Anda di halaman 1dari 14

Journal Reading

Manifestasi Oral Penyakit Sistemik

Oleh :
Arasy Al-Adnin

04054821517040

Achmad Dodi M. 04084821517073

Pembimbing :
Drg. Rahmatullah Irfani

FAK U LTAS K E D O K T E R AN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

Manifestasi Oral dari Penyakit Sistemik


Richa Wadhawan, Gaurav Solanki, Sabreena Sabir, Saba Palekar, Aditi Pareekh
Jodhpur Dental College General Hospital, Jodhpur, Rajasthan, India

Abstrak
Kavitas oral adalah lokasi anatomi yang berperan penting dalam banyak proses fisiologis. Kavitas ini
memiliki jaringan keras yang dikelilingi oleh mukosa. Kavitas oral juga merupakan cermin yang
merefleksikan dan menggambarkan rahasia internal tubuh manusia karena manifestasi oral muncul
pada bermacam-macam penyakit sistemik. Dalam beberapa kasus, manifestasi oral dapat mendahului
munculnya gejala dan lesi di daerah lain. Manifestasi ini harus dikenali secara baik agar pasien
mendapatkan diagnosis dan tatalaksana yang tepat. Artikel ini akan menjelaskan lesi pada mukosa
oral, gigi, kelenjar saliva, tulang wajah, kulit ekstraoral dan struktur lain yang terlibat dalam penyakit
sistemik tertentu, serta memberikan wawasan yang luas bagi dokter, dokter gigi, dan klinisi.
Kata kunci : Manifestasi oral, Gangguan hematologi, Gangguan nutrisi, Gangguan metabolik,
Penyakit gastrointestinal.

PENDAHULUAN
Kavitas oral adalah lokasi anatomi yang berperan penting dalam banyak proses fisiologis,
seperti pencernaan, pernapasan dan berbicara. Kavitas ini memiliki jaringan keras yang dikelilingi
oleh mukosa. Mulut sering kali dipengaruhi oleh kondisi yang melibatkan kulit dan penyakit
multiorgan lainnya. Dalam beberapa kasus, manifestasi oral dapat mendahului munculnya gejala dan
lesi di daerah lain. Artikel ini akan menjelaskan gambaran umum dari kondisi yang melibatkan
manifestasi oral tetapi juga melibatkan sistem organ lainnya.
A. PENYAKIT GASTROINTESTINAL
Kavitas oral adalah jalan masuk dari traktus gastrointestinal.Dilapisi oleh epitel squamos
stratifikasi, jaringan mulut sering kali terlibat dalam beberapa kondisi yang melibatkan sistem
gastrointestinal. Hal ini dapat dipengaruhi oleh imun atau berbagai proses kimia. Peningkatan
kesehatan gigi dan higienitas oral dapat memberikan ketidakseimbangan imunologi dan meningkatkan
kecenderungan terhadap autoimunitas.
Crohns disease
Merupakan gangguan idiopatik yang dapat melibatkan keseluruhan traktus gastrointestinal
dengan inflamasi transmural, granuloma nonkaseosa dan fisura.Penyakit ini sering terjadi di negara
barat dan lebih banyak prevalensi pada laki-laki kulit putih.Insidensi meningkat pada dekade kedua
dan ketiga kehidupan serta pada dekade keenam dan ketujuh.Gejala dari Crohns disease ialah
serangan diare berulang, konstipasi, nyeri perut, dan demam. Penderita juga akan mengalami
malabsorbsi dan malnutrisi.
Keterlibatan intraoral dari Crohns disease terjadi pada 8-29% pasien dan mendahului gejala
intestinal. Gejala orofasial dari Crohns disease ialah (1) pembengkakan difus dari mukosa labial dan
2

gingiva; (2) mukosa bukal dan gingiva yang seperti batu kerikil (cobblestoning); (3) stomatitis aftosa;
(4) mucosal tags, dan (5) cheilitis angular. Granuloma nonkaseosaadalah karakteristik dari Crohn
disease orofasial.Pembengkakan pada bibir sering kali menjadi keluhan kosmetik, dan juga hal ini
dapat bermanifestasi berupa nyeri.Keterlibatan gingiva dan mukosa dapat menyebabkan kesulitan
makan.Meningkatnya karies dental dan kurangnya nutrisi dapat dihubungkan dengan berkurangnya
produksi saliva dan malabsorbsi dari traktus intestinal.Manifestasi oral dapat membantu dalam
memastikan diagnosis.Keterlibatan oral dapat mendahului manifestasi dan gejala sistemik.Tingkat
keparahan dari lesi oral dapat bersamaan dengan keparahan dari penyakit sistemik, dan dapat menjadi
pertanda perburukan intestinal.
Kolitis Ulseratif
Kolitis ulseratif adalah suatu kondisi inflamasi yang banyak kesamaan dengan Crohns
disease.Namun, kolitis ulseratif terbatas pada kolon dan pada lapisan mukosa, submukosa dan
muskularis.Kolitis ulseratif memiliki periode eksaserbasi dan remisi, dan secara umum lesi oral
muncul bersamaan dengan eksaserbasi dan penyakit kolon.Perubahan mukosa telah dilaporkan pada
beberapa pasien kolitis ulseratif.Glositis, cheilitis, halitosis, refluks gastroesofageal adalah beberapa
manifestasi oral.Regurgitasi dari isi lambung menurunkan pH dari kavitas oral menjadi 5.5.pH yang
asam membuat kerusakan pada enamel. pH telah dilaporkan menurun secara signifikan pada penderita
GERD. Hal ini sering terlihat pada permukaan palatal dan gigi maksila. Erosi pada enamel
menyebabkan eksposur dari dentin. Perawatan gigi yang baik dan kontrol keasaman dapat membantu
mengurangi prevalensi erosi. Namun, sekali erosi terjadi, akan menjadi ireversibel dan hanya dapat
diterapi dengan prosedur restoratif surgikal. Oleh karena itu, diagnosis awal dan edukasi pasien adalah
terapi yang paling efektif.
B. GANGGUAN JARINGAN IKAT
Sjogrens Syndrome
Merupakan penyakit autoimun yang terbanyak kedua dan menyerang 3% wanita usia 50
tahun atau lebih tua. Prevalensi jenis kelamin 90% terjadi pada perempuan.Sjogrens syndrome primer
memiliki karakteristik sindrom sicca, keratokonjungtivitis sicca, dan xerostomia.Bentuk sekunder
berhubungan dengan artritis reumatoid.Perubahan oral pada Sjogrens syndrome adalah kesulitan
menelan dan makan, gangguan rasa dan bicara, meningkatnya karies gigi dan predisposisi infeksi
yang kesemuanya dikarenakan oleh berkurangnya saliva.Perubahan ini tidak spesifik pada Sjogrens
syndrome karena dapat terjadi pada beberapa kondisi yang menyebabkan berkurangnya produksi
saliva.Perubahan mukosa menjadi kering, merah dan berkerut akibat xerostomia.Pada lidah dapat
terlihat gambaran seperti batu kerikil (cobblestone) karena atrofi dari papil.Kandidiasis sering terjadi
pada pasien Sjogrens syndrome.Pada Sjogrens syndrome, infiltrat limfosit mengelilingi kelenjar
saliva dan duktus kelenjar lakrimal.Inflamasi dan hiperplasia dari epitel menyebabkan terhambatnya
duktus dan menjadi tidak berfungsi. Hal ini akan menyebabkan atrofi dari acini, fibrosis dan
hialinisasi dari kelenjar. Perubahan ini ireversibel walaupun pengobatan tertentu dapat membantu
memaksimalkan produksi saliva dari kelenjar saliva fungsional yang tersisa.Fakta ini memperkuat
pernyataan bahwa higienitas oral yang baik dan kontrol perawatan gigi sangat esensial untuk
meminimalisir efek dari gangguan saliva.
Penyakit Kawasaki
Penyakit Kawasaki, atau sindrom nodus limfe mukokutaneus, adalah vaskulitis yang
mempengaruhi arteri besar dan berhubungan dengan sindrom limfe nodus kutaneus. Paling sering
3

terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun. Pasien dapat mengalami edema akut dan eritem pada
tangan dan kaki, demam, eritema mulut dan ruam.Temperatur dapat melebihi 38.5 oC (101.3oF) selama
5 hari sebagai kriteria diagnosis. Untuk mendiagnosis harus ditemukan 4 dari 5 kriteria berikut: (1)
edema, eritema, atau deskuamasi dari ekstremitas perifer; (2) Eksantema polymorphous; (3) Injeksi
konjungtiva bilateral; (4) eritema dan lidah strawberi pada kavitas oral; dan (5) adenopati servikal
akut. Temuan oral dapat meliputi pembengkakan papil dan permukaan lidah (lidah strawberi) dan
eritema pada permukaan mukosa.Ulserasi pada kavitas oral adalah gejala yang paling sering muncul
pada pasien. Pada bibir terjadi pembengkakan, pecah-pecah ,cherry red, dan berdarah.
Granulomatosis Wagener
Merupakan vaskulitis nekrosis dari pembuluh darah kecil-medium yang berhubungan dengan
nekrosis granulomatosa dari jalan nafas atas dan bawah dan nekrosis glomerulonefritis.Diagnosis
awal dari penyakit ini sangat penting untuk mencegah kerusakan glomerular yang ireversibel dan
menyebabkan kematian.Keterlibatan oral sering terjadi pada granulomatosis wagener, dan studi otopsi
menunjukan bahwa keterlibatan oral muncul hampir pada semua kasus.
Lesi oral meliputi ulserasi dan pembesaran gingiva.Ulserasi oral yang terjadi pada mukosa
bukal dan palatum adalah lesi oral yang paling sering, namun tidak spesifik. Karakteristik gambaran
gingiva pada granulomatosis wagener sebagai gejala patognomonik dikenal dengan istilah gingivitis
strawberi, walaupun lesi ini tidak sering muncul dibandingkan lesi lain. Gejala pada gingiva adalah
pembengkakan, kemerahan, dan gambaran granular.Awalnya, munculnya papul difus yang terang
berwarna merah sampai ungu pada daerah labial papilla interdental.Hilangnya gigi dan tulang alveolar
sering terjadi.Manifestasi oral dan kulit berhubungan dengan progresifitas penyakit, dengan demikian
dapat menunjukan prognosis.Adanya lesi oral pada pemeriksaan fisik dapat secara langsung
membantu dalam konfirmasi diagnosis sehingga dapat dilakukan tatalaksana yang tepat dan mencegah
kerusakan lebih lanjut pada paru-paru dan ginjal.
Sarkoidosis
Merupakan penyakit sistemik idiopatik dengan karakteristik limfadenopati hilar bilateral dan
granuloma nonkaseosapada paru-paru.Manifestasi mata dan kulit sering terjadi.Sarkoidosis dapat
melibatkan hampir semua sistem organ.Organ yang terlibat antara lain hati, jantung, lien, mata, ginjal
dan sistem limfe.Manifestasi oral berupa lesi multipel dan nodular, ulserasi pada gingiva, mukosa
bukal, mukosa labial dan palatum.Ulserasi dan pembengkakan yang tidak jelas tidak membantu dalam
mendiagnosis sarkoidosis, tetapi hasil biopsi dapat menunjukan granuloma nonkaseosa yang
dikelilingi sel giant dengan infiltrat limfosit.Walaupun jarang, dapat terjadi keterlibatan kelenjar
saliva yang menyebabkan pembengkakan.Sindrom heerfordt dapat timbul jika terjadi gejala
pembengkakan kelenjar parotid, xerostomia, uveitis dan parese nervus fasialis.Sarkoidosis dapat
melibatkan lidah berupa pembengkakan, pembesaran, dan ulserasi, namun jarang.
C. KONDISI MULTISISTEM
Amiloidosis
Merupakan deposit protein amiloid pada jaringan tubuh yang menyebabkan kerusakan
jaringan. Amiloidosis diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder. Bentuk awal berupa multipel
myeloma atau penyakit idiopatik, sementara bentuk lanjutnya berupa sequela dari proses penyakit
inflamasi kronik. Klasifikasi ini berdasarkan tipe deposit protein fibrilar. Bentuk primer biasanya

