Anda di halaman 1dari 71

Nama : Rizky Mentari Komarudin

NPM : 0117104040
Kelas : Reg B2
Mata Kuliah : Statistika Bisnis
Tugas Pertemuan 15

Regresi dengan Microsoft Office Excel

1. Pengantar
Dalam statistik, regresi merupakan salah satu peralatan yang populer digunakan, baik
pada ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu eksak. Karenanya, software-software statistik
umumnya memiliki fasilitas untuk pendugaan dan analisis regresi ini. Misalnya, SPSS, Minitab,
LISREL, Eviews, STATA, dan lainnya.
Sebenarnya Program Excel juga memiliki fasilitas perhitungan regresi ini. Analisis-
analisisnya juga relatif lengkap. Oleh karenanya, tidak ada salahnya kita juga bisa menggunakan
fasilitas ini. Selain prosedurnya lebih gampang, Program Excel umumnya terdapat di hampir
semua komputer, sebagai bagian dari Microsoft Office.
2. Tahapan-Tahapan Estimasi Persamaan Regresi
Tahapan-tahapannya sebagai berikut:
1. Misalnya kita ingin menduga persamaan regresi untuk melihat pengaruh harga dan pendapatan
terhadap permintaan suatu barang. Katakanlah kita punya 10 set data (tahun atau daerah).
Permintaan kita hitung dalam jumlah unit barang, harga dalam ribu rupiah perunit barang dan
pendapatan dalam ribu rupiah perkapita. Sebagai latihan ketikkan angka-angka berikut pada
range A1:C11 seperti terlihat pada tampilan 1 berikut:

Page 1
Tampilan 1. Data untuk Regresi

Page 2
2. Klik menu Tool kemudian klik Data Analysis. (Catatan: jika setelah mengklik Tool, ternyata
tidak muncul pilihan Data Analysis, berarti menu tersebut belum diaktifkan di program Excel
Anda. Untuk mengaktifkannya, klik Tool, kemudian klik Add ins, selanjutnya conteng pada
pilihan Analysis Toolpak, setelah itu klik ok. Lalu ulangi tahap 2 ini).
Tampilan yang muncul setelah mengklik Data Analysis adalah seperti tampilan 2.
Selanjutnya klik Regression dan klik OK.

Tampilan 2. Data Analysis

3. Selanjutnya akan muncul tampilan 3 berikut:

Tampilan 3. Regression

Page 3
Isi Input Y Range (bisa dengan mengetikkan ke dalam kotak putihnya atau memblok
data). Input Y Range adalah variabel yang menjadi variabel terikat (dependent variable).
Kemudian isikan Input X Range. Input X Range adalah variabel yang menjadi variabel bebas
(independent variable). Semua variabel bebas diblok sekaligus. Catatan: Baik Y range maupun X
range, didalamnya termasuk judul/nama variabel.
Selanjutnya conteng kotak Labels. Ini artinya, memerintahkan Excel untuk membaca
baris pertama dari data kita sebagai nama variabel. Anda juga bisa mencontengConstant is Zero,
jika menginginkan output regresi dengan konstanta bernilai 0. Anda juga bisa
menconteng Confidence Level jika ingin mengganti nilai confidence level (jika tidak diconteng,
Excel akan memberikan confidence level 95%). Dalam latihan kita kedua pilihan tersebut tidak
kita conteng.
Selanjutnya pada Output Option kita bisa menentukan penempatan output/hasilnya. Bisa
pada worksheet baru atau workbook baru. Katakanlah kita menempatkan output di worksheet
yang sama dengan data kita. Conteng Output Range dan isi kotak putihnya dengan sel pertama
dimana output tersebut akan ditempatkan. Dalam contoh ini, misalnya ditempatkan pada sel A16.
Pada pilihan Residual, terdapat 4 pilihan. Anda bisa menconteng sesuai dengan keinginan.
Dalam kasus ini kita conteng semua pilihan tersebut. Selanjutnya, terdapat pilihan
untuk menghasilkan Normal Probability. Dalam kasus kita, juga kita conteng pilihan ini.
Setelah itu, klik OK. Maka akan muncul hasil regresi berikut:

SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.9714
R Square 0.9436
Adjusted R
Square 0.9275
Standard Error 81.0698
Observations 10

ANOVA
Significance
df SS MS F F
Regression 2 769993.78 384996.89 58.58 0.00
Residual 7 46006.22 6572.32
Total 9 816000.00

Page 4
Standard P-
Coefficients Error t Stat value Lower 95% Upper 95%
Intercept 607.53 274.67 2.21 0.06 -41.97 1257.03
Harga -13.31 4.59 -2.90 0.02 -24.17 -2.44
Pendapatan 0.36 0.09 3.78 0.01 0.13 0.58

RESIDUAL OUTPUT PROBABILITY OUTPUT

Predicted Standard
Observation Permintaan Residuals Residuals Percentile Permintaan
1 498.2362193 1.763780707 0.024669343 5 300
2 262.9793289 37.02067106 0.517794321 15 500
3 738.2489515 -38.24895147 -0.534973821 25 600
4 743.0047933 56.99520671 0.797170703 35 700
5 747.7606351 -147.7606351 -2.066672903 45 800
6 880.8343319 19.16566806 0.268063052 55 900
7 921.2365189 78.76348113 1.10163544 65 1000
8 1089.956561 -89.95656081 -1.258188871 75 1000
9 1054.310216 45.6897843 0.639045975 85 1100
10 1263.432445 36.56755542 0.511456762 95 1300

Ada empat tabel hasil yang ditampilkan (yang tergantung pada pilihan yang kita buat
sebelumnya), yaitu SUMMARY OUTPUT, ANOVA, RESIDUAL OUTPUT, dan
PROBABILITY OUTPUT. Pada SUMARY OUTPUT ditampilkan nilai multiple R, R square,
adjusted R square, standard error dan jumlah observasi. Pada ANOVA ditampilkan analisis
variance dan nilai F serta pengujiannya. Selanjutnya ditampilkan perhitungan regresi kita yang
mencakup intercept (konstanta) dan koefisien-koefisien regresi untuk masing-masing variabel.
Dari hasil ini kita bisa membentuk persamaan regresi menjadi:
Permintaan = 607,53 – 13,31Harga + 0,36 Pendapatan.
Selanjutnya, pada tabel tersebut juga dimunculkan standard error, t stat, P-value,
confidence level untuk 95% (karena kita tidak mengganti default nilai ini pada tahap
sebelumnya).
Selain itu, karena tadi kita menconteng empat pilihan residual output dan 1 pilihan
normal probability, maka juga ditampilkan 5 kurva untuk pilihan-pilihan tersebut. Tetapi seperti
yang kita lihat di bawah ini, kelima kurva tersebut bertumpuk . Untuk itu, kita perlu

Page 5
memindahkan (menarik) kurva-kurva tersebut ke bagian yang lain dari worksheet kita sehingga
bisa dibaca.

Tampilan 5. Hasil Perhitungan 2

3. Interpretasi Analisis Regresi dari Output Excel


Pada bagian ini akan dibahas interpretasi dari masing-masing output regresi Excel. Tampilan
pertama dari output regresi Excel sebagai berikut:
Tabel 1. Summary Output
SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics
Multiple R 0.9714
R Square 0.9436
Adjusted R Square 0.9275
Standard Error 81.0698
Observations 10

Tabel Summary output ini melaporkan kekuatan hubungan antara model (variabel bebas)
dengan variabel terikat.
Multiple R (R majemuk) adalah suatu ukuran untuk mengukur tingkat (keeratan)
hubungan linear antara variabel terikat dengan seluruh variabel bebas secara bersama-sama. Pada

Page 6
kasus dua variabel (satu variabel terikat dan satu variabel bebas), besaran r (biasa dituliskan
dengan huruf kecil untuk dua variabel) dapat bernilai positif maupun negatif (antara -1 – 1),
tetapi untuk lebih dari dua variabel, besaran R selalu bernilai positif (antara 0 – 1). Nilai R yang
lebih besar (+ atau -) menunjukkan hubungan yang lebih kuat.
R Square (R2) sering disebut dengan koefisien determinasi, adalah mengukur kebaikan
suai (goodness of fit) dari persamaan regresi; yaitu memberikan proporsi atau persentase variasi
total dalam variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai R2 terletak antara 0 – 1,
dan kecocokan model dikatakan lebih baik kalau R2 semakin mendekati 1. (uraian lebih lanjut
mengenai R2 lihat pembahasan di bawah)
Adjusted R Square. Suatu sifat penting R2 adalah nilainya merupakan fungsi yang tidak
pernah menurun dari banyaknya variabel bebas yang ada dalam model. Oleh karenanya, untuk
membandingkan dua R2 dari dua model, orang harus memperhitungkan banyaknya variabel
bebas yang ada dalam model. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan “adjusted R square”.
Istilah penyesuaian berarti nilai R2 sudah disesuaikan dengan banyaknya variabel (derajat bebas)
dalam model. Memang, R2 yang disesuaikan ini juga akan meningkat bersamaan meningkatnya
jumlah variabel, tetapi peningkatannya relatif kecil. Seringkali juga disarankan, jika variabel
bebas lebih dari dua, sebaiknya menggunakan adjusted R square.
Standard Error. Merupakan standar error dari estimasi variabel terikat(dalam kasus kita
adalah permintaan). Angka ini dibandingkan dengan standar deviasi dari permintaan. Semakin
kecil angka standar error ini dibandingkan angka standar deviasi dari permintaan maka model
regresi semakin tepat dalam memprediksi permintaan

Tabel 2. ANOVA
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 2 769993.78 384996.89 58.58 0.00
Residual 7 46006.22 6572.32
Total 9 816000.00

Page 7
Tabel ANOVA (Analysis of Variance) menguji penerimaan (acceptability) model dari
perspektif statistik dalam bentuk analisis sumber keragaman. ANOVA ini sering juga
diterjemahkan sebagai analisis ragam.
Dari tabel ANOVA tersebut diungkapkan bahwa keragaman data aktual variabel terikat
(permintaan) bersumber dari model regresi dan dari residual. Dalam pengertian sederhana untuk
kasus kita adalah variasi (turun-naiknya atau besar kecilnya) permintaan disebabkan oleh variasi
dari harga dan pendapatan (model regresi) serta dari faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi
permintaan yang tidak kita masukkan dalam model regresi (residual).
Degree of Freedom (df) atau derajat bebas dari total adalah n-1, dimana n adalah
banyaknya observasi. Karena observasi kita ada 10, maka derajat bebas total adalah 9. Derajat
bebas dari model regresi adalah 2, karena ada dua variabel bebas dalam model kita (harga dan
pendapatan). Derajat bebas untuk residual adalah sisanya yaitu derajat bebas total – derajat bebas
regresi = 9 – 2 = 7.
Kolom SS (Sum of Square) atau jumlah kuadrat untuk regression diperoleh dari
penjumlahan kuadrat dari prediksi variabel terikat (permintaan) dikurangi dengan nilai rata-rata
permintaan dari data sebenarnya. Jadi secara manual kita cari dulu rata-rata permintaan dari data
asli kita. Kemudian masing-masing prediksi permintaan (lihat tabel residual output di bawah)
dikurangi dengan rata-rata tersebut kemudian dikuadratkan. Selanjutnya, seluruh hasil
perhitungan tersebut dijumlahkan. Contohnya, rata-rata permintaan dari data kita = 820.
Berdasarkan tabel residual output dibawah, untuk observasi pertama prediksi permintaan
= 498.2362193. Selanjutnya kita hitung (498.24 – 820 )2 = 103531.93. Untuk observasi kedua
dihitung (262.98 – 820)2 = 310271.8. Demikian seterusnya sampai data terakhir. Selanjutnya,
hasil-hasil perhitungan tersebut dijumlahkan dan hasilnya = 769993.78.
Kolom SS untuk residual diperoleh dari jumlah pengkuadratan dari residual. Lihat cara
menghitung residual pada tabel residual output dibawah. Nilai-nilai residual tersebut
dikuadratkan, kemudian hasilnya dijumlahkan dan hasilnya adalah46006.22.
Kolom SS untuk total adalah penjumlahan dari SS untuk regresi dengan dengan SS untuk
residual. Sebenarnya SS total ini adalah variasi (besar-kecil,naik-turun) dari permintaan. Ini
diukur dengan mengurangi nilai masing-masing permintaan aktual dengan rata-ratanya,
kemudian dikuadratkan. Hasil perhitungan tersebut kemudian dijumlahkan.

Page 8
Lalu, apa artinya dari angka-angka tersebut ? Sekarang perhatikan ketiga hasil kita, SS
regresi, SS residual dan SS total.
SS total kita adalah 816000. Artinya, variasi dari pemintaan yang dikuadratkan adalah
sebesar nilai tersebut. Lalu apa yang menyebabkan permintaan tersebut bervariasi ? Sebagian
berasal dari variabel bebas (harga dan pendapatan) yaitu sebesar 769993.78 (regresi). Lalu
sisanya, yang sebesar 46006.22 disebabkan oleh variabel lain yang juga mempengaruhi
pendapatan, tetapi tidak dimasukkan dalam model (residual).
Kalau kita bandingkan (bagi) antara SS regresi dengan SS total, maka akan kita dapatkan
proporsi dari total variasi permintaan yang disebabkan oleh variasi harga dan pendapatan. Coba
kita bagi: 769993.78 / 816000 = 0.9436. . Ini adalah R2 atau koefisien determinasi yang telah kita
bahas diatas.
Selanjutnya kolom berikutnya dari ANOVA adalah kolom MS (Mean of Square) atau
rata-rata jumlah kuadrat. Ini adalah hasil bagi antara kolom SS dengan kolom df. Dari
perhitungan MS ini, selanjutnya dengan membagi antara MS Regresi dengan MS Residual
didapatkan nilai F. Nilai F ini yang dikenal dengan F hitung dalam pengujian hipotesa
dibandingkan dengan nilai F tabel. Jika F hitung > F tabel, maka dapat dinyatakan bahwa secara
simultan (bersama-sama) harga dan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap permintaan.
Selain itu, kita juga bisa membandingkan antara taraf nyata dengan p-value (dalam istilah Excel
adalahSignificance F). Jika taraf nyata > dari p-value maka kesimpulannya sama dengan di atas.
Misalnya kita menetapkan taraf nyata 5%. Karena p-value (Significance F) = 0.000, maka dapat
disimpulkan bahwa harga dan pendapatan secara bersama-bersama berpengaruh signifikan
terhadap permintaan.
Tabel 3. Koefisien Regresi
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%
Intercept 607.53 274.67 2.21 0.06 -41.97 1257.03
Harga -13.31 4.59 -2.90 0.02 -24.17 -2.44
Pendapatan 0.36 0.09 3.78 0.01 0.13 0.58

Tabel berikutnya dari output Excel menampilkan nilai-nilai koefisien, standard error, tsat,
P-value dan selang kepercayaan.

