Anda di halaman 1dari 28

BAB I

REKAM MEDIK
1.1

Identifikasi Pasien
Nama

: Nawawi bin Usman

Umur

: 62 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jalan May Sabara Komp PJKA No. 348 Sekip


Jaya Kemuning Kota Palembang

Kebangsaan
1.2

: Indonesia

Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh gigi atas depan tinggal akar dan berwarna hitam merasa
tidak nyaman dan ingin dicabut.
b. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien dirawat di bagian Penyakit Dalam RSMH dan didiagnosis dengan
ulkus diabetikum regio pedis sinistra. Pasien dikonsulkan untuk
dilakukan pemeriksaan terhadap adanya fokal infeksi. Pasien mengeluh
gigi atas depan tinggal akar dan berwarna hitam merasa tidak nyaman
dan ingin dicabut. Pasien juga mengeluhkan sedikit kesulitan dalam
mengunyah makanan akibat banyaknya gigi yang tanggal dan mengeluh
mulut kering.

c.

Riwayat Penyakit atau Kelainan Sistemik


Penyakit atau Kelainan Sistemik
Alergi : debu, dingin
Penyakit Jantung
Penyakit Tekanan Darah Tinggi
Penyakit Diabetes Melitus
Penyakit Kelainan Darah
Penyakit Hepatitis A/B/C/D/E/F/G/H
Kelainan Hati Lainnya
HIV/ AIDS
Penyakit Pernafasan/paru
Kelainan Pencernaan
Penyakit Ginjal
Penyakit / Kelainan Kelenjar ludah
Epilepsy

d.

1.3

Ada Disangkal

Riwayat Penyakit Gigi dan Mulut Sebelumnya


Tambal gigi : Cabut gigi : (+) 10 tahun yang lalu, 11 dan 37
Trauma
:Skeling
:Gigi palsu : Alat ortodonti
:-

Pemeriksaan Fisik
a.

Status Umum Pasien


1.
Keadaan Umum Pasien : Compos Mentis
2.
Berat Badan : 68 kg
3.
Tinggi Badan : 170 cm
4.
Vital Sign
Nadi : 84x/menit, isi dan tegangan cukup
TD : 150/80 mmHg
RR : 20x/menit
T : 36,7 0C

b.
c.

Pemeriksaan Ekstraoral
Wajah
: Simetris.
Bibir
: Simetris
KGB submandibula : tidak teraba
TMJ
: clicking sound (-)
Pemeriksaan Intraoral
Mukosa bukal
Mukosa labial

: tidak ada kelaian


: tidak ada kelainan
2

Palatum
Lidah
Dasar Mulut
Gingiva
Plak
Kalkulus

: Ikterik
: Glossitis
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
::-

d.

Status Lokalis
Tampak :
Karies : 21, 23
Radiks : 14, 22, 24, 25
Missing : 11, 12, 12, 15, 16, 17, 18, 26, 27, 28, 31, 32,
33, 34, 35, 36, 37, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48

Gigi

Lesi

Sondasi

CE

Perkusi

Palpasi

Diagnosis/ ICD

1.1

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

1.2

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

1.3

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

Td

Td

Gangren radiks

1.4

Sisa akar
gigi

1.5

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

1.6

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

1.7

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

1.8

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

2.1

D5

Td

Karies dentin

Td

Td

Gangren radiks

2.2

Sisa akar
gigi

Terapi

Pro protesa

Pro ekstraksi

Pro protesa

Pro
konservasi
Pro ekstraksi

2.3
2.4

2.5

D5
Sisa akar
gigi
Sisa akar
gigi

Td

Karies dentin

Pro protesa

Td

Td

Gangren radiks

Pro ekstraksi

Td

Td

Gangren radiks

Pro ekstraksi

2.6

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

2.7

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

2.8

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

3.1

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

3.2

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

3.3

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

3.4

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

3.5

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

3.6

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

3.7

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

4.1

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

4.2

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

4.3

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

4.4

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

4.5

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

4.6

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

4.7

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

4.8

Td

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

Pro protesa

*Td : Tidak dilakukan


e. Temuan Masalah
a. Karies D5 : 21, 23
b. Gangren Radiks : 14, 22, 24, 25
c. Missing : 11, 12, 12, 15, 16, 17, 18, 26, 27, 28, 31, 32, 33, 34,
35, 36, 37, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48
d. Glossitis
5

f.

