Oleh :
Arasy Al-Adnin
04054821517040
Pembimbing :
Drg. Rahmatullah Irfani
FAK U LTAS K E D O K T E R AN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
Abstrak
Kavitas oral adalah lokasi anatomi yang berperan penting dalam banyak proses fisiologis. Kavitas ini
memiliki jaringan keras yang dikelilingi oleh mukosa. Kavitas oral juga merupakan cermin yang
merefleksikan dan menggambarkan rahasia internal tubuh manusia karena manifestasi oral muncul
pada bermacam-macam penyakit sistemik. Dalam beberapa kasus, manifestasi oral dapat mendahului
munculnya gejala dan lesi di daerah lain. Manifestasi ini harus dikenali secara baik agar pasien
mendapatkan diagnosis dan tatalaksana yang tepat. Artikel ini akan menjelaskan lesi pada mukosa
oral, gigi, kelenjar saliva, tulang wajah, kulit ekstraoral dan struktur lain yang terlibat dalam penyakit
sistemik tertentu, serta memberikan wawasan yang luas bagi dokter, dokter gigi, dan klinisi.
Kata kunci : Manifestasi oral, Gangguan hematologi, Gangguan nutrisi, Gangguan metabolik,
Penyakit gastrointestinal.
PENDAHULUAN
Kavitas oral adalah lokasi anatomi yang berperan penting dalam banyak proses fisiologis,
seperti pencernaan, pernapasan dan berbicara. Kavitas ini memiliki jaringan keras yang dikelilingi
oleh mukosa. Mulut sering kali dipengaruhi oleh kondisi yang melibatkan kulit dan penyakit
multiorgan lainnya. Dalam beberapa kasus, manifestasi oral dapat mendahului munculnya gejala dan
lesi di daerah lain. Artikel ini akan menjelaskan gambaran umum dari kondisi yang melibatkan
manifestasi oral tetapi juga melibatkan sistem organ lainnya.
A. PENYAKIT GASTROINTESTINAL
Kavitas oral adalah jalan masuk dari traktus gastrointestinal.Dilapisi oleh epitel squamos
stratifikasi, jaringan mulut sering kali terlibat dalam beberapa kondisi yang melibatkan sistem
gastrointestinal. Hal ini dapat dipengaruhi oleh imun atau berbagai proses kimia. Peningkatan
kesehatan gigi dan higienitas oral dapat memberikan ketidakseimbangan imunologi dan meningkatkan
kecenderungan terhadap autoimunitas.
Crohns disease
Merupakan gangguan idiopatik yang dapat melibatkan keseluruhan traktus gastrointestinal
dengan inflamasi transmural, granuloma nonkaseosa dan fisura.Penyakit ini sering terjadi di negara
barat dan lebih banyak prevalensi pada laki-laki kulit putih.Insidensi meningkat pada dekade kedua
dan ketiga kehidupan serta pada dekade keenam dan ketujuh.Gejala dari Crohns disease ialah
serangan diare berulang, konstipasi, nyeri perut, dan demam. Penderita juga akan mengalami
malabsorbsi dan malnutrisi.
Keterlibatan intraoral dari Crohns disease terjadi pada 8-29% pasien dan mendahului gejala
intestinal. Gejala orofasial dari Crohns disease ialah (1) pembengkakan difus dari mukosa labial dan
2
gingiva; (2) mukosa bukal dan gingiva yang seperti batu kerikil (cobblestoning); (3) stomatitis aftosa;
(4) mucosal tags, dan (5) cheilitis angular. Granuloma nonkaseosaadalah karakteristik dari Crohn
disease orofasial.Pembengkakan pada bibir sering kali menjadi keluhan kosmetik, dan juga hal ini
dapat bermanifestasi berupa nyeri.Keterlibatan gingiva dan mukosa dapat menyebabkan kesulitan
makan.Meningkatnya karies dental dan kurangnya nutrisi dapat dihubungkan dengan berkurangnya
produksi saliva dan malabsorbsi dari traktus intestinal.Manifestasi oral dapat membantu dalam
memastikan diagnosis.Keterlibatan oral dapat mendahului manifestasi dan gejala sistemik.Tingkat
keparahan dari lesi oral dapat bersamaan dengan keparahan dari penyakit sistemik, dan dapat menjadi
pertanda perburukan intestinal.
