Anda di halaman 1dari 106

Pemerintah Daerah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Langsung ke: navigasi, cari
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi
lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap
daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan
undang-undang.
Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara
pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah
Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai
Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten
dan Daerah Kota dipilih secara demokratis. Pemerintah
daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

[sunting] Susunan
Pemerintah Daerah adalah unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Gubernur, Bupati,
atau Walikota, dan perangkat daerah.
Pemerintah Daerah dapat berupa:
 Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov), yang
terdiri atas Gubernur dan Perangkat Daerah, yang
meliputi Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan
Lembaga Teknis Daerah
 Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(Pemkab/Pemkot) yang terdiri atas Bupati/Walikota
dan Perangkat Daerah, yang meliputi Sekretariat
Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah,
Kecamatan, dan Kelurahan.
[sunting] Kepala Daerah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kepala Daerah
Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah
yang disebut kepala daerah. Kepala daerah untuk provinsi
disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan
untuk kota adalah walikota. Kepala daerah dibantu oleh
satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut
wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati
dan untuk kota disebut wakil walikota. Kepala dan wakil
kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban
serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai kewajiban
untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan
memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban
kepada DPRD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
masyarakat.
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah berhenti
karena:
1. meninggal dunia;
2. permintaan sendiri; atau
3. diberhentikan.
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan
sebagaimana dimaksud karena:
1. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat
yang baru;
2. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan;
3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah;
4. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan kepala
daerah dan/atau wakil kepala daerah;
5. tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah;
6. melanggar larangan bagi kepala daerah dan/atau
wakil kepala daerah.
Apabila kepala daerah berhenti dalam masa jabatannya
maka kepala daerah diganti oleh wakil kepala daerah
sampai berakhir masa jabatannya dan proses
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan keputusan Rapat
Paripurna DPRD dan disahkan oleh Presiden. Apabila
terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah dalam
masa jabatannya dan sisa masa jabatannya lebih dari 18
(delapan belas) bulan, kepala daerah mengusulkan 2 (dua)
orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat
Paripurna DPRD berdasarkan usul partai politik atau
gabungan partai politik yang pasangan calonnya terpilih
dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah berhenti
atau diberhentikan secara bersamaan dalam masa
jabatannya, Rapat Paripurna DPRD memutuskan dan
menugaskan KPUD untuk menyelenggarakan pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah paling lambat 6
(enam) bulan terhitung sejak ditetapkannya penjabat
kepala daerah.
[sunting] Wakil Pemerintah Pusat
Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga
sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi yang
bersangkutan, dalam pengertian untuk menjembatani dan
memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan
fungsi Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan
pemerintahan pada strata pemerintahan kabupaten dan
kota. Wakil pemerintah sebagaimana dimaksud adalah
perangkat pemerintah pusat dalam rangka dekonsentrasi.
Tugas dan wewenang Gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat adalah:
1. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kabupaten/kota;
2. koordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintah di
daerah provinsi dan kabupaten/kota;
3. koordinasi pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah
provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam kedudukannya tersebut, Gubernur bertanggung
jawab kepada Presiden.
[sunting] Perangkat Daerah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perangkat
Daerah
Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah,
sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis
daerah. Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas
sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah,
lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.
Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah.
Sekretaris Daerah diangkat dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi persyaratan. Sekretaris Daerah Provinsi
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul
Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota diangkat dan
diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sekretaris
Daerah karena kedudukannya sebagai pembina pengawai
negeri sipil di daerahnya.
Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD.
Sekretaris DPRD Provinsi diangkat dan diberhentikan
oleh Gubernur dengan persetujuan DPRD Provinsi.
Sekretaris DPRD Kabupaten/Kota diangkat dan
diberhentikan oleh Bupati/Walikota dengan persetujuan
DPRD Kabupaten/Kota.
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi
daerah. Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas yang
diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah dari
pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul
Sekretaris Daerah.
Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung
tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk badan,
kantor, atau rumah sakit umum daerah. Badan, kantor
atau rumah sakit umum daerah sebagaimana dimaksud
dipimpin oleh kepala badan, kepala kantor, atau kepala
rumah sakit umum daerah yang diangkat oleh kepala
daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat
atas usul Sekretaris Daerah.
Kecamatan dibentuk di wilayah Kabupaten/Kota dengan
Perda Kabupaten/Kota yang berpedoman pada Peraturan
Pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh seorang camat
yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota
untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Camat
diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris daerah
kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan Perda
Kabupaten/Kota yang berpedoman pada Peraturan
Pemerintah. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang
dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari
Bupati/Walikota. Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota
atas usul Camat dari pegawai negeri sipil yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
[sunting] Kepegawaian Daerah
Pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen
pegawai negeri sipil daerah dalam satu kesatuan
penyelenggaraan manajemen pegawai negeri sipil secara
nasional. Manajemen pegawai negeri sipil daerah tersebut
meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan,
pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji,
tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban kedudukan
hukum, pengembangan kompetensi, dan pengendalian
jumlah.
[sunting] Tugas dan Wewenang
Pemerintah daerah bersama-sama DPRD mengatur
(regelling) urusan pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangannya. Pemerintah daerah mengurus (bestuur)
urusan pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangannya. Pemerintah daerah wajib
menyebarluaskan Perda yang telah diundangkan dalam
Lembaran Daerah dan Peraturan Kepala Daerah yang
telah diundangkan dalam Berita Daerah.
Pada saat pemilihan kepala daerah pemerintah daerah
memberikan kesempatan yang sama kepada pasangan
calon untuk menggunakan fasilitas umum. KPUD
berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk
menetapkan lokasi pemasangan alat peraga untuk
keperluan kampanye.
Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah lain,
lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank,
dan masyarakat untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Pemerintah daerah dapat melakukan
pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman hutang
luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah
setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri.
Perjanjian penerusan pinjaman tersebut dilakukan antara
Menteri Keuangan dan Kepala Daerah.
Pemerintah daerah dengan persetujuan DPRD dapat
menerbitkan obligasi daerah untuk membiayai investasi
yang menghasilkan penerimaan daerah. Pemerintah
daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat
memberikan insentif dan/atau kemudahan kepada
masyarakat dan/atau investor yang diatur dalam Perda
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal
pada suatu Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik
swasta. Penyertaan modal tersebut dapat ditambah,
dikurangi, dijual kepada pihak lain, dan/atau dapat
dialihkan kepada badan usaha milik daerah. Pemerintah
daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan,
penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau
pembubarannya ditetapkan dengan Perda yang
berpedoman pada peraturan perundangundangan.
Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna
membiayai kebutuhan tertentu yang dananya tidak dapat
disediakan dalam satu tahun anggaran. Pengaturan
tentang dana cadangan daerah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi
surplus/defisit APBD kepada Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun anggaran
berjalan. Pemerintah daerah mengajukan rancangan Perda
tentang perubahan APBD, disertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD.
Pemerintah daerah dapat membentuk badan pengelola
pembangunan di kawasan perdesaan yang direncanakan
dan dibangun menjadi kawasan perkotaan. Pemerintah
daerah mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan kawasan
perkotaan.
Diperoleh dari
"http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah_Daerah"
Kategori: Pemerintahan daerah di Indonesia

Pemerintah Daerah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas
daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah provinsi,
daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara
pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati,
atau Walikota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai
Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten
dan Daerah Kota dipilih secara demokratis. Pemerintah
daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Susunan
 2 Kepala Daerah
 3 Wakil Pemerintah Pusat
 4 Perangkat Daerah
o 4.1 Kepegawaian
Daerah
 5 Tugas dan Wewenang