Perencanaan Terapi
a. Karies Pro Konservatif dan oral hygiene
b. Gangren Radiks Pro Ekstraksi
c. Missing Pro Protesa
d. Glossitis Dioles madu dan banyak minum air putih

g. Prognosis
Quo ad Vitam
Quo ad fungsionam

: Dubia ad bonam.
: Dubia ad bonam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

ANATOMI GIGI

Bagian-bagian gigi
Gigi merupakan bagian terkeras dari tubuh, gigi tersusun atas beberapa
bagian. Berikut bagian-bagian yang menyusun gigi:
a.

Akar gigi adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang rahang

b.

dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal.


Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat menonjol di atas gusi

c.

sehingga dapat dilihat.


Leher gigi adalah tempat bertemunya mahkota dan akar gigi

Gambar 1. Anatomi gigi normal


Struktur Jaringan Gigi
Gigi terdiri dari beberapa jaringan pembentuk. Secara garis besar,
jaringan pembentuk gigi ada 3, yaitu email, dentin, dan pulpa.

1. Email
Email adalah lapisan terluar yang melapisi mahkota gigi. Email berasal
dari epitel (ektodermal) yang merupakan bahan terkeras pada tubuh manusia dan
paling banyak mengandung kalsium fosfat dalam bentuk Kristal apatit (96%).
Email merupakan jaringan semitranslusen, sehingga warna gigi
bergantung kepada warna dentin di bawah email, ketebaan email, dan banyaknya
stain pada email. Ketebalan email tidak sama, paling tebal di daerah oklusal atau
insisal dan makin menipis mendekati pertautannya dengan sementum.
2. Dentin
Dentin merupakan komponen terbesar jaringan keras gigi yang terletak
di bawah email. Di daerah mahkota ditutupi oleh email, sedangkan di daerah akar
ditutupi oleh sementum. Secara internal, dentin membentuk dinding rongga pulpa.
Dentin membentuk bagian terbesar dari gigi dan merupakan jaringan
yang telah mengalami kalsifikasi sama seperti tulang, tetapi sifatnya lebih keras
karena kadar garam kalsiumnya lebih besar (80%) dalam bentuk hidroksi apatit.
Zat antar sel organic (20%) terutama terdiri atas serat-serat kolagen dan
glikosaminoglikans, yang disintesis oleh sel yang disebut odontoblas. Odontoblas
membentuk selapis sel-sel yang terletak di pinggir pulpa menghadap permukaan
dalam dentin.
Dentin peka terhadap rasa raba, panas, dingin, dan konsentrasi ion
hydrogen. Diperkirakan bahwa rangsangan itu diterima oleh serat dentin dan
diteruskan olehnya ke serat saraf di dalam pulpa.
3. Pulpa
Pulpa gigi adalah jaringan lunak yang terletak di tengah-tengah gigi.
Pulpa berisi pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Tugas dari pulpa adalah
mengatur nutrisi/makanan agar gigi tetap hidup, menerima rangsang, membentuk
dentin baru bila ada rangsangan panas, kimia, tekanan, atau bakteri yang dikenal
dengan dentin sekunder. Pulpa terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

a) Ruang atau rongga pulpa, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian
tengah korona gigi dan selelu tunggal. Sepanjang kehidupan pulpa gigi
mempunyai kemampuan untuk mengendapkan dentin sekunder, pengendapan
ini mengurangi ukuran dari rongga pulpa.
b) Tanduk pulpa, yaitu ujung dari ruang pulpa.
c) Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian
akar gigi. Pada kebanyakan kasus, jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah
akar, tetapi sebuah akar mungkin mempunyai lebih dari sebuah saluran.
d) Foramen apikal, yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada apeks akar
berupa suatu lubang kecil.
e) Supplementary canal. Beberapa kar gigi mungkin mempunyai lebih dari satu
foramen, dalam hal ini, saluran tersebut mempunyai 2 atau lebih cabang dekat
f)

apikalnya yang disebut multiple foramina / supplementary canal.


