Oleh
Drs. D a f i k, M.Sc.
NIP. 132 052 409
ii
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
vi
Kata Pengantar
vii
1 Konsep Dasar
13
24
38
iv
Daftar Tabel
4.1 Panduan permisalan solusi khusus PDB non homogen. . . . . . . 47
Daftar Gambar
1.1 Diagram kekonvekan untuk D 2 R 2 . . . . . . . . . . . . . . . . .
vi
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T karena atas anugerah dan karuniahNya penulis
dapat menyelesaikan buku pegangan kuliah dengan judul "Persamaan Difer-
ensial Biasa (PDB): Masalah Nilai Awal dan Batas". Buku pegangan
ini dibuat untuk membantu mahasiswa menemukan refrensi utama mata kuliah
Persamaan Difrensial Biasa memandang cukup langkanya buku-buku persamaan
difrensial dalam bahasa Indonesia.
Dalam buku ini dijelaskan bagaimana konsep Persamaaan difrensial secara
umum, PDB order satu homogen dan nonhomogen, PDB order dua atau lebih
serta aplikasi dari suatu PDB. Pokok bahasan ini disajikan dengan harapan mahasiswa memahami esensi dari persamaan difrensial dan sekaligus sebagai penunjang langsung materi perkuliahan. Dalam buku pegangan ini dilengkapi beberapa
fungsi dalam MAPLE programming serta latihan soal-soal tutorial untuk memperdalam wawasan pemahaman mahasiswa tentang PDB. Semua materi dalam
buku ini ditulis dalam
Penulis
viii
Daftar Isi
ix
Daftar Tabel
Daftar Gambar
xi
BAB 1
Konsep Dasar
1.1 Klasikasi Persamaan Difrensial
Pada umumnya dikenal dua jenis persamaan difrensial yaitu Persamaan Difrensial Biasa (PDB) dan Persamaan Difrensial Parsial (PDP). Untuk mengetahui
perbedaan kedua jenis persamaan difrensial itu dapat dilihat dalam de nisi berikut.
@y
@x
+ @y
@t + xy = 5
1
dy
dx
2
2.
dy
dx
3.
@2y
@s2
4.
d3 y
dx3
5.
@u
@x
@u
+ @u
@y + @z = 5
6.
; 3x = 0
+ @y
@t ; y = 0
dy
dx
5
d2 y
dx2
3
d2 y
dx2
dy
dx
dy
dx
2
2
; x = 2y
= 7 xy
Dalam bahan ajar ini pembahasan persamaan difrensial akan difokuskan pada
Persamaan Difrensial Biasa (PDB). Sehingga semua contoh soal dan aplikasinya
akan dikaitkan dengan model fenomena persamaan difrensial yang hanya terikat
pada satu variabel bebas.
De nisi 1.1.2 Order Order suatu PDB adalah order tertinggi dari turunan
dalam persamaan F (x y y : : : y(n) ) = 0.
0
00
a0 (x)y(n) + a1(x)y(n
1)
+ + an(x)y = F (x)
dimana a0 (x) 6= 0
Selanjutnya:
1. Bila tidak dapat dinyatakan dengan bentuk diatas dikatakan tak linier
2. Bila koe sien a0 (x) a1 (x) : : : an (x) konstan dikatakan mempunyai koe sien
konstan bila tidak, dikatakan mempunyai koe sien variabel.
3. Bila F (x) = 0 maka PDB tersebut dikatakan homogen bila tidak, disebut
nonhomogen.
De nisi 1.2.1 Suatu PDB order n yang ditulis dalam persamaan berikut:
;
F x y y y : : : y(n) ) = 0
0
(1.1)
00
00
00
untuk 8x 2 I .
2. Sedangkan g(x y) = 0 disebut solusi implisit dari (1.1) jika fungsi g dapat ditransformasikan dalam fungsi eksplisit f 2 C (I ) untuk 8x 2 I dan
minimal satu merupakan solusi eksplisitnya.
