Anda di halaman 1dari 12

15

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Bab 3 Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
Kelompok XI

BAB 3
PERALATAN DAN PROSEDUR
PELAKSANAAN
3.1 Peralatan yang Digunakan
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini peralatan yang digunakan antara lain,
theodolit konvensional, theodolit digital, waterpass, statif, payung, rambu, alat tulis,
dan formulir.

3.1.1

Theodolit Digital

Theodolit terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian bawah, bagian tengah, dan bagian
atas. Bagian bawah terdiri dari skrup penyetel yang menyangga suatu tabung dan plat
yang berbentuk lingkaran. Bagian tengah terdiri dari suatu rambu yang dimasukkan
ke dalam tabung, dimana pada bagian bawah sumbu ini adalah sumbu tegak atau
sumbu pertama (S1). Di atas S1 diletakkan lagi plat yang berbentuk lingkaran yang
berjari-jari lebih kecil daripada jari-jari plat bagian bawah. Pada dua tempat di tepi
lingkaran dibuat alat pembaca yang disebut nonius (N0). Suatu nivo diletakkan pada
atas plat nonius untuk membuat sumbu tegak lurus. Bagian atas terdiri dari sumbu
mendatar atau sumbu kedua (S2), pada S2 diletakkan plat berbentuk lingkaran dan
dilengkapi skala untuk pembacaan skala lingkaran. Pada lingkaran tegak ini di
tempatkan kedua nonius pada penyangga S2.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada dua perbedaan antara lingkaran mendatar
dengan lingkaran vertikal. Untuk skala mendatar titik harus ikut berputar bila
teropong diputar pada S1 dan lingkaran berguna untuk membaca skala sudut
mendatar. Sedangkan lingkaran berskala vertikal baru akan berputar bila teropong
diputar terhadap S2. Pembacaan ini digunakan untuk mengetahui sudut miring.

Cara penggunaan theodolit digital :

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Bab 3 Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
Kelompok XI

16

1. Cara seting optis


a. Alat diletakkan di atas patok, paku payung terlihat pada lensa teropong untuk
centering optis.
b. Pengunci kaki statif dikendurkan, kaki statif ditancapkan ke tanah dan dikunci
atau di kencangkan lagi.
c. Gelembung nivo diatur berada tepat pada tengah lingkaran.
d. Mengatur salah satu nivo tabung dengan mengatur sekrup pengatur nivo.
e. Mengatur nivo tabung yang lain.
f. Mengatur nivo teropong dengan sekrup pengatur nivo teropong.
2. Cara penggunaan alat
a. Memasukkan baterai ke dalam tempatnya kemudian melakukan centering optis
ke atas.
b. Menghidupkan display dan atur sesuai keperluan.
c. Untuk membaca sudut mendatar, arahkan teropong pada titik yang dikehendaki
kemudian membaca pada display.
d. Untuk membaca sudut vertikal, teropong diarahkan secara vertikal dan
kemudian dibaca pada display.

Gambar 3.1. Theodolit Digital

Keterangan gambar theodolit digital ( DT 20 ES ) :


1. Nivo kotak
2. Klem pengunci
3. Penggerak halus
4. Tempat battery
5. Klem pengunci lingkaran horisontal
6. Penggerak halus lingkaran horisontal
7. Klem pengatur nivo tabung

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Bab 3 Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
Kelompok XI

17

8. Handle / pembawa
9. Lensa okuler
10. Klem pengatur fokus benang
11. Tombol ON / OFF
12. Nivo tabung
13. Display
14. Keyboard ( papan tombol )
15. Plat dasar
3.1.2

Theodolit 0 (T0)

Pada dasarnya alat theodolit konvensional sama dengan theodolit digital, hanya pada
alat ini pembacaan sudut azimuth dan sudut zenith dilakukan secara manual.
Theodolit 0 (T0) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah, dan
bagian bawah. Bagian bawah terdiri atas sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung,
di atasnya terdapat alat pembaca nonius. Di tepi lingkaran terdapat alat pembaca
nonius. Bagian atas terdiri dari bagian mendatar. Di atasnya terdapat teropong
dilengkapi dengan sekrup-sekrup pengatur fokus dan garis-garis bidik diagfragma.
Cara penggunaan theodolit 0 (T0) :
1. Alat dipasang di atas patok. Untuk mengetahui as pesawat tepat di atas patok atau
belum, digunakan pendulum dan diusahakan ketelitiannya 3 mm. Jika alat belum
tepat di atas patok, maka perlu digeser sehingga pendulum tepat berada di atas
patok.
2. Sebelum digunakan alat diatur sedemikian rupa sehingga alat berada dalam posisi
mendatar. Pengaturan dilakukan dengan bantuan sekrup pengatur instrumen dan
nivo kotak. Setelah dilakukan pengaturan dengan tepat, alat dapat digunakan.