Orifice, yaitu pintu masuk ke saluran akar gigi. Saluran pulpa dihhubngkan
dengan ruang pulpa. Adakalanya ditemukan suatu akar mempunyai lebih dari
satu saluranpulpa, misalnya akar mesio-bukal dari M1 atas dan akar mesial
dari M1 bawah mempunyai 2 saluran pulpa yang berakhir pada sebuah
foramen apikal.

Jaringan Pendukung Gigi


Keberadaan gigi didukung oleh jaringan-jaringan lain yang berada di
dalam mulut yang disebut jaringan periodontal yang terdiri dari empat komponen,
yaitu sementum, gusi, tulang alveolar, dan ligament periodontal.
1. Sementum
Sementum merupakan jaringan keras gigi yang menyelubungi akar. Bila
ada rangsangan yang kuat pada gigi maka akan terjadi resorpsi/penyerapan sel-sel
sementum pada sisi yang terkena rangsangan dan pada sisi lainnya akan terbentuk
jaringan sementum baru. Pembentukan sementum yang baru mengarah ke arah
luar.
2. Gingiva
Gingiva atau gusi adalah jaringan lunak yang menutupi leher gigi dan
tulang rahang, baik yang terdapat pada rahang atas maupun rahang bawah. Fungsi
10

gingival adalah melindungi jaringan di bawah perlekatan terhadap lingkungan


rongga mulut. Gingiva sehat biasanya berwarna merah muda, tepinya runcing
seperti pisau, tidak mudah berdarah dan tidak sakit. Gingiva banyak mengandung
pembuluh darah sehingga sangat sensitive terhadap trauma atau luka. Secara
anatomi, gingiva dibagi atas tiga daerah :
a. Marginal gingiva (unattached gingiva), merupakan bagian gingiva yang
mengelilingi gigi seperti kerah baju dan tidak melekat langsung pada gigi,
biasa juga disebut juga dengan free gingiva
b. Attached gingiva merupakan lanjutan dari marginal gingival dan disebut juga
mukosa fungsional.
c. Interdental gingival, merupakan bagian gingival yang mengisi ruang
interproksimal antara dua gigi yang bersebelahan.
3. Ligamentum Periodontal
Ligamnetum periodontal merupakan struktur jaringan konektif yang
mengelilingi akar gigi dan mengikatnya ke tulang (menghubungkan tulang gigi
dengan tulang alveolar). Ligamen periodontal merupakan lanjutan jaringan
gingiva yang berhubungan dengan ruang sumsum tulang melalui saluran vaskuler.
Fungsinya seperti bantalan yang dapat menopang gigi dan menyerap beban yang
mengenai gigi.
4. Tulang alveolar
Tulang alveolar disebut juga prosesus alveolaris yg mencakup tulang
rahang secara keseluruhan, yaitu maksila dan mandibula yg berfungsi membentuk
dan mendukung soket (alveoli) gigi.

Bentuk-bentuk Gigi Permanen


Orang dewasa biasanya mempunyai 32 gigi permanen, 16 di tiap rahang.
Di tiap rahang terdapat:

11

a. Empat gigi depan (gigi insisivus) Bentuknya seperti sekop dengan tepi
yang lebar untuk menggigit, hanya mempunyai satu akar. Gigi insisivus atas
lebih besar daripada gigi yang bawah.
b. Dua gigi kaninus yang serupa di rahang atas dan rahang bawah. Gigi ini kuat
dan menonjol di sudut mulut. Hanya mempunyai satu akar.
c. Empat gigi pre-molar/gigi molar kecil Mahkotanya bulat hampir seperti
bentuk kaleng tipis, mempunyai dua tonjolan, satu di sebelah pipi dan satu di
sebelah lidah. Kebanyakan gigi pre-molar mempunyai satu akar, bebrapa
mempunyai dua akar.
d. Enam gigi molar Merupakan gigi-gigi besar di sebelah belakang di dalam
mulut digunakan untuk menggiling makanan. Semua gigi molar mempunyai
mahkota persegi, seperti blok-blok bangunan. Ada yang mempunyai tiga,
empat, atau lima tonjolan. Gigi molar di rahang atas mempunyai tiga akar dan
gigi molar di rahang bawah mempunyai dua akar.