Kolitis Ulseratif
Kolitis ulseratif adalah suatu kondisi inflamasi yang banyak kesamaan dengan Crohns
disease.Namun, kolitis ulseratif terbatas pada kolon dan pada lapisan mukosa, submukosa dan
muskularis.Kolitis ulseratif memiliki periode eksaserbasi dan remisi, dan secara umum lesi oral
muncul bersamaan dengan eksaserbasi dan penyakit kolon.Perubahan mukosa telah dilaporkan pada
beberapa pasien kolitis ulseratif.Glositis, cheilitis, halitosis, refluks gastroesofageal adalah beberapa
manifestasi oral.Regurgitasi dari isi lambung menurunkan pH dari kavitas oral menjadi 5.5.pH yang
asam membuat kerusakan pada enamel. pH telah dilaporkan menurun secara signifikan pada penderita
GERD. Hal ini sering terlihat pada permukaan palatal dan gigi maksila. Erosi pada enamel
menyebabkan eksposur dari dentin. Perawatan gigi yang baik dan kontrol keasaman dapat membantu
mengurangi prevalensi erosi. Namun, sekali erosi terjadi, akan menjadi ireversibel dan hanya dapat
diterapi dengan prosedur restoratif surgikal. Oleh karena itu, diagnosis awal dan edukasi pasien adalah
terapi yang paling efektif.
B. GANGGUAN JARINGAN IKAT
Sjogrens Syndrome
Merupakan penyakit autoimun yang terbanyak kedua dan menyerang 3% wanita usia 50
tahun atau lebih tua. Prevalensi jenis kelamin 90% terjadi pada perempuan.Sjogrens syndrome primer
memiliki karakteristik sindrom sicca, keratokonjungtivitis sicca, dan xerostomia.Bentuk sekunder
berhubungan dengan artritis reumatoid.Perubahan oral pada Sjogrens syndrome adalah kesulitan
menelan dan makan, gangguan rasa dan bicara, meningkatnya karies gigi dan predisposisi infeksi
yang kesemuanya dikarenakan oleh berkurangnya saliva.Perubahan ini tidak spesifik pada Sjogrens
syndrome karena dapat terjadi pada beberapa kondisi yang menyebabkan berkurangnya produksi
saliva.Perubahan mukosa menjadi kering, merah dan berkerut akibat xerostomia.Pada lidah dapat
terlihat gambaran seperti batu kerikil (cobblestone) karena atrofi dari papil.Kandidiasis sering terjadi
pada pasien Sjogrens syndrome.Pada Sjogrens syndrome, infiltrat limfosit mengelilingi kelenjar
saliva dan duktus kelenjar lakrimal.Inflamasi dan hiperplasia dari epitel menyebabkan terhambatnya
duktus dan menjadi tidak berfungsi. Hal ini akan menyebabkan atrofi dari acini, fibrosis dan
hialinisasi dari kelenjar. Perubahan ini ireversibel walaupun pengobatan tertentu dapat membantu
memaksimalkan produksi saliva dari kelenjar saliva fungsional yang tersisa.Fakta ini memperkuat
pernyataan bahwa higienitas oral yang baik dan kontrol perawatan gigi sangat esensial untuk
meminimalisir efek dari gangguan saliva.
Penyakit Kawasaki
Penyakit Kawasaki, atau sindrom nodus limfe mukokutaneus, adalah vaskulitis yang
mempengaruhi arteri besar dan berhubungan dengan sindrom limfe nodus kutaneus. Paling sering
3
terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun. Pasien dapat mengalami edema akut dan eritem pada
tangan dan kaki, demam, eritema mulut dan ruam.Temperatur dapat melebihi 38.5 oC (101.3oF) selama
5 hari sebagai kriteria diagnosis. Untuk mendiagnosis harus ditemukan 4 dari 5 kriteria berikut: (1)
edema, eritema, atau deskuamasi dari ekstremitas perifer; (2) Eksantema polymorphous; (3) Injeksi
konjungtiva bilateral; (4) eritema dan lidah strawberi pada kavitas oral; dan (5) adenopati servikal
akut. Temuan oral dapat meliputi pembengkakan papil dan permukaan lidah (lidah strawberi) dan
eritema pada permukaan mukosa.Ulserasi pada kavitas oral adalah gejala yang paling sering muncul
pada pasien. Pada bibir terjadi pembengkakan, pecah-pecah ,cherry red, dan berdarah.
Granulomatosis Wagener
Merupakan vaskulitis nekrosis dari pembuluh darah kecil-medium yang berhubungan dengan
nekrosis granulomatosa dari jalan nafas atas dan bawah dan nekrosis glomerulonefritis.Diagnosis
awal dari penyakit ini sangat penting untuk mencegah kerusakan glomerular yang ireversibel dan
menyebabkan kematian.Keterlibatan oral sering terjadi pada granulomatosis wagener, dan studi otopsi
menunjukan bahwa keterlibatan oral muncul hampir pada semua kasus.
