PENDAHULUAN
Diabetes mellitus adalah penyakit multifaktorial, merupakan sindroma
hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein
yang disebabkan insufisiensi sekresi ataupun aktivitas endogen insulin atau keduanya.
Jumlah penderita diabetes mellitus menurut data WHO (World Health Organization),
Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar di dunia. Diabetes mellitus merupakan
salah satu contoh penyakit degeneratif yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan
hangat berbagai kalangan dan bukan hanya konsumsi para dokter.
Diabetes mellitus merupakan penyakit keturunan. Artinya bila orang tuanya
menderita diabetes, anak-anaknya akan menderita diabetes juga. Hal itu memang
benar. Tetapi faktor keturunan saja tidak cukup. Diperlukan faktor lain yang disebut
faktor resiko atau faktor pencetus misalnya adanya infeksi virus (pada DM tipe 1),
Obesitas (terutama yang bersifat sentral), pola makan yang salah, diet tinggi lemak
dan rendah karbohidrat, proses penuaan dan hipertensi.
Prevalensi diabetes di dunia meningkat dengan cepat. Tahun 2010
diperkirakan 221 juta penduduk dunia menderita diabetes, dan pada tahun 2025
meningkat menjadi 300 juta atau lebih dimana kawasan dengan potensial terbesar
berada di Asia dan Afrika. Survei WHO menempatkan Indonesia pada urutan ke-4
dalam jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika
Serikat. Departemen Kesehatan RI menilai diabetes merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena prevalensinya meningkat 2-3 kali lebih cepat dibandingkan negara
maju dengan prevalensi sebesar 12,7%. Karena tingginya angka kejadian diabetes
mellitus maka pada makalah kali ini kami akan membahas tentang diabetes mellitus.
BAB II
DIABETES MELLITUS
A. Definisi
1
C. Klasifikasi
D. Faktor Pencetus
3
Peningkatan lipolisis
Proses menua
diare).
Retinopati, ketajaman penglihatan, terapi laser.
Hiperkolesterolemia, hipertrigliserida.
Disfungsi ginjal (proteinuria, mikroalbuminuria).
Hipertensi tetapi.
Diet/berat badan/olahraga.
Riwayat Pengobatan
- Apakah pasien sedang menjalani terapi diabetes: diet saja, obat-obatan
-
siklosporin)?
Tanyakan riwayat merokok atau penggunaan alkohol?
Apakah pasien memiliki alergi?
5
(pasangan/pasien/perawat)?
Pemeriksaan Fisik
Diabetes melitus merupakan penyakit yang memiliki efek kepada seluruh tubuh.
Maka dalam pemeriksaan fisik harus dialkukan pemeriksaan secara lengkap. Dan
biasanya ditemukan beberapa kelainan sebagai berikut:
Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu resiko DM sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tabel 03: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM.
Bukan DM
Belum pasti
DM
DM
Kadar glukosa Plasma Vena
< 110
110-199
200
<90
90-199
200
< 110
110-125
126
darah sewaktu
(mg/dl)
Plasma Kapiler
darah
(mg/dl)
puasa
Plasma Kapiler
< 90
90-109
110
makanan dan 02 tidak adekuat maka akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadi
gangren (ulkus). Gangguan pembuluh darah menyebabkan aliran darah retina
menurun sehingga suplai makanan dan 02 ke retina berkurang. Akibatnya pandangan
menjadi kabur.
H. Management
Edukasi
Diabetes tipe2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku setelah
terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri
membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Untuk
mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif yang meliputi pemahaman tentang:
a) Penyakit DM
b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
c) Penyulit DM
d) Intervensi farmakologis dan non-farmakologis
e) Hipoglikemia
f) Masalah khusus yang dihadapi
g) Cara mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan ketrampilan
h) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah
merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Adapun perilaku yang
diinginkan antara lain adalah:
a) Mengikuti pola makan sehat
b) Meningkatkan kegiatan jasmani
c) Menggunakan obat diabetes dan obat obat-obat pada keadaan khusus secara
aman dan teratur.