menyerang kulit, jantung, lidah, dan traktus gastrointestinal sementara bentuk sekunder tanpa
melibatkan manifestasi kulit.
Manifestasi oral yang paling sering muncul pada amiloidosis adalah makroglosia yang terjadi
pada 20% pasien.Pembesaran lidah disebabkan oleh indentasi gigi.Walaupun biasanya tidak nyeri,
pembesaran, kekakuan, dan hilangnya mobilitas sering terjadi.Lidah dapat menjadi relatif normal atau
adanya nodul kuning pada permukaan larteral. Hiposalivasi disebabkan oleh deposit pada kelenjar
saliva. Pembengkakan submandibula terjadi setelah pembesaran lidah dan dapat menyebabkan
obstruksi saluran pernapasan.Jarang adanya ulserasi oral namun dapat terjadi.
D. GANGGUAN METABOLIK
Histiositosis Sel Langerhans
Histiositosis sel langerhans menggantikan istilah histiositosis X, suatu kondisi dengan etiologi
yang tidak diketahui dan patogenesis berupa proliferasi abnormal dari histiosit dan eosinofil.
Manifestasi dengan terjadinya proliferasi lokal atau keterlibatan sistemik yang lebih luas.Satu bentuk,
dulunya dikenal dengan penyakit Letterer-Siwe, sering terjadi pada bayi dan memiliki karakteristik
keterlibatan organ visceral dan berpotensi menyebabkan kematian.Gejala oral meliputi ulserasi luas,
ekimosis, gingivitis, periodontitis dan hilangnya gigi.Secara primer, merupakan penyakit HandSchuller-Christian, penyakit pada anak yang terdiri dari tiga gejala yaitu diabetes insipidus, lesi litik
tulang dan proptosis.Manifestasi oral meliputi ulserasi ireguler pada palatum durum dan menjadi
manifestasi primer dari penyakit ini.Inflamasi gingiva dan nodul ulserasi, kesulitan menggigit dan bau
nafas yang busuk dapat terjadi.Bentuk paling sering dari histiositosis sel langerhans adalah granuloma
eosinofilik yang muncul pada dewasa muda dan menunjukan progresifitas yang cepat dari kehilangan
tulang dengan ekstrusi gigi, menghasilkan gambaran floating teeth.Pembengkakan oral dan ulserasi
akibat dari keterlibatan tulang mandibula dan maksila.Ulserasi oral terjadi pada gingiva, palatum, dan
dasar mulut, diikuti dengan nekrosis gingivitis.Lesi oral dapat terjadi tanpa destruksi pada tulang.Pada
kasus yang jarang, ulserasi pada palatum atau gingiva merupakan tanda primer.
MANIFESTASI ORAL DARI AIDS
Sejak 20 tahun sebelum pandemik HIV, sejumlah keterlibatan oral dan kulit telah diketahui
berhubungan dengan penyakit HIV.
Kandidiasis
Kandidiasis oral sering pertama kali terlihat pada gejala infeksi HIV, dan dapat terjadi pada
90% pasien yang terinfeksi HIV.Pseudomembran kandidiasis adalah gejala yang paling sering
muncul.Dengan karakteristik berupa papul putih kekuningan yang melapisi mukosa oral dan terjadi
erosi atau eritema mukosa.Kandidiasis ini sering bermanifestasi pada mukosa bukal, palatum dan
vestibular.Infeksi kandida meningkat sejalan dengan progresifitas penyakit HIV.
Herpes Simpleks
Imunodefisiensi, yang terjadi pada penyakit HIV, menyebabkan reaktivasi dari infeksi herpes
yang laten. Sampai dibuktikan, semua ulserasi perineal dan orolabial harus dievaluasi sebagai HSV
pada pasien yang terinfeksi HIV.Dibandingkan dengan individu yang imunokompeten, infeksi HSV,
pada pasien yang HIV positif lebih agresif, lama, dan menyebar.Walaupun mukosa keratin biasanya
terinfeksi, lesi HSV dapat bermanifestasi pada permukaan non keratin.Hal ini meliputi mukosa labial,

ventral lidah, dasar mulut, mukosa bukal, dan palatum mole. Lesi herpes dapat menyebar ke daerah
lain, termasuk tonsil dan esofagus.
Hairy Leukoplakia
Hairy leukoplakia disebabkan oleh virus Epstein bar, seringkali bermanifestasi sebagai plak
putih pada lidah bagian lateral.Plak ini dapat terlihat dari sangat tipis dan homogen sampai tebal
sebagai area kasar yang menyerupai kandidiasis hiperplastik. Hairy leukoplakia merupakan
menifestasi yang spesifik dari penyakit HIV yang terjadi pada mulut, dan jika adanya hairy
leukoplakia maka dapat dianggap sebagai progresifitas AIDS karena pasien jarang bermanifestasi
pada kondisi CD4 lebih besar dari 200 sel/L.
Sarkoma Kaposi
Sarkoma Kaposi adalah malignansi yang paling sering terjadi pada pasien dengan HIV
positif.Terjadi pada hampir 15% pasien dengan AIDS, tetapi hal ini menurun secara dramatis pada
masa HAART.Secara intraoral, sarkoma kaposi muncul berupa bercak coklat, kebiruan, ungu, atau
merah, atau papul pada palatum durum, mukosa, dan gingiva.Lesi inisialnya adalah makula datar atau
bercak pada permukaan mukosa tetapi pada beberapa kasus menjadi nodular dan seringkali
mengalami ulserasi dan berdarah.Sarkoma kaposi dapat juga bermanifestasi pada kulit, pembesaran
nodus limfe, dan kelenjar saliva.
Cytomegalovirus
Cytomegalovirus (CMV) adalah virus DNA rantai ganda yang menyerang populasi umum,
dengan rata-rata 60% orang dengan seropositif tetapi asimtomatik.Gejala biasanya tidak muncul
kecuali pasien telah menjalani transplantasi organ atau sumsum tulang.Pada pasien yang
immunocompromised, infeksi jarang bermanifestasi intraoral. Namun jika ini terjadi, CMV
menyebabkan ulserasi oral yang dalam pada bibir, lidah, faring, atau beberapa mukosa lain tampak
punched-out dengan tepi eritem.
Human Papillomavirus
Sama seperti virus herpes, infeksi human papillomavirus sering terjadi pada penyakit HIV.
Papilloma atau kondiloma muncul pada gingiva dan beberapa mukosa labial, berupa massa pink yang
lunak dengan karakteristik permukaan papillari.
Ulserasi seperti Aftosa
Pada individu yang imunokompeten, ulserasi ini biasanya hanya melibatkan permukaan nonkeratin dari kavitas oral.Namun pada individu yang immunocompromised, ulserasi ini dapat muncul
dimanapun.Walaupun tiga bentuk ulserasi aftosa telah diketahui (minor, mayor, herpetiform), bentuk
mayor lebih sering terjadi pada penyakit HIV.Gambaran lesi ini pada pasien yang terinfeksi HIV
adalah indikator dari progresifitas penyakit.
MANIFESTASI ORAL DARI GANGGUAN ENDOKRIN
Diabetes
Shrimali dkk. mengamati hiposalivasi sebagai manifestasi oral yang paling sering, terlihat
pada 68%, diikuti dengan halitosis 52%, periodontitis 32%, sensasi terbakar pada mulut 32%,
kandidiasis dan perubahan sensasi rasa 28% dari kasus DM yang terkontrol. Pada studi yang sama,
6