Secara umum kedua solusi ini masih dikategorikan lagi kedalam tiga jenis
solusi yaitu
1. Solusi umum, yaitu solusi PDB yang mengandung konstanta esensial, katakanlah C . Sebagai contoh, diketahui sutau PDB y = 3y + 1 maka solusi
0
2. Solusi khusus, yaitu solusi yang tidak mengandung konstanta esensial yang
disebabkan oleh tambahan sarat awal pada suatu PDB. Misal PDB itu
3. Solusi singular, yaitu solusi yang tidak didapat dari hasil mensubstitusikan
suatu nilai pada konstanta pada solusi umumnya. Contoh y = Cx + C 2
adalah solusi umum dari (y )2 + xy = y, namun demikian disisi lain PDB
0
eksibel untuk kasus yang komplek. Dengan MATLAB direction eld dapat
digambar sebagai berikut:
%Menggunakan fungsi eldplot atau DEplot
%Misal akan diamati pola solusi dari PDB y = 1 ; 2ty
with(plots):
eldplot(t 1 ; 2 t y] t = ;1::4 y = ;1::2 arrows = LINE color = t)
%Atau dengan menggunakan fungsi DEplot
eq1:=di(y(t),t)=1-2*t*y(t)
DEplot(eq1,y(t),t=-1..4,y=-1..2)
0
Hasil dari menjalankan fungsi ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
yang sangat eksibel. Metoda ini berkembangan sesuai dengan perkembangan komputer dan dapat menyelesaiakan suatu PDB dari level yang
mudah sampai level yang komplek. Walaupun fungsi solusi tidak diketahui secara eksplisit maupun implisit namun data yang diberikan dapat
divisualisir dalam gra k sehingga dapat dianalisis dengan baik. Namun
metoda ini berdasarkan pada prinsip-prinsip aproksimasi sehingga solusi
yang dihasilkan adalah solusi hampiran (pendekatan). Sebagai konsukwensi dari penggunaan metoda ini adalah adanya evaluasi berulang dengan menggunakan komputer untuk mendapatkan hasil yang akurat. Salah
satu metoda ang telah anda kenal adalah metoda EULER dengan rumus yn+1 = yn + hf (t y), (lihat catatan Algoritma dan Pemerograman).
Dibawah diberikan programming metoda EULER dengan menggunakan
MATLAB programming.
%Programming Untuk Menyelesaikan PDB
%y = y ; t2 + 1 y(0) = 0:5
%Dengan menggunakan metoda Euler
0
dy = f (x y)
y = dx
0
dimana f adalah kontinyu atas variabel x y pada domain D (dalam bidang xy).
Misal (x0 y0) adalah titik pada D, maka masalah nilai awal yang berkenaan
dengan dengan y = f (x y) adalah masalah untuk menentukan solusi y yang
0
memenuhi nilai awal y(x0) = y0. Dengan notasi umum sebabagai berikut:
y = f (x y) y(0) = y0
(1.2)
R2
sedemikian hingga
(t , y )
1
(t , y )
1
(t , y )
2
(t 2 , y 2 )
Tidak Konvek
Konvek
Teorema 1.4.1 Teorema Lipschitz. Andaikata f (t y) terde nisi dalam himpunan konvek D 2 R 2 dan ada konstanta L > 0 dimana
df
(t y) L untuk semua (t y) 2 D
dy
(1.3)
y (t) = f (t y)
0
a t b y(a) =
= 4jjy2 ; y1jj:
Degan demikian sarat Lipschitz terpenuhi yaitu jjf (t y1 ) ; f (t y2 )jj Ljjy1 ; y2 jj,
dimana konstanta Lipschitznya adalah L = 4, berarti persamaan itu mempunyai
solusi tunggal.
@y
@x
10
Latihan Tutorial 1
1. Kelompokkan persamaan diferensial dibawah ini kedalam PDB dan PDP.
(a)
@y
@x
(b)
dy
dx
(c)
@2y
@s2
(d)
d3 y
dx3
(e)
@u
@x
@u
+ @u
@y + @z = 5
(f)
+ @y
@t + xy = 5
+
d2 y
dx2
dy
dx
2
; 3x = 0
+ @y
@t ; y = 0
dy
dx
5
d2 y
dx2
3
d2 y
dx2
dy
dx
dy
dx
2
2
; x = 2y
= 7 xy
@y
@x
(b)
d4 y
dx4
+3
(c)
d2 y
dx2
+ ysinx = 0
(d)
d6 u
dt6
d2 u
dt2
+ xy = xex
d2 y
dx2
5
+ 5y = 0
d5 u
dt5
+ t = 2u
(e) x2dy + y2 dx = 0
(f)
d2 y
dx2
(g)
d2 u
dt2
(h)
d3 y
dt3
5
+ xsiny = 0
4 q
=
d5 u
dt5
+ t = 2u
+ t dydt + (cos2t)y = t2
s
(i) (1 + s2) dds2y2 + s dy
ds + y = e
d4 y
dt4
(l)
+ ddt33y + ddt22y + y = 0
d3 y
dx3
(k)
d2 y
dt2
11
2
+ xtan2 (xy) = 0
d5 y
ds5
+ cosec(2s2 ; 2) = siny
y2(t) = et
3t
(b) ty ; y = t2 y(t) = 3t + t2
0
y2(t) = e t + 3t
t > 0 y1(t) = t 21
R
(e) y ; 2ty = 1 y(t) = et2 0t e s2 ds + et2
00
y2(t) = t
5. Cermati apakah fungsi solusi dibawah ini merupakan solusi terhadap masalah
nilai awal yang bersesuaian
(a) y = ;y y(0) = 2
0
y(x) = 2e
(b) y + 4y = 0 y(0) = 1
00
(c) y + 3y + 2y = 0 y(0) = 0
00
y (0) = 1 y(x) = e x ; e
0
2x
6. Periksalaha mana diantara soal berikut ini yang memenuhi teorema Lipschitz:
12
0t1
y(0) = 1
(b) f (t y) = 1 + t sin y
0t2
y(0) = 0
(c) f (t y) = 2t y + t2 e2
1t2
y(1) = 0
4t3 y
(d) f (t y) = 1+
t4
0t1
y(0) = 1
y(0) = 0
(b) y = ;2 + t ; y
0
(c) y = e t + y
0
(d) y = ; xy
0
y(0) = 1
y(1) = 3
y(0) = 1
8. Tentukan untuk titik-titik (x0 y0) yang mana PDB berikut ini memenuhi
teori kewujudan dan ketunggalan dari Picard.