Page 9
Dalam pengujian hipotesis regresi, tahap berikutnya setelah pengujian secara simultan
(uji F seperti yang telah kita sampaikan sebelumnya) adalah pengujian koefisien regresi secara
parsial. Pengertian pengujian secara parsial ini dalam kasus kita adalah untuk menjawab
pertanyaan “dengan asumsi faktor-faktor lain tetap/tidak berubah, apakah harga atau pendapatan
berpengaruh terhadap permintaan ?”.
Dalam uji parsial, kita menggunakan uji t, yaitu membandingkan antara t-hitung (t Stat)
dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel pada taraf nyata tertentu, maka dapat disimpulkan variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan.
t hitung ditampilkan pada kolom 4, yang merupakan hasil bagi antara kolom 2
(coefficients) dengan kolom 3 (Standard Error). Catatan: perhitungan ini dalam kasus yang
umum digunakan dimana Hipotesis nol (H0) = 0. Untuk kasus dimana kita merumuskan H0 lebih
besar/kecil dari 0, maka perlu dilakukan perhitungan manual.
Selain membandingkan dengan nilai t-tabel, kita juga bisa menarik kesimpulan
signifikansinya dengan membandingkan taraf nyata dengan p-value (kolom 5). Jika misalkan kita
menggunakan taraf nyata 5 %, maka variabel dengan p-value sama atau lebih kecil dari 5 %,
dapat dinyatakan sebagai variabel yang secara parsial berpengaruh signifikan. Berdasarkan hal
tersebut, terlihat bahwa harga maupun pendapatan secara parsial berpengaruh terhadap
permintaan.
Selanjutnya, kolom 6 dan 7 memberikan selang kepercayaan untuk koefisien. Di judulnya
tertulis Lower 95% dan Upper 95%. Angka 95% adalah penetapan kita pada waktu pengolahan
dengan Excel dan bisa dirubah sesuai keinginan.
Apa artinya selang kepercayaan tersebut ? Nilai koefisien yang diberikan pada output
regresi merupakan dugaan titik (point estimate) dari parameter koefisien regresi (ingat,
pengertian parameter koefisien regresi adalah koefisien regresi yang dihasilkan dari pengolahan
data populasi. Karena umumnya kita hanya mengolah data sampel, maka koefisien regresi yang
diberikan sifatnya adalah dugaan/taksiran kita terhadap keadaan/koefisien populasi (parameter)
yang sebenarnya). Namun, jika informasinya hanya dari dugaan titik, kita tidak tahu seberapa
besar kesalahan atau tingkat kepercayaan dari dugaan parameter tersebut. Oleh karenanya, dalam
statistika juga diberikan dugaan selang (confidence interval), dimana nilai paramater sebenarnya
diharapkan berada dalam selang tersebut dengan tingkat kepercayaan tertentu.

Page 10
Berdasarkan hal tersebut, dari output Excel terlihat bahwa dengan tingkat kepercayaan
95%, maka koefisien regresi untuk pendapatan yang sebesar 0.36, dalam faktanya di tingkat
populasi akan berkisar antara 0.13 – 0.58
Selanjutnya dari informasi kolom 1 – 5 (tabel 3) ditambah informasi dari tabel 1 dan tabel
2, kita dapat meringkas persamaan regresi menjadi sebagai berikut (banyak cara untuk
menampilkan hasil regresi, menurut saya ini yang cukup sederhana dan informatif):
Permintaan = 607.53 – 13.31 Harga + 0.36 Pendapatan R2 = 0.9436
Se (274.67) (4.57 ) (0.09) F = 58.58**
t ( 2.21) (-2.90)* (3.78)**
Pada baris pertama, adalah persamaan regresi dengan koefisiennya. Baris kedua adalah
standar error untuk masing-masing koefisien dan baris ketiga adalah nilai t hitungnya.
Disampingnya nilai R2 dan F hitung. Perhatikan pada nilai t dan F ada bintang 1 dan bintang 2.
Seringkali orang menandai dengan bintang 1 yang menunjukkan uji tersebut signifikan pada taraf
nyata 5 % dan bintang 2 sebagai signifikan pada taraf nyata 1 %.
Sekarang kita baca hasilnya. Dari persamaan regresi menunjukkan koefisien harga
bernilai negatif yang berarti ada pengaruh negatif (berlawanan arah) antara harga dan
permintaan. Besaran koefisiennya berarti bahwa dengan asumsi pendapatan tidak berubah, maka
setiap kenaikan harga 1000 rupiah (karena dalam kasus kita satuannya adalah ribu rupiah), maka
permintaan barang akan turun/berkurang sebanyak 13.31 unit (karena dalam kasus kita satuannya
adalah unit).
Begitu juga untuk interpretasi koefisien pendapatan. Dengan asumsi harga tidak berubah,
maka setiap kenaikan pendapatan sebesar 1000 rupiah akan meningkatkan permintaan sebanyak
0.36 unit (ingat, karena koefisien regresinya positif, berarti pengaruhnya searah).
Konstanta yang sebesar 607.53 secara matematis berarti bahwa ketika variabel bebas
nilainya 0, maka variabel terikat nilainya adalah sebesar konstanta tersebut. Tapi hati-hati dalam
membaca konstanta dalam kasus kita ini. Selain karena nilainya tidak signifikan, juga secara
logika kita tidak akan pernah berhadapan dengan harga dan pendapatan yang nilai 0. Harga
barang dengan nilai 0 bukan barang ekonomi (yang tidak masuk dalam analisis kita). Demikian
juga, tidak mungkin orang yang tidak punya pendapatan bisa membeli barang yang ada
harganya.

Page 11
Tabel 4. Residual dan Probability Output
RESIDUAL OUTPUT PROBABILITY OUTPUT

Observation Predicted Permintaan Residuals Standard Residuals Percentile Permintaan


1 498.2362193 1.763780707 0.024669343 5 300
2 262.9793289 37.02067106 0.517794321 15 500
3 738.2489515 -38.24895147 -0.534973821 25 600
4 743.0047933 56.99520671 0.797170703 35 700
5 747.7606351 -147.7606351 -2.066672903 45 800
6 880.8343319 19.16566806 0.268063052 55 900
7 921.2365189 78.76348113 1.10163544 65 1000
8 1089.956561 -89.95656081 -1.258188871 75 1000
9 1054.310216 45.6897843 0.639045975 85 1100
10 1263.432445 36.56755542 0.511456762 95 1300

RESIDUAL OUTPUT
Kolom pertama dari residual output adalah nomor urutan data kita, sesuai dengan urutan
data yang kita input. Kolom kedua (predicted permintaan) adalah kolom yang memuat
perkiraan/prediksi variabel terikat (dalam kasus kita adalah permintaan) untuk nilai-nilai dari
variabel bebas dari data asli kita. Prediksi ini didasarkan dari output persamaan regresi
sebelumnya. Misalnya untuk observasi pertama, harga = 35 dan pendapatan = 1000, maka
prediksi permintaan adalah:
Persamaan regresi : Permintaan = 607.53 – 13.31 Harga + 0,36 Pendapatan
Prediksi : Permintaan = 607.53 – 13.31 (35) + 0,36 (1000) = 498.2362193
Kolom ketiga (residuals) adalah selisih antara prediksi variabel terikat (dalam hal ini
permintaan) dengan nilai sebenarnya. Misalnya untuk observasi pertama, nilai sebenarnya untuk
permintaan adalah 500. Sehingga selisihnya (residual) = 500 – 498.2362193 = 1.763780707
Kolom keempat (Standard Residuals) adalah residual yang distandarisasikan, yang juga
dikenal sebagai residual Pearson. Rata-rata dari standar residual = 0 dan standar deviasinya =1.
(Anda bisa membuktikan dengan mencari rata-rata dan standar deviasi dari nilai-nilai kolom
keempat ini).
Standar residual dihitung dengan cara membagi residual (kolom 3) dengan standar
deviasi residual tersebut. Jadi, untuk mencari standar residual, kita cari dulu standar deviasi

Page 12
kolom 3, kemudian masing-masing nilai pada kolom ketiga, dibagi dengan standar deviasi.
Sebagai contoh, standar deviasi dari kolom ketiga setelah dihitung adalah 71.49686574. Nah,
pada observasi pertama, maka standar residualnya adalah 1.763780707/71.49686574
=0.024669343. Demikian seterusnya.

PROBABILITY OUTPUT
Disamping residual output terdapat tabel probability output. Inti dari tabel ini adalah
menggambarkan persentile dan nilai-nilai dari variabel terikat (yaitu permintaan).
GRAFIK-GRAFIK
Terdapat beberapa grafik yang ditampilkan dalam output regresi Excel, yaitu: (lihat
gambar pada Tampilan 5 sebelumnya).
1. Grafik yang menghubungkan antara variabel bebas (harga dan pendapatan) dengan residual
2. Grafik plot yang menghubungkan antara variabel bebas (harga dan pendapatan) dengan
variabel terikat (permintaan) baik permintaan atas dasar data aktual maupun prediksi.
3. Grafik normal probability atas dasar persentil untuk variabel terikat (permintaan).

REFERENCES

1. Amri A., Junaidi, Yulmardi. (2009). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Penerapannya.
Bogor. IPB Press
2. Bambang J., Junaidi J. (2012). Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi. Bogor. IPB
Press
3. Junaidi, J. (2014). Statistika Deskriptif dengan Microsoft Excel. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jambi. Jambi
4. Nurgiyantoro, B., Gunawan, Marzuki. (2000). Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu
Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

March 20, 2014 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Page 12

View publication stats


REGRESI LINIER BERGANDA
1. PENDAHULUAN

Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika yang
seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan meramal suatu
variabel (Kutner, Nachtsheim dan Neter, 2004).
Istilah “regresi” pertama kali dikemukakan oleh Sir Francis Galton (1822-1911), seorang
antropolog dan ahli meteorologi terkenal dari Inggris. Dalam makalahnya yang berjudul
“Regression towards mediocrity in hereditary stature”, yang dimuat dalam Journal of the
Anthropological Institute, volume 15, hal. 246-263, tahun 1885. Galton menjelaskan bahwa biji
keturunan tidak cenderung menyerupai biji induknya dalam hal besarnya, namun lebih medioker
(lebih mendekati rata-rata) lebih kecil daripada induknya kalau induknya besar dan lebih besar
daripada induknya kalau induknya sangat kecil (Draper dan Smith, 1992).
Dalam mengkaji hubungan antara beberapa variabel menggunakan analisis regresi,
terlebih dahulu peneliti menentukan satu variabel yang disebut dengan variabel tidak bebas dan
satu atau lebih variabel bebas. Jika ingin dikaji hubungan atau pengaruh satu variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model regresi linier
sederhana. Kemudian Jika ingin dikaji hubungan atau pengaruh dua atau lebih variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model regresi linier
berganda (multiple linear regression model). Kemudian untuk mendapatkan model regresi linier
sederhana maupun model regresi linier berganda dapat diperoleh dengan melakukan estimasi
terhadap parameter-parameternya menggunakan metode tertentu. Adapun metode yang dapat
digunakan untuk mengestimasi parameter model regresi linier sederhana maupun model regresi
linier berganda adalah dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square/OLS) dan metode
kemungkinan maksimum (maximum likelihood estimation/MLE) (Kutner et.al, 2004).
Pada pelatihan ini dikaji analisis regresi linier berganda atau sering juga disebut dengan
regresi klasik (Gujarati, 2003). Kajian meliputi kajian teori dan aplikasinya pada studi kasus
disertai dengan teknik analisis dan pengolahan datanya dengan bantuan software SPSS under
windows versi 15.0.

2. REGRESI LINIER BERGANDA

Bentuk umum model regresi linier berganda dengan p variabel bebas adalah seperti
pada persamaan (2.1) berikut (Kutner, Nachtsheim dan Neter, 2004).

= + + + ⋯+ , + (2.1)

dengan:

adalah variabel tidak bebas untuk pengamatan ke-i, untuk i = 1, 2, …, n.

, , ,⋯, adalah parameter.

, ,⋯, , adalah variabel bebas.

1
adalah sisa (error) untuk pengamatan ke-i yang diasumsikan berdistribusi normal yang saling
bebas dan identik dengan rata-rata 0 (nol) dan variansi .

Dalam notasi matriks persamaan (2.1) dapat ditulis menjadi persamaan (2.2) berikut.

= + (2.2)

dengan:

1 … ,

= , =⎛ 1 ⋱
, ⎞, = dan =
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮

⎝1 , ⎠

adalah vektor variabel tidak bebas berukuran n x 1.

adalah matriks variabel bebas berukuran n x (p – 1).

adalah vektor parameter berukuran p x 1.

adalah vektor error berukuran n x 1.

3. ASUMSI-ASUMSI MODEL REGRESI LINIER BERGANDA


Menurut Gujarati (2003) asumsi-asumsi pada model regresi linier berganda adalah
sebagai berikut:
1. Model regresinya adalah linier dalam parameter.
2. Nilai rata-rata dari error adalah nol.
3. Variansi dari error adalah konstan (homoskedastik).
4. Tidak terjadi autokorelasi pada error.
5. Tidak terjadi multikolinieritas pada variabel bebas.
6. Error berdistribusi normal.

4. ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LINIER BERGANDA


Estimasi parameter ini bertujuan untuk mendapatkan model regresi linier berganda
yang akan digunakan dalam analisis. Pada materi pelatihan ini, metode yang digunakan untuk
mengestimasi parameter model regresi linier berganda adalah metode kuadrat terkecil atau
sering juga disebut dengan metode ordinary least square (OLS). Metode OLS ini bertujuan
meminimumkan jumlah kuadrat error. Berdasarkan persamaan (2.2) dapat diperoleh penaksir
(estimator) OLS untuk adalah sebagai berikut (Kutner, et.al., 2004):
=( ) (2.3)
Penaksir OLS pada persamaan (2.3) merupakan penaksir yang tidak bias, linier dan
terbaik (best linear unbiased estimator/BLUE) (Sembiring, 2003; Gujarati, 2003; Greene, 2003
dan Widarjono, 2007).

2
5. PENGUJIAN PARAMETER MODEL REGRESI LINIER BERGANDA
Pengujian parameter ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, baik secara serentak maupun secara parsial.
5.1 Pengujian Parameter Secara Serentak (Simultan)
Prosedur pengujian parameter secara simultan adalah sebagai berikut:
1. Membuat hipotesis.
: = =⋯= =0
H1 : Tidak semua sama dengan nol, untuk k = 1, 2, …, p-1.
(Kutner, et.al., 2004)
atau:
H0 : Variabel X1, X2, …, Xk secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel
tidak bebas
H1 : Variabel X1, X2, …, Xk secara simultan berpengaruh terhadap variabel tidak
bebas
2. Menentukan tingkat signifikansi ( ).
Tingkat signifikansi ( ) yang seringkali digunakan dalam penelitian adalah 5%.
3. Menentukan statistik uji.
Statistik uji yang digunakan adalah:
=
dengan:
RKR adalah rata-rata kuadrat regresi (dapat diperoleh dari Tabel Analisis Variansi).
RKE adalah rata-rata kuadrat error (dapat diperoleh dari Tabel Analisis Variansi).
4. Menentukan daerah kritik (penolakan H0).
Daerah kritik yang digunakan adalah H0 ditolak bila > ( ; , . )
Dengan ( ; , disebut
) dengan F tabel.
Selain dari daerah kritik di atas, dapat juga digunakan daerah kritik yang lain yaitu jika
nilai peluang (Sig.) < tingkat signifikansi ( ), maka H0 ditolak.
5. Menarik kesimpulan.

5.2 Pengujian Parameter Secara Individu (Parsial)


Prosedur pengujian parameter secara parsial adalah sebagai berikut:
1. Membuat hipotesis.
: =0
H1 : ≠ 0, untuk k = 1, 2, …, p-1.
(Kutner, et.al., 2004)
atau:
H0 : Variabel bebas ke-k tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas
H1 : Variabel bebas ke-k berpengaruh terhadap variabel tidak bebas
untuk k = 1, 2, …, p-1.
2. Menentukan tingkat signifikansi ( ).

3
Tingkat signifikansi ( ) yang seringkali digunakan dalam penelitian adalah 5%.
3. Menentukan statistik uji.
Statistik uji yang digunakan adalah:
=
( )
dengan:
adalah nilai taksiran parameter (yang diperoleh dari metode OLS).
( ) adalah standar deviasi nilai taksiran parameter .
4. Menentukan daerah kritik (penolakan H0).
Daerah kritik yang digunakan adalah:
H0 ditolak bila > ( ; atau
) < −( ; , )dengan ( ; )

disebut dengan t tabel.


Selain dari daerah kritik di atas, dapat juga digunakan daerah kritik yang lain yaitu jika
nilai peluang (Sig.) < tingkat signifikansi ( ), maka H0 ditolak.
5. Menarik kesimpulan.

6. PELANGGARAN-PELANGGARAN TERHADAP ASUMSI REGRESI LINIER BERGANDA


Dalam analisis regresi linier berganda terdapat beberapa pelanggaran-pelanggaran
yang seringkali dilakukan terhadap asumsi-asumsinya, diantaranya diuraikan berikut ini.
6.1 Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah terjadinya hubungan linier antara variabel bebas dalam
suatu model regresi linier berganda (Gujarati, 2003). Hubungan linier antara variabel bebas
dapat terjadi dalam bentuk hubungan linier yang sempurna (perfect) dan hubungan linier
yang kurang sempurna (imperfect).
Adapun dampak adanya multikolinieritas dalam model regresi linier berganda
adalah (Gujarati, 2003 dan Widarjono, 2007):
1. Penaksir OLS masih bersifat BLUE, tetapi mempunyai variansi dan kovariansi yang
yang besar sehingga sulit mendapatkan taksiran (estimasi) yang tepat.
2. Akibat penaksir OLS mempunyai variansi dan kovariansi yang yang besar,
menyebabkan interval estimasi akan cenderung lebih lebar dan nilai hitung statistik uji t
akan kecil, sehingga membuat variabel bebas secara statistik tidak signifikan
mempengaruhi variabel tidak bebas.
3. Walaupun secara individu variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tidak
bebas melalui uji t, tetapi nilai koefisien determinasi (R2) masih bisa relatif tinggi.
Selanjutnya untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam model regresi linier
berganda dapat digunakan nilai variance inflation factor (VIF) dan tolerance (TOL) dengan
ketentuan jika nilai VIF melebihi angka 10, maka terjadi multikolinieritas dalam model
regresi. Kemudian jika nilai TOL sama dengan 1, maka tidak terjadi multikolinieritas dalam
model regresi.

4
6.2 Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah variansi dari error model regresi tidak konstan atau
variansi antar error yang satu dengan error yang lain berbeda (Widarjono, 2007).
Dampak adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah walaupun
estimator OLS masih linier dan tidak bias, tetapi tidak lagi mempunyai variansi yang
minimum dan menyebabkan perhitungan standard error metode OLS tidak bisa dipercaya
kebenarannya. Selain itu interval estimasi maupun pengujian hipotesis yang didasarkan
pada distribusi t maupun F tidak bisa lagi dipercaya untuk evaluasi hasil regresi.
Akibat dari dampak heteroskedastisitas tersebut menyebabkan estimator OLS tidak
menghasilkan estimator yang BLUE dan hanya menghasilkan estimator OLS yang linear
unbiased estimator (LUE).
Selanjutnya dilakukan deteksi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dalam
model regresi adalah dengan Metode Glejser. Glejser merupakan seorang ahli
ekonometrika dan mengatakan bahwa nilai variansi variabel error model regresi tergantung
dari variabel bebas. Selanjutnya untuk mengetahui apakah pola variabel error mengandung
heteroskedastisitas Glejser menyarankan untuk melakukan regresi nilai mutlak residual
dengan variabel bebas. Jika hasil uji F dari model regresi yang diperoleh tidak signifikan,
maka tidak ada heteroskedastisitas dalam model regresi (Widarjono, 2007).

6.3 Autokorelasi

Autokorelasi adalah terjadinya korelasi antara satu variabel error dengan variabel
error yang lain. Autokorelasi seringkali terjadi pada data time series dan dapat juga terjadi
pada data cross section tetapi jarang (Widarjono, 2007).
Adapun dampak dari adanya autokorelasi dalam model regresi adalah sama dengan
dampak dari heteroskedastisitas yang telah diuraikan di atas, yaitu walaupun estimator OLS
masih linier dan tidak bias, tetapi tidak lagi mempunyai variansi yang minimum dan
menyebabkan perhitungan standard error metode OLS tidak bisa dipercaya kebenarannya.
Selain itu interval estimasi maupun pengujian hipotesis yang didasarkan pada distribusi t
maupun F tidak bisa lagi dipercaya untuk evaluasi hasil regresi. Akibat dari dampak adanya
autokorelasi dalam model regresi menyebabkan estimator OLS tidak menghasilkan
estimator yang BLUE dan hanya menghasilkan estimator OLS yang LUE (Widarjono, 2007).
Selanjutnya untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi linier
berganda dapat digunakan metode Durbin-Watson. Durbin-Watson telah berhasil
mengembangkan suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya masalah
autokorelasi dalam model regresi linier berganda menggunakan pengujian hipotesis dengan
statistik uji yang cukup populer seperti pada persamaan (6.1) berikut.
∑ ( )
= ∑
(6.1)
Kemudian Durbin-Watson berhasil menurunkan nilai kritis batas bawah (dL) dan batas atas
(dU) sehingga jika nilai d hitung dari persamaan (6.1) terletak di luar nilai kritis ini, maka ada
atau tidaknya autokorelasi baik positif atau negatif dapat diketahui. Deteksi autokorelasi
pada model regresi linier berganda dengan metode Durbin-Watson adalah seperti pada
Tabel berikut.
5
Tabel 6.1 Uji Statistik Durbin-Watson
Nilai Statistik Durbin-Watson Hasil
0< < Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif
≤ ≤ Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
≤ ≤4− Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi positif/negatif
4− ≤ ≤ 4− Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
4− ≤ ≤4 Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif
Sumber : Widarjono (2007)
Salah satu keuntungan dari uji Durbin-Watson yang didasarkan pada error adalah
bahwa setiap program komputer untuk regresi selalu memberi informasi statistik d. Adapun
prosedur dari uji Durbin-Watson adalah (Widarjono, 2007):
1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai errornya.
2. Menghitung nilai d dari persamaan (6.1) (kebanyakan program komputer secara otomatis
menghitung nilai d).
3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel bebas tertentu tidak termasuk
konstanta (p-1), kita cari nilai kritis dan di statistik Durbin-Watson.
4. Keputusan ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi didasarkan pada Tabel
6.1.

Selain Kriteria uji seperti pada Tabel 6.1, dapat juga digunakan kriteria lain untuk
mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi linier berganda adalah sebagai berikut
(Santoso, 2000):
1. Jika nilai < −2, maka ada autokorelasi positif.
2. Jika −2 ≤ ≤ 2, maka tidak ada autokorelasi.
3. Jika nilai > 2, maka ada autokorelasi negatif.

7. DAFTAR PUSTAKA

Draper, N. dan Smith, H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Edisi Kedua. Terjemahan Oleh
Bambang Sumantri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gujarati, N.D. 2003. Basic Econometrics. 4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression Models. 4th
ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Sembiring, R.K. 2003. Analisis Regresi. Edisi Kedua. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Widarjono, A. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi
Kedua. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

6
REGRESI LINEAR MODUL

SEDERHANA
1
Dra. Sri Pangesti, S.U.

 PENDAHULUAN


A
nalisis regresi merupakan analisis statistik yang mempelajari hubungan antara
dua variabel atau lebih. Dalam analisis regresi linear diasumsikan berlakunya
bentuk hubungan linear dalam parameter. Modul regresi linear yang paling
sederhana adalah regresi linear dengan satu variabel bebas (independent variable).
Pokok bahasan dalam modul ini terdiri atas dua kegiatan belajar, pertama, tentang
regresi linear dengan satu variabel bebas dan kedua, tentang inferensi dalam analisis
regresi.
Pada Kegiatan Belajar 1, Anda akan mempelajari penaksiran (estimasi) fungsi regresi
dan variansi suku sesatan  2  dengan distribusi suku sesatan belum ditentukan
(diasumsikan). Pada Kegiatan Belajar 2, Anda akan mempelajari inferensi pada model
regresi dengan suku sesatan berdistribusi normal.
Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat memahami
dasar-dasar pemikiran dalam analisis regresi dan dapat melakukan inferensi model regresi
linear sederhana secara tepat.
Secara khusus, Anda diharapkan dapat:
1. menentukan penaksir parameter model regresi dengan metode kuadrat terkecil,
2. menentukan penaksir parameter model regresi dengan metode maksimum likelihood,
3. menentukan selang kepercayaan untuk parameter model regresi,
4. menghitung koefisien korelasi dan determinasi,
5. melakukan analisis regresi dengan pendekatan analisis variansi.

1.1
Kegiatan Belajar 1

Regresi Linear dengan


Satu Variabel Bebas

A
nalisis regresi adalah analisis statistik yang mempelajari hubungan antara dua
atau lebih variabel kuantitatif sehingga satu variabel dapat diramalkan
(predicted) dari variabel lainnya.
Hubungan antara dua variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hubungan
fungsional dan hubungan statistik. Hubungan fungsional antara dua variabel dapat
dinyatakan secara matematis; jika X variabel bebas (indenpendent variable) dan Y
variabel tak bebas (dependent variable), hubungan fungsional ditulis dalam bentuk

Y  f X

Jika diketahui nilai X tertentu, fungsi f akan memberikan nilai Y yang bersesuaian.

Contoh 1.1
Misalkan Y = total nilai penjualan suatu produk (dalam ribuan rupiah) dan X =
jumlah unit produk yang terjual. Jika harga jual Rp 5.000,00 per unit produk maka
hubungan antara Y dan X dapat dinyatakan dalam Gambar 1.1.

150

Y=5X
100

50

X
10 20

Gambar 1.1.

1.2
SATS4312/MODUL 1

Hubungan statistik antara dua variabel tidak sempurna. Pada umumnya pada
hubungan statistik, pengamatan tidak tepat jatuh pada kurve hubungan.

Contoh 1.2
Jika hubungan antara X yang menyatakan usia (dalam tahun) dan Y yang menyatakan
tingkat steroid dinyatakan dalam Gambar 1.2.

30
25
20
15
10
5
X
0 10 15 20 25

Gambar 1.2.

Model regresi secara formal menyatakan dua hal tentang hubungan statistik, yaitu:
kecenderungan variabel tak bebas Y  berubah-ubah terhadap variabel bebas  X  dalam
bentuk yang sistematik dan tersebarnya titik-titik di sekitar kurve hubungan statistik.
Kedua hal tersebut dinyatakan dalam suatu model regresi yaitu: untuk setiap nilai X
terdapat distribusi probabilitas dari Y dan mean dari distribusi probabilitas Y berubah-
ubah secara sistematik terhadap perubahan nilai X .