subjek dengan DM yang tidak terkontrol menunjukkan hiposalivasi terlihat pada 84%, diikuti dengan
halitosis 76%, periodontitis 48%, perubahan rasa 44%, kandidiasis 36%, dan sensasi terbakar pada
mulut 24%.
Penyakit Addison (Hypoadrenocorticism)
Terjadi karena kurangnya produksi hormon kortikosteroid adrenal karena destruksi dari
korteks adrenal.Gejala oral meliputi pigmentasi makular coklat pada mukosa oral karena produksi
melamin yang berlebih.Gejala oral sering mendahului hiperpigmentasi pada kulit.
E. GANGGUAN HEMATOLOGI
Anemia
Kondisi dengan defisiensi sel darah merah atau hemoglobin darah, menyebabkan pucat dan
kelelahan.Ada berbagai macam manifestasi oral pada beberapa tipe anemia.
Anemia Pernisiosa
Disebabkan oleh defisiensi faktor intrinsik yaitu mukoprotein pada lambung.Faktor intrinsik
penting untuk absorbsi vitamin B12 yang esensial untuk eritropoiesis.Manifestasi oral berupa mukosa
pucat.Lidah mengalami inflamasi baik sebagian ataupun keseluruhan.Ulkus kecil dangkal seperti
aftosa dapat terlihat.Papil mengalami atrofi dan menjadi licin atau glositis gundul dengan glosopirosis
dan glosodinia.Ini disebut juga glositis Hunter atau glositis Moeller.
Anemia Aplastik
Disebabkan oleh kurangnya aktivitas sumsum tulang, berkurangnya sel darah merah, sel
darah putih, dan trombosit yang menyebabkan pansitopenia.Manifestasi oral meliputi pucat dan atrofi
pada mukosa oral, licin, dan nyeri pada lidah, stomatitis angular, pendarahan dari gingiva karena
defisiensi trombosit.
Thalassemia
Salah satu jenis anemia yang mengenai hemoglobin pada sel darah merah dan penyakit ini
lebih sering terkena pada ras Italia, Yunani, Syria, dan Amerika. Penyakit ini adalah penyakit
keturunan, kelainan kongenital dimana terjadi defek pada saat sintesis globin yang mengakibatkan
pembentukan hemoglobin yang tidak stabil. Manifestasi oral termasuk penonjolan yang tidak sesuai
pada premaksila yang tidak teratur terbentuknya gigi pada maksila dan mukosa oral menjadi berwarna
pucat [22].
Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah bagian dari anemia makrositik, yang mana khususnya terjadi
abnormalitas bentuk yang terjadi pada prekursor sel darah merah di sumsum tulang, yakni
eritropoiesis megaloblastik. Dari sekian banyak penyebab anemia megaloblastik, yang paling sering
adalah penyakit yang bersumber dari defisiensi kobalamin atau folat. Tanda dan gejala oral yang
tampak, termasuk glossitis, cheilitis angularis, ulkus oral yang berulang, kandidiasis oral, mukositis
eritematosus difus, dan pucat pada mukosa oral[23].

