[sunting] Susunan
Pemerintah Daerah adalah unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Gubernur, Bupati,
atau Walikota, dan perangkat daerah.
Pemerintah Daerah dapat berupa:
Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov), yang
terdiri atas Gubernur dan Perangkat Daerah, yang
meliputi Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan
Lembaga Teknis Daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(Pemkab/Pemkot) yang terdiri atas Bupati/Walikota
dan Perangkat Daerah, yang meliputi Sekretariat
Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah,
Kecamatan, dan Kelurahan.
[sunting] Kepala Daerah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kepala Daerah
Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah
yang disebut kepala daerah. Kepala daerah untuk provinsi
disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan
untuk kota adalah walikota. Kepala daerah dibantu oleh
satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut
wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati
dan untuk kota disebut wakil walikota. Kepala dan wakil
kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban
serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai kewajiban
untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan
memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban
kepada DPRD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
masyarakat.
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah berhenti
karena:
1. meninggal dunia;
2. permintaan sendiri; atau
3. diberhentikan.
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan
sebagaimana dimaksud karena:
1. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat
yang baru;
2. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan;
3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah;
4. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan kepala
daerah dan/atau wakil kepala daerah;
5. tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah;
6. melanggar larangan bagi kepala daerah dan/atau
wakil kepala daerah.
Apabila kepala daerah berhenti dalam masa jabatannya
maka kepala daerah diganti oleh wakil kepala daerah
sampai berakhir masa jabatannya dan proses
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan keputusan Rapat
Paripurna DPRD dan disahkan oleh Presiden. Apabila
terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah dalam
masa jabatannya dan sisa masa jabatannya lebih dari 18
(delapan belas) bulan, kepala daerah mengusulkan 2 (dua)
orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat
Paripurna DPRD berdasarkan usul partai politik atau
gabungan partai politik yang pasangan calonnya terpilih
dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah berhenti
atau diberhentikan secara bersamaan dalam masa
jabatannya, Rapat Paripurna DPRD memutuskan dan
menugaskan KPUD untuk menyelenggarakan pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah paling lambat 6
(enam) bulan terhitung sejak ditetapkannya penjabat
kepala daerah.
[sunting] Wakil Pemerintah Pusat
Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga
sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi yang
bersangkutan, dalam pengertian untuk menjembatani dan
memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan
fungsi Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan
pemerintahan pada strata pemerintahan kabupaten dan
kota. Wakil pemerintah sebagaimana dimaksud adalah
perangkat pemerintah pusat dalam rangka dekonsentrasi.
Tugas dan wewenang Gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat adalah:
1. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kabupaten/kota;
2. koordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintah di
daerah provinsi dan kabupaten/kota;
3. koordinasi pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah
provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam kedudukannya tersebut, Gubernur bertanggung
jawab kepada Presiden.
[sunting] Perangkat Daerah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perangkat
Daerah
Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah,
sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis
daerah. Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas
sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah,
lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.
Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah.
Sekretaris Daerah diangkat dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi persyaratan. Sekretaris Daerah Provinsi
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul
Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota diangkat dan
diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sekretaris
Daerah karena kedudukannya sebagai pembina pengawai
negeri sipil di daerahnya.
Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD.
Sekretaris DPRD Provinsi diangkat dan diberhentikan
oleh Gubernur dengan persetujuan DPRD Provinsi.
Sekretaris DPRD Kabupaten/Kota diangkat dan
diberhentikan oleh Bupati/Walikota dengan persetujuan
DPRD Kabupaten/Kota.
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi
daerah. Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas yang
diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah dari
pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul
Sekretaris Daerah.
Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung
tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk badan,
kantor, atau rumah sakit umum daerah. Badan, kantor
atau rumah sakit umum daerah sebagaimana dimaksud
dipimpin oleh kepala badan, kepala kantor, atau kepala
rumah sakit umum daerah yang diangkat oleh kepala
daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat
atas usul Sekretaris Daerah.
