STUDI GEOLOGI
Hukum Newton I
F=Gx
m1 .m2
r2
Hukum Newton II
F=mxa
Dimana :
F = gaya tarik menarik antara 2 massa m1 dan m2
G = konstanta gravitasi
R = jarak
A = percepatan
Mengalami rotasi
Perbedaan nilai percepatan gravitasi antara dua titik dimuka bumi
bermacam-macam, ada yang hanya kecil (kurang dari 0,1 mgal). Untuk itu dalam
Lintang
Elevasi
Topografi
Densitas batuan
Guna penyelidikan metode gravitasi adalah untuk mengetahui besarnya
Alat (gravimeter)
Medan (topografi)
Kondisi geologi
Vegetasi
Kelembaban
Kesampaian daerah
Waktu
Kalibrasi alat
Semua pembacaan alat gravimeter adalah dalam pembagian skala arbitrer.
Kalibrasi perlu dilakukan untuk mengkorversikan pembacaan alat tersebut
kedalam satuan miligal. Kalibrasi umumnya dilakukan dengan melakukan
pengukuran menggunakan alat gravimeter pada dua titik yang telah
diketahui nilai gravitasi relatif atau absolutnya.
Gambar 2.1.
Diagram Alur Pengolahan Data Gravitasi
(Kearey, P & Brooks, M, 1991)
titik amat, kecepatan bumi dan yang lainnya yang mengakibatkan intepretasi
geologi tidak relevan lagi. Untuk menghitung perbedaan harga pembacaan medan
gravitasi (anomali bouger) maka data lapangan harus dikoreksi lagi antara lain :
1. Gaya berat normal
2. Koreksi udara bebas
3. Koreksi bouger (bouger correction)
4. Koreksi medan (terrain correction)
5. Koreksi pasang surut (tidal correction)
6. Koreksi drift (drift correction)
7. Anomali bouger
Gambar 2.2.
Contoh Peta Anomaly Bouger Gunung Wind River, Wyoming
(Billings, P.M., 1986)
Koreksi waktu
Koreksi dasar
10
Gambar 2.3.
Contoh Peta Anomaly Magnetic Zona Rekah Murray,
Samudra Pasifik Timur
(Billings, P.M., 1986)
Gambar 2.4.
Sistem Dasar Metode Seismik
(Billings, P.M., 1986)
11
Sistem dasar metode seismik dapat dilihat pada gambar 2.4. suatu sumber
getar (source) akan menghasilkan gelombang seismik, yang bila mengenai suatu
permukaan akan dipantulkan atau dibiaskan atau sebagian dipantulkan dan
sebagian dibiaskan. Suatu alat penerima (receiver) akan merekam waktu yang
dibutuhkan gelombang tersebut untuk merambat dari sumber getar ke penerima.
Berdasarkan travel time tersebut dapat ditentukan kecepatan gelombang ketika
melalui lapisan batuan. Kecepatan ini tergantung pada lithologi, umur, kedalaman,
densitas, porositas, kandungan fluida dan lain-lain.
Intepretasi seismik dalam eksplorasi minyak dan gas bumi, adalah untuk
menentukan ketebalan suatu lapisan batuan, struktur geologi, stratigrafi dan
penyebaran lapisan batuan, yang akhirnya dipergunakan untuk menggambarkan
struktur bawah permukaan dalam bentuk peta struktur (structure map) dan peta
ketebalan (isopach map atau isocohron map).
12
- Umur batuan
Gelombang kompresi
Gelombang partikel yang berasosiasi dengan gelombang ini adalah
merapat dan meregangnya jarak antar partikel. Arah pergerakan partikel
selalu searah dengan arah penjalaran gelombang. Gelombang kompresi
mempunyai kecepatan rambat gelombang terbesar dibanding dengan
gelombang elastik lainnya. Gelombang kompresi dapat merambat pada
segala media. Dalam operasi gelombang ini disebut sebagai gelombang
primer atau gelombang longitudinal.
Gelombang shear
Partikel pada gelombang shear bergerak tegak lurus terhadap arah
penjalaran gelombang. Gelombang ini disebut juga gelombang sekunder
atau gelombang transversal.
Gelombang Raleigh
Gelombang ini hanya bergerak pada permukaan bidang batas material
padat. Gerakan partikel selalu pada bidang vertikal, bersifat elip dan
berlawanan arah dengan arah penjalaran gelombang. Amplitudo
gelombang ini akan turun secara eksponensial sesuai dengan kedalaman.