Model Regresi Linear Sederhana


Model regresi dengan satu variabel bebas X dapat ditulis dalam bentuk

Yi   0  1 X i   i , i  1, 2, n

dengan
Yi : nilai variabel tak bebas dalam trial ke-i,
 0 , 1 : parameter,
Xi : konstanta yang diketahui nilainya, yakni nilai variabel bebas
dalam trial ke-i,
i : suku sesatan random dengan E  i   0 ,   i ,  j    2 ,  i dan
 j tidak berkorelasi, kovariansi   i ,  j   0 untuk semua
i, j, i  j

1.3
Model Linear Terapan

Sifat-sifat dari Model Regresi


1. Yi merupakan jumlah dari dua komponen, yaitu suku konstan  0  1 X i dan suku
random  i .
2. Karena E  i   0 maka E Yi   E  0  1 X i  i   0  1 X i . Hal ini berarti
distribusi dari Yi pada tingkat X dalam trial ke-i mempunyai mean
E Yi   0  1 X i
3. Nilai pengamatan Y pada trial ke-i jatuh pada jarak  i dari nilai fungsi regresinya
 E Y  atau Y  E Y    .
i i i i

4. Suku sesatan   i  diasumsikan mempunyai variansi konstan  2  . Oleh karena itu,


 2 Yi    2 .
5. Suku sesatan diasumsikan tidak berkorelasi. Karena  i dan  j tidak berkorelasi untuk
i  j , maka Yi dan Y j tidak berkorelasi.

Contoh 1.3
Diketahui model regresi Yi  9,5  2,1 X   i . Misalkan dalam trial ke-i diperoleh
nilai-nilai X i  45 , Yi  108 , dan suku sesatan  i  4 maka E Yi   9,5  2,1 45  104
dan Yi  104  4  108 . Visual model regresi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.3
berikut.
Y

Yi  108

i  4

E (Yi )  104

E (Yi )  9,5  2,1 X i

0 25 45 X

Gambar 1.3.

Model regresi linear sederhana Yi   0  1 X i   i dapat ditulis dalam bentuk lain


Yi   0 X 0  1 X i   i dengan X 0  1 . Model ini dapat kita ubah menjadi:

Yi   0  1  X i  X   1 X  
   0  1 X   1  X i  X   
  0*  1  X i  X    i

Jadi model regresi alternatif Yi  0*  1  X i  X    i dengan  0*   0  1 X

1.4
SATS4312/MODUL 1

Penaksiran Fungsi Regresi


Untuk mendapatkan penaksir yang baik bagi parameter regresi  0 dan 1  dapat
digunakan metode kuadrat terkecil. Untuk setiap pasangan pengamatan
 Xi , Yi  , i  1, 2, n pandang nilai simpangan Yi terhadap E Yi  , yaitu:

Yi  E Yi   Yi   0  0 X i 

Jumlah kuadrat dari n simpangan ini ditulis dengan notasi Q, yakni

n
Q  Y    1 X i 
2
i 0
i 1

Penaksir b0 dan b1 diperoleh dengan meminimumkan Q, yaitu dengan


mendeferensialkan Q terhadap  0 dan 1 .

Q
n

 0 i 1

 2 Yi   0  1 X i 

Q
n

1 i 1

 2 X i Yi   0  1 X i 

Selanjutnya masing-masing persamaan kita samakan dengan nol serta mengganti  0


dengan b0 dan 1 dengan b1 .

n n

Y  nb  b  X
i 1
i 0 1
i 1
i 0

n n n

i 1
X iYi  b0 
i 1
X i  b1 X i 1
i
2
0

Kedua persamaan ini kita sebut sebagai persamaan normal. Penyelesaian persamaan
normal untuk b1 dan b0 adalah

n n

n  Y Xi i n

XY  i i
i 1
n
i 1
  X  X Y  Y 
i i

b1  i 1
 i 1
n
 
 X  X 
n 2 2

n   Xi 
i 1
i

 i 1
X 
2
i
i 1
n

1.5
Model Linear Terapan

1 
n n
b0  
n  i 1
Yi  b1  X   Y  b X
i 1
i 1

Notasi-notasi berikut dapat dipergunakan untuk menyederhanakan penulisan rumus:


n n n
SYX   Xi 1
i  X Yi  Y    X
i 1
i  X  Yi   X Y  Y 
i 1
i i

n n

n  X Y i i n
  i 1
X i Yi  i 1
n
i 1
 X Y n X Y
i 1
i i

n n

 X X   X  X  Xi
2
S XX  i i
i 1 i 1
2
 n

n   Xi  n
  i 1
Xi  
2 i 1

n
 
X i 1
i
2
n X2

n n

 Y  Y    Y  Y  Y
2
SYY  i i i
i 1 i 1
2
 n

n   Yi  n
  i 1
Yi  
2 i 1

n
 
Y i 1
i
2
n Y2

S XY
Sehingga rumus untuk b1 dapat ditulis dalam bentuk lebih sederhana b1  dan
S XX
persamaan regresi taksiran Yˆi  Y  b1  X i  X  .

Contoh 1.4
Data berikut menunjukkan jumlah unit yang diproduksi X dan jumlah jam kerja
karyawan Y  .

X 30 20 60 80 40 50 60 30 70 60
Y 73 50 128 170 87 108 135 69 148 132
n n n n
Dari data dihitung X
i 1
i  500 ; X
i 1
i
2
 28.400 ;  X Y  61.800 ; Y
i 1
i i
i 1
i  1.100 ;
n

Y
i 1
i
2
 134.660 ; n  10; X  50; Y  110 . Dengan menggunakan rumus yang ada,

diperoleh:

1.6
SATS4312/MODUL 1

n n

n  X Y i i
500 1.100 
 X iYi  i 1
n
i 1
61.800 
10
b1  i 1
 2
 
2
  500
n 2

n   Xi  28.400 
10
 i 1
X 
2
i
i 1
n

1 
n n

  X   10 1.100  2 500  10
1
b0   Yi  b1 i
n i 1 i 1

Sehingga persamaan regresi taksirannya adalah Yˆ  10  2 X , artinya kita taksir rata-rata


jam kerja bertambah dengan 2 jam untuk setiap pertambahan 1 unit produk.
Untuk model alternatif: Yi  0*  1  X i  X    i dengan  0*   0  1 X , penaksir
kuadrat terkecil untuk b0 adalah b0*  b0  b1 X  Y  b1 X   b1 X  Y . Sehingga
persamaan regresi taksiran untuk model alternatif adalah Ŷ  Y  b1  X  X  . Persamaan
regresi taksiran untuk contoh di atas adalah Yˆ  110  2  X  50 .

Residual
Kesalahan (residual) ke-i adalah selisih antara nilai pengamatan Yi dengan nilai
taksirannya Yˆ , ditulis dengan notasi ei .
i

ei  Yi  Yˆi  Yi  b0  b1 X i

Kita perlu membedakan antara nilai suku sesatan i  Yi  E Yi  dengan ei  Yi  Yˆi .
Residual kita gunakan untuk mempelajari ketepatan model regresi untuk data.

Contoh 1.5
Dari Contoh 1.4 telah dihitung persamaan regresi Yˆ  10  2 X . Nilai taksiran Yˆi , ei ,
dan ei2 dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut. Misalkan untuk X1  30 dan
Y1  73 , maka diperoleh nilai-nilai Yˆ1  10  2  30  70 , e1  73  70  3 , dan e12  9 .
Untuk nilai-nilai X i dan Yi lainnya, diperoleh nilai taksiran Yˆ , ei , dan ei2 sebagai i
berikut.

1.7
Model Linear Terapan

No. Xi Yi Yˆi ei ei2


1 30 73 70 3 9
2 20 50 50 0 0
3 60 128 130 -2 4
4 80 170 170 0 0
5 40 87 90 -3 9
6 50 108 110 -2 4
7 60 135 130 5 25
8 30 69 70 -1 1
9 70 148 150 -2 4
10 60 132 130 2 4
Total 500 1.100 1.100 0 60

Sifat-Sifat Garis Regresi Taksiran (Fitted)


Persamaan garis regresi yang dihitung dengan metode kuadrat terkecil memenuhi
sifat-sifat berikut:
n
1. Jumlah residual sama dengan nol, yakni e  0
i 1
i

Bukti:
n n

  Y  b  b X 
i 1
ei 
i 1
i 0 1 1

n n
 
i 1
Yi  nb0  b1 X
i 1
i  0 (dari persamaan normal)

n
2. Jumlah kuadrat residual, e
i 1
2
i adalah minimum. Hal ini sesuai dengan syarat dalam

penghitungan penaksir kuadrat terkecil untuk parameter regresi.

3. Jumlah nilai observasi Yi sama dengan jumlah nilai taksiran Yˆi , yakni
n n

Y Yˆ
i 1
i
i 1
i

Bukti:
Dari persamaan normal diperoleh

n n n n

Y  nb  b  X   b   b X
i 1
i 0 1
i 1
i
i 1
0
i 1
1 i

n n
  b0  b1 X i   Yˆi
i 1 i 1

1.8
SATS4312/MODUL 1

4. Jumlah residual tertimbang sama dengan nol jika angka timbang adalah X i , yakni
n

X e  0
i 1
i i

Bukti:
Dari persamaan normal dapat diturunkan

n n

 X e   X Y  b  b X 
i 1
i i
i 1
i i 0 1 i

n n n
  i 1
X i Yi  b0 
i 1
X i  b1 Xi 1
i
2
0

5. Jumlah residual tertimbang dengan angka timbang Yˆi sama dengan nol, yaitu
n

Yˆ e  0
i 1
i i

6. Garis regresi selalu melalui titik  X , Y  .


Bukti:
Untuk X  X , diperoleh Ŷ  Y  b1  X  X   Y  b1  X  X   Y

Penaksiran Variansi Suku Sesatan


Variansi suku sesatan  2  kita taksir untuk mengetahui keragaman dari distribusi Y.
Penaksir titik untuk  2 dapat dihitung dari residual ei . Jumlah kuadrat dari ei adalah

e      Y  b
n n
 b1 X i 
2
JKS  Yi  Yˆ
2 2
i i 0
i 1 i 1 i 1
n n n
 Y i 1
i
2
 b0 Y  b  X Y
i 1
i 1
i 1
i i

Rumus lain untuk menghitung JKS adalah

2
 n 
 S XY 
2 n 
  X i  X Yi  Y  
 Yi  Y    i 1 
2
JKS  SYY   n

 X
S XX
X
i 1 2
i
i 1

1.9
Model Linear Terapan

atau
2
 n n

  n
  
2  n
X i  Y i 

 n 
 Yi   


X i Yi  i 1
n
i 1 

JKS  

 Yi 2   i 1     i 1
n    n  
2


i 1
  Xi  
 n  

 i 1

Xi 
2  i 1
n 

JKS mempunyai derajat bebas n  2 , dua derajat bebas hilang karena dalam perhitungan
kita gunakan penaksir untuk  0 dan 1 . Kuadrat rata-rata sesatan (KRS) dirumuskan
sebagai:

e    Y  b
n n n
 b1 X i 
2
Yi  Yˆi
2 2
i i 0
JKS
KRS   i 1  i 1
 i 1

n2 n2 n2 n2

KRS merupakan taksiran tak bias dari  2 , yakni E  KRS    2

Contoh 1.5
Kita tinjau kembali Contoh 1.4
2
 n n

  n
  
2  n
X 
i Y i 

 n 
 Yi   


X i Yi  i 1
n
i 1 

JKS  

 Yi 2   i 1     i 1
n    n  
2


i 1
  Xi  
 n  

 i 1

X i2   i 1
n 

 500 1.100  
2

 61.800  
 1.100   
2

 134.660  
10   13.660  13.600  60
 500 
2
 10 
28.400 
10
JKS 60
dan KRS    7,5
n2 8

1.10
SATS4312/MODUL 1

 LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda


mengerjakan latihan berikut ini!

1) Suatu eksperimen dilakukan untuk melihat hubungan antara dosis pemupukan X
dan hasil panen Y  . Dari hasil perhitungan didapat nilai-nilai
n n

 X  X   70,6;  Y  Y 
2 2
i i  98,5
i 1 i 1
n

  X  X Y  Y   68,3 ; n  15;


i 1
i i X  10,8; Y  122, 7

Jika hubungan antara Y dan X diasumsikan linear, maka


a) dengan metode kuadrat terkecil, hitunglah garis regresi Ŷ  b0  b1 X
b) hitunglah nilai JKS dan selanjutnya hitung taksiran untuk  2

2) Diketahui observasi berpasangan  X , Y  sebagai berikut:

X 1 2 3 4 5
Y 0,9 2,1 2,5 3,3 3,8

a) Buat diagram titik


b) Hitunglah penduga kuadrat terkecil b0 dan b1
c) Hitunglah nilai taksiran dari  2

Petunjuk Jawaban Latihan

  X  X Y  Y 
i i
68,3
1) a) b1  i
n
  0,9674
 X  X 
2 70, 6
i
i 1

b0  Y  b1 X  122,7   0,967410,8  112, 2518


sehingga garis regresi Yˆ  112, 2518  0,9674 X

1.11
Model Linear Terapan

2
 n 
n 
  X i  X Yi  Y 
 68,3
2

 Y  Y   
2 i 1
b) JKS  i  n
 98,5   32, 4251
 Xi  X 
i 1
2 70,6
i 1
JKS 32, 4251
ˆ 2    2, 4942
n2 13

2) a)

1512, 6 
n

  X  X Y  Y 
i i 44,8 
5 7
b) b1  i
   0, 7
15
n 2

 X  X 
2 10
i 55 
i 1 5
b0  Y  b1 X  2,52   0,73  0, 42

n n n
c) JKS  
i 1
Yi 2  b0 
i 1
Yi  b1 X Y
i 1
i i

 36,8   0, 4212,6   0,7  44,8  0,148


JKS 0,148
ˆ 2    0, 0493
n2 3

1.12
SATS4312/MODUL 1

 RANGKUMAN

1. Dalam modul ini dipelajari hubungan statistik antara variabel bebas  X  dan
variabel tak bebas Y  . Dalam analisis linear sederhana bentuk hubungannya
adalah garis lurus dengan model Yi   0  1 X i   i ;  i N  0,  2  dan
independen.