Kecamatan dibentuk di wilayah Kabupaten/Kota dengan
Perda Kabupaten/Kota yang berpedoman pada Peraturan
Pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh seorang camat
yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota
untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Camat
diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris daerah
kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan Perda
Kabupaten/Kota yang berpedoman pada Peraturan
Pemerintah. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang
dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari
Bupati/Walikota. Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota
atas usul Camat dari pegawai negeri sipil yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
[sunting] Kepegawaian Daerah
Pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen
pegawai negeri sipil daerah dalam satu kesatuan
penyelenggaraan manajemen pegawai negeri sipil secara
nasional. Manajemen pegawai negeri sipil daerah tersebut
meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan,
pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji,
tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban kedudukan
hukum, pengembangan kompetensi, dan pengendalian
jumlah.
[sunting] Tugas dan Wewenang
Pemerintah daerah bersama-sama DPRD mengatur
(regelling) urusan pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangannya. Pemerintah daerah mengurus (bestuur)
urusan pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangannya. Pemerintah daerah wajib
menyebarluaskan Perda yang telah diundangkan dalam
Lembaran Daerah dan Peraturan Kepala Daerah yang
telah diundangkan dalam Berita Daerah.
Pada saat pemilihan kepala daerah pemerintah daerah
memberikan kesempatan yang sama kepada pasangan
calon untuk menggunakan fasilitas umum. KPUD
berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk
menetapkan lokasi pemasangan alat peraga untuk
keperluan kampanye.
Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah lain,
lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank,
dan masyarakat untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Pemerintah daerah dapat melakukan
pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman hutang
luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah
setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri.
Perjanjian penerusan pinjaman tersebut dilakukan antara
Menteri Keuangan dan Kepala Daerah.
Pemerintah daerah dengan persetujuan DPRD dapat
menerbitkan obligasi daerah untuk membiayai investasi
yang menghasilkan penerimaan daerah. Pemerintah
daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat
memberikan insentif dan/atau kemudahan kepada
masyarakat dan/atau investor yang diatur dalam Perda
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal
pada suatu Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik
swasta. Penyertaan modal tersebut dapat ditambah,
dikurangi, dijual kepada pihak lain, dan/atau dapat
dialihkan kepada badan usaha milik daerah. Pemerintah
daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan,
penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau
pembubarannya ditetapkan dengan Perda yang
berpedoman pada peraturan perundangundangan.
Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna
membiayai kebutuhan tertentu yang dananya tidak dapat
disediakan dalam satu tahun anggaran. Pengaturan
tentang dana cadangan daerah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi
surplus/defisit APBD kepada Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun anggaran
berjalan. Pemerintah daerah mengajukan rancangan Perda
tentang perubahan APBD, disertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD.
Pemerintah daerah dapat membentuk badan pengelola
pembangunan di kawasan perdesaan yang direncanakan
dan dibangun menjadi kawasan perkotaan. Pemerintah
daerah mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan kawasan
perkotaan.
Diperoleh dari
"http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah_Daerah"
Kategori: Pemerintahan daerah di Indonesia
Pemerintah Daerah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas
daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah provinsi,
daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara
pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati,
atau Walikota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai
Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten
dan Daerah Kota dipilih secara demokratis. Pemerintah
daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Susunan
2 Kepala Daerah
3 Wakil Pemerintah Pusat
4 Perangkat Daerah
o 4.1 Kepegawaian
Daerah
5 Tugas dan Wewenang
[sunting] Susunan
Pemerintah Daerah adalah unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Gubernur, Bupati,
atau Walikota, dan perangkat daerah.
Pemerintah Daerah dapat berupa:
Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov), yang
terdiri atas Gubernur dan Perangkat Daerah, yang
meliputi Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan
Lembaga Teknis Daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(Pemkab/Pemkot) yang terdiri atas Bupati/Walikota
dan Perangkat Daerah, yang meliputi Sekretariat
Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah,
Kecamatan, dan Kelurahan.
[sunting] Kepala Daerah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kepala Daerah
Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah
yang disebut kepala daerah. Kepala daerah untuk provinsi
disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan
untuk kota adalah walikota. Kepala daerah dibantu oleh
satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut
wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati
dan untuk kota disebut wakil walikota. Kepala dan wakil
kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban
serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai kewajiban
untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan
memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban
kepada DPRD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
masyarakat.
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah berhenti
karena:
1. meninggal dunia;
2. permintaan sendiri; atau
3. diberhentikan.
