Anda di halaman 1dari 6

LAMENTASI JUM'AT AGUNG

Oleh: Fransiskus Borgias M.


Aku mau, pada pagi hari ini, sebelum jalan salib, mengadakan ibadat Lamentasi. Tetapi itu
tidak mungkin aku lakukan karena hal itu tidak banyak dikenal umat. Maka saya mau
mengadakan ibadat lamentasi itu dengan mencoba menuliskan sesuatu tentang hal ini di
Blog dan Facebook saya. Inti Ibadat Lamentasi itu sesungguhnya ada tiga. Pertama,
mengenang sengsara Tuhan kita Yesus Kristus. Pekan Suci juga dikenal dengan sebutan
lainyaitu Pekan Sengsara, sebab dalam seluruh pekan ini kita diajak oleh bunda Gereja
untuk mengenangkan sengsara Tuhan. Kedua, sesungguhnya dengan mengenang, gereja
sekaligus juga mengundang kita semua untuk ikut serta merasakan sedikit pedih dan
perihnya sengsara Tuhan itu. Yang pertama, saya sebut saja memoria. Sedangkan yang
kedua, saya sebut saja partisipasi. Ketiga, dengan ibadat ini kita mengingatkan diri kita
sendiri akan dosa-dosa kita. Semoga akhirnya kita bisa menjadi sadar bahwa ternyata
dosa-dosa kita itu mempunyai efek yang sangat dahsyat jahat dan negerinya. Tidak hanya
dulu. Bahkan sekarang pun kebenaran itu tetap berlaku sama juga.
Tetapi bagaimana cara kita melakukan ibadat Lamentasi itu? Intinya adalah pengenangan
dramati dengan memainkan simbolisasi cahaya lilin yang dipadukan dengan syair-syair dan
nada-nada lagu ratapan (lamentasi). Dalam rangka itu harus ada atau dibuat sebuah kaki
lilin berbentuk segitiga. Pada masing-masing kedua sisi segitiga sama kali itu dipasang
enam buah lilin. Ada juga yang memasang duabelas lilin. Di puncaknya ada satu lilin utama.
Kalau bisa, lilin utama di puncak segitiga itu harus lebih besar. Jadi, jumlah total lilin bisa 13
atau 25. Sebaiknya 13 saja, sebab itu menggambarkan jumlah dari pada murid bersama
Yesus. Tetapi kalau 25 itulah kelipatan dari jumlah duabelas murid. Waktu pemadaman lilin
biasanya yang berjumlah 25 lilin ini dipadamkan dua-dua.
Seperti sudah dikatakan sebelumnya, seluruh upacara adalah terdiri atas nyanyiannyanyian. Ada refrain utama ulangan yang diselingi dengan ayat-ayat. Setiap sesudah ayatayat tertentu satu atau dua lilin dipadamkan. Itu adalah simbol dari perginya para murid
satu per satu, meninggalkan Yesus sendirian dalam duka, derita, sengsara dan mautNya.
Bahkan si murid yang ditunjuk sebagai batu karang pun akhirnya menyangkal Yesus juga.
Dramatisasi pemadaman ini diharapkan mengingatkan kita akan diri kita sendiri yang selalu
ada kemungkinan untuk tidak setia pada iman, setia pada tuhan kita Yesus Kristus. Selalu
ada kemungkinan yang sangat nyata bagi kita untuk berdosa dan dengan itu kita
menjauhkan diri dari Tuhan.
Setelah semua lilin samping dipadamkan semua ayat lamentasi pun sudah selesai. Dengan
itu upacara lamentasi juga selesai. Lilin di puncak segitiga itu dibiarkan bernyala sendirian
dan itu melambangkan Tuhan Yesus yang mencoba berkanjang dan berjuang di dalam
penderitaan dan kesusahanNya. Ya, kita semua tahu bahwa Yesus sendirian di taman
Getsemani, menanggung duka dan deritaNya. Itulah yang mau dipentaskan dengan lilin
yang bernyala sendirian itu. Lilin itu baru dipadamkan di luar upacara, alias setelah upacara
itu selesai.