2. Untuk mencari estimasi dari  0 dan 1 digunakan metode kuadrat terkecil


dan didapat penaksir titik:

  X  X Y  Y 
i i

b1  i 1
n
dan b0  Y  b1 X
 X  X 
2
i
i 1

3. Selanjutnya didefinisikan:

2
 n 
n 
  X i  X Yi  Y 
 Y  Y    i 1 n 
2
JKS  i

  Xi  X 
2
i 1

i 1

dan sebagai estimasi titik untuk  2 adalah:

JKS
KRS   s2
n2

1.13
Model Linear Terapan

 TES FORMATIF 1

Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

1) Tabel berikut ini menunjukkan tinggi badan X dalam cm dan berat badan Y 
dalam kg dari 10 orang dewasa.
X 150 162 160 162 165 160 172 170 180 182
Y 55 67 60 70 65 79 79 76 89 90
Jika X sebagai variabel independen Y sebagai variabel dependen dalam model regresi
Yi   0  1 X   i . Dari data ini dapat dihitung nilai b0 sama dengan ….
A. -103,63
B. -130,63
C. -103,36
D. -130,36

2) Lihat soal nomor 1, nilai b1 sama dengan ….


A. 1,052
B. 1,521
C. 1,062
D. 1,620

3) Lihat soal nomor 1, untuk X k  175 , nilai terhitung Yˆk sama dengan ….
A. 81,28
B. 82,18
C. 82,84
D. 81,81

4) Lihat soal nomor 1, nilai variansi ( s 2 ) sama dengan ….


A. 32,61
B. 31,16
C. 32,26
D. 31,59

5) Diketahui 10 observasi berpasangan  X , Y  .


X 54,5 56,4 43,2 65,2 45,5 47,5 65,0 66,5 57,3 68,0
Y 61,5 61,2 32,0 52,5 31,5 22,5 53,0 56,8 34,8 52,7
Jika digunakan model regresi Yi   0  1 X i   i ; dari data di atas dihitung nilai b0
sama dengan ….

1.14
SATS4312/MODUL 1

A. -15,19
B. -15,20
C. -15,09
D. -15,92

6) Lihat soal nomor 5, nilai b1 sama dengan ….


A. 1,073
B. 1,072
C. 1,721
D. 1,722

7) Lihat soal nomor 5, nilai estimasi dari variansi Y, yakni s 2 sama dengan ….
A. 931,46
B. 913,46
C. 116,37
D. 116,44
n

 X  X 
2
8) Diketahui: n  277; X  65; Y  72 ; i  1600;
i 1
n n

 X  X Y  Y   2000 ; Y  Y 


2
i i i  3600
i 1 i 1

Jika digunakan model regresi Yi   0  1 X i   i ; nilai b0 sama dengan ….


A. -9,27
B. -9,25
C. -9,15
D. -9,52

9) Lihat soal nomor 8, nilai b1 sama dengan ….


A. -1,25
B. 1,25
C. -1,35
D. 1,53

10) Lihat soal nomor 8, nilai s 2 sama dengan ….


A. 3,99
B. 3,98
C. 3,97
D. 4,00

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan
Belajar 1.

1.15
Model Linear Terapan

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan = × 100%
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah
80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda
kuasai.

1.16
Kegiatan Belajar 2

Inferensi dalam Analisis Regresi

anpa memperhatikan bentuk fungsional distribusi dari  i , penaksir kuadrat

T terkecil b0 dan b1 selalu bersifat tak bias dan mempunyai variansi minimum
dibandingkan penaksir-penaksir tak bias linear lainnya. Untuk inferensi, kita
memerlukan asumsi tentang bentuk fungsional distribusi dari  i . Salah satu asumsi baku
yang diperlukan adalah  i N  0,  2  . Secara umum model regresi dengan sesatan
normal dinyatakan sebagai

Yi   0  1 X i   i

dengan
Yi : hasil observasi pada trial ke- i
Xi : konstanta yang diketahui nilainya, yakni tingkat variabel X
dalam trial ke- i
 0 , 1 : parameter
i N  0,  2  independen; i  1, 2, n

Salah satu alasan digunakannya asumsi i N  0, 2  karena prosedur inferensi


didasarkan pada distribusi t yang tidak peka terhadap penyimpangan normalitas yang
tidak besar (modurate).

Penaksiran Parameter dengan Metode Kemungkinan Maksimum


Apabila bentuk fungsional dari distribusi probabilitas suku sesatan tertentu, penaksir
untuk  0 , 1 , dan  2 dapat dihitung dengan metode kemungkinan maksimum (maximum
likelihood). Fungsi likelihood untuk model regresi sesatan normal adalah:

n
L   0 , 1 ,  2
 1
1
exp   1 2 Yi   0  1 X i  
 2
2

i 1
 2 2 2

1.17
Model Linear Terapan

Nilai-nilai  0 , 1 , dan  2 yang memaksimumkan fungsi likelihood merupakan


penaksir-penaksir maximum likelihood yang diperoleh dengan mendeferensialkan
L   0 , 1 ,  2  terhadap  0 , 1 , dan  2 ; kemudian masing-masing disamakan dengan
nol. Untuk menyederhanakan perhitungan, kita dapat menggunakan ln L karena L dan
ln L akan maksimum untuk nilai-nilai yang sama dari  0 , 1 , dan  2 . Dengan
n

 Y  
n n 1
ln L   ln  2   ln  2   1 X i 
2
mendeferensialkan terhadap
2 2
i 0
2 2 i 1

 0 , 1 , dan  2 diperoleh:

 ln L
n

 Y  
1
 2  1 X i 
 0 
i 0
i 1

 ln L
n

 X Y  
1
 2  1 X i 
1 
i i 0
i 1

 ln L
n

 Y  
n 1
 2   1 X i 
2

 2 2 4
2 i 0
i 1

Jika  0 , 1 , dan  2 masing-masing diganti dengan b0 , b1 dan ̂ 2 serta disamakan


dengan nol, maka diperoleh persamaan
n

 Y  b  b X   0
i 1
i 0 1 i

 X Y  b X  b X   0
i 1
i i 0 i 1 i
2

n
1
 Y  b  b X   ˆ 2
2
i 0 1 i
n i 1

Dua persamaan pertama, sama dengan persamaan normal, sehingga penaksir maximum
likelihood untuk masing-masing parameter adalah sebagai berikut.

 X i  X i Yi  Yi 
b1  i 1
n

 X  Xi 
2
i
i 1

b0  Y  b1 X

 Y  Yˆ 
n
2
i i

ˆ 2  i 1

1.18
SATS4312/MODUL 1

Jadi penaksir maksimum likelihood untuk  0 dan 1 sama dengan penaksir kuadrat
terkecil yakni b0 dan b1 . Penaksir maksimum likelihood ̂ 2 adalah bias sehingga untuk
mendapatkan penaksir tak bias untuk  2 digunakan KRS (Kuadrat Rata-rata Sesatan).

Inferensi tentang  1
Sering kali kita tertarik untuk melakukan inferensi tentang 1 , yaitu kemiringan
(slope) dari garis regresi Yi  0  1 X i   i dengan  0 dan 1 adalah parameter, X i
adalah konstanta yang diketahui, dan  i N  0,  2  adalah independen. Sebelum kita
pelajari inferensi tentang 1 , kita bahas terlebih dahulu tentang distribusi sampling
penaksir titik untuk 1 yaitu

  X  X Y  Y 
i i

b1  i 1
n

 X  X 
2
i i
i 1

Dari pengambilan sampel berulang pada nilai X tetap, diperoleh nilai b1 yang bervariasi.
Untuk model regresi sesatan normal akan dibuktikan bahwa

 2 
b1 N  1 ; n 

  X i  X i  
2

 i 1 

Bukti:
b1 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari Yi yaitu:

n n

  X  X Y  Y    X  X Y
i i i i n
b1  i 1
n
 i 1
n
 k Y i i

  Xi  X    Xi  X 
2 2
i 1

i 1 i 1
dengan
Xi  X
ki  n

(X
i 1
i  X )2

Untuk X i tetap, ki merupakan kuantitas tetap. Oleh karena itu, b1 merupakan kombinasi
linear dari Yi . Koefisien ki mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.

1.19
Model Linear Terapan

n
1. k  0
i 1
i

n n
 Xi  X   X  X  i

k  
0
  0
i 1
Bukti: i  n n n

 2 
 X  X   X  X 
2 2
i 1 i 1
 (Xi  X )  i i
 i 1  i 1 i 1

n
2. k X
i 1
i i 1
n

 X X
2

  Xi  X  Xi    X i  X   
2 i
n n n
Bukti:  ki X i    n



 
 n

i 1
n
1
   X X
2
i 1 i 1
 ( X i  X )2 
i 1
 ( X i  X )2  i
 i 1   i 1  i 1

k
1
3. i
2
 n
i 1
(X
i 1
i  X )2

X X
2
n n  
Bukti: k   i
2


n
i


i 1 i 1


i 1
( X i  X )2 

n

 X X 
1 2 1
 2 i n
 n

2
  Xi  X    X X
i 1 2
i
 i 1  i 1

Kembali kita perhatikan distribusi sampling dari b1 pada model regresi linear dengan
i N  0,  2  . Distribusi sampling dari b1 adalah normal, hal ini akibat dari b1
merupakan kombinasi linear dari Yi . Akan kita buktikan b1 merupakan penaksir tak bias
untuk 1 atau E  b1   1 .

Bukti:
 n

E  b1   E 

i 1
kiYi   ki E Yi 

n n n
 k 
i 1
i 0  1 X i    0 k   k X
i 1
i 1
i 1
i i  1

1.20
SATS4312/MODUL 1

Selanjutnya variansi dari b1 dijabarkan sebagai berikut.

 n
 n
 2  b1    2 

 i 1
kiYi  

k i 1
i
2 2
Yi 
n n

k  k
1
 i
2 2
 2
i
2
2 n

 X  X 
2
i 1 i 1
i
i 1

Penaksir untuk  2  b1  diperoleh dengan mengganti  2 dengan KRS sehingga penaksir


tak bias untuk  2  b1  adalah:

KRS KRS
s 2  b1   n
 2

  Xi  X   
n


2

n  Xi 
 X  
i 1 2 i 1
i
i 1
n

Untuk membuktikan bahwa b1 mempunyai variansi minimum di antara semua


penaksir tak bias linear, kita nyatakan penaksir linear tak bias untuk 1 dalam bentuk:

n
1  c Y
i 1
i i dengan ci adalah konstanta sembarang.

Jika 1 penaksir tak bias maka:

 n
 n

 
E 1  E   ciYi    c E Y    . i i 1
 i 1  i 1

Karena E Yi   0  1 X i , maka syarat tak bias di atas menjadi:


n n n

  c  
E 1  i 0  1 X i    0  ci  1 c X i i  1.
i 1 i 1 i 1

n n
Agar syarat tak bias berlaku maka haruslah  i 1
ci  0 dan c Xi 1
i i  1.

Variansi dari 1 adalah:


n n
 2  1    ci2 2 Yi    2 c 2
i .
i 1 i 1

1.21
Model Linear Terapan

Kita definisikan:
Xi  X
ci  ki  di ; ki  n
; d i adalah konstanta sembarang,
 X  X 
2
i
i 1
sehingga
n
 2  1    2 c 2
i
i 1
n
 k  d 
2 2
i i
i 1

 n n n

 

2
 i 1
k  i
2
 i 1
d 2 i
2
 i 1
ki d i 

Telah kita buktikan bahwa

n n

k k
1
i
2
 n
dan  2
 b1    2
i
2

i 1
(X
i 1
i  X )2 i 1

sehingga

n n n n

k d
i 1
i i   k c  k    c k   k
i 1
i i i
i 1
i i
i 1
i
2

n
 Xi  X 
 c 
1
 i n  n

 2 
 X X
2
i 1
 (Xi  X )  i
 i 1  i 1
n n

c X i i X c i
1
 i 1
n
i 1
 n
0
 X X  X X
2 2
i i
i 1 i 1

 
Kita peroleh  2 1   2  b1    2 d i
2
, sehingga terbukti  2 1   2  b1  . Nilai  
i 1
n n
terkecil diperoleh jika i 1
di2  0 atau semua  d  0 sehingga c  k .
i 1
i i i Jadi,  2  b1 

merupakan nilai terkecil untuk  2


 . 1

1.22
SATS4312/MODUL 1

Distribusi Sampling dari


 b1  1 
s  b1 
2
Diketahui b1 N  1 ,  2  b1   dengan  2  b1   n
, sehingga statistik
 X  X 
2
i
i 1
b1  1
N  0, 1 . Pada umumnya  2  b1  tidak diketahui, diganti dengan s  b1  .
  b1 
b1  1 b  s  b1  b 
Statistik dapat ditulis dalam bentuk 1 1 . Diketahui 1 1 z dan
s  b1    b1    b1    b1 
KRS
n

 X  X 
2
JKS
s  b1 
2 i  2n2  b1  1
 2  n 22 
KRS JKS z
 i 1
sehingga
 2  b1   2
    n  2
2
n2 s  b1  2n2
n

 X  X  n2
2
i
i 1

JKS b1  1
Karena b1 dan independen maka z dan  2 independen, sehingga t n  2 .
 2
s  b1 

Selang Kepercayaan untuk  1


b  1
Karena 1 t n  2 maka kita dapat menyatakan
s  b1 

 b  1 
P  t    1  t     1  
  2 ; n  2  s  b1  1 ; n  2  
 2 

Karena distribusi t simetri, maka ketidaksamaan di atas dapat kita tulis sebagai berikut.