Gambar 2. Gigi Permanen

Aspek pada gigi permanen


Macam-macam aspek pada gigi permanen:
Aspek incisal
Aspek oklusal
Aspek labial
Aspek radix
Aspek palatal

:tepi gigitan gigi geligi depan


:permukaan gigit.
: permukaan luar gigi geligi depan yang berkontak
dengan bibir.
: bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan
ditopang oleh tulang alveolar dari maksila dan
mandibulla.
: permukaan dalam gigi geligi atas yang berkontak
12

Aspek bukal
Aspek mesial
Aspek distal
Aspek lingual
Aspek proksimal

dengan palatum. Digunakan juga istilah lingual.


: permukaan gigi geligi belakang.
: permukaan proksimal gigi yang lebih dekat ke garis
tengah.
: bagian gigi yang terjauh dari garis tengah.
: permukaan dalam gigi yang berkontak dengan lidah.
: permukaan gigi yang berkontak dengan gigi
tetangganya, biasa disebut permukaan distal.1,2

2.2. DIABETES MELLITUS


Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan dimana tidak seimbangnya
glukosa darah dan gangguan metabolik lain karena sekresi yang tidak
adekuat sehingga terjadi perubahan vaskular dan neuropati di beberapa
organ tubuh.9 Menurut survey dari WHO, Indonesia menduduki peringkat
ke-4 besar penderita DM di seluruh dunia dengan perbandingan estimasi
pada tahun 2000 sejumlah 8,4 juta jiwa penderita DM sedangkan pada
tahun 2030 akan meningkat sangat pesat hingga mencapai angka estimasi
sebesar 21,3 juta jiwa penderita DM di seluruh Indonesia.10
Etiologi dari penyakit DM adalah ditandai dengan

adanya

hiperglikemia kronis dengan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak,


dan protein karena kerusakan pada sekresi dan kerja insulin.4
Kelainan neurologis (neuropati) terjadi karena adanya kerusakan
nervus peripheral yang disebabkan penyakit pada nervus itu sendiri atau
manifestasi dari penyakit sistemik maupun karena trauma. Nervus peripheral
adalah jalur koneksi dari otak ke sumsum tulang belakang menuju keseluruh
tubuh dan memiliki jalur dari sumsum tulang belakang dan tersusun
membentuk garis di tubuh (dermatom). Gangguan neuropati dapat terjadi
pada penderita DM yang telah lama dan tidak terkontrol pada lansia.
Gejalanya berupa lesi di ganglion radiks posterior

dimana ditemukan

hipestesia perifer disertai hilangnya sensasi getar serta terkadang ada


atropati tanpa rasa nyeri dan ulkus pada kaki.11
Hati memproduksi glukosa yang dialirkan dalam darah dari
makanan

yang dikonsumsi. Glukosa dalam bentuk karbohidrat yang

diresorbsi tubuh diambil dari ikatan

kompleks

molekul

karbohidrat

makanan berfungsi sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi.


13

Hormon yang berperan penting dalam penyakit DM adalah hormone


insulin yang dipoduksi oleh pankreas. Insulin mengolah glukosa dalam
sel-sel sasaran yaitu sel dalam hati, otot, dan jaringan lemak.5
2.3. Manifestasi Diabetes Mellitus Dalam Rongga Mulut
DM juga dapat menjadi salah satu penyakit yang berperan sebagai
faktor predisposisi penyakit infeksi dalam rongga mulut. Penyakitpenyakit yang dapat ditimbulkan seperti burning mouth syndrome (mulut
terasa
saliva,

terbakar), xerostomia (mulut

kering),

gangguan pada sekresi

infeksi Candida albicans, periodontitis parah bahkan sampai

menyebabkan kehilangan gigi (edentoulus).12

14

2.4. KARIES GIGI


Definisi
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan.
Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya
mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan
sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari substrat
sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi
kavitas. Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian
yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat
diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini
terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat
yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu.
Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email
gigi hingga menjalar ke dentin. Proses karies ditandai dengan terjadinya
demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan
organiknya. Proses ini ditandai timbulnya white spot pada permukaan gigi. White
spot merupakan bercak putih pada permukaan gigi. Penjalaran karies mula-mula
terjadi pada email. Bila tidak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan
menjalar ke bawah hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi saraf dan pembuluh
darah, sehingga menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati.