Lesi oral meliputi ulserasi dan pembesaran gingiva.Ulserasi oral yang terjadi pada mukosa
bukal dan palatum adalah lesi oral yang paling sering, namun tidak spesifik. Karakteristik gambaran
gingiva pada granulomatosis wagener sebagai gejala patognomonik dikenal dengan istilah gingivitis
strawberi, walaupun lesi ini tidak sering muncul dibandingkan lesi lain. Gejala pada gingiva adalah
pembengkakan, kemerahan, dan gambaran granular.Awalnya, munculnya papul difus yang terang
berwarna merah sampai ungu pada daerah labial papilla interdental.Hilangnya gigi dan tulang alveolar
sering terjadi.Manifestasi oral dan kulit berhubungan dengan progresifitas penyakit, dengan demikian
dapat menunjukan prognosis.Adanya lesi oral pada pemeriksaan fisik dapat secara langsung
membantu dalam konfirmasi diagnosis sehingga dapat dilakukan tatalaksana yang tepat dan mencegah
kerusakan lebih lanjut pada paru-paru dan ginjal.
Sarkoidosis
Merupakan penyakit sistemik idiopatik dengan karakteristik limfadenopati hilar bilateral dan
granuloma nonkaseosapada paru-paru.Manifestasi mata dan kulit sering terjadi.Sarkoidosis dapat
melibatkan hampir semua sistem organ.Organ yang terlibat antara lain hati, jantung, lien, mata, ginjal
dan sistem limfe.Manifestasi oral berupa lesi multipel dan nodular, ulserasi pada gingiva, mukosa
bukal, mukosa labial dan palatum.Ulserasi dan pembengkakan yang tidak jelas tidak membantu dalam
mendiagnosis sarkoidosis, tetapi hasil biopsi dapat menunjukan granuloma nonkaseosa yang
dikelilingi sel giant dengan infiltrat limfosit.Walaupun jarang, dapat terjadi keterlibatan kelenjar
saliva yang menyebabkan pembengkakan.Sindrom heerfordt dapat timbul jika terjadi gejala
pembengkakan kelenjar parotid, xerostomia, uveitis dan parese nervus fasialis.Sarkoidosis dapat
melibatkan lidah berupa pembengkakan, pembesaran, dan ulserasi, namun jarang.
C. KONDISI MULTISISTEM
Amiloidosis
Merupakan deposit protein amiloid pada jaringan tubuh yang menyebabkan kerusakan
jaringan. Amiloidosis diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder. Bentuk awal berupa multipel
myeloma atau penyakit idiopatik, sementara bentuk lanjutnya berupa sequela dari proses penyakit
inflamasi kronik. Klasifikasi ini berdasarkan tipe deposit protein fibrilar. Bentuk primer biasanya
menyerang kulit, jantung, lidah, dan traktus gastrointestinal sementara bentuk sekunder tanpa
melibatkan manifestasi kulit.
Manifestasi oral yang paling sering muncul pada amiloidosis adalah makroglosia yang terjadi
pada 20% pasien.Pembesaran lidah disebabkan oleh indentasi gigi.Walaupun biasanya tidak nyeri,
pembesaran, kekakuan, dan hilangnya mobilitas sering terjadi.Lidah dapat menjadi relatif normal atau
adanya nodul kuning pada permukaan larteral. Hiposalivasi disebabkan oleh deposit pada kelenjar
saliva. Pembengkakan submandibula terjadi setelah pembesaran lidah dan dapat menyebabkan
obstruksi saluran pernapasan.Jarang adanya ulserasi oral namun dapat terjadi.
D. GANGGUAN METABOLIK
Histiositosis Sel Langerhans
Histiositosis sel langerhans menggantikan istilah histiositosis X, suatu kondisi dengan etiologi
yang tidak diketahui dan patogenesis berupa proliferasi abnormal dari histiosit dan eosinofil.