(a) y = xx2 +yy
0
(b) y = (2x ; y) 31
0
(c) y = (1 ; x2 ; 2xy2) 32
0
(d) 2xy = x2 + y2
0
BAB 2
PDB Linier Order Satu
2.1 PDB Linier Order Satu Homogen
PDB order satu dapat dinyatakan dalam
dy = f (x y)
dx
atau dalam bentuk derivatif
M (x y)dx + N (x y)dy = 0
(2.1)
(x y) dx + @F (x y) dy
dF (x y) = @F@x
@y
untuk semua (x y) 2 D.
13
14
De nisi 2.1.2 Persamaan 2.1 disebut difrensial eksak pada domain D jika ada
fungsi F dari dua variabel x y sedemikian hingga ekspresi tersebut sama dengan
jumlah dF (x y) untuk 8(x y) 2 D. Sesuaikan de nisi 2.1.1 dengan persamaan
2.1 diperoleh
(x y)
M (x y) = @F@x
(x y)
N (x y) = @F @y
@M (xy)
@y
@M (xy)
@y
@N (xy)
@x
Bukti
Akan dibutkikan bagian pertama dari teorema ini. Jika 2.1 eksak di D maka
Mdx + Ndy adalah eksak difrensial di D. Dengan de nisi 2.1.1 dan 2.1.2, maka
terdapat suatu fungsi F sedemikian hingga
@F (x y) = M (x y) dan @F (x y) = N (x y)
@x
@y
untuk 8(x y) 2 D. Selanjutnya turunkan M terhadap y dan N terhadap x
diperoleh
@ 2F (x y) = @M (x y)
@x@y
@y
2
F (x y) = @N (x y)
dan @ @y@x
@x
@F (x y) = @F (x y)
@x@y
@y@x
15
@M (x y) = @N (x y)
@y
@x
8(x y) 2 D.
Contoh 2.1.1 Tentukan solusi PDB eksak (3x2 + 4xy)dx + (2x2 + 2y)dy = 0
Penyelesaian 2.1.1 Jelas persamaan ini adalah PDB eksak karena
@M (x y) = 4x = @N (x y)
@y
@x
8(x y) 2 D. Dengan menggunakan cara yang pertama maka kita mempunyai
F (x y ) =
@F (x y) = 2x2 + d (y)
@y
dy
padahal kita punya
@F (x y) = N (x y) = 2x2 + 2y
@y
16
sehingga
2x2 + 2y = 2x2 + d dy(y) atau d dy(y) = 2y:
Integralkan persamaan terakhir ini diperoleh (y) = y2 + c0, dengan demikian
F (x y) menjadi
F (x y) = x3 + 2x2y + y2 + c0:
Bila F (x y) merupakan solusi umum maka keluarga solusi itu adalah F (x y) = c1
sehingga
) x3 + 2x2y + y2 + c0 = c1 atau x3 + 2x2y + y2 = c
(2.2)
17
merupakan PDB eksak. Sekarang bagaimana prosedur menentukan (x y), dapatlah digunakan teorema 2.1.1 diatas. Bila persamaan 2.2 eksak maka
@ (M ) = @ (N )
@y
@x
@ M + @M = @ N + @N
@y
@x
@x
@M @N@y
@
;M
@y ; @x = N @
@x
@y
@
@
N @x ; M @y
(x y) = @M
@N
@y
@x
(2.3)
Penyelesaian 2.1.2 Soal nomor 1 bisa dilihat dalam catatan, selanjutnya kita
bahas soal nomor 2. Jika tergantung pada xy ini berarti = (x y) misal
z = xy maka
@ = @(z ) y atau @ = @(z ) x
@x
@z
@y
@z
sedangkan
18
Sekarang gunakan faktor integrasi 2.3 dan substitusikan nilai-nilai diatas ini,
maka didapat
=
=
@z =
@z =
z =
= ez = exy
Dengan demikian faktor integrasinya adalah (x y) = exy . Sekarang soal nomor
dua menjadi PDB eksak dengan mengalikan faktor integrasi terhadap sukusukunya dimasing-masing ruas.
