Disusun oleh :
Noviyanti Soleha
140410120059
LEMBAR PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN KULIAH KERJA LAPANGAN
Nama
: Noviyanti Soleha
NPM
: 140410120059
Bidang
: Ekologi Manusia
Judul
Tempat Penelitian
Waktu Penelitian
: 10 18 Mei 2015
___________________________
NIP.
Mengetahui,
Ketua Rombongan KKL 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR
I
ISI.................................................................................................
BAB I
1
PENDAHULUAN............................................................................
1.1.Latar
1
Belakang..................................................................................
1.2.Identifikasi
2
Masalah..........................................................................
1.3.Maksud dan Tujuan
3
Penelitian..........................................................
1.4.Kegunaan
3
Penelitian.........................................................................
1.5.Metodologi.....................................................................................
4
....
1.6.Waktu dan Lokasi
4
Penelitian............................................................
BAB II TINJAUAN
5
LOKASI....................................................................
2.1
Profil
Kecamatan
Cidaun,
Cianjur,
Jawa
5
Barat............................
2.1.1
Desa
5
Karawangi...................................................................
BAB III TINJAUAN
8
PUSTAKA.............................................................
3.1
Pemanasan
8
Global............................................................................
3.2
Perubahan
Iklim
dan
Anomali
9
Iklim................................................
3
3.2.1
Perubahan
9
Iklim......................................................................
3.2.2
Musim
di
11
Indonesia................................................................
3.2.3
Indian
Ocean
Dipole
12
(IOD)....................................................
3.2.4
El
Nino
dan
La13
Nina.............................................................
3.3
Kondisi
Sosial
Ekonomi
Nelayan
di
14
Indonesia.............................
3.4
Adaptasi
Manusia
Terhadap
Perubahan
16
Iklim.................................
BAB IV METODE
19
PENELITIAN............................................................
4.1 Alat dan Bahan......................................................................
19
4.2
Pengumpulan
19
Data..........................................................................
4.3
Analisis
20
Data...................................................................................
DAFTAR
21
PUSTAKA..................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................
23
...
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN LOKASI
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
meliputi, gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, gangguan
terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan
bandara, gangguan terhadap permukiman penduduk, dan sebagainya (Muhi,
2011).
terjadi gangguan pada arus udara panas yang melintasi Samudra Atlantik dan
perubahan aktivitas matahari (Wahono, 2010 dalam Muhi, 2011).
Perubahan iklim yang terjadi telah merubah pola musim panas menjadi
semakin panjang, semakin panas dan kering. Sejak tahun 2004 setidaknya sudah
42% es di Kutub Utara semakin menipis dan mencair di setiap musim panas. Hal
ini dilaporkan beberapa ilmuwan di lembaga antariksa AS, NASA. Mereka
menggambarkan, secara keseluruhan es Laut Kutub Utara menipis sebanyak 7 inci
(17,78 cm) per tahun sejak tahun 2004, sebanyak 2,2 kaki (0,67 m) selama empat
musim dingin. Es Kutub Utara merupakan salah satu faktor yang menentukan
pada pola cuaca dan iklim global, karena perbedaan antara udara dingin di kedua
kutub bumi dan udara hangat di sekitar khatulistiwa menggerakkan arus udara dan
air, termasuk arus yang memancar. Hilangnya es global dari Greenland, Antartika
dan gletser lain menunjukkan permukaan air laut akan naik antara 80 cm dan 2 m
sampai tahun 2100. Tahun 2008 Mark Lynas memprediksi kondisi yang lebih
ekstrim, jika kenaikan suhu bumi lebih dari 2,7 C pencairan es akan menaikkan
level air laut hingga 6 meter (Setiawan, 2009 dalam Muhi, 2011).
Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar
dan kecil. Perubahan iklim ini akan berdampak terhadap banyak pulau-pulau kecil
yang sangat mungkin akan hilang dan tenggelam. Indonesia juga akan kehilangan
wilayah-wilayah pesisir dan kota-kota yang berada di wilayah pesisir pada pulaupulau besar. Secara logis kondisi tersebut akan berdampak terhadap semakin
mengecilnya luas wilayah. Jika wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berpenghuni
menghilang, maka mau tidak mau penduduknya harus berpindah ke lokasi yang
10
lebih tinggi. Disinyalir pula akan semakin sering terjadi kekeringan yang dapat
mengakibatkan musibah gagal panen dan kebakaran, curah hujan semakin ekstrim
menyebabkan musibah banjir dan longsor, petani/nelayan akan kehilangan mata
pencaharian karena perubahan iklim semakin sulit diprediksi. Perubahan Iklim
semakin kacau, hujan badai angin topan, kekeringan akan semakin sering terjadi
(Muhi, 2011).
3.2.2 Musim di Indonesia
Pada umumnya Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Secara umum musim hujan terjadi antara bulan Oktober-Maret
dengan puncaknya sekitar bulan Desember-Februari, disebabkan Monsun Dingin
Asia. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan April-September dengan
puncaknya sekitar bulan Juni-Agustus, disebabkan Monsun Dingin Australia.
Musim di Indonesia selain dipengaruhi oleh Monsun dan pengaruh lokal, juga
dipengaruhi oleh adanya fenomena global, diantaranya sirkulasi Hadley, sirkulasi
Walker, El Nino, La Nina, Indian Ocean Dipole dan lainnya (Fadholi, 2013).
Variasi cuaca dan iklim sangatlah perlu diperhatikan karena sebagian
wilayah Indonesia terletak di Belahan Bumi Utara dan sebagian di Belahan Bumi
Selatan. Musim hujan di Indonesia didefinisikan sebagai periode dengan jumlah
curah hujan 150 mm dalam sebulan, sedangkan musim kemarau didefinisikan
sebagai periode dengan jumlah curah hujan kurang dari 150 mm dalam sebulan
(BMG,2006 dalam Fadholi, 2013).
11
Meskipun musim hujan dan kemarau terjadi secara periodik, tetapi panjang
musim dan jumlah curah hujan untuk setiap musim tidaklah selalu sama. Kondisi
ini menunjukkan bahwa musim di wilayah Indonesia tidak hanya dibentuk oleh
monsun, tapi dibentuk juga oleh faktor lain yang berinteraksi dengan monsun
untuk membentuk musim tersebut (Sulistya et al., 2000 dalam Fadholi, 2013).
Faktor tersebut bisa jadi merupakan fenomena global, yaitu El Nino dan Indian
Ocean Dipole
3.2.3 Indian Ocean Dipole (IOD)
Terjadi penyimpangan iklim yang dihasilkan oleh interaksi laut dan
atmosfer di Samudera Hindia di sekitar khatulistiwa yang disebut dengan IOD
(Indian Ocean Dipole). Interaksi tersebut menghasilkan tekanan tinggi di
Samudera Hindia bagian Timur (bagian Selatan Jawa dan Barat Sumatra) yang
menimbulkan aliran massa udara yang berhembus ke Barat. Hembusan angin ini
akan mendorong massa air di depannya dan mengangkat massa air dari bawah ke
permukaan. Akibatnya, SPL di sekitar pantai Selatan Jawa dan pantai Barat
Sumatera akan mengalami penurunan yang cukup drastis, sementara di dekat
pantai timur Afrika tejadi kenaikan suhu permukaan laut (Kailaku, 2009 dalam
Fadholi, 2013).
Indian Ocean Dipole (IOD) adalah kondisi interaksi laut-atmosfer yang
terjadi di samudera hindia tropis. Selama fenomena IOD positif, suhu permukaan
laut secara anomali menghangat di Samudera Hindia barat, sedangkan di bagian
timur lebih dingin dari normalnya (Saji et al. 1999; Yamagata et al. 2004 dalam
12
Fadholi, 2013). Perubahan pada suhu permukaan laut selama IOD terjadi terkait
dengan perubahan medan angin di tengah samudera Hindia ekuator. Sehingga
angin bergerak berlawanan dari biasanya barat ke timur selama IOD positif.