Manifestasi dengan terjadinya proliferasi lokal atau keterlibatan sistemik yang lebih luas.Satu bentuk,
dulunya dikenal dengan penyakit Letterer-Siwe, sering terjadi pada bayi dan memiliki karakteristik
keterlibatan organ visceral dan berpotensi menyebabkan kematian.Gejala oral meliputi ulserasi luas,
ekimosis, gingivitis, periodontitis dan hilangnya gigi.Secara primer, merupakan penyakit HandSchuller-Christian, penyakit pada anak yang terdiri dari tiga gejala yaitu diabetes insipidus, lesi litik
tulang dan proptosis.Manifestasi oral meliputi ulserasi ireguler pada palatum durum dan menjadi
manifestasi primer dari penyakit ini.Inflamasi gingiva dan nodul ulserasi, kesulitan menggigit dan bau
nafas yang busuk dapat terjadi.Bentuk paling sering dari histiositosis sel langerhans adalah granuloma
eosinofilik yang muncul pada dewasa muda dan menunjukan progresifitas yang cepat dari kehilangan
tulang dengan ekstrusi gigi, menghasilkan gambaran floating teeth.Pembengkakan oral dan ulserasi
akibat dari keterlibatan tulang mandibula dan maksila.Ulserasi oral terjadi pada gingiva, palatum, dan
dasar mulut, diikuti dengan nekrosis gingivitis.Lesi oral dapat terjadi tanpa destruksi pada tulang.Pada
kasus yang jarang, ulserasi pada palatum atau gingiva merupakan tanda primer.
MANIFESTASI ORAL DARI AIDS
Sejak 20 tahun sebelum pandemik HIV, sejumlah keterlibatan oral dan kulit telah diketahui
berhubungan dengan penyakit HIV.
Kandidiasis
Kandidiasis oral sering pertama kali terlihat pada gejala infeksi HIV, dan dapat terjadi pada
90% pasien yang terinfeksi HIV.Pseudomembran kandidiasis adalah gejala yang paling sering
muncul.Dengan karakteristik berupa papul putih kekuningan yang melapisi mukosa oral dan terjadi
erosi atau eritema mukosa.Kandidiasis ini sering bermanifestasi pada mukosa bukal, palatum dan
vestibular.Infeksi kandida meningkat sejalan dengan progresifitas penyakit HIV.
Herpes Simpleks
Imunodefisiensi, yang terjadi pada penyakit HIV, menyebabkan reaktivasi dari infeksi herpes
yang laten. Sampai dibuktikan, semua ulserasi perineal dan orolabial harus dievaluasi sebagai HSV
pada pasien yang terinfeksi HIV.Dibandingkan dengan individu yang imunokompeten, infeksi HSV,
pada pasien yang HIV positif lebih agresif, lama, dan menyebar.Walaupun mukosa keratin biasanya
terinfeksi, lesi HSV dapat bermanifestasi pada permukaan non keratin.Hal ini meliputi mukosa labial,
ventral lidah, dasar mulut, mukosa bukal, dan palatum mole. Lesi herpes dapat menyebar ke daerah
lain, termasuk tonsil dan esofagus.
Hairy Leukoplakia
Hairy leukoplakia disebabkan oleh virus Epstein bar, seringkali bermanifestasi sebagai plak
putih pada lidah bagian lateral.Plak ini dapat terlihat dari sangat tipis dan homogen sampai tebal
sebagai area kasar yang menyerupai kandidiasis hiperplastik. Hairy leukoplakia merupakan
menifestasi yang spesifik dari penyakit HIV yang terjadi pada mulut, dan jika adanya hairy
leukoplakia maka dapat dianggap sebagai progresifitas AIDS karena pasien jarang bermanifestasi
pada kondisi CD4 lebih besar dari 200 sel/L.
Sarkoma Kaposi
Sarkoma Kaposi adalah malignansi yang paling sering terjadi pada pasien dengan HIV
positif.Terjadi pada hampir 15% pasien dengan AIDS, tetapi hal ini menurun secara dramatis pada
masa HAART.Secara intraoral, sarkoma kaposi muncul berupa bercak coklat, kebiruan, ungu, atau
merah, atau papul pada palatum durum, mukosa, dan gingiva.Lesi inisialnya adalah makula datar atau
bercak pada permukaan mukosa tetapi pada beberapa kasus menjadi nodular dan seringkali
mengalami ulserasi dan berdarah.Sarkoma kaposi dapat juga bermanifestasi pada kulit, pembesaran
nodus limfe, dan kelenjar saliva.
Cytomegalovirus
Cytomegalovirus (CMV) adalah virus DNA rantai ganda yang menyerang populasi umum,
dengan rata-rata 60% orang dengan seropositif tetapi asimtomatik.Gejala biasanya tidak muncul
kecuali pasien telah menjalani transplantasi organ atau sumsum tulang.Pada pasien yang
immunocompromised, infeksi jarang bermanifestasi intraoral. Namun jika ini terjadi, CMV
menyebabkan ulserasi oral yang dalam pada bibir, lidah, faring, atau beberapa mukosa lain tampak
punched-out dengan tepi eritem.