Anemia Defisiensi Besi


Penyebab anemia ini yang paling umum adalah tidak adekuat nya asupan besi, kegagalan
absorpsi besi dan meningkatnya kebutuhan besi. Sindrom Plummer Vinson adalah bentuk dari anemia
defisiensi besi. Karakteristik penyakit ini antara lain, disfagi, koilonikia, dan atropi glossitis. Pada
anemia defisiensi besi retakan atau terbentuk celah pada tepi mulut, warna lemon pucat pada kulit,
lembut, lidah merah yang nyeri dengan atrofi papila filliformis dan papila fungiformis dan disfagi.
Membrana mukus terlihat pucat, glossitis, dan stomatitits angularis ditemukan pada pasien-pasien
ini[24].
POLISITEMIA VERA
Manifestasi Oral : Perubahan wana menjadi merah keunguan pada mukosa oral terlihat di lidah, pipi,
dan bibir. Gusi berwarna merah dan mungkin terjadi perdarahan secara spontan. Ptekiae dan ekimosis
tampak pada pasien-pasien dengan kelainan trombosit. Varikositas pada lidah depan, frekuensinya
ditemukan normal, muncul pada kasus-kasus polisitemia.
Neutropenia Siklik : Lesi oral kebanyakan timbul pada neutropenia siklik dan mungkin menjadi
manifestasi klinis utama dari penyakit ini. Dua manifestasi oral yang paling sering adalah ulkus pada
mukosa oral dan penyakit pada periodontal. Ulkus oral berulang dengan neutropenia yang baru dan
membentuk scar pada ulkus yang besar dan dalam terlihat pada stomatitis apthosa mayor. Manifestasi
pada jaringan periodontal bervariasi mulai dari gingivitis marginal yang secara cepat meluas sampai
terjadi kehilangan tulang periodontal yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada struktur-struktur
penyangga gigi [25].
Leukemia : Leukemia merupakan representasi dari beberapa tipe keganasan yang terjadi pada
turunan hematopoiesis stem sel. Satu jenis dari stem sel berproliferasi di sumsum tulang dan pada
akhirnya terjadi aliran berlebihan kedalam pembuluh darah perifer. Temuan oral termasuk didalamnya
perdarahan ptekiae pada palatum keras belakang dan palatum lunak bersama dengan perdarahan gusi
spontan. Ulkus pada mukosa oral menunjukkan hasil dari kegagalan imun penderita dalam mengatasi
dan mencegah flora normal. Gusi biasanya paling sering terkena karena banyaknya bakteri yang ada
di sekitar gigi. Ulkus nya dalam, lesi yang timbul dengan abu-abu putih akibat nekrosis di dasarnya.
Kandidiasis oral mungkin tampak dan infeksi herpes mungkin melibatkan berbagai area pada mukosa
daripada hanya ada pembentukan keratin mukosa seperti yang terlihat pada individu imunokompeten.
Bengkak mungkin tampak dan merupakan representasi dari adanya infiltrasi dari sel-sel leukemia. Ini
terlihat pada leukemia myelomonositik dan mungkin menyebabkan pembesaran gusi secara difus
[26].
F. KELAINAN NUTRISI
Defisiensi Vitamin A : Mukosa oral juga dipengaruhi oleh kekeringan dan atrofi. Bibir sering
digambarkan sebagai perawatan ulang, sejak permukaan mukosa berkontraksi balik didalam mulut.
Cheilitis angularis juga umum ditemukan.
Defisiensi Vitamin B2 : Mukosa oral adalah tempat yang paling suka terdapat manifestasi dari
kekurangan riboflavin. Cheilitis angularis adalah tanda klasik namun penampakan ini tidak spesifik
dan mungkin pada awalnya bisa salah. Biasanya diawali dengan lidah yang membengkak, namun
setelah periode waktu tertentu dapat menjadi berubah warna merah gelap dan terjadi atrofi. Sakit
tenggorokan dan pembengkakan dengan kemerahan pada mukosa oral mungkin saja timbul.
8

Defisiensi Vitamin B3 (Niasin) : Manifestasi oral dari defisiensi niasin telah dijelaskan sebagai suatu
penyakit stomatitis dan glossitis. Penampakan lidah berwarna merah, lembut, dan kasar. Pada awalnya
lidah membengkak namun kemudian menjadi berwarna merah gelap dan terjadi atrofi. Pasien-pasien
mungkin mengeluh rasa terbakar pada mulut atau rasa terbakar pada lidah. Erosi dan aftosa seperti
ulkus mungkin muncul pada lidah dan gusi. Pasien-pasien dengan penyakit akibat memakan makanan
yang kurang baik mungkin dapat menghambat peningkatan aliran saliva, menjadikan drooling dan
lebih menandai terjadinya cheilitis angularis. Selanjutnya aliran saliva menurun dan disana mungkin
terdapat pembengkakan kelenjar saliva yang bersifat kronis.
Defisiensi Vitamin B6 : Manifestasioral dari kekurangan piridoksin termasuk didalamnya cheilitis
dan glossitis (mirip dengan pellagra)
Defisiensi Vitamin C: Vitamin C adalah satu kofaktor yang essensial pada sintesis kolagen. Temuan
oral termasuk pembesaran gusi yang bengkak dengan perdarahan spontan, pembentukan ulkus,
mobilitas gigi dan peningkatan tingkat keparahan dari infeksi periodontal dan kehilangan tulang
periodontal (gingivitis scorbut). Gigi mungkin tereksfoliasi. Perdarahan pada palatum dapat terlihat,
namun lidah biasanya tidak terlibat pada scurvy. Pada anak, perkembangan tulang dan gigi terlibat
sejak proses osteoid dan dentin tergantung dari vitamin C. Pada orang dewasa, perdarahan di dalam
pulpa terjadi bersama dengan degenerasi dari sel-sel odontoblast dan resorpsi dentin dapat terlihat.
Defisiensi Asam Folat : Defisiensi asam folat tampak pada pasien-pasien yang mendapat terapi
methotrexate (terapi untuk kanker dan untuk psoriasis) dan berhubungan dengan penghambatan asam
folat. Keadaan ini juga dapat terlihat pada pasien-pasien dengan sprue dan penyakit liver kronik.
Temuan-temuan oral termasuk cheilitis, cheilitis angularis, ulkus, glossitis.
Defisiensi Zink : Defisiensi zink dapat meningkat karena keadaan dimana ketidakmampuan untuk
menyerap mineral (akrodermatitis enteropatika) atau dari defisiensi nutrisi. Defisiensi zink akibat
didapat paling banyak ditemukan pada pasien-pasien Crohns disease. Perangkat-perangkat oral
termasuk pengerasan, scaling bercak pada bibir bisa juga ulkus, erosi dan fissura.
G. PENYAKIT PENYAKIT GINJAL
Gagal ginjal kronik adalah sebuah penurunan fungsi ginjal yang tidak dapat diubah, dimana
berkembang secara sederhana melebihi periode tahunan sesuai dengan pengurangan nefron nefron
fungsional. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien pasien dengan kadar urea yang tinggi
mempunyai kesempatan yang lebih tinggi untuk teradinya pembusukan, kehilangan, dan gigi yang
ditambal, kehilangan perlekatan serta lesi periapikal dan mukosa dibandingkan populasi pada
umumnya. Konsekuensi dari kesehatan oral yang buruk dapat menjadi lebih berat pada pasien
pasien gagal ginal kronik karena usia yang sudah lanjut, penyakit komorbid pada umumnya seperti
diabetes, obat obat yang diminum bersamaan, dan kondisi disfungsi imun yang dapat meningkatkan
risiko konsekuensi sistemik dari periodontitis dan kondisi patologi gigi dan oral lainnya. Gejala
gejala xerostomia dapat timbul pada banyak orang yang menjalani terapi hemodialisis, akibat asupan
cairan yang dibatasi, sama seperti efek samping dari terapi medikamentosa. Hal ini menyebabkan
pasien rentan terkena kares gigi, inflamasi gusi, dan kesulitan dalam berbicara. Sebagai tambahan,
xerostomia dapat menyebabkan banyak infeksi seperti kandidiasis dan sialadenitis suppurative akut.
Lesi mukosa oral yang lebar dapat terjadi pada orang orang yang menjalani dialisis dan allograft,
khususnya plak putih dan atau ulkus. Makula dan nodula pada mukosa oral yang tidak diketahui
penyebabnya dapat ditemukan pada 14% orang orang yang menjalani hemodialisis [28].