[sunting] Susunan
Pemerintah Daerah adalah unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Gubernur, Bupati,
atau Walikota, dan perangkat daerah.
Pemerintah Daerah dapat berupa:
 Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov), yang
terdiri atas Gubernur dan Perangkat Daerah, yang
meliputi Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan
Lembaga Teknis Daerah
 Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(Pemkab/Pemkot) yang terdiri atas Bupati/Walikota
dan Perangkat Daerah, yang meliputi Sekretariat
Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah,
Kecamatan, dan Kelurahan.
[sunting] Kepala Daerah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kepala Daerah
Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah
yang disebut kepala daerah. Kepala daerah untuk provinsi
disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan
untuk kota adalah walikota. Kepala daerah dibantu oleh
satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut
wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati
dan untuk kota disebut wakil walikota. Kepala dan wakil
kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban
serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai kewajiban
untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan
memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban
kepada DPRD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
masyarakat.
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah berhenti
karena:
1. meninggal dunia;
2. permintaan sendiri; atau
3. diberhentikan.
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan
sebagaimana dimaksud karena:
1. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat
yang baru;
2. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan;
3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah;
4. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan kepala
daerah dan/atau wakil kepala daerah;
5. tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah;
6. melanggar larangan bagi kepala daerah dan/atau
wakil kepala daerah.
Apabila kepala daerah berhenti dalam masa jabatannya
maka kepala daerah diganti oleh wakil kepala daerah
sampai berakhir masa jabatannya dan proses
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan keputusan Rapat
Paripurna DPRD dan disahkan oleh Presiden. Apabila
terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah dalam
masa jabatannya dan sisa masa jabatannya lebih dari 18
(delapan belas) bulan, kepala daerah mengusulkan 2 (dua)
orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat
Paripurna DPRD berdasarkan usul partai politik atau
gabungan partai politik yang pasangan calonnya terpilih
dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah berhenti
atau diberhentikan secara bersamaan dalam masa
jabatannya, Rapat Paripurna DPRD memutuskan dan
menugaskan KPUD untuk menyelenggarakan pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah paling lambat 6
(enam) bulan terhitung sejak ditetapkannya penjabat
kepala daerah.
[sunting] Wakil Pemerintah Pusat
Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga
sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi yang
bersangkutan, dalam pengertian untuk menjembatani dan
memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan
fungsi Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan
pemerintahan pada strata pemerintahan kabupaten dan
kota. Wakil pemerintah sebagaimana dimaksud adalah
perangkat pemerintah pusat dalam rangka dekonsentrasi.
Tugas dan wewenang Gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat adalah:
1. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kabupaten/kota;
2. koordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintah di
daerah provinsi dan kabupaten/kota;
3. koordinasi pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah
provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam kedudukannya tersebut, Gubernur bertanggung
jawab kepada Presiden.
[sunting] Perangkat Daerah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perangkat
Daerah
Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah,
sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis
daerah. Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas
sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah,
lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.
Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah.
Sekretaris Daerah diangkat dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi persyaratan. Sekretaris Daerah Provinsi
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul
Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota diangkat dan
diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sekretaris
Daerah karena kedudukannya sebagai pembina pengawai
negeri sipil di daerahnya.
Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD.
Sekretaris DPRD Provinsi diangkat dan diberhentikan
oleh Gubernur dengan persetujuan DPRD Provinsi.
Sekretaris DPRD Kabupaten/Kota diangkat dan
diberhentikan oleh Bupati/Walikota dengan persetujuan
DPRD Kabupaten/Kota.
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi
daerah. Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas yang
diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah dari
pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul
Sekretaris Daerah.
Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung
tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk badan,
kantor, atau rumah sakit umum daerah. Badan, kantor
atau rumah sakit umum daerah sebagaimana dimaksud
dipimpin oleh kepala badan, kepala kantor, atau kepala
rumah sakit umum daerah yang diangkat oleh kepala
daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat
atas usul Sekretaris Daerah.
Kecamatan dibentuk di wilayah Kabupaten/Kota dengan
Perda Kabupaten/Kota yang berpedoman pada Peraturan
Pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh seorang camat
yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota
untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Camat
diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris daerah
kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan Perda
Kabupaten/Kota yang berpedoman pada Peraturan
Pemerintah. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang
dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari
Bupati/Walikota. Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota
atas usul Camat dari pegawai negeri sipil yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
[sunting] Kepegawaian Daerah
Pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen
pegawai negeri sipil daerah dalam satu kesatuan
penyelenggaraan manajemen pegawai negeri sipil secara
nasional. Manajemen pegawai negeri sipil daerah tersebut
meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan,
pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji,
tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban kedudukan
hukum, pengembangan kompetensi, dan pengendalian
jumlah.
[sunting] Tugas dan Wewenang
Pemerintah daerah bersama-sama DPRD mengatur
(regelling) urusan pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangannya. Pemerintah daerah mengurus (bestuur)
urusan pemerintahan daerah yang menjadi
kewenangannya. Pemerintah daerah wajib
menyebarluaskan Perda yang telah diundangkan dalam
Lembaran Daerah dan Peraturan Kepala Daerah yang
telah diundangkan dalam Berita Daerah.
Pada saat pemilihan kepala daerah pemerintah daerah
memberikan kesempatan yang sama kepada pasangan
calon untuk menggunakan fasilitas umum. KPUD
berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk
menetapkan lokasi pemasangan alat peraga untuk
keperluan kampanye.
Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah lain,
lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank,
dan masyarakat untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Pemerintah daerah dapat melakukan
pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman hutang
luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah
setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri.
Perjanjian penerusan pinjaman tersebut dilakukan antara
Menteri Keuangan dan Kepala Daerah.
Pemerintah daerah dengan persetujuan DPRD dapat
menerbitkan obligasi daerah untuk membiayai investasi
yang menghasilkan penerimaan daerah. Pemerintah
daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat
memberikan insentif dan/atau kemudahan kepada
masyarakat dan/atau investor yang diatur dalam Perda
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal
pada suatu Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik
swasta. Penyertaan modal tersebut dapat ditambah,
dikurangi, dijual kepada pihak lain, dan/atau dapat
dialihkan kepada badan usaha milik daerah. Pemerintah
daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan,
penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau
pembubarannya ditetapkan dengan Perda yang
berpedoman pada peraturan perundangundangan.
Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna
membiayai kebutuhan tertentu yang dananya tidak dapat
disediakan dalam satu tahun anggaran. Pengaturan
tentang dana cadangan daerah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi
surplus/defisit APBD kepada Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun anggaran
berjalan. Pemerintah daerah mengajukan rancangan Perda
tentang perubahan APBD, disertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD.
Pemerintah daerah dapat membentuk badan pengelola
pembangunan di kawasan perdesaan yang direncanakan
dan dibangun menjadi kawasan perkotaan. Pemerintah
daerah mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan kawasan
perkotaan.
Komando Distrik Militer
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Komando Distrik Militer (disingkat Kodim) adalah
komando pembinaan dan operasional kewilayahan TNI
Angkatan Darat di bawah Korem. Kodim membawahi
beberapa Komando Rayon Militer (Koramil).
Di beberapa Kodam, seperti Kodam VI/Tanjungpura,
Kodim beroperasi di wilayah Daerah Tingkat II, baik kota
maupun kabupaten.

Kordim di Indonesia
N Mar
Nama Keterangan
o kas

Kodim 0101/Aceh
Besar

Kodim 0102/Pidie

Kodim 0103/Aceh
Utara

Kodim 0104/Aceh
Timur

Kodim 0105/Aceh
Barat

Kodim 0106/Aceh
Tengah

Kodim 0107/Aceh
Selatan
Kodim 0108/Aceh
Tenggara

Kodim 0109/Aceh
Singkil

Kodim 0110/Aceh
Barat Daya

Kodim 0111/Bireuen

Kodim 0112/Sabang

Kodim 0201/BS Kota


Medan

Kodim 0202

Kodim 0203/Langkat

Kodim 0204/Deli
Serdang
Kodim 0205/Tanah
Karo

Kodim 0206/Dairi

Kodim
0207/Simalungun

Kodim 0208/Asahan

Kodim 0209/Labuhan
Batu

Kodim 0210/Tapanuli
Utara

Kodim 0211/Tapanuli
Tengah

Kodim 0212/Tapanuli
Selatan

Kodim 0213/Nias
Kodim 0214/Indragiri
Hilir

Kodim 0501/Jakarta
Pusat

Kodim 0502/Jakarta
Utara

Kodim 0503/Jakarta
Barat

Kodim 0507/Bekasi

Kodim 0508/Depok

Kodim
0601/Pandegalang

Kodim 0602/Serang

Kodim 0603/Lebak
Kodim 0604/Karawang

Kodim 0605/Subang

Kodim 0606/Kota
Bogor

Kodim 0607/Sukabumi

Kodim 0608/Cianjur

Kodim 0609/Kabupaten
Bandung

Kodim 0610/Sumedang

Kodim 0611/Garut

Kodim
0612/Tasikmalaya

Kodim 0703/Cilacap
Kodim
0704/Banjarnegara

Kodim 0705/Magelang

Kodim
0706/Temanggung

Kodim 0707/Wonosobo

Kodim 0708/Purworejo

Kodim 0709/Kebumen

Kodim
0710/Pekalongan

Kodim 0711/Pemalang

Kodim 0712/Tegal

Kodim 0713/Brebes
Kodim 0714/Salatiga

Kodim 0715/Kendal

Kodim 0716/Demak

Kodim 0717/Purwodadi

Kodim 0718/Pati

Kodim 0719/Jepara

Kodim 0720/Rembang

Kodim 0721/Blora

Kodim 0722/Kudus

Kodim 0723/Klaten

Kodim 0724/Boyolali
Kodim 0725/Sragen

Kodim 0726/Sukoharjo

Kodim
0727/Karanganyar

Kodim 0728/Wonogiri

Kodim 0729/Bantul

Kodim 0730/Gunung
Kidul

Kodim 0731/Kulon
Progo

Kodim 0732/Sleman

Kodim 0733/BS Kota


Semarang

Kodim
0734/Yogyakarta

Kodim 0735/Surakarta

Kodim 0736/Batang

Kodim 0801/Pacitan

Kodim 0802/Ponorogo

Kodim 0803/Madiun

Kodim 0804/Magetan

Kodim 0805/Ngawi

Kodim
0806/Trenggalek

Kodim
0807/Tulungagung

Kodim 0808/Blitar
Kodim 0809/Kediri

Kodim 0810/Nganjuk

Kodim 0811/Tuban

Kodim 0812/Lamongan

Kodim
0813/Bojonegoro

Kodim 0814/Jombang

Kodim 0815/Mojokerto

Kodim 0816/Sidoarjo

Kodim 0817/Gresik

Kodim 0818/Kabupaten
Malang

Kodim 0819/Pasuruan
Kodim
0820/Probolinggo

Kodim 0821/Lumajang

Kodim
0822/Bondowoso

Kodim 0823/Situbondo

Kodim 0824/Jember

Kodim
0825/Banyuwangi

Kodim 0826/Pamekasan

Kodim 0827/Sumenep

Kodim 0828/Sampang

Kodim 0829/Bangkalan
Kodim 0830/Surabaya
Utara

Kodim 0831/Surabaya
Timur

Kodim 0832/Surabaya
Selatan

Kodim 0833/Kota
Malang

Korem 091/Aji Surya


Kodim 0901/Samarinda
Natakesuma

Kodim 0902/Tanjung Korem 091/Aji Surya


Redep Natakesuma

Kodim 0903/Tanjung Korem 091/Aji Surya


Selor Natakesuma

Kodim 0904/Tanah Korem 091/Aji Surya


Grogot Natakesuma
Kodim Korem 091/Aji Surya
0905/Balikpapan Natakesuma

Kodim Korem 091/Aji Surya


0906/Tenggarong Natakesuma

Korem 091/Aji Surya


Kodim 0907/Tarakan
Natakesuma

Korem 091/Aji Surya


Kodim 0908/Bontang
Natakesuma

Korem 091/Aji Surya


Kodim 0909/Sangata
Natakesuma

Korem 091/Aji Surya


Kodim 0910/Malinau
Natakesuma

Korem 091/Aji Surya


Kodim 0911/Nunukan
Natakesuma

Kodim 1001/Amuntai Korem 101/Antasari


Kodim 1002/Barabai Korem 101/Antasari

Kodim
Korem 101/Antasari
1003/Kandangan

Kodim 1004/Kotabaru Korem 101/Antasari

Kodim 1005/Batola Korem 101/Antasari

Kodim 1006/Martapura Korem 101/Antasari

Kodim
Korem 101/Antasari
1007/Banjarmasin

Kodim 1008/Tabalong Korem 101/Antasari

Kodim 1009/Pleihari Korem 101/Antasari

Kodim 1010/Rantau Korem 101/Antasari

Kodim 1011/Kuala Korem 102/Panju


Kapuas Panjung
Korem 102/Panju
Kodim 1012/Buntok
Panjung

Kodim 1013/Muara Korem 102/Panju


Teweh Panjung

Kodim 1014/Pangkalan Korem 102/Panju


Bun Panjung

Korem 102/Panju
Kodim 1015/Sampit
Panjung

Kodim 1016/Palangka Korem 102/Panju


Raya Panjung

Kodim Korem 121/Alambhana


1201/Mempawah Wanawai

Korem 121/Alambhana
Kodim 1202/Sambas
Wanawai

Korem 121/Alambhana
Kodim 1203/Ketapang
Wanawai
Korem 121/Alambhana
Kodim 1204/Sanggau
Wanawai

