KARAKTERISTIK RESERVOIR
Reservoir adalah formasi batuan porous dan permeable dibawah
permukaan tanah yang dapat menyimpan minyak dan atau gas bumi. Cara
terdapatnya minyak bumi dibawah permukaan haruslah memenuhi 5 (lima) syarat
utama unsur pembentuk (petroleum system), yaitu :
1. Batuan induk, sebagai batuan yang menghasilkan
apabila dalam kondisi fisika kimia telah matang dan potensinya ditentukan
berdasarkan TOC.
2. Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak dan gas
bumi. Biasanya batuan reservoir berupa lapisan batuan yang porous (beronggarongga ataupun berpori-pori) dan permeable (mudah meluluskan fluida).
3. Lapisan penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan yang non-permeable, terdapat
diatas suatu reservoir dan merupakan penghalang minyak dan gas bumi agar
tidak keluar dari reservoir, berfungsi sebagai penyekat fluida reservoir.
4. Perangkap reservoir (reservoir trap), merupakan suatu unsur pembentuk
reservoir yang mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga lapisan beserta
penutupnya merupakan bentuk konkav ke bawah dan dan menyebabkan
minyak dan gas bumi berada dibagian teratas reservoir.
5. Adanya zona sesar, sebagai media migrasi minyak.
Karakteristik suatu reservoir sangat dipengaruhi oleh karakteristik batuan
penyusunnya, fluida reservoir yang menempatinya dan kondisi reservoir itu
sendiri, yang satu sama lain akan saling berkaitan. Ketiga faktor itulah yang akan
kita bahas dalam mempelajari karakteristik reservoir.
2.1. Karakteristik Batuan Reservoir
Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, sedangkan suatu mineral
dibentuk dari beberapa ikatan kimia. Komposisi kimia dan jenis mineral yang
menyusunnya akan menentukan jenis batuan yang terbentuk.
Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa
batupasir, batuan karbonat dan shale atau kadang-kadang batuan vulkanik.
S a n d s to n e
100 %
L im y
S a n d s to n e
S h a ly
S a n d s to n e
Sa n d y
L im e s to n e
L im e s to n e
100 %
Sa n d y
S h a le
S h a ly
L im e s to n e
L im y
S h a le
S h a le
100 %
Gambar 2.1.
Diagram Komponen Penyusun Batuan
(Pettijohn, F. J, New York, 1958.)
Dari gambar di atas dapat dilihat komposisi atau komponen penyusun dari
suatu batuan.
2.1.1. Komposisi Kimia Batuan Reservoir
Unsur atau atom-atom penyusun batuan reservoir perlu diketahui
mengingat macam dan jumlah atom-atom tersebut akan menentukan sifat-sifat
dari mineral yang terbentuk, baik sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimiawinya.
Mineral merupakan zat-zat yang tersusun dari komposisi kimia tertentu yang
dinyatakan dalam bentuk rumus-rumus dimana menunjukkan macam unsur-unsur
serta jumlahnya yang terdapat dalam mineral tersebut.
2.1.1.1. Batupasir
mineral
dan
tekstur
menjadi
dasar
utama
dalam
Orthoquartzites
Orthoquartzite merupakan jenis batuan yang terbentuk dari proses
Tabel 2.1.
b.
A
95,32
....
2,85
0,05
....
0,04
T
B
99,45
....
....
0,30
....
1,44a)
....
....
100
....
....
....
....
....
16,10
....
2,01
99,88
99,91
100,2
100,3
99,51
99,52
99,6b)
101,1
0,30
T
0,13
Lorrain (Huronian)
St. Peter (Ordovician)
Mesnard (Preeambrian)
Tuscarora (Silurian)
Oriskany ( Devonian)
C
98,87
....
0,41
0,08
0,11
0,04
....
0,80
0,15
D
97,80
....
0,90
0,85
....
0,15
0,10
E
99,39
0,03
0,30
0,12
....
None
0,29
F
93,13
....
3,86
0,11
0,54
0,25
0,19
0,40
....
....
0,17
....
0,17
1,43a)
G
61,70
....
0,31
0,24
....
....
21,00
0,17
....
H
99,58
....
0,31
1,20
....
0,10
0,14
0,10
0,03
I
93,16
0,03
1,28
....
0,03a)
0,65
0,43
0,07
3,12
0,39
F. Berea (Mississippian)
G. Crystalline Sandstone, Fontainebleau
H. Sioux (Preeambrian)
I. Average of A H, inclusive.
a)
. Loss of ignition
b)
. Includes SO3, 0,13 %.