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan
sebagaimana dimaksud karena:
1. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat
yang baru;
2. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan;
3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah;
4. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan kepala
daerah dan/atau wakil kepala daerah;
5. tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah;
6. melanggar larangan bagi kepala daerah dan/atau
wakil kepala daerah.
Apabila kepala daerah berhenti dalam masa jabatannya
maka kepala daerah diganti oleh wakil kepala daerah
sampai berakhir masa jabatannya dan proses
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan keputusan Rapat
Paripurna DPRD dan disahkan oleh Presiden. Apabila
terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah dalam
masa jabatannya dan sisa masa jabatannya lebih dari 18
(delapan belas) bulan, kepala daerah mengusulkan 2 (dua)
orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat
Paripurna DPRD berdasarkan usul partai politik atau
gabungan partai politik yang pasangan calonnya terpilih
dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah berhenti
atau diberhentikan secara bersamaan dalam masa
jabatannya, Rapat Paripurna DPRD memutuskan dan
menugaskan KPUD untuk menyelenggarakan pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah paling lambat 6
(enam) bulan terhitung sejak ditetapkannya penjabat
kepala daerah.
[sunting] Wakil Pemerintah Pusat
Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga
sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi yang
bersangkutan, dalam pengertian untuk menjembatani dan
memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan
fungsi Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan
pemerintahan pada strata pemerintahan kabupaten dan
kota. Wakil pemerintah sebagaimana dimaksud adalah
perangkat pemerintah pusat dalam rangka dekonsentrasi.
Tugas dan wewenang Gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat adalah:
1. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kabupaten/kota;
2. koordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintah di
daerah provinsi dan kabupaten/kota;
3. koordinasi pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah
provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam kedudukannya tersebut, Gubernur bertanggung
jawab kepada Presiden.
[sunting] Perangkat Daerah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perangkat
Daerah
Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah,
sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis
daerah. Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas
sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah,
lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.
Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah.
Sekretaris Daerah diangkat dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi persyaratan. Sekretaris Daerah Provinsi
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul
Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota diangkat dan
diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sekretaris
Daerah karena kedudukannya sebagai pembina pengawai
negeri sipil di daerahnya.
Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD.
Sekretaris DPRD Provinsi diangkat dan diberhentikan
oleh Gubernur dengan persetujuan DPRD Provinsi.
Sekretaris DPRD Kabupaten/Kota diangkat dan
diberhentikan oleh Bupati/Walikota dengan persetujuan
DPRD Kabupaten/Kota.
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi
daerah. Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas yang
diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah dari
pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul
Sekretaris Daerah.
Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung
tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk badan,
kantor, atau rumah sakit umum daerah. Badan, kantor
atau rumah sakit umum daerah sebagaimana dimaksud
dipimpin oleh kepala badan, kepala kantor, atau kepala
rumah sakit umum daerah yang diangkat oleh kepala
daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat
atas usul Sekretaris Daerah.
Kecamatan dibentuk di wilayah Kabupaten/Kota dengan
Perda Kabupaten/Kota yang berpedoman pada Peraturan
Pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh seorang camat
yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota
untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Camat
diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris daerah
kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan Perda
Kabupaten/Kota yang berpedoman pada Peraturan
Pemerintah. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang
dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari
Bupati/Walikota. Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota
atas usul Camat dari pegawai negeri sipil yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
[sunting] Kepegawaian Daerah
Pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen
pegawai negeri sipil daerah dalam satu kesatuan
penyelenggaraan manajemen pegawai negeri sipil secara
nasional. Manajemen pegawai negeri sipil daerah tersebut
meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan,
pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji,
tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban kedudukan
hukum, pengembangan kompetensi, dan pengendalian
jumlah.
[sunting] Tugas dan Wewenang
Pemerintah daerah bersama-sama DPRD mengatur
(regelling) urusan pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangannya. Pemerintah daerah mengurus (bestuur)
urusan pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangannya. Pemerintah daerah wajib
menyebarluaskan Perda yang telah diundangkan dalam
Lembaran Daerah dan Peraturan Kepala Daerah yang
telah diundangkan dalam Berita Daerah.
Pada saat pemilihan kepala daerah pemerintah daerah
memberikan kesempatan yang sama kepada pasangan
calon untuk menggunakan fasilitas umum. KPUD
berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk
menetapkan lokasi pemasangan alat peraga untuk
keperluan kampanye.
Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah lain,
lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank,
dan masyarakat untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Pemerintah daerah dapat melakukan
pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman hutang
luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah
setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri.
Perjanjian penerusan pinjaman tersebut dilakukan antara
Menteri Keuangan dan Kepala Daerah.
Pemerintah daerah dengan persetujuan DPRD dapat
menerbitkan obligasi daerah untuk membiayai investasi
yang menghasilkan penerimaan daerah. Pemerintah
daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat
memberikan insentif dan/atau kemudahan kepada
masyarakat dan/atau investor yang diatur dalam Perda
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal
pada suatu Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik
swasta. Penyertaan modal tersebut dapat ditambah,
dikurangi, dijual kepada pihak lain, dan/atau dapat
dialihkan kepada badan usaha milik daerah. Pemerintah
daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan,
penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau
pembubarannya ditetapkan dengan Perda yang
berpedoman pada peraturan perundangundangan.
Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna
membiayai kebutuhan tertentu yang dananya tidak dapat
disediakan dalam satu tahun anggaran. Pengaturan
tentang dana cadangan daerah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi
surplus/defisit APBD kepada Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun anggaran
berjalan. Pemerintah daerah mengajukan rancangan Perda
tentang perubahan APBD, disertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD.
Pemerintah daerah dapat membentuk badan pengelola
pembangunan di kawasan perdesaan yang direncanakan
dan dibangun menjadi kawasan perkotaan. Pemerintah
daerah mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan kawasan
perkotaan.
Komando Distrik Militer
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Komando Distrik Militer (disingkat Kodim) adalah
komando pembinaan dan operasional kewilayahan TNI
Angkatan Darat di bawah Korem. Kodim membawahi
beberapa Komando Rayon Militer (Koramil).
Di beberapa Kodam, seperti Kodam VI/Tanjungpura,
Kodim beroperasi di wilayah Daerah Tingkat II, baik kota
maupun kabupaten.
Kordim di Indonesia
N Mar
Nama Keterangan
o kas
Kodim 0101/Aceh
Besar
Kodim 0102/Pidie
Kodim 0103/Aceh
Utara
Kodim 0104/Aceh
Timur
Kodim 0105/Aceh
Barat
Kodim 0106/Aceh
Tengah
Kodim 0107/Aceh
Selatan
Kodim 0108/Aceh
Tenggara
Kodim 0109/Aceh
Singkil
Kodim 0110/Aceh
Barat Daya
Kodim 0111/Bireuen
Kodim 0112/Sabang
Kodim 0202
Kodim 0203/Langkat
Kodim 0204/Deli
Serdang
Kodim 0205/Tanah
Karo
Kodim 0206/Dairi
Kodim
0207/Simalungun
Kodim 0208/Asahan
Kodim 0209/Labuhan
Batu
Kodim 0210/Tapanuli
Utara
Kodim 0211/Tapanuli
Tengah
Kodim 0212/Tapanuli
Selatan
Kodim 0213/Nias
Kodim 0214/Indragiri