Human Papillomavirus
Sama seperti virus herpes, infeksi human papillomavirus sering terjadi pada penyakit HIV.
Papilloma atau kondiloma muncul pada gingiva dan beberapa mukosa labial, berupa massa pink yang
lunak dengan karakteristik permukaan papillari.
Ulserasi seperti Aftosa
Pada individu yang imunokompeten, ulserasi ini biasanya hanya melibatkan permukaan nonkeratin dari kavitas oral.Namun pada individu yang immunocompromised, ulserasi ini dapat muncul
dimanapun.Walaupun tiga bentuk ulserasi aftosa telah diketahui (minor, mayor, herpetiform), bentuk
mayor lebih sering terjadi pada penyakit HIV.Gambaran lesi ini pada pasien yang terinfeksi HIV
adalah indikator dari progresifitas penyakit.
MANIFESTASI ORAL DARI GANGGUAN ENDOKRIN
Diabetes
Shrimali dkk. mengamati hiposalivasi sebagai manifestasi oral yang paling sering, terlihat
pada 68%, diikuti dengan halitosis 52%, periodontitis 32%, sensasi terbakar pada mulut 32%,
kandidiasis dan perubahan sensasi rasa 28% dari kasus DM yang terkontrol. Pada studi yang sama,
6
subjek dengan DM yang tidak terkontrol menunjukkan hiposalivasi terlihat pada 84%, diikuti dengan
halitosis 76%, periodontitis 48%, perubahan rasa 44%, kandidiasis 36%, dan sensasi terbakar pada
mulut 24%.
Penyakit Addison (Hypoadrenocorticism)
Terjadi karena kurangnya produksi hormon kortikosteroid adrenal karena destruksi dari
korteks adrenal.Gejala oral meliputi pigmentasi makular coklat pada mukosa oral karena produksi
melamin yang berlebih.Gejala oral sering mendahului hiperpigmentasi pada kulit.
E. GANGGUAN HEMATOLOGI
Anemia
Kondisi dengan defisiensi sel darah merah atau hemoglobin darah, menyebabkan pucat dan
kelelahan.Ada berbagai macam manifestasi oral pada beberapa tipe anemia.
Anemia Pernisiosa
Disebabkan oleh defisiensi faktor intrinsik yaitu mukoprotein pada lambung.Faktor intrinsik
penting untuk absorbsi vitamin B12 yang esensial untuk eritropoiesis.Manifestasi oral berupa mukosa
pucat.Lidah mengalami inflamasi baik sebagian ataupun keseluruhan.Ulkus kecil dangkal seperti
aftosa dapat terlihat.Papil mengalami atrofi dan menjadi licin atau glositis gundul dengan glosopirosis
dan glosodinia.Ini disebut juga glositis Hunter atau glositis Moeller.
Anemia Aplastik
Disebabkan oleh kurangnya aktivitas sumsum tulang, berkurangnya sel darah merah, sel
darah putih, dan trombosit yang menyebabkan pansitopenia.Manifestasi oral meliputi pucat dan atrofi
pada mukosa oral, licin, dan nyeri pada lidah, stomatitis angular, pendarahan dari gingiva karena
defisiensi trombosit.
Thalassemia
Salah satu jenis anemia yang mengenai hemoglobin pada sel darah merah dan penyakit ini
lebih sering terkena pada ras Italia, Yunani, Syria, dan Amerika. Penyakit ini adalah penyakit
keturunan, kelainan kongenital dimana terjadi defek pada saat sintesis globin yang mengakibatkan
pembentukan hemoglobin yang tidak stabil. Manifestasi oral termasuk penonjolan yang tidak sesuai
pada premaksila yang tidak teratur terbentuknya gigi pada maksila dan mukosa oral menjadi berwarna
pucat [22].
Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah bagian dari anemia makrositik, yang mana khususnya terjadi
abnormalitas bentuk yang terjadi pada prekursor sel darah merah di sumsum tulang, yakni
eritropoiesis megaloblastik. Dari sekian banyak penyebab anemia megaloblastik, yang paling sering
adalah penyakit yang bersumber dari defisiensi kobalamin atau folat. Tanda dan gejala oral yang
tampak, termasuk glossitis, cheilitis angularis, ulkus oral yang berulang, kandidiasis oral, mukositis
eritematosus difus, dan pucat pada mukosa oral[23].