latihan
f1(x)g1(y)dx + f2(x)g2(y)dy = 0
(2.4)
f1(x) dx + g2(x) dy = 0
f2(x)
g1(y)
(2.5)
19
Persamaan 2.4 tidak eksak namun persamaan 2.5 adalah eksak sehingga teknik
penyelesaiannya menyesuaikan. Bisa juga dengan mengintegralkan langsung bentuk itu menjadi
Z f (x)
Z g (x)
1
dx
+ 2 dy = 0
f2(x)
g1 (y)
Contoh 2.1.3 Tentukan solusi PDB berikut ini dengan menggunakan teknik pemisahan variabel.
1. (x + y)2 dx ; xydy = 0
2. (2xy + 3y2 )dx ; (2xy + x2)dy = 0
Penyelesaian 2.1.3 Soal nomor 1 bisa dilihat dalam catatan, selanjutnya kita
bahas soal nomor 2. Ambil suatu permisalan y = vx dan tentunya dy = vdx+xdv,
lalu substitusikan kedalam persamaan nomor 2.
(2x2v + 3x2v2)dx ; (2x2v + x2)(vdx + xdv) = 0
2x2vdx + 3x2v2 dx ; 2x2v2dx ; 2x3vdv ; x2vdx ; x3dv = 0
20
dy + P (x)y = Q(x)
dx
dy + P (x)y = Q(x)yn
dx
(2.6)
(2.7)
@M (x y) = P (x) dan @N (x y) = 0
@y
@x
dengan demikian persamaan ini bukan merupakan PDB eksak, sehingga perlu
ditentukan faktor integrasinya. Kita pilih faktor integrasi yang hanya tergantung
pada x, yaitu (x). sedemikian
((x)P (x)y ; (x)Q(x))dx + (x)dy = 0
merupakan PDB eksak, yang berakibat bahwa
P (x)dx
>0
21
P (x)dx dy
dx + e
d eR P (x)dx y = Q(x)eR P (x)dx
dx
atau
R
P (x)dx y =
P (x)dx Q(x)dx + c
atau
)
y=e
P (x)dx R
P (x)dx Q(x)dx + c
(2.8)
dy + P (x)y1 n = Q(x):
y n dx
;
Misal v = y1 n maka
;
dy
dx
dv + P (x)v = Q (x)
q
dx p
2.
dy
dx
+ y = xy3
22
y(2) = 1
y(0) = 2
dy + 4x y = x
dx (x2 + 1) (x2 + 1)
x dan Q(x) = x sehingga dengan menggunakan
maka P (x) = (x24+1)
(x2 +1)
y=e
P (x)dx
P (x)dx Q(x)dx + c
x4 + x2 + 19
4(x2 + 1)2 2(x2 + 1)2 (x2 + 1)2
Ikuti langkah dalam prosedur yang telah diberikan untuk mengerjakan soal nomor
2. Anda kerjakan sebagai latihan
23
Latihan Tutorial 2
1. Mana diantara soal-soal berikut ini yang merupakan PDB order 1 eksak.
(a) (y sec2 x + sec x tan x)dx + (tan x + 2y)dy = 0
(b) (2 + 1) cos rdr + 2 sin rd = 0
2s;1
(c)
ds +
s s2
t2
;
dt = 0
xy
x y
1+8 2=3
2=3 1=3
dx +
x y
y
!
dy = 0 y(1) = 8
(b)
dr
d
+ r tan = cos
r( pi4 ) = 1
BAB 3
Aplikasi PDB Order Satu
3.1 Masalah Dalam Mekanik
Misal 4x adalah perubahan jarak yang ditimbulkan benda bergerak selama
waktu 4t maka kecepatan rata-rata dide nisikan
x = xB ; xA :
vr = 4
4t t ; t
B
4 !
v = dv
(m=dt2)
dt
Hukum 3.1.1 (Hukum Newton I) Hukum ini juga disebut hukum Kelembaman Newton yang berbunyi' setiap benda akan tetap berada pada keadaan diam
atau bergerak lurus beraturan kecuali jika benda itu dipaksa oleh gaya-gaya yang
bekerja pada benda itu'.