Hilir
Kodim 0501/Jakarta
Pusat
Kodim 0502/Jakarta
Utara
Kodim 0503/Jakarta
Barat
Kodim 0507/Bekasi
Kodim 0508/Depok
Kodim
0601/Pandegalang
Kodim 0602/Serang
Kodim 0603/Lebak
Kodim 0604/Karawang
Kodim 0605/Subang
Kodim 0606/Kota
Bogor
Kodim 0607/Sukabumi
Kodim 0608/Cianjur
Kodim 0609/Kabupaten
Bandung
Kodim 0610/Sumedang
Kodim 0611/Garut
Kodim
0612/Tasikmalaya
Kodim 0703/Cilacap
Kodim
0704/Banjarnegara
Kodim 0705/Magelang
Kodim
0706/Temanggung
Kodim 0707/Wonosobo
Kodim 0708/Purworejo
Kodim 0709/Kebumen
Kodim
0710/Pekalongan
Kodim 0711/Pemalang
Kodim 0712/Tegal
Kodim 0713/Brebes
Kodim 0714/Salatiga
Kodim 0715/Kendal
Kodim 0716/Demak
Kodim 0717/Purwodadi
Kodim 0718/Pati
Kodim 0719/Jepara
Kodim 0720/Rembang
Kodim 0721/Blora
Kodim 0722/Kudus
Kodim 0723/Klaten
Kodim 0724/Boyolali
Kodim 0725/Sragen
Kodim 0726/Sukoharjo
Kodim
0727/Karanganyar
Kodim 0728/Wonogiri
Kodim 0729/Bantul
Kodim 0730/Gunung
Kidul
Kodim 0731/Kulon
Progo
Kodim 0732/Sleman
Kodim
0734/Yogyakarta
Kodim 0735/Surakarta
Kodim 0736/Batang
Kodim 0801/Pacitan
Kodim 0802/Ponorogo
Kodim 0803/Madiun
Kodim 0804/Magetan
Kodim 0805/Ngawi
Kodim
0806/Trenggalek
Kodim
0807/Tulungagung
Kodim 0808/Blitar
Kodim 0809/Kediri
Kodim 0810/Nganjuk
Kodim 0811/Tuban
Kodim 0812/Lamongan
Kodim
0813/Bojonegoro
Kodim 0814/Jombang
Kodim 0815/Mojokerto
Kodim 0816/Sidoarjo
Kodim 0817/Gresik
Kodim 0818/Kabupaten
Malang
Kodim 0819/Pasuruan
Kodim
0820/Probolinggo
Kodim 0821/Lumajang
Kodim
0822/Bondowoso
Kodim 0823/Situbondo
Kodim 0824/Jember
Kodim
0825/Banyuwangi
Kodim 0826/Pamekasan
Kodim 0827/Sumenep
Kodim 0828/Sampang
Kodim 0829/Bangkalan
Kodim 0830/Surabaya
Utara
Kodim 0831/Surabaya
Timur
Kodim 0832/Surabaya
Selatan
Kodim 0833/Kota
Malang
Kodim
Korem 101/Antasari
1003/Kandangan
Kodim
Korem 101/Antasari
1007/Banjarmasin
Korem 102/Panju
Kodim 1015/Sampit
Panjung
Korem 121/Alambhana
Kodim 1202/Sambas
Wanawai
Korem 121/Alambhana
Kodim 1203/Ketapang
Wanawai
Korem 121/Alambhana
Kodim 1204/Sanggau
Wanawai
Korem 121/Alambhana
Kodim 1205/Sintang
Wanawai
Korem 121/Alambhana
Kodim 1206/Putussibau
Wanawai
Korem 121/Alambhana
Kodim 1207/Pontianak
Wanawai
Kodim 1301/Sangihe
Talaud
Kodim 1302/Minahasa
Kodim 1303/Bolaang
Mongondow
Kodim 1304/Gorontalo
Kodim 1309/Manado
Kodim 1310/Bitung
Kodim 1401/Majene
Kodim 1402/Polewali
Mandar
Kodim
1403/Sawerigading
Palopo
Kodim 1404/Pinrang
Kodim 1406/Wajo
Kodim 1407/Bone
Kodim 1408/BS
Makassar
Kodim 1409/Gowa
Kodim 1410/Bantaeng
Kodim
1411/Bulukumba
Kodim 1412/Kolaka
Kodim 1413/Buton
Kodim 1414/Tanatoraja
Kodim 1415/Selayar
Kodim 1416/Raha
Kodim 1417/Kendari
Kodim 1418/Mamuju
Kodim 1419/Enrekang
Kodim 1420/Sidrap
Kodim 1421/Pangkep
Kodim 1422/Maros
Kodim 1423/Soppeng
Kodim 1424/Sinjai
Kodim 1425/Jeneponto
Kodim 1426/Takalar
Kodim 1501/Ternate
Kodim 1502/Masohi
Kodim 1503/Tual
Kodim 1504/Ambon
Kodim 1505/Tidore
Kodim 1506/Namlea
Kodim 1507/Saumlaki
Kodim 1508/Tobelo
Kodim 1509/Labuhan
Kodim 1601/Sumba
Timur
Kodim 1602/Ende
Kodim 1603/Sikka
Kodim 1604/Kupang