Gelombang relaigh berperan sebagai ground roll, yaitu salah satu jenis
gelombang pengganggu didalam operasi seismik dilapangan.
Gelombang love
Gelombang ini merambat didekat permukaan bumi, dan hanya teramati
jika ada kontak antara lapisan berkecepatan rendah dan lapisan
berkecepatan tinggi. Gerakan partikel selalu horizontal dan bersifat
13
14
d. Recorder
Recorder menerima sinyal listrik yang bervariasi dari geophone, dan
menyimpan informasi tersebut dalam bentuk seismogram, yaitu diagram
yang menunjukkan variasi amplitudo terhadap waktu. Sejak tahun 1960-an
alat perekam telah menggunakan teknologi komputer.
Kegiatan surveying
Kegiatan ini bertujuan mempersiapkan daerah telitian bagi survei lintasan
untuk membuat rintisan line seismik. Penyelidikan seismik ini
memerlukan penetuan koordinat dan elevasi dari posisi setiap titik tembak
secara tepat. Dengan demikian posisi lintasan dan titik tembak dapat
digambarkan dalam peta.
Kegiatan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
- pembuatan lintasan, rintis, bridging dan step
- pembuatan bench mark
- penempatan titik tembak dan interval group geophone
- pengukuran topografi, elevasi, kordinat dan pembuatan peta
Regu rintis bertugas membuat lintasan seismik dan menentukan patokpatok titik tembak (shoot point) serta interval group geophone.
Bila melalui sungai, rawa mereka perlu membangun asteps dan step
ladder. Kadang-kadang diperlukan pula membangun helipad.
Regu survei topografi bertugas :
- Mengukur elevasi dan koordinat patok-patok titik tembak.
- Mengukur interval group geophone.
- Memasang pengukur bench mark.
- Memasang plat aluminium pada pohon ditiap-tiap lima titik tembak,
menurut nomor titik tembak bersangkutan.
15
Bench mark dengan besi cor beton, sengaja dipasang ditiap-tiap ujung
lintasan atau ditempat yang dikenal dengan mudah dilapangan, misalnya
ditepi sungai dan hampir umum terdapat disetiap intersection.
Sekarang ini dengan cara peletakan susunan geophone dan pola
penembakan tertentu (system mulfold) dapat kita peroleh posisi CDP
(Cammon Depth Point) yang artinya setiap titk pada satu bidang pantul
akan beberapa kali dilalui oleh gelombang seismik dengan sudut datang
yang berbeda-beda.
16
17
Gambar 2.5.
Beberapa Pola Spread Survey Seismik Refleksi
(Billings, P.M., 1986)
Proses pengambilan data yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 2.6.
suatu sumber getar diledakkan dalam lubang, getarannya ditangkap oleh geophone
dan dialirkan ke recorder yang menyimpannya dalam bentuk seismogram.
18
Gambar 2.6.
Ilustrasi Proses Pengambilan Data Lapangan
(Billings, P.M., 1986)
Gambar 2.7.
Contoh Hasil Seismogram
(Billings, P.M., 1986)
19
20
4. Seluruh garis seismik yang telah di trace, harga TWT (two way time) yang
didapatkan, diplot pada peta dasar lintasan seismik. Titik yang sama
nilainya dihubungkan dengan membentuk garis kontur.
Gejala-gejala adanya sesar dapat dikenali pada penampang seismik dengan
memperhatikan :
Ketidakmenerusan horizon
Lithologic log
Well log
Penetration rate
Synthetic Seismogram
21
Gambar 2.8.
Contoh Impedansi Akustik Relatif Dari Data Seismik
Tanpa Ikatan Data Sumur
(Courtesy of Pertamina, Raguwanti,R., 2004)
22
Gambar 2.9.
Contoh Impedansi Akustik Absolut Dari Data Seismik
Dengan Ikatan Data Sumur Well-01
(Courtesy of Pertamina, Raguwanti,R., 2004)
Gambar 2.10.
Contoh Intepretasi Horizon Seismik 3D
Top Formasi Baturaja
(Courtesy of Pertamina, Raguwanti,R., 2004)
23
Gambar 2.11.