Graywacke
Graywacke merupakan jenis batupasir yang tersusun dari unsur-unsur
mineral yang berbutir besar dan kasar, yaitu mineral kwarsa, clay, mika flake
{KAl2(OH)2AlSi3O10}, magnesite (MgCO3), fragmen phillite, fragmen batuan
beku, feldspar serta fragmen-fragmen batuan lainnya. Pemilahan (sortasi) butir
pada graywacke tidak bagus karena adanya matriks-matriks batuan. Hal ini juga
menyebabkan berkurangnya porositas batuannya. Material pengikatnya adalah
clay dan karbonat. Komposisi jenis kimia batupasir ini juga tersusun dari unsur
silika yang cukup tinggi, meskipun kadarnya lebih rendah dari orthoquartzite.
Tabel 2.2.
Komposisi Mineral Graywacke
M I N E R AL
Quartz
Chert
Feldspar
Hornblende
Rock Fragments
Carbonate
Chloride-Sericite
T o t a l
45,6
1,1
16,7
....
6,7
4,6
25,0
99,7
46,0
7,0
20,0
....
. . . .a
2,0
22,5
97,5
24,6
....
32,1
....
23,0
....
20,0b
99,7
9,0
....
44,0
3,0
9,0
....
25,0
90,0
tr
....
29,9
10,5
13,4
....
46,2d
100,0
34,7
....
29,7
....
....
5,3
23,3
96,0
Tabel 2.3.
Komposisi Kimia Graywacke
SiO2
TiO2
Al2O3
Fe2O3
FeO
MnO
MgO
CaO
Na2O
P2 O3
SO3
CO2
H2 O +
H2 O
S
68,20
0,31
16,63
0,04
3,24
0,30
1,30
2,45
2,43
0,23
0,13
0,50
1,75
0,55
....
63,67
....
19,43
3,07
3,51
....
0,84
3,18
2,73
....
....
....
....
62,40
0,50
15,20
0,57
4,61
....
3,52
4,59
2,68
....
....
1,30
1,56
0,07
....
61,52
0,62
13,42
1,72
4,45
....
3,39
3,56
3,73
....
....
3,04
2,33
0,06
....
69,69
0,40
13,43
0,74
3,10
0,01
2,00
1,95
4,21
0,10
....
0,23
2,08
0,26
....
60,51
0,87
15,36
0,76
7,63
0,16
3,39
2,14
2,50
0,27
....
1,01
3,38
0,15
0,42
T o t a l
99,84
100,06
99,57
100,01
100,01
100,24
2,36
A. Average of 23 graywackes
B. Average of 30 graywackes, after Tyrrell (1933).
C.Average of 2 parts avrg. Shale and 1 part avrg. Arkose.
a)
. Probably in error; Fe2O3 probably should be 1,4 and the total 100,0
c.
Arkose
Arkose merupakan jenis batupasir yang biasanya tersusun dari mineral
quartz sebagai mineral yang dominan. Biasanya cukup bersih tetapi kebundaran
dari butirannya tidak terlalu baik karena bersudut-sudut dan juga pemilahannya
tidak terlalu baik. Arkose biasanya didapatkan sebagai hasil pelapukan batuan
granit.
Komposisi mineral batuan arkose dapat ditunjukan pada Tabel 2.4. Arkose
mengandung lebih sedikit silica jika dibandingkan dengan orthoquarzite, tetapi
kaya dengan alumina, lime, potash dan soda. Komposisi kimia arkose ditunjukkan
pada Tabel 2.5.
Tabel 2.4.
Komposisi Mineral Arkose
M I N E R AL
D a)
E a)
F a)
Quartz
57
51
60
57
35
28
48
Microcline
24
30
34
Plaglioclase
11
....
35 b)
59 b)
64
43
Micas
....
....
....
....
Clay
....
....
....
....
Carbonate
c)
c)
c)
....
c)
Other
....
8 e)
4 e)
8 e)
c)
6 d)
Tabel 2.5.
Komposisi Kimia Arkose
69,94
....
13,15
0,70
T
3,09
3,30
5,43
82,14
....
9,75
1,23
....
....
0,19
0,15
0,50
5,27
73,32
....
11,31
3,54
0,72
T
0,24
1,53
2,34
6,16
80,89
0,40
7,57
2,90
1,30
....
0,04
0,04
0,63
4,75
76,37
0,41
10,63
2,12
1,22
0,25
0,23
1,30
1,84
4,99
1,01
0,64 a
0,30 a
1,11
0,83
....
....
0,12
0,19
75,57
0,42
11,38
0,82
1,63
0,05
0,72
1,69
2,45
3,35
1,06
0,05
0,30
0,51
....
0,92
....
....
0,21
0,54
99,1
100,18
100
100,2
99,63
100,9
2,48
Si O2
Ti O2
Al2 O3
Fe2 O3
Fe O
Mn O
Mg O
Ca O
Na2 O
K2 O
H2 O +
H2 O
P2 O3
C O2
S
Li2 O
Organic
5,19
0,06
0,81
7,41
0,14
1,55
0,70
1,20
0,15
2,70
45,44
0,15
0,25
0,38
0,30
0,16
39,27
0,25
....
0,29
2,55
0,02
0,23
0,02
0,28
0,04
7,07
45,65
0,01
0,03
0,05
0,18
0,04
43,60
0,30
....