Malodor (Bau yang tidak sedap)


Pasien pasien yang mempunyai kadar urea yang tinggi mempunyai bau oral seperti amonia.
Pada beberapa instansi, penyakit ginjal kronik dapat mengubah sensasi rasa. Pasien juga melaporkan
rasa logam atau sensasi lidah yang membesar. Karena kondisi penekanan sistem imun yang dialami
pasien, pasien hemodialis dan penerima allograft dapat meningkatkan kerentanan untuk terkena
infeksi kandida, seperti pseudo membranosus, eritematosus dan kandidiasis atrofi kronik.
Perubahan pembentukan tulang dan gigi
Selama perubahan pembentukan tulang rahang dapat diiringi penyakit ginjal kronik. Hal ini
mencerminkan variasi dari defek metabolisme kalsium akibat meningkatnya aktivitas paratiroid.
Penjelasan yang paling klasik dari perubahan pembentukan tulang adalah suatu trias yang terdiri dari
hilangnya lapisan dura, tulang yang telah di-demineralisasi dan lesi rahang radiolusen yang
terlokalisasi, seperti giant cell granuloma atau tumor cokelat. Keterlambatan erupsi gigi permanen
telah dilaporkan pada anak anak dengan penyakit ginjal kronik. Penyempitan rongga pulpa gigi
orang dewasa pada pasien penyakit ginjal kronik juga dapat terjadi. Tanggalnya gigi yang tidak
disebabkan oleh karies lebih sering terjadi pada orang orang dengan penyakit ginjal kronik
dibandingkan dengan populasi pada umumnya.
Penyakit Periodontal
Penyakit penyakit yang menunjukkan inflamasi ringan seperti diabetes dan hipertensi sering
dikaitkan dengan penyakit ginjal kronik. Beberapa penelitian menduga bahwa inflamasi periodontal
kronik dapat berkontribusi pada inflamasi sistemik kronik yang dapat menyusahkan berkaitan dengan
penyakit ginal kronik. Terdapat bukti yang mendukung garis mekanis di antara inflamasi, biomarker
atherosklerosis dan inflamasi seperti protein C-reaktif dan interleukin-6 terlihat meningkat pada
penyakit ginjal kronik. Beberapa penelitian telah menyarankan bahwa infeksi gigi yang tidak diobati
pada orang orang dengan penekanan sistem imun berpotensi untuk menyumbang morbiditas dan
kegagalan transplantasi.
Stomatitis Uremik
Pasien-pasien dengan gagal ginjal akut atau kronis ditandai dengan peningkatan urea dan
produk-produk sisa proses nitrogenisasi di aliran darah. Jarang pada pasien-pasien lesi oral dapat
berkembang sekunder menjadi gagal ginjal. Lokasi terdapatnya lesi biasanya nyeri dan walaupun
etiologinya belum sepenuhnya jelas beberapa peneliti menyebutkan bahwa urease, suatu enzim yang
diproduksi oleh mikroflora oral, mungkin mendegradasi sekresi urea di saliva. Produk akhirnya
adalah yang ammonia bebas, yang mana ini dapat menghancurkan mukosa oral. Kebanyakan kasus
yang dilaporkan terdapat pada pasien-pasien dengan gagal ginjal akut. Stomatitis uremik dapat
bermanifestasi sebagai gambaran berwarna putih, merah, atau abu-abu pada area di mukosa oral.
Onsetnya terjadi secara tiba-tiba, ditandai dengan plak berwarna putih terdistribusi pada mukosa
buccal, lidah, dan dasar mulut. Pasien-pasien mungkin mengeluh sensasi pengecap rasa yang kurang,
sensasi nyeri dan rasa terbakar dan para klinisi dapat mendeteksi pada bau ammonia atau urin pada
pasien-pasien pernapasan. Secara klinis lesi dapat berkembang menjadi leukoplakia hairy oral. Cuci
darah biasanya dapat membersihkan lesi oral namun prosesnya mungkin membutuhkan wakt 2-3
minggu. Perawatan dengan mendilusikan hidrogen peroksida mungkin dapat membantu untuk
membersihkan lesi dan lidokain cair dapat digunakan untuk menghilangkan nyeri sementara[29,30].

