2011 tentang Pajak Daerah yang menetapkan jenis pajak daerah
yang menjadi kewenangan Daerah Kabupaten Banyumas yaitu :
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bahan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan; dan
k. BPHTB.

2.5 Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah Tinjauan tentang Unit


Pelaksana Teknis Daerah
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) merupakan organisasi yang
melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang tertentu pada dinas atau badan daerah. Tugas teknis
operasional adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis tertentu yang
secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Tugas teknis
penunjang adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis tertentu dalam
rangka mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya. Pada
prinsipnya tugas UPTD tidak bersifat pembinaan dan tidak berkaitan
langsung dengan perumusan dan penetapan kebijakan daerah.
Berdasarkan sifat tugasnya, wilayah kerja UPTD dapat melampaui batas
wilayah administrasi kecamatan dalam daerahnya dan tidak membawahkan
UPTD lainnya.
Ketentuan-ketentuan perundangan terkait dengan pembentukan Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sebagai berikut :
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 12 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan UPT Daerah;
d. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 061/4338/OTDA tanggal 12 Juni
2017 Perihal Pedoman Konsultasi Pembentukan Cabang Dinas dan
UPT Daerah;
e. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 16
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Banyumas;dan
f. Surat Keputusan Bupati Banyumas Nomor 061/1078/tahun 2020
tentang Kebutuhan Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten
Banyumas Dalam Jabatan Fungsional Dalam Pemerintah Kabupaten
Banyumas;
g. Surat Keputusan Bupati Banyumas Nomor 061/1079/tahun 2020
tentang Kebutuhan Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten
Banyumas Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Dan Jabatan Administrasi Di
Pemerintah Kabupaten Banyumas.

Berdasarkan ketentuan Pasal 49 ayat (4) dan ayat (5) PP No. 18


Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah menegaskan bahwa ketentuan lebih
lanjut mengenai klasifikasi dan pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) dinas/badan daerah kabupaten/kota diatur dengan peraturan
menteri dalam negeri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri
terkait dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
aparatur negara. Sebagai tindak lanjut dari ketentuan tersebut ditetapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan UPT Daerah.
Berdasarkan ketentuan Pasal 20 dan Pasal 21 Peraturan Menteri
Dalam Negeri No 12 Tahun 2017, disebutkan bahwa dinas atau badan
daerah dapat dibentuk UPTD untuk melaksanakan kegiatan teknis
operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu. Kriteria
pembentukan suatu UPTD meliputi :
a. Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang tertentu dari Urusan Pemerintahan yang bersifat
pelaksanaan dan menjadi tanggung jawab dari Dinas/Badan instansi
induknya;
b. Penyediaan barang dan/atau jasa yang diperlukan oleh masyarakat
dan/atau oleh Perangkat Daerah lain yang berlangsung secara terus
menerus;
c. Memberikan kontribusi dan manfaat langsung dan nyata kepada
masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan;
d. Tersedianya sumber daya yang meliputi pegawai, pembiayaan, sarana
dan prasarana;
e. Tersedianya jabatan fungsional teknis sesuai dengan tugas dan fungsi
UPTD yang bersangkutan;
f. Memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan
Tugas Teknis Operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang
tertentu.

Pembentukan UPTD ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota


setelah dikonsultasikan secara tertulis kepada gubernur, dilengkapi dengan
dokumen : 1) kajian akademis perlunya pembentukan UPTD; dan 2) analisis
rasio belanja pegawai. Pada tingkat kabupaten/kota, selain UPTD yang
melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang tertentu terdapat UPTD di bidang pendidikan berupa satuan
pendidikan Daerah dan UPTD di bidang kesehatan berupa rumah sakit
daerah serta puskesmas sebagai unit organisasi bersifat fungsional dan unit
layanan yang bekerja secara profesional.

Anda mungkin juga menyukai