Anda di halaman 1dari 17

Proceeding Simposium Nasional IATMI

25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta


_______________________________________________________________________________

PERANAN TEKNOLOGI SEKUESTRASI CO2 DALAM MENCIPTAKAN


MEKANISME PEMBANGUNAN BERSIH DI INDONESIA

Oleh:

Letty Bioletty1, Ego Syahrial1dan Edward Tobing1


1
PPPTMGBLEMIGAS, KPRT Eksploitasi Kelompok Cadangan Pengurasan,
Jl.Ciledug Raya, Kav.109 Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Telp.7394422 ext. 1429, 1410
email: egos@lemigas.esdm.go.id

ABSTRAK
Sebagai konsekuensi keikut-sertaan Indonesia menandatangani Protokol Kyoto, Indonesia ikut
bertanggung jawab dengan berpartisipasi aktif menciptakan Mekanisme Pembangunan Bersih.
Mekanisme Pembangunan Bersih adalah suatu mekanisme yang fleksibel dalam Protokol Kyoto guna
mengurangi emisi gas karbon dioksida. Hal ini memberi peluang bagi Indonesia sebagai negara
berkembang untuk bisa menjual Credit Emission Reduction CER. Untuk itu Indonesia telah membentuk
Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih yang mempunyai otoritas secara nasional yang telah
disyahkan secara hukum oleh Kementerian Lingkungan Hidup pada tanggal 21 Juli 2005. Seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk, maka kebutuhan akan bahan bakar fossil di berbagai sektor industri,
transportasi, dan lain-lain akan semakin meningkat, sehingga tidak tertutup kemunginan Indonesia
menjadi salah satu negara terbesar penghasil CO2. Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia memikirkan
untuk mengurangi emisi CO2 yang salah satunya dengan menerapkan teknologi sekuestrasi.
Indonesia memproduksi CO2 dari berbagai sumber, misalnya lapangan-lapangan minyak, pabrik-
pabrik ammonia, LNG Plant Bontang dan pusat listrik berbahan bakar fossil (gas, minyak, batubara)
yang tersebar di seluruh nusantara. CO2 yang terproduksi bisa digunakan untuk meningkatkan perolehan
minyak dengan teknologi enhanced oil recovery injeksi CO2 atau bisa juga disimpan kembali di dalam
formasi geologi diantaranya deep saline aquifer, depleted reservoir, coal bed methane reservoir, dan
deep ocean.
Dalam menerapkan teknologi sekuestrasi banyak hal yang harus diperhatikan diantaranya aspek
hukum, aspek kebocoran dan aspek keekonomian. Aspek hukum terkait dengan keikutsertaan Indonesia
dalam meratifikasi Protokol Kyoto beserta keharusan industri untuk menaati batas emisi yang ditetapkan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Aspek kebocoran sewaktu proses penyimpanan tentunya akan
terkait erat dengan integritas mekanik dari sumur-sumur injeksi serta sumur-sumur pantaunya. Aspek
keekonomian akan menjadi sangat kompleks, karena biaya untuk melakukan penangkapan,
penyimpanan, dan pemantauan akan dibebankan kepada konsumen akhir dari produk energi, seperti
pengguna listrik, pengguna BBM, dan pengguna petrokimia. Dengan Mekanisme Pembangunan Bersih,
negara-negara penghasil emisi CO2 terbesar bisa membantu negara-negara berkembang dalam
menciptakan teknologi alternatif yang ramah lingkungan. Sehingga dari proyek proyek Mekanisme
Pembangunan Bersih ini, dapat meningkatkan keekonomian negara dari hasil penjualan Credit Emission
Reduction (CER).

Keywords: emission reduction, climate change, CO2 sequestration, CDM

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

PENDAHULUAN di atmosfer. Meningkatnya konsentrasi GRK


secara global akibat kegiatan manusia
Secara alamiah sinar matahari yang menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan
masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa,
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. sebagian besar terperangkap di bumi akibat
Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya
akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya
menyelimuti bumi, dan selanjutnya disebut menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata
sebagai Gas Rumah Kaca (GRK), sehingga permukaan bumi, yang kemudian dikenal
sinar tersebut terperangkap dalam atmosfir dengan pemanasan global. Pemanasan global
bumi. Peristiwa ini dikenal dengan Efek ini pada akhirnya membawa dampak terjadinya
Rumah Kaca (ERK) karena kejadiannya sama perubahan iklim yang mempengaruhi
dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk kehidupan di bumi, dengan adanya perubahan
akan terperangkap di dalamnya dan tidak dapat musim secara ekstrim. Contohnya musim
menembus ke luar kaca, sehingga dapat kemarau yang berkepanjangan dan dapat
menghangatkan seisi rumah kaca tersebut menyebabkan kekeringan yang dibarengi
(Gambar-1). Kejadian alam tersebut dengan kenaikan intensitas curah hujan yang
menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak akan menyebabkan banjir. Perubahan iklim
ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK dapat menyebabkan fenomena perubahan alam
tersebut, maka suhu permukaan bumi akan seperti: kenaikan permukaan air laut akibat
lebih dingin 33o Celsius. mencairnya es di kutub, meningkatnya
Gas Rumah Kaca (GRK) yang berada frekuensi kebakaran, meningkatnya penyebaran
di atmosfer dihasilkan oleh berbagai kegiatan penyakit tropis (seperti malaria dan demam
manusia terutama yang berhubungan dengan berdarah), serta akan ada daerah-daerah yang
pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, penuh sesak karena banyaknya pengungsi.
dan batubara) seperti pada pembangkitan Jika tidak melakukan tindakan untuk
tenaga listrik, transportasi, industri semen, mengurangi emisi Gas Rumah Kaca, maka
pupuk, kilang minyak, besi baja (Gambar-2). diperkirakan akan terjadi hal-hal berikut ini:
Pembakaran dan penggundulan hutan serta (http://www.kompas.com.,Maret 2003)
aktivitas pertanian dan peternakan juga > Kenaikan permukaan air laut setinggi 60
menghasilkan GRK. Selain itu, karena pada cm pada tahun 2070. Bagi penduduk di
umumnya gas CO2 terkandung dalam reservoar daerah pantai, hal ini akan menjadi
minyak dan gas bumi, maka apabila ancaman karena tempat tinggal mereka
hidrokarbon tersebut diproduksikan, gas CO2 terancam banjir, sementara penghasilan
akan terbawa ke permukaan sebagai sumber mereka (baik sebagai nelayan maupun dari
GRK juga. Sebagai contoh adalah Lapangan sektor pariwisata) terancam oleh
Gas Natuna dengan perkiraan kandungan perubahan gelombang pasang.
hidrokarbon sebanyak 210 triliun kaki kubik, > Rusaknya infrastruktur daerah tepi pantai
namun 70% kandungannya adalah gas CO2. sehingga Indonesia akan kehilangan
Contoh lain adalah di daerah Bontang, sekitar 1.000 km jalan dan 5 pelabuhan
Kalimantan Timur sedikitnya menghasilkan gas lautnya. Selain itu infrastruktur lain di
bebas CO2 sebanyak 30.000 ton setiap hari sekeliling pantai perlu direhabilitasi dan
yang berasal dari Bontang LNG Plant, Pabrik ditinggikan.
Pupuk Kaltim, dan LNG Flue Gas Plant. GRK > Terjadi krisis air bersih di perkotaan,
yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut di atas, khususnya kota-kota besar. Naiknya
seperti gas CO2, metana, dan nitroksida, permukaan laut tidak hanya
menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK mempengaruhi mereka yang tinggal di tepi
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

pantai, tapi juga mereka yang di perkotaan Indonesia telah meratifikasi Protokol Kyoto
akibat intrusi air laut. dan telah melakukan beberapa tindakan yang
> Meningkatnya frekuensi penyakit yang mendukung melalui UU No. 17 Tahun 2004.
ditularkan oleh nyamuk, seperti penyakit Di dalamnya secara eksplisit disebutkan bahwa
malaria dan demam berdarah. sebagai negara kepulauan dengan garis pantai
> Menurunnya produktifitas pertanian akibat terpanjang kedua di dunia dan jumlah
perubahan suhu dan pola hujan yang tak penduduk yang besar dengan kemampuan
tentu. ekonomi terbatas, Indonesia sangat rentan
> Sejumlah keanekaragaman hayati terhadap dampak perubahan iklim.
terancam punah akibat peningkatan suhu Menurunnya produksi pangan, terganggunya
bumi rata-rata sebesar 1oC. Setiap individu ketersediaan air, meningkat dan meluasnya
harus beradaptasi pada perubahan yang kasus penyakit, merupakan beberapa
terjadi, sementara habitatnya akan kemungkinan dampak dari perubahan iklim.
terdegradasi. Spesies yang tidak dapat Jadi, selain memperoleh keuntungan secara
beradaptasi akan punah. Spesies-spesies ekonomis, keberhasilan proyek-proyek CDM di
yang tinggal di kutub, seperti penguin, Indonesia akan memberikan manfaat jangka
anjing laut, dan beruang kutub, juga akan panjang terhadap lingkungan. Berkaitan dengan
mengalami kepunahan, akibat mencairnya semakin meluasnya penerapan konsep CDM,
sejumlah es di kutub. maka gas CO2 yang ikut terproduksikan dari
lapangan minyak dan gas bumi tersebut perlu
Upaya dunia internasional untuk
dikelola secara baik.
menahan penambahan konsentrasi GRK di
Pengurangan emisi gas CO2 di
atmosfer yaitu dengan melakukan kesepakatan
Indonesia dapat direalisasikan melalui
tentang perubahan iklim yang dituangkan
bermacam-macam pilihan kebijakan yang
dalam Protokol Kyoto. Dalam kesepakatan
mencakup efisiensi energi dan pengembangan
tersebut negara-negara maju yang meratifikasi
material, penanaman hutan, meningkatkan
perjanjian ini wajib menurunkan emisi gas
penggunaan energi terbarukan dan energi
rumah kacanya. Setiap negara memiliki
nuklir, serta menurunkan intensitas karbon dari
kewajiban yang berbeda, dengan total
bahan bakar fosil. Pilihan yang terakhir
penurunan sebesar 5,2% dibandingkan tingkat
memerlukan perubahan perencanaan terhadap
emisi tahun 1990 pada periode komitmen
intensitas bahan bakar karbon dengan tangkap
pertama antara 2008 hingga 2012
dan simpan karbon dioksida yang lebih dikenal
(http://www.kompas.com.,Maret 2003).
dengan sekuestrasi CO2.
Mekanisme penurunan gas rumah kaca yang
Carbon Capture and Storage (CCS)
diatur Protokol Kyoto tersebut adalah Joint
adalah konsep yang relatif baru dikembangkan
Implementation, Emission Trading, serta Clean
di era tahun 1980an dan saat ini belum
Development Mechanism (CDM). CDM atau
diterapkan dalam skala besar. Konsep CO2
Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB)
Capture tersebut diperkirakan dapat diterapkan
merupakan satu-satunya mekanisme yang
pada sumber CO2 yang besar dengan
memungkinkan kerjasama antara negara maju
proses/tahap kompresi, transportasi dan injeksi
dengan negara berkembang. Selain
ke dalam reservoar geologi untuk injeksi CO2
menurunkan emisi di dalam negeri, negara-
dalam rangka proses penerapan EOR
negara maju yang punya kewajiban
(Enhanced Oil Recovery) untuk meningkatkan
menurunkan tingkat emisi dapat mengklaim
produksi minyak pada tahap produksi tersier.
penurunan emisi di negara-negara berkembang
Bila gas CO2 tersebut berlebihan dan tidak
dengan membeli sertifikat CDM yang
mampu seluruhnya terserap untuk kebutuhan
dikeluarkan oleh badan independen. Menyadari
EOR, maka pilihan lain adalah disimpan dalam
kemungkinan dampak perubahan iklim,
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

depleted reservoir, deep saline aquifer berbahan dasar fossil dan


(Underground Storage) dan Coal Bed. menggantinya dengan energi konversi
yang lebih effisien.
Sampai saat ini permintaan akan
TEKNOLOGI SEKUESTRASI CO2 bahan bakar fossil mencapai 85% dan
merupakan sumber energi terbesar dunia
Sekuestrasi gas CO2 didefinisikan dibandingkan dengan energi lainnya seperti
sebagai menangkap dan menyimpan gas nuklir, pusat listrik tenaga air, dan energi
CO2 (CCS) dengan aman ke dalam reservoir konservasi lainnya seperti biomasa, geotermal,
yang dinilai lebih baik dibandingkan dengan angin, dan energi matahari. Pada kenyataannya
melepas ke atmosfir bumi. Gas CO2 yang sampai saat ini permintaan dunia akan energi
berasal dari gas buang lebih banyak berasal pengganti hanya sekitar 1%. Tetapi melakukan
dari industri, pabrik, kendaraan, dll. pengurangan penggunaan bahan bakar yang
Kebutuhan akan energi yang berasal berasal dari fosil dan menggantinya dengan
dari perut bumi seperti gas, minyak,dan batu energi lain tidak akan mencapai hasil yang
bara masih sangat diperlukan sebagai bahan optimum untuk mengurangi gas buang ke udara
bakar yang digunakan untuk industri, otomotif, bila tidak disertai dengan proses penangkapan
dll. Akan tetapi untuk merubah bahan bakar dan penyimpanan kembali gas CO2 kedalam
yang berasal dari fossil menjadi energi perut bumi. Skema penerapan teknologi
diperlukan pembakaran yang mengakibatkan sekuestrasi di beberapa sektor industri yang
terjadinya reaksi karbon dengan udara sehingga saling berkaitan dapat dilihat pada Gambar-2.
terbentuk gas CO2. Produksi gas CO2 yang
terlepas ke atmosfir bumi menyebabkan Sumber CO2
terjadinya perubahan iklim dunia, sehingga Pusat pembangkit tenaga listrik
emisi CO2 ini harus diturunkan sebanyak 50% merupakan sumber emisi CO2 terbesar didunia.
untuk menstabilkan konsentrasi CO2 di udara. Hampir 1/3 nya berasal dari industri ini,
(CO2 Net,2005). Menangkap CO2 sebelum atau dimana energi listrik yang bisa dihasilkan
sesudah proses pembakaran pada pusat-pusat sebesar 500-1000 MW. Dari setiap 1000 MW
tenaga listrik sangatlah efektif untuk energi listrik yang dihasilkan dari suatu
mengurangi emisi gas CO2 ke atmosfir. Untuk pembangkit listrik dengan menggunakan bahan
itu telah dikembangkan beberapa teknologi bakar batu bara akan menghasilkan 6-8 Mt/thn
untuk menangkap dan menyimpan CO2 kembali CO2. Bahan bakar fossil menghasilkan 4-6
ke perut bumi. Penyimpanan ini diharapkan Mt/thn CO2, dan dengan menggunakan bahan
dapat menurunkan efek rumah kaca yang bakar gas alam menghasilkan 3-4 Mt/thn
berakibat langsung pada lapisan atmosfir bumi. CO2.(Encyclopedia of Energi, 2004)
Penurunan produksi gas CO2 dapat Proses pengilangan minyak, LPG,
dilakukan dengan 3 cara yaitu: LNG, dan industri lainnya (pupuk, semen, dsb),
1. Menggunakan energi yang berbahan pada proses pembakarannya mengandung 5 %
dasar fossil secara tepat guna. sampai 15% gas CO2.(CO2 Net 2005)
2. Menggunakan sumber energi alternatif Beberapa langkah kerja proses industri
lain seperti angin, air, matahari, nuclear akan memproduksikan CO2 dengan konsentrasi
3. Menangkap dan menyimpan kembali yang lebih tinggi sebagai hasil dari proses
CO2 kedalam bumi. pembakarannya, dibandingkan dengan jumlah
4. Mengganti bahan bakar yang keseluruhan CO2 yang dihasilkan relatif lebih
kandungan carbonnya lebih sedikit sedikit. Proses menangkap CO2 sudah
contoh batubara dengan gas alam merupakan rangkaian kegiatan dari suatu
5. Menurunkan penggunaan energi industri yang menghasilkan produk CO2.
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

Sebagai contoh gas alam yang keluar dari 1. Post-combustion, proses pemisahan CO2
sumur biasanya mengandung CO2 dengan sebagai gas buang dilakukan secara kimia
konsentrasi yang cukup tinggi sehingga perlu dan fisika yang merupakan proses
untuk ditangkap dan disimpan kembali ke conventional air-fired combustion dimana
dalam reservoar. Industri lain yang juga kadar CO2 yang dipisahkan berkisar 3%-
menghasilkan CO2 dan kemudian 12%. Juga diharapankan dapat
menangkapnya adalah pabrik amonia, proses memisahkan CO2 dari campuran yang
fermentasi, dan industri penghasil hydrogen didominasi oleh N2 dan O2, tapi juga
(seperti yang terdapat pada proses pengilangan kandungan gas lainnya seperti (SOx, NOx)
minyak). 2. Pre-combustion, Carbon Dioxide
Dimasa mendatang proses menangkap ditangkap dari campuran gas yang
CO2 banyak bersumber dari industri yang didominasi oleh gas H2 pada tekanan 15-
memproduksikan bahan bakar hydrogen yang 40 bar dan kandungan CO2 atau C sebesar
berasal dari gas alam, batubara, dan biomasa. 15-40% yang diproduksikan oleh bahan
CO2 yang dihasilkan sebagai akibat bakar hidrokarbon. Pada saat pemisahan
dari proses industri tersebut akan lebih bersih CO2/H2 terdapat gas lainnya yaitu CO2,
sehingga kenaikkan biaya produksi untuk H2S.
menangkap CO2 relatif lebih rendah. 3. Denitrogenation/Oxyfuel Combustion,
Pada tahun 2000 emisi yang berasal CO2 dapat terproduksikan pada saat
dari sektor industri dan pembangkit tenaga sebelum atau selama proses combustion
listrik sebesar 13.44 GTon/tahun. Total emisi atau konservasi energi.
CO2 dunia sebagian besar dihasilkan oleh Perbedaan dengan proses diatas adalah
penggunaan bahan bakar fosil yang pada tahun target yang dihasilkan selama proses
2002 menghasilkan CO2 sebesar 23.6 MTon, pemisahan yaitu memproduksikan O2 dari
dan hanya sebagian kecil yang dihasilkan oleh udara (contoh pemisahan oxygen dari sebagian
proses penggundulan hutan, 60% besar nitrogen), untuk itu tidak diperlukan
diproduksikan oleh sektor pembangkit tenaga proses pemisahan CO2 . Keuntungan lain
listrik, pengilangan, dan gas prosesing plants, dengan proses ini sebagian besar
sedangkan 20% dari industri lainnya. Kedua impurities bisa ditangkap, sehingga tidak
sektor inilah yang merupakan target untuk terdapat gas buang. Ketiga proses diatas ini
menangkap CO2. Sebagai gambaran emisi CO2 dapat diaplikasikan pada industri atau
pada tahun 2030 akan meningkat mencapai pembangkit tenaga listrik yang menggunakan
38.000 MTon/tahun, seperti yang ditunjukkan bahan bakar hidrokarbon, biomas, atau dengan
oleh Gambar-3. Dari sektor industri, menggunakan bahan bakar dari konservasi
distribusi sumber emisi CO2 diperlihatkan oleh energi. Tetapi proses secara kimia sangat
Gambar-4. Berdasarkan pembagian daerah tergantung dari bahan bakar yang digunakan
penghasil emisi CO2 terbesar dunia adalah dan jenis dari proses konservasi energinya
Amerika Utara (37%) dikuti oleh Eropa (14%) Sebagai contoh apabila pusat tenaga listrik
dan Cina (10%), (Gambar-5). menggunakan batu bara sebagai bahan
bakarnya dimana batu bara mengandung
Menangkap CO2 belerang hal ini akan mempengaruhi desain,
Proses menangkap CO2 atau biaya operasi pada proses dekarbonisasi. Hal
teknologi dekarbonisasi untuk menangkap CO2 ini berlaku juga bila menggunakan batubara
dibagi dalam3 kategori,(Oil & Gas Science and dan aspal. Emisi CO2 hampir 30% berasal dari
Technology-Rev.IFP.Vol.60, 2005).(Gambar- pembangkit tenaga listrik, oleh karena itu
6): proses penangkapan CO2 pada pembangkit
tenaga listrik memberikan dampak yang sangat
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

penting dalam mengurangi emisi CO2 di udara. Menyimpan CO2


Sumber CO2 lainnya berasal dari proses Cekungan yang berupa endapan sangat
pembakaran, penangkapan industri uap dan cocok untuk penyimpanan bawah tanah.
proses calcination (proses oxidasi logam Reservoar yang mungkin untuk dijadikan
dengan cara membakar). Teknologi tempat penyimpanan CO2 dan kapasitas masing
penangkapan atau proses dekarbonisasi ini masing reservoar dalam menyimpan CO2
harus diterapkan pada industri di atas untuk ditunjukkan apada Gambar-7 dan Tabel-1:
mengurangi emisi CO2. Lapangan minyak dan gas yang telah
terkuras
Transportasi Deep saline aquifers
Setelah proses penangkapan gas CO2, Unmineable coal seams
kemudian gas CO2 tersebut dialirkankan ke Setiap reservoar seharusnya memenuhi
tempat penampungan. Sebagian besar CO2 beberapa persyaratan untuk memastikan
adalah bersifat lembam dan mudah ditangani penyimpanan CO2 yang aman dan optimal,
serta dapat dialirkan melalui pipa salur dengan diantaranya:
tekanan tinggi. Saat ini di Amerika Serikat Volume penyimpanan bergantung pada
kurang lebih 30 juta ton/tahun gas CO2 porositas serta ketebalan yang harus
dialirkan melalui pipa salur. Pipa salur sesuai dengan jumlah CO2 yang
terpanjang yang terpasang adalah di direncanakan untuk diinjeksikan
pegunungan Sheep, sepanjang 656 km. Di Permeabilitas yang sesuai untuk injeksi
dunia, saat ini kurang lebih 3100 km pipa salur Kedalaman lebih dari 800 m, karena
terpasang dengan kapasitas 45 Juta ton/tahun kedalaman penyimpanan CO2 sangat
gas CO2. (CO2Net European Carbon Dioxide kritikal dimana densitas CO2 dipastikan
Network, September 2004) optimal untuk disimpan
Gas CO2 dapat ditransportasikan CO2 akan terjebak dalam bentuk gas atau
dalam fasa fluida pada tekanan antara 80 bar
cairan superkritikal. Pada tahap ini CO2
(minimum) sampai dengan 200 bar. bebas akan naik sampai batuan tudung
Kebanyakan pipa salur CO2 di Amerika Serikat
akibat dari efek gaya apung dan akan
dioperasikan pada tekanan 120 140 bar dan
terakumulasi. Untuk memastikan CO2
pipa salur tersebut ditanam sedalam 1 meter.
tetap terperangkap selama ribuan tahun
(CO2Net European Carbon Dioxide Network,
maka permeabilitas dari batuan tudung
September 2004).Material yang digunakan
(clay, salt) harus kecil.
pada umumnya adalah carbon steel, atau
material lain yang diperkirakan tahan terhadap
Kebocoran
korosi. Pada umumnya gas alam terdiri dari
Ada beberapa risiko yang harus
komponen yang dapat menyebabkan korosi
diantisipasi pada waktu menyimpan CO2 di
seperti air dan gas H2S. Untuk menghindari
reservoar dimana hal ini dapat menimbulkan
adanya korosi, gas alam biasanya didehidratasi kebocoran dengan merembesnya CO2 ke
sebelum masuk jaringan pipa salur. Akan tetapi
permukaan bumi. Kebocoran ini bisa
pipa tersebut dapat dilindungi dengan coating
disebabkan oleh:
atau cathodic protection. Berdasarkan kajian
Seismicity, timbulnya getaran-getaran
yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa laju
kecil bumi yang diakibatkan oleh injeksi
korosi dapat dikendalikan pada kondisi
CO2.
dibawah suhu 30 oC, dan memungkinkan laju
Ground movement, penurunan atau
korosi lebih kecil dari 0.1 mm/tahun dengan
kenaikan permukaan bumi yang
menginjeksikan penghambat korosi.(IFE,2002)
diakibatkan oleh perubahan tekanan

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

akibat induksi injeksi CO2. Zona dengan permeabilitas sangat tinggi


Brine displacement, sebagai akibat dari yang terbentuk sebagai akibat reaksi
injeksi CO2, terjadi perpindahan saline antara CO2 dengan batuan, sehingga
water ke formasi lain yang menyebabkan menyebabkan terlarutnya batuan. CO2
naiknya permukaan air sehingga dapat mendehidrasi shale pada batuan
menaikkan salinitas air minum di sumur tudung sehingga menaikkan
artesis. permeabilitas.
Kondisi sumur setelah tahap injeksi yang CO2 bisa keluar sepanjang patahan
disebabkan oleh kesalahan desain atau terbuka yang mencapai batuan tudung.
konstruksi dari casing atau semen, korosi Hal ini dapat diminimalkan dengan
pada casing, dan kerusakan semen plug terlebih dahulu melakukan analisa
oleh CO2 / air formasi. geologi dari reservoar yang akan
Kekuatan tudung batuan, tekanan diinjeksi.
overburden, dan mekanisme jebakan Gangguan seismic dapat menyebabkan
Untuk melihat potensi kebocoran di kerusakan pada batuan tudung.
reservoar tertentu, perlu diketahui informasi Kebocoran akan menyebabkan dampak
yang lebih rinci meliputi jumlah, jenis, dan lokal/regional sampai global. CO2 bisa
umur sumur, serta teknik komplesi. Selain itu menyebabkan gangguan kesehatan sampai
kebocoran bisa terjadi di atau sepanjang sumur dengan kematian apabila sampai melalui
dan patahan pada tudung batuan (Gambar-8). ambang batas yaitu apabila kandungan CO2
Patahan pada tudung batuan diatas 20-30%. Jika CO2 bermigrasi ke formasi
disebabkan oleh:(CO2 Net,2004) diatasnya (100-200 m dari permukaan tanah)
Capillary leakage, kebocoran ini akan akan menyebabkan penurunan kualitas air
diabaikan jika secara umum tekanan tanah dan pada konsentrasi yang lebih besar
kapiler yang masuk ke batuan tudung akan mencemari air permukaan. Kenaikan
dapat menahan tekanan yang terdapat konsentrasi CO2 di dalam tanah akan
pada hidrokarbon. Tekanan kapiler yang menurunkan PH tanah yang berakibat
masuk dapat diukur dengan melakukan terjadinya penurunan kesuburan.
uji pada core.
Difusi CO2 ( disebabkan oleh perbedaan Monitoring CO2
konsentrasi CO2 ) Monitoring memegang peran penting
CO2 mungkin akan bocor melalui dalam penelitian CO2 sekuestrasi untuk
rekahan yang dibuat oleh manusia menjamin keamanan dan keefektifan formasi
misalnya: hydraulic fracturing dan over geologi (depleted reservoir) dalam
pressure di reservoar contohnya aquifer penyimpanan CO2. Selain itu, bisa melihat
kecil yang tertutup. Hal ini bisa diatasi perkembangan CO2 di reservoar, memperoleh
dengan cara tekanan injeksi CO2 tidak pengetahuan mengenai performance reservoar,
melebihi tekanan rekahnya, atau tidak tudung batuan, jalur migrasi, solubility,
melebihi tekanan awal reservoar interaksi geochemical, air tanah, kualitas soil,
Dilatant shear formation, rekahan yang dan pengaruhnya terhadap ekosistim dan
terjadi di tudung batuan, dimana formasi micro-sesmicity yang berassosiasi dengan
batuan membuat jalur aliran tersendiri, injeksi CO2. Banyak metoda yang dapat
sehingga menaikkan permeabilitas batuan dilakukan diantaranya seismik, kombinasi
tudung, hal ini akan menimbulkan pengukuran geofisik dengan teknik lain seperti
kebocoran. Tetapi deformasi shear ini pengukuran tekanan formasi dan simulasi
dapat juga menyebabkan penurunan reservoar. Dengan cara ini didapat perkiraan
permeabilitas. harga laju alir kebocoran secara kuantitatif.
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

Alasan yang mendasari dilakukannya mengurangi emisi sebesar 1000 ton CO2
monitoring pada penyimpanan CO2 bawah per tahun.
permukaan diantaranya:(Oil & Gas Sience and Project Crust di Belanda yang
Technoligy-Rev.IFP.Vol.60,2005). menginjeksikan gas CO2 ke dalam
Kesehatan dan keamanan, reservoar lapangan gas lepas pantai yang
Untuk memastikan apakah injeksi dan dilakukan oleh Gaz de France.
penyimpanan CO2 tidak berdampak buruk Proyek LNG Snohvit Di Norwegia, Stato
kepada kesehatan dan lingkungan. Oil sedang mengembangkan tiga lapangan
Memperkecil kemungkinan terjadinya gas di Brent Sea mempergunakan instalasi
kebocoran CO2. produksi bawah laut yang disambung ke
Keseimbangan massa jaringan pipa proses dan kilang pencairan
Untuk memastikan apakah injeksi CO2 di darat. Setiap tahun gas CO2 sebesar 700
tepat berada di target formasi, dan ton mampu dipisahkan dari gas dan
jumlah CO2 yang diinjeksi sesuai dengan diinjeksikan ke dalam lapisan garam yang
CO2 yang disimpan (keseimbangan berada 2600 m di bawah permukaan laut.
masa). Monitoring adalah implementasi Industri Gas Alam di Alberta, Canada
untuk mengawasi rencana jumlah CO2 memproduksi emisi CO2 dan H2S
yang diinjeksikan sesuai dengan kuota diinjeksikan ke deep salt reservoar yang
emisi dan kredit carbon (Kyoto portocol) berada pada kedalaman 1400-2900 m di
yang diijinkan. bawah permukaan bumi sejak tahun 1994.
Mengembangkan pengetahuan mengenai Lapangan Gas Sleipner West, Laut Utara
kinerja CO2 yang diinjeksikan kedalam sejak tahun 1996 menginjeksikan CO2 ke
reservoar dan meramalkannya di masa deep salt reservoar yang berada di bawah
mendatang. dasar laut.
Untuk pengembangan teknik dan Beberapa projek di Amerika yang
metodologi penyimpanan CO2 di bawah menggunakan CO2 untuk meningkatkan
permukaan dan kemungkinan gas lain perolehan minyak yang selanjutnya
yang bisa diinjeksikan di masa disimpan di depleted reservoar.
mendatang. Dari hasil kajian teknologi sekuestrasi
CO2, terlihat kemungkinan teknologi ini bisa
diterapkan di Indonesia. Indonesia
IMPLEMENTASI SEKUESTRASI CO2 DI memproduksi CO2 dari berbagai sumber,
INDONESIA misalnya lapangan-lapangan minyak dimana
gas CO2 sebagai gas ikutan, pabrik-pabrik
Teknologi sekuestrasi ini sudah ammonia, LNG Bontang, dan pusat-pusat
dikembangkan dan diimplementasikan listrik berbahan bakar fossil (gas, minyak,
dibeberapa negara sejak tahun 1990 dimana batubara) yang mana ini akan menjadi masalah
sampai saat ini teknologi terus dikembangkan untuk mengatasinya. CO2 yang terproduksi bisa
dan penelitian terus dilakukan terutama pada digunakan untuk meningkatkan perolehan
teknologi capture sehingga diharapkan dimasa minyak dengan teknologi injeksi CO2 atau bisa
mendatang teknologi ini cukup efisien dan juga disimpan kembali di depleted reservoir,
ekonomis. Negara-negara yang sudah deep saline aquifer dan coal bed. Dengan
melakukan diantaranya(CO2 Net, 2004) : teknologi ini diharapkan Indonesia dapat
Proyek BP and Sonatrach yang menurunkan emisi gas buang CO2 keudara.
menginjeksikan CO2 dari lapangan gas In Saat ini posisi Indonesia berada pada
Salah, Aljazair ke perut bumi sejak tahun urutan ketiga dunia penghasil emisi gas CO2,
2004. Proyek ini diharapkan mampu dimana penghasil emisi terbesar berasal dari
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

pembakaran hutan dan perubahan penggunaan


lahan dari tanah pertanian ke sektor industri Saat ini gas CO2 yang terproduksi di
(Gambar-9 dan Tabel-2). Sektor-sektor lain lapangan migas diinjeksikan kembali sebagai
yang turut memberi kontribusi penghasil emisi pressure maintenance. Padahal untuk
diantaranya dari : menyimpan CO2 ke reservoar bisa dilakukan
1. Transportasi, dimana sampai saat ini dengan menggunakan teknologi konvensional
energi pengganti bahan bakar fossil yang biasa dilakukan di industri perminyakan
masih belum berkembang dengan baik. seperti injeksi air, gas, dan uap panas. Hal ini
2. Penggunaan bahan bakar batubara di dikarenakan belum adanya penelitian yang
sektor pembangkit tenaga listrik dimasa menginformasikan kemampuan formasi
mendatang tidak bisa dihindari lagi, geologi dalam meyimpan CO2 sehingga banyak
walaupun teknologi yang berkembang industri belum berani untuk melakukan
nanti menggunakan teknologi batu bara teknologi ini.
bersih. Dalam menerapkan teknologi
3. Industri migas, terproduksinya CO2 sekuestrasi banyak hal yang harus diperhatikan
sebagai gas ikutan dan pembakaran gas. mulai dari aspek hukum, kemungkinan
Potensi CO2 yang dihasilkan dari terjadinya kebocoran pada waktu proses
lapangan minyak dan gas dapat dilihat penyimpanan, pemantauan, sampai dengan
pada Gambar-10. faktor keekonomian. Hal ini menjadi suatu
Penelitian untuk penerapan teknologi tantangan yang harus bisa diatasi hingga
sekuestrasi di Indonesia belum banyak menjadi suatu peluang untuk meningkatkan
dilakukan, sementara potensi untuk menyimpan ekonomi negara-negara berkembang termasuk
CO2 di wilayah Indonesia sangat Indonesia. Aspek hukum terkait dengan
memungkinkan. Penghitungan kapasitas keikutsertaan Indonesia dalam meratifikasi
penyimpanan di formasi geologi, depleted Protokol Kyoto beserta keharusan industri
reservoar, deep saline aquifer, deep ocean, dan untuk menaati batas emisi yang ditetapkan oleh
coal bed secara regional belum pernah Kementerian Lingkungan Hidup. Aspek
dilakukan. Sumber CO2 yang berasal dari kebocoran sewaktu proses penyimpanan
pembangkit tenaga listrik, industri kimia, tentunya akan terkait erat dengan integritas
pupuk, lapangan minyak, dll. apabila berlokasi mekanik dari sumur-sumur injeksi serta sumur-
dekat dengan formasi geologi yang memenuhi sumur pantaunya. Dalam hal pemantauan
persyaratan penyimpan dapat ditangkap dan tentunya akan menjadi bagian tak terpisahkan
disimpan. Selain itu CO2 dapat digunakan dari operasi industri yang menyimpannya.
untuk meningkatkan perolehan minyak dengan Aspek keekonomianlah yang akan menjadi
menerapkan salah satu teknologi EOR. sangat kompleks, karena biaya untuk
Pembuatan roadmap di seluruh wilayah melakukan penangkapan, penyimpanan, dan
Indonesia yang berawal dari sumber-sumber pemantauan akan dibebankan kepada
CO2 yang berasal dari industri, ditangkap konsumen akhir dari produk energi, seperti
kemudian disimpan di reservoar geologi atau pengguna listrik, pengguna BBM, dan
digunakan kembali perlu untuk dilakukan pengguna petrokimia. Dengan mekanisme
dimana hal ini memudahkan para investor pembangunan bersih, negara-negara penghasil
terutama negara maju untuk dapat melakukan emisi CO2 terbesar bisa membantu negara-
mekanisme pembangunan bersih di Indonesia. negara berkembang dalam menciptakan
Dilain pihak Indonesia yang sudah teknologi alternatif yang ramah lingkungan. Di
menandatangani Kyoto Protokol menunjukkan sektor migas beberapa hal yang bisa dilakukan
peranan aktif di sektor energi dalam diantaranya merubah pembakaran gas sisa yang
menurunkan emisi gas CO2 ke atmosfir. mengandung emisi CO2, metana (CH4), dan
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

bahan kimia berbahaya seperti karsinogen dan Hal ini diakibatkan oleh kebutuhan energi
logam menjadi kegiatan yang produktif seperti berbahan dasar fossil akan semakin meningkat
untuk proyek penginjeksian ulang, peningkatan sebanding dengan pertambahan penduduk.
efisiensi dan untuk kebutuhan energi sendiri PPPTMGB LEMIGAS diharapkan untuk
maupun dijual. Dengan memasukkan proyek- terus melakukan penelitian secara lebih intensif
proyek tersebut sebagai proyek CDM, maka dalam menerapkan teknologi sekuestrasi CO2 di
penjualan CER dapat memberikan penghasilan bagian lain wilayah Indonesia. Hal ini
tambahan bagi proyek dan meningkatkan diharapkan tidak dilakukan sendiri, tetapi
keekonomian negara dan sekaligus bisa bekerja sama dengan industri-industri terkait
menekan biaya yang harus ditanggung oleh yang didukung oleh pemerintah sebagai
konsumen akhir. pemegang kebijakan.

ANALISA DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN

Teknologi sekuestrasi CO2 merupakan 1. Dengan menerapkan Mekanisme


teknologi alternatif yang bisa digunakan untuk Pembangunan Bersih di Indonesia selain
mengatasi permasalahan pemanasan global dapat menurunkan emisi CO2, juga dapat
yang sudah menjadi isu internasional dan menaikkan devisa negara melalui
menjadi tanggung jawab masyarakat dunia. perdagangan Credit Emision Reduction
Untuk Indonesia hal ini menjadi tantangan 2. Perlu dilakukan suatu kajian yang
dalam meningkatkan kemampuannya di bidang terintegrasi antara industri-industri
teknologi yang dimulai dari pengembangan penghasil emisi CO2 dengan Pusat
SDM guna menguasai teknologi ini. Adanya Penelitian MIGAS dan Perguruan Tinggi
kerja sama diantara negara-negara industri dan untuk dapat mengimplementasikan
negara-negara berkembang, maka pertukaran teknologi sekuestrasi pada formasi
teknologi bisa terjadi dalam jangka waktu yang geologi (depleted reservoar, deep saline
tidak terlalu lama. Kini saatnya bagi lembaga- aquifer, coal bed)
lembaga penelitian yang ada di Indonesia 3. CO2 yang terproduksi bisa dimanfaatkan
termasuk perguruan tinggi bekerja sama untuk meningkatkan perolehan minyak
dengan industri industri terkait untuk bersama- dengan teknologi injeksi CO2 .
sama menciptakan teknologi alternatif yang
ramah lingkungan dan menerapkan teknologi
sekuestrasi. Teknologi sekuestrasi merupakan DAFTAR PUSTAKA
gabungan dari teknologi penangkapan dan
penyimpanan (CCS atau Capturing and Storing 1. CO2 storage in Deep salt Water Reservoirs,
CO2) yang sangat bermanfaat buat industri- IEA Green House gas R&D Programme
industri yang mengeluarkan limbah CO2. 2. Storing CO2 In Geological Reservoirs: The
Tentunya pemerintah harus bertindak sebagai Sleipner And Sacs Projects, Tore A Torp,
motor penggerak dan pengawas kegiatan secara Statoil R&D Center, N-7005 Trondheim,
keseluruhan agar hal ini bisa terwujud. Norway. John Gale, IEA Greenhouse Gas
Indonesia sebagai negara dengan R&D Programme, Cheltenham, UK.
jumlah penduduk No.3 terbanyak di dunia 3. Monitoring Subsurface CO2 Storage,
sudah saatnya untuk lebih serius menangani hal P.Winthaegen, R.Arts and B.Schroot,
ini, karena kemungkinan besar di masa Oil & Gas Science and Technologi-
mendatang Indonesia bisa menjadi salah satu Rev.IFP, Vol.60(2005).
negara penghasil limbah CO2 terbesar di dunia.
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

4. IPCC Special Report on Carbon 11. Executive Summary: Indonesia and


Capture and Storage, Edited by Bert Climate Change, Working Paper On
Metz, Ogunlade Devidson, Heleen de Current Status and Policies, March 2007
Coninck, Manuela Loos, Leo Meyer, 12. Workshop On Carbon Dioxide Capture &
Storage, Proceedings Published By ECN,
Cambridge University, 2005
Intergovernmental Panel On Climate
5. Geological Storage of CO2 , IEA Green
Change, Regina, Canada, 18 21
House gas R&D Programme, 2003
November 2002
6. Capture and Storage of CO2, IEA Green
13. Monitoring to Ensure Safe And Effective
House gas R&D Programme.
Geologic Storage of CO2, Sally M.Benson
7. Capturing and Storing Carbon Doxide:
& Larry Myer, Lawrence Berkeley
Technical Lessons Learned, September
National Lab. Berkeley, California.
2004.
14. ADown To Earth Solution To
8. CO2 Capture Process Priciples and Costs,
Climate Change, European Carbon Dioxide
P.H.M.Feron and C.A.Hendriks
Network, CO2 Net 2005.
9. Capturing and Storing Carbon Dioxide:
15. Carbon Capture and Storage From Fossil
Technical Lessons Learned, September
Fuel Use, Howard Herzog and Dan
2004
Golomb, Massachusetts Insitute of
10. Geological Storage of CO2, IEA GHGs
Technology, Lab.For Energy and The
R&D Programme, 2003
Environment.
16. http://www.kompas.com, Maret 2003

TABEL 1. KAPASITAS PENYIMPANAN CO2


(Sumber: IEA GHGs R&D Programme, 2003)

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

TABEL 2. NEGARA-NEGARA PENGHASIL EMISSI CO2 TERBESAR DUNIA


(Sumber: Executive Summary: Indonesia and Climate Change, Working Paper On Current Status and
Policies,2007)

GAMBAR 1. ILUSTRASI EFEK RUMAH KACA


(Sumber: Workshop On Carbon Dioxide Capture & Storage, Proceedings Published By ECN,
Intergovernmental Panel On Climate Change, Nov.2002)

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

GAMBAR 2. SKEMA PENERAPAN TEKNOLOGI SEKUESTRASI


(Sumber: IPCC Special Report on Carbon Capture and Storage, Edited by Bert Metz, Ogunlade
Devidson, Heleen de Coninck, Manuela Loos, Leo Meyer,Cambridge University, 2005)

20000
2030
2002
16000
CO 2 emissions (Mt/yr)

12000

8000

4000

0
power industry transport residential + other
services sectors

GAMBAR 3. DIAGRAM SUMBER EMISI GAS CO2


(Sumber: Workshop On Carbon Dioxide Capture & Storage, Proceedings Published By ECN,
Intergovernmental Panel On Climate Change, Regina, Canada, 18 21 November 2002)

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

GAMBAR 4. DISTRIBUSI SUMBER EMISI CO2 UNTUK SEKTOR INDUSTRI12)


(Sumber : Workshop On Carbon Dioxide Capture & Storage, Proceedings Published By ECN,
Intergovernmental Panel On Climate Change, Regina, Canada, 18 21 November 2002)

GAMBAR 5. DISTRIBUSI PENGHASIL EMISI CO2 DI DUNIA12)


(Sumber: Workshop On Carbon Dioxide Capture & Storage, Proceedings Published By ECN,
Intergovernmental Panel On Climate Change, Regina, Canada, 18 21 November 2002)

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

GAMBAR 6. SISTEM PENANGKAPAN CO2


(Sumber: IPCC Special Report on Carbon Capture and Storage, Edited by Bert Metz, Ogunlade
Devidson, Heleen de Coninck, Manuela Loos, Leo Meyer, Cambridge University, 2005)

GAMBAR 7. TEMPAT MENYIMPAN CO2 DI FORMASI GEOLOGI


(Sumber: IPCC Special Report on Carbon Capture and Storage, Edited by Bert Metz, Ogunlade
Devidson, Heleen de Coninck, Manuela Loos, Leo Meyer, Cambridge University, 2005)
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

GAMBAR 8. KEMUNGKINAN KEBOCORAN PADA WAKTU PENYIMPANAN CO2


(Sumber: Monitoring to Ensure Safe And Effective Geologic Storage of CO2, Sally M.Benson & Larry
Myer, Lawrence Berkeley National Lab. Berkeley, California)

GAMBAR 9. NEGARA-NEGARA PENGHASIL EMISI CO2 TERBESAR DUNIA


(Sumber: Executive Summary: Indonesia and Climate Change, Working Paper On Current Status and
Policies,2007)

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________

CO2 Potential

CO2 Composition in Indonesian Gas Reserves:


Java -Gas: CO2, 10 20%
Kalimantan -Gas: CO2, 7 14%
Sumatera -Gas: CO2, 7 12%
Irian -Gas: CO2, 2%
Natuna Field -Gas : CO2 > 60%

Total Reserves more than 180 TCF


18

GAMBAR 10. POTENSI EMISI CO2 DI SEKTOR MIGAS INDONESIA


(Sumber: Dirjen MIGAS, 2006)

___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43

Anda mungkin juga menyukai