d) Melakukan Pemantauan
Glukosa
Darah
Mandiri
(PGDM)
dan
memanfaatkan data yang ada untuk penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan rumus Broca. Indeks massa tubuh dapat dihitung
dengan rumus IMT = BB (kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT
- BB Kurang < 18,5
- BB Normal 18,5 22,9
- BB Lebih > 23,0
- Dengan risiko 23,0 24,9
- Obes I 25,0 29,9
9
- Obes II > 30
Diet
Perencanaan makanan (meal planning) untuk memberikan kesan kepada
pasien agar tidak terlalu menakutkan, karena kata diet selalu dihubungkan
dengan penderitaan sehingga atau dengan segala macam larangan makan
berbagai jenis makanan, hingga kepatuhan pasien rendah. Diet biasannya
diartikan pengaturan makan selama nya sesuai kebutuhan gizi, kebiasaan dan
kesukaan pasien. Dalam rekomendasi diet menurut ADA (2004) karbohidrat
sebesar 55-60% dan lemak 35%. Ternyata karbohidrat 70-75% masih dapat
ditoleransikan terutama pada pasien yang kurang mampu dan bekerja kasar
seperti tukang becak, kuli pelabuhan dan lain-lain. Diet untuk seorang
penderita Diabetes Mellitus terdiri dari 2 yaitu A dan B. Diet B dengan
komposisi 60-70% karbohidrat, 20-30% lemak, dan 10-20% protein, lebih
cocok untuk orang Indonesia dibanding dengan diet A yang terdiri atas 4050% karbohidrat, 30-35% lemak dan 20-25% protein. Menurut Soegondo
(2009) Anjuran konsumsi karbohidrat untuk pasien diabetes di Indonesia
adalah 60-70% energi. Karbohidrat dalam diet memiliki efek langsung pada
tingkat glukosa darah. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan
komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai
dengan kecukupan gizi baik. Karbohidrat sebesar 60-70%, protein 10-15%
lemak 20-25%. Jumlah energi disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,
umur, stres akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal. Karbohidrat dikonversikan ke glukosa darah dengan cepat
dalam waktu jam setelah makan akan secara langsung berkaitan dengan
jumlah karbohidrat yang dikonsumsi. Jumlah karbohidrat total yang
diperlukan setiap harinya didasarkan pada kebutuhan energi seseorang yang
harus terdiri dari 60-70% karbohidrat per hari. Kebutuhan karbohidrat adalah
sisa dari kebutuhn energi total yaitu 60-70%, sedangkan kebutuhan protein dan
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Perlu dibatasi atau
jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak (menonton
televisi).
Farmakologis
Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 3 golongan :
a. Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue ) : sulfniturea dan glinid
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion
c. Penghambat absorbs glukosa : penghambat glukosidase alfa
BAB III
SIMPULAN
1. Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif.
2. Klasifikasi Diabetes Melitus: Diabetes Melitus Tipe 1, Diabetes Melitus Tipe 2
(bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin) dan
Diabetes Melitus Tipe Lain: Defek genetik funsi sel-, Defek genetik kerja insulin,
Endokrinopati, Sindroma genetik lain, dll.
3. Perbedaan antara DM tipe 1 dan DM tipe 2 adalah DM tipe 1 disebabkan karena
kerusakan sel- sehingga tidak dapat memproduksi insulin sedangkan Dm tipe 2
disebakan karena resistensi insulin sehingga walaupun insulin banyak di dalam
peredaran darah namun tidak dapat berikatan dengan reseptornya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Boon, Nicholas A. Walker, Brian. Davidsons Principles and Practice of Medicine. 20th Edition.
Elsevier. 2006.
Fauci, Anthony S. Braunwald, Eugene. Kasper, Dennis L. Hauser, Stephen L. Harrisons
Principle of Internal Medicine. 17th Edition. The McGraw-Hill Companies. 2008.
Gibbs, Ronald S. Karlan, Beth Y. Haney, Arthur F. Nygaard, Ingrid E. Danforth's Obstetrics
and Gynecology, 10th Edition. Copyright 2008 Lippincott Williams & Wilkins.
Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga. 2007. Hal: 138-139.
Kumar, Parveen. Clark, Michael. Clinical Medicine. 6 edition. Saunders ltd. Elsevier. 2005.
Price, Sylvia Anderson. Wilson, Lorraine McCarty. Patofisologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2005. Hal: 886-888, 1262,
Pollreisz, Andreas. Schmidt-Erfurth, Ursula. Diabetic
CataractPathogenesis,
13