15

Klasifikasi
Karies memiliki kedalaman yang berbeda. Derajat keparahannya
dikelompokan menjadi:
a. Karies pada email
Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada rangsangan yang
berasal dari makanan atau minuman yang dingin akan terasa linu.
b. Karies pada dentin
Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan.
Apabila sisa makanan disingkirkan maka rasa sakit akan berkurang.
c.

Karies pada ke pulpa


Gigi terasa sakit terus menerus sifatnya tiba tiba atau muncul dengan
sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang
rasa sakit

16

Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)


a. Karies Superfisialis
dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.

Gambar. Karies Superfisialis


b. Karies Media
17

dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah


dentin.

Gambar. Karies Media


c. Karies Profunda
dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadangkadang sudah mengenai pulpa.

Gambar. Karies Profunda


Menurut ICDAS, karies diklasifikasikan :

D1: Dalam keadaan gigi kering, terlihat lesi putih pada permukaan

gigi.
D2:Dalam keadaan gigi basah, sudah terlihat adanya lesi putih

pada permukaan gigi.


D3: Terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.
D4: Lesi email lebih dalam, tampak bayangan gelap dentin atau

lesi sudah mencapai bagian ndentino enamel junction (DEJ).


D5: Lesi telah mencapai dentin.
D6: Lesi telah mencapai pulpa.

18

Etiologi
Teori Multifaktorial Keyes menyatakan penyebab karies gigi mempunyai
banyak faktor seperti: host atau tuan rumah yang rentan, agen atau
mikroorganisme yang kariogenik, substrat atau diet yang cocok, dan waktu yang
cukup lama.2 Faktor-faktor tersebut digambarkan sebagai tiga lingkaran yang
bertumpang tindih (Gambar 1). Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap
faktor tersebut harus saling mendukung.14

19

Gambar 4. Menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial


yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu.14
a. Faktor host atau tuan rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur
enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat
rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah
tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar
juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan
karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks
yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan
bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih
sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat, sedikit karbonat dan air.
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak
enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan
semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies dari pada gigi tetap. Hal
ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik
dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit dari pada gigi tetap. Selain itu,
secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap dan email
orang muda lebih lunak dibandingkan orang tua. Mungkin alasan ini menjadi
salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.14
Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies adalah:
20

1. Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar; pit bukal molar
dan pit palatal insisif;
2. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak;
3. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva;
4. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya
plak pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit periodonsium;
5. Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper;
6. Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.
b. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya
karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang

terdiri atas

kumpulan

mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian
menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak yang berbeda-beda. Pada
awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak
dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis,
dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, ada juga
penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita
karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 104-105 sel/mg plak.
Walaupun demikian, Streptokokus mutans yang diakui sebagai penyebab utama
karies.14
c. Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam
plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi
asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat
terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada
orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau
21

sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan
bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.14
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri mulut dan
secara langsung terlibat dalam penurunan pH. Dibutuhkan waktu tertentu bagi
plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan
mampu mengakibatkan demineralisasi email, tidak semua karbohidrat sama
derajat kariogeniknya. Karbohidrat yang kompleks misalnya pati (polisakarida)
relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di dalam mulut,
sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula akan
meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri, sehingga
makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan
cepat sampai level yang menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap
bersifat asam selama beberapa waktu, untuk kembali ke pH normal sekitar 7,
dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu konsumsi gula yang berulangulang menyebabkan demineralisasi email.14
d. Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan
karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 648 bulan.14
Proses Karies Gigi
Proses terjadinya karies gigi diawali oleh proses pembentukan plak secara
fisiologis pada permukaan gigi. Plak terdiri atas komunitas mikroorganisme atau
bakteri yang dapat bekerja sama serta memiliki sifat fisiologi kolektif. Beberapa
bakteri mampu melakukan fermentasi terhadap substrat karbohidrat (seperti
sukrosa dan glukosa), untuk memproduksi asam, menyebabkan pH plak akan
menurun sampai di bawah 5 dalam 1-3 menit. Penurunan pH plak secara
berulang-ulang akan mengakibatkan demineralisasi pada permukaan gigi. Namun,
asam yang diproduksi dapat dinetralkan oleh saliva, sehingga pH saliva
meningkat dan berlangsungnya pengambilan mineral. Keadaan ini disebut dengan
22