0,40
1,15
....
0,45
....
0,26
....
0,56
53,80
0,09
....
0,05
7,90
42,61
0,05
0,33
0,56
0,21
0,04
41,58
0,09
T
....
0,70
....
0,68
0,08
....
....
0,59
54,54
0,16
None
....
....
....
42,90
0,25
....
T
0,69
0,23
....
42,69
....
....
....
....
43,11
....
....
0,17
T o t a l
100,09
99,96
100,16
100,04
99,9
100,1
0,54
0,07
0,11
....
0,35
55,37
....
0,04
0,32
b. Dolomite
Dolomite merupakan jenis batuan yang mengalami perubahan unsur
karbonate lebih dari 50% (Pettijohn, 1958) dengan adanya proses dolomitisasi
yang bekerja. Batuan dengan unsur kalsit yang lebih besar dari dolomite disebut
dolomitic limestone, sebaliknya bila unsur dolomite lebih besar disebut
limycalcitic. Tabel 2.7. menunjukan komposisi kimia batuan dolomite pada
dasarnya hampir sama dengan komposisi kimia batuan limestone, kecuali unsur
MgO-nya merupakan unsur penyusun yang penting dan jumlahnya cukup besar
dengan silika yang rendah.
Tabel 2.7.
....
....
....
....
....
....
21,90
30,40
....
....
....
....
....
47,7
....
....
....
2,55
0,02
0,23
0,02
0,18
0,04
7,07
45,65
0,01
0,03
0,05
0,18
0,04
43,60
0,30
0,01
0,04
7,96
0,12
1,97
0,14
0,56
0,07
19,46
26,72
0,42
0,12
0,33
0,30
0,91
41,13
0,19
none
....
3,24
....
0,17
0,17
0,06
....
20,84
29,56
....
....
....
43,54
....
....
....
24,92
0,18
1,82
0,66
0,40
0,11
14,70
22,32
0,03
0,04
0,42
0,36
0,01
33,82
0,16
none
0,08
0,73
....
0,20
....
1,03
....
20,48
30,97
....
....
....
....
0,05
47,51
....
....
....
100
100,06
100,40
99,90
100,04
100,9
2.1.1.3.
0,30
D. Knox Dolomite
E. Cherty-Dolomite
F. Randville Dolomite
Batuan Lempung
Komposisi dasar batu lempung adalah mineral clay. Batu lempung (shale)
Si O2
Ti O2
Al2 O3
Fe2 O3
Fe O
Mn O
Mg O
Ca O
Na2 O
K2 O
H2 O +
H2 O
P2 O3
C O2
S O3
Organic
Misc.
58,10
0,54
15,40
4,02
2,45
....
2,44
3,11
1,30
3,24
60,15
0,76
16,45
4,04
2,90
T
2,32
1,41
1,01
3,60
3,82
0,89
0,15
1,46
0,58
0,88 a
0,04 b
60,64
0,73
17,32
2,25
3,66
....
2,60
1,54
1,19
3,69
3,51
0,62
....
1,47
....
....
0,38 c
56,30
0,77
17,24
3,83
5,09
0,10
2,54
1,00
1,23
3,79
3,31
0,38
0,14
0,84
0,28
1,18 a
1,98 c
69,96
0,59
10,52
0,17
2,63
0,64
0,80 a
....
55,43
0,46
13,84
4,00
1,74
T
2,67
5,96
1,80
2,67
3,45
2,11
0,20
4,62
0,78
0,69 a
0,06 b
T o t a l
99,95
100,84
100,46
99,60
100,00
100,62
5,00
3,47
0,06
1,41
2,17
1,51
2,30
1,96
3,78
0,18
1,40
0,03
0,66
0,32
Vb Vs Vp
................................................................................... (2-1)
Vb
Vb
Keterangan :
Vb
Vs
Vp
(2-2)
................................. (2-3)
C o n n e c te d o r
E ff e c t i v e
P o ro s ity
To t a l
P o ro s ity
Is o la te d o r
N o n - E ff e c t i v e
P o ro s ity
Gambar 2.2.
Skema Perbandingan Porositas Efektif, Non-Efektif dan
Porositas Absolut Batuan
(Amyx, J.W. Bass, D.M.,Jr.,Whitting,R.L.;NewYork;1960)
Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
90
90
90
a . C u b ic (p o ro s ity = 4 7 , 6 % )
90
90
90
b . R h o m b o h e d ra l (p o ro s ity = 2 5 , 9 6 % )
Gambar 2.3.
Pengaruh Susunan Butir terhadap Porositas Batuan
k dP
.............................................................................................(2-4)
dL
Keterangan :
V
= Permeabilitas, darcy.
dilakukan oleh Henry Darcy. Dalam percobaan ini, Henry Darcy menggunakan
batupasir tidak kompak yang dialiri air. Batupasir silindris yang porous ini 100%
dijenuhi cairan dengan viskositas , dengan luas penampang A, dan panjanggnya
L. Kemudian dengan memberikan tekanan masuk P1 pada salah satu ujungnya
maka terjadi aliran dengan laju sebesar Q, sedangkan P2 adalah tekanan keluar.