Defisiensi Vitamin B3 (Niasin) : Manifestasi oral dari defisiensi niasin telah dijelaskan sebagai suatu
penyakit stomatitis dan glossitis. Penampakan lidah berwarna merah, lembut, dan kasar. Pada awalnya
lidah membengkak namun kemudian menjadi berwarna merah gelap dan terjadi atrofi. Pasien-pasien
mungkin mengeluh rasa terbakar pada mulut atau rasa terbakar pada lidah. Erosi dan aftosa seperti
ulkus mungkin muncul pada lidah dan gusi. Pasien-pasien dengan penyakit akibat memakan makanan
yang kurang baik mungkin dapat menghambat peningkatan aliran saliva, menjadikan drooling dan
lebih menandai terjadinya cheilitis angularis. Selanjutnya aliran saliva menurun dan disana mungkin
terdapat pembengkakan kelenjar saliva yang bersifat kronis.
Defisiensi Vitamin B6 : Manifestasioral dari kekurangan piridoksin termasuk didalamnya cheilitis
dan glossitis (mirip dengan pellagra)
Defisiensi Vitamin C: Vitamin C adalah satu kofaktor yang essensial pada sintesis kolagen. Temuan
oral termasuk pembesaran gusi yang bengkak dengan perdarahan spontan, pembentukan ulkus,
mobilitas gigi dan peningkatan tingkat keparahan dari infeksi periodontal dan kehilangan tulang
periodontal (gingivitis scorbut). Gigi mungkin tereksfoliasi. Perdarahan pada palatum dapat terlihat,
namun lidah biasanya tidak terlibat pada scurvy. Pada anak, perkembangan tulang dan gigi terlibat
sejak proses osteoid dan dentin tergantung dari vitamin C. Pada orang dewasa, perdarahan di dalam
pulpa terjadi bersama dengan degenerasi dari sel-sel odontoblast dan resorpsi dentin dapat terlihat.
Defisiensi Asam Folat : Defisiensi asam folat tampak pada pasien-pasien yang mendapat terapi
methotrexate (terapi untuk kanker dan untuk psoriasis) dan berhubungan dengan penghambatan asam
folat. Keadaan ini juga dapat terlihat pada pasien-pasien dengan sprue dan penyakit liver kronik.
Temuan-temuan oral termasuk cheilitis, cheilitis angularis, ulkus, glossitis.
Defisiensi Zink : Defisiensi zink dapat meningkat karena keadaan dimana ketidakmampuan untuk
menyerap mineral (akrodermatitis enteropatika) atau dari defisiensi nutrisi. Defisiensi zink akibat
didapat paling banyak ditemukan pada pasien-pasien Crohns disease. Perangkat-perangkat oral
termasuk pengerasan, scaling bercak pada bibir bisa juga ulkus, erosi dan fissura.
G. PENYAKIT PENYAKIT GINJAL
Gagal ginjal kronik adalah sebuah penurunan fungsi ginjal yang tidak dapat diubah, dimana
berkembang secara sederhana melebihi periode tahunan sesuai dengan pengurangan nefron nefron
fungsional. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien pasien dengan kadar urea yang tinggi
mempunyai kesempatan yang lebih tinggi untuk teradinya pembusukan, kehilangan, dan gigi yang
ditambal, kehilangan perlekatan serta lesi periapikal dan mukosa dibandingkan populasi pada
umumnya. Konsekuensi dari kesehatan oral yang buruk dapat menjadi lebih berat pada pasien
pasien gagal ginal kronik karena usia yang sudah lanjut, penyakit komorbid pada umumnya seperti
diabetes, obat obat yang diminum bersamaan, dan kondisi disfungsi imun yang dapat meningkatkan
risiko konsekuensi sistemik dari periodontitis dan kondisi patologi gigi dan oral lainnya. Gejala
gejala xerostomia dapat timbul pada banyak orang yang menjalani terapi hemodialisis, akibat asupan
cairan yang dibatasi, sama seperti efek samping dari terapi medikamentosa. Hal ini menyebabkan
pasien rentan terkena kares gigi, inflamasi gusi, dan kesulitan dalam berbicara. Sebagai tambahan,
xerostomia dapat menyebabkan banyak infeksi seperti kandidiasis dan sialadenitis suppurative akut.
Lesi mukosa oral yang lebar dapat terjadi pada orang orang yang menjalani dialisis dan allograft,
khususnya plak putih dan atau ulkus. Makula dan nodula pada mukosa oral yang tidak diketahui
penyebabnya dapat ditemukan pada 14% orang orang yang menjalani hemodialisis [28].
