Otitis Media Efusi
Otitis Media Efusi
PENDAHULUAN
di Jakarta yang dilakukan di TK dan SD Al-Azhar pada anak usia 4-12 tahun
didapatkan prevalensi OME sebesar 23,71%.2
Diagnosis OME pada anak lebih sukar ditegakkan oleh karena keluhan
yang tidak jelas. Kecurigaan dapat dimulai adanya gangguan pendengaran pada
anak yang bisa sertai dengan kemunduran dalam pelajaran sekolah. Sedangkan
pemeriksaan telinga seringkali ditemukan secara tidak sengaja adanya kelainan
pada saat skrining pemeriksaan telinga dan pendengaran di sekolah-sekolah.2
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan referat ini adalah:
1. Untuk menambah pengetahuan tentang otitis media efusi sebagai salah
satu penyakit dibidang ilmu Telinga, Hidung dan Tenggorok, sehingga
dapat melakukan diagnosis dini untuk menetukan terapi yang adekuat bagi
pasien.
2. Sebagai salah satu syarat akademis stase pada bagian ilmu Telinga,
Hidung dan Tenggorok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
organ
vestibuler
yang
berfungsi
keseimbangan.
untuk
mempertahankan
Yang kedua adalah meatus akustikus eksternus atau dikenal juga dengan
liang telinga luar. Meatus akustikus eksternus merupakan sebuah tabung berkelok
yang menghubungkan aurikula dengan membran timpani. Pada orang dewasa
panjangnya lebih kurang 1 inchi atau kurang lebih 2,5 cm,dan dapat diluruskan
untuk memasukkan otoskop dengan cara menarik aurikula ke atas dan belakang.
Pada anak kecil aurikula ditarik lurus kebelakang, atau ke bawah dan belakang.
Bagian meatus yang paling sempit adalah kira-kira 5 mm dari membran timpani.3,
4, 5
Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan dua
pertiga bagian dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani. Meatus
dilapisi oleh kulit dan sepertiga luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea, dan
glandula seruminosa. Glandula seruminosa ini adalah modifikasi kelenjar keringat
yang menghasilkan sekret lilin berwarna coklat kekuningan yang dinamakan
serumen atau minyak telinga. Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah
infeksi. 3,4,5
Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari n. aurik
ulotemporalis dan ramus aurikularis N. Vagus. Sedangkan aliran limfe menuju
kelenjar parotis superfisialis, mastoid, dan servikalis superfialis.6
2.1.2
Telinga Tengah
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi oleh membrana mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang
pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani (gendang
telinga) ke perilympha telinga dalam. Kavum timpani berbentuk celah sempit
yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang
membran timpani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan nasofaring melalui
tuba auditiva dan di belakang dengan antrum mastoid.6
Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding
posterior, dinding lateral, dan dinding medial, yaitu:
-
Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut tegmen timpani,
yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng
Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara dari dua buah
saluran. Saluran yang lebih besar dan terletak lebih bawah menuju tuba
auditiva, dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil masuk ke dalam
saluran untuk m. tensor timpani.
A. Membran Timpani
Membran timpani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu
mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral.
Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil,
yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena
cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan "refleks cahaya", yang
memancar ke anterior dan inferior dari umbo.4, 5, 6
Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm.
Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulkus
timpanikus, di bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini
berjalan dua plika, yaitu plika mallearis anterior dan posterior, yang menuju ke
processus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membran timpani yang
dibatasi oleh plika-plika tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian lainnya
tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah pada
permukaan dalam membran timpani oleh membran mukosa. Membran timpani
sangat
peka
terhadap
nyeri
dan
permukaan
luarnya
dipersarafi
oleh
B. Tulang-Tulang Pendengaran
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu
tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang
kompak tanpa rongga sumsum tulang.6
Maleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput, collum,
processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan processus
lateralis. Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus.
Collum mallei adalah bagian sempit di bawah caput. Manubrium mallei berjalan
ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat pada permukaan medial
membran timpani. Manubrium ini dapat dilihat melalui membran timpani pada
pemeriksaan dengan otoskop. Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil
yang dihubungkan dengan dinding anterior kavum timpani oleh sebuah ligamen.
Processus lateralis menonjol kelateral dan melekat pada plica mallearis anterior
dan posterior membran timpani.4,6
Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus incudis
berbentuk bulat dan bersendi di anterior dengan caput mallei. Crus longum
berjalan ke bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium mallei. Ujung
bawahnya melengkung ke medial dan bersendi dengan caput stapedis.