Dari percobaan dapat ditunjukkan bahwa Q..L/A.(P1-P2) adalah konstan dan
akan sama dengan harga permeabilitas batuan yang tidak tergantung dari cairan,
perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang digunakan. Dengan mengatur laju Q
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi aliran turbulen, maka diperoleh harga
permeabilitas absolut batuan. Ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4.
Diagram Percobaan Pengukuran Permeabilitas
(Amyx, J.W. Bass, D.M.,Jr.,Whitting,R.L.;NewYork;1960)
k
Q. .L
..................................................................................(2-5)
A.( P1 P2 )
k ( darcy )
...................................(2-
6)
Berdasarkan persamaan (2-6), maka dapat didefinisikan 1 Darcy adalah
dimana fluida dengan kekentalan (viskositas) sebesar 1 centipoise mengalir
dengan laju sebesar 1 cm3/detik melalui sebuah penampang sebesar 1 cm2 dengan
gradien tekanan sebesar 1 atm per cm. Dari persamaan (2-5) dapat
dikembangkan untuk berbagai kondisi aliran yaitu aliran linier dan radial, masingmasing untuk fluida yang compressible dan incompressible.
Pada prakteknya di reservoir, jarang sekali terjadi aliran satu fasa,
kemungkinan terdiri dari dua fasa atau tiga fasa. Untuk itu dikembangkan pula
konsep mengenai permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif. Harga
permeabilitas efektif dinyatakan sebagai K o, Kg, Kw, dimana masing-masing untuk
minyak, gas, dan air. Sedangkan permeabilitas relatif dinyatakan sebagai berikut :
k ro
ko
,
k
k rg
kg
k
k rw
kw
k
Qo . o .L
................................................................................(2-7)
A.( P1 P2 )
kw
Q w . w .L
...............................................................................(2-8)
A.( P1 P2 )
dimana :
o
= viskositas minyak.
= viskositas air.
Harga-harga k o dan kw pada Persamaan 2-7 dan Persamaan 2-8 jika diplot
terhadap So dan Sw akan diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.5.
Kurva Permeabilitas Relative untuk Sistem Minyak dan Air
(Ahmed, T, Houston, Texas, 2000)
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan pada kurva permeabilitas relative untuk
sistem minyak dan air, yaitu :
1.
2.
3.
....................................................................................(2-9)
2.1.2.3. Saturasi
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume poripori total pada suatu batuan berpori. Dalam batuan reservoir minyak umumnya
terdapat lebih dari satu macam fluida, kemungkinan terdapat air, minyak, dan gas
yang tersebar ke seluruh bagian reservoir. Secara matematis, besarnya saturasi
untuk masing-masing fluida dituliskan dalam persamaan berikut :
(2-10)
.. (2-11)
. (2-12)
... (2-14)
Saturasi fluida akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dalam
reservoir, saturasi air cenderung untuk lebih besar dalam bagian batuan
yang kurang porous. Bagian struktur reservoir yang lebih rendah relatif
akan mempunyai Sw yang tinggi dan Sg yang relatip rendah, demikian juga
untuk bagian atas dari struktur reservoir berlaku sebaliknya. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan densitas dari masing-masing fluida.
Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah pori-pori
yang diisi oleh hidrokarbon. Jika volume batuan adalah V, ruang poriporinya adalah .V, maka ruang pori-pori yang diisi oleh hidrokarbon
adalah :
So V + Sg V = (1 Sw ) V ............................................... (2-15)
wo
so
cos
so sw
wo
sw
O il
W a te r
S o lid
Gambar 2.6.
Kesetimbangan Gaya-gaya pada Batas Air-Minyak-Padatan
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
antara air dengan padatan, sehingga tegangan adhesi (AT) dapat dinyatakan
dengan persamaan :
AT = so - sw = wo. cos wo, ..... (2-16)
Keterangan :
so
sw
Suatu cairan dapat dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya
positip ( < 75o), yang berarti batuan bersifat water wet. Apabila sudut kontak
antara cairan dengan benda padat antara 75 - 105, maka batuan tersebut bersifat
intermediet. Apabila air tidak membasahi zat padat maka tegangan adhesinya
negatip ( > 105o), berarti batuan bersifat oil wet. Gambar 2.7. dan Gambar 2.8.
menunjukkan besarnya sudut kontak dari air yang berada bersama-sama dengan
hidrokarbon pada media yang berbeda, yaitu pada permukaan silika dan kalsit.
= 30o
Is o - O c ta n e
= 83o
= 158
Is o - O c ta n e +
Is o - Q u i n o lin e
5 , 7 % Is o - Q u in o l in e
= 35o
N a p h th e n ic
A c id
Gambar 2.7.