Korem 121/Alambhana
Kodim 1205/Sintang
Wanawai

Korem 121/Alambhana
Kodim 1206/Putussibau
Wanawai

Korem 121/Alambhana
Kodim 1207/Pontianak
Wanawai

Kodim 1301/Sangihe
Talaud

Kodim 1302/Minahasa

Kodim 1303/Bolaang
Mongondow

Kodim 1304/Gorontalo

Kodim 1309/Manado
Kodim 1310/Bitung

Kodim 1401/Majene

Kodim 1402/Polewali
Mandar

Kodim
1403/Sawerigading
Palopo

Kodim 1404/Pinrang

Kodim 1405/Pare Pare

Kodim 1406/Wajo

Kodim 1407/Bone

Kodim 1408/BS
Makassar

Kodim 1409/Gowa
Kodim 1410/Bantaeng

Kodim
1411/Bulukumba

Kodim 1412/Kolaka

Kodim 1413/Buton

Kodim 1414/Tanatoraja

Kodim 1415/Selayar

Kodim 1416/Raha

Kodim 1417/Kendari

Kodim 1418/Mamuju

Kodim 1419/Enrekang

Kodim 1420/Sidrap
Kodim 1421/Pangkep

Kodim 1422/Maros

Kodim 1423/Soppeng

Kodim 1424/Sinjai

Kodim 1425/Jeneponto

Kodim 1426/Takalar

Kodim 1501/Ternate

Kodim 1502/Masohi

Kodim 1503/Tual

Kodim 1504/Ambon

Kodim 1505/Tidore
Kodim 1506/Namlea

Kodim 1507/Saumlaki

Kodim 1508/Tobelo

Kodim 1509/Labuhan

Kodim 1601/Sumba
Timur

Kodim 1602/Ende

Kodim 1603/Sikka

Kodim 1604/Kupang

Kodim 1605/Belu

Kodim 1606/Lombok
Barat

Kodim 1607/Sumbawa
Kodim 1608/Bima

Kodim 1609/Buleleng

Kodim 1610/Klungkung

Kodim 1611/Badung

Kodim 1612/Manggarai

Kodim 1613/Sumba
Barat

Kodim 1614/Dompu

Kodim 1615/Lombok
Timur

Kodim 1616/Gianyar

Kodim 1617/Jembrana

Kodim 1618/Timor
Timur Utara

Kodim 1619/Tabanan

Kodim 1620/Lombok
Tengah

Kodim 1621/Timor
Timur Selatan

Kodim 1622/Alor

Kodim
1623/Karangasem

Kodim 1624/Larantuka

Kodim 1625/Ngada

Kodim 1626/Bangli

Kodim 1627/Dili
Kodim 1628/Baucau

Kodim 1629/Los Palos

Kodim 1630/Viqueque

Kodim 1631/Manatuto

Kodim 1632/Aileu

Kodim 1633/Ainaro

Kodim 1634/Manufahi

Kodim 1635/Bobonaro

Kodim 1636/Maliana

Kodim 1637/Ermera

Kodim 1638/Liquiça
Kodim 1701/Jayapura

Kodim 1702/Jayawijaya

Kodim
1703//Manokwari

Kodim 1704/Sorong

Kodim 1705/Paniai

Kodim 1706/Fakfak

Kodim 1707/Merauke

Kodim 1708/Biak
Numfor

Kodim 1709/Yapen
Waropen

Kodim 1710/Mimika
Kodim 1711/Boven
Digoel

Kodim 1712/Sarmi

Kodim 1713/Kaimana

Artikel bertopik TNI ini adalah sebuah rintisan. Anda


  dapat membantu Wikipedia dengan
mengembangkannya.
Diperoleh dari
"http://id.wikipedia.org/wiki/Komando_Distrik_Militer"
Kategori: TNI-AD | Kodim di Indonesia
Kategori tersembunyi: Rintisan bertopik TNI
Tampilan
 Halaman
 Pembicaraan
 Sunting
 ↑
 Versi terdahulu
Peralatan pribadi
 Coba Beta
 Masuk log / buat akun
Cari
Istimewa:Pencari DPRD Tuju ke
  Cari

Navigasi
 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Peristiwa terkini
 Halaman sembarang
Komunitas
 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan
wikipedia
 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
Cetak/ekspor
 Buat buku
 Unduh sebagai PDF
 Versi cetak
Kotak peralatan
 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Kutip halaman ini

 Halaman ini terakhir diubah pada 08:26, 11


Desember 2008.
 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi
Serupa Creative Commons; ketentuan tambahan
mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk
lebih jelasnya.
 Kebijakan pri

Komando Rayon Militer


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi
standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke
dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah
dirapikan, tolong hapus pesan ini.
Komando Rayon Militer atau biasa juga disebut
Koramil adalah satuan tingkat kecamatan dari TNI yang
langsung berhubungan dengan pejabat dan masyarakat
sipil. Pemimpinnya adalah Komandan Rayon Militer
(Danramil)
Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Tugas Pokok
 2 Sejarah
 3 Fungsi
o 3.1 Fungsi Utama
o 3.2 Fungsi Organik Militer
o 3.3 Fungsi Organik
pembinaan

[sunting] Tugas Pokok


Dalam upaya pertahanan keamanan, Tentara Nasional
Indonesia menganut doktrin Sistem Pertahanan
Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) yang
merupakan upaya pengerahan seluruh kekuatan nasional
untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta mengamankan segala usaha untuk mencapai tujuan
nasional. Sebagai Komando Teritorial pada tingkat yang
paling rendah yaitu di kecamatan, Komando Rayon
Militer (Koramil) mempunyai peran yang sangat penting
yaitu sebagai ujung tombak pelaksanaan Sishankamrata
itu.
Di dalam kerangka Sishankamrata itu (berdasarkan UU
no 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dinamakan
Siatem Pertahanan Semesta), Koramil mempunyai tugas
pokok menyelenggarakan Pembinaan Teritorial dan
Perlawanan Rakyat yang meliputi pembinaan geografis,
demografis dan kondisi sosial dalam rangka menciptakan
Ruang, Alat dan Kondisi Juang yang tangguh di
daerahnya untuk kepentingan Pertahanan Keamanan
Negara (Hankamneg).
[sunting] Sejarah
Pada tahun 1950an, peran ini dilakukan oleh BODM
(Bintara Onder Distrik Militer) dan pada tahun 1960an
disebut Puterpra/Buterpra (Perwira/Bintara Urusan
Teritorial dan Perlawanan Rakyat)
[sunting] Fungsi
Untuk menyelanggarakan tugas pokok itu Koramil
mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
[sunting] Fungsi Utama
1. Pembinaan Teritorial
2. Perlawanan Rakyat
[sunting] Fungsi Organik Militer
1. Aspek Medan
2. Hansip-Wankamra dan peran serta masyarakat dalam
bela negara
3. Logistik Wilayah
4. Keamanan dan Ketahanan Wilayah
[sunting] Fungsi Organik pembinaan
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengendalian dan pengawasan
Diperoleh dari
"http://id.wikipedia.org/wiki/Komando_Rayon_Militer"
Kategori: Artikel yang belum dirapikan September 2009 |
TNI-AD
Polisi Pamong Praja (SATPOLPP)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Lambang Polisi Pamong Praja Indonesia


Kendaraan Polisi Pamong Praja

Dua orang Polisi Pamong Praja sedang membaca koran


Satuan Polisi Pamong Praja, disingkat Satpol PP,
adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara
ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan
Peraturan Daerah. Satpol PP merupakan perangkat daerah
yang dapat berbentuk Dinas Daerah atau Lembaga Teknis
Daerah.[1]
Satpol PP dapat berkedudukan di Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota.
 Di Daerah Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja
dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah
 Di Daerah Kabupaten/Kota, Satuan Polisi Pamong
Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota
melalui Sekretaris Daerah
Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, sehingga antar
daerah bisa saja memiliki nama, organisasi, dan tata kerja
yang berbeda-beda.
[sunting] Sejarah
Polisi Pamong Praja didirikan di Yogyakarta pada tanggal
3 Maret 1950 moto PRAJA WIBAWA, untuk mewadahi
sebagian ketugasan pemerintah daerah. Sebenarnya
ketugasan ini telah dilaksanakan pemerintah sejak zaman
kolonial. Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja
setelah proklamasi kemerdekaan dimana diawali dengan
kondisi yang tidak stabil dan mengancam NKRI,
dibentuklah Detasemen Polisi sebagai Penjaga Keamanan
Kapanewon di Yogjakarta sesuai dengan Surat Perintah
Jawatan Praja di Daerah Istimewa Yogyakarta [2] untuk
menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Pada tanggal 10 November 1948, lembaga ini berubah
menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja [3].
Di Jawa dan Madura Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk
tanggal 3 Maret 1950[4]. Inilah awal mula terbentuknya
Satpol PP. dan oleh sebab itu, setiap tanggal 3 Maret
ditetapkan sebagai Hari Jadi Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP) dan diperingati setiap tahun.
Pada Tahun 1960, dimulai pembentukan Kesatuan Polisi
Pamong Praja di luar Jawa dan Madura [5], dengan
dukungan para petinggi militer /Angkatan Perang.
Tahun 1962 namanya berubah menjadi Kesatuan Pagar
Baya[6] untuk membedakan dari korps Kepolisian Negara
seperti dimaksud dalam UU No 13/1961 tentang Pokok-
pokok Kepolisian.
Tahun 1963 berubah nama lagi menjadi Kesatuan Pagar
Praja[7]. Istilah Satpol PP mulai terkenal sejak
pemberlakuan UU No 5/1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah. Pada Pasal 86 (1) disebutkan,
Satpol PP merupakan perangkat wilayah yang
melaksanakan tugas dekonsentrasi.
Saat ini UU 5/1974 tidak berlaku lagi, digantikan UU No
22/1999 dan direvisi menjadi UU No 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 148 UU 32/2004
disebutkan, Polisi Pamong Praja adalah perangkat
pemerintah daerah dengan tugas pokok menegakkan
perda, menyelenggarakan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat sebagai pelaksanaan tugas
desentralisasi.
Untuk Kabupaten Temanggung sendiri SATPOL PP
terbentuk pada tanggal 9 Mei 1992 yang anggotanya
terdiri dari gabungan anggota KETERTIBAN UMUM
( TIBUM ) dan Anggota SATUAN TUGAS
PENGELOLA DAERAH PERKOTAAN yang pada saat
itu dibawah MATRIK HANSIP, sehingga kedua pasukan
gabungan tersebut lebur menjadi satu dibawah nama
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN
TEMANGGUNG dengan tugas membantu Kepala
Wilayah dalam menyelenggarakan Pemerintahan Umum
[8]
khususnya dibidang Ketentraman dan Ketertiban di
wilayah Kabupaten Temanggung.[9]
[sunting] Referensi
1. ^ Pasal 148 Undang Undang RI No 32/2004
2. ^ Surat Perintah Kepala Jawatan Praja Daerah
Istimewa Yogyakarta No 1/1948 tanggal 30 Oktober
1948 tentang Detasemen Polisi
3. ^ Surat Perintah kepala Jawatan Praja Daerah
Istimewa Yogyakarta No 2/1948
4. ^ Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
UR32/2/21/Tahun 1950 tentang Perubahan
Detasemen Pamong Praja menjadi Kesatuan Polisi
Pamong Praja
5. ^ Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah No. 7 Tahun 1960 tanggal 30 Nopember 1960
6. ^ Peraturan Menteri Pemerintah Umum dan Otonomi
Daerah No. 10 Tahun 1962 tertanggal 11 Juni 1962
7. ^ Peraturan Menteri Pemerintahan Umum dan
Otonomi Daerah No. 1 Tahun 1963 tanggal 11
Februari 1963
8. ^ pasal 86 Undang Undang RI No. 5 Tahun 1974
9. ^ Keputusan Bupati Temanggung No. 061.1/83/1993
tanggal 28 Maret 1993 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Pamong Praja di
Kabupaten Temanggung
[sunting] Lihat pula
 Dinas daerah
 Lembaga teknis daerah
 Pemerintahan daerah
Artikel bertopik Indonesia ini adalah sebuah rintisan.
  Anda dapat membantu Wikipedia dengan
mengembangkannya.
Diperoleh dari
"http://id.wikipedia.org/wiki/Polisi_Pamong_Praja"
Kategori: Pemerintahan daerah di Indonesia | Satuan
pertahanan dan keamanan di Indonesia
Kepolisian Resort
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kepolisian Resort (Polres) adalah struktur komando
Kepolisian Republik Indonesia di daerah tingkat II
semisal di kota atau kabupaten. Kepolisian Resort di kota
biasanya disingkat menjadi Polresta berupa kepanjangan
dari Kepolisian Resort Kota.
Di kota-kota besar semisal di Medan, kepolisian resort
adalah berbentuk Kepolisian Kota Besar (Poltabes).
Poltabes MS merupakan struktur kepolisian yang
membawahi wilayah Kota Medan dan sekitarnya.
Kepolisian Resort biasanya dikepalai oleh seorang Kepala
Kepolisian Resort (Kapolres).
[sunting] Lihat pula
 Kepolisian Daerah
 Kepolisian Resort Kota
 Kepolisian Sektor
 Kepolisian Sektor Kota
 Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia
 Polri
Kepolisian Daerah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Kantor Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan.