Bayangannya pada membrana timpani kadang-kadang dapat dilihat pada
pemeriksaan dengan otoskop. Crus brevis menonjol ke belakang dan dilekatkan
pada dinding posterior kavum timpani oleh sebuah ligamen.6,7
Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput
stapedis kecil dan bersendi dengan crus longum incudis. Collum berukuran sempit
dan merupakan tempat insersio m. stapedius. Kedua lengan berjalan divergen dari
collum dan melekat pada basis yang lonjong. Pinggir basis dilekatkan pada
pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa, yang disebut ligamentum
annulare. 3,4,6
D. Tuba Eustachius
Tuba Eustachius merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani
dengan nasofaring. Panjang tuba eustachius adalah 37 mm. Tuba Eustachius
terbentang dari dinding anterior kavum timpani kebawah, depan, dan medial
sampai ke nasofaring. Sepertiga bagian posterior-nya adalah tulang dan dua
pertiga bagian anteriornya adalah kartilago. Tuba berhubungan dengan nasofaring
dengan berjalan melalui pinggir atas m. constrictor pharynges superior. 6,8
Anatomi tuba Eeustachius dibagi menjadi dua bagian yaitu:8
1. Pars osseus
2. Pars kartilagines
Pertemuan antara pars osseus dan pars kartilagines merupakan daerah
yang paling sempit yang disebut isthmus. pars osseus bermuara pada kavum
timpani pada dinding anterior, bagian ini selalu terbuka. Pars osseus merupakan
1/3 panjang dari tuba Eustachius.
Pars kartilagines merupakan 2/3 panjang tuba Eustachius. Berbentuk
seperti terompet. Bagian ini bermuara nasofaring dan selalu dalam keadaan
tertutup. Baru terbuka apabila ada kontraksi muskulus levator veli palatini (pada
saat menguap atau menelan).
Perbedaan tuba Eustachius pada anak dan dewasa yang menyebabkan
meningkatnya insiden otitis media pada anak-anak. Panjang tuba pada anak
setengah panjang tuba dewasa, sehingga sekret nasofaring lebih mudah refluks ke
dalam telinga tengah melalui tuba yang pendek. Arah tuba bervariasi pada anak,
sudut antara tuba dengan bidang horizontal adalah 10. Sedangkan pada dewasa
45. Sudut antara tensor veli palatini dengan kartilago bervariasi pada anak-anak
tetapi relatif stabil pada dewasa. Perbedaan ini dapat membantu menjelaskan
pembukaan lumen tuba (kontraksi tensor veli palatini) yang tidak efisien pada
anak-anak. Masa kartilago bertambah dari bayi sampai dewasa. Densitas elastin
pada kartilago lebih sedikit pada bayi tetapi densitas kartilago lebih besar. Pada
anak-anak banyak lipatan mukosa di lumen tuba Eustachius, hal ini dapat
menjelaskan peningkatan compliance tuba pada anak-anak.9,10
10
E. Antrum Mastoid
Antrum mastoid terletak di belakang kavum timpani di dalam pars petrosa
ossis temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melalui auditus ad
antrum, diameter auditus ad antrum lebih kurang 1 cm.11
Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditus ad
antrum, dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan
cerebellum. Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum
suprameatus. Dinding medial berhubungan dengan kanalis semisirkularis
posterior. Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen
timpani, yang berhubungan dengan meningen pada fosa kranii media dan lobus
temporalis cerebri. Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum
dengan cellulae mastoideae.11
11
2.1.3
Telinga Dalam
Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial
terhadap telinga tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun dari
sejumlah rongga di dalam tulang; dan (2) telinga dalam membranaceus, tersusun
dari sejumlah sakus dan duktus membranosa di dalam telinga dalam osseus.6,11
yaitu
perilympha,
yang
di
dalamnya
terdapat
labyrinthus
membranaceus.6,11
Vestibulum,
merupakan
bagian
tengah
telinga
dalam
osseus,
12
13
14
media, mucoid ear, otitis media sekretoria, non suppurative otitis media dan otitis
media serosa. 8,13
Apabila efusi tersebut encer otitis media serosa dan apabila efusi tersebut
kental seperti lem otitis media mukoid (glue ear). Otitis media serosa terjadi
terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah
ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan
hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid cairan yang ada di telinga tengah
timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat didalam mukosa
telinga tengah dan tuba Eustachius. Faktor yang berperan utama dalam keadaan
ini adalah terganggunya fungsi tuba Eustachius. Faktor lain yang dapat berperan
sebagai penyebab adalah adenoid, hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum (cleftpalate), tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rhinitis. Keadaan alergik
sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan ditelinga tengah
(efusi di telinga tengah). 13
Beberapa ahli memberi batasan yaitu otitis media efusi adalah keadaan
terdapat cairan di telinga tengah baik berbentuk nanah, sekret encer, ataupun
sekret yang kental (mucoid glue ear). Dengan kata lain otitis media efusi dapat
berupa otitis media serosa/otitis media sekretoria/otitis media mukoid/otitis media
efusi terbatas pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan
membran timpani utuh tanpa tanda-tanda radang. Bila efusi tersebut berbentuk
pus, membran timpani utuh dan disertai tanda-tanda radang maka disebut otitis
media akut (OMA).13
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu:13
1. Otitis media serosa akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Kadaan akut ini
dapat disebabkan antara lain oleh:
-
15
Idiopatik
16
16
mekanik
pada
pergerakan
palatum
molle
dan
17
4. Infeksi virus
Berbagai virus seperti adeno virus dan rino virus pada saluran
pernapasan atas dapat menginvasi telinga tengah dan merangsang
peningkatan produksi sekret.