 
P b1  t   s  b1   1  b1  t   s  b1    1  
  ; n2 
2 
 ; n2 
2  

Karena probabilitas ini berlaku untuk semua nilai yang mungkin dari 1 maka batas
kepercayaan untuk 1 adalah:

b1  t  
s  b1 
 ; n2 
2 

1.23
Model Linear Terapan

Contoh 1.6
Diketahui data sebagai berikut.
Xi 1,5 1,8 2,4 3,0 3,5 3,9 4,4 4,8 5,0
Yi 4,8 5,7 7,0 8,3 10,9 12,4 13,1 13,6 15,3

Jika digunakan model regresi linear Yi   0  1 X i   i dengan  i N  0,  2  ,


independen. Untuk menaksir 1 dengan selang kepercayaan 95%, dari data diperoleh:

n n
n  9; X i 1
i  30,3 ; X  3,3667 ; Y  91,1 ;
i 1
i Y  10,1222 ;

n n n

 i 1
X i2  115,11 ;  i 1
Yi 2  1036, 65 ;  X Y  345,09
i 1
i i

n n

n  X Y i i
 30,3 91,1
 X iYi  i 1
n
i 1
345, 09 
9
b1  i 1
  2,9303
 30,3
2 2
 n

n   Xi  115,11 
9
 i 1
X 
2
i
i 1

n

2
 n n

  n

2
  n
X i  
Yi 

 n   Yi   

    i 1

X iYi  i 1 i 1 


n
JKS   Y 
2 i 1

  
i 2
 n   n

i 1
 n  Xi  
  

 i 1

X i2   i 1
n 

 30,3 91,1 
2

 345, 09  
  91,1   
2

 1036, 65  
9   2, 026
 30,3
2
 9 
115,11 
9
JKS 2, 026
KRS    0, 289
n2 7

Selanjutnya kita hitung

1.24
SATS4312/MODUL 1

KRS KRS 0, 289 0, 289


s 2  b1       0, 02206
   30,3
2 2
 n
 S XX 13,1

 n   Xi  

115,11 
9



i 1
X 
2
i
i 1

n


s  b1   0,02206  0,1485 dan t(0,025; 7)  2,365

Selang kepercayaan 95% untuk 1 adalah


2,9303  2,365  0,1485  1  2,9303  2,365 0,1485 atau 2,579  1  3, 282

Uji tentang  1

Karena
 b1  1  t n2 , uji tentang 1 dapat kita lakukan berdasarkan distribusi t.
s  b1 

Contoh 1.7
Jika kita hanya ingin menguji apakah ada ( atau tidak) hubungan linear antara Y dan X
maka hipotesis kita rumuskan sebagai:

H 0 : 1  0 dan H1 : 1  0

Untuk   0,05 , kesimpulan tentang H 0 dapat diperoleh dengan menggunakan selang


kepercayaan 95% untuk 1 . Untuk Contoh 1.6, selang kepercayaan 95% untuk 1 adalah
2,579  1  3, 282 tidak memuat 0 (batas kepercayaan kiri dan kanan positif) sehingga
diperoleh kesimpulan menolak H 0 .
b
Uji yang lebih tegas dapat dilakukan berdasarkan statistik uji t   1 . Aturan
s  b1 
pengambilan kesimpulan untuk taraf nyata  adalah menerima H 0 jika t   t  
dan
 ; n2 
2 

menolak H 0 jika t   t  
.
 ; n2 
2 

Contoh 1.8
Dari Contoh 1.6, hipotesis kita tulis sebagai H 0 : 1  0 dan H1 : 1  0 . Selanjutnya
b 2,9303
kita hitung statistik uji t   1   19, 73 . Untuk taraf nyata   0,05 ,
s  b1  0,1485
diperoleh nilai t0,025;7  2,365 . Karena t   2,365 maka kita menolak H 0 : 1  0 ,
berarti ada hubungan linear antara Y dan X.

1.25
Model Linear Terapan

Sering kali kita ingin menguji apakah 1 sama dengan nilai tertentu, hipotesis kita
rumuskan sebagai:

H 0 : 1  10 dan H1 : 1  10

Statistik uji:

b1  1
t 
s  b1 

Jika kita ingin menguji apakah 1 positif, hipotesis dinyatakan sebagai:

H 0 : 1  0 dan H1 : 1  0

Kesimpulan untuk taraf nyata  adalah menerima H 0 jika t   t ; n2 dan menolak H 0
jika t   t ; n2 .

Contoh 1.9
b1  1
Dari Contoh 1.8 diperoleh t    19, 73 . Untuk   0,05 , diperoleh nilai
s  b1 
t0,05;7  1,895 . Karena t   1,895 , maka H 0 ditolak, berarti 1 positif.

Inferensi tentang  0
Sebelum kita melakukan inferensi untuk  0 , kita pelajari terlebih dahulu tentang
distribusi sampling dari b0 . Penaksir titik untuk  0 adalah:

b0  Y  b1 X

dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari Yi yaitu:

l Y
1
b0  i i dengan li   X ki
i 1
n
dan
Xi  X
ki  n

 X  X 
2
i
i 1

1.26
SATS4312/MODUL 1

Distribusi sampling untuk b0 adalah normal dan b0 merupakan penaksir tak bias dari  0
atau E  b0   0 .
Bukti:
b0  Y  b1 X
E  b0   E Y   E  b1 X   0  1 X  1 X  0

Variansi dari b0 kita peroleh sebagi berikut.

n
b0  l Y
i 1
i i

n n
1 
 
X2
 2  b0   li2 2 Yi    2 li2   2   n 
i 1 i 1 n



i 1
2 
(Xi  X ) 

Sehingga untuk model regresi linear dengan sesatan normal, diperoleh:

b0 N  0 ,  2  b0 
dengan
1 X2 
 2  b0    2   n 
n


i 1
2 
(Xi  X ) 

b0   0 b  0
dan distribusi sampling untuk adalah normal standar atau 0 N  0,1 .
  b0    b0 

Penaksir untuk  2  b0  adalah:


 n

1 X 2



X i
2


s 2  b0   KRS     KRS i 1
n
 n
2
n
  X i  X     Xi  X  
2
n
 i 1   i 1 
dan
b0   0
t n 2
s  b0 

Selang kepercayaan untuk  0 pada taraf kepercayaan 1    adalah:

b0  t  
s  b0    0  b0  t  
s  b0 
 ; n2   ; n2 
2  2 

1.27
Model Linear Terapan

Contoh 1.10
Dari data pada Contoh 1.6 diperoleh:
n n

i 1
X i  30,3 ; X
i 1
i
2
 115,11 ; X  3,3667 ; Y  10,1222 ; n = 9; b1  2,9303 ; dan

KRS  0, 289 . Selanjutnya kita hitung:


b0  Y  b1 X  10,1222  2,93033,3667   0, 2568
 n



 X i2 
  0, 289  115,11 
s  b0   KRS
2 i 1
   0, 282
 n   9 13,1 
 i 1

 n (Xi  X ) 
2


s  b0   0, 282  0,531

Untuk taraf kepercayaan 90%, diperoleh t0,05; 7  1,895 sehingga selang kepercayaan
untuk  0 adalah:
0, 2568  1,895 0,531  0  0, 2568  1,895 0,531 atau  0,749  0  1, 263

Penaksir Selang untuk E Yh 


Salah satu tujuan utama analisis regresi adalah untuk menaksir mean dari satu atau
lebih distribusi probabilitas dari Y. Misalkan X h adalah taraf dari X di mana kita ingin
menaksir mean dari Y dan X h merupakan salah satu nilai sampel atau suatu nilai lain dari
X, maka untuk X  X diperoleh mean Yˆ  E Y  .
h h h

Untuk model regresi dengan sesatan normal, distribusi sampling dari Yˆh  b0  b1 X h
adalah normal dengan mean dan variansi masing-masing adalah:

 
E Yˆh  E Yh 
dan
1 X X 
2

 2
 
Yˆh    
n
2
n
h

2



i 1
 Xi  X  

Yˆh merupakan penaksir titik tak bias dari E Yh  yang ditunjukkan sebagai berikut.

 
E Yˆh  E  b0  b1 X h 
 E  b0   X h E  b1 
  0  1 X h  E Yh 

1.28
SATS4312/MODUL 1

Keragaman dari distribusi sampling Yˆh dipengaruhi oleh besarnya simpangan X h dari
 
X . Makin jauh X h dari X , nilai  2 Yˆh makin besar. Untuk menentukan  2 Yˆh , kita  
buktikan dulu bahwa b1 dan Y tidak berkorelasi.
Bukti:
n n
Y  
i 1
1Y ; b 
n i 1 k Y
i 1
i i

dengan
Xi  X
ki  n
dan Yi independen.
(X
i 1
i  X) 2

1
n n n
 2 Y , b1    i 1 n
2 2
  ki  Yi   n i 1
ki  0, karena k  0
i 1
i

Sekarang kita hitung variansi Yˆh , yaitu:

 
 2 Yˆh   2 Y  b1  X h  X  

Karena Y dan b1 independen serta X h dan X konstan maka diperoleh:

 
 2 Yˆh   2 Y    X h  X   2  b1 
2

 2 Yi 
  X h  X   2  b1 
2

n
 2
2
  Xh  X 
2
 n

 X
n
X
2
i
i 1

1 X X  2

   
2 h

n n
2 


i 1
 Xi  X  

Penaksir untuk  2
Yˆ h adalah:

1 X X
 2
2
 
s Yˆh  KRS  
n
n
h

2


i 1
 Xi  X  

1.29
Model Linear Terapan

Yˆh  E Yh 
Untuk model regresi dengan sesatan normal, distribusi sampling adalah
 
s Yˆ
h

distribusi t n2 , sehingga selang kepercayaan 1    100% untuk E Yh  adalah:

Yˆh  t  
 ; n2 
 
s Yˆh  E Yh   Yˆh  t  
 ; n2 
 
s Yˆh
2  2 

Contoh 1.11
Dari data pada Contoh 1.6 diperoleh:
n

 X  X 
2
b0  0, 2568 ; b1  2,93 ; i  13,1 ; KRS  0, 289 ; n = 9; X  3,3667
i 1

Untuk X h  4 diperoleh:
Yˆ  0, 2568   2,93 4  11,977
h

 1  4  3,3667 2 
2 ˆ 
s Yh  0, 289  
 9 13,1
  0, 04096 atau s Yˆh  0, 202

 
t0,025; 7  2,365

Selang kepercayaan 95% untuk E Yh  adalah:

11,977  2,365  0, 202   E Yh   11,977  2,365  0, 202 


11, 499  E Yh   12, 455

Peramalan Pengamatan Baru


Pengamatan baru Yhbaru  dipandang sebagi hasil dari suatu trial baru yang bebas
terhadap trial lain. Jika parameter  0 dan 1 diketahui maka selang peramalan
1  100% untuk Yhbaru  adalah:

E Yh   z   Yh (baru )  E Yh   z 


2 2

Contoh 1.12
Misalkan diketahui  0  9,5 ; 1  2,1 ;  2  10 .
Untuk X h  40 didapat E Y40   9,5   2,1 40  93,5 . Selang peramalan 95% untuk Y40
adalah:
93,5  1,96 10  Y40  93,5  1,96 10 atau 87,30  Y40  99, 70

1.30
SATS4312/MODUL 1

Jika parameter  0 dan 1 tidak diketahui, kita gunakan penaksir b0 dan b1 . Selang
peramalan di atas tidak dapat kita gunakan karena kita hanya menggunakan taksiran dari
E Yh  . Dalam penaksiran untuk E Yh  , kita gunakan selang kepercayaan sehingga letak
distribusi dari Y tidak dapat ditentukan dengan tepat.
Dengan menganggap pengamatan baru independen terhadap sampel yang digunakan
untuk menaksir garis regresi, maka variansi dari Yhbaru  terdiri dari variansi distribusi
sampling Yˆh dan variansi distribusi Y pada X  X h , yaitu:

 
 2 Yh (baru )    2 Yˆh  Y   2 Yˆh   2 Y   

Penaksir tak bias dari  2 Yh baru  adalah: 
 1 X X 
2
2

s Yhbaru   ˆ 2
 
 s Yh  KRS  KRS 1  
 n
n
h

2



i 1
 Xi  X  

Contoh 1.13
Dari data pada Contoh 1.6 diperoleh:
n

 X  X 
2
X  3,3667 ; i  13,1 ; KRS  0, 289 ; n = 9; b0  0, 2568 ; b1  2,93
i 1

Sehingga untuk X h  2 diperoleh Yˆh  0, 2568  2,93  2   6,117 , t0,025; 7  2,365 ; dan
 1  2  3,3667 2 
2 ˆ 
s Y2  0, 289 1  
 9 13,1
  0,362 .

Selang peramalan 95% untuk Yhbaru  adalah:
6,117  2,365 0,362  Yhbaru   6,117  2,365 0,362 atau 4,693  Yhbaru   7,541

Ramalan Mean dari m Pengamatan Baru


Sering kali diinginkan meramal mean dari m pengamatan baru untuk taraf variabel
bebas, X tertentu. Nilai ramalan mean dari Y ditulis sebagai Yhbaru  . Batas ramalan
1  100% untuk Yhbaru  adalah:

Yˆh  t  
 ; n 2 

s Yhbaru  
2 
dengan
 
s 2 Yhbaru   s 2 Yˆh  KRS
m  

1.31
Model Linear Terapan

atau ekuivalen dengan

  Xh  X   2
2
  1 1
s Yh baru   KRS   
m n n


   X i  X 2 
 i 1 

Dari rumus diketahui bahwa s 2 Yhbaru    mempunyai dua komponen yaitu variansi
distribusi sampling dari Yh dan variansi mean m pengamatan dari distribusi probabilitas Y
pada X  X h .