Kodim 1605/Belu
Kodim 1606/Lombok
Barat
Kodim 1607/Sumbawa
Kodim 1608/Bima
Kodim 1609/Buleleng
Kodim 1610/Klungkung
Kodim 1611/Badung
Kodim 1612/Manggarai
Kodim 1613/Sumba
Barat
Kodim 1614/Dompu
Kodim 1615/Lombok
Timur
Kodim 1616/Gianyar
Kodim 1617/Jembrana
Kodim 1618/Timor
Timur Utara
Kodim 1619/Tabanan
Kodim 1620/Lombok
Tengah
Kodim 1621/Timor
Timur Selatan
Kodim 1622/Alor
Kodim
1623/Karangasem
Kodim 1624/Larantuka
Kodim 1625/Ngada
Kodim 1626/Bangli
Kodim 1627/Dili
Kodim 1628/Baucau
Kodim 1630/Viqueque
Kodim 1631/Manatuto
Kodim 1632/Aileu
Kodim 1633/Ainaro
Kodim 1634/Manufahi
Kodim 1635/Bobonaro
Kodim 1636/Maliana
Kodim 1637/Ermera
Kodim 1638/Liquiça
Kodim 1701/Jayapura
Kodim 1702/Jayawijaya
Kodim
1703//Manokwari
Kodim 1704/Sorong
Kodim 1705/Paniai
Kodim 1706/Fakfak
Kodim 1707/Merauke
Kodim 1708/Biak
Numfor
Kodim 1709/Yapen
Waropen
Kodim 1710/Mimika
Kodim 1711/Boven
Digoel
Kodim 1712/Sarmi
Kodim 1713/Kaimana
Navigasi
Halaman Utama
Perubahan terbaru
Peristiwa terkini
Halaman sembarang
Komunitas
Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
wikipedia
Tentang Wikipedia
Pancapilar
Kebijakan
Menyumbang
Cetak/ekspor
Buat buku
Unduh sebagai PDF
Versi cetak
Kotak peralatan
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Kutip halaman ini
1 Sejarah
o 1.1 Zaman Hindia Belanda[rujukan?]
o 1.2 Zaman pendudukan Jepang[rujukan?]
o 1.3 Zaman revolusi fisik[rujukan?]
o 1.4 Kepolisioan pasca proklamasi[rujukan?]
o 1.5 Zaman Republik indonesia Serikat (RIS)[rujukan?]
o 1.6 Zaman Demokrasi Parlementer[rujukan?]
o 1.7 Zaman Demokrasi Terpimpin[rujukan?]
o 1.8 Zaman Orde Baru[rujukan?]
o 1.9 Pasukan Polisi Republik Indonesia[rujukan?]
2 Organisasi
o 2.1 Mabes
2.1.1 Unsur Pimpinan
2.1.2 Unsur Pembantu Pimpinan dan
Pelaksana Staf
2.1.3 Unsur Pelaksana Pendidikan dan
Pelaksana Staf Khusus
2.1.4 Unsur Pelaksana Utama Pusat
2.1.5 Satuan Organisasi Penunjang lainnya
o 2.2 Polda
3 Polri kini
4 Polisi dan korupsi
5 Polisi dan Lalu Lintas
6 Lihat pula
7 Pranala luar
8 Catatan kaki
[sunting] Sejarah
[sunting] Zaman Hindia Belanda[rujukan?]
Kedudukan, tugas, fungsi, organisasi, hubungan dan tata
cara kerja kepolisian pada zaman Hindia Belanda tentu
diabdikan untuk kepentingan pemerintah kolonial. Sampai
jatuhnya Hindia Belanda, kepolisian tidak pernah
sepenuhnya di bawah Departemen Dalam Negeri. Di
Departemen Dalam Negeri memang berkantor "Hoofd
van de Dienst der Algemene Politie" yang hanya bertugas
di bidang administrasi/pembinaan, seperti kepegawaian,
pendidikan SPN (Sekolah Polisi Negeri di Sukabumi),
dan perlengkapan kepolisian.
Wewenang operasional kepolisian ada pada residen yang
dibantu asisten residen. Rechts politie
dipertanggungjawabkan pada procureur generaal (jaksa
agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat bermacam-
macam bentuk kepolisian, seperti veld politie (polisi
lapangan) , stands politie (polisi kota), cultur politie
(polisi pertanian), bestuurs politie (polisi pamong praja),
dan lain-lain.
Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada
kepolisian juga diterapkan pembedaan jabatan bagi
bangsa Belanda dan pribumi. Pada dasarnya pribumi tidak
diperkenankan menjabat hood agent (bintara), inspekteur
van politie, dan commisaris van politie. Untuk pribumi
selama menjadi agen polisi diciptakan jabatan seperti
mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi.
Demikian pula dalam praktek peradilan pidana terdapat
perbedaan kandgerecht dan raad van justitie.[rujukan?]
[sunting] Zaman pendudukan Jepang[rujukan?]
Pada masa pendudukan Jepang 1942-1945, pemerintahan
kepolisan Jepang membagi Indonesia dalam dua
lingkungan kekuasaan, yaitu:
1. Sumatera, Jawa, dan Madura dikuasai oleh Angkatan
Darat Jepang.
2. Indonesia bagian timur dan Kalimantan dikuasai
Angkatan Laut Jepang.
Dalam masa ini banyak anggota kepolisian bangsa
Indonesia menggantikan kedudukan dan kepangkatan
bagi bangsa Belanda sebelumnya. Pusat kepolisian di
Jakarta dinamakan keisatsu bu dan kepalanya disebut
keisatsu elucho. Kepolisian untuk Jawa dan Madura juga
berkedudukan di Jakarta, untuk Sumatera berkedudukan
di Bukittinggi, Indonesia bagian timur berkedudukan di
Makassar, dan Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin.
Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh
seorang pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu
didampingi oleh pejabat Jepang yang disebut sidookaan
yang dalam praktek lebih berkuasa dari kepala polisi.
Beda dengan zaman Hindia Belanda yang menganut HIR,
pada akhir masa pendudukan Jepang yang berwenang
menyidik hanya polisi dan polisi juga memimpin
organisasi yang disebut keibodan (semacam hansip).
[rujukan?]
[sembunyikan]
l • b • s
Topik Indonesia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membahas tentang Lembaga Tinggi suatu Negara Pasti tidak
bisa lepas dari konstitusi yang berlaku di negara tersebut.
Karena konstitusi merupakan hukum dasar penyelenggaraan
suatu pemerintahan. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
1945 (UUD '45) adalah konstitusi Republik Indonesia yang
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, satu hari setelah
Proklamasi Kemerdekaan RI, dalam sidang BPUPKI. UUD '45
berlaku dari sejak disahkan, hingga waktu pengakuan kedaulatan
RIS (di mana konsitusi yang berlaku adalah UUD RIS sampai
dengan 17 Agustus 1950, digantikan dengan UUD Sementara
sampai Dekrit Presiden 5 Juli 1959.) UUD '45 mulai berlaku
kembali setelah Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959,
sampai sekarang. Pada masa Orde Reformasi, UUD '45 telah
mengalami proses amandemen sebanyak 4 kali.
UUD 1945 merupakan landasan dasar Nasional dan landasan
dasar Internasional Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang dapat mempertahankan kemerdekaan dan
persatuan Indonesia sampai saat ini. Dalam sistem
ketatanegaraan RI , DPR termasuk lembaga tinggi negara
bersama Presiden, BPK, dan MA. Masing-masing lembaga
tinggi negara tersebut mempunyai tugas, wewenang, dan hak
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sistem
pemerintahan bukan parlementer, tetapi presidensil.
Berdasarkan uraian diatas, maka didalam makalah yang singkat
ini penulis akan coba memaparkan tentang tugas-tugas dan
wewenang dari pada lembaga-lembaga tertinggi negara yang ada
di Indonesia setelah amandemen ke-4 UUD’45.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil sebagai
rumusan masalah adalah “ Apa tugas dan wewenang yang
diemban oleh lembaga-lembaga tinggi negara yang ada di
Indonesia setelah amandemen ke-4 UUD’45”.
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui tugas dan wewenang yang diemban
oleh lembaga-lembaga tinggi negara yang ada di Indonesia
setelah amandemen ke-4 UUD’45.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan merujuk pada aturan yang termaktub dalam UUD, maka
sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem Presidensial. Tidal
terdapat perubahan mengenai hal ini, meski Amandemen UUD
1945 mengubah aturan-aturan dasar dalam kehidupan bernegara
kita. Memang pernah terjadi pada masa awal kemerdekaan,
ketika UUD 1945 menjadi konstitusi Indonesia, kita
mempraktikkan demokrasi parlementer. Tetapi, berbagai
hambatan yang muncul dalam praktik tersebut kemudian
membuat kita kembali kepada praktik presidensialsme.