Contoh Tie-Well To Seismic Terhadap Data Seismik
Sebagai Imput Pembuatan Model Geologi
(Courtesy of Pertamina, Raguwanti,R., 2004)
Gambar 2.12.
Contoh Model Geologi (Earth Model)
(Courtesy of Pertamina, Raguwanti,R., 2004)
2.2. Petrologi
Petrologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang batuan
pembentuk kulit bumi, yang mencangkup mengenai cara terjadinya, komposisi,
24
klasifikasi batuan tersebut dan hubungannnya dengan proses proses geologi dan
sejarah geologinya. Batuan sendiri didefinisikan sebagai masa yang terdiri dari
satu atau lebih macam mineral yang mempunyai komposisi kimia dan mineral
tertentu, yang membentuk satuan terkecil dari kulit bumi sehingga dengan jelas
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Dalam sejarah pembentukannya, batuan mengalami jentera batuan sebagai
berikut :
Gambar 2.13.
Jentera Batuan
(Pettijohn,F.J.,1957)
kumpulan
terlocking
agregat
mineral-mineral
silikat
hasil
25
Adalah batuan yang berasal dari suatu batuan induk yang mengalami
perubahan tekstur dan komposisi pada fasa padat sebagai perubahan kondisi
fisika (tekanan dan temperatur).
26
Mineral Primer
Mineral primer adalah mineral-mineral penyusun batuan beku yang
kehadirannya sangat menentukan nama suatu batuan.
Mineral Tambahan
Pada umumnya dapat menentukan nama batuan jika kehadirannya dibawah
sepuluh persen, tetapi jika kehadirannya diatas sepuluh persen, maka nama
batuan tersebut dibelakangnya.
Gambar 2.14.
Bowen Reaction Series
(Pettijohn,F.J.,1957)
27
Tabel 2-1.
Hubungan Asosiasi Mineral Pembentuk Batuan Beku Dengan Kelompok
Batuan Beku Yang Dibentuk
(Pettijohn,F.J.,1957)
Mineral Pembentuk
Batuan
Asosiasi Mineral
Batuan Yang
Terbentuk
Olivin
Olivin 100 %
Olivin + Piroksin
Piroksin
Piroksin 100 %
Piroksin + Plagioklas
Piroksenit (u.basa)
Gabro (ultra basa)
Plagioklas
Plagioklas 100 %
Plag. + Pir. + Amphibole
+ Feldsfar
28
29
30
Gambar 2.15.
Gradded Bedding
(Pettijohn,F.J.,1957)
Gambar 2.16.
Pemilahan: a. Baik; b. Sedang; c. Buruk
(Pettijohn,F.J.,1957)
31
Gambar 2.17.
Perlapisan Sejajar (Laminasi)
(Pettijohn,F.J.,1957)
Gambar 2.18.
Perlapisan Silang Siur (Cross Bedding)
(Pettijohn,F.J.,1957)
permukaan
bidang
perlapisan
nampak
32
bergelombang
yang
Gambar 2.19.
Struktur Bidang Perlapisan:
a. Gelembur gelombang (ripple mark)
b. Rekah kerut (mud crack)
c. Cetak beban (load coast)
(Pettijohn,F.J.,1957)
33
Gambar 2.20.
Lokasi-lokasi Batuan Metamorf
(Pettijohn,F.J.,1957)
34
35
2. Non Foliasi
Struktur non foliasi ini dalam batuan metamorf dicirikan dengan tidak
terdapatnya suatu penjajaran mineral-mineral yang ada dalam batuan
metamorf.
2.3. Stratigrafi
Stratigrafi merupakan cabang ilmu geologi yang berhubungan dengan
pemerian, pengaturan, organisasi, maupun klasifikasi batuan yang berlapis. Secara
luas stratigrafi membahas urut-urutan dan hubungan kejadian macam-macam
batuan dialam dimana dari kejadian yang ada mengakibatkan tersusunnya
berbagai jenis batuan di kulit bumi.
36
37
geofisika, seismik, dsb, sehingga profil stratigrafi dapat diketahui secara lebih
baik dan teliti yaitu dengan jalan membuat korelasi baik dari data sumur
pemboran maupun kombinasi data sumur dan korelasi hasil dari seismik.