24
25
Hukum 3.1.2 (Hukum Newton II) Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya
yang bekerja pada sebuah benda berbanding lurus (sebanding) dengan besar
gaya itu, dan berbanding terbalik dengan massa kelembaman banda itu. Secara matematis dapat ditulis sebagai a = F=m atau F = ma dimana F adalah
gaya dan m suatu massa.
Analog dengan hukum Newton II ini, gerak jatuh bebas suatu benda dengan
berat W tanpa mengikutsertakan gaya gesek udara adalah
W = mg:
F dalam hal ini direpresentasikan dengan W dan a = g, sehingga bisa kita tulis
mg = W
ma
m dv
dt
dv
dx
m dx dt
dv
mv dx
= F
= F
= F
= F
Contoh 3.1.1 Benda dengan berat 8 newton dijatuhkan dari suatu ketinggian
tertentu, yang bearawal dari keadaan diam. Jika kecepatan benda jatuh itu v,
dan kecepatan gravitasi bumi adalah g = 10m=dt2, serta gaya gesek udara adalah
26
m dv
dt = F1 + F2
8 dv = 8 ; 2v
10 dt
1 dv = 10 dt
8 ; 2v
8
Karena benda berawal dari keadaan diam maka v(0) = 0, sehingga model PDB
sekarang adalah
1 dv = 10 dt
8 ; 2v
8
v(0) = 0
Integralkan kedua ruasnya didapat
1
10 t + c
; ln(8 ; 2v) + c0 =
1
2
8
ln(8 ; 2v) = ; 5 t + c2
2
(8 ; 2v) = e 52 t+c2
;
2v = ;Ce 52 t + 8
v = 12 (8 ; Ce 52 t )
;
v(t) = 4 ; 2e 25 t:
;
dx
dt
27
dx = 4 ; 2e
dt
x(0) = 0
5
2
Dengan cara yang sama untuk solusi PDB ini maka ekspresi jarak terhadap waktu
adalah
x(t) = 4t ; 45 e 25 t + 45
dQ
dt
dQ = rQ pertumbuhan
dt
dQ = ;rQ peluruhan
dt
dy = ky
dt
y(t0 ) = y0
28
Selanjutnya bila k berubah-ubah maka dapat kita ganti dengan h(y) yang dapat
dipilih h(y) = r ; ay maka model pertumbuhan menjadi
dy
dt
= (r ; ay)y
dy = r(1 ; y )y dimana K = r
dt
K
a
y(t0) = y0
PDB ini dikenal dengan persamaan Verhulst atau persamaan Logistik. Solusi
kualitatif persamaan ini untuk r dan K positip adalah tertera dalam Gambar
1.5
x
1
-3
-2
0.5
0
-1
-1
-0.5
y(x)
Asymptotic solution
2.5
3.1.
29
Penyelesaian 3.2.1 Bila tahun 1980 jumlah populasi 100,000 maka dapat dikatakan
x(1980) = 100 000 sehingga model PDB sekarang adalah
dx = 1 x ; 1 x2
dt
100 (10)8
x(t0) = x0
Rubah kedalam kedalam PD dengan variabel terpisah
1
dx = dt
(10) x ; (10) 8x2
2
1
dx
2
(10) x(1 ; (10) 6x)
Z 1
6
+ (10) 6 dx
100
x 1 ; (10) x
;
100 ln x ; ln(1 ; (10) 6x) + c0
x
ln
1 ; (10) 6x
x
1 ; (10) 6x
x
1 ; (10) 6x
;
=
=
Z
Z
dt
dt
= t + c1
= t + c2
100
t
= e 100 +c2
= ce 100
t
100
ce
x =
1 + (10) 6ce 100t
;
6
x(t) = 1 + 9e10
19:8
t=100
(3.1)
30
!1
Dengan demikian jumlah maksimum populasi untuk waktu yang tidak terbatas adalah satu juta orang.
Penyelesaian 3.2.2 Gunakan rumus peluruhan. Misal Q jumlah isotop Thorium234 maka dalam waktu t model peristiwa peluruhan itu adalah
dQ = ;rQ
dt
Q(0) = 100
31
Q(t) = 100e
rt
Kemudian terapkan sarat kedua, yakni dalam satu minggu (7 hari) isotop menjadi 82.04 mg artinya Q(7) = 82:04 mg akan didapat nilai r, sedemikian hingga
ekspresi jumlah terhadap waktu (hari) adalah
Q(t) = 100e
0:02828t
Dengan mengetahui ekspresi ini akan menjadi mudah untuk mengerjakan pertanyaanpertanyaan diatas. (Teruskan sebagai latihan.)
dx = k(x ; x ) k > 0
s
dt
dimana k adalah konstanta tingkat pendinginan.