IBADAT LAMENTASI (RATAPAN YEREMIA)


March 13, 2010 at 11:35am

Pertanyaan umat :
mohon saya mendapat tambahan info/penjelasan historis perihal 'Ibadat Lamentasi' atau 'Ratapan
Yeremia' yang akan dilaksanakan di paroki kami dalam masa pekan suci, guna menambah
wawasan kepada umat. Terima kasih."

PENCERAHAN DARI AWAM BP. AGUS SYAWAL YUDHISTIRA :


Yang dimaksud di sini adalah perayaan Tenebrae pada umumnya Sabtu Suci dini hari.
Ini adalah perayaan yang sangat dramatis. Pada dasarnya ini adalah perayaan dimana Matins dan
Lauda pada perayaan Ibadat Harian digabungkan menjadi satu.
Sebuah kandil dengan 9 lilin dinyalakan di tengah panti imam, semua pencahayaan lain
dimatikan.
Setiap satu bacaan, lilin dimatikan satu.
Setelah tinggal satu lilin, setelah bacaan terakhir, lilin yang menyala diambil dan disembunyikan
sehingga seluruh gereja gelap gulita dan dalam keheningan.... See More
Setelah itu lilin dibawa kembali, melambangkan harapan. Umat membubarkan diri dalam
kegelapan dan keheningan.
Saya tahu Ordo Pengkotbah (Dominikan) masih kerap merayakan Tenebrae ini.
Ini bisa juga dirayakan di tingkat paroki dan katedral.
Ini link dari New Liturgical Movement, ada pdf perayaan tenebrae yang diayakan di katedral st.
louis tahun 2009 kemarin.
Pada masa pre-vatikan II, Ibadat harian Jumat Agung dan Sabtu Suci untuk Matins dan Lauda
dijadikan satu dengan 14 dan dirayakan sebagai Tenebrae. 15 lilin digunakan seperti yang saya
tuliskan di atas.
Namun dalam Ibadat Harian yang diperbaharui setelah Konsili Vatikan II, tidak ada ofisi dengan
struktur khusus ... See Moreuntuk tri-hari suci. Kalau mau dilakukan layaknya Tenebrae, bisa
disisipkan mazmur tambahan untuk memperpanjang Ibadat Bacaan. Atau, sekalian saja
menggunakan ibadat Tenebrae pre-Vatikan II. Apa yang digunakan di St. Louis menggunakan
Ibadat Harian yang baru (Pasca Konsili Vatikan II) dengan penyesuaian pada Ibadat Bacaan.
Baru saya baca lagi apa yang saya tulis karena kemarin buru-buru. Ternyata link yang saya
janjikan tidak saya sertakan.

Untuk deskripsi bagaimana Tenebrae dirayakan:


http://www.newliturgicalmovement.org/2007/04/christus-factus-est-tenebrae-at-mater.html
... See More
Untuk perayaan di Katedral Basilika St. Louis:
http://www.newliturgicalmovement.org/2009/03/tenebrae-service-in-full-englishlatin.html
Liputan perayaan Tenebrae oleh para Dominikan di Oxford:
http://www.newliturgicalmovement.org/2009/04/tenebrae-at-blackfriars-oxford.html
Tenebrae di St. John Cantius:
http://www.newliturgicalmovement.org/2009/04/tenebrae-and-holy-thursday-st-john.html
PENCERAHAN DARI PASTOR BERNARD RAHAWARIN PR:

Kata 'lamentasi' mengandung makna: ekspresi kesakitan yg menekan dan sangat mengganggu.
Hali ini memang sejalan dengan apa yang terkandung dalam Ratapan Yeremia.
terima kasih bung Agus.... telah bantu mencerahkan tema ini. Sekarang saya jadi makin yakin
dengan apa yg sy duga sebelumnya, yakni ibadat Lamentasi ini merupakan jenis ibadat yang
dikembangkan oleh ordo/kongregasi tertentu sebagai salah satu ekspresi dari kharisma yg unik
dari ordo/kongregasi yg bersangkutan. Dan hal ini tersebar di tengah kaum beriman berkat misi
ordo/kongregasi itu di tengah2 dunia.