10

Kelainan Pola Makan


Kelainan pola makan adalah keadaan psikopatologi dimana pasien menunjukkan hal yang
tidak normal, kebiasaan makan yang kacau atau rusak dan pola diet yang mana dapat mempengaruhi
kesejahteraan individu secara fisik dan emosional.Manifestasi dari kelainan pola makan ini bervariasi
mulai dari gangguan gaya hidup yang normal menjadi kelemahan sampai akhirnya terjadi komplikasi
dalam penatalaksanaannya. Penyedia layanan kesehatan oral bisa menjadi pilihan pertama untuk
melihat kesalahan diagnosis sebelumnya dari kelainan pola makan secara kondisi tipikal manifestasi
oral dan sampai dibutuhkan perawatan multidisiplin. Meskipun, terdapat kekurangan ilmu
pengetahuan dan kesadaran tentang tipe dari praktisi layanan kesehatan oral dalam mendiagnosis,
intervensi, dan tatalaksana pada pasien-pasien. Artikel ini meninjau ulang literatur sebelumnya
tentang kelainan pola makan dan menifestasi pada oral nya masing-masing (Tabel 1). Manifestasimanifestasi ini telah di rangkum oleh profesional layanan kesehatan oral dengan diagnosis, perawatan,
dan rehabilitasi dari penyakit-penyakitnya [31].
Penyakit Liver Kronik
Penyakit liver kronik mempengaruhi banyak sistem dalam tubuh. Salah satunya adalah sistem
jalur koagulasi. Liver mensintesis banyak faktor pembekuan yang penting untuk proses hemostasis.
Sebagai tambahan, vitamin K, vitamin yang larut dalam lemak, sebagai syarat fungsi liver yang baik
untuk mengabsorpsinya dari usus secara adekuat. Pada pasien dengan penyakit liver, kegagalan
keseimbangan hemostasis dapat bermanifestasi didalam mulut sebagai ptekiae atau perdarahan gusi
yang berlebihan akibat trauma minor. Ini terkecuali muncul jika ini terjadi tanpa ada inflamasi. Untuk
itu, pelayan kesehatan spesialis harus mengambil tindakan bedah, oral dan lainnya ; perdarahan yang
berat dapat disebabkan karena sebagai hasil dari tidak adanya faktor pembekuan. Hanya manifestasi
dari penyakit liver yang sudah berat yang terlihat yakni ikterik pada mukosa oral, yang mana terdapat
pigmentasi berwarna kekuningan karena danya deposit dari bilirubin di submukosa. Ikterik mungkin
dapat terjadi pada gangguan-gangguan dari metabolisme bilirubin, produksinya, maupun sekresinya.
Ketika ikterik disebabkan oleh penyakit liver kronik, warna kekuningan merefleksikan ada hubungan
langsung pada fungsi hepar. Ikterik bermanifestasi jika pada serum kadarnya lebih besar dari 2,5-3
mg/dl atau 2-3 kali dar standar. Karena lapisannya yang tipis, mukosa pada palatum lunak dan regio
sublingual adalah yang paling sering pertama sekali terkena berubah warna menjadi kekuningan. Dari
waktu kewaktu, perubahan kekuningan itu dapat terlihat pada berbagai area lain di mukosa. Karena
laju progresivitasnya yang tinggi untuk terjadi hepatitis kronik (50%) dan sirosis, hepatitis C adalah
penyakit infeksi yang utama menyebabkan penyakit liver kronik diberbagai belahan dunia. Berbagai
asosiasi antara hepatitis C dan likenplanus oral masih kontroversial. [33]

11

Tabel 1. Manifestasi-manifestasi oral yang sering ditemukan pada kelainan pola makan [32]
Jaringan Oral

Manifestasi

Jaringan gigi

Erosi Enamel, perimolysis (erosi


gigi pada permukaan palatal
gigi), sensitivitas karies

Mukosa Oral

Atrofi mukosa, glossitis, ulkus


oral, lesi kemerahan pada
palatum lunak dan pharing
Kandidiasis
Cheilitis Angularis

Jaringan periodontal dan Gusi

Gingivitis, periodontitis, scurvy,


periodontitis yang parah pada
orang-orang muda.
Sialadenosis, pembesaran
kelenjar saliva non inflamasi,
hiposaliva, xerostomia, gangguan
aliran saliva, kapasitas
penyaringan, pH dan komposisi
saliva. Nekrosis sialometaplasia
Osteopenia, osteoporosis

Kelenjar Saliva

Tulang alveolar

Lidah

Glossodynia, kerusakan indera


pengecap, dysgeusia,
hyposgeusia, sensasi terbakar

Penyebab
Muntah, manifestasi kelenjar
ludah dari ED yang menyebabkan
aliran saliva berkurang, kapasitas
menyangga dan pH saliva
menyebabkan erosi.
Kebersihan oral yang buruk,
berlebihan mengkonsumsi
minuman berkarobanat, manis,
minum berkafein atau minuman
penambah senergi untuk
berolahraga
Kekurangan nutrisi termasuk besi
dan kekurangan vitamin.
Trauma yang disebabkan oleh
karena memasukkan suatu benda
kedalam ringga oral yang
mrangsang muntah.
Infeksi oportunistik oleh Candida
albicans menyebabkan
kekurangan nutrisi, disfungsi
saliva, infeksi sekunder pada lesi
mukosa yang disebabkan oleh
trauma. Kekurangan nutrisi,
infeksi jamur atau oleh kandida,
dan flora staphylococcal.
Kebersihan oral yang buruk dan
defisiensi vitamin C.
Neuropati saraf otonom perifer.
Efek samping obat seperti antidepresan, muntah, dan
kekurangan nutrisi.

Kekurangan nutrisi, infeksi pada


dental atau regio periodontal yang
menyebabkan kehilangan tulang
alveolar secara cepat.
Kekurangan mineral logm seperti
zink, gangguan somatoform dan
atrofi mukosa.