Contoh 3.3.1 Suatu benda dengan suhu 80oC diletakkan diruangan yang bersuhu
50oC pada saat t = 0. Dalam waktu 5 menit suhu benda tersebut menjadi 70oC ,
maka
1. tentukan fungsi suhu pada saat tertentu
2. tentukan besarnya suhu benda pada 10 menit terakhir
32
Penyelesaian 3.3.1 Dengan memahami persoalan ini maka model PDB proses
pendinginan dapat ditulis sebagai
dx = k(x ; 50)
dt
x(0) = 80 dan x(5) = 70
Solusi dari persamaan itu adalah
ln(x ; 50) + c0 = kt + c1
(x ; 50) = cekt
x = 50 + cekt
Masukkan nilai awal maka nilai c = 30 sehingga persamaan menjadi
x = 50 + 30ekt
Dan masukkan kondisi kedua didapat
; 1
ek = 23 5
sehingga ekspresi terakhir menjadi
; t
x(t) = 50 + 30 32 5
Selanjutnya anda selesaikan pertanyaan diatas dengan memakai ekspresi ini.
3.4 Campuran
Suatu bahan dengan konsentrasi terterntu dicampur dengan bahan lain dalam
suatu tempat sehingga bahan bercampur dengan sempurna dan menjadi campuran lain dengan konsentrasi berbeda. Bila Q menunjukkan jumlah bahan pada
33
dQ = IN ; OUT
dt
v =r liter/min
k =s gram/liter
v =r liter/min
K= L liter
Q(0) = Q_0 gram
IN = kv = sr gram=liter
Q v = Qr gram=liter
OUT = K
L
Contoh 3.4.1
Suatu tangki mula-mula berisi 200 liter larutan yang mengandung 100 gram garam.
Larutan (lain) yang mengandung garam dengan konsentrasi 1 gram/liter masuk
kedalam tangki dengan laju 4 liter/menit dan bercampur dengan sempurna, kemudian campuran itu diperkenankan keluar dengan laju 4 liter/menit.
1. Formulasikan masalah nilai awal tersebut
34
dQ = 4 ; 4Q = 4 ; Q
dt
200
50
Q(0) = 100
2. Dengan menyelesaikan PDB ini didapat ekspresi jumlah garam setiap saat
t=50
35
Latihan Tutorial 3
1. Suatu benda yang massanya 50 kg dari keadaan diam di suatu puncak bergerak diatas bidang miring dengan panjang 20 m dari puncak ketanah,
dan sudut kemiringan 45o (lihat Gambar 1). Bila koe sien gesek kinitis
45
45
fgesek = k N g.
2. Suatu benda dengan massa konstan m ditembakkan tegak lurus keatas menjauhi permukaan bumi dengan kecepatan awal V0 km=dt2. Bila diasumsikan
tidak ada gesekan udara namun berat benda berubah dalam jarak-jarak tertentu terhadap bumi, maka tentukan
(a) model matematik dari kecepatan V (t) selama benda itu meluncur
(b) tentukan V0 untuk mencapai ketinggian maksimum 100 km
36
37
BAB 4
PDB Linier Order Dua
Untuk memulai pembahasan ini terlebih dahulu akan ditinjau beberapa teorema tentang konsep umum PDB order n.
c2f2 + + cmfm = 0 untuk sebarang x 2 a b], dan dikatakan bebas linier bila
semua c1 c2 : : : cm sama dengan nol.
1)
+ + an(x)y = 0
38
dimana a0 (x) 6= 0:
(4.1)
39
y (n
1)
= c1f1(n
1)
+ c2f2(n
1)
+ + cmfm(n
1)
dari persamaan (4.3) maka ruas kiri persamaan terakhir akan sama dengan nol,
sehingga terbukti y = c1f1 + c2f2 + + cmfm merupakan solusi umum.
De nisi 4.1.3 Misal f1 f2 : : : fm adalah fungsi riel yang kontinyu pada turunan ke (n ; 1) dalam interval a b] maka
f1
f2
f2
f
W (f1 f2 : : : fn ) = .1
..
..
.
f1(n 1) f2(n 1)
0
:::
fn
:::
fn
..
.
..
.
: : : fn(n
1)
40
juga solusi PDB ini, dan buktikan solusi-solusi itu bebas linier.
2. Jika ex e
00
c1ex + c2e x + c3e2x juga solusi PDB ini, dan buktikan solusi-solusi itu bebas
;
linier.
Cara sederhana untuk menyelesaikan PDB homogen order n ini adalah dengan
cara mereduksi ordernya.