10
11
Tabel 1. Manifestasi-manifestasi oral yang sering ditemukan pada kelainan pola makan [32]
Jaringan Oral
Manifestasi
Jaringan gigi
Mukosa Oral
Kelenjar Saliva
Tulang alveolar
Lidah
Penyebab
Muntah, manifestasi kelenjar
ludah dari ED yang menyebabkan
aliran saliva berkurang, kapasitas
menyangga dan pH saliva
menyebabkan erosi.
Kebersihan oral yang buruk,
berlebihan mengkonsumsi
minuman berkarobanat, manis,
minum berkafein atau minuman
penambah senergi untuk
berolahraga
Kekurangan nutrisi termasuk besi
dan kekurangan vitamin.
Trauma yang disebabkan oleh
karena memasukkan suatu benda
kedalam ringga oral yang
mrangsang muntah.
Infeksi oportunistik oleh Candida
albicans menyebabkan
kekurangan nutrisi, disfungsi
saliva, infeksi sekunder pada lesi
mukosa yang disebabkan oleh
trauma. Kekurangan nutrisi,
infeksi jamur atau oleh kandida,
dan flora staphylococcal.
Kebersihan oral yang buruk dan
defisiensi vitamin C.
Neuropati saraf otonom perifer.
Efek samping obat seperti antidepresan, muntah, dan
kekurangan nutrisi.
KESIMPULAN
12
Banyak penyakit sistemik yang bermanifestasi oral. Rongga oral menjadi tempat yang paling
baik sebagai pintu masuk kedalam tubuh karena manifestasi oral dapat terjadi bersamaan dengan
banyak penyakit sistemik. Manifestasi oral ini haruslah disadari dengan baik jika pasienpasienmendapat dagnosis yang sesuai dan rujukan untuk perawatannya. Walaupun beberapa penyakit
sistemik mempunyai lesi patognomik yang khas pada mukosa oral, pemeriksaan yang hati-hati pada
rongga oral dapat sering menjadi tanda yang penting untuk membuat diagnosis. Diagnosis yang mana
merupakan manifestasi oral dari penyakit sistemik adalah penting dalam sudut pandang para dokter
gigi. Pengetahuan tentang penyakit sistemik sekarang menjadi penting bagi dokter gigi dalam
berpraktek klinik sehari-hari.
REFERENSI
1. Aframian DJ, Ofir M, Benoliel R. Comparison of oral mucosal pH values in bulimia nervosa,
GERD, BMS patients and healthy population. Oral Dis, 16(8), 2010, 807-11.
2. Bajaj S Prasad S, Gupta A, Singh VB. Oral manifestations Oral manifestations in type-2
diabetes and related complications. Indian J Endocrinol Metab, 16(5), 2012, 777779.
3. Bartlett DW, Evans DF, Anggiansah A, Smith BG. A study of the association between gastrooesophageal reflux and palatal dental erosion. Br Dent J, 181(4), 1996, 125-31.
4. Bhargava S, Motwani M B, Patni V. Oral implications of eating disorders, a review. Arch Oro
fac Sci, 8(1), 2013, 1-8.
5. Caldemeyer KS, Parks ET, Mirowski GW. Langerhans cell histiocytosis. J Am Acad
Dermatol, 44(3), 2001, 509-11.
6. Centers for Disease Control and Prevention. 1993 revised classification system for HIV
infection and expanded surveillance case definition for AIDS among adolescents and adults.
MMWR Recomm Rep, 41, 1992, 1-19.
7. Chen Y, Fang L, Yang X. Cyclic neutropenia presenting as recurrent oral ulcers and
periodontitis. J Clin Pediatr Dent, 37(3), 2013, 307-8.
8. Chuang TY, Stitle L, Brashear R, Lewis C. Hepatitis C virus and lichen planus, A case-control
study of 340 patients. J Am Acad Dermatol, 41(5 Pt 1), 1999, 787-9.
9. Daniels TE, Cox D, Shiboski CH, Schidt M, Wu A, Lanfranchi H, et al. Associations
between salivary gland histopathologic diagnoses and phenotypic features of Sjgren's
syndrome among 1,726 registry participants. Arthritis Rheum, 63(7), 2011, 2021-30.
10. Darby WJ. The oral manifestations of iron deficiency. J Am Med Assoc. 130(13), 1946, 830835.
11. Epstein JB. Can Fam Physician, 26, 1980, 953957.
12. Eufinger H, Machtens E, Akuamoa-Boateng E. Oral manifestations of Wegener's
granulomatosis. Review of the literature and report of a case. Int J Oral Maxillofac Surg,
21(1), 1992, 50-3.