Kepolisian Daerah (Polda) adalah struktur komando
Kepolisian Republik Indonesia di daerah tingkat I semisal
provinsi atau daerah istimewa. Kepolisian daerah
merupakan perpanjangan tangan langsung dari Mapolri.
Kepolisian Sektor
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kepolisian Sektor (Polsek) adalah struktur komando
Kepolisian Republik Indonesia di tingkat dasar, biasanya
di kecamatan-kecamatan. Kepolisian sektor di kota-kota
besar biasanya disebut sebagai Kepolisian Sektor Kota
(Polsekta).
Kepolisian Resort
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kepolisian Resort Kota)
Langsung ke: navigasi, cari
Kepolisian Resort (Polres) adalah struktur komando
Kepolisian Republik Indonesia di daerah tingkat II
semisal di kota atau kabupaten. Kepolisian Resort di kota
biasanya disingkat menjadi Polresta berupa kepanjangan
dari Kepolisian Resort Kota.
Di kota-kota besar semisal di Medan, kepolisian resort
adalah berbentuk Kepolisian Kota Besar (Poltabes).
Poltabes MS merupakan struktur kepolisian yang
membawahi wilayah Kota Medan dan sekitarnya.
Kepolisian Resort biasanya dikepalai oleh seorang Kepala
Kepolisian Resort (Kapolres).
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Halaman ini telah dihapus. Sebagai referensi, berikut
adalah log penghapusan dan pemindahan halaman ini.
 04:40, 26 April 2006 Stephensuleeman (Bicara |
kontrib) menghapus "Markas Besar Kepolisian
Republik Indonesia" (isinya hanya berupa: 'saya
tidak melanggar hak cipta' (dan satu-satunya
penyumbang adalah '202.155.55.82'))
Tidak ada teks di halaman ini. Anda dapat pencarian judul
dihalaman lain, atau cari log yang berhubungan.
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Polri)
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi
standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke
dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah
dirapikan, tolong hapus pesan ini.
Lambang Polri

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah


Kepolisian Nasional di Indonesia, yang bertanggung
jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban
tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri
dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Kapolri). Saat ini Kapolri dijabat
oleh Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri, yang
mulai bertugas tanggal 1 Oktober 2008.
Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Sejarah
o 1.1 Zaman Hindia Belanda[rujukan?]
o 1.2 Zaman pendudukan Jepang[rujukan?]
o 1.3 Zaman revolusi fisik[rujukan?]
o 1.4 Kepolisioan pasca proklamasi[rujukan?]
o 1.5 Zaman Republik indonesia Serikat (RIS)[rujukan?]
o 1.6 Zaman Demokrasi Parlementer[rujukan?]
o 1.7 Zaman Demokrasi Terpimpin[rujukan?]
o 1.8 Zaman Orde Baru[rujukan?]
o 1.9 Pasukan Polisi Republik Indonesia[rujukan?]
 2 Organisasi
o 2.1 Mabes
 2.1.1 Unsur Pimpinan
 2.1.2 Unsur Pembantu Pimpinan dan
Pelaksana Staf
 2.1.3 Unsur Pelaksana Pendidikan dan
Pelaksana Staf Khusus
 2.1.4 Unsur Pelaksana Utama Pusat
 2.1.5 Satuan Organisasi Penunjang lainnya
o 2.2 Polda
 3 Polri kini
 4 Polisi dan korupsi
 5 Polisi dan Lalu Lintas
 6 Lihat pula
 7 Pranala luar
 8 Catatan kaki

[sunting] Sejarah
[sunting] Zaman Hindia Belanda[rujukan?]
Kedudukan, tugas, fungsi, organisasi, hubungan dan tata
cara kerja kepolisian pada zaman Hindia Belanda tentu
diabdikan untuk kepentingan pemerintah kolonial. Sampai
jatuhnya Hindia Belanda, kepolisian tidak pernah
sepenuhnya di bawah Departemen Dalam Negeri. Di
Departemen Dalam Negeri memang berkantor "Hoofd
van de Dienst der Algemene Politie" yang hanya bertugas
di bidang administrasi/pembinaan, seperti kepegawaian,
pendidikan SPN (Sekolah Polisi Negeri di Sukabumi),
dan perlengkapan kepolisian.
Wewenang operasional kepolisian ada pada residen yang
dibantu asisten residen. Rechts politie
dipertanggungjawabkan pada procureur generaal (jaksa
agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat bermacam-
macam bentuk kepolisian, seperti veld politie (polisi
lapangan) , stands politie (polisi kota), cultur politie
(polisi pertanian), bestuurs politie (polisi pamong praja),
dan lain-lain.
Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada
kepolisian juga diterapkan pembedaan jabatan bagi
bangsa Belanda dan pribumi. Pada dasarnya pribumi tidak
diperkenankan menjabat hood agent (bintara), inspekteur
van politie, dan commisaris van politie. Untuk pribumi
selama menjadi agen polisi diciptakan jabatan seperti
mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi.
Demikian pula dalam praktek peradilan pidana terdapat
perbedaan kandgerecht dan raad van justitie.[rujukan?]
[sunting] Zaman pendudukan Jepang[rujukan?]
Pada masa pendudukan Jepang 1942-1945, pemerintahan
kepolisan Jepang membagi Indonesia dalam dua
lingkungan kekuasaan, yaitu:
1. Sumatera, Jawa, dan Madura dikuasai oleh Angkatan
Darat Jepang.
2. Indonesia bagian timur dan Kalimantan dikuasai
Angkatan Laut Jepang.
Dalam masa ini banyak anggota kepolisian bangsa
Indonesia menggantikan kedudukan dan kepangkatan
bagi bangsa Belanda sebelumnya. Pusat kepolisian di
Jakarta dinamakan keisatsu bu dan kepalanya disebut
keisatsu elucho. Kepolisian untuk Jawa dan Madura juga
berkedudukan di Jakarta, untuk Sumatera berkedudukan
di Bukittinggi, Indonesia bagian timur berkedudukan di
Makassar, dan Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin.
Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh
seorang pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu
didampingi oleh pejabat Jepang yang disebut sidookaan
yang dalam praktek lebih berkuasa dari kepala polisi.
Beda dengan zaman Hindia Belanda yang menganut HIR,
pada akhir masa pendudukan Jepang yang berwenang
menyidik hanya polisi dan polisi juga memimpin
organisasi yang disebut keibodan (semacam hansip).
[rujukan?]

[sunting] Zaman revolusi fisik[rujukan?]


Tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu, pemerintah militer Jepang membubarkan Peta dan
Gyu-Gun, sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk
waktu Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara resmi
kepolisian menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka.
Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad
Jassin, Komandan Polisi di Surabaya, pada tanggal 21
Agustus 1945 memproklamasikan kedudukan polisi
sebagai Polisi Republik Indonesia menyusul dibentuknya
Badan Kepolisian Negara (BKN) oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 19 Agustus 1945.
Pada 29 September 1945 Presiden RI melantik Kepala
Kepolisian RI (Kapolri) pertama Jenderal Polisi R.S.
Soekanto. Adapun ikrar Polisi Istimewa tersebut
berbunyi:
“Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perdjoeangan
mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan
ini menyatakan Poelisi Istimewa sebagai Poelisi
Repoeblik Indonesia.”[rujukan?]

[sunting] Kepolisioan pasca proklamasi[rujukan?]