1)
+ + an(x)y = 0
a0(x) 6= 0
Contoh 4.1.2 Salah satu solusi PDB (x2 + 1)y ; 2xy + 2y = 0 adalah f1 = x
00
y = 2v + xv :
00
00
41
Substitusikan kedalam PDB pada persoalan ini didapat x(x2 +1)v +2v = 0 dan
00
misal w = v maka
0
x(x2 + 1) dw
dx + 2w = 0
dw = ; 2w
dx
x(x2 + 1)
1 dw = ; 2 dx
w
x(x2 + 1)
2
x
2
= ; ; + 2
x (x + 1) dx
ln w = ln x 2 + ln(x2 + 1) + ln c
ln w = ln 12 (x2 + 1)
x
;
1 (x2 + 1):
x2
dv = c(x2 + 1)
dx
x2
2
dv = (x x+2 1) pilih c = 1
1
dv = 1 + x2 dx
v = x ; x1 :
;
Sekarang f2 = f1v = x x ; x1 = x2 ; 1 maka solusi umum dari PDB diatas
adalah
) y = c1 x + c2 (x2 ; 1):
42
a0(x)y(n) + a1 (x)y(n
1)
+ + an(x)y = F (x)
a0(x) 6= 0
(4.2)
Teorema 4.2.1 Bila u adalah solusi umum PDB homogen dari persamaan (4.4)
dan v solusi khusus persamaan (4.4) maka u + v adalah solusi umum PDB nonhomogen.
00
(4.3)
bila p q r adalah fungsi konstan maka dapat ditulis dengan persamaan berikut
ay + by + cy = 0:
00
(4.4)
y = ert
y = rert
0
y = r2ert
00
43
y = c1er1t + c2er2t :
2t
dan y (0) = 3 maka nilai c1 c2 dapat diperoleh dengan cara menurunkan solusi
0
2t
; 3c2e
3t
dan y = 4c1e
00
2t
+ 9c2e
3t
substitusikan kedua nilai awal itu kedalam persamaan ini, diperoleh sistem
c1 + c2 = 2
;2c1 ; 3c2 = 3
2t
; 7e 3t .
;
dan
44
2. 6y + 4y + 3y = 0 y(0) = 4 y (0) = 0
00
3. y + 5y + 3y = 0 y(0) = 1 y (0) = 0
00
Akar-Akar Komplek
Persamaan karakteristik persamaan PDB order dua homogen adalah ar2 +br +c =
0. Jika D < 0 maka akar-akarnya adalah bilangan komplek, yaitu r1 = + i
dan r2 = ; i, dengan demikian solusi kompleknya adalah
y1 = c1e(+i)t
y2 = c1e(
(4.5)
i)t
(4.6)
Teorema 4.3.1 (Teorema Taylor) Jika f (t) mempunyai n + 1 turunan kontinyu pada interval a b] untuk beberapa n 0 dan bila t t0 2 a b] maka
3
2
X n
eat = 1 + at + (at2!) + (at3!) + = (atn!)
n=0
3
5
2n 1
1
X
sin at = (at) ; (at) + (at) ; = (;1)n 1 (at)
1!
3!
5!
(2n ; 1)!
n=1
0
2
4
X n (at)2n
(
at
)
(
at
)
(
at
)
cos at = 0! ; 2! + 4! ; = (;1) (2n)!
n=0
1
45
Selanjutnya dalam ekspresi solusi komplek eit dapat ditulis sebagai berikut
2
3
eit = 1 + it + (it2!) + (it3!) + : : :
X n (at)2n X n 1 (at)2n 1
=
(;1)
+ i (;1)
(2n)! n=1
(2n ; 1)!
n=0
= cos t + i sin t:
1
Dengan menerapkan persamaan terakhir ini maka solusi komplek (4.5) dan (4.6)
menjadi
;
y1 = e(+i)t = et cos t + i sin t
;
y2 = e( i)t = et cos t ; i sin t :
;
1
2
t cos
3
4
t + c2e
1
2
3
4
. Jadi = ; 12 dan =
t sin
3
4
t.
3
4
sehingga solusi
46
b
2a
t.
b
2a
maka
b v(t)e
2a
b t
y = v (t)e 2a ; ab v (t)e
y = v (t)e
0
00
00
b
2a
t;
b
2a
b
2a
t+
b2 v(t)e
4a2
b
2a
00
00
00
b
2a
t + c2 te
b
2a
(4.7)
(4.8)
00
00
47
A yang dalam dalam hal ini diperoleh dari menurunkannnya dua kali yk = 2Ae2t
0
Permasalahan yang paling banyak dihadapi nantinya adalah bagaimana membuat permisalan untuk menentukan solusi khusus yk . Kadangkala pemisalahan
itu harus diulang dua kali untuk menentukan koe sien yang tepat bagi solusi ini.