Selain itu, proses konveksi yang biasanya terjadi di atas Samudera Hindia bagian
timur yang menghangat bergerak ke arah barat. Hasil dari kondisi tersebut adalah
hujan lebat di Afrika bagian timur dan meninggalkan wilayah Indonesia dengan
sedikit hujan (Bahera et al., 2005 dalam Fadholi, 2013), yang kemudian diikuti
dengan kekeringan dan hutan yang terbakar. Fosil koral dari pantai Sumatera
mencatat fenomena IOD beberapa kali di Holocene. Kondisi IOD mempengaruhi
konveksi di Indonesia dan curah hujan regionalnya (Yulihastin, 2009 dalam
Fadholi, 2013).
3.2.4 El-Nino dan La Nina
El-Nino adalah kejadian iklim di mana terjadi penurunan jumlah dan
intensitas curah hujan akibat naiknya suhu permukaan laut di wilayah Samudra
Pasifik Selatan yang mendorong mengalirnya massa uap air di wilayah Indonesia
ke arah timur. Sebaliknya, La-Nina adalah kejadian iklim di mana terjadi
peningkatan jumlah dan intensitas curah hujan hingga memasuki musim kemarau
akibat penurunan suhu permukaan laut di wilayah Samudra Pasifik Selatan yang
memperkaya massa uap air di wilayah Indonesia (Nurdin, 2011).
Hasil penelitian Boer dan Subbiah (2005) dalam Nurdin (2011), melaporkan
bahwa sejak tahun 1844 hingga 2009 masing-masing telah terjadi 47 dan 38 kali
peristiwa El-Nino dan La-Nina yang menimbulkan kekeringan dan banjir
13
bekerja
menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun
permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat
merupakan perairan tawar, payau maupun laut. Di negara-negara berkembang
seperti di Asia Tenggara atau di Afrika, masih banyak nelayan yang menggunakan
peralatan yang sederhana dalam menangkap objek tangkapannya. Nelayan di
negara-negara maju biasanya menggunakan peralatan modern dan kapal yang
besar yang dilengkapi teknologi canggih (Putri, 2014).
14
15
16
lebih banyak karena didukung oleh ketersediaan pakan rumput yang cukup
banyak. Sebaliknya, selama musim jelek masa kemarau panjang, Suku Masaai
tersebut biasanya selain mengonsumsi susu juga mengonsumsi daging karena
produksi susu tidak memadai (Iskandar, 2009).
Berbeda dengan adaptasi fisiologi dan tingkah laku, adaptasi kebudayaan
dapat didefinisikan sebagai suatu strategi penanggulan yang diupayakan manusia
dalam kehidupannya untuk merespon perubahan lingkungan maupun perubahan
sosial. Misalnya, komunitas Punan di Kalimantan Timur yang hidupnya sebagai
pemburu dan peramu yang biasa hidup di hutan. Untuk menghindari bahaya
kekurangan pangan, mereka mengadaptasikan diri terhadap persediaan makan di
lingkungannya, misalnya, ketika musim buah-buahan hutan dan banyak binatang
buruan di hutan, maka, mereka banyak mengonsumsi bahan pangan buah-buahan
hutan dan daging binatang buruan, serta hasil umbi-umbian. Namun, ketika
musim kemarau, sedikit buah-buahan hutan dan satwa liar, mereka biasanya akan
mencari sagu hutan untuk bahan pangannya, serta mencari jenis-jenis ikan di
sungai untuk lauk pauknya (Iskandar, 2009).
Sebagai suatu proses perubahan, adaptasi dapat berakhir dengan sesuatu
yang diharapkan atau tidak diharapkan. Oleh karenanya, adaptasi merupakan
suatu sistem interaksi yang berlangsung terus antara manusia dengan manusia, dan
antara manusia dengan ekosistemnya. Dengan demikian, tingkah laku manusia
dapat mengubah suatu lingkungan atau sebaliknya, lingkungan yang berubah
memerlukan suatu adaptasi yang selalu dapat diperbaharuhi agar manusia dapat
17
BAB IV
METODE PENELITIAN
18
19
apabila dia tidak melaut pada saat cuaca buruk. Secara teknologi, nelayan akan
mencari teknologi yang lebih canggih untuk digunakan pada saat melaut.