Sudut Kontak Antara Permukaan Air
dengan Hidrokarbon pada Permukaan Silika
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
= 30
Is o - O c t a n e
= 48
= 54
Is o - O c t a n e +
Is o - Q u i n o li n e
5 , 7 % Is o - Q u i n o l in e
Gambar 2.8.
= 106
N a p h t h e n ic
A c id
Pada umumnya reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung untuk
melekat pada permukaan batuan sedangkan minyak akan terletak diantara fasa air.
Jadi minyak tidak mempunyai gaya tarik-menarik dengan batuan dan akan lebih
mudah mengalir.
Pada waktu reservoir mulai diproduksikan, dimana harga saturasi minyak
cukup tinggi dan air hanya merupakan cincin-cincin yang melekat pada batuan
formasi, butiran-butiran air tidak dapat bergerak atau bersifat immobile, dan
saturasi air yang demikian disebut residual water saturation. Pada saat yang
demikian minyak merupakan fasa yang kontinyu dan bersifat mobile.
Setelah produksi mulai berjalan, minyak akan terus berkurang digantikan
oleh air. Saturasi minyak akan semakin berkurang dan saturasi air akan terus
bertambah, sampai pada saat tertentu saturasi air akan menjadi fasa kontinyu, dan
minyak merupakan cincin-cincin. Pada saat ini, air bersifat mobile dan akan
bergerak bersama-sama minyak. Gambaran tentang water wet dan oil wet
ditunjukkan pada Gambar 2.9. yaitu pembasahan fluida dalam pori-pori batuan.
Fluida yang membasahi akan cenderung menempati pori-pori batuan yang lebih
kecil, sedangkan fluida tidak membasahi cenderung menempati pori-pori batuan
yang lebih besar.
a . O il W e t
b . W a te r W e t
P o r e s p a c e o c c u p ie d b y H O
R o c k m a trix
P o r e s p a c e o c c u p ie d b y O i l
Gambar 2.9.
Pembasahan Fluida dalam Pori-pori Batuan
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
2.
Di reservoir biasanya air sebagai fasa yang membasahi (wetting fasa), sedangkan
minyak dan gas sebagai non-wetting fasa atau tidak membasahi, maka:
Pc Po Pw ...........................................................................................
(2-17)
Perbedaan tekanan permukaan antara minyak dengan air berhubungan dengan
perbedaan densitas dan ketinggian dari kenaikan air.
Pc = (w o) g h
Dimana:
w
Gambar 2.10.
Hubungan Tekanan dalam Pipa Kapiler
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
Pada kesetimbangan yang tercapai kemudian, gaya keatas akan sama dengan
gaya ke bawah yang menahannya yaitu gaya berat cairan. Secara matematis dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
2 r AT = r2 g h
dan,
Pc = g h , AT = cos
maka:
Pc
2 cos
g h .....................................................................(2r
18)
dimana:
Pc
Gambar 2.11.
Kurva Tekanan Kapiler vs Sw
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
1 dVr
.
................................................................................... (2-19)
Vr dP
dVp
1
.
.................................................................................. (2-20)
Vp
dP *
Keterangan:
Vr
Vp
P*
Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir pada
tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan campuran yang sangat
kompleks dalam susunan atau komposisi kimianya. Sifat-sifat dari fluida
hidrokarbon perlu dipelajari untuk memperkirakan cadangan akumulasi
hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak atau gas dari reservoir menuju dasar
sumur, mengontrol gerakan fluida dalam reservoir dan lain-lain.
Fluida reservoir minyak dapat berupa hidrokarbon dan air (air formasi).
Hidrokarbon terbentuk di alam, dapat berupa gas, zat cair ataupun zat padat.
Sedangkan air formasi merupakan air yang dijumpai bersama-sama dengan
endapan minyak.
2.2.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon
Bentuk dari senyawa hidrokarbon merupakan senyawa alamiah, dapat
berupa gas, cair atau padatan tergantung dari komposisinya yang khusus serta
tekanan dan temperatur yang mempengaruhinya. Endapan hidrokarbon yang
berbentuk cair dikenal sebagai minyak bumi, sedangkan yang berbentuk gas
dikenal sebagai gas bumi.
Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen.
Keluarga hidrokarbon dikenal sebagai seri homolog, anggota dari seri homolog ini
mempunyai struktur kimia dan sifat-sifat fisiknya dapat diketahui dari hubungan
dengan anggota deret lain yang sifat fisiknya sudah diketahui. Sedangkan
pembagian tingkat dari seri homolog tersebut didasarkan pada jumlah atom
karbon pada struktur kimianya.
Senyawa karbon dan hidrogen mempunyai banyak variasi, yang
berdasarkan jenis rantai ikatannya dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan
asiklik (parafin) dan golongan siklik.
