Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

Latar Belakang
Pola hidup kembali ke alam (back to nature) telah mendorong masyarakat untuk
melakukan perjalanan ke daerah-daerah alami, serta memiliki sejumlah besar potensi
sumberdaya yang bernilai. Pola perjalanan ini telah mendorong berkembangnya paradigma
baru dalam pariwisata berbasis alam atau dikenal dengan ekowisata yang merupakan bentuk
pariwisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Konsep ekowisata merupakan
pariwisata yang memadukan antara kegiatan konservasi alam, pendidikan, rekreasi dan
kegiatan perekonomian masyarakat lokal.
Wilayah pantai dan pesisir mempunyai sifat atau ciri yang unik, merupakan wilayah
peralihan antara ekosistem darat dan laut; mengandung kekayaan sumberdaya alam yang
beranekaragam seperti ekosistem hutan mangrove. Ekosistem hutan mangrove memiliki
fungsi yang sangat penting secara ekologi dan ekonomi, baik untuk masyarakat lokal,
regional, nasional maupun global. Menurut Kusmana et al. (2003) dalam Fahriansyah dan
Dessy (2012), menyatakan bahwa ekosistem hutan mangrove yaitu suatu sistem yang terdiri
atas berbagai organisme (seperti tumbuhan dan hewan), berinteraksi dengan faktor
lingkungan dan dengan sesamanya dalam habitat mangrove.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan mangrove terluas di
dunia mencapai 25% dari total luas hutan mangrove di seluruh dunia (18 juta hektar) yaitu
seluas 4.5 juta hektar atau sebanyak 3,8 % dari total luas hutan di Indonesia secara
keseluruhan. Sedikitnya luas hutan mangrove ini mengakibatkan perhatian Pemerintah
Indonesia terhadap hutan mangrove sangat sedikit jika dibandingkan dengan hutan darat.
Kondisi hutan mangrove juga mengalami kerusakan yang hampir sama dengan keadaan
hutan-hutan lainnya di Indonesia (Mangrove Information Center, 2006 dalam Sudiarta,
2006).
Sektor pariwisata pesisir perlu mendapat perhatian dan dikembangkan untuk
meningkatkan pendapatan daerah, termasuk mempertahankan keberadaan hutan mangrove
dari pengikisan dan kepunahan. Pembangunan ekowisata berperanan untuk konservasi
sumberdaya alam dan membantu masyarakat lokal dalam memenuhi kesejahteraan hidup.
Pembangunan ekowisata memberikan perubahan terhadap kualitas hidup, struktur sosioekonomi dan organisasi sosial dalam masyarakat lokal. Menurut Pender dan Sharpley (2005)
dalam Fahriansyah dan Dessy (2012), menyatakan bahwa masyarakat lokal dapat
memutuskan jika masyarakat ingin atau tidak ingin untuk terlibat dalam pembangunan
pariwisata. Masyarakat lokal yang terlibat dalam pengelolaan ekowisata adalah dengan cara
menyediakan berbagai fasilitas untuk wisatawan, meningkatkan jumlah wisatawan dan
mengendalikan dampak terhadap lingkungan hidup. Oleh sebab itu, penataan dan
perencanaan yang baik sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya alam
hutan mangrove di perairan suatu pantai.
Maksud dan Tujuan
Maksud makalah ini adalah untuk memberi informasi mengenai peranan biologi
dalam bidang pariwisata, khususnyta ekowisata pantai dan hutan mangrove. Sedangkan
tujuan makalah ini adalah sebagai berikut: (1) untuk mengetahui potensi dan fasilitas

pendukung di berbagai kawasan objek ekowisata pantai dan hutan mangrove, dan (2) untuk
mengetahui produk-produk ekowisata yang ditawarkan di objek ekowisata pantai dan hutan
mangrove.

Anda mungkin juga menyukai