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Bab 3 Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
Kelompok XI

18

Gambar 3.2. Theodolit Konvensional ( T0 )

Keterangan gambar theodolit 0 (T0) :


1. Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya
2. Ring pengatur lensa tengah
3. Pengatur fokus benang silang
4. Alat baca lingkaran vertikal/horisontal
5. Lensa obyektif
6. Klem vertikal teropong
7. Penggerak halus teropong
8. Klem alhidade horisontal
9. Penggerak halus horisontal
10. Nivo kotak alhidade horisontal
11. Plat dasar instrumen
12. Nivo tabung alhidade horisontal
3.1.3

Waterpass

Waterpass digunakan untuk mengukur beda tinggi suatu titik di atas permukaan
bumi. Bagian-bagiannya antara lain :
a. lensa teropong
b. cermin
c. nivo
d. alat penggerak halus
Waterpass terdiri atas dua lensa, yaitu lensa obyektif dan lensa okuler. Di samping itu
terdapat lensa pembalik yang membuat jalannya sinar dari obyek ke pengamat lurus.
Fungsi cermin dipakai untuk mengawasi nivo oleh pengamat sambil mengarahkan

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Bab 3 Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
Kelompok XI

19

teropong ke obyek yang dituju. Untuk mengontrol posisi pesawat apakah sudah datar
atau belum digunakan nivo. Sedangkan untuk mengatur teropong sehingga
pembacaan titik menjadi jelas digunakan alat penggerak halus.

Gambar 3.3. Waterpass

Keterangan gambar waterpass :


1. Sekrup penggerak lensa teropong
2. Lensa okuler
3. Cermin pemantul bidang nivo tabung
4. Nivo tabung
5. Sekrup penyetel
6. Klem pengunci
7. Penyetel arah sudut
8. Lensa obyektif
3.1.4 Rambu

Gambar 3.4. Rambu

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Bab 3 Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
Kelompok XI

20

Bentuk rambu mirip dengan mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan skala
pembacaan tiap satu sentimeter dan skala besarnya merupakan huruf E. Panjang
rambu adalah tiga meter. Bahan rambu ada yang dari kayu maupun alumunium.
Rambu berguna untuk membantu theodolit dalam menentukan jarak secara optis. Hal
yang perlu diperhatikan adalah dalam memegang rambu harus tegak lurus terhadap
titik yang ditinjau.
3.1.5 Patok Kayu

Gambar 3.5. Patok Kayu


Patok kayu dibuat dari reng atau bujur sangkar dan panjangnya 90 centimeter
yang salah satu ujungnya diruncingkan dan di ujung lainnya di beri paku payung agar
pembacaan nonius lebih akurat.
3.1.6

Payung

Gambar 3.6. Payung


Payung digunakan untuk melindungi theodolit dari sinar matahari dan hujan.
Sebaiknya payung tersebut bukan terbuat dari bahan logam.

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Bab 3 Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
Kelompok XI

3.1.7

21

Pendulum

Gambar 3.7. Pendulum


Alat ini digunakan untuk membantu dalam meletakkan alat dalam kondisi tegak lurus
terhadap titik yang ditinjau. Karena salah satu syarat utama dalam pengukuran sudut
adalah sumbu vertikal harus tegak lurus sumbu horisontal. Untuk peralatan modern
pendulum diganti dengan cara optis dengan bantuan teropong.
3.1.8 Roll Meter

Gambar 3.8. Roll Meter


Alat ini digunakan untuk mengukur jarak antar titik dan juga untuk mengukur tinggi
alat. Roll Meter yang dipergunakan ini mempunyai panjang 50 m.

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Bab 3 Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
Kelompok XI

3.2

Prosedur Pelaksanaan

3.2.1

Pengukuran Poligon sebagai Kerangka Peta

22

Untuk membuat peta situasi cukup menggunakan titik pasti yang telah diketahui dari
jaring triangulasi. Jika titik pasti terlalu jauh, maka dapat diperbanyak dengan
poligon mengikat ke muka atau ke belakang.
a. Penentuan Titik Poligon
Dalam penentuan titik-titik poligon dimulai dari titik-titik pasti yang telah diketahui
koordinatnya, titik pasti ditandai dengan adanya patok beton dengan jarak yang
paling dekat. Apabila tidak ada titik pasti maka titik lain ditentukan dengan kriteria :
1. Jarak antara titik pasti tidak terlalu dekat atau tidak terlalu jauh sehingga jika
dilakukan pendetailan di seluruh lokasi dapat digambar.
2. Antara titik yang satu dengan yang lainnya dapat saling terlihat.
3. Jumlah titik tidak terlalu banyak agar mengurangi kesalahan.
b. Pengukuran Sudut Horisontal
Alat yang digunakan adalah theodolit, sebelum digunakan kunci magnet dibuka dan
setelah nonius diam baru ditutup. Pada pembacaan sudut horisontal dilihat dari
nonius I yang bisa langsung dikontrol pada nonius II dengan selisih 180o. Pada
pelaksanaan hanya nonius I yang dibaca atau diadakan dua kali pembacaan kemudian
dirata-rata. Sudut dalam () adalah belakang-muka. Pembacaan sudut dengan
mengatur skala/magnet agar strip-strip skala sudut membentuk garis lurus.
Pembacaan nonius I dari kiri bawah ke kanan atas dengan selisih 180o dengan satu
strip mewakili 1o.

23

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Bab 3 Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
Kelompok XI

Contoh sudut azimuth :


Sebelum diatur
240

230

60

50

Setelah diatur

45

40

240

230

60

50

Sudut azimuth : 56 42 30
Gambar 3.9. Contoh Pembacaan Sudut Azimuth Sebelum dan Setelah Diatur
Contoh sudut zenith :
88

89

90

90

89

88

Sudut zenith : 89 15
Gambar 3.10. Contoh Pembacaan Sudut Zenith

24

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Bab 3 Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
Kelompok XI

c. Pengukuran Jarak Secara Optis


Pada pengukuran secara optis digunakan theodolit dan rambu. Caranya rambu
didirikan secara tegak lurus lalu dibidik dengan pesawat DT 20 ES. Setelah besaran
yang dibidik terlihat tajam, dicatat benang atas, benang bawah, dan benang tengah.
Setelah itu jarak mendatar dihitung dengan cara sebagai berikut :

BA
BT
D'

Hb

?h

m
?H
i
Ha
D

Gambar 3.11. Pengukuran Jarak Secara Optis


Keterangan :

D = 100 (BA BB) sin z


D = D sin z
= 100 (BA BB) sin z
h = D sin m
= 100 (BA-BB) sin z . sin m
= 100 (BA-BB) cos m . sin m
= . 100 (BA-BB) sin 2 m
H = h + i BT
Hb = Ha + H
keterangan :

BB

= jarak mendatar

= jarak optis

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Bab 3 Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
Kelompok XI

BA

= benang atas

BT

= benang tengah

BB

= benang bawah

= sudut miring

= sudut zenith

= tinggi alat

= beda tinggi T0 ke BT rambu

= beda tinggi elevasi A dan B

Ha

= elevasi A

Hb

= elevasi B

25

Pembacaan zenith dapat dibaca pada teropong zenith, cara membacanya adalah
dimulai dari angka kiri atas ke angka yang sama dengan jarak terdekat pada kanan
bawah. Satu grid mewakili 10 menit.
3.2.2 Pengukuran Kerangka Vertikal
Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah ini pengukuran beda tinggi dilakukan dengan cara:
a. Trigonometri
Beda tinggi antara dua titik diperoleh setelah dilakukan pengukuran jarak mendatar,
sudut helling, tinggi alat, dan benang tengah. Cara trigonometris dipengaruhi oleh
suatu kelembaban sehingga menyababkan cahaya dari titik A ke B mengalami
refleksi.
b. Dengan Pengukuran Sipat Datar
Alat yang digunakan adalah waterpass, rambu, dan payung. Alat didirikan di tengahtengah antara titik A dan B dan rambu didirikan di masing-masing titik. Kemudian
alat dibidik ke muka dan ke belakang kemudian dicatat bacaan masing-masing
benang. Setelah itu dilakukan cara yang sama dengan mengganti ketinggian alat.
3.2.3

Pengukuran Titik Detail

a. Cara Pengukuran

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Bab 3 Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
Kelompok XI

26

Pengukuran titik detail dilakukan dengan cara memancar, yaitu pada tiap titik
pesawat ditembakkan ke arah kelipatan 45o. Pada tiap garis diambil beberapa titik
untuk penggambaran peta.
b. Data yang Diukur
Data yang harus diukur antara lain adalah jarak tiap titik detail dengan titik poligon
tempat alat didirikan, ketinggian alat, dan sketsa lokasi pengambilan titik detail.
c. Pengukuran Beda Tinggi dengan Waterpass
Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan cara mendirikan alat pada titik poligon dan
mengarahkan ke titik poligon yang lainnya. Pembacaan dilakukan dua kali dengan
mengubah ketinggian alat dan dilakukan pengukuran pergi dan pengukuran pulang.

Anda mungkin juga menyukai