2.2.3
Patofisiologis
Dalam kondisi normal, mukosa telinga bagian dalam secara konstan
18
nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran
Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga.16
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu
karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga
dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.
Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 dB (bisikan halus).
Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran
hingga 45 dB (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa
nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat
merobek gendang telinga karena tekanannya.16
Saat lahir tuba Eustchius berada pada bidang paralel dengan dasar
tengkorak, sekitar 10 dari bidang horisontal, dan memiliki lumen yang pendek
dan sempit. Semakin bertambah usia, terjadi perubahan bermakna, terutama saat
mencapai usia 7 tahun, di mana lumen tuba Eustchius lebih panjang dan lebar,
serta ujung proksimal tuba Eustchius di nasofaring terletak 2-2.5 cm di bawah
orifisium tuba Eustchius di telinga tengah atau membentuk sudut 45 terhadap
bidang horisontal telinga. Dengan struktur yang demikian, pada anak usia
dibawah 7 tahun lebih mudah mengalami OME. Selain itu terdapat pula beberapa
faktor resiko pada anak, antara lain:16
a. Faktor resiko anatomi: anomali kraniofasial, down syndrome, celah
palatum, hipertrofi adenoid, dan GERD.
b. Faktor resiko fungsional: cerebral palsy, down syndrome, kelainan
neurologis lainnya, dan imunodefisiensi.
c. Faktor resiko lingkungan: bottle feeding, menyandarkan botol di mulut
pada posisi tengadah (supine position), rokok pasif, status ekonomi
rendah, banyaknya anak yang dititipkan di fasilitas penitipan anak.16
Terjadi penurunan yang tajam dari prevalensi terjadinya OME pada anakanak dengan usia diatas 7 tahun, yang menandakan meningkatnya fungsi tuba
Eustachius dan matangnya sistem imun.16
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang
tiba-tiba diluar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau penyelam, yang
19
2.2.4
Diagnosis
Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karana prosesnya sendiri yang
kerap tidak bergejala (asimptomatik), atau dikenal dengan silent otitis media.
Dengan absennya gejala seperti nyeri telinga, demam, ataupun telinga berair,
OME sering tidak terdeteksi baik oleh orang tuanya, guru, bahkan oleh anaknya
sendiri.15
1. Anamnesis (gejala klinik) meliputi:
a) Berkurangnya fungsi pendengaran. Keadaan ini sering ditemukan
dan kadang-kadang satu-satunya gejala. Onsetnya tersembunyi dan
jarang melebihi 40 dB. Ketulian bisa saja tidak terdeteksi oleh
orang tua dan mungkin ditemukan secara tidak sengaja pada saat
dilakukan skrining tes audiometri.
b) Sakit pada telinga tengah. Hal ini mungkin disebabkan adanya
infeksi pada saluran pernapasan atas.16
2. Pemeriksaan fisik
Lazimnya diagnosis OME dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik telinga
dengan menemukan cairan di belakang membran timpani yang normalnya
translusen.
Pemeriksaan otoskopik dapat memperlihatkan:
o Membran timpani yang retraksi (tertarik ke dalam), nyeri tumpul,
dan oapk yang ditandai dengan hilangnya refleks cahaya.
o Warna membran timpani bisa merah muda cerah hingga biru gelap.
o Processus brevis malleus terlihat sangat menonjol dan processus
longus tertarik medial dari membran timpani.
