Oleh:
ABSTRAK
Sebagai konsekuensi keikut-sertaan Indonesia menandatangani Protokol Kyoto, Indonesia ikut
bertanggung jawab dengan berpartisipasi aktif menciptakan Mekanisme Pembangunan Bersih.
Mekanisme Pembangunan Bersih adalah suatu mekanisme yang fleksibel dalam Protokol Kyoto guna
mengurangi emisi gas karbon dioksida. Hal ini memberi peluang bagi Indonesia sebagai negara
berkembang untuk bisa menjual Credit Emission Reduction CER. Untuk itu Indonesia telah membentuk
Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih yang mempunyai otoritas secara nasional yang telah
disyahkan secara hukum oleh Kementerian Lingkungan Hidup pada tanggal 21 Juli 2005. Seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk, maka kebutuhan akan bahan bakar fossil di berbagai sektor industri,
transportasi, dan lain-lain akan semakin meningkat, sehingga tidak tertutup kemunginan Indonesia
menjadi salah satu negara terbesar penghasil CO2. Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia memikirkan
untuk mengurangi emisi CO2 yang salah satunya dengan menerapkan teknologi sekuestrasi.
Indonesia memproduksi CO2 dari berbagai sumber, misalnya lapangan-lapangan minyak, pabrik-
pabrik ammonia, LNG Plant Bontang dan pusat listrik berbahan bakar fossil (gas, minyak, batubara)
yang tersebar di seluruh nusantara. CO2 yang terproduksi bisa digunakan untuk meningkatkan perolehan
minyak dengan teknologi enhanced oil recovery injeksi CO2 atau bisa juga disimpan kembali di dalam
formasi geologi diantaranya deep saline aquifer, depleted reservoir, coal bed methane reservoir, dan
deep ocean.
Dalam menerapkan teknologi sekuestrasi banyak hal yang harus diperhatikan diantaranya aspek
hukum, aspek kebocoran dan aspek keekonomian. Aspek hukum terkait dengan keikutsertaan Indonesia
dalam meratifikasi Protokol Kyoto beserta keharusan industri untuk menaati batas emisi yang ditetapkan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Aspek kebocoran sewaktu proses penyimpanan tentunya akan
terkait erat dengan integritas mekanik dari sumur-sumur injeksi serta sumur-sumur pantaunya. Aspek
keekonomian akan menjadi sangat kompleks, karena biaya untuk melakukan penangkapan,
penyimpanan, dan pemantauan akan dibebankan kepada konsumen akhir dari produk energi, seperti
pengguna listrik, pengguna BBM, dan pengguna petrokimia. Dengan Mekanisme Pembangunan Bersih,
negara-negara penghasil emisi CO2 terbesar bisa membantu negara-negara berkembang dalam
menciptakan teknologi alternatif yang ramah lingkungan. Sehingga dari proyek proyek Mekanisme
Pembangunan Bersih ini, dapat meningkatkan keekonomian negara dari hasil penjualan Credit Emission
Reduction (CER).
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
pantai, tapi juga mereka yang di perkotaan Indonesia telah meratifikasi Protokol Kyoto
akibat intrusi air laut. dan telah melakukan beberapa tindakan yang
> Meningkatnya frekuensi penyakit yang mendukung melalui UU No. 17 Tahun 2004.
ditularkan oleh nyamuk, seperti penyakit Di dalamnya secara eksplisit disebutkan bahwa
malaria dan demam berdarah. sebagai negara kepulauan dengan garis pantai
> Menurunnya produktifitas pertanian akibat terpanjang kedua di dunia dan jumlah
perubahan suhu dan pola hujan yang tak penduduk yang besar dengan kemampuan
tentu. ekonomi terbatas, Indonesia sangat rentan
> Sejumlah keanekaragaman hayati terhadap dampak perubahan iklim.
terancam punah akibat peningkatan suhu Menurunnya produksi pangan, terganggunya
bumi rata-rata sebesar 1oC. Setiap individu ketersediaan air, meningkat dan meluasnya
harus beradaptasi pada perubahan yang kasus penyakit, merupakan beberapa
terjadi, sementara habitatnya akan kemungkinan dampak dari perubahan iklim.
terdegradasi. Spesies yang tidak dapat Jadi, selain memperoleh keuntungan secara
beradaptasi akan punah. Spesies-spesies ekonomis, keberhasilan proyek-proyek CDM di
yang tinggal di kutub, seperti penguin, Indonesia akan memberikan manfaat jangka
anjing laut, dan beruang kutub, juga akan panjang terhadap lingkungan. Berkaitan dengan
mengalami kepunahan, akibat mencairnya semakin meluasnya penerapan konsep CDM,
sejumlah es di kutub. maka gas CO2 yang ikut terproduksikan dari
lapangan minyak dan gas bumi tersebut perlu
Upaya dunia internasional untuk
dikelola secara baik.
menahan penambahan konsentrasi GRK di
Pengurangan emisi gas CO2 di
atmosfer yaitu dengan melakukan kesepakatan
Indonesia dapat direalisasikan melalui
tentang perubahan iklim yang dituangkan
bermacam-macam pilihan kebijakan yang
dalam Protokol Kyoto. Dalam kesepakatan
mencakup efisiensi energi dan pengembangan
tersebut negara-negara maju yang meratifikasi
material, penanaman hutan, meningkatkan
perjanjian ini wajib menurunkan emisi gas
penggunaan energi terbarukan dan energi
rumah kacanya. Setiap negara memiliki
nuklir, serta menurunkan intensitas karbon dari
kewajiban yang berbeda, dengan total
bahan bakar fosil. Pilihan yang terakhir
penurunan sebesar 5,2% dibandingkan tingkat
memerlukan perubahan perencanaan terhadap
emisi tahun 1990 pada periode komitmen
intensitas bahan bakar karbon dengan tangkap
pertama antara 2008 hingga 2012
dan simpan karbon dioksida yang lebih dikenal
(http://www.kompas.com.,Maret 2003).
dengan sekuestrasi CO2.
Mekanisme penurunan gas rumah kaca yang
Carbon Capture and Storage (CCS)
diatur Protokol Kyoto tersebut adalah Joint
adalah konsep yang relatif baru dikembangkan
Implementation, Emission Trading, serta Clean
di era tahun 1980an dan saat ini belum
Development Mechanism (CDM). CDM atau
diterapkan dalam skala besar. Konsep CO2
Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB)
Capture tersebut diperkirakan dapat diterapkan
merupakan satu-satunya mekanisme yang
pada sumber CO2 yang besar dengan
memungkinkan kerjasama antara negara maju
proses/tahap kompresi, transportasi dan injeksi
dengan negara berkembang. Selain
ke dalam reservoar geologi untuk injeksi CO2
menurunkan emisi di dalam negeri, negara-
dalam rangka proses penerapan EOR
negara maju yang punya kewajiban
(Enhanced Oil Recovery) untuk meningkatkan
menurunkan tingkat emisi dapat mengklaim
produksi minyak pada tahap produksi tersier.
penurunan emisi di negara-negara berkembang
Bila gas CO2 tersebut berlebihan dan tidak
dengan membeli sertifikat CDM yang
mampu seluruhnya terserap untuk kebutuhan
dikeluarkan oleh badan independen. Menyadari
EOR, maka pilihan lain adalah disimpan dalam
kemungkinan dampak perubahan iklim,
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
Sebagai contoh gas alam yang keluar dari 1. Post-combustion, proses pemisahan CO2
sumur biasanya mengandung CO2 dengan sebagai gas buang dilakukan secara kimia
konsentrasi yang cukup tinggi sehingga perlu dan fisika yang merupakan proses
untuk ditangkap dan disimpan kembali ke conventional air-fired combustion dimana
dalam reservoar. Industri lain yang juga kadar CO2 yang dipisahkan berkisar 3%-
menghasilkan CO2 dan kemudian 12%. Juga diharapankan dapat
menangkapnya adalah pabrik amonia, proses memisahkan CO2 dari campuran yang
fermentasi, dan industri penghasil hydrogen didominasi oleh N2 dan O2, tapi juga
(seperti yang terdapat pada proses pengilangan kandungan gas lainnya seperti (SOx, NOx)
minyak). 2. Pre-combustion, Carbon Dioxide
Dimasa mendatang proses menangkap ditangkap dari campuran gas yang
CO2 banyak bersumber dari industri yang didominasi oleh gas H2 pada tekanan 15-
memproduksikan bahan bakar hydrogen yang 40 bar dan kandungan CO2 atau C sebesar
berasal dari gas alam, batubara, dan biomasa. 15-40% yang diproduksikan oleh bahan
CO2 yang dihasilkan sebagai akibat bakar hidrokarbon. Pada saat pemisahan
dari proses industri tersebut akan lebih bersih CO2/H2 terdapat gas lainnya yaitu CO2,
sehingga kenaikkan biaya produksi untuk H2S.
menangkap CO2 relatif lebih rendah. 3. Denitrogenation/Oxyfuel Combustion,
Pada tahun 2000 emisi yang berasal CO2 dapat terproduksikan pada saat
dari sektor industri dan pembangkit tenaga sebelum atau selama proses combustion
listrik sebesar 13.44 GTon/tahun. Total emisi atau konservasi energi.
CO2 dunia sebagian besar dihasilkan oleh Perbedaan dengan proses diatas adalah
penggunaan bahan bakar fosil yang pada tahun target yang dihasilkan selama proses
2002 menghasilkan CO2 sebesar 23.6 MTon, pemisahan yaitu memproduksikan O2 dari
dan hanya sebagian kecil yang dihasilkan oleh udara (contoh pemisahan oxygen dari sebagian
proses penggundulan hutan, 60% besar nitrogen), untuk itu tidak diperlukan
diproduksikan oleh sektor pembangkit tenaga proses pemisahan CO2 . Keuntungan lain
listrik, pengilangan, dan gas prosesing plants, dengan proses ini sebagian besar
sedangkan 20% dari industri lainnya. Kedua impurities bisa ditangkap, sehingga tidak
sektor inilah yang merupakan target untuk terdapat gas buang. Ketiga proses diatas ini
menangkap CO2. Sebagai gambaran emisi CO2 dapat diaplikasikan pada industri atau
pada tahun 2030 akan meningkat mencapai pembangkit tenaga listrik yang menggunakan
38.000 MTon/tahun, seperti yang ditunjukkan bahan bakar hidrokarbon, biomas, atau dengan
oleh Gambar-3. Dari sektor industri, menggunakan bahan bakar dari konservasi
distribusi sumber emisi CO2 diperlihatkan oleh energi. Tetapi proses secara kimia sangat
Gambar-4. Berdasarkan pembagian daerah tergantung dari bahan bakar yang digunakan
penghasil emisi CO2 terbesar dunia adalah dan jenis dari proses konservasi energinya
Amerika Utara (37%) dikuti oleh Eropa (14%) Sebagai contoh apabila pusat tenaga listrik
dan Cina (10%), (Gambar-5). menggunakan batu bara sebagai bahan
bakarnya dimana batu bara mengandung
Menangkap CO2 belerang hal ini akan mempengaruhi desain,
Proses menangkap CO2 atau biaya operasi pada proses dekarbonisasi. Hal
teknologi dekarbonisasi untuk menangkap CO2 ini berlaku juga bila menggunakan batubara
dibagi dalam3 kategori,(Oil & Gas Science and dan aspal. Emisi CO2 hampir 30% berasal dari
Technology-Rev.IFP.Vol.60, 2005).(Gambar- pembangkit tenaga listrik, oleh karena itu
6): proses penangkapan CO2 pada pembangkit
tenaga listrik memberikan dampak yang sangat
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
Alasan yang mendasari dilakukannya mengurangi emisi sebesar 1000 ton CO2
monitoring pada penyimpanan CO2 bawah per tahun.
permukaan diantaranya:(Oil & Gas Sience and Project Crust di Belanda yang
Technoligy-Rev.IFP.Vol.60,2005). menginjeksikan gas CO2 ke dalam
Kesehatan dan keamanan, reservoar lapangan gas lepas pantai yang
Untuk memastikan apakah injeksi dan dilakukan oleh Gaz de France.
penyimpanan CO2 tidak berdampak buruk Proyek LNG Snohvit Di Norwegia, Stato
kepada kesehatan dan lingkungan. Oil sedang mengembangkan tiga lapangan
Memperkecil kemungkinan terjadinya gas di Brent Sea mempergunakan instalasi
kebocoran CO2. produksi bawah laut yang disambung ke
Keseimbangan massa jaringan pipa proses dan kilang pencairan
Untuk memastikan apakah injeksi CO2 di darat. Setiap tahun gas CO2 sebesar 700
tepat berada di target formasi, dan ton mampu dipisahkan dari gas dan
jumlah CO2 yang diinjeksi sesuai dengan diinjeksikan ke dalam lapisan garam yang
CO2 yang disimpan (keseimbangan berada 2600 m di bawah permukaan laut.
masa). Monitoring adalah implementasi Industri Gas Alam di Alberta, Canada
untuk mengawasi rencana jumlah CO2 memproduksi emisi CO2 dan H2S
yang diinjeksikan sesuai dengan kuota diinjeksikan ke deep salt reservoar yang
emisi dan kredit carbon (Kyoto portocol) berada pada kedalaman 1400-2900 m di
yang diijinkan. bawah permukaan bumi sejak tahun 1994.
Mengembangkan pengetahuan mengenai Lapangan Gas Sleipner West, Laut Utara
kinerja CO2 yang diinjeksikan kedalam sejak tahun 1996 menginjeksikan CO2 ke
reservoar dan meramalkannya di masa deep salt reservoar yang berada di bawah
mendatang. dasar laut.
Untuk pengembangan teknik dan Beberapa projek di Amerika yang
metodologi penyimpanan CO2 di bawah menggunakan CO2 untuk meningkatkan
permukaan dan kemungkinan gas lain perolehan minyak yang selanjutnya
yang bisa diinjeksikan di masa disimpan di depleted reservoar.
mendatang. Dari hasil kajian teknologi sekuestrasi
CO2, terlihat kemungkinan teknologi ini bisa
diterapkan di Indonesia. Indonesia
IMPLEMENTASI SEKUESTRASI CO2 DI memproduksi CO2 dari berbagai sumber,
INDONESIA misalnya lapangan-lapangan minyak dimana
gas CO2 sebagai gas ikutan, pabrik-pabrik
Teknologi sekuestrasi ini sudah ammonia, LNG Bontang, dan pusat-pusat
dikembangkan dan diimplementasikan listrik berbahan bakar fossil (gas, minyak,
dibeberapa negara sejak tahun 1990 dimana batubara) yang mana ini akan menjadi masalah
sampai saat ini teknologi terus dikembangkan untuk mengatasinya. CO2 yang terproduksi bisa
dan penelitian terus dilakukan terutama pada digunakan untuk meningkatkan perolehan
teknologi capture sehingga diharapkan dimasa minyak dengan teknologi injeksi CO2 atau bisa
mendatang teknologi ini cukup efisien dan juga disimpan kembali di depleted reservoir,
ekonomis. Negara-negara yang sudah deep saline aquifer dan coal bed. Dengan
melakukan diantaranya(CO2 Net, 2004) : teknologi ini diharapkan Indonesia dapat
Proyek BP and Sonatrach yang menurunkan emisi gas buang CO2 keudara.
menginjeksikan CO2 dari lapangan gas In Saat ini posisi Indonesia berada pada
Salah, Aljazair ke perut bumi sejak tahun urutan ketiga dunia penghasil emisi gas CO2,
2004. Proyek ini diharapkan mampu dimana penghasil emisi terbesar berasal dari
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
bahan kimia berbahaya seperti karsinogen dan Hal ini diakibatkan oleh kebutuhan energi
logam menjadi kegiatan yang produktif seperti berbahan dasar fossil akan semakin meningkat
untuk proyek penginjeksian ulang, peningkatan sebanding dengan pertambahan penduduk.
efisiensi dan untuk kebutuhan energi sendiri PPPTMGB LEMIGAS diharapkan untuk
maupun dijual. Dengan memasukkan proyek- terus melakukan penelitian secara lebih intensif
proyek tersebut sebagai proyek CDM, maka dalam menerapkan teknologi sekuestrasi CO2 di
penjualan CER dapat memberikan penghasilan bagian lain wilayah Indonesia. Hal ini
tambahan bagi proyek dan meningkatkan diharapkan tidak dilakukan sendiri, tetapi
keekonomian negara dan sekaligus bisa bekerja sama dengan industri-industri terkait
menekan biaya yang harus ditanggung oleh yang didukung oleh pemerintah sebagai
konsumen akhir. pemegang kebijakan.
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
20000
2030
2002
16000
CO 2 emissions (Mt/yr)
12000
8000
4000
0
power industry transport residential + other
services sectors
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43
Proceeding Simposium Nasional IATMI
25 - 28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
CO2 Potential
___________________________________________________________________________________
IATMI 2007-TS-43