remineralisasi. Hasil kumulatif dari proses demineralisasi dan mineralisasi dapat


menyebabkan kehilangan mineral sehingga lesi karies terbentuk.13,14
Proses karies dapat terjadi di seluruh permukaan gigi dan merupakan
proses alami. Pembentukan biofilm dan aktifitas metabolik oleh mikroorganisme
tidak dapat dicegah. Perkembangan lesi ke dalam dentin bisa mengakibatkan
invasi bakteri dan mengakibatkan kematian pulpa dan penyebaran infeksi ke
dalam jaringan periapikal sehingga menyebabkan rasa sakit.14
Proses terjadinya karies gigi ditandai dengan adanya perubahan warna
putih mengkilat pada email menjadi putih buram yang disebut white spot. Faktor
yang harus ada dalam proses karies gigi adalah makanan, plak, email dan waktu.
Makanan yang mengandung gula (sukrosa) dengan adanya kuman dalam plak
(coccus) maka berbentuk asam (H+) dan jika berlangsung terus menerus, maka
lama kelamaan pH plak menjadi 5. Asam (H+) dengan pH ini akan masuk
kedalam sub surface dan akan melarutkan kristal-kristal hidroxyapatit yang ada,
lama kelamaan kalsium akan keluar dari email, proses ini disebut sub surface
decalsifikasi.
Akibat Karies yang Tidak Dirawat
Terjadinya demineralisasi lapisan email, menyebabkan email menjadi
rapuh. Jika karies gigi dibiarkan tidak dirawat, proses karies akan terus berlanjut
sampai ke lapisan dentin dan pulpa gigi, apabila sudah mencapai pulpa gigi
biasanya penderita mengeluh giginya terasa sakit. Jika tidak dilakukan perawatan,
akan menyababkan kematian pulpa, serta proses radang berlanjut sampai ke tulang
alveolar. Beberapa masalah akan timbul pada karies yang tidak terawat apabila
dibiarkan seperti pulpitis, ulserasi, fistula dan abses. 14
a. Pulpitis
Pulpitis adalah proses radang pada jaringan pulpa gigi, yang pada
umumnya merupakan kelanjutan dari proses karies. Jaringan pulpa terletak di
dalam jaringan keras gigi sehingga bila mengalami proses radang, secara klinis
sulit untuk menentukan seberapa jauh proses radang tersebut terjadi. Menurut
Ingle, atap pulpa mempunyai persarafan terbanyak dibandingkan bagian lain pada
pulpa. Jadi, saat melewati pembuluh saraf yang banyak ini, bakteri akan
23

menimbulkan peradangan awal pulpitis. Berdasarkan gambaran histopatologi dan


diagnosis klinis, pulpitis dibagi menjadi:13,14
1. Pulpitis reversible, yaitu inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa kembali normal. Gejala
Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit yang tajam dan hanya
sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin dari
pada panas. Tidak timbul spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya di
hilangkan.
2. Pulpitis Irrevesible, yaitu lanjutan dari pulpitis reversible. Pulpitis
irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak bisa pulih walaupun
penyebabnya dihilangkan. Cepat atau lambat pulpa akan menjadi nekrosis. 11
Biasanya, gejala asimtomatik atau pasien hanya mengeluhkan gejala yang
ringan. Nyeri pulpitis irreversible ini dapat tajam, tumpul, setempat, atau
difus (menyebar) dan dapat berlangsung hanya beberapa menit atau berjamjam.