Setelah proklamasi, tentunya tidak mungkin mengganti
peraturan perundang-undangan, karena masih
diberlakukan peraturan perundang-undangan Hindia
Belanda, termasuk mengenai kepolisian, seperti tercantum
dalam peraturan peralihan UUD 1945.
Tanggal 1 Juli 1946 dengan Ketetapan Pemerintah No.
11/SD/1946 dibentuk Djawatan Kepolisian Negara yang
bertanggung jawab langsung kepada perdana menteri.
Semua fungsi kepolisian disatukan dalam Jawatan
Kepolisian Negara yang memimpin kepolisian di seluruh
tanah air. Dengan demikian lahirlah Kepolisian Nasional
Indonesia yang sampai hari ini diperingati sebagai Hari
Bhayangkara.
Hal yang menarik, saat pembentukan Kepolisian Negara
tahun 1946 adalah jumlah anggota Polri sudah mencapai
31.620 personel, sedang jumlah penduduk saat itu belum
mencapai 60 juta jiwa. Dengan demikian “police
population ratio” waktu itu sudah 1:500. (Pada 2001,
dengan jumlah penduduk 210 juta jiwa, jumlah polisi
hanya 170 ribu personel, atau 1:1.300)[rujukan?]
Sebagai bangsa dan negara yang berjuang
mempertahankan kemerdekaan maka Polri di samping
bertugas sebagai penegak hukum juga ikut bertempur di
seluruh wilayah RI. Polri menyatakan dirinya
“combatant” yang tidak tunduk pada Konvensi Jenewa.
Polisi Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade, sebagai
kesatuan khusus untuk perjuangan bersenjata, seperti
dikenal dalam pertempuran 10 November di Surabaya, di
front Sumatera Utara, Sumatera Barat, penumpasan
pemberontakan PKI di Madiun, dan lain-lain.
Pada masa kabinet presidential, pada tanggal 4 Februari
1948 dikeluarkan Tap Pemerintah No. 1/1948 yang
menetapkan bahwa Polri dipimpin langsung oleh
presiden/wakil presiden dalam kedudukan sebagai
perdana menteri/wakil perdana menteri.
Pada masa revolusi fisik, Kapolri Jenderal Polisi R.S.
Soekanto telah mulai menata organisasi kepolisian di
seluruh wilayah RI. Pada Pemerintahan Darurat RI
(PDRI) yang diketuai Mr. Sjafrudin Prawiranegara
berkedudukan di Sumatera Tengah, Jawatan Kepolisian
dipimpin KBP Umar Said (tanggal 22 Desember 148).
[rujukan?]

[sunting] Zaman Republik indonesia Serikat (RIS)


[rujukan?]

Hasil Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan


Belanda dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), maka
R.S. Sukanto diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian
Negara RIS dan R. Sumanto diangkat sebagai Kepala
Kepolisian Negara RI berkedudukan di Yogyakarta.
Dengan Keppres RIS No. 22 tahun 1950 dinyatakan
bahwa Jawatan Kepolisian RIS dalam kebijaksanaan
politik polisional berada di bawah perdana menteri
dengan perantaraan jaksa agung, sedangkan dalam hal
administrasi pembinaan, dipertanggungjawabkan pada
menteri dalam negeri.
Umur RIS hanya beberapa bulan. Sebelum dibentuk
Negara Kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950, pada
tanggal 7 Juni 1950 dengan Tap Presiden RIS No. 150,
organisasi-organisasi kepolisian negara-negara bagian
disatukan dalam Jawatan Kepolisian Indonesia. Dalam
peleburan tersebut disadari adanya kepolisian negara yang
dipimpin secara sentral, baik di bidang kebijaksanaan
siasat kepolisian maupun administratif, organisatoris.
[sunting] Zaman Demokrasi Parlementer[rujukan?]
Dengan dibentuknya negara kesatuan pada 17 Agustus
1950 dan diberlakukannya UUDS 1950 yang menganut
sistem parlementer, Kepala Kepolisian Negara tetap
dijabat R.S. Soekanto yang bertanggung jawab kepada
perdana menteri/presiden.
Waktu kedudukan Polri kembali ke Jakarta, karena belum
ada kantor digunakan bekas kantor Hoofd van de Dienst
der Algemene Politie di Gedung Departemen Dalam
Negeri. Kemudian R.S. Soekanto merencanakan kantor
sendiri di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan, dengan sebutan Markas Besar Djawatan
Kepolisian Negara RI (DKN) yang menjadi Markas Besar
Kepolisian sampai sekarang. Ketika itu menjadi gedung
perkantoran termegah setelah Istana Negara.
Sampai periode ini kepolisian berstatus tersendiri antara
sipil dan militer yang memiliki organisasi dan peraturan
gaji tersendiri. Anggota Polri terorganisir dalam Persatuan
Pegawai Polisi Republik Indonesia (P3RI) tidak ikut
dalam Korpri, sedangkan bagi istri polisi semenjak zaman
revolusi sudah membentuk organisasi yang sampai
sekarang dikenal dengan nama Bhayangkari tidak ikut
dalam Dharma Wanita ataupun Dharma Pertiwi.
Organisasi P3RI dan Bhayangkari ini memiliki ketua dan
pengurus secara demokratis dan pernah ikut Pemilu 1955
yang memenangkan kursi di Konstituante dan Parlemen.
Waktu itu semua gaji pegawai negeri berada di bawah
gaji angkatan perang, namun P3RI memperjuangkan
perbaikan gaji dan berhasil melahirkan Peraturan Gaji
Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri relatif lebih baik
dibanding dengan gaji pegawai negeri lainnya (mengacu
standar PBB).
Dalam periode demokrasi parlementer ini perdana menteri
dan kabinet berganti rata-rata kurang satu tahun. Polri
yang otonom di bawah perdana menteri membenahi
organisasi dan administrasi serta membangun
laboratorium forensik, membangun Polisi Perairan
(memiliki kapal polisi berukuran 500 ton) dan juga
membangun Polisi Udara serta mengirim ratusan perwira
Polri belajar ke luar negeri, terutama ke Amerika Serikat.
[rujukan?]

[sunting] Zaman Demokrasi Terpimpin[rujukan?]


Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, setelah kegagalan
Konstituante, Indonesia kembali ke UUD 1945, namun
dalam pelaksanaannya kemudian banyak menyimpang
dari UUD 1945. Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir.
Juanda) diganti dengan sebutan Menteri Pertama, Polri
masih tetap di bawah pada Menteri Pertama sampai
keluarnya Keppres No. 153/1959, tertanggal 10 Juli di
mana Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan
Menteri Negara ex-officio.
Pada tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959
Kapolri juga menjabat sebagai Menteri Muda Kepolisian
dan Menteri Muda Veteran. Pada tanggal 26 Agustus
1959 dengan Surat Edaran Menteri Pertama No.
1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan Kepala Kepolisian
Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang
memimpin Departemen Kepolisian (sebagai ganti dari
Djawatan Kepolisian Negara).
Waktu Presiden Soekarno menyatakan akan membentuk
ABRI yang terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan
Kepolisian, R.S. Soekanto menyampaikan keberatannya
dengan alasan untuk menjaga profesionalisme kepolisian.
Pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto
mengundurkan diri setelah menjabat Kapolri/Menteri
Muda Kepolisian, sehingga berakhirlah karir Bapak
Kepolisian RI tersebut sejak 29 September 1945 hingga
15 Desember 1959.
Dengan Tap MPRS No. II dan III tahun 1960 dinyatakan
bahwa ABRI terdiri atas Angkatan Perang dan Polisi
Negara. Berdasarkan Keppres No. 21/1960 sebutan
Menteri Muda Kepolisian ditiadakan dan selanjutnya
disebut Menteri Kepolisian Negara bersama Angkatan
Perang lainnya dan dimasukkan dalam bidang keamanan
nasional.
Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok
kepolisian No. 13/1961. Dalam UU ini dinyatakan bahwa
kedudukan Polri sebagai salah satu unsur ABRI yang
sama sederajat dengan TNI AD, AL, dan AU.
Dengan Keppres No. 94/1962, Menteri Kapolri,
Menteri/KASAD, Menteri/KASAL, Menteri/KSAU,
Menteri/Jaksa Agung, Menteri Urusan Veteran
dikoordinasikan oleh Wakil Menteri Pertama bidang
pertahanan keamanan. Dengan Keppres No. 134/1962
menteri diganti menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan
Kepolisian (Menkasak).
Kemudian Sebutan Menkasak diganti lagi menjadi
Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian (Menpangak) dan
langsung bertanggung jawab kepada presiden sebagai
kepala pemerintahan negara. Dengan Keppres No.
290/1964 kedudukan, tugas, dan tanggung jawab Polri
ditentukan sebagai berikut:
1. Alat Negara Penegak Hukum.
2. Koordinator Polsus.
3. Ikut serta dalam pertahanan.
4. Pembinaan Kamtibmas.
5. Kekaryaan.
6. Sebagai alat revolusi.
Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965,
pendidikan AKABRI disamakan bagi Angkatan Perang
dan Polri selama satu tahun di Magelang. Sementara di
tahun 1964 dan 1965, pengaruh PKI bertambah besar
karena politik NASAKOM Presiden Soekarno, dan PKI
mulai menyusupi mempengaruhi sebagian anggota ABRI
dari keempat angkatan.
[sunting] Zaman Orde Baru[rujukan?]
Karena pengalaman yang pahit dari peristiwa G30S/PKI
yang mencerminkan tidak adanya integrasi antar unsur-
unsur ABRI, maka untuk meningkatkan integrasi ABRI,
tahun 1967 dengan SK Presiden No. 132/1967 tanggal 24
Agustus 1967 ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi dan
Prosedur Bindang Pertahanan dan Keamanan yang
menyatakan ABRI merupakan bagian dari organisasi
Departemen Hankam meliputi AD, AL, AU , dan AK
yang masing-masing dipimpin oleh Panglima Angkatan
dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan
kewajibannya kepada Menhankam/Pangab. Jenderal
Soeharto sebagai Menhankam/Pangab yang pertama.
Setelah Soeharto dipilih sebagai presiden pada tahun
1968, jabatan Menhankam/Pangab berpindah kepada
Jenderal M. Panggabean. Kemudian ternyata betapa
ketatnya integrasi ini yang dampaknya sangat
menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal
memang bukan angkatan perang.
Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan
Panglima Angkatan Kepolisian diganti kembali sesuai UU
No. 13/1961 menjadi Kepala Kepolisian Negara RI,
namun singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri.
Pergantian sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli
1969.
Pada HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1969 sebutan
Panglima AD, AL, dan AU diganti menjadi Kepala Staf
Angkatan. Pada kesempatan tersebut anggota AL danAU
memakai tanda TNI di kerah leher, sedangkan Polri
memakai tanda Pol. Maksudnya untuk menegaskan
perbedaan antara Angkatan Perang dan Polisi.[rujukan?]
[sunting] Pasukan Polisi Republik Indonesia[rujukan?]
Tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah
perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak
Proklamasi. Kemerdekaan Indonesia, Polri telah
dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks.
Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di
masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam
pertempuran melawan penjajah dan berbagai operasi
militer bersama-sama kesatuan bersenjata yang lain.
Keadaan seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri lahir
sebagai satu-satunya kesatuan bersenjata yang relatif lebih
lengkap.
Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tanggal 21
Agustus 1945, secara tegas pasukan polisi ini segera
mengganti nama menjadi Pasukan Polisi Republik
Indonesia yang sewaktu itu dipimpin oleh Inspektur Kelas
I Polisi Mochammad Jassin di Surabaya, langkah awal
yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan
pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah
perang, juga membangkitkan semangat moral dan
patriotisme seluruh rakyat maupun persatuan bersenjata
lain yang patah semangat akibat kekalahan perang yang
panjang.
Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang di
dalamnya juga terdapat ribuan tentara Belanda menyerbu
Indonesia dengan alasan ingin menghalau tentara Jepang
dari negara tersebut. Pada kenyataannya pasukan Sekutu
tersebut justru ingin membantu Belanda menjajah kembali
Indonesia. Oleh karena itu perang antara sekutu dengan
pasukan Indonesia terjadi di mana-mana. Klimaksnya
terjadi pada tanggal 10 November 1945, yang dikenal
sebagai "Pertempuran Surabaya". Tanggal itu kemudian
dijadikan sebagai Hari Pahlawan secara Nasional yang
setiap tahun diperingati oleh rakyat Indonesia.
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi
sangat penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya
karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu
karena semangat perwiranya mampu menggetarkan dunia
dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) masih melihat
eksisnya bangsa dan negara Indonesia di mata dunia. Kini
tugas Polri yang utama ialah menjaga keamanan dan
ketertiban di dalam negeri, Polri juga semakin sibuk
dengan berbagai operasi, seperti Operasi Ketupat
menjelang Idul Fitri, Operasi Lilin menjelang Natal, dan
lain-lain.
[sunting] Organisasi
Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat
pusat sampai ke kewilayahan. Organisasi Polri Tingkat
Pusat disebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Mabes Polri); sedang organisasi Polri Tingkat
Kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik
Indonesia Daerah (Polda).
[sunting] Mabes
[sunting] Unsur Pimpinan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Kapolri). Kapolri adalah
Pimpinan Polri yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden. Kapolri dalam pelaksanaan
tugasnya dibantu oleh Wakil Kapolri (Wakapolri)
[sunting] Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana
Staf