1. Golongan Asiklik (Parafin)
Golongan asiklik atau alifat disebut juga alkan atau parafin ini mempunyai
rantai ikatan antar atom yang terbuka. Golongan ini terdiri dari hidrokarbon jenuh
dan hidrokarbon tak jenuh.
a). Hidrokarbon Jenuh
Seri homolog dari hidrokarbon ini mempunyai rumus umum CnH2n+2 dan
mempunyai ciri dimana atom-atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan
masing-masing atom dihubungkan oleh ikatan tunggal, dimana tiap-tiap valensi
dari satu atom C berhubungan dengan atom C disebelahnya. Seri homolog
hidrokarbon ini biasanya dikenal dengan nama alkana (Inggris : alkene) dimana
penamaan anggota seri homolog ini disesuaikan dengan jumlah atom karbon
dalam sebutan Yunani dan diakhiri dengan akhiran ana (Inggris : ane). Tabel
2.9. menunjukkan contoh nama-nama anggota alkana sesuai dengan jumlah atom
karbonnya.
Tabel 2.9.
Sifat-sifat Fisik n-Alkana
(Siregar, S, Dr.Ir, ITB, Bandung,1986)
n
Name
Specific Gravity
60o/60 oF
1
2
Methane
Ethane
-258,7
-127,5
-296,6
-297,9
---
Propane
-43,7
-305,8
0,508
Butane
31,1
-217,0
0,584
Pentane
96,9
-201,5
0,631
Hexane
155,7
-139,6
0,664
Heptane
209,2
-131,1
0,688
Octane
258,2
-70,2
0,707
Nonane
303,4
-64,3
0,722
10
Decane
345,5
-21,4
0,734
11
Undecane
384,6
-15
0,740
12
Dodecane
421,3
14
0,749
15 Pentadecane
519,1
50
0,769
20
Eicosane
648,9
99
--
30
Triacontane
835,5
151
--
Pada tekanan dan temperatur normal (60 oF, 14,7 psia) empat alkana yang
pertama (C1 sampai C4) berbentuk gas. Sebagai hasil meningkatnya titik didih
(boiling point) karena penambahan jumlah atom karbon maka mulai pentana
(C5H12) sampai hepta dekana (C17H36) merupakan cairan. Sedangkan alkana yang
mengandung 18 atom karbon atau lebih merupakan padatan (solid). Alkana
dengan rantai bercabang memperlihatkan gradasi sifat-sifat fisik yang berlainan
dengan n-alkana, dimana untuk rantai bercabang memperlihatkan sifat-sifat fisik
yang kurang beraturan.
Perubahan dalam struktur menyebabkan perubahan didalam gaya antar
molekul (inter molekuler force) yang menghasilkan perbedaan pada titik lebur dan
titik didih diantara isomer-isomer alkana.
b). Hidrokarbon Tak Jenuh
Hidrokarbon ada yang mempunyai ikatan rangkap dua ataupun rangkap
tiga (triple), yang digunakan untuk mengikat dua atom C yang berdekatan. Oleh
karena itu, valensi yang semula tersedia untuk mengikat atom hidrokarbon telah
digunakan untuk mengikat atom C yang berdekatan, dengan cara ikatan rangkap
dua yang mengikat dua atom C, maka hidrokarbon seperti ini disebut hidrokarbon
tak jenuh atau disebut juga sebagai keluarga alkena (Inggris : alkene). Secara garis
besar, sifat-sifat fisik alkena sama seperti sifat-sifat fisik alkana, sebagai bahan
perbandingan sifat-sifat fisik alkena, dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10
Sifat-sifat Fisik Alkena
(Siregar, S, Dr.Ir, ITB, Bandung,1986)
Name
Ethylene
Propylene
1-butene
1-pentene
Formula
CH2 =CH2
CH2=CHCH3
CH2=CH CH2CH3
CH2=CH(CH2)2CH3
Boiling Point,
o
F
Melting Point,
o
F
-154,6
-53,9
20,7
86
-272.5
-301,4
-301,6
-265,4
Specific
Gravity,
60o/60 oF
0,601
0,646
1-hexene
1-heptene
1-octene
1-nonene
1-decene
CH2=CH(CH2)3CH3
CH2=CH(CH2)4CH3
CH2=CH(CH2)5CH3
CH2=CH(CH2)6CH3
CH2=CH(CH2)7CH3
146
199
252
295
340
-216
-182
-155
0,675
0,698
0,716
0,731
0,743
CH2 = CH - CH = CH2
1,2 - Butadiena
1,3 - Butadiena
Derajat ketidakjenuhan dari seri diolefin lebih tinggi daripada seri olefin.
Secara kimiawi senyawa diolefin reaktif seperti olefin dan secara fisik mempunyai
sifat yang hampir sama dengan alkana.
Senyawa hidrokarbon tak jenuh juga ada yang mempunyai ikatan rangkap
tiga, yang sering disebut sebagai seri asetilen. Rumus umumnya adalah C nH2n-2,
dimana terdapat ikatan rangkap tiga yang mengikat dua atom karbon yang
berdekatan. Pemberian nama sama dengan deret alkena dengan memberikan
akhiran una. Sifat deret asetilen hampir sama dengan alkena, sedangkan sifat
kimianya hampir sama dengan alkena dimana keduanya lebih reaktif dari alkana.