20
21
2.2.5
Penatalaksanaan
A. Medikamentosa
Pengobatan OME langsung diarahkan untuk memperbaiki ventilasi normal
telinga tengah. Untuk kebanyakan penderita, kondisi ini diperoleh secara alamiah,
terutama jika berasosiasi dengan ISPA yang berhasil disembuhkan. Artinya
banyak OME yang tidak membutuhkan pengobatan medis. Akan lebih baik
menangani faktor predisposisinya, misalnya: jika dikarenakan barotrauma, maka
aktivitas yang berpotensi untuk memperoleh barotrauma berikutnya, seperti:
penerbangan atau menyelam, sebaiknya dihindarkan. Strategi lainnya adalah
menghilangkan atau menjauhkan dari pengaruh asap rokok, menghindarkan anak
dari fasilitas penitipan anak, menghindarkan berbagai alergen makanan atau
lingkungan jika anak diduga kuat alergi atau sensitif terhadap bahan-bahan
tersebut.16
Pengobatan pada barotrauma biasanya cukup dengan cara konservatif saja,
yaitu dengan memberikan dekongestan lokal atau dengan melakukan perasat
Valsava selama tidak terdapat infeksi di jalan napas atas. Apabila cairan atau
cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai beberapa minggu,
maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu memasang pipa
ventilasi (Grommet).13
Usaha pereventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu
mengunyah permen karet atau melakukan perasat Valsalva, terutama sewaktu
pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.13
Jika OME ternyata menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan medis
mulai diindikasikan, seperti:
1. Antihistamin atau dekongestan
Rasionalisasi kedua obat ini adalah sebagai hasil komparasi antara sistem telinga
tengah dan mastoid terhadap sinus paranasalis. Karena antihistamin dan
dekongestan terbukti membantu membersihkan dan menghilangkan sekresi dan
sumbatan di sinonasal, maka tampaknya logis bahwa keduanya dapat memberikan
22
efek yang sama untuk OME. Jika ternyata alergi adalah faktor etiologi OME,
maka kedua obat ini seharusnya memberikan efek yang menguntungkan terhadap
OME.15
2. Mukolitik
Dimaksudkan untuk merubah viskoelastisitas mukus telinga tengah untuk
memperbaiki transport mukus dari telinga tengah melalui tuba Eustachius ke
nasofaring. Namun demikian mukolitik ini tidak memegang peranan penting
dalam pengobatan OME.15
3. Antibiotik
Pemberian obat ini harus dipertimbangkan secara hati-hati, karena OME bukanlah
infeksi sebenarnya. Meskipun demikian OME seringkali diikuti oleh OMA, di
samping itu isolat bakteri juga banyak ditemukan pada sampel cairan OME.
Organisme tersering ditemukan adalah S. pneumoniae, H. influenzae non typable,
M. catarrhalis, dan grup A streptococci, serta S.aureus. Studi terkontrol
menunjukkan antibiotika golongan amoksisilin, amoksisilin-asam klavulanat,
sefalosporin,
eritromisin,
trimetropim-sulfametoksazol,
atau
eritromisin-
Lini pertama : Amoksisilin 500 mg p.o 7-10 hari atau jika alergi,
Eritromycin 333 mg p.o 7-10 hari
Lini kedua
23
4. Kortikosteroid.
Beberapa klinisi mengusulkan pemberian kortikosteroid untuk mengurangi
respon inflamasi di kompleks nasofaring-tuba Eustachius dan menstimulasi agentaktif di permukaan tuba Eustachius dalam memfasilitasi pergerakan udara dan
cairan melalui tuba Eustachius. Pemberian dapat berupa kortikosteroid oral atau
topikal (nasal), ataupun kombinasi. Berdasarkan clinical guidance 1994,
pemberian steroid bersama-sama antibiotika pada anak usia 1-3 tahun mampu
memperbaiki klirens OME dalam 1 bulan sebesar 25%. Namun demikian karena
hanya memberikan hasil jangka pendek dengan kejadian OME rekuren yang
tinggi, serta resiko gejala sisa maka kortikosteroid tidak lagi direkomendasikan.15
B. Pembedahan
Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan
lamanya penyakit. Derajat gangguan pendengaran dan frekuensi serta parahnya
gangguan pendahulu yang juga perlu dipertimbangkan. Gangguan seringkali
bilateral, namun anak dengan cairan yang sedikit, gangguan pendengaran
minimal, atau dengan gangguan unilateral dapat diobati lebih lama dengan
pendekatan yang lebih konservatif. Sebaliknya, penipisan membran timpani,
24
25
Keburukan utama dari tuba ventilasi adalah telinga tengah perlu dijaga
agar tetap kering. Untuk tujuan ini telah dikembangkan berbagai macam sumbat
telinga. Insisi miringotomi dan pemasangan tuba telah dikaitkan dengan
pembentukan kolesteatoma pada beberapa kasus (jarang). Drainase melalui tuba
bukannya tidak sering terjadi, dan dapat dikaitkan dengan infeksi saluran napas
atas, atau memungkinkan air masuk ke dalam telinga tengah, dan pada kasuskasus tertentu dapat merupakan masalah menetap yang tidak bisa dijelaskan. Pada
kasus-kasus demikian, penanganan medis dengan antibiotik sistemik atau tetes
telinga harus diteruskan untuk waktu yang lebih lama bahkan saat tuba masih
terpasang.3
2.2.6
Diagnosis banding
Terdapat beberapa hal yang tumpang tindih antara otitis media akut
(OMA) dan Otitis media efusi, sangat sulit membedakan keduanya pada
pemeriksaan kecuali terdapat otalgia dan demam. 15
OMA dapat dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat
menyerupai OMA. Efusi telinga tengah (middle ear effusion) merupakan tanda
26
yang ada pada OMA dan otitis media dengan efusi.Untuk membedakannya dapat
diperhatikan hal-hal berikut: 17
2.2.7
Prognosis
Otitis media dengan efusi biasanya hilang dengan sendirinya selama
beberapa
minggu
atau
bulan.