Unsur Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf


terdiri dari:
 Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum),
bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan
pengawasan dan pemeriksaan umum dan
perbendaharaan dalam lingkungan Polri termasuk
satuan-satuan organsiasi non struktural yang berada
di bawah pengendalian Kapolri.
 Deputi Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan
Pengembangan (Derenbang), bertugas membantu
Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan
umum dan pengembangan, termasuk pengembangan
sistem organisasi dan manajemen serta penelitian dan
pengembangan dalam lingkungan Polri
 Deputi Kapolri Bidang Operasi (Deops), bertugas
membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi
manajemen bidang operasional dalam lingkungan
Polri termasuk koordinasi dan kerjasama eksternal
serta pemberdayaan masyarakat dan unsur-unsur
pembantu Polri lainnya
 Deputi Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia
(De SDM), bertugas membantu Kapolri dalam
penyelenggaraan fungsi manajemen bidang sumber
daya manusia termasuk upaya perawatan dan
peningkatan kesejahteraan personel dalam
lingkungan Polri
 Deputi Kapolri Bidang Logistik (Delog), bertugas
membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi
manajemen bidang logistik dalam lingkungan Polri
 Staf Ahli Kapolri, bertugas memberikan telaahan
mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya
[sunting] Unsur Pelaksana Pendidikan dan Pelaksana
Staf Khusus

Unsur Pelaksana Pendidikan dan Pelaksana Staf Khusus


terdiri dari:
 Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), adalah
unsur pelaksana pendidikan dan staf khusus yang
berkenaan dengan pendidikan tinggi dan
pengembangan ilmu dan teknologi kepolisian
 Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian
(Sespimpol), adalah unsur pelaksana pendidikan dan
staf khusus yang berkenaan dengan pengembangan
manajemen Polri
 Akademi Kepolisian (Akpol), adalah unsur
pelaksana pendidikan pembentukan Perwira Polri
 Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat)
 Divisi Hubungan Masyarakat (Div Humas)
 Divisi Pembinaan Hukum (Div Binkum)
 Divisi Pertanggungjawaban Profesi dan
Pengamanan Internal (Div Propam), adalah unsur
pelaksana staf khusus bidang pertanggungjawaban
profesi dan pengamanan internal
 Divisi Telekomunikasi dan Informatika (Div
Telematika), adalah unsur pelaksana staf khusus
bidang Informatika yang meliputi informasi kriminal
nasional, informasi manajemen dan telekomunikasi
[sunting] Unsur Pelaksana Utama Pusat

Unsur Pelaksana Utama Pusat terdiri dari:


 Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), bertugas
membina dan menyelenggarakan fungsi intelijen
dalam bidang keamanan bagi kepentingan
pelaksanaan tugas operasional dan manajemen Polri
maupun guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan dalam rangka mewujudkan keamanan
dalam negeri
 Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), bertugas
membina dan menyelenggarakan fungsi penyelidikan
dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi
identifikasi dan fungsi laboratorium forensik, dalam
rangka penegakan hukum. Dipimpin oleh seorang
Komisaris Jenderal (Komjen).
 Badan Pembinaan Keamanan (Babinkam),
bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi
pembinaan keamanan yang mencakup pemeliharaan
dan upaya peningkatan kondisi keamanan dan
ketertiban masyarakat dalam rangka mewujudkan
keamanan dalam negeri.
 Korps Brigade Mobil (Korbrimob), bertugas
menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan
khususnya yang berkenaan dengan penanganan
gangguan keamanan yang berintensitas tinggi, dalam
rangka penegakan keamanan dalam negeri. Korps ini
dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal (Irjen).
[sunting] Satuan Organisasi Penunjang lainnya

Satuan organisasi penunjang lainnya, terdiri dari:


 Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol :
Set NCB Interpol Indonesia yang dipimpin oleh
seorang Brigadir Jenderal (Brigjen)
 Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes Polri)
yang dipimpin oleh seorang Brigadir Jenderal
(Brigjen), termasuk didalamnya adalah Rumah Sakit
Pusat Polri (Rumkit Puspol) yang juga dipimpin oleh
seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).
 Pusat Keuangan (Pusku Polri) yang dipimpin oleh
seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).
[sunting] Polda
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda)
merupakan satuan pelaksana utama Kewilayahan yang
berada di bawah Kapolri. Polda bertugas
menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat kewilayahan.
Polda dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Daerah (Kapolda), yang bertanggung jawab
kepada Kapolri. Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda
(Wakapolda).
Polda membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia
Wilayah (Polwil). Ada tiga tipe Polda, yakni Tipe A, Tipe
B dan Tipe C. Tipe A dipimpin seorang perwira tinggi
berpangkat Inspektur Jenderal (Irjen), sedangkan Tipe B
dipimpin perwira tinggi berpangkat Brigadir Jenderal
(Brigjen) dan Tipe C dipimpin oleh perwira menengah
berpangkat Komisaris Besar (Kombes) yang senior. Di
bawahnya Polwil membawahi Kepolisian Negara
Republik Indonesia Resort (Polres) atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia Resort Kota (Polresta). Polwil
dipimpin oleh seorang perwira menengah berpangkat
Komisari Besar atau Kombes, demikian pula Poltabes
juga dipimpin oleh seorang perwira menengah berpangkat
Komisaris Besar. Polres dipimpin oleh seorang [[Ajun
Komisaris Besar Polisi) atau AKBP. Lebih lanjut lagi,
Polres membawahi Polsek, sedang Polresta membawahi
Polsekta. Baik Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh
seorang Komisaris Polisi (Kompol) (untuk jajaran di
Polda Metro Jaya), sedangkan di Polda liannya, Polsek
atau Polsekta dipimpin oleh perwira berpangkat Ajun
Komisaris Polisi.
Di kawasan Jabodetabek, Polres atau Polsek biasa disebut
dengan kata "Metro". Demikian juga dinama Polda
wilayah tersebut, yaitu Polda Metro Jaya.