Lamentasi

Dalam tradisi gereja katolik Lamentasi merupakan


bagian yang tidak terpisahkan dari perayaan pekan suci dan masa puasa. Lamentasi dari
segi usia hampir setua usai gereja dan menajadi sebuah tradisi iman yang tidak dapat
dihilangkan. Lamentasi merupakan tradisi tentang sejarah kejatuhan manusia dalam dosa,
penyesalan dan tobat sekaligus tradisi keselamatan.
LAMENTASI adalah sebuah tradisi tua yang tumbuh dan berkembang dalam tradisi Yahudi
dan Perjanjian Lama. Lamentasi dalam tradisi Yahudi mempunyai makna sangat
mendalam: satu ungkapan penyesalan atas keruntuhan TEMBOK Yerusalem oleh
musuh-musuh Israel yang merupakan simbol pelindung yang kokoh dalam kehidupan
mereka. (Bdk Luk. 21:20-24). Peristiwa ini melambangkan runtuhnya kekuasaan Yahwe
pada Israel. Yahwe kecewa dengan sikap bangsa Israel yang tidak setia kepada-Nya. Lebih
dari itu Israel meratapi kenyataan hidup mereka sekaligs penyesalan atas peristiwa
runtuhnya Bait Allah yang menjadi pusat seluruh kehidupan doa dan iman mereka. Mereka
kehilangan arah dan fokus kehidupan doa dan iman. Mereka harus menjadi orang-orang
buangan dan menjadi anak-anak yatim piatu di daerah pengasingan. Mereka merasa
bahwa Allah telah meninggalkan mereka dan tidak peduli dengan penderitaan mereka di
tanah pembuangan.
Keagungan dan kebesaran Israel sebagai bangsa pilihan Allah hanya kenangan yang
tersisa yang membawa mereka kepada suatu harapan baru bahwa Yahwe membebaskan
mereka dan menjadi orang-orang merdeka dan kembali ke tanah kelahiran mereka.
Sesungguhnya bangsa Israel sendiri pergi meninggalkan Allah dan menyembah dewadewa buatan mereka. Kedua sebagai ungkapan tobat sekaligus momen relektif Israel
sebagai suatu bangsa pilihan telah menjadi tidak setia, hidup teidak sesuai dengan
hkehdndak Yahwe dan penrgi meninggalkan Yahwe pemimpin utama mereka. Karena
ketidaksetiaan ini menyebabkan putussnya hubungan mereka dengan Yahwe. Hidup
mereka penuh dengan penderitaan. Hal ini menjadi suatu titik awal mereka untuk sadar dan

bertobat serta menyesal terhadap segal ketidak setiaan dan dosa-dosa mereka.
Dalam penjanjian baru lamentasi mempunyai hubungan sangat mendalam dengan kisah
sengsara Tuhan Yesus Kristus yang dimulai dari Taman Geztmani hingga Golgata. Dalam
kisah ini Yesus mengajak Kita untuk setia bersam-Nya dalam doa dan berjaga bersamaNya dalam pergulatan maut yang dihadapi-Nya saat-saat terakhir hidup-Nya sebelum
ditangkap para musuh-Nya dan disalibkan. Dalam situasi ini Yesus sebagai manusia
merasa tidak mampu menghadapi kenyataan sangat tragis dalam hidup-Nya dan meminta
paara murid-Nya untuk setia berjaga bersama-Nya. Tidak sanggupkah kamu jaga bersama
aku satu jam saja ? Namun para murid yang adalah wakil dari kita semua adalah orangorang yang tidak setia dan pergi meninggalkan Yesus seorang diri satu persatu dan bahkan
menyangkal Yesus sebagaimana yan dilakukan Petrus di hadapan seorang wanita di istana
Pilatus. (Bdk Luk. 22:54-62).
Marilah kita menjadi manusia yang setia dalam merenungkan dan mengambil bagian dalam
kisah sengsara dan penderitaan Yesus dan Penderitaan kita masing-masing dalam
kekuatan doa dan mati raga
Sumber : http://panpas09.blogspot.com/2009/03/lamentasi.html

Anda mungkin juga menyukai