Contoh 1.14
Kita tinjau kembali Contoh 1.6. Jika m  3 , untuk X h  2 akan dihitung selang
ramalan 90% untuk Yhbaru  . Dari data yang ada telah dihitung:

Yˆh  6,117 ;   
s 2 Yˆh  0,362 ; KRS  0, 289 ; s 2 Yhbaru   0,362 
0, 289
3

 0, 458 atau


s Yh baru    0, 677 dan t0,05; 7  1,895 .
Sehingga selang ramalan 90% untuk Yhbaru  adalah:
6,117  1,895  0,677   Yhbaru   6,117  1,895  0,677  atau 4,834  Yhbaru   7,399

Selang ramalan Yhbaru  lebih sempit dibandingkan dengan selang ramalan untuk Yhbaru 
karena selang ramalan untuk Yhbaru  memuat Yhbaru  .

Pendekatan Analisis Variansi untuk Analisis Regresi


Dasar pendekatan analisis variansi adalah pemecahan jumlah kuadrat dan derajat
bebas yang berkaitan dengan Y. Pandang simpangan total Yi  Y  pada Gambar 1.4
berikut ini.
Yi
Y

Yi  Yˆi
Yi  Y
Yˆi  Y
Y

Ŷ  b0  b1 X

Gambar 1.4.

1.32
SATS4312/MODUL 1

Pemecahan simpangan:

Yi  Y  Yˆi  Y  Yi  Yˆi
simpangan total simpangan nilai regresi simpangan sekitar
taksiran sekitar mean garis regresi taksiran

sehingga pemecahan JK menjadi:

   Y  Yˆ 
n n n

 Y  Y 
2 2
Yˆi  Y
2
i   i i
i 1 i 1 i 1
jumlah kuadrat jumlah kuadrat jumlah kuadrat
sekitar mean karena regresi sekitar regresi

atau
JK = JKR + JKS

JK adalah jumlah kuadrat total, JK  0 berarti semua pengamatan sama. Makin besar
nilai JK makin besar variasi (keragaman) nilai-nilai Yi . JKR adalah jumlah kuadrat
regresi merupakan ukuran keragaman pengamatan yang diterangkan oleh garis regresi.
JKS adalah jumlah kuadrat sesatan merupakan ukuran keragaman pengamatan terhadap
garis regresinya. Jika JKS = 0, semua pengamatan jatuh pada garis regresi. Rumus-rumus
untuk menghitung jumlah kuadrat adalah:

2
 n

n   Yi  n
JK   i 1
Yi  
2 i 1

n
 
Y i 1
i
2
 nY 2  SYY

 n n

 n   Y 
Xi i

JKR  b1 

X Y 
i 1
i i
i 1

n
i 1
  b1 S XY

n

 X  X   b12 S XX
2
 b12 i
i 1

2
 n

  n

2
  n 
X i Yi 

 n  Yi   
   X i Yi  i 1
n


  S   S XY 
2

JKS  

 Yi 2   i 1    
n  
i 1

 n  
2 YY
S XX

i 1
  Xi  
 n
 


 i 1
X i2   i 1
n 

1.33
Model Linear Terapan

Pemecahan derajat bebas sesuai dengan pemecahan jumlah kuadrat total. Derajat
bebas untuk JK sama dengan n  1 . Satu derajat bebas hilang karena simpangan Yi  Y
n
tidak independen, yakni Y  Y   0 atau ekuivalen satu derajat bebas hilang karena
i 1
i

mean sampel Y digunakan untuk menaksir mean pupolasi  . JKS mempunyai derajat
bebas n  2 atau dua derajat bebas hilang karena dalam menghitung nilai Yˆ digunakan i

taksiran untuk parameter  0 dan 1 . JKR mempunyai derajat bebas satu. Ada dua
parameter dalam persamaan regresi, tetapi simpangan Yi  Y tidak bebas, yakni

Yˆ  Y   0
n

i sehingga satu derajat bebas hilang. Secara singkat, derajat bebas dari
i 1

masing-masing jumlah kuadrat adalah n 1  1   n  2 dan tabel analisis variansi


(ANAVA) untuk regresi linear sederhana diberikan oleh Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1. ANAVA untuk Regresi Linear Sederhana

Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Rata-rata


Sumber Variasi
(db) (JK) (KR)

Regresi 1 JKR KRR

Sesatan n2 JKS KRS

Total n 1 JK

Harapan Kuadrat Rata-rata


Agar dapat melakukan inferensi berdasarkan pendekatan analisis variansi, kita perlu
mengetahui nilai harapan dari kuadrat rata-rata, yaitu:

E  KRS    2
n
E  KRR       X X
2 2 2
1 i
i 1
Bukti:
JKS
Untuk model regresi dengan sesatan normal  2n  2  , maka
 2

 JKS 
E 2   n2
  
atau
 JKS 
  E  KRS   
2
E
 n2

1.34
SATS4312/MODUL 1

Untuk mendapatkan E  KRR  , kita tulis JKR dalam bentuk sebagai berikut.

 X X
2
JKR  b12 i
i 1
Karena
 2  b1   E b1  E  b1  
2

 E  b12    E  b1  
2

 E  b12   12
atau
2
E  b12    2  b1   12  n
 12
 X X
2
i
i 1
maka
 n
2
E  JKR   E b12

 X
i 1
i X 

n
 E b  X X
2 2
1 i
i 1

 2  n

 X X
2
 n
 12  i

 X X 
2 i 1
 i 1
i

n

 X X
2
   2
1
2
i
i 1
Jadi
 JKR 
n
E  KRR   E   X X
2
    1
2 2
i
 1  i 1

Uji Hipotesis
Pendekatan analisis variansi dengan uji F dapat dilakukan untuk menguji hipotesis:

H 0 : 1  0 terhadap H1 : 1  0

Pada regresi linear sederhana dan statistik ujinya adalah:

KRR
F 
KRS

1.35
Model Linear Terapan

Jika 1  0 maka semua Yi mempunyai mean sama yaitu    0 dan variansi sama yaitu
JKS JKR
 2 . Variabel 2 dan 2 adalah independen dan berdistribusi  2 sehingga, statistik
 
*
uji F dapat ditulis dalam bentuk:

JKR
1
F   2 
KRR
JKS KRS
n2
2
Jika H 0 benar, maka


 21 1
F
 2n  2 n2

Karena 21 dan 2n2 independen sehingga F  F1, n2 . Kesimpulan yang diperoleh
yakni menerima H 0 jika F   F ; 1; n2 dan menolak H 0 jika F   F ; 1; n2 dengan
F ; 1; n2 adalah persentase 1   100 dari distribusi F.

Contoh 1.15
Diketahui data sebagai berikut:
X 1 1 2 3 4 4 5 6 6 7
Y 2,1 2,5 3,1 3 3,8 3,2 4,3 3,9 4,4 4,8

Jika digunakan model regresi linear sederhana Y   0  1 X   dengan sesatan normal


i N  0,  2  independen, maka untuk menguji H 0 : 1  0 terhadap H1 : 1  0
dengan uji F, dari data kita hitung:
2
 n

n   Xi 
  193   39   40,9
2

 i 1
Xi  
2 i 1

n 10
2
 n

n   Yi 
  130, 05   35,1  6,85
2

 i 1
Yi  
2 i 1

n 10
n n

n  Y Xi i
 39  35,1
X Y 
i 1
i i
i 1

n
i 1
 152, 7 
10
 15,81

1.36
SATS4312/MODUL 1

sehingga
2
 n

n   Yi 
JK  SYY  i 1
Yi  
2 i 1

n
  6,85

n n

n  Y Xi i

S
X Y  i i
i 1
n
i 1

15,81
b1  XY  i 1
2
  0,387
S XX  n
 40,9
n   X  i

 i 1
Xi  
2 i 1
n
  n 
2


 n
 Xi   

JKR  b1 S XX  b1  Xi  
 i 1 
   0,387   40,9   6,13
2 2 2 2

 i 1 n 
JKS  JK  JKR  6,85  6,13  0,72

Selanjutnya hasil hitungan, kita susun dalam tabel ANAVA sebagai berikut.

Tabel 1.2. ANAVA

Sumber Variasi db JK KR F
1 6,13 6,13 6,13
Regresi F   68,1
Sesatan 8 0,72 0,09 0, 09

Total 9 6,85

Untuk   0,05 , dari tabel distribusi F diperoleh nilai F0,05; 1,8  5,32 , sehingga
diperoleh kesimpulan menolak H 0 karena F   5,32 , artinya ada hubungan linear antara
Y dan X atau garis regresi nyata.

Kesetaraan Uji F dan Uji t


Pada taraf nyata  , uji F untuk hipotesis H 0 :  0  0 terhadap H1 : 1  0 secara
aljabar setara dengan uji t dua sisi. Hal ini dapat kita tunjukkan sebagai berikut.

 X X
2 2
b 1 i
JKR 1
F   i 1

JKS n  2 KRS

1.37
Model Linear Terapan

2
KRS b2  b 
Karena diketahui s  b1   2 
, maka kita peroleh F  2 1   1 
n
s  b1   s  b1  
 X X
2
i
i 1

Statistik t  untuk uji H 0 : 1  0 terhadap H1 : 1  0 adalah:

b1
t 
s  b1 
atau
2
 b 
t   2
  1   F 
 s  b1  

Dari hubungan antara t  dan F  , kita peroleh hubungan antara persentil distribusi t dan F
sebagai

  F
2
t    ; 1; n  2 
 ; n2 
2 

Contoh 1.16
Kita tinjau kembali Contoh 1.15. Dari data yang ada diperoleh F   68,1; b1  0,387 ;
2
 0,387 
s  b1  
2 0,09
 0,0022 ; s  b1   0,047 sehingga t 
 2
   68, 06  68,1 dan
40,9  0, 047 
t    2,306   5,32  F 0,05; 1;8 .
2 2
0,025; 8

Pendekatan Uji Linear Umum


Analisis variansi untuk menguji H 0 : 1  0 terhadap H1 : 1  0 merupakan pengujian
untuk model statistik linear. Akan kita pelajari pendekatan uji (linear) secara umum, yang
dapat kita gunakan untuk pengujian model-model linear. Tiga langkah dalam pengujian
ini adalah:
1. Menentukan model yang dipandang sesuai untuk data. Model ini kita sebut model
lengkap. Untuk regresi linear sederhana, model lengkap:

Yi   0  1 X i   i

Penaksir parameter dihitung dengan metode kuadrat terkecil. Kemudian kita hitung
jumlah kuadrat sesatan untuk model lengkap, yang ditulis dengan notasi JKS  L
sebagai:

1.38
SATS4312/MODUL 1

 Y  Yˆ 
n n
JKS  L    Y   b 0  b1 X i   
2 2
i i i
i 1 i 1

JKS  L mengukur keragaman pengamatan Yi sekitar garis regresi.

2. Perhatikan hipotesis H 0 : 1  0 dan H1 : 1  0 model di bawah H 0 disebut model


tereduksi. Maksudnya jika 1  0 , model lengkap tereduksi menjadi Yi   0   i .
Penaksir parameter untuk model tereduksi dihitung dengan metode kuadrat terkecil,
didapat b0  Y dan jumlah kuadrat sesatan untuk model tereduksi, adalah:
n n
JKS  R     Y  b    Y  Y 
2
 JK
2
i 0 i
i 1 i 1

3. Sekarang kita bandingkan JKS  L dengan JKS  R . Tampak bahwa


JKS  L  JKS  R  . Apabila JKS  R   JKS  L  terkecil maka kita cenderung untuk
menerima H 0 dan jika sebaliknya maka H 0 kita tolak. Dengan menggunakan
statistik uji:

F 
 JKS  R   JKS  L    dbR  dbL 
JKS  L  dbL

Diperoleh kesimpulan menerima H 0 jika F *  F ; dbR dbL , dbL  dan menolak H 0 jika
F *  F ; dbR dbL , dbL  .

Untuk pengujian hipotesis H 0 : 1  0 terhadap H1 : 1  0 , kita peroleh


JKS  R   JK dengan d .b  n  1 ; JKS  L   JKS dengan d .b  n  2 ; dan statistik uji

F* 
 JK  JKS   n 1   n  2  JKR 1

KRR
JKS  n  2  JKS  n  2  KRS
Jadi F  sama dengan statistik uji analisis variansi.

Ukuran Deskriptif untuk Hubungan antara X dan Y


Dalam taksiran dan ramalan, untuk mengukur ketepatan hanya panjang interval yang
diperhatikan, tetapi derajat hubungan variabel X dan variabel Y tidak diperhatikan.
Sebagai ukuran deskriptif, dapat digunakan koefisien determinasi dan koefisien korelasi.
Koefisien determinasi didefinisikan sebagai

JK  JKS JKR JKS


r2    1
JK JK JK

1.39
Model Linear Terapan

Karena 0  JKS  JK maka 0  r 2  1. Makin besar harga r 2 , berarti makin besar


pengaruh variabel X terhadap variasi harga Y.

Y
Y

Ŷ  Y
Yˆ  b0  b1 X

X X
2
(a) r  1 0
2
(b) r

Gambar 1.5.

Apabila semua observasi terletak pada garis regresinya, maka JKS  0 sehingga

 
n
0 ˆ
2
didapat r  1 
2
 1 . Apabila b1  0 berarti Yi  Y dan JKR  Yˆi  Y  0 atau
JK i 1

JKS  JK sehingga didapat r 2  0 . Koefisien korelasi didefinisikan sebagai r   r 2 .


Tanda dari koefisien korelasi sesuai dengan tanda dari b1 . Nilai dari r selalu terletak
dalam  1, 1 atau 1  r  1 . Untuk menghitung koefisien korelasi digunakan rumus
sebagai berikut.
n

  X  X Y  Y 
i i

r  i 1

 n n
 12
 X i  X  Y  Y 
2 2
 i 
 i 1 i 1 
 n n

 n   Y  Xi i

 XY 
i 1
i i
i 1
n
i 1

 1
 2
      
n 2 n 2

 n   X i  
 
n   Yi 

  



i 1
X 
2
i
i 1
n




i 1
Yi   i 1
n 


Hubungan antara b1 dan r adalah:

1.40
SATS4312/MODUL 1

1
 n
2
 Yi  Y  
2

b1   i 1  r
 n
2 



i 1
 Xi  X  


Jika r  0 maka b1  0 dan sebaliknya jika nilai r dan r 2 mendekati 1 maka dapat
dilakukan inferensi yang cukup tepat terhadap Y.