KESIMPULAN
12

Banyak penyakit sistemik yang bermanifestasi oral. Rongga oral menjadi tempat yang paling
baik sebagai pintu masuk kedalam tubuh karena manifestasi oral dapat terjadi bersamaan dengan
banyak penyakit sistemik. Manifestasi oral ini haruslah disadari dengan baik jika pasienpasienmendapat dagnosis yang sesuai dan rujukan untuk perawatannya. Walaupun beberapa penyakit
sistemik mempunyai lesi patognomik yang khas pada mukosa oral, pemeriksaan yang hati-hati pada
rongga oral dapat sering menjadi tanda yang penting untuk membuat diagnosis. Diagnosis yang mana
merupakan manifestasi oral dari penyakit sistemik adalah penting dalam sudut pandang para dokter
gigi. Pengetahuan tentang penyakit sistemik sekarang menjadi penting bagi dokter gigi dalam
berpraktek klinik sehari-hari.
REFERENSI
1. Aframian DJ, Ofir M, Benoliel R. Comparison of oral mucosal pH values in bulimia nervosa,
GERD, BMS patients and healthy population. Oral Dis, 16(8), 2010, 807-11.
2. Bajaj S Prasad S, Gupta A, Singh VB. Oral manifestations Oral manifestations in type-2
diabetes and related complications. Indian J Endocrinol Metab, 16(5), 2012, 777779.
3. Bartlett DW, Evans DF, Anggiansah A, Smith BG. A study of the association between gastrooesophageal reflux and palatal dental erosion. Br Dent J, 181(4), 1996, 125-31.
4. Bhargava S, Motwani M B, Patni V. Oral implications of eating disorders, a review. Arch Oro
fac Sci, 8(1), 2013, 1-8.
5. Caldemeyer KS, Parks ET, Mirowski GW. Langerhans cell histiocytosis. J Am Acad
Dermatol, 44(3), 2001, 509-11.
6. Centers for Disease Control and Prevention. 1993 revised classification system for HIV
infection and expanded surveillance case definition for AIDS among adolescents and adults.
MMWR Recomm Rep, 41, 1992, 1-19.
7. Chen Y, Fang L, Yang X. Cyclic neutropenia presenting as recurrent oral ulcers and
periodontitis. J Clin Pediatr Dent, 37(3), 2013, 307-8.
8. Chuang TY, Stitle L, Brashear R, Lewis C. Hepatitis C virus and lichen planus, A case-control
study of 340 patients. J Am Acad Dermatol, 41(5 Pt 1), 1999, 787-9.
9. Daniels TE, Cox D, Shiboski CH, Schidt M, Wu A, Lanfranchi H, et al. Associations
between salivary gland histopathologic diagnoses and phenotypic features of Sjgren's
syndrome among 1,726 registry participants. Arthritis Rheum, 63(7), 2011, 2021-30.
10. Darby WJ. The oral manifestations of iron deficiency. J Am Med Assoc. 130(13), 1946, 830835.
11. Epstein JB. Can Fam Physician, 26, 1980, 953957.
12. Eufinger H, Machtens E, Akuamoa-Boateng E. Oral manifestations of Wegener's
granulomatosis. Review of the literature and report of a case. Int J Oral Maxillofac Surg,
21(1), 1992, 50-3.
13. Ficarra G, Berson AM, Silverman S Jr, Quivey JM, Lozada-Nur F, Sooy DD, et al. Kaposi's
sarcoma of the oral cavity, a study of 134 patients with a review of the pathogenesis,
epidemiology, clinical aspects, and treatment. Oral Surg Oral Med Oral Pathol, 66(5), 1988,
543-50.
14. Fisher MA, Taylor GW. A prediction model for chronic kidney disease includes periodontal
disease. J Periodontol. 80(1), 2009, 1623.
15. Graells J, Ojeda RM, Muniesa C, Gonzalez J, Saavedra J. Glossitis with linear lesions, an
early sign of vitamin B12 deficiency. J Am Acad Dermatol, 60(3), 2009, 498-500.

13

16. Greenspan D, Greenspan JS. Significance of oral hairy leukoplakia. Oral Surg Oral Med Oral
Pathol, 73(2), 1992, 151-4.
17. Greenspan JS, Barr CE, Sciubba JJ, Winkler JR. Oral manifestations of HIV infection.
Definitions, diagnostic criteria, and principles of therapy. The U.S.A. Oral AIDS
Collaborative Group. Oral Surg Oral Med Oral Pathol, 73(2), 1992, 142-4.
18. Harris NL, Jaffe ES, Diebold J, Flandrin G, Muller-Hermelink HK, Vardiman J et al. World
Health Organization Classification of Neoplastic Diseases of the Hematopoietic and
Lymphoid Tissues, Report of the Clinical Advisory Committee MeetingAirlie House,
Virginia, November 1997. J Clin Oncol, 17(12), 1999, 3835-3849.
19. Langenberg AG, Corey L, Ashley RL, Leong WP, Straus SE. A prospective study of new
infections with herpes simplex virus type 1 and type 2. Chiron HSV Vaccine Study Group. N
Engl J Med., 341(19), 1999, 1432-8.
20. Lanza A, Heulfe I, Perillo L, DellErmo A , Cirillo N. Oral Pigmentation as a Sign of
Addisons disease, A Brief Reappraisal. The Open Dermatology Journal, 3, 2009, 3-6.
21. Loh FC, Ravindranathan N, Yeo JF. Amyloidosis with oral involvement. Case report. Aust
Dent J. 35(1), 1990, 14-8.
22. Loureno SV, Hussein TP, Bologna SB, Sipahi AM, Nico MM. Oral manifestations of
inflammatory bowel disease, a review based on the observation of six cases. J Eur Acad
Dermatol Venereol, 24(2), 2010, 204-7.
23. Marcoval J, Ma J. Specific (granulomatous) oral lesions of sarcoidosis, report of two cases.
Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 15(3), 2010, e456-8.
24. Margot L. Van Dis, Langlais RP. The thalassemias, Oral manifestations and complications
purchase. Oral Surg Oral Med Oral Pathol., 62(2), 1986, 229-233.
25. Richa Wadhawan. et al. / Journal of Science / Vol 4 / Issue 4 / 2014 / 233-241. 241
26. Medina CA. Oral manifestations of vitamin deficiencies, Review article. Oral Surgery, Oral
Medicine, Oral Pathology, 9(10), 1956, 10601068.
27. Mulliken RA, Casner MJ. Oral manifestations of systemic disease. Emerg Med Clin North
Am. 18(3), 2000, 565-575.
28. Nweze EI, Ogbonnaya UL. Oral Candida isolates among HIV-infected subjects in Nigeria. J
Microbiol Immunol Infect, 44(3), 2011, 172-7.
29. Ozdemir H, Cifti E, Tapisiz A, Ince E, Tutar E, Atalay S, et al. Clinical and epidemiological
characteristics of children with Kawasaki disease in Turkey. J Trop Pediatr, 56(4), 2010, 2602.
30. Plauth M, Jenss H, Meyle J. Oral manifestations of Crohn's disease. An analysis of 79 cases. J
Clin Gastroenterol, 13(1), 1991, 29-37.
31. Proctor R, Kumar N, Stein A, Moles D, Porter S. Oral and dental aspects of chronic renal
failure. J Dent Res, 84(3), 2005, 199208.
32. Swinson B, Witherow H, Norris P, Lloyd T. Oral manifestations of systemic diseases. Hosp
Med, 65(2), 2004, 92-9.
33. Thomas CA, Trolinger M. Oral health and chronic kidney disease, building a bridge between
the dental and renal communities. Grand Rounds in OralSystemic Medicine, 2(3), 2007, 45
53A.

34. Weckx LL, Hidal LB, Marcucci G. Oral manifestations of leukemia. Ear Nose Throat
J, 69(5), 1990, 341-2, 345-6.

14

Anda mungkin juga menyukai