Oleh karena itu untuk memudahkannya diberikan panduan berikut.
gi (t)
n
Pn(t) = a0t + a1tn 1 + + an
Pn(t)eat
sin t
at
Pn(t)e
cos t
;
Yi(t)
s
n
t (A0t + A1 tn 1 + + aN )
ts (A0tn + A1tn 1 + + aN )eat
;
2. y ; 2y ; 3y = ;8et cos 2t
00
00
48
Variasi Parameter
Diberikan PDB nonhomogen
(4.9)
y + p(t)y + q(t)y = 0:
00
(4.10)
Kemudian bila c1 diganti dengan u1(t) dan c2 dengan u2(t) maka diperoleh
(4.11)
Set
(4.12)
maka
00
00
u1(t) y1 (t)+p(t)y1(t)+q(t)y1(t) +u2(t) y2 (t)+p(t)y2(t)+q(t)y2(t) +u1(t)y1 (t)+
u2(t)y2(t) = g(t). Suku pertama dan kedua adalah sama dengan nol, karena y1 y2
00
00
(4.13)
49
Dua persamaan (4.12) dan (4.13) akan membentuk sistem persamaan linier
dimana u1(t) dan u2(t) dapat ditentukan sebagai berikut:
0
0 y2(t)
g(t) y2(t)
u1(t) = W (y y )(t) = ; y2(tW)g(t) :
1 2
0
y1(t) 0
y1(t) g(t) y1(t)g(t)
u2(t) = W (y y )(t) = W :
1 2
0
Sehingga
y2(t)g(t) dt + c
1
Z y (t)gW(t)
1
u2(t) =
W dt + c2:
u1(t) =
R
R
y(t) = ; y2(Wt)g(t) dt y1(t) +
y1 (t)g(t) dt y (t)
2
W
akar komplek r12 = 0 2i. Dengan demikian solusinya yh = c1 cos 2t + c2 sin 2t.
Dari keseluruhan soal ini dapat disimpulkan bahwa g(t) = 3 csc t y1 (t) = cos 2t
dan y2 = sin 2t sehingga y1(t) = ;2 sin 2t dan y2(t) = ;2 sin 2t. Dengan mene0
0 y2(t)
g(t) y2(t)
2t csc t
u1(t) = W (y y )(t) = ; 3 sin
2
2cos 2t + sin2 2t]
1 2
0
50
y1(t) 0
y1(t) g(t)
u2(t) = W (y y )(t) = 32 csc t ; 3 sin t
1 2
0
u1(t) = ;3 sin t + c1
u2(t) = 23 ln j csc t ; cot tj + 3 cos t + c2
Sehingga solusi umumnya adalah
3
) y(t) = c1 cos 2t + c2 sin 2t ; 3 sin t cos 2t + 3 cos t sin 2t + ln j csc t ; cot tj sin 2t
2
51
Latihan Tutorial 4
1. Tentukan solusi umum dari masing-masing persamaan diferensial order dua
berikut ini:
(a) y ; 2y ; 8y = 4e2x ; 21e
00
3x
(e) y + y ; 2y = 6e
00
2x
+ 3ex ; 4x2
(k) 4y ; 4y + y = ex=2 + e
00
x=2
2x
(n) y + 2y + 4y = 13 cos 4x
00
y(0) = 6 y (0) = 8
y(0) = 0 y (0) = 3
0
y(0) = 5 y (0) = 10
00
y(0) = 2 y (0) = 0
6x
y(0) = ;2 y (0) = 0
2x
y(0) = 0 y (0) = 4
2x
y(0) = 0 y (0) = ;1
3x
(f) y + 6y + 9y = 27e
00
(e) y + 8y + 16y = 8e
y(0) = 0 y (0) = 8
52
y(0) = 1 y (0) = 2
0
y(0) = 1 y (0) = 2
y(0) = 1 y (0) = 0
00
00
Daftar Pustaka
Boyce, W. E. & Diprima, R. C. 1997. Elementary Dierential Equations and
Boudary Value Problems. John Wiley & Sons, Inc. Singapore
Burden, R. L. and Faires, J. D. 1997.Numerical Analysis. Brooks/Cole Publishing
Company. U.S.
Lambert, J.D. 1993. Numerical Methods for Ordinary Dierential Systems. John
Wiley & Sons, Inc. Singapore
Powell, M.J.D. 1981. Approximation Theory and Methods. Cambridge University
Press. U.K.
Ross, S. L. 1989. Introduction to Ordinary Dierential Equations. John Wiley &
Sons, Inc. New York. U.S.
Shampine, L. F. & Baca, L.S. 1989. Computer Solution of Ordinary Dierential
Equations: The Initial Value Problem. Freeman. San Francisco.
53