Pengobatan
dapat
mempercepat
proses
27
BAB III
PENUTUP
3.1. Ringkasan
Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif. Otitis media non supuratif nama lain adalah otitis media musinosa, otitis
media efusi, otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media mukoid (glue
ear).
Otitis media dengan efusi (OME) adalah suatu proses inflamasi pada
mukosa telinga tengah yang ditandai dengan adanya cairan non purulen (serous
atau mukus) di dalam telinga tengah, tanpa tanda-tanda infeksi akut. Apabila efusi
tersebut encer otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem
otitis media mukoid (glue ear).
Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karena prosesnya sering
asimptomatik. OME dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik telinga dengan
menemukan cairan di belakang membran timpani yang normalnya translusen.
Beberapa instrumen penunjang juga membantu menegakkan diagnosis OME
antara lain Otoskop pneumatik, Audiometri impedans (timpanometri) dan Pure
tone Audiometry.
Penatalaksanaan OME meliputi Medikamentosa serta pembedahan. OME
biasanya hilang dengan sendirinya selama beberapa minggu atau bulan namun
dengan pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan OME.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Marewa,
R.
2011.
Otitis
Media
Efusi.
(online),
(http://twitter.com/#!/DokterMuda/status/25759915125510144,
diakses tanggal 7 April 2012)
2. Yusuf, K. 2000. Hasil Otoskopi. Audiogram dan Timpahogram Pada
Pasien Usia 6-12 tahun yang Dicurigai Menderita Otitis Media Efusi
di Seksi Audiologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 1990. Media
Perhati Vol. 6 No. 4 Oktober Desember 2000. Jakarta
3. Boies, Adams. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC: Jakarta .
4. Ballantyne J, Govers J, Scott B. 2002. Disease of the Ear, Nose,and
Throat. Publisher: Butthworth Co.Ltd. : 1987, vol. 52 Moore,keith L.
5. Jide. 2008. Indera Pendengaran dan Keseimbangan. (online),
(from:http://iqbalali.com/2008/11/12/indera-pendengaran-dankeseimbangan, diakses tanggal 7 April 2012)
6. Snell, R. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.
EGC: Jakarta
7. Anil, K. 2007. Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology:
Head and Neck Surgery. Publisher: McGraw-Hill Medical
8. Rukmini S, Herawati S. Tekhnik Pemeriksaan Telinga Hidung Dan
Tenggorok. EGC:Jakarta
9. Rosenfeld RM and Bluestone CD. 1999. Evidence based media
Stephen Berman, MD eds. Canada BC Decker Inc
10. Bluestone CD, Klien JO. 1995. Otitis media in infant and children In
Bluestone et al eds. Pediatrics Otolaryngology 2 ed Philadelphia WB
Saunders Co.
11. Hotimah, Mahyunie E. 2011. Otitis Media Serosa. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang: Malang
12. Sherwood L. 2006. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
EGC: Jakarta
13. Soepardi EA,dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. FKUI:Jakarta
29
K,
Anil.
2007.
Current
Diagnosis
and
Treatment
Otitis Media
F.
2007.
Otitis
Media
Acute.
(online),
(from:http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=otitis%20media%2
0-%20acute, diakses tanggal 7 April 2012)
30