Gambar 5. Pulpitis14
b. Ulkus Traumatik
Ulkus traumatik atau ulserasi adalah ulserasi akibat trauma, dapat
disebabkan kontak dengan sisa mahkota gigi atau akar yang tajam akibat proses
karies gigi. Ulserasi akibat trauma sering terjadi pada daerah mukosa pipi dan
bagian perifer lidah. Secara klinis ulserasi biasanya menunjukkan permukaan
sedikit cekung dan oval bentuknya. Pada awalnya daerah eritematous di jumpai di
bagian perifer, yang perlahan-lahan warnanya menjadi lebih muda karena proses

24

keratinisasi. Bagian tengah ulkus biasanya berwarna kuning-kelabu. Setelah


pengaruh traumatik hilang, ulkus akan sembuh dalam waktu 2 minggu.14

Gambar 6. Ulkus Traumatik14


c. Fistula
Fistula terjadi karena peradangan karies kronis dan pernanahan pada
daerah sekitar akar gigi (periapical abcess). Peradangan ini akan menyebabkan
kerusakan tulang dan jaringan penyangga gigi. Peradangan yang terlalu lama
menyebabkan pertahanan tubuh akan berusaha melawan, dan mengeluarkan
jaringan yang telah rusak dengan cara mengeluarkan nanah keluar tubuh melalui
permukaan yang terdekat, daerah yang terdekat adalah menembus tulang tipis dan
gusi yang menghadap ke pipi, melalui saluran yang disebut fistula. Jika saluran ini
tersumbat, maka akan terjadi pengumpulan nanah.14

Gambar 7. Fistula14
d. Abses

25

Saluran pulpa yang sempit menyebabkan drainase yang tidak sempurna


pada pulpa yang terinfeksi, sehingga menjadi tempat berkumpulnya bakteri dan
menyebar ke arah jaringan periapikal secara progresif. Pada saat infeksi mencapai
akar gigi, patofisiologi proses infeksi ini dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi
bakteri, ketahanan host, dan anatomi jaringan yang terlibat.5,13
Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan
infeksi bakteri campuran. Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses
yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Staphylococcus aureus
dalam proses ini memiliki enzim aktif yang disebut koagulase yang fungsinya
untuk mendeposisi fibrin, sedangkan Streptococcus mutans memiliki 3 enzim
utama yang berperan dalam penyebaran infeksi gigi, yaitu streptokinase,
streptodornase, dan hyaluronidase.14,15

Gambar 8. Abses periapikal14


e. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan radang
pulpa akut maupun kronis atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
trauma. Nekrosis pulpa dapat bersifat parsial atau total. Ada dua tipe nekrosis
pulpa, yaitu:15
1. Tipe koagulasi, di sini terdapat jaringan yang larut, mengendap, dan
berubah menjadi bahan yang padat.
2. Tipe liquefaction, enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa menjadi
suatu bahan yang lunak atau cair.

26

Gambar 9. Nekrosis pulpa15


Tindakan
a. Penambalan
Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat
disembuhkan dengan sendirinya, dengan pemberian obat-obatan. Gigi tersebut
hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan
melakukan pemboran, yang pada akhirnya gigi tersebut akan ditambal.
Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah
pembersihan gigi yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak
dan jaringan gigi yang sehat di sekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri
penyebab karies telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini
dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan terjadinya infeksi
ulang. Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi atau
di sekeliling gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak
amalgam, resin komposit, semen ionomer kaca, emas tuang, porselen. Perak
amalgam merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk gigi
belakang, karena sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak amalgam
relatif tidak mahal dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal
tetapi lebih kuat dan bias digunakan pada karies yang sangat besar. Campuran
damar dan porselen digunakan untuk gigi depan, karena warnanya mendekati

27

warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih mahal dari
pada perak amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada gigi belakang yang
digunakan untuk mengunyah. Kaca ionomer merupakan tambalan dengan warna
yang sama dengan gigi. Bahan ini diformulasikan untuk melepaskan fluor, yang
memberi keuntungan lebih pada orang-orang yang cenderung mengalami
pembusukan pada garis gusi. Kaca ionomer juga digunakan untuk menggantikan
daerah yang rusak karena penggosokan gigi yang berlebihan.
b. Pencabutan
Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan sudah
sukar dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak
tersebut. Dalam proses pencabutan maka pasien akan dibius, dimana biasanya
pembiusan dilakukan lokal yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang mati rasa
dan pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat pasien tidak
merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan.

28

Anda mungkin juga menyukai