Contoh 1.17
Diketahui data pengamatan sampel sebagai berikut.
X 1,5 1,8 2,4 3,0 3,5 3,9 4,4 4,8 5,0
Y 4,8 5,7 7,0 8,3 10,9 12,4 13,1 13,6 15,3
Akan dihitung nilai r 2 dan r dari data tersebut dan diperoleh:
2
 n

n   Xi 
  115,11   30,3  13,10
2


i 1
X 
2
i
i 1

n 9
2
 n

n   Yi 
  1036, 65   91,1  114,52
2


i 1
Y 
i
2 i 1

n 9
n n

n  X Y i i
 30,3 91,1  38,39
X Y 
i 1
i i
i 1
n
i 1
 345, 09 
9

Selanjutnya kita hitung


n

  X  Y Y  X 
i i
38,39
b1  i 1
n
  2,9303
 X  X 
2 13,10
i
i 1

JK  114,52
JKS  114,52  (2,9303)(38,39)  2,026
JK  JKS 114,52  2,026
r2    0,9823
JK 114,52

Hal ini berarti 98,23 persen variasi-variasi variabel Y disebabkan oleh hubungannya
dengan variabel X. Sedangkan koefisien korelasi r  r 2  0,9823  0,99 (tanda +

1.41
Model Linear Terapan

sesuai dengan tanda b1 ) atau dengan menggunakan rumus untuk koefisien korelasi
n

  X  X Y  Y 
i i
38,39
didapat r  i 1
  0,99 .
 n n
 1

  X  X   Y  Y  13,10 114,52  
2 2 1
2
 
2
i i
 i 1 i 1 

 LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda


mengerjakan latihan berikut ini!

1) Jika penduga kuadrat terkecil b1 merupakan linear dari Yi , yakni:


Xi  X
n
b1  k Y i i dengan ki  n
i 1
(X  X )
i 1
i
2

n n

 k Y  1 dan  k
1
Tunjukkan bahwa i i i
2
 n

 X  X 
2
i 1 i 1
i
i 1

2) Data dalam tabel berikut menunjukkan periode waktu yang digunakan dalam suatu
percobaan pengeringan bahan  X  dalam jam dan berkurangnya berat bahan Y 
dalam gram.
X 4,4 4,5 4,8 5,5 5,7 5,9 6,3 6,9 7,5 7,8
Y 13,1 11,5 10,8 13,8 15,1 12,7 12,7 13,8 17,6 18,8
Jika digunakan model regresi linear dengan sesatan normal,
a) carilah persamaan regresi taksiran
b) carilah selang kepercayaan 90% untuk 1
c) ujilah H 0 : 1  0 terhadap H1 : 1  0 pada tingkat signifikansi   10%
d) carilah selang kepercayaan 95% untuk E Y7 
e) untuk X h  8 , carilah selang ramalan 90% untuk Y8
f) untuk X h  8 , m = 5, carilah selang ramalan 90% mean dari m observasi baru,
yakni Y8baru 
g) hitunglah koefisien determinasi r 2

1.42
SATS4312/MODUL 1

3) Diketahu tabel ANAVA sebagai berikut.


Sumber Variasi db JK KR
Regresi 1 40 -
Sesatan 50 - -

Total 51 240
a) Lengkapilah tabel ANAVA tersebut.
b) Uji H 0 : 1  0 terhadap H1 : 1  0 pada tingkat signifikansi   0,05
c) Hitunglah nilai koefisien determinasi dan kesimpulan apa yang diperoleh dari
hasil perhitungan tersebut.

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Lihat penjelasan sifat-sifat koefisien ki .


n n n
2) Dari data yang ada diperoleh: n  10;  X i  59,3;  Yi  139,9;  X i2  364,59;
i 1 i 1 i 1
n n

 Yi2  2015,17;  X iYi  852


i 1 i 1
n n n
n  X Y   X Y i i i i

a) b1  i 1
2
 1, 7304 dan b0  Y  b1 X  3, 7288
i 1 i 1


n n

n
i 1

X i2  
 i 1
Xi 


Persamaan regresi taksiran Yˆi  3,7288  1,7304 X i
n n n
b) JKS  Yi 1
i
2
 b0 Y  b  X Y  19, 2203
i 1
i 1
i 1
i i

JKS 19, 2203


s2    2, 4025
n2 8
s2
s 2  b1   n  0,1857 atau s  b1   0,1857  0, 4309

(Xi  X ) 2

i 1

t  
 t 0,05;8  1,860
 ; n2 
2 

Selang kepercayaan 90% untuk 1 adalah:

1,7304  1,860 0, 4309  1  1,7304  1,860 0, 4309 atau

0,929  1  2,532

1.43
Model Linear Terapan

c) Untuk uji H 0 : 1  0 terhadap H1 : 1  0 diperoleh statistik uji:


b 1, 7304
t  1   4, 0158
s  b1  0, 4309
Karena t   t  
maka H 0 ditolak
 ; n2 
2 

d) Yˆ7  3,7288  1,7304  7   15,8415


  7 X    1  7  5,932 
2

ˆ  2 1
s Y7  s   n
2

n
   2, 4025  
2
  0, 4528 ;
  
 10 12,941
 (Xi  X ) 
 i 1 
 
ˆ
s Y7  0, 6729 dan t0,025;8  2,306
Selang kepercayaan 95% untuk E Y7  adalah:
15,8415   2,306  0, 6729   E Y7   15,8415   2,306  0, 6729 
14, 29  E Y7   17,39

e) Yˆ8  3,7288  1,7304 8  17,5719

 1 8  X    8  5,93 
2 2
2

s Y8baru    s 1  
2

 n n
   2, 4025  1  1 
2   10 12,941 
  3, 4382



i 1
(Xi  X ) 


s Y8baru    1,8542
Selang ramalan 90% untuk Y8baru  adalah:
17,5719  1,86 1,8542   Y8 baru   17,5719  1,86 1,8542 
14,123  Y8 baru   21, 021

1 1 8  X    8  5,93   1,5162
2 2

f) 2

s Y8baru   s   
2

m n
n
   2, 4025   1  1 
2

 
 5 10 12,941 
 (Xi  X ) 
 i 1 

s Y8baru    1, 2314
Selang ramalan 90% untuk Y8baru  adalah:
17,5719  1,86 1, 2314   Y8baru   17,5719  1,86 1, 2314  atau
15, 2816  Y8baru   19,8622

1.44
SATS4312/MODUL 1

(X i  X )2
g) Koefisien determinasi r 2  b12 i 1
n
 0, 668
 Y  Y 
2
i
i 1

3) a) Tabel ANAVA

Sumber Variasi db JK KR
Regresi 1 40 40
Sesatan 50 200 4

Total 51 240

KRR 40
b) Statistik Uji: F     10
KRS 4
Dari tabel diperoleh F1;50;0,05  4,04 , karena F   4, 04 maka diperoleh
kesimpulan tolak H 0 .

JKR 40
c) Koefisien determinasi r 2    0,167
JK 240
Artinya 16,7% variasi variabel Y disebabkan oleh hubungannya dengan
variabel X.

 RANGKUMAN

1. Untuk dapat melakukan inferensi dalam analisis regresi, terutama jika sampel
yang digunakan kecil diperlukan asumsi  i N  0,  2  .

2. Inferensi untuk 1 dan  0 dilakukan dengan menghitung selang kepercayaan


1 100% dari 0 dan 1 , yakni:
b1  t   s  b1   1  b1  t   s  b1 
; n2  ; n2  
2  2 

b0  t  
s  b0    0  b0  t  
s  b0 
 ; n2   ; n2 
2  2 

1.45
Model Linear Terapan

dengan
KRS s2
s  b1   n
 n

(X
i 1
i  X)
2
(X
i 1
i  X )2

1 X2 
s  b0   KRS   n 
 n  ( X i  X )2 
 i 1 

3. Untuk X  X h , inferensi untuk mean respons E Yh  dilakukan dengan


menghitung selang kepercayaan 1   100% , yakni

Yˆh  t  
 ; n2 
 
s Yˆh  E Yh   Yˆh  t  
 ; n2 
 
s Yˆh
2  2 
dengan
1  Xh  X  
2

Yˆh  b0  b1 X h dan s Yˆh  KRS   n


n
  
2
 i 1
(Xi  X ) 

4. Dalam peramalan observasi baru Yh , jika parameter  0 , 1 ,  diketahui dan


E Yh   0  1 X h , maka selang ramalan 1   100% untuk Yh adalah:
E Yh   z   Yhbaru   E Yh   z  ,.
2 2

Jika parameter-parameter  0 , 1 dan  tidak diketahui, digunakan selang


ramalan 1   100% :

Yˆh  t  
 ; n2 
 
s Yhbaru   Yˆhbaru   Yh  t  
 ; n 2 

s Yhbaru  
2  2 
dengan
 1  Xh  X  
2

Yˆh  b0  b1 X h dan s 2
Y  
h baru
 KRS 1   n
 n

2
 i 1
(Xi  X ) 

Jika ada m pengamatan baru, digunakan selang ramalan 1   100%


Yˆh  t  
 ; n2 
 
s Yhbaru   Yhbaru   Yˆ  t  
 ; n 2 

s Yhbaru  . 
2  2 

1.46
SATS4312/MODUL 1

dengan

1 1  Xh  X  
2

s 2
Y  
h baru
 KRS    n
m n

2
 i 1
(Xi  X ) 

5. Sebagai ukuran deskriptif, didefinisikan koefisien determinasi

JK  JKS JKR JKS


r2   1  ; 0  r2  1
JK JK JK

yang mengukur besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.


Ukuran lain adalah koefisien korelasi, yakni:

n n

n  X i  Yi
XY  i i
i 1
n
i 1

r i 1
; 1  r  1
  n  
2
  n  
2

 n  i  
X  n  i  
Y
 X 2   i 1    Y 2   i 1  
 
i 1
i
n   
i 1
i
n 

Tanda dari r sesuai dengan tanda dari b1 .

 TES FORMATIF 2

Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

1) Dari pasangan data X (variabel independen) dan Y (variabel respons), dihitung nilai
sebagai berikut.
n n n n n

X
i 1
i
2
 121,  X i  20;  X iYi  82;  Yi 2  516;  Yi  40; n  40
i 1 i 1 i 1 i 1

Jika digunakan model regresi linear sederhana, maka nilai variansi s 2 sama
dengan ….
A. 4,48
B. 4,00
C. 4,49
D. 3,89

1.47
Model Linear Terapan

2) Lihat soal nomor 1, nilai s 2  b1  sama dengan ….


A. 0,04938
B. 0,05531
C. 0,04310
D. 0,04792

3) Lihat soal nomor 1, selang kepercayaan 95% untuk 1 adalah ….


A. 2, 495  1   1,505
B. 2,512  1   1, 488
C. 2, 437  1   1,563
D. 2, 402  1   1,598

4) Data berikut menunjukkan jumlah senyawa kimia yang larut dalam 100 gram air (Y)
pada berbagai temperatur (X) dalam  0 C  .
X 0 15 30 45 50 75
Y 8 12 24 33 39 44
Dari data dapat dihitung nilai s 2 sama dengan ….
A. 4,38
B. 5,48
C. 3,64
D. 4,84

5) Lihat soal nomor 4, nilai s 2  b1  sama dengan ….


A. 0,0011
B. 0,0093
C. 0,0014
D. 0,0012

6) Lihat soal nomor 4, untuk uji H 0 : 1  0 terhadap H1 : 1  0, statistik penguji t 


sama dengan ….
A. 17,934
B. 13,794
C. 12,794
D. 4,794

7) Lihat soal nomor 4, untuk uji H 0 : 1  0 terhadap H1 : 1  0 dengan analisis



variansi dihitung statistik penguji F sama dengan ….
A. 285,84
B. 190,17
C. 0,9794
D. 0,4948

1.48
SATS4312/MODUL 1

8) Lihat soal nomor 4, selang kepercayaan 95% untuk E Yk  yang bersesuai dengan
X k  35 adalah ….
A. 23, 46  E Yk   27,30
B. 23,71  E Yk   27,05
C. 23,55  E Yk   27, 21
D. 23,33  E Yk   27, 43

9) Lihat soal nomor 4, koefisien determinasi r 2 sama dengan ….


A. 0,98
B. 0,90
C. 0,92
D. 0,95

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan
Belajar 2.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan =  100%
9

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan modul selanjutnya. Bagus! Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah
80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda
kuasai.

1.49
Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1

1) A
2) C
3) B untuk X k  175, Yˆk  b0  b1 X k
2
 n 
   X i  X Yi  Y  
JKS   (Yi  Y ) 2   i 1 n 
n
JKS
4) D dan s 2  KRS 
n2
i 1
 ( X i  X )2 i 1

5) B
6) A
7) C
8) B

 X
n

i  X Yi  Y 
9) B b1  i 1
n

(X
i 1
i  X )2

10) D

Tes Formatif 2

JKS
1) B hitung dengan rumus s 2 
n2
s2
2) A gunakan rumus s 2  b1   n

(X
i 1
i  X )2

3) B
4) B
5) C

1.50
SATS4312/MODUL 1

b1
6) B statistik penguji t  
s  b1 
KRR
7) B statistik penguji F  
KRS
8) D
JK  JKS JKR
9) A gunakan rumus r 2  
JK JK

1.51
Daftar Pustaka

Draper, N. & Smith, H. (1998). Applied Regression Analysis. New York: Wiley.

Montgomery, D.C. & Peck, E. A. (1992). Introduction to Linear Regression Analysis.


New York: Wiley.

Neter, J., Wasserman, W. & Kutner, M. H. (1990). Applied Linear Statistical Models.
Irwin.

1.52

Anda mungkin juga menyukai