Teknik analisis data dilakukan sejak awal pengumpulan data. Hasil
wawancara mendalam dengan teknik wawancara semi terstruktur dan pengamatan
disajikan dalam bentuk catatan harian yang dianalisis sejak pertama kali datang ke
lapangan dan berlangsung terus menerus yang terdiri dari pengumpulan data,
analisis data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisis
data primer dan sekunder mengacu pada pendapat Miles dan Huberman (1992)
dalam Lekatompessy, et al. (2013), dimana data diolah dengan melakukan tiga
tahapan kegiatan dan dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan melalui verifikasi data.
20
DAFTAR PUSTAKA
Fadholi, Akhmad. 2013. Studi Dampak El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD)
Terhadap Curah Hujan Di Pangkalpinang. Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol
11(1):43 50
Helmi, Alfian Dan Arif Satria. 2012. Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap
Perubahan Ekologis. Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 16, No. 1
Iskandar,
Johan.
2009.
Berkelanjutan.Program
Ekologi
Manusia
dan
Pembangunan
Padjajaran.
Lekatompessy Hendri Stenli, M. Natsir Nessa Dan Andi Adri Arief. 2013.
Strategi Adaptasi Nelayan Pulau-Pulau Kecil Terhadap Perubahan Ekologis.
Jurnal kelautan Dan Perikanan
Media
Pesona
Cidaun.
2015
Profil
Http://Mediapesonacidaun.Blogspot.Com/P/Blog-Page_154.Html
Cidaun.
Diakses
21
Putri, Yohananda Eka. 2014. Pengaruh Pencemaran Air Laut Terhadap Kaum
Nelayan Dan Lingkungan Sekitar Pantai. Makalah, Fakultas Ilmu
Pendidikan: Universitas Negeri Malang
Zid, Muhammad. 2011. Fenomena Strategi Nafkah Keluarga Nelayan: Adaptasi
Ekologis Di Cikahuripan-Cisolok, Sukabumi. Jurnal Sosialita Vol. 9 No. 1
Juni 2011, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
22
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Pertanyaan
1. Sejak kapan Anda menjadi nelayan lobster?
2. Apakah Anda mengetahui sejarah adanya mata pencaharian nelayan
Lobster di Pantai Jayanti ini?
3. Kapan biasanya Anda melaut? Bagaimana kalender melaut Anda?
4. Apa yang Anda gunakan untuk menangkap lobster?
5. Apakah Anda menjadi pemilik perahu dan peralatan penangkap lobster
6.
7.
8.
9.
tertentu?
10. Apakah Anda sering mencari tahu atau diberikan informasi mengenai
keadaan iklim saat ini berdasarkan fakta ilmiah yang dikeluarkan
kelembagaan berwenang atau informasi dari media elektronik atau media
cetak?
11. Bagaimana perubahan iklim yang Anda rasakan saat ini berkaitan dengan
aktivitas melaut?
12. Apakah Anda mengetahui tentang anomali iklim?
a. Jika ya, anomali seperti apa yang Anda ketahui?
b. Kapan terjadinya anomali tersebut?
13. Apakah ada perbedaan terhadap hasil tangkapan lobster yang di dapat saat
terjadi anomali iklim dan tidak?
14. Saat iklim tidak seperti biasa untuk melaut, apa yang Anda lakukan?
15. Apakah Anda memiliki mata pencaharian lain?
a. Jika ya, apa pekerjaan tersebut?
b. Bagaimana melakukan aktivitasnya?
c. Apakah dipengaruhi oleh iklim juga?
d. Berapakah pendapat yang di dapat dari pekerjaan tersebut?
23
24