2. Golongan Siklik
Golongan ini mempunyai rantai tertutup (susunan cincin). Golongan ini
terdiri dari naftalena dan aromatik. Golongan siklik dibagi menjadi dua golongan,
yaitu golongan naftena dan golongan aromatik.
Boiling
Point,
o
F
Melting Point,
o
F
Cyclopropane
Cyclobutane
Cyclopentane
Cyclohexane
Cycloheptane
Cyclooctane
Metylcyclopentane
Cis-1, 2-dimethylcyclopentane
Trans-1, 2-dimethylcyclopentane
Methylcyclohexane
Cyclopentene
1, 3-cyclopentadiene
Cyclohexene
1,3-cyclohexadiene
1,4-cyclohexadiene
-27
55
121
177
244
300
161
210
198
214
115
108
181
177
189
-127
-112
-137
44
10
57
-224
-80
-184
-196
-135
-121
-155
-144
-56
Spesific
Grafity
60o/60 oF
0,750
0,783
0,810
0,830
0,754
0,772
0,750
0,774
0,774
0,798
0,810
0,840
0,847
Gambar 2.12.
Contoh Seri Homolog Naftalena
(Siregar, S, Dr.Ir, ITB, Bandung,1986)
b). Golongan Aromatik
Pada deret ini hanya terdiri dari benzena dan senyawa-senyawa
hidrokarbon lainnya yang mengandung benzena. Rumus umum dari golongan ini
adalah CnH2n-6, dimana cincin benzena merupakan bentuk segi enam dengan tiga
ikatan tunggal dan tiga ikatan rangkap dua secara berselang-seling, sebagai
berikut :
Gambar 2.13.
Contoh Seri Homolog Naftalena
(Siregar, S, Dr.Ir, ITB, Bandung,1986)
Adanya tiga ikatan rangkap pada cincin benzena seolah-olah memberi
petunjuk bahwa golongan ini sangat reaktif. Tetapi pada kenyataannya tidaklah
demikian, golongan ini tidak sestabil golongan parafin. Jadi deretan benzena tidak
menunjukkan sifat reaktif yang tinggi seperti olefin. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa sifat benzena ini pertengahan antara golongan parafin dan olefin.
Ikatan-ikatan dari deret hidrokarbon aromatik terdapat dalam minyak mentah
yang merupakan sumber utamanya.
Pada suatu suhu dan tekanan standar, hidrokarbon aromatik ini dapat
berada dalam bentuk cairan atau padatan. Benzena merupakan zat cair yang tidak
berwarna dan mendidih pada temperatur 176 oF. Nama hidrokarbon aromatik
diberikan karena anggota deret ini banyak yang memberikan bau harum.
2.2.2. Komposisi Kimia Air Formasi
Air formasi mempumyai komposisi kimia yang berbada-beda antara
reservoir yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu analisa kimia air formasi
perlu sekali dilakukan untuk menentukan jenis dan sifat-sifatnya. Dibandingkan
dengan air laut, maka air formasi ini rata-rata memiliki kadar garam yang lebih
tinggi, sehingga studi mengenai ion-ion air formasi dan sifat-sifat fisiknya ini
menjadi penting artinya karena kedua hal tersebut sangat berhubungan dengan
terjadinya plugging (penyumbatan) pada formasi dan korosi pada peralatan
dibawah dan diatas permukaan.
Air formasi tersebut terdiri dari bahan-bahan mineral, misalnya kombinasi
metal-metal alkali dan alkali tanah, belerang, oksida besi dan alumunium serta
bahan-bahan organis seperti asam nafta dan asam gemuk. Sedangkan komposisi
ion-ion penyusun air formasi seperti terlihat pada Tabel 2.12 terdiri dari kationkation Ca, Mg, Fe, Bad an anion-anion chloride, CO3, HCO3 dan SO4.
Air formasi mempunyai kation-kation dan anion-anion dengan jumlah
tertentu yang biasanya dinyatakan dalam satuan part per million (ppm)
sepertiyang ditunjukkan pada Tabel 2.12. Kation-kation air formasi antara lain
adalah : Calcium (Ca2+), Magnesium (Mg2+), Natrium (Na+), Ferrum (Fe+) dan
Barrium (Ba++). Sedangkan yang termasuk anion-anion air formasi adalah
Chloride (Cl-), Carbonate (CO3) dan Bicarbonate (HCO3) serta Sulfat (SO4).
Tabel 2.12.
Komposisi Kimia Air Formasi
(Siregar, S, Dr.Ir, ITB, Bandung,1986)
Compoition Ion
Connate Water
From well # 23
Stover Faria,
McKean Country, Pa.