Untuk korelasi yang dilakukan dengan beberapa data sumur pemboran,
biasanya korelasi ini tidak hanya menggabungkan satu titik pada sumur satu
dengan titik pada sumur lainnya. Tetapi hubungan ini harus didasarkan dengan
kesamaan lithologi dan kesamaan umur lithologinya, dimana umur lithologinya
dapat diketahui dari fosil yang terkandung didalam batuan yang ikut terendapkan
bersama, sehingga untuk maksud ini perlu dibedakan baik ciri lithologi maupun
fosil yang menunjukkan umur lithologinya.
korelasi
juga
merupakan
pekerjaan
untuk
melakukan
38
39
40
41
b. Gawir-gawir sesar (fault scraps) : terbentuk akibat gejala sesar yang baru.
Dapat dikenal dengan mudah pada peta topografi atau potret udara. Sering
disertai dengan adanya perbedaan vegetasi.
Gambar 2.21.
Graben Pada Antiklin
(Billings, P.M., 1986)
c. Jalur kataklastis : kenampakan sesar pada batuan yang homogen. Gejala sesar
pada batuan kristalin agak sukar dikenali disebabkan tidak adanya
lapisan-lapisan penunjuk. Kadang hanya dapat diketahui dari mikroskop.
d. Cermin sesar atau gores-gores sesar (slicken side) : adanya gores-gores pada
bidang sesar dapat digunakan untuk menentukan gerak relative dari
bagian-bagian
yang
digeser.
Kepingan-kepingan
cermin
sesar
dapat
42
43
Gambar 2.22.
Jenis-Jenis Lipatan
(Asikin, S., 1979)
Gambar 2.23.
Kenampakan Lipatan Dan Sesar Naik Pada Seismik
(Robinson, E.S. and Coruh,C ., 1988)
44
2.4.3. Ketidakselarasan
Ketidakselarasan merupakan struktur yang menggambarkan adanya suatu
selang masa waktu atau masa tenggang yang merupakan masa tidak terjadinya
proses sedimenasi pada suatu urutan bagian atas, dimana masa tenggang ini diisi
oleh proses erosi dan tektonik.
Ketebalan formasi yang hilang atau diwakili oleh bidang ketidakselarasan
dapat berkisar beberapa ribu meter sampai nol meter. Beberapa ketidakselarasan
dapat bergabung menjadi satu , juga satu atau lebih kelompok lapisan-lapisan
dapat membaji dan menjelma menjadi satu bidang ketidakselarasan.
Berdasarkan syarat terjadinya dan hubungan yang ada antara batuan diatas
dan dibawah bidang ketidakselarasan, maka struktur ketidakselarasan dibagi
menjadi empat macam, yaitu :
a. Angular Unconformity : suatu ketidakselarasan dimana antara batuan diatas
dan dibawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut.
b. Disconformity :
dibawah
bidang
posisinya
sejajar
terhadap
bidang
45
penyebaran batuan
struktur geologi
46
47
berada diantara lapisan produktif dan lapisan-lapisan yang tidak produktif yang
menyebar di lapisan produktif.
Gambar 2.24. dan Gambar 2.25. memperlihatkan prosedur pembuatan net
sand isopach. Diawali dengan menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketebalan total lapisan produktif yang sama, kemudian ditentukan batas minyakair serta koreksi ketebalan. Dengan menghubungkan titik-titik ketebalan bersih
lapisan produktif serta mengikuti pola kontur batas-batas minyak air, akan
didapatkan net sand isopach.
Gambar 2.24.
Prosedur Awal Pembuatan Net Sand Isopach Map
(Warno Husodo, 1985)
Gambar 2.25.
Prosedur Akhir Pembuatan Net Sand Isopach Map.
(Warno Husodo, 1985)
48
dan
berakhir
pada
garis
batas
gas-minyak
(GOC).
Dengan
49
D. Peta Isopermeability
Merupakan peta yang konturnya menunjukkan tempat-tempat yang
memiliki harga permeabilitas yang sama. Pembuatan peta ini dilakukan dengan
memperhatikan harga permeabilitas dari masing-masing sumur.
E. Peta Isosaturation
Peta
ini
menghubungkan
garis-garis
kontur
yang
menunjukkan
tempat-tempat dengan harga saturasi yang sama. Pembuatan peta ini dengan
memperhatikan batas minyak-air dan saturasi air dari sumur-sumur yang ada.
Karena daerah dengan saturasi air yang besar terletak dekat dengan batas
minyak-air, maka pembuatan peta ini akan mengikuti pola batas minyak-air.
50
51
52