13. Ficarra G, Berson AM, Silverman S Jr, Quivey JM, Lozada-Nur F, Sooy DD, et al. Kaposi's
sarcoma of the oral cavity, a study of 134 patients with a review of the pathogenesis,
epidemiology, clinical aspects, and treatment. Oral Surg Oral Med Oral Pathol, 66(5), 1988,
543-50.
14. Fisher MA, Taylor GW. A prediction model for chronic kidney disease includes periodontal
disease. J Periodontol. 80(1), 2009, 1623.
15. Graells J, Ojeda RM, Muniesa C, Gonzalez J, Saavedra J. Glossitis with linear lesions, an
early sign of vitamin B12 deficiency. J Am Acad Dermatol, 60(3), 2009, 498-500.
13
16. Greenspan D, Greenspan JS. Significance of oral hairy leukoplakia. Oral Surg Oral Med Oral
Pathol, 73(2), 1992, 151-4.
17. Greenspan JS, Barr CE, Sciubba JJ, Winkler JR. Oral manifestations of HIV infection.
Definitions, diagnostic criteria, and principles of therapy. The U.S.A. Oral AIDS
Collaborative Group. Oral Surg Oral Med Oral Pathol, 73(2), 1992, 142-4.
18. Harris NL, Jaffe ES, Diebold J, Flandrin G, Muller-Hermelink HK, Vardiman J et al. World
Health Organization Classification of Neoplastic Diseases of the Hematopoietic and
Lymphoid Tissues, Report of the Clinical Advisory Committee MeetingAirlie House,
Virginia, November 1997. J Clin Oncol, 17(12), 1999, 3835-3849.
19. Langenberg AG, Corey L, Ashley RL, Leong WP, Straus SE. A prospective study of new
infections with herpes simplex virus type 1 and type 2. Chiron HSV Vaccine Study Group. N
Engl J Med., 341(19), 1999, 1432-8.
20. Lanza A, Heulfe I, Perillo L, DellErmo A , Cirillo N. Oral Pigmentation as a Sign of
Addisons disease, A Brief Reappraisal. The Open Dermatology Journal, 3, 2009, 3-6.
21. Loh FC, Ravindranathan N, Yeo JF. Amyloidosis with oral involvement. Case report. Aust
Dent J. 35(1), 1990, 14-8.
22. Loureno SV, Hussein TP, Bologna SB, Sipahi AM, Nico MM. Oral manifestations of
inflammatory bowel disease, a review based on the observation of six cases. J Eur Acad
Dermatol Venereol, 24(2), 2010, 204-7.
23. Marcoval J, Ma J. Specific (granulomatous) oral lesions of sarcoidosis, report of two cases.
Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 15(3), 2010, e456-8.
24. Margot L. Van Dis, Langlais RP. The thalassemias, Oral manifestations and complications
purchase. Oral Surg Oral Med Oral Pathol., 62(2), 1986, 229-233.
25. Richa Wadhawan. et al. / Journal of Science / Vol 4 / Issue 4 / 2014 / 233-241. 241
26. Medina CA. Oral manifestations of vitamin deficiencies, Review article. Oral Surgery, Oral
Medicine, Oral Pathology, 9(10), 1956, 10601068.
27. Mulliken RA, Casner MJ. Oral manifestations of systemic disease. Emerg Med Clin North
Am. 18(3), 2000, 565-575.
28. Nweze EI, Ogbonnaya UL. Oral Candida isolates among HIV-infected subjects in Nigeria. J
Microbiol Immunol Infect, 44(3), 2011, 172-7.
29. Ozdemir H, Cifti E, Tapisiz A, Ince E, Tutar E, Atalay S, et al. Clinical and epidemiological
characteristics of children with Kawasaki disease in Turkey. J Trop Pediatr, 56(4), 2010, 2602.
30. Plauth M, Jenss H, Meyle J. Oral manifestations of Crohn's disease. An analysis of 79 cases. J
Clin Gastroenterol, 13(1), 1991, 29-37.
31. Proctor R, Kumar N, Stein A, Moles D, Porter S. Oral and dental aspects of chronic renal
failure. J Dent Res, 84(3), 2005, 199208.
32. Swinson B, Witherow H, Norris P, Lloyd T. Oral manifestations of systemic diseases. Hosp
Med, 65(2), 2004, 92-9.
33. Thomas CA, Trolinger M. Oral health and chronic kidney disease, building a bridge between
the dental and renal communities. Grand Rounds in OralSystemic Medicine, 2(3), 2007, 45
53A.
34. Weckx LL, Hidal LB, Marcucci G. Oral manifestations of leukemia. Ear Nose Throat
J, 69(5), 1990, 341-2, 345-6.
14