(Parts per million, ppm)
Sea Water
Parts per million
Ca++
Mg++
Na+
K+
SO4Cl
BrITotal
13,260
1,940
31,950
650
730
77,340
320
10
126,200
420
1,300
10,710
2,700
19,410
34,540
Xi
Xi
Mi
M i oSCi
.. (2-21)
Keterangan :
oSC
oSCi
Xi
Mi
SG min yak
Bj min yak
Bj air
....................................................................(2-
22)
Hubungan antara SG minyak dengan API dinyatakan dengan :
API
141,5
131,5 .............................................................................
SG
(2-23)
Harga API untuk beberapa jenis minyak adalah :
Minyak ringan
: > 30 oAPI.
Minyak sedang
: 20 30 oAPI.
Minyak berat
: 10 20 oAPI.
terhadap aliran, atau dengan kata lain viskositas minyak adalah suatu ukuran
tentang besarnya keengganan minyak untuk mengalir, dengan satuan centi poise
(cp) atau gr/100 detik/1 cm. Viskositas merupakan perbandingan shear stress dan
shear rate. Viskositas minyak sangat dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan
jumlah gas yang terlarut dalam minyak tersebut. Hubungan antara viskositas
minyak dengan tekanan ditunjukkan pada Gambar 2.14.
Gambar 2.14.
Hubungan Viskositas Minyak terhadap Tekanan
(Ahmed, T, Houston, Texas, 2000)
Hubungan antara viskositas minyak (o) terhadap tekanan ditunjukkan
pada Gambar 2.14. Dari gambar dapat dijelaskan bahwa :
Di atas tekanan buble point (Pb) kekentalan minyak akan turun terhadap
penurunan tekanan dari P1 ke Pb .
Gambar 2.15.
Viscositas Minyak Reservoir pada
Tekanan 1 Atmosfir dan Temperatur Reservoir
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
F
y
x
A
v
..... (224)
Keterangan :
= viskositas, gr/(cm.sec).
= shear stress.
y / v
Tekanan, pada suhu tetap, kelarutan gas dalam sejumlah zat cair tertentu
berbanding lurus dengan tekanan .
Komposisi minyak dalam gas, kelarutan gas dalam minyak semakin besar
dengan menurunnya specific gravity minyak.
Gambar 2.16.
Rs sebagai Fungsi Tekanan
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
minyak termasuk gas yang terlarut. Atau dengan kata lain sebagai perbandingan
antara volume minyak termasuk gas yang terlarut pada kondisi reservoir dengan
volume minyak pada kondisi standard (14,7 psi, 60 F). Satuan yang digunakan
adalah bbl/stb.
Perhitungan Bo secara empiris (Standing) dinyatakan dengan persamaan :
Bo = 0.972 + (0.000147 . F 1.175) (2-25)
g
1.25 T ... (2-26)
F R s .
Keterangan :
Rs
= temperatur, oF.
Perubahan Bo terhadap tekanan untuk minyak mentah jenuh ditunjukkan
oleh Gambar 2.17. Tekanan reservoir awal adalah Pi dan harga awal faktor
volume formasi adalah Boi. Dengan turunnya tekanan reservoir dibawah tekanan
F o r m a tio n - V o lu m e F a c to r, B o
Bo b
Pb
0
R e s e r v o ir p re s s u re , p s ia
Gambar 2.17.
Ciri Alur Faktor Volume Formasi
terhadap Tekanan untuk Minyak
1. Jika kondisi tekanan reservoir berada diatas Pb, maka Bo akan naik
dengan berkurangnya tekanan sampai mencapai Pb, sehingga volume
sistem cairan bertambah sebagai akibat terjadinya pengembangan
minyak.
2. Setelah Pb dicapai, maka harga Bo akan turun dengan berkurangnya
tekanan, disebabkan karena semakin banyak gas yang dibebaskan.
Proses pembebasan gas ada dua, yaitu :
a. Differential Liberation.
Merupakan proses pembebasan gas secara kontinyu. Dalam
proses ini, penurunan tekanan disertai dengan mengalirnya sebagian
fluida
meninggalkan
sistem.
Minyak
hanya
berada
dalam
800
600
D IF
400
FER
NT
S
GA
IA L
FL
L IB
S
GA
A SH
TI
ERA
L IB
ON
TI
ERA
ON
200
D I F F E R E N TIA L G A S L IB E R A TI O N
400
800
1200 1600
2000
2400
2800
1 ,6
1 ,4
1 ,2
1 ,0
S p e c i f ic G r a v it y o f
L ib e ra te d G a s (a ir = 1 , 0 )
1 ,8
O R IG IN A L R E S E R V O IR P R E S S U R E
G a s i n S o lu ti o n , o c u . f t/ B B L
( S T. o i l = 6 0 F )
1000
0 ,8
3200 3600
R e s e rv o ir P re s s u re , p s ia
Gambar 2.18.
Perbedaan Antara Flash Liberation dengan Differential Liