A. Pendahuluan
Pulpitis adalah kondisi inflamasi dari pulpa. Pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi
inflamasi pulpa yang persisten, dapat simptomatik atau asimptomatik yang disebabkan oleh
stimulus noksius. Pada respon imun humoral pulpitis ireversibel terlihat IgG dan IgM
meningkat tinggi, namun IgA menurun sekali yang menunjukkan bahwa ketahanan
mukosalnya rendah. Tingginya IgG dan IgM menunjukkan adanya ketahanan jaringan pulpa
yang tinggi terhadap mikroorganisme. Reaksi imunitas yang tinggi dari pulpitis ireversibel
seharusnya diikuti dengan terjadinya kesembuhan, namun kenyataan pulpitis ireversibel tidak
dapat sembuh kembali, bahkan dikatakan bahwa pulpitis ireversibel sering kali mudah
berkembang menjadi nekrosis. Hal ini terjadi karena jaringan pulpa yang berada di dalam
ruang pulpa yang sempit, dan menerima sirkulasi darah hanya melalui pembuluh darah yang
masuk ke dalam jaringan pulpa melalui foramen apikal yang sempit pula, sehingga pulpitis
irreversibel mudah berkembang menjadi nekrosis pulpa.
Secara histologis pulpitis irreversibel dapat disebabkan oleh suatu stimulus yang berbahaya
yang berlangsung lama seperti misalnya karies. Bila karies menembus dentin dapat
menyebabkan respon inflamasi kronis. Bila karies tidak diambil, perubahan inflamasi di
dalam pulpa akan meningkat keparahannya jika kerusakan mendekati pulpa.
Berdasarkan etiologinya, bakteri telah mencapai pulpa dan menetap disana, menimbulkan
reaksi simptomatik atau asimptomatik. Pada awalnya pulpa bereaksi dengan mengeluarkan
mediator kimia inflamasi. Kemudian berkembang edema interstitial yang akan meningkatkan
tekanan di dalam pulpa gigi, penekanan jaringan syaraf, dan menyebabkan rasa sakit, baik
spontan ataupun dirangsang. Apabila edema menemukan jalan keluar melalui tubulus dentin,
bentuk asimptomatik dapat berkembang menjadi simptomatik segera setelah terjadi obstuksi
kavitas, baik disebabkan oleh impaksi makanan atau teknik restorasi dengan diagnose yang
salah. Sebagian besar eksudat inflamasi pada pulpa mengandung serosa, dimana bentuk
purulent akan meningkatkan jumlah pus, hal ini disebabkan terdapat leukosit untuk mengatasi
peradangan.
Pulpitis irreversibel dikarakteristikkan sebagai rasa sakit yang persisten dan di
klasifikasikan sebagai berikut :
1. Akut
- Respon yang abnormal terhadap rangsangan panas
- Respon yang abnormal terhadap rangsangan dingin
2. Kronis
- asimptomatik dengan pulpa terbuka
- hyperplastik pulpitis
- resorbsi interna
C. Rencana Perawatan
I. Perawatan Saluran Akar
Fase-fase Perawatan Endodontik :
1. Preparasi Akses:
- Fase yang paling penting dari aspek teknik perawatan akar.
- Merupakan kunci untuk membuka pintu bagi keberhasilan tahap pembersihan,
pembentukan dan obturasi saluran akarnya.
Tujuan:
- Membuat akses yang lurus.
- Menghemat preparasi jaringan gigi.
- Membuka atap ruang pulpa.
a. Saluran Akar Tunggal
- Preparasi dimulai dengan round bur no 2 atau 4 atau tapered fissure diamond bur
dengan arah tegak lurus pada permukaan enamel sampai menembus jaringan dentin dan
diteruskan sampai atap pulpa terbukan dengan kedalaman 3mm.
- Setelah itu arah bur diubah menjadi sejajar sumbu gigi sampai menembus R.Pulpa
sehingga ditemukan lubang saluran akar yang terletak pada dasar R.pulpa yang disebut
orifice.
- Gunakan tapered fissure no 2 atau 4 untuk membentuk dinding cavity entrance
divergen ke arah oklusal atau insisal samapi jarum miller dapat masuk dengan lurus, setelah
terasa tembus maka orifice dicari dengan menggunakan jarum miller.
- Menghilangkan tanduk pulpa menggunakan round diamond bur dengan gerakan
menarik keluar kavitas sehingga cavity entrance terbentuk dengan baik dan alat preparasi
dapat dimasukkan ke dalam saluran akar dengan bebas.Masukkan jarum ektirpasi, diputar
searah jarum jam dan ditarik keluar, diulang lagi sampai jaringan pulpa dicabut.
b. Saluran Akar Ganda
- Pembutan cavity entrance menggunakan round bur no1 atau tapered fissure
diamond bur pada tengah fossa di bagian oklusal atau endo access.
- Setelah kedalaman preparasi mencapaidentin, preparasi dilanjutkan menggunakan
fissure diamond bur sampai ditemukan orifice ke 3 saluran akar.
- Pada gigi berakar ganda, bila atap pulpa belum terbuka maka cari orifice yang
paling besar terlebih dahulu, kemudian atap pulpa diangkat dengan bur sesuai letak orifice.
- Menghilangkan tanduk pulpa menggunakan round diamond bur dengan gerakan
menarik keluar kavitas, sehingga cavity entrance terbentuk dengan baik dan alat preparasi
dapat dimasukkan ke dalam saluran akar dengan bebas.
Penentuan Panjang Kerja.
- Panjang Kerja: Panjang dari alat preparasi yang masuk ke dalam saluran akar pada waktu
melakukan preparasi saluran akar.
Menentukan panjang kerja dikurangi 1mm panjang gigi sebenarnya, untuk menghindari:
- Rusaknya apical constriction (penyempitan saluran akar di apical).
- Perforasi ke apical.
Cara melakukan DWP (Diagnostic Wire Photo)
- Masukkan jarum miller atau file nomor kecil yang diberi stopper dengan guttap perca pada
batas panjang gigi rata-rata (lihat tabel) dikurangi 1-2 mm lalu dilakukan foto R.
2. Pembersihan dan Pembentukan Saluran Akar.
Pembersihan:
- Debridement: Pembuangan Iritan dari sistem saluran akar.
- Tujuan: Membasmi habis iritan tersebut walaupun dalam kenyataan praktisnya hanyalah
sebatas pengurangan yang signifikan saja.
- Iritan: bakteri, produk samping bakteri, jaringan nekrotik, debris organik, darah dan
kontaminan lain.
Pembentukan Saluran Akar:
- Membentuk saluran akar melebar secar kontinyu dari apeks ke arah korona.
- Pelebaran:
Saluran akar harus cukup besar untuk melakukan debridement yang baik dan dapat
memanipulasi serta mengendalikan instrumen dan meterial obturasi dengan baik tapi tidak
sampai melemahkan gigi serta meningkatkan peluang terjadinya kesalahan prosedur.
- Ketirusan
Ketirusan hasil preparasi harus cukup sehingga instrumen penguak dan pemampat gutta perca
dapat berpenetrasi cukup dalam.
- Kriteria
Saluran akar siap menerima obturasi baik dengan kondensasi lateral maupun vertikal, saluran
akar harus berbentuk corong ke arah korona dan dalam ukuran cukup besar sehingga
instrument pemampat dan penguak dapar masuk cukup dalam.
3. Ekstirpasi Pulpa
Menggunakan jarum ekstirpasi. Bertujuan untuk mengambil jaringan pulpa yang telah
nekrosis.
4. Pengisian Saluran Akar
Gigi Sulung
Teknik single cone
Teknik pengisian saluran akar untuk teknik preparasi secara konvension
Tahapan :
- Pencampuran pasta saluran akar petunjuk pabrik
- Pasta diulaskan pada jarum lentulo dan guttap point untuk kemudian dimasukan kedalam
saluran akar yang telah dipreparasi jarum lentulo sesuai panjang kerja dan diputar berlawanan
jarum jam.
- Guttap point ( trial foto disterilkan dengan alcohol 70% dan dikeringkan
- Kering ( diulas dengan pasta ) masuk ke dalam saluran akar.
- Guttap point di potong 1-2mm dibawah orifice dengan ekskavator yang ujungnya telah di
panasi dengan Bunsen burner hingga membara.
Bahan Pengisian Saluran Akar pada Gigi Sulung
Zinc oxide eugenol paste
Iodoform paste
Calcium hydroxide
Tujuan perawatan endodontic pada gigi sulung:
- Gigi bertahan dalam mulut dengan keadaan non patologis
- Gigi dapat berfungsi kembali
- Mencegah tanggal premature
- Menghilangkan rasa sakit
- Fungsi normal (kunyah, waktu tanggal yang normal)
- Menciprakan lingkungan RM yang sehat
- Menghilangkan keluhan pasien
Hal yang harus dipahami
- Morfologi gigi sulung
- Cara pemeriksaan yang baik : rontgen foto
- Mecam macam kelainan pulpa
- Pengetahuan tentang bahan dan obat obatan
- Pertimbangan kesehatan umum penderita
Tahap tahap perawatan endotektomi
- Membuat foto untuk diagnose dan rencana perawatan
- Menyiapkan file, paper point
- Melakukan devitalisasi untuk gigi yang masih fital
daftar pustaka:
1. Widodo , Trijoedani. Respons imun humoral pada pulpitis (Humoral immune response on
pulpitis). Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 2 AprilJuni 2005: 4951 Bagian Ilmu
Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya Indonesia.
2. Captain Gary G. Goodell, DC, USN, Commander Patricia A. Tordik, DC, USN, and
Captain H. Dwight Moss, DC, USN. Pulpal and periradicular diagnosis. Clinical Update Vol.
27, No. 9 December 2005. Naval Postgraduate Dental School National Naval Medical Center.
3. http://en.wikiteka.com/document/96202-pulpo-periapical-pathology/
4. Grossman IL, Oliet S, Rio CED. Ilmu endodontik dalam praktik. Ed.11. Jakarta : EGC,
1995 : hal 1-19, 71-109.
5. Lpez-marcos jf. Aetiology, classification and pathogenesis of pulp and periapical disease.
Med oral patol oral cir bucal 2004;9 suppl:s52-62.
6. http://rockdentist.wordpress.com/2011/04/13/rencana-perawatan-pulpitis-irreversible/