Sejak kembali pada UUD 1945 pad 5 Juli 1959 hingga
berakhirnya kekuasaan Soeharto pada 21 Mei 1998, praktik
presidensialisme di Indonesia lebih banyak menonjolkan peran
presiden secara berlebihan. Kenyataan yang demikian
menyadarkan bangsa Indonesia bahwa perlu ada perubahan agar
Presiden yang menjadi figur sentral dalam presidensialisme
tidak menjadi pemimpin yang otoriter. Karena itu, berbagai
perubahan peraturan dalam perundang-undangan coba dilakukan
sejak awal lahirnya era reformasi hingga kini. Perubahan yang
paling mendasar adalah dilakukannya Amandemen terhadap
UUD 1945 yang telah memberi peran yang lebih proporsional
terhadap lembaga-lembaga negara, begitu pula kontrol terhadap
kekuasaan presiden menjadi lebih ketat.
B. Saran
Dalam pelaksanaan kebijakan publik, harus diturunkan dalam
serangkaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang
berlakuinternal dalam birokrasi. Sedangkan dari sisi
masyarakat, yang penting adalah adanya suatu standar
pelayanan publik, yang menjabarkan pada masyarakat apa
pelayanan yang menjadi haknya, siapa yang bisa
mendapatkannya, apa persyaratannnya, juga bagaimana bentuk
layanan itu. Hal ini akan mengikat pemerintah (negara) sebagai
pemberi layanan dan masyarakat sebagai penerima layanan.
Fokus politik pada kebijakan publik mendekatkan kajian politik
pada administrasi negara, karena satuan analisisnya adalah
proses pengambilan keputusan sampai dengan evaluasi dan
pengawasan termasuk pelaksanaannya.
- grasi = pengampunan berupa perubahan, perubahan, peringanan, pengurangan, atau
penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh presiden.
- rehabilitasi = pemulihan kepada kedudukan atau keadaan yang dahulu atau semula
Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraanIndonesia yang memiliki wewenang
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
MenurutUUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.
Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan
oleh Presiden.
Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD,
dan DPRD (sesuai dengan kewenangannya).
[sunting]Sejarah
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-
Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah dikeluarkan Surat
Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang
pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada tanggal 1 Januari 1947
yang berkedudukan sementara di kota Magelang. Pada waktu itu Badan
Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk
memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal
12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di
Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam
memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara
masih menggunakan peraturan perundang-undangan yang dulu berlaku
bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa
Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW dan IAR.
Dalam Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948
tempat kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari
Magelang ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di
Yogyakarta tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23
ayat (5) UUD Tahun 1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang
diangkat berdasarkan SK Presiden RI tanggal 31 Januari 1950
No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus 1949.
Dengan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka
dibentuk Dewan Pengawas Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang
merupakan salah satu alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua
diangkatR. Soerasno mulai tanggal 31 Desember 1949, yang sebelumnya
menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta.
Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor menempati bekas
kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah Nederlandsch Indië
Civil Administratie (NICA).
Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS yang berada di
Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan berkedudukan di Bogor
menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia
Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa
Keuangan di Yogyakarta dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor.
Pada Tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan
berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas
Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.
Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan
Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas
Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan
kegiatannya masih tetap menggunakan ICW dan IAR.
Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg
Parama Arta, dan di dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta
resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah dikemukakan keinginan-
keinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga
dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka
pada tanggal 12 Oktober 1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195
Tahun 1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (PERPU) No.
6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru.
Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun 1965
yang antara lain menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin Besar
Revolusi pemegang kekuasaan pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas
penyusunan dan pengurusan Keuangan Negara. Ketua dan Wakil Ketua
BPK RI berkedudukan masing-masing sebagai Menteri Koordinator dan
Menteri.
Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.X/MPRS/1966 Kedudukan
BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga
Tinggi Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI perlu diubah
dan akhirnya baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5
Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah
mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan
Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga
pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan
dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan
kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya
lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu
lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional.
Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI
dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen BPK
RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5) kemudian dalam
Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri
(Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat
Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;
UU No.17 Tahun 2003 Tentang keuangan Negara UU No.1 Tahun 2004
Tentang Perbendaharaan Negara UU No. 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara