Anda di halaman 1dari 11

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 14 No. 04 Desember z2011 Halaman 213 - 223


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
Artikel Penelitian

MODUL MENUJU SELAMAT-SEHAT: INOVASI PENYULUHAN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA DALAM PENGENDALIAN KELELAHAN KERJA

TOWARD BETTER HEALTH AND SAFETY MODULE: INNOVATION FOR OCCUPATIONAL HEALTH
AND SAFETY EDUCATION TO CONTROL FATIGUE

Krispinus Duma1, Adi Heru Husodo2, Soebijanto3, Lientje Setyawati Maurits4


1
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK Universitas Mulawarman, Samarinda
2
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK UGM, Yogyakarta
3
Bagian Anatomi, FK UGM, Yogyakarta
4
Program Studi Ilmu Kesehatan Kerja, FK UGM, Yogyakarta

ABSTRACT ABSTRAK
Background: Fatigue was allegedly the cause of accidents Latar Belakang: Kelelahan kerja yang disinyalir penyebab
in the Perusahaan Tambang Batubara (PTB) and the OHS mana- kecelakaan kerja di Perusahaan Tambang Batubara (PTB) dan
gement company focused on the manpower to cope with rec- oleh manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) per-
ommends getting enough sleep, exercise, balanced diet and usahaan menitikberatkan pada tenaga kerja untuk mengatasi-
so forth. But fatigue is caused by various factors including, nya dengan menganjurkan tidur cukup, berolahraga, menu
work environment factors, lifestyle, health conditions and so makanan seimbang dan sebagainya. Namun kelelahan kerja
forth but it is not disclosed to the work force. Occupational disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan
Health Safety (OHS) extension system with lectures held so kerja, pola hidup, kondisi kesehatan dan lain sebagainya tetapi
far one way communication from the management of PTB to hal tersebut tidak diungkapkan kepada tenaga kerja. Penyuluhan
the workforce and look at labor as objects rather than as OHS K3 dengan sistem ceramah yang diselenggarakan selama ini
subjects. bersifat satu arah dari manajemen PTB ke tenaga kerja dan
Purpose: Towards a Better Health and Safety Module (MMSS) memandang tenaga kerja sebagai objek K3 bukan sebagai
as the OHS method and media effective counseling increased subjek K3.
knowledge, attitude and behavior of OHS and innovative labor Tujuan: Mendesain Modul Menuju Selamat Sehat (MMSS)
force in controlling fatigue in PTB. sebagai metode dan media penyuluhan K3 yang efektif
Methods: This quasi-experimental type (quasi experimental) meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku K3 serta tenaga
with nonequivalent design (pretest and posttest) control group kerja inovatif dalam pengendalian kelelahan kerja di PTB.
design, consisting of treatment group (experimental) and con- Metode: Penelitian ini berjenis eksperimental semu (quasi
trol groups. Treatment groups received MM-SS, while the con- experimental) dengan rancangan nonequivalent (pretest and
trol group did not get the MMSS. posttest) control group design, yang terdiri dari kelompok
Result: Application Module Towards Good-Health as a method perlakuan (eksperimen) dan kelompok kontrol. Kelompok
and medium of OHS for one-year extension effective improve perlakuan mendapat MMSS, sedangkan kelompok kontrol tidak
the OHS knowledge and attitudes heavy equipment operator mendapat MMSS.
significantly (p<0.05), but not yet effective increasing behav- Hasil: Penerapan Modul Menuju Selamat-Sehat (MMSS) sebagai
ior of heavy equipment operator (p> 0,05) in control of work metode dan media penyuluhan K3 selama satu tahun efektif
exhaustion in the PTB. Relationships of OHS knowledge and meningkatkan pengetahuan dan sikap K3 operator alat berat
attitude with the level of job burnout WR light, WR sound indi- secara signifikan (p<0,05), tetapi belum efektif meningkatkan
cator, and KAUPK2 significant (p <0.05) but not significant perilaku K3 operator alat berat (p>0,05) dalam pengendalian
OHS behavior (p> 0.05). The correlation coefficient of OHS kelelahan kerja di PTB. Hubungan pengetahuan dan sikap K3
knowledge, attitude and behavior with the level of job burnout dengan tingkat kelelahan kerja indikator WR cahaya, WR suara
WR light, WR sound indicator and KAUPK2 is 0.090 to 0.540. dan KAUPK2 signifikan (p<0,05) tetapi perilaku K3 tidak
Conclusion: Module OHS (MMSS) as extension methods and signifikan (p>0,05). Koefisien korelasi pengetahuan, sikap dan
media effective K3 K3 improve knowledge and attitudes, but perilaku K3 dengan tingkat kelelahan kerja indikator WR cahaya,
not yet effective increase K3 behavior PTB heavy equipment WR suara dan KAUPK2 adalah 0,090-0,540.
operator. Knowledge and attitudes K3 significantly associated Kesimpulan: Modul K3 (MMSS) sebagai metode dan media
with fatigue level heavy equipment operator work PTB, but the penyuluhan K3 efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap
relationship behavior of K3 with no significant level of job K3, tetapi belum efektif meningkatkan perilaku K3 operator alat
burnout. berat PTB. Pengetahuan dan sikap K3 berhubungan signifikan
dengan tingkat kelelahan kerja operator alat berat PTB, tetapi
Keywords: modules, knowledge, attitude, behavior, fatigue hubungan perilaku K3 dengan tingkat kelelahan kerja tidak
work signifikan.

Kata Kunci: modul, pengetahuan, sikap, perilaku, kelelahan kerja

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 213
Krispinus Duma, dkk.: Modul Menuju Selamat-Sehat Inovasi ...

PENGANTAR kesehatan tenaga kerja di pertambangan tidak


Undang-Undang (UU) No.1/1970 tentang Kese- terpantau oleh kedua departemen tersebut.
lamatan Kerja mengatur kewajiban manajemen Lingkungan kerja tambang batubara dengan
perusahaan, kewajiban dan hak tenaga kerja serta risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
pengawasan dan pembinaan pemerintah akan bersumber dari proses penambangan berupa: faktor
keselamatan kerja. Kewajiban manajemen perusa- fisik antara lain bising, getaran, debu; faktor kimia
haan antara lain: 1) memeriksakan kesehatan fisik antara lain zat-zat bahan peledakan, gas metan;
dan mental tenaga kerja yang akan diterima atau faktor biologi antara lain cacing tambang, serangga;
yang akan dipindahkan ke bagian lain sesuai dengan faktor ergonomi antara lain angkat-angkut, beban
sifat-sifat pekerjaan yang akan diberikan kepadanya, kerja, kapasitas kerja, kerja monoton, masalah shift
2) menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap kerja dan lain sebagainya.5 Kondisi areal tambang
tenaga kerja baru tentang kondisi-kondisi dan (tambang terbuka) selalu berubah-ubah, alur dan
bahaya-bahaya serta risiko yang dapat timbul di permukaan jalan tidak rata atau bergelombang
tempat kerja, 3) melaporkan setiap kecelakaan atau kadang-kadang berlubang atau bergunduk yang dapat
penyakit akibat kerja kepada pejabat yang ditunjuk menimbulkan goncangan dan getaran pada opera-
oleh pemerintah.1 tor alat berat. Alat berat yang digunakan dengan
Kewajiban dan hak tenaga kerja antara lain: kapasitas ratusan ton beroperasi 24 jam sehari
1) wajib memenuhi dan mentaati semua aturan dan potensial menimbulkan bising dan getaran mekanik,
syarat keselamatan dan kesehatan kerja, 2) meminta tergantung perawatan mesin dan kondisi jalan. Selain
kepada manajemen perusahaan melaksanakan faktor tersebut cuaca atau iklim juga sangat
semua syarat K3 yang diwajibkan, 3) menyatakan mempengaruhi situasi kerja, bila hujan turun akan
keberatan atas pekerjaan atau tempat kerja yang membuat jalan licin dan bila tidak hujan akan timbul
diragukan syarat keselamatan dan kesehatan debu yang mengharuskan penyiraman. Semua
kerjanya serta alat pelindung diri yang diwajibkan, kondisi demikian dapat menimbulkan kejenuhan,
dan 4) meminta kepada manajemen perusahaan atau stres kerja bahkan perasaan lelah kerja sebaliknya
melaporkan kepada instansi terkait mengenai alat- kondisi kerja sangat memerlukan kewaspadaan
alat pelindung diri yang belum ada atau sudah tidak penuh dari operator alat berat dalam bekerja.
layak dipakai lagi.2 Posisi tawar tenaga kerja yang Kelelahan kerja dipengaruhi oleh faktor pola
rendah dan tekanan ekonomi menyebabkan hak-hak hidup (merokok, minum alkohol, kurang olahraga,
tenaga kerja tidak tersalurkan sepenuhnya. Para kurang tidur dan lain-lain), faktor lingkungan kerja
tenaga kerja terpaksa menerima pekerjaan yang (FLK) dan beban kerja seperti terlalu banyak kerja
diberikan, walaupun tidak memenuhi syarat-syarat ataupun terlalu sedikit kerja. Karakteristik kelelahan
K3.1 Hal ini menyebabkan tenaga kerja tidak dapat kerja meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan
mencapai tujuan bekerja yaitu: 1) memperoleh nafkah tersebut dilakukan. Suasana kerja yang tidak ditun-
dan penghidupan sekarang dan untuk masa depan, jang oleh kondisi lingkungan kerja yang nyaman,
serta 2) sehat sebelum bekerja, sehat dan sejahtera aman, sehat dan selamat memicu timbulnya stres
selama bekerja dan sesudah pensiun.3,4 yang dapat menyebabkan kelelahan kerja. Risiko
Pelaksanaan UU RI No. 1/1970 untuk sektor kelelahan kerja berupa motivasi menurun, performa
pertambangan, telah menerbitkan Peraturan Peme- rendah, penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja dan
rintah (PP) No. 19/1973 sebagai pemberian wewe- sebagainya.6,7
nang pembinaan dan pengawasan K3 dari Menteri Survei awal pada penelitian ini di beberapa
Tenaga Kerja Kepada Menteri Pertambangan dan perusahaan tambang batubara di Provinsi Sumatera
Energi sehingga masalah K3 di pertambangan Barat dan di Provinsi Kalimantan Timur mengindi-
menjadi tanggung jawab Departemen Pertambangan kasikan pola hidup merokok dan pekerjaan shift
dan Energi. Sehubungan dengan itu, telah diterbitkan sangat dominan pada tenaga kerja di tambang.
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. Sehubungan dengan sifat dari shift kerja yang selalu
555.K/26/MPE/1995 tentang keselamatan dan berputar dan bergilir akan berpengaruh terhadap lama
kesehatan kerja pertambangan umum. Namun, tidur, makan-minum, aktivitas fisik atau olahraga,
keputusan ini hanya berorientasi pada keselamatan hubungan keluarga, sosial dan masyarakat. Selain
kerja dan sedikit sekali menyangkut kesehatan itu, dalam wawancara dengan operator dan petugas
kerja. Adanya PP No. 19/1973 menyebabkan De- K3 mengindikasikan kelelahan dan kebosanan
partemen Tenaga Kerja atau Departemen Kesehatan dalam pekerjaan yang monoton menjadi faktor
tidak melakukan pengawasan K3 di pertambangan, penyebab kecelakaan kerja. Keluhan-keluhan
sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi status lainnya yang dialami tenaga kerja di pertambangan

214 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

batubara adalah low back pain, kecelakaan kerja dan kesehatan kerja di perusahaan pertambangan
dan penyakit akibat kerja. batubara antara lain: 1) Departemen Pertambangan
Berbagai upaya telah dilakukan selama ini untuk dan Energi hanya berfokus pada pengawasan syarat-
penerapan K3 di perusahaan, seperti: penyuluhan syarat penambangan yang berkaitan dengan ledakan,
dengan ceramah, penerangan singkat K3 sebelum kebakaran, longsor dan kecelakaan tambang, belum
memulai kerja, poster, pamflet, baliho dan lain menekankan aspek kualitas FLK, status kesehatan
sebagainya. Media cetak dan elektronik seperti kerja, kelelahan kerja dan pola hidup tenaga kerja di
majalah, radio dan layar televisi informasi diman- pertambangan batubara.10 2) Kantor Dinas Pertam-
faatkan pula untuk mempromosikan pentingnya K3 bangan dan Energi Kalimantan Timur hanya mene-
baik bagi perusahaan maupun untuk tenaga kerja rima laporan kasus kecelakaan kerja yang berat atau
dan keluarganya. Namun, semua upaya tersebut fatal dari perusahaan tambang batubara dan tidak
belum membuahkan hasil yang optimal dalam pernah menerima laporan kondisi lingkungan kerja
mencapai tujuan K3. Hal ini karena keterbatasan atau kesehatan kerja perusahaan tambang. Demiki-
dari pihak-pihak yang terkait seperti tenaga kerja, an pula sebaliknya Kantor Dinas Pertambangan dan
manajemen perusahaan dan pemerintah. Energi Kalimantan Timur melalui bagian K3 tidak
Kendala atau keterbatasan tenaga kerja yang pernah meminta laporan kondisi faktor lingkungan
timbul di lapangan dalam pengendalian kelelahan kerja dan kasus penyakit akibat kerja dari perusaha-
kerja melalui peningkatan pola hidup, FLK dan sta- an-perusahaan tambang batubara, sehingga hazard-
tus kesehatan kerja antara lain: 1) ketidaktahuan hazard yang potensial berbahaya terhadap kesehat-
tenaga kerja akan pengaruh FLK terhadap kece- an di pertambangan batubara tidak pernah terlapor-
lakaan dan kesehatan kerja serta tidak diberitahukan kan (sumber petugas K3 Dinas Pertambangan dan
dan dijelaskan kepada tenaga kerja hasil pengukuran Energi Kalimantan Timur). 3) Peraturan Pemerintah
FLK dan hasil pemeriksaan kesehatan kerja.8 2) (PP) No. 19/1973 tentang pemberian wewenang pem-
Posisi tawar (bargaining position) dan sumber daya binaan dan pengawasan keselamatan kerja di bidang
tenaga kerja rendah serta tekanan ekonomi atau pertambangan dari Menteri Tenaga Kerja kepada
kebutuhan kesempatan kerja, secara langsung Menteri Pertambangan dan Energi menyebabkan
maupun tidak langsung menyebabkan hak-hak masalah K3 (kesehatan kerja dan FLK) tidak terpan-
tenaga kerja tidak tersalurkan sepenuhnya. Para tau oleh Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Kantor Dinas
tenaga kerja terpaksa menerima pekerjaan yang Kesehatan.
diberikan kepadanya, walaupun tidak memenuhi Pada akhirnya, tenaga kerjalah yang paling
syarat-syarat K3.1 3) Banyak perusahaan meman- banyak menanggung berbagai risiko yang dialami
faatkan ketidaktahuan tenaga kerja tentang syarat- di lingkungan kerja. Selain kondisi demikian, sikap
syarat sebagai peserta jaminan sosial tenaga kerja dan perilaku tidak sehat dari tenaga kerja seperti
sehingga para tenaga kerja tidak didaftarkan seba- merokok atau tidak memakai alat pelindung diri pada
gaimana mestinya sebagai anggota Jamsostek.9 waktu bekerja akan memperbesar risiko yang
Kendala yang timbul dari petugas K3 atau dihadapinya. Berbagai program K3 dilakukan per-
manajemen perusahaan untuk peningkatan kualitas usahaan sebagaimana yang diatur dalam Perme-
FLK, kelelahan, keselamatan dan kesehatan kerja naker No. PER 05/MEN/1996 atau Permentamben
antara lain: 1) masih banyak pengusaha yang belum No. 555.K/26/MPE/1995 namun upaya-upaya K3
menyadari pentingnya K3 atau sengaja mengabaikan selama ini hanya untuk pemenuhan persyaratan K3
aspek K3 untuk menghemat biaya produksi dan biaya bagi manajemen perusahaan dan belum bermanfaat
operasional perusahaan.1 2) Ada sebagian perusa- sebagai pembelajaran bagi tenaga kerja. Karena itu
haan tidak mendukung sepenuhnya pelaksanaan K3 perlu inovasi baru penyuluhan K3 untuk pem-
di perusahaannya. Keterbatasan tenaga kerja K3, berdayaan tenaga kerja sebagai subjek pelaku
dibandingkan dengan masalah dan pekerjaan K3 di kegiatan K3 dan bukan hanya sekedar sebagai objek
lingkungan pertambangan batubara yang sangat kegiatan K3.
luas.
Kendala dari pihak pemerintah (Departemen
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Pertambangan dan Energi, Departemen Tenaga
Penelitian ini berjenis eksperimental semu
Kerja, Departemen Kesehatan dan lain-lain) dalam
(quasi experimental) dengan rancangan nonequi-
promosi atau penyuluhan K3, pengendalian dan
valent (pretest and posttest) control group design,
peningkatan kualitas FLK, kelelahan, keselamatan

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 215
Krispinus Duma, dkk.: Modul Menuju Selamat-Sehat Inovasi ...

yang terdiri dari kelompok perlakuan (eksperimen) Pembuatan modul K3 ini dikonsultasikan pada ahli
dan kelompok kontrol.11,12 Kelompok perlakuan kurikulum teknologi pendidikan dan promosi
mendapat Modul Menuju Selamat Sehat (MM-SS) kesehatan. Sebagai output adalah modul K3
sebagai metode dan media penyuluhan K3 disertai berbentuk buku saku (MMSS). Output modul K3
penjelasan/ceramah dan penyuluhan K3 yang exit- tersebut diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui
ing di perusahaan selama ini, sedangkan kelompok format yang sesuai di lingkungan kerja tambang
kontrol hanya mendapat penyuluhan K3 yang exit- batubara. Hasil uji coba diperbaiki dan masih
ing di perusahaan selama ini. dikonsultasikan pada ahli kurikulum teknologi
Populasi penelitian adalah seluruh operator alat pendidikan dan promosi kesehatan kemudian
berat pada kegiatan overborden management (over- dicetak menjadi modul K3 berbentuk buku saku yang
burden truck, water truck, backhoe, shovel, grader, siap diterapkan sebagai inovasi penyuluhan K3 untuk
wheel dozer dan dozer) sebanyak 1.044 orang. peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku K3
Pengambilan sampel dengan dua tahap, pertama tenaga kerja dalam pengendalian kelelahan kerja di
dengan sampling area yaitu menentukan lokasi pit perusahaan tambang batubara.
penelitian dari tiga pit di PTB. Pit AB dan pit J dipilih
sebagai lokasi penelitian atas pertimbangan jarak
Input modul
dan akses masuk ke dua pit tersebut cukup berbeda Pola hidup
Faktor lingkungan kerja
untuk mengatasi bias yang mungkin terjadi. Kedua Faktor penyebab kelelahan kerja
penentuan sampel subjek penelitian dengan purpo- Faktor penyebab kecelakaan kerja
Faktor penyebab kesehatan kerja
sive sampling yang memenuhi kriteria inklusif yaitu
lama kerja minimal satu tahun sebagai operator alat
berat, umur 21-53 tahun. Kriteria eksklusif yaitu ope-
Proses Penyusunan
rator alat berat muat, alat dorong dan alat angkut Modul K3 Berbentuk
baik tenaga kerja permanen maupun kontrak dari Buku Saku (MMSS)

kontraktor yang lengkap data pre test dan post test-


nya. Konsultasi Ahli Kurikulum Uji coba
Modul Menuju Selamat-Sehat (MMSS) tersebut Teknologi Pembelajaran di Lapangan
dan Promosi Kesehatan
dirancang berdasarkan materi penyuluhan K3 di
pertambangan batubara kemudian dibentuk sebesar
buku saku supaya mudah dibawa tenaga kerja setiap Output modul K3
Modul K3 berbentuk buku
saat untuk dibaca dan untuk diisi data hasil peng- saku (MMSS)
ukuran FLK, pola hidup dan data kesehatan kerja
waktu melaksanakan medical check up. Dengan
Penerapan Modul K3
demikian disain MMSS sebagai metode dan media Berbentuk Buku Saku
penyuluhan K3 pada tenaga kerja berfungsi seperti (MMSS)

Kartu Menuju Sehat (KMS) pada balita.


Prosedur mendisain modul K3 dimulai dari survei Gambar 1. Bagan proses pembuatan modul K3
lingkungan kerja tambang-tambang batubara di berbentuk buku saku
Sumatera Barat dan Kalimantan Timur serta informasi
dari hasil kunjungan ke Kantor Jamsostek Wilayah HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV Balikpapan dan Jamsostek Kalimantan Timur di Hasil penelitian ini diringkas dan ditampilkan
Samarinda, Kantor Dinas Pertambangan dan Energi dalam bentuk tabulasi pengaruh modul K3 terhadap
Kalimantan Timur di Samarinda, Kantor Tenaga Kerja peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku K3
dan Transmigrasi Kalimantan Timur di Samarinda tenaga kerja serta hubungan pengetahuan, sikap dan
dan Kantor Hiperkes Wilayah Kalimantan di perilaku K3 dengan tingkat kelelahan kerja tenaga
Samarinda. Data yang diperoleh dari survei tersebut kerja PTB di Kalimantan Timur.
sebagai input mendisain modul K3. Selain itu peneliti Tabel 1. Hasil uji-t data kelompok perlakuan dengan
merancang modul K3 dari hasil membaca beberapa kelompok kontrol, PTB Kalimantan Timur tahun 2009
sumber bacaan buku dan artikel serta kebaikan Mr Variabel Kelompok t db p
Simpson Psychologist dan Direktur BSS Corporate Pengetahuan Perlakuan-Kontrol 18,226 301 0,000
Psychology Services Perth, Western Australia.13 Sikap Perlakuan-Kontrol 15,851 301 0,000
Perilaku Perlakuan-Kontrol 1,133 301 0,258

216 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Tabel 2. Ringkasan uji chi-square hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku dengan tingkat kelelahan kerja
indikator WR cahaya, WR suara dan KAUPK2 operator alat berat PTB Kalimantan Timur tahun 2009
Chi-Square Test
Variabel WR Cahaya WR Suara KAUPK2
Value df P Value df P Value df P
Pengetahuan 6.430 4 0,019 7.806 4 0,009 99.119 6 0,000
Sikap 4.712 4 0,031 11.629 4 0,020 25.861 6 0,000
Perilaku 4.984 4 0,289 3.111 4 0,539 4.641 6 0,591

Tabel 3. Ringkasan hasil analisis statistik hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku dengan tingkat kelelahan
kerja indikator WR cahaya, WR suara dan KAUPK2 operator alat berat PTB Kalimantan Timur tahun 2009
WR Cahaya WR Suara KAUPK2
Variabel Koefisien Koefisien Koefisien
Signifikansi Signifikansi Signifikansi
Korelasi Korelasi Korelasi
Konstanta 560,676 0,000 258,618 0,000 26,009 0,000
Pengetahuan -6,061 0,000 2,105 0,000 0,054 0,006
R2 0,534 0,173 0,090
F 342,799 62,608 2,628
Konstanta 242,767 0,000 556,321 0,000 16,032 0,000
Sikap 2,394 0,000 -5,280 0,000 0,621 0,000
2
R 0,196 0,533 0,214
F 72,845 4,640 81,211
Konstanta 154,901 0,000 30,825 0,000 64,964 0,000
Perilaku 4,409 0,000 7,148 0,000 -0,832 0,000
2
R 0,540 0,534 0,501
F 350,387 329,784 300,681

1. Modul K3 dengan pengetahuan K3 dalam sebanyak-banyaknya pula. Selain itu, modul K3 ini
pengendalian kelelahan kerja dibarengi dengan penyuluhan dalam bentuk ceramah
Hasil analisis independent t-test pengetahuan sehingga dengan metode dan media penyuluhan ini,
kelompok perlakuan dengan pengetahuan kelompok pengetahuan K3 dapat ditransfer pada tenaga kerja
kontrol terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) melalui penglihatan (tabel dan grafik) dan melalui
Gambar 1. Hal ini menggambarkan penerapan modul pendengaran dengan penyuluhan atau ceramah.
K3 sebagai metode dan media (alat peraga) Metode penyuluhan seperti ini sistem komunikasi
penyuluhan K3 efektif meningkatkan pengetahuan yang terbangun dalam penyuluhan K3 adalah sistem
K3 operator dalam pengendalian kelelahan kerja di dua arah (two ways communication).
PTB dibanding dengan tidak menggunakan modul Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang
K3. Hal ini sesuai dengan fungsi alat bantu atau alat terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
peraga penyuluhan untuk mentransfer pesan atau terhadap sesuatu objek tertentu.17 Objek yang di-
pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain yang maksud dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran
sangat penting untuk terbentuknya tindakan sese- FLK (getaran seluruh tubuh dan bising) di kabin alat
orang. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan berat, pola hidup (lama tidur dan merokok) dan
tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai pengukuran indikator kelelahan kerja operator melalui
dengan keyakinan tersebut.14 reaction timer (waktu rangsang (WR) cahaya, WR
Pengetahuan yang ada pada seseorang diterima suara) dan penilaian perasaan kelelahan kerja melalui
melalui indra, mata yang paling banyak menyalurkan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja
pengetahuan ke dalam otak manusia (75%-87%), (KAUPK2) yang ditampilkan dalam tabel dan grafik
sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalurkan modul K3 sebagai metode dan media penyuluhan
melalui indra yang lain.15 Semakin banyak indra yang K3. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek
difungsikan dalam proses belajar atau penyuluhan dapat berubah dan berkembang sesuai dengan
semakin banyak pula informasi atau pengetahuan kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tinggi-
yang diketahui atau diserap.16 Prinsip inilah yang rendahnya mobilitas informasi tentang objek tersebut
difungsikan dalam penelitian ini dengan menggu- di lingkungannya.17 Mobilisasi informasi objek ini di
nakan modul K3 berbentuk buku saku yang mengan- perusahaan hampir tidak pernah dilakukan kecuali
dung materi penyuluhan K3 dalam bentuk bacaan, terhadap pola hidup seperti lama tidur, merokok,
kuis, gambar, tabel dan grafik sebagai media aktivitas fisik atau olahraga dan menu seimbang yang
penyuluhan K3 yang dapat mengaktifkan indra op- ditekankan untuk pengendalian kelelahan (fatigue)
erator untuk menerima/memperoleh pengetahuan dalam setiap safety talk atau safety meeting.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 217
Krispinus Duma, dkk.: Modul Menuju Selamat-Sehat Inovasi ...

Hubungan pengetahuan K3 dengan tingkat Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan


kelelahan kerja operator alat berat adalah signifikan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,
(p<0,5) baik dilihat dari indikator WR cahaya, WR lingkungan, pendidikan, media massa dan emosi
Suara maupun dari indikator KAUPK2 (Tabel 2) dalam diri individu.14,20 Ditambahkan oleh Azwar20
dengan koefisien korelasi sebesar 0,090-0,534 (Tabel bahwa pembentukan sikap yang utuh diperlukan
3). Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikatakan panutan orang yang dianggap penting, media massa,
Redd 17 bahwa pengetahuan merupakan hasil institusi atau lembaga. Faktor pendidikan operator
stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan alat berat PTB yang 85,4% adalah SLTA dan
diingat dari modul K3 yang dirancang sebagai pengalaman kerja rata-rata 8,3 tahun dapat
metode dan media penyuluhan K3. mendorong perubahan sikap dalam pengendalian
Apa yang disebutkan di atas sejalan dengan kelelahan kerja.
hasil penelitian ini yang bermaksud untuk mening- Sikap didefinisikan sebagai gaya, perasaan dan
katkan pengetahuan dan pemahaman tenaga kerja kecenderungan reaksi yang bersifat evaluatif terha-
bahwa FLK dan pola hidup dapat mempengaruhi dap objek yang dihadapi.14 Disain modul K3 ini
kelelahan kerja. Melalui tampilan data hasil peng- dimaksudkan menggambarkan sikap K3 dari opera-
ukuran FLK (WBV dan bising) dan pola hidup (lama tor terhadap pola hidup dan FLK mereka dalam
tidur dan merokok) dalam suatu tabel dan grafik MM- hubungannya dengan kelelahan, kerja agar mereka
SS maka dapat dilihat tren dari grafik tersebut dapat mengevaluasi objek yang dihadapi. Adapun
sehingga dapat menimbulkan keyakinan pada tenaga oleh Fishbein dan Ajzen18 menyebutkan sikap terdiri
kerja. Dengan demikian, tenaga kerja tidak ber- atas fitur yaitu: gagasan sikap dapat dipelajari, sikap
anggapan lagi bahwa kelelahan kerja itu adalah hal itu mempengaruhi tindakan, dan bahwa tindakan-
biasa dan manusiawi yang setiap saat bisa terjadi. tindakan seperti itu secara konsisten menuju ke arah
Oleh karena itu penyebab kelelahan kerja dapat penilaian objek apakah baik atau kurang baik.
dicegah atau diatasi. Penelitian ini gagasan sikap yang diajukan adalah
kelelahan kerja oleh sebagian operator disikapi
2. Modul K3 dengan Sikap K3 dalam sebagai hal biasa dan manusiawi, setiap orang bisa
pengendalian kelelahan kerja mengalaminya sehingga tidak perlu mencari
Hasil analisis independend t-test antara sikap penyebabnya.
kelompok perlakuan dengan sikap kelompok kontrol Hasil penelitian ini menunjukkan sikap mem-
ada perbedaan signifikan (p<0,05) Modul K3 sebagai punyai hubungan secara signifikan (p<0,5) dengan
metode dan media penyuluhan K3 efektif mengubah tingkat kelelahan kerja baik dilihat dari indikator
atau meningkatkan sikap K3 dari operator alat berat kelelahan kerja WR cahaya, WR suara dan KAUPK2
PTB. Sikap merupakan reaksi atau respons yang (Tabel 2). Koefisien korelasi hubungan tersebut
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimu- berkisar 0,196-0,533 (Tabel 3). Hal tersebut dapat
lus atau objek. Respons akan timbul apabila individu ditelusuri atau dipelajari dari faktor-faktor yang
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki mempengaruhi kelelahan kerja seperti pola hidup
adanya reaksi individual.18 Sikap juga mempunyai dan FLK. Penyuluhan K3 menggunakan MMSS
fungsi sebagai pertahanan ego, pernyataan nilai dan tersebut diharapkan inovasi yang terkandung
fungsi pengetahuan.14,19 didalamnya akan meningkatkan sikap operator alat
Pengetahuan merupakan fungsi dari sikap bah- berat sebagaimana yang dikemukakan oleh Fishbein
wa manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin dan Ajzen.18
tahu, mencari penalaran dan mengorganisasikan
pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman 3. Modul K3 dengan perilaku K3 dalam
yang semula tidak konsisten dengan apa yang dike- pengendalian kelelahan kerja
tahui oleh individu akan disusun, ditata dan diubah Analisis independent t-test perilaku kelompok
sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsis- perlakuan dengan perilaku kelompok kontrol p>0,5.
tensi.14 Inilah yang berusaha digali dalam penelitian Tidak ada perbedaan perilaku antara kelompok
ini, dengan menjembatani tenaga kerja untuk perlakuan dengan kelompok kontrol selama satu
mengorganisikan pengalaman-pengalamannya (pola tahun penerapan modul K3 sebagai metode dan
hidup) dan hasil pengukuran FLK (WBV dan bising) media penyuluhan K3. Modul K3 sebagai metode
yang disusun dan ditata dalam suatu modul K3 dan media penyuluhan K3 belum efektif mengubah
sehingga tercapai suatu konsistensi yang mudah atau meningkatkan perilaku K3 operator alat berat
dipahami dan diketahui oleh tenaga kerja. PTB selama penelitian berlangsung.

218 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Modul K3 berbentuk buku saku (MMSS) ini yang berisiko tinggi, tetapi menerapkan sistem kerja
belum dapat menimbulkan rangsangan atau respons tiga shift yaitu shift pagi, sore dan malam, sangatlah
pada operator alat berat untuk meningkatkan atau diperlukan perilaku K3 dengan penuh ketelitian.
mengubah perilaku K3-nya dalam pengendalian Apabila perilaku kurang teliti atau behavioral defi-
kelelahan kerja. Beberapa rangsangan yang dapat cits terjadi, itu bukanlah behavioral deficits melainkan
menyebabkan seseorang mengubah perilakunya karena pekerja shift malam sering kantuk dan lelah
seperti rangsangan fisik, rangsangan rasional, membuat sulit berkonsentrasi yang memungkinkan
rangsangan emosional, rangsangan keterampilan, perilaku kurang ketelitian terjadi yang dapat
rangsangan jaringan perorangan dan keluarga.21 meningkatkan kesalahan atau kecelakaan.24
Penelitian ini bermaksud membangkitkan Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu
rangsangan pada operator alat berat PTB dengan faktor predisposisi (predisposing factors), faktor
menampilkan data pola hidup, hasil pengukuran FLK, pemungkin (enabling factors) dan faktor penguat (re-
indikator kelelahan kerja dan data MCU setiap tahun inforcing factors).25 Bila dilihat dari komitmen PTB
untuk dirangkai dalam suatu tabel dan grafik secara pada K3, faktor kedua dan ketiga tersebut cukup
kontinyu sehingga dapat dilihat tren dari informasi memadai seperti enabling factors meliputi sarana
yang terkandung dalam data tersebut untuk menjadi dan prasarana atau personal protection equipment
rangsangan perubahan perilaku K3 bagi operator. (PPE) cukup tersedia, reinforcing factors seperti
Belum efektifnya modul K3 sebagai metode dan perilaku safety control (health and safety depart-
media penyuluhan untuk mengubah/meningkatkan ment), undang-undang dan peraturan-peraturan K3
perilaku K3 operator dalam penelitian ini yang yang diterapkan cukup memadai. Namun faktor
dilaksanakan selama satu tahun, relevan dengan predisposisi pada operator seperti pengetahuan dan
Transtheoritical Model yaitu teori tahap-tahap per- sikap terhadap kelelahan kerja belumlah memadai.
ubahan perilaku.22 Tahap-tahap tersebut adalah Hal tersebut menunjukkan operator selama ini
precontemplation, contemplation, preparation, ac- belum memahami faktor-faktor yang dapat mempe-
tion, maintenance dan termination. Tahap precon- ngaruhi kelelahan kerja seperti FLK dan pola hidup
templation adalah tahap seseorang belum memi- dan masih menganggapnya kelelahan itu hal biasa
kirkan perubahan sebuah perilaku bila diberi penyu- terjadi dan tidak perlu dicari penyebabnya. Perilaku
luhan, tahap ini bisa berlangsung sampai enam adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia yang
bulan. Tahap contemplation adalah tahap seseorang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak
sudah mulai memikirkan perubahan perilaku namun dapat diamati oleh pihak luar. Determinan internal
masih belum siap untuk melakukannya, tahap ini atau faktor yang tidak dapat diamati meliputi sifat
bisa berlangsung enam bulan. Penelitian ini baru bawaan seperti: kecerdasan, persepsi, motivasi,
sampai pada tahap contemplation yang akan menuju minat, tingkat emosional dan sebagainya. Determi-
pada tahap preparation yaitu operator akan mencari nan eksternal dapat dipengaruhi oleh objek, kelom-
bantuan pemikiran melalui penyuluh, orang yang pok, lingkungan sekitarnya dan hasil-hasil kebu-
terlebih dahulu melakukan perubahan, buku bacaan dayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan
dan atau saluran informasi lainnya tentang makna bentuk perilaku.21
perubahan perilaku tersebut. Operator belum masuk Orientasi penyuluhan selama ini yang bersifat
tahap action dan tahap-tahap selanjutnya. ceramah satu arah (dari manajemen K3 ke tenaga
Hasil penelitian ini tentang penerapan modul K3 kerja) kurang efektif lagi mencapai tujuan penyuluhan
yang berlangsung satu tahun belum dapat mening- yaitu perubahan cara berfikir dan perubahan perilaku
katkan perilaku K3 dari operator alat berat dalam ke arah yang sehat.21 Selain itu, penyuluhan satu
pengendalian kelelahan kerja menurut transteoritical arah tersebut membuat tenaga kerja pasif menerima
model. Hubungan perilaku K3 operator dengan informasi-informasi dalam kegiatan-kegiatan K3 dan
tingkat kelelahan kerja tidak signifikan (p>0,05) baik hanya sebagai obyek K3 semata. Sejalan dengan
dilihat dari indikator WR cahaya, WR suara maupun perkembangan teknologi, penyuluhan K3 mestinya
dari penilaian KAUPK2 (Tabel 2) namun korelasinya mengalami perkembangan ke arah yang komunikatif
berkisar 0,501-0,540 (Tabel 3). dengan dua arah dan memandang tenaga kerja
Perilaku yang berhubungan dengan kegiatan sebagai subyek K3.
sehari-hari dapat dibedakan dalam bentuk perilaku Perilaku adalah respons individu terhadap stimu-
kurang ketelitian atau behavioral deficits dan perilaku lus yang berasal dari dalam diri maupun dari luar
yang berlebihan atau behavioral excesses.23 Ber- lingkungan sebagai potensi yang perlu dikembang-
hubungan dengan kegiatan penambangan batubara kan. Stimulus dari dalam diri seseorang perlu
yang sangat memerlukan ketelitian di areal kerja dibangkitkan dengan cara apapun. Demikian pula

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 219
Krispinus Duma, dkk.: Modul Menuju Selamat-Sehat Inovasi ...

rangsangan dari luar diri berupa pertanyaan, per- Karakteristik ketiga, modul yang telah dirumus-
soalan, situasi atau keadaan lingkungan yang kan secara eksplisit tentang pengalaman-penga-
dihadapi perlu dikembangkan. Makin sering stimu- laman kerja (pola hidup) dan faktor-faktor lingkungan
lus-respons dilatih, makin lama hubungan bertahan kerja sehingga memungkinkan operator dan petugas
dan hubungan tersebut makin erat bila disertai rasa K3 secara aktif melakukan kegiatan K3 secara
senang.21,26 Stimulus-stimulus tersebut dituangkan efektif dan efisien. Menggunakan sistem modul ini
dalam modul, seperti pola hidup, FLK, perasaan diharapkan operator dapat meminta manajemen
kelelahan kerja, dan K3. perusahaan untuk mengukur faktor lingkungan kerja
setiap tahun atau apabila sudah sampai waktunya,
4. Inovasi Modul K3 untuk dipakai mengisi MMSS mereka. Dengan
Modul adalah suatu satuan bahasan tertentu demikian manajemen perusahaan akan penuh komit-
yang disusun secara sistematis, operasional dan men melaksanakan upaya-upaya K3. Sebaliknya
terarah yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan manajemen K3 perusahaan dapat mengetahui se-
pengajaran (penyuluhan). Oleh Richards27 menyebut- cara langsung pola hidup atau perilaku tenaga kerja
kan modules is a self-contained and independent yang dapat merugikan kesehatan kerjanya seperti
learning sequence with its own objectives. Modul kurang tidur/istirahat, merokok atau tidak memakai
dirumuskan secara eksplisit, sehingga memberikan APD waktu bekerja sehingga saling mengontrol satu
arahan bagi tenaga kerja di tempat kerja untuk me- dengan yang lain untuk tercapainya tujuan UU RI
mahami dan menilai masalah secara aktif dan belajar No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja, UU RI No.
secara mandiri. Hal inilah merupakan sifat dasar 23/1992 tentang Kesehatan dan Keputusan Menteri
modul yaitu self instruction dan self evaluation dan Kesehatan RI No. 261/Menkes/SK/II/1998 tentang
dengan modul petugas penyuluh K3 dapat memban- Syarat-Syarat Lingkungan Kerja.
tu dalam melaksanakan tugasnya secara efektif dan Karakteristik keempat, modul memiliki mekanis-
efisien. Bagi tenaga kerja, modul dapat meningkatkan me untuk mengukur pencapaian tujuan K3 dan
pengetahuan dan sikap K3 baik dari kondisi lingku- memberikan umpan balik bagi operator atau petugas
ngan kerja, pola hidup maupun hubungannya dengan K3 dalam pencapaian tujuan manajemen K3 di
kelelahan kerja, kecelakaan dan kesehatan kerja.28 tempat kerja. Hal inilah yang menjadi sifat dasar dari
Modul mempunyai beberapa karakteristik yang modul yaitu self instruction dan self evaluation yaitu
terdapat juga dalam disain MMSS sebagai metode memberikan arahan bagi operator untuk memahami
dan media penyuluhan K3 yaitu28,29: pertama modul dan menilai masalah secara aktif dan belajar secara
harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksa- mandiri. Dengan demikian, operator dapat menilai
naan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, dirinya apakah kesehatannya menurun karena
bagaimana melakukan dan sumber apa yang pengaruh pola hidup ataukah faktor lingkungan
digunakan. Pada MMSS cukup jelas bahwa opera- kerjanya dengan melihat hasil grafik dari MMSS yang
tor membaca materi penyuluhan K3 yang disajikan dimilikinya.
dalam bentuk bervariasi seperti teks, narasi, gambar, Inovasi adalah penemuan baru yang berbeda dari
kuis, denah, tabel dan grafik, sehingga dapat menarik yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelum-
dan menyenangkan bagi pembelajaran orang dewa- nya seperti gagasan, metode atau alat yang diang-
sa. Apabila operator belum mengerti tentang materi gap baru oleh individu, organisasi atau sistem sosial.30
penyuluhan tersebut, maka saat safety talk atau Tetapi inovasi tidak hanya dilihat dari pengetahuan
safety meeting mereka dapat tanyakan sehingga semata namun juga dilihat dari suka atau tidak suka
komunikasi penyuluhan K3 bisa berjalan dua arah. bahkan diterima atau tidak diterima oleh individu,
Karakteristik kedua, modul merupakan pembe- organisasi atau sistem sosial.31
lajaran (penyuluhan) individual yang berupaya Inovasi modul K3 berbentuk buku (MMSS) ini
melibatkan audien atau operator untuk mengalami, dalam penyuluhan yaitu suatu modul yang dapat
mengukur dan memfokuskan perhatian pada tujuan memberikan gambaran keadaan pola hidup dan FLK
yang ingin dicapai. Operator berperan aktif dalam yang dialami oleh tenaga kerja selama bekerja,
kegiatan-kegiatan K3 sebagai subyek kegiatan K3 untuk diperbaiki, ditingkatkan atau dikendalikan.
dan bukan hanya sebagai objek. Mereka mendata Dengan demikian, MMSS berfungsi seperti Kartu
pola hidupnya, mengenal FLK, menjadi pembelajaran Menuju Sehat (KMS) pada balita yang memberikan
pribadi bagi dirinya untuk mengalami, mengukur, dan gambaran status gizi balita untuk diperbaiki,
memfokuskan perhatian pada tujuan bagaimana pola ditingkatkan atau dipertahankan melalui menu
hidup dan FLK berhubungan dengan kelelahan kerja. makanan sehari-hari.

220 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Meskipun inovasi modul K3 ini (MMSS) dapat an kerja. Inilah menjadi inti fungsi dari MMSS untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap K3 operator tenaga kerja seperti fungsi KMS untuk balita. 4)
namun MMSS perlu dukungan oleh kebijakan Menjadikan tenaga kerja sebagai subjek kegiatan
pemerintah karena data yang diperlukan didalamnya K3 dan bukan semata sebagai objek kegiatan K3
bersumber dari pengukuran FLK dan hasil pemerik- seperti yang terjadi selama ini PTB.
saan kesehatan atau Medical Check Up (MCU) yang Penggunaan modul K3 berbentuk buku saku ini
selama ini manajemen perusahaan belum mengenal- diharapkan pula dapat menggugah manajemen
kannya kepada tenaga kerja. Tidak diperkenankan- perusahaan untuk menyadari bahwa pengusaha
nya tenaga kerja mengetahui hasil pengukuran FLK berhutang budi kepada tenaga kerja lebih dari
selama ini karena pihak manajemen perusahaan sekedar memberi upah. Adalah tugas pengusaha
merasa khawatir dapat menimbulkan protes atau untuk memelihara moral, kesejahteraan dan
gejolak dari tenaga kerja. Gejolak tersebut bisa saja kesehatan tenaga kerja.32
terjadi apabila manajemen perusahaan tidak Fungsi MMSS praktis dikembangkan dalam
berkomitmen menerapkan upaya-upaya K3 secara penyuluhan K3 di dunia kerja karena faktor-faktor
konsisten sesuai peraturan dan undang-undang yang lingkungan kerja sesuai Keputusan Menteri Kese-
berhubungan dengan K3, tetapi bisa juga karena hatan RI No. 261/Menkes/SK/II/1998 tentang
perilaku K3 tenaga kerja yang rendah seperti tidak Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja harus
memakai Alat Pelindung Diri (APD) secara baik dan diukur satu kali dalam satu tahun. Masing-masing
benar. Keengganan tenaga kerja memakai APD faktor lingkungan kerja tersebut mempunyai Nilai
secara baik karena mereka merasa terganggu beker- Ambang Batas (NAB) dan dampaknya terhadap
ja, repot memasangnya, merasa gatal atau alergi kesehatan sehingga mudah dilukiskan dalam grafik.
menggunakannya dan berbagai keluhan lainnya. Ini Modul K3 berbentuk buku saku ini dapat
pula bisa terjadi apabila spesifikasi dan kualitas APD membangkitkan reaksi individual terhadap kelelahan
tidak sesuai dengan standar atau tidak cocok kerja, dengan melihat tren grafik dari MMSS.
dengan ukuran fisik tenaga kerja (tidak ergonomis). Dikatakan selamat karena setiap pulang kerja tiap
Modul K3 berbentuk buku saku tersebut (MMSS) hari tidak mengalami kecelakaan kerja dan dikatakan
merupakan inovasi penyuluhan K3 di perusahaan sehat karena selama bekerja sampai purnabakti
tambang batubara yang berfungsi: 1) membuat tetap sehat segar bugar. Hal tersebut dimaksudkan
penyuluhan K3 menjadi inovatif dan komunikatif dan operator tetap segar-bugar dan tetap siaga tidak
interaktif dari operator ke manajemen K3 dan lelah-lesuh sepanjang jam kerja serta selamat pulang
sebaliknya dari manajemen K3 ke operator karena kerja setiap hari dan sehat selama masa bekerja,
operator telah membaca materi penyuluhan K3 tidak membawa risiko penyakit dari lingkungan
sebelumnya pada modul K3 untuk ditanyakan dalam kerjanya sampai masa pensiun. Orang yang selamat
ceramah atau penyuluhan K3 berikutnya, sehingga pulang kerja setiap hari belum tentu sehat tetapi
komunikasi penyuluhan bisa bersifat dua arah. 2) orang yang sehat sampai di rumah pasti selamat
Menggerakkan manajemen perusahaan untuk dari kecelakaan kerja. Apabila di masa pensiunnya
sepakat menegakkan dan menjalankan upaya-upaya tenaga kerja tersebut menderita sakit, tidak lagi
K3, dengan konsisten sesuai UU dan peraturan K3 timbul banyak dugaan bahwa faktor penyebab sakit
serta melaporkan kondisi K3 perusahaan ke institusi orang tersebut adalah karena paparan risiko penyakit
pemerintah yang berwenang benar-benar sesuai yang dialami sewaktu masih kerja. Jika dugaan itu
dengan kondisi lingkungan kerja yang dialami oleh betul adanya tentulah perusahaan tidak lagi
operator, tidak sekedar laporan untuk pemenuhan menanggung biaya pengobatan orang tersebut
persyaratan K3 perusahaan. Hal tersebut dapat karena orangnya sudah pensiun, maka yang paling
terjadi karena operator mengetahui hasil pengukuran menanggung beban penderitaan dan biaya
FLK dan hasil MCU untuk dipakai mengisi MMSS pengobatan adalah tenaga kerja itu sendiri dan
mereka setiap tahun. 3) Mendorong tenaga kerja keluarganya.
bekerja sambil belajar K3 di tempat kerja sehari-
hari (untuk memakai APD, mengenal hazard KESIMPULAN DAN SARAN
lingkungan kerja dan lain-lain) maupun di luar tempat Kesimpulan disain Modul K3 berbentuk buku
kerja (menjaga pola hidup sehat seperti berolahraga, saku (MMSS) sebagai metode dan media
tidak merokok, konsumsi menu seimbang dan lain- penyuluhan K3 dalam penerapannya selama satu
lain) sehingga tenaga kerja mampu mencegah faktor- tahun efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap
faktor penyebab kelelahan, kecelakaan dan kesehat- K3 operator alat berat dalam pengendalian kelelahan

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 221
Krispinus Duma, dkk.: Modul Menuju Selamat-Sehat Inovasi ...

kerja di PTB, namun belum efektif meningkatkan KEPUSTAKAAN


perilaku K3. Pengetahuan dan sikap K3 berhubungan 1. Konradus D. Keselamatan kesehatan kerja,
secara signifikan dengan tingkat kelelahan kerja membangun SDM pekerja yang sehat, produktif
operator alat berat PTB baik dilihat dari indikator WR dan kompetitif. Penebar Swadaya, Jakarta. 2006.
cahaya dan WR suara maupun KAUPK2. Hubungan 2. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang
perilaku K3 dengan tingkat kelelahan kerja tidak Keselamatan Kerja.1970.
signifikan terhadap indikator WR cahaya, WR suara 3. Topatimasang R, Budiharga W, Rahardjo T,
dan KAUPK2. Mahmudi A, Atmaja Y, Soetomo H, Bunyamin
A, Hambali. Sehat itu hak, panduan advokasi
Saran masalah kesehatan masyarakat, KuIs-INSIST
Penelitian dan pengembangan lebih lanjut Press, Jakarta.2005.
MMSS atau alat peraga atau apapun namanya untuk 4. Sahab S. Teknik manajemen keselamatan dan
perusahaan yang dapat berfungsi: 1) mendorong kesehatan kerja, PT. Bina Sumber Daya
manajemen perusahaan berkomitmen menerapkan Manusia, Jakarta.1997.
upaya-upaya K3 sesuai UU dan peraturan-peraturan 5. Siregar SM. Pengantar teknologi tambang
K3 yang berlaku seperti rutin melakukan pengukuran batubara bawah tanah, pendidikan dan latihan
faktor-faktor lingkungan kerja setiap tahun, melaku- teknisi keselamatan tambang batubara bawah
kan laporan K3 sesuai kondisi yang sebenarnya dan tanah, 14-28 November 2006, Balai Diklat
sebagainya. 2) Meningkatkan pengetahuan, sikap Tambang Bawah Tanah Pusdiklat Teknologi
dan perilaku K3 tenaga kerja untuk berperan aktif Mineral dan Batubara, Departemen Energi dan
sebagai subjek K3, mengidentifikasi hazard-hazard Sumber Daya Mineral RI, Sawahlunto.2006.
berbahaya di lingkungan kerjanya maupun dari pola 6. Tarwaka S, Sudiajeng L. Ergonomi untuk kesela-
hidupnya yang dapat menjadi penyebab kelelahan, matan, kesehatan kerja dan produktivitas, Uniba
kecelakaan dan penyakit akibat kerja sehingga Press, Surakarta. 2004.
mereka dapat memahami bahwa kelelahan kerja itu 7. Budiono AMS, Jusuf RMS, Pusparini A. Bunga
bukan hal manusiawi dan alamiah tetapi ada rampai hiperkes dan keselamatan kerja, Badan
penyebabnya dan kecelakaan kerja bukanlah takdir Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
melainkan ada faktor-faktor penyebabnya. 2003.
8. Setyawati LM. Kartu catatan pemantauan
UCAPAN TERIMA KASIH kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan
Ucapan terima kasih disampaikan kepada: 1) kerja, PT General Electric Lighting Indonesia
Direktur beserta Karyawan PT. Bukit Asam (WI-PLK-012) Yogyakarta. 2001.
Sawahluwung, PT. Alit IndoCoal dan PT. Telaga 9. PT. Jamsostek. Ringkasan Data PT. Jamsostek
Makmur Sejati Sawahlunto di Propinsi Sumatera (Persero) Kantor Wilayah VII, Balikpapan,
Barat, atas informasi lisan, dokumen maupun kun- Kalimantan Timur. 2007.
jungan lapangan dalam survei awal untuk penelitian 10. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
ini. 2) Direktur beserta Karyawan PT. Kalimantan Nomor 555.K/26/M.PE/1995 tentang Kesela-
Timur Prima Coal dan PT. Cipta Kridatama di Propinsi matan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
Kalimantan Timur atas informasi lisan, dokumen Umum, Direktorat Jenderal Pertambangan
maupun kunjungan lapangan dalam survei awal Umum, Jakarta.1995.
maupun untuk penelitian ini. 3) Kepala beserta Staf 11. Rosnow R, Rosenthal R. Beginning behavior
Kantor Jamsostek Wilayah IV Balikpapan, Kantor research a conceptual primer, Second Edition,
Jamsostek Kalimantan Timur di Samarinda, Kantor Prentice Hall, New Jersey. 1996.
Dinas Pertambangan dan Energi Kalimantan Timur 12. Creswell JW. Research design: qualitative and
di Samarinda, Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi quantitative approaches, Sage Publications, Inc.
Kalimantan Timur di Samarinda, Kantor Hiperkes California.1994.
Wilayah Kalimantan di Samarinda atas informasi 13. Simpson P. An Introduction to fatigue, BSS
lisan dan dokumen dalam survei awal untuk Publications Pty. Ltd., Perth, Australia. 2007.
penelitian ini. 4) Peter Simpson, Psychologist dan 14. Simons-Morton BG, Green WH, Gottlieb NH.
Direktur BSS Corporate Psychology Services Perth, Introduction to health education and health pro-
Western Australia. Atas kebaikannya memberikan motion, Second Edition, Waveland Press, Inc.,
materi pengenalan kelelahan kerja baik dalam bentuk Illionis.1995.
buku maupun bentuk CD.

222 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

15. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan Ilmu 23. Martin G. Pear J. Behavior modification: What
perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.2007. it is and how to do it, Edisi 5, Prentice Hall, Inc.
16. Machfoedz I, Sutrisno ES, Santosa S. pendi- Upper Saddle River, New Jersey.1996.
dikan kesehatan bagian dari promosi kesehatan 24. Rosa RR, Colligan MJ. Plain language about
masyarakat. Penerbit Fitramaya, Yogyakarta. shiftwork, NIOSH. 1997.
2005. 25. Bloom HL. Planning for health. Human Science
17. Redd W, Porterfield AL, Andersen BL. Behavior Press, New York.1981.
Modification, behavioral approaches to human 26. Nasution S. Asas-asas kurikulum, Ed. 2, Bumi
problem, random house, Inc., New York.1979. Aksara, Jakarta. 1999.
18. Fishbein M. Ajzen I. Belief, attitude, intention 27. Richards JC. Curriculum development in lan-
and behavior: an introduction to theory and re- guage teaching, Cambridge University Press,
search, Addison Wesley Publishing Company, New York.2002.
Inc., Philippines.1975. 28. Subandijah. Pengembangan dan inovasi
19. Brigham. Social psychology, 8th Edition, Harper kurikulum, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1993.
Collins Publisher Inc. New York.1997. 29. Suwarno W. Dasar-dasar ilmu pendidikan, Ar-
20. Azwar S. Sikap manusia, teori dan pengukur- Ruzzmedia, Yogyakarta.2006.
annya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 2003. 30. Alwi H. Kamus besar bahasa Indonesia, Edisi
21. Mantra IB. Strategi penyuluhan kesehatan, Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional, Balai
Departemen Kesehatan RI, Pusat Penyuluhan Pustaka, Jakarta.2005.
Kesehatan Masyarakat, Jakarta.1997. 31. Purwanto. Difusi inovasi, STIA-LAN Press,
22. Prohaska JO. Systems of psycotherapy: A Jakarta.2000.
transtheoretical analysis. (2nd ed.) Pacific Grove. 32. Sumamur. Keselamatan kerja dan pencegahan
California.1984. kecelakaan, PT Toko Gunung Mulia, Jakarta.
1985.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 223

Anda mungkin juga menyukai