[sunting] Polri kini


Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang
semakin modern dan global, Polri bukan hanya mengurusi
keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga
terlibat dalam masalah-masalah keamanan dan ketertiban
regional mahupun antarabangsa, sebagaimana yang
ditempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta
pasukan-pasukan polisi, termasuk Indonesia, untuk ikut
aktif dalam berbagai operasi kepolisian, misalnya di
Namibia (Afrika Selatan) dan di Kamboja (Asia).
[sunting] Polisi dan korupsi
Menurut lembaga Transparency International Indonesia,
Kepolisian Republik Indonesia adalah lembaga yang
paling korup di Indonesia dengan index 4,2[1]. Hal ini
berhubungan dengan tugasnya yang bersinggungan
langsung dengan masyarakat, sehingga menimbulkan
celah untuk memanfaatkan hubungan itu untuk
kepentingan pribadi.
Beberapa kasus penyelewengan yang terjadi di
lingkuangan kepaolisisan adalah:
 Pada tahun 2007, seorang oknum polisi Bali
melakukan pemerasan terhadap wisatawan asing
yang melanggar peraturan lalu lintas di Indonesia,
pemerasan ini sempat direkam oleh wisatawan asal
kanada itu . Video ini kemudian dimasukan ke
youtube dan mendapatkan reaksi keras di Indonesia,
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Sisno menduga
video ini adalah rekayasa dan berjanji akan
menggantung polisi yang ada di rekaman video
tersebut. sedangkan Kapolda Bali berjanji akan
menyelidiki kasus ini.
 Komisaris Jendral Suyitno Landung mantan Kepala
Badan Reserse dan Kriminal Polri pada tahun 2004-
2005. divonis satu tahun enam bulan penjara oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Oktober
2006 karena penyalahgunaan wewenang pada saat
menangani kasus pembobolan Bank BNI dengan
tersangka Adrian Waworuntu.
 Kapolres Cirebon AKBP Pudjiono Dulrahman dan
Wakapolres Kompol Nurhadi menggelapkan dua
mobil mewah hasil sitaan polres cirebon. Mobil
Honda CR-V dan Nissan X-Trail tersebut tidak
diregistrasi ke dalam buku sitaan, Honda CR-V
diganti identitasnya kemudian dijual oleh AKBP
Pudjiono Dulrahman kepada Hengky, sedangkan
Nissan X-Trail digunakan oleh Kompol Nurhadi
Handayani sebagai kendaraan pribadi dengan
berbekal surat pinjam pakai, surat yang tidak
mungkin dikeluarkan untuk mobil yang tidak pernah
dimasukkan dalam registrasi sitaan
 Indonesia-Police Watch (IPW) menduga pengadaan
kendaraan lapis baja (Armoured Personnel
Carrier/APC) untuk Korps Brigade Mobil (Brimob)
Polri pada 2001 ditengarai penuh rekayasa. Dugaan
tersebut dilaporkan IPW pada Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) di Jakarta pada 5 November 2007.
 IPW menuntut Kapolri Jenderal Pol Sutanto
mencopot 14 Kapolda karena membiarkan perjudian
marak di daerahnya. Sehari setelah pernyataan IPW,
Sutanto langsung memanggil Kapolda seluruh
Indonesia untuk menandatangi kontrak kerja. Salah
satu kontrak kerja yang dibebankan yakni,
memberantas perjudian dalam tempo seminggu.[1]
 PPATK melaporkan adanya dugaan pencucian uang
oleh 15 anggota Polri. [2]
[sunting] Polisi dan Lalu Lintas
Untuk mengurangi angka kecelakaan, di sejumlah Polda
telah memberlakukan aturan agar para pengendara sepeda
motor menyalakan lampu sewaktu berkendara. Pada
tanggal 29 November 2006, rapat yang diadakan di
Gedung Cakra Ditlantas Polda Metro Jaya memutuskan
bahwa mulai tanggal 4 Desember 2006 hingga 1 Januari
2007 sosialisasi menyalakan lampu kepada para
pengendara sepeda motor. Rapat tersebut dihadiri oleh
Kepala Seksi SIM (Ka Si SIM) Polda Metro Jaya
Komisaris Polisi (Kompol) Teddy Minahasa dan Direktur
Lalu Lintas Polda Metro Jaya (Dirlantas) Komisaris Besar
(Kombes) Djoko Susilo. Aturan mulai berlaku pada
tanggal 2 Januari 2007.
[sunting] Lihat pula
 Tanda Kepangkatan Polri
 Gaji anggota Polri
[sunting] Pranala luar
 (id) Situs web resmi Kepolisian Negara Republik
Indonesia
 (id) IPW Lembaga nirlaba Pengawas kinerja Polri
[sunting] Catatan kaki
1. ^ http://www.suarakarya-online.com/news.html?
id=117490
2. ^ http://www.suarakarya-online.com/news.html?
id=117490

[sembunyikan]
l • b • s
Topik Indonesia

Sejarah Prasejarah · Kerajaan Hindu-Buddha ·


Nusantara Kerajaan Islam · Era Portugis · Era
VOC · Era Belanda · Era Jepang
Sejarah Sejarah nama Indonesia · Proklamasi ·
Indonesia Masa transisi · Era Orde Lama
(Demokrasi Terpimpin · Gerakan 30
September  · Dekrit Presiden) · Era
Orde Baru (Supersemar · Integrasi
Timor Timur · Gerakan 1998) · Era
reformasi
Geografi Danau & Waduk · Fauna · Flora ·
Gunung · Gunung berapi ·
Pegunungan · Pulau  · Sungai · Taman
nasional · Terumbu karang · Selat
Politik dan Pemerintah · Presiden · Kementerian ·
pemerintahan MPR · DPR · DPD · MA · MK · BPK ·
Perwakilan di luar negeri · Kepolisian ·
Militer · Lembaga pemerintahan ·
Administratif · Provinsi ·
Kabupaten/Kota · Hubungan luar
negeri · Hukum · Pemilu · Partai politik
Ekonomi Perusahaan · Pariwisata · Transportasi ·
Pasar modal · Bank · BUMN · BEI
Demografi Suku · Bahasa · Agama · Nama
Indonesia
Budaya Arsitektur · Seni · Film · Makanan ·
Tari · Mitologi · Pendidikan · Sastra ·
Media · Musik · Hari penting ·
Olahraga · Busana daerah
Topik lainnya Bandar udara · Tokoh  · A - Z ·
Telekomunikasi  · Bunga · Tanda
Kehormatan · Kode telepon  ·
Pembangkit listrik  · Televisi nasional  ·
Televisi regional
Portal Indonesia
Diperoleh dari
"http://id.wikipedia.org/wiki/Kepolisian_Negara_Republi
k_Indonesia"
Kategori: Kepolisian Negara Republik Indonesia

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membahas tentang Lembaga Tinggi suatu Negara Pasti tidak
bisa lepas dari konstitusi yang berlaku di negara tersebut.
Karena konstitusi merupakan hukum dasar penyelenggaraan
suatu pemerintahan. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
1945 (UUD '45) adalah konstitusi Republik Indonesia yang
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, satu hari setelah
Proklamasi Kemerdekaan RI, dalam sidang BPUPKI. UUD '45
berlaku dari sejak disahkan, hingga waktu pengakuan kedaulatan
RIS (di mana konsitusi yang berlaku adalah UUD RIS sampai
dengan 17 Agustus 1950, digantikan dengan UUD Sementara
sampai Dekrit Presiden 5 Juli 1959.) UUD '45 mulai berlaku
kembali setelah Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959,
sampai sekarang. Pada masa Orde Reformasi, UUD '45 telah
mengalami proses amandemen sebanyak 4 kali.
UUD 1945 merupakan landasan dasar Nasional dan landasan
dasar Internasional Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang dapat mempertahankan kemerdekaan dan
persatuan Indonesia sampai saat ini. Dalam sistem
ketatanegaraan RI , DPR termasuk lembaga tinggi negara
bersama Presiden, BPK, dan MA. Masing-masing lembaga
tinggi negara tersebut mempunyai tugas, wewenang, dan hak
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sistem
pemerintahan bukan parlementer, tetapi presidensil.
Berdasarkan uraian diatas, maka didalam makalah yang singkat
ini penulis akan coba memaparkan tentang tugas-tugas dan
wewenang dari pada lembaga-lembaga tertinggi negara yang ada
di Indonesia setelah amandemen ke-4 UUD’45.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil sebagai
rumusan masalah adalah “ Apa tugas dan wewenang yang
diemban oleh lembaga-lembaga tinggi negara yang ada di
Indonesia setelah amandemen ke-4 UUD’45”.
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui tugas dan wewenang yang diemban
oleh lembaga-lembaga tinggi negara yang ada di Indonesia
setelah amandemen ke-4 UUD’45.

ISI DAN PEMBAHASAN


A. Lembaga Tinggi Negara
Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik
di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang
oleh sebuah lembaga bernama Majelis Permusyawatan Rakyat
(MPR) yang terdiri dari dua badan yaitu DPR yang anggota-
anggotanya terdiri dari wakil-wakil Partai Politik dan DPD yang
anggota-anggotanya mewakili provinsi yang ada di Indonesia.
Setiap daerah diwakili oleh 4 orang yang dipilih langsung oleh
rakyat di daerahnya masing-masing.
Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan
kabinet. Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidensiil
sehingga para menteri bertanggung jawab kepada presiden dan
tidak mewakili partai politik yang ada di parlemen. Meskipun
demikian, Presiden saat ini yakni Susilo Bambang Yudhoyono
yang diusung oleh Partai Demokrat juga menunjuk sejumlah
pemimpin Partai Politik untuk duduk di kabinetnya. Tujuannya
untuk menjaga stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya posisi
lembaga legislatif di Indonesia. Namun pos-pos penting dan
strategis umumnya diisi oleh Menteri tanpa portofolio partai
(berasal dari seseorang yang dianggap Ahli dalam bidangnya).
Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya
amandemen UUD 1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung,
Komisi Yudisial dan Mahkamah Konstitusi termasuk pengaturan
administrasi para Hakim. Meskipun demikian keberadaan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan.

B. Tugas dan Wewenang Lembaga Tinggi Negara


1) Presiden
Presiden Republik Indonesia adalah kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan Republik Indonesia. Menurut Perubahan
KetigaUUD 1945 Pasal 6A, Presiden dan Wakil Presiden dipilih
dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Sebelumnya,
Presiden (dan Wakil Presiden) dipilih oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Dengan adanya Perubahan
(Amandemen) UUD 1945, Presiden tidak lagi bertanggung
jawab kepada MPR, dan kedudukan antara Presiden dan MPR
adalah setara. Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat selama 5
tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang
sama untuk satu kali masa jabatan.
Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain:
Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan
Darat,Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden melakukan pembahasan
dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR serta
mengesahkan RUU menjadi UU.
Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang(dalam kegentingan yang memaksa)
Menetapkan Peraturan Pemerintah
Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain dengan persetujuan DPR
Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan
DPR
Menyatakan keadaan bahaya
Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden
memperhatikan pertimbangan DPR
Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbanganMahkamah Agung
Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR
Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang
diatur dengan UU
Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih
oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah
Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan
oleh Komisi Yudisial dan disetujui DPR
Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan
Presiden, DPR, dan Mahkamah Agung
Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial
dengan persetujuan DPR
Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara
Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden
dibantu oleh menteri-menteri dalam kabinet, memegang
kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan sehari-hari.
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat
Tugas dan Wewenang, dan Hak Tugas dan wewenang MPR
antara lain:
· Mengubah dan menetapkan (Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia 1945), (Undang-Undang Dasar)
· Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil
pemilihan umum
· Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan (Mahkamah
Konstitusi) untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
dalam masa jabatannya
· Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan
kewajibannya dalam masa jabatannya
· Memilih Wakil Presiden dari 2 calon yang diajukan Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa
jabatannya
· Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya
berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya
Anggota MPR memiliki hak mengajukan usul perubahan pasal-
pasal UUD, menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan
putusan, hak imunitas, dan hak protokoler.
Perubahan (Amandemen) UUD 1945 membawa implikasi
terhadap kedudukan, tugas, dan wewenang MPR. MPR yang
dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara,
pemegang dan pelaksanaan sepenuhnya kedaulatan rakyat, kini
MPR berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan
lembaga negara lainnya seperti Lembaga Kepresidenan, DPR,
DPD, BPK, MA, dan MK.
MPR juga tidak lagi memiliki kewenangan untuk
menetapkan GBHN. Selain itu, MPR tidak lagi mengeluarkan
Ketetapan MPR (TAP MPR), kecuali yang berkenaan dengan
menetapkan Wapres menjadi Presiden, memilih Wapres apabila
terjadi kekosongan Wapres, atau memilih Presiden dan Wakil
Presiden apabila Presiden dan Wakil Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersama-sama. Hal
ini berimplikasi pada materi dan status hukum Ketetapan
MPRS/MPR yang telah dihasilkan sejak tahun 1960 sampai
dengan tahun 2002. Saat ini Ketetapan MPR (TAP MPR) tidak
lagi menjadi bagian dari hierarkhi Peraturan Perundang-
undangan.
3) Dewan Perwakilan Rakyat
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), adalah lembaga negara dalam
sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan
lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan
membentukUndang-Undang. DPR memiliki fungsi legislasi,
anggaran, dan pengawasan. DPR terdiri atas anggota partai
politik peserta pemilihan umum, yang dipilih berdasarkan hasil
Pemilihan Umum. Anggota DPR berjumlah 550 orang. Masa
jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan
pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.
Lihat: jumlah kursi DPR setiap periode pemilu Tugas dan
wewenang DPR antara lain:
· Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama
· Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang
· Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD
yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya
dalam pembahasan
· Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD
· Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN,
serta kebijakan pemerintah
· Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan
memperhatikan pertimbangan DPD
· Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas
pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan;
· Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan
dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial
· Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan
Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh
Presiden
· Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan
mengajukannya kepada Presiden untuk ditetapkan;
· Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat
duta, menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan
pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi
· Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan
perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain
· Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat
Anggota DPR memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak
menyatakan pendapat. Anggota DPR juga memiliki hak
mengajukan RUU, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul
dan pendapat, membela diri, hak imunitas, serta hak
protokoler.Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003
tentang Susduk MPR, DPR, DPD, dan DPRD, dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPR berhak meminta
pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga
masyarakat untuk memberikan keterangan. Jika permintaan ini
tidak dipatuhi, maka dapat dikenakan panggilan paksa (sesuai
dengan peraturan perundang-undangan). Jika panggilan paksa
ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan
dapat disandera paling lama 15 hari (sesuai dengan peraturan
perundang-undangan).
4) Dewan Perwakilan Daerah
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), adalah lembaga negara dalam
sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan
wakil-wakil daerah provinsi dan dipilih melalui Pemilihan
Umum.DPD memiliki fungsi: Pengajuan usul, ikut dalam
pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan
dengan bidang legislasi tertentu Pengawasan atas
pelaksanaan Undang-Undang tertentu. Anggota DPD dari
setiap provinsi adalah 4 orang. Dengan demikian jumlah
anggota DPD saat ini adalah 128 orang. Masa jabatan anggota
DPD adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota
DPD yang baru mengucapkan sumpah/janji.
Tugas dan wewenang DPD antara lain:
· Mengajukan kepada DPR Rancangan Undang-Undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi
lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah. DPR kemudian mengundang DPD untuk
membahas RUU tersebut.
· Memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan
RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
· Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan
anggotaBadan Pemeriksa Keuangan.
· Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
· Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk
dijadikan bahan membuat pertimbangan bagi DPR tentang RUU
yang berkaitan dengan APBN.
Anggota DPD juga memiliki hak menyampaikan usul dan
pendapat, membela diri, hak imunitas, serta hak protokoler.
5) Mahkamah Agung
Mahkamah Agung Republik Indonesia adalah salah satu
kekuasaan kehakiman di Indonesia. Sesuai dengan UUD 1945
(Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara. Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan
wewenang MA adaah:
· Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah Undang-Undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-
Undang
· Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi
· Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden
member grasi danrehabilitasi
Pada Mahkamah Agung terdapat hakim agung (paling banyak
60 orang). Hakim agung dapat berasal dari sistem karier
(hakim), atau tidak berdasarkan sistem karier dari kalangan
profesi atau akademisi. Calon hakim agung diusulkan
oleh Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat,
untuk kemudian mendapat persetujuan dan ditetapkan sebagai
hakim agung oleh
6) Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MK-RI) adalah salah
satu kekuasaan kehakiman di Indonesia. Sesuai dengan UUD
1945(Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan
wewenang MK adalah:
Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji Undang-
Undang terhadapUndang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasilPemilihan Umum
· Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan
Rakyatmengenai dugaan pelanggaran
oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 Hakim Konstitusi yang
ditetapkan oleh Presiden. Hakim Konstitusi diajukan masing-
masing 3 orang oleh Mahkamah Agung, 3 orang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, dan 3 orang oleh Presiden. Masa jabatan
Hakim Konstitusi adalah 5 tahun, dan dapat dipilih kembali
untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
7) Badan Pemeriksa Keuangan
Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga
negaraIndonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan
mandiri. Tugas, wewenang, dan hak badan pemeriksa keuangan
(BPK) adalah seperti berikut ini :
· BPK meminta, memeriksa, meneliti pertanggungjawaban atas
penguasaan keuangan negara, serta mengusahakan keseragaman
baik dalam tata cara pemeriksaan dan pengawasan maupun
dalam penatausahaan keuangan negara.
· BPK mengadakan dan menetapkan tuntutan perbendaharaan
dan tuntutan ganti rugi.
· BPK melakukan penelitian, penganalisaan terhadap
pelaksanaan peraturan per-undangan di bidang keuangan.
Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan
diresmikan oleh Presiden. Hasil pemeriksaan keuangan negara
diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD (sesuai dengan
kewenangannya).BPK mempunyai 9 orang anggota, dengan
susunan 1 orang Ketua merangkap anggota, 1 orang Wakil
Ketua merangkap anggota, serta 7 orang anggota. Anggota BPK
memegang jabatan selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali untuk satu kali masa jabatan.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan merujuk pada aturan yang termaktub dalam UUD, maka
sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem Presidensial. Tidal
terdapat perubahan mengenai hal ini, meski Amandemen UUD
1945 mengubah aturan-aturan dasar dalam kehidupan bernegara
kita. Memang pernah terjadi pada masa awal kemerdekaan,
ketika UUD 1945 menjadi konstitusi Indonesia, kita
mempraktikkan demokrasi parlementer. Tetapi, berbagai
hambatan yang muncul dalam praktik tersebut kemudian
membuat kita kembali kepada praktik presidensialsme.
Sejak kembali pada UUD 1945 pad 5 Juli 1959 hingga
berakhirnya kekuasaan Soeharto pada 21 Mei 1998, praktik
presidensialisme di Indonesia lebih banyak menonjolkan peran
presiden secara berlebihan. Kenyataan yang demikian
menyadarkan bangsa Indonesia bahwa perlu ada perubahan agar
Presiden yang menjadi figur sentral dalam presidensialisme
tidak menjadi pemimpin yang otoriter. Karena itu, berbagai
perubahan peraturan dalam perundang-undangan coba dilakukan
sejak awal lahirnya era reformasi hingga kini. Perubahan yang
paling mendasar adalah dilakukannya Amandemen terhadap
UUD 1945 yang telah memberi peran yang lebih proporsional
terhadap lembaga-lembaga negara, begitu pula kontrol terhadap
kekuasaan presiden menjadi lebih ketat.
B. Saran
Dalam pelaksanaan kebijakan publik, harus diturunkan dalam
serangkaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang
berlakuinternal dalam birokrasi. Sedangkan dari sisi
masyarakat, yang penting adalah adanya suatu standar
pelayanan publik, yang menjabarkan pada masyarakat apa
pelayanan yang menjadi haknya, siapa yang bisa
mendapatkannya, apa persyaratannnya, juga bagaimana bentuk
layanan itu. Hal ini akan mengikat pemerintah (negara) sebagai
pemberi layanan dan masyarakat sebagai penerima layanan.
Fokus politik pada kebijakan publik mendekatkan kajian politik
pada administrasi negara, karena satuan analisisnya adalah
proses pengambilan keputusan sampai dengan evaluasi dan
pengawasan termasuk pelaksanaannya.
- grasi = pengampunan berupa perubahan, perubahan, peringanan, pengurangan, atau
penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh presiden.

- amnesti = pengampunan yang diberikan oleh Presiden kepada pelaku pelanggaran


hak asasi manusia yang berat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat

- abolisi = penghentian penyidikan yang dilakukan oleh pemerintah atas persetujuan


DPR mengenai orang yang bersangkutan karena dinilai tidak memiliki kapasitas untuk
memberikan penjelasan secara hukum

- rehabilitasi = pemulihan kepada kedudukan atau keadaan yang dahulu atau semula
Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraanIndonesia yang memiliki wewenang
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
MenurutUUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.
Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan
oleh Presiden.
Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD,
dan DPRD (sesuai dengan kewenangannya).
[sunting]Sejarah
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-
Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah dikeluarkan Surat
Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang
pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada tanggal 1 Januari 1947
yang berkedudukan sementara di kota Magelang. Pada waktu itu Badan
Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk
memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal
12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di
Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam
memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara
masih menggunakan peraturan perundang-undangan yang dulu berlaku
bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa
Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW dan IAR.
Dalam Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948
tempat kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari
Magelang ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di
Yogyakarta tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23
ayat (5) UUD Tahun 1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang
diangkat berdasarkan SK Presiden RI tanggal 31 Januari 1950
No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus 1949.
Dengan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka
dibentuk Dewan Pengawas Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang
merupakan salah satu alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua
diangkatR. Soerasno mulai tanggal 31 Desember 1949, yang sebelumnya
menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta.
Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor menempati bekas
kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah Nederlandsch Indië
Civil Administratie (NICA).
Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS yang berada di
Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan berkedudukan di Bogor
menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia
Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa
Keuangan di Yogyakarta dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor.
Pada Tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan
berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas
Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.
Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan
Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas
Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan
kegiatannya masih tetap menggunakan ICW dan IAR.
Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg
Parama Arta, dan di dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta
resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah dikemukakan keinginan-
keinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga
dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka
pada tanggal 12 Oktober 1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195
Tahun 1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (PERPU) No.
6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru.
Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun 1965
yang antara lain menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin Besar
Revolusi pemegang kekuasaan pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas
penyusunan dan pengurusan Keuangan Negara. Ketua dan Wakil Ketua
BPK RI berkedudukan masing-masing sebagai Menteri Koordinator dan
Menteri.
Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.X/MPRS/1966 Kedudukan
BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga
Tinggi Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI perlu diubah
dan akhirnya baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5
Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah
mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan
Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga
pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan
dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan
kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya
lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu
lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional.
Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI
dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen BPK
RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5) kemudian dalam
Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri
(Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat
Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;
UU No.17 Tahun 2003 Tentang keuangan Negara UU No.1 Tahun 2004
Tentang Perbendaharaan Negara UU No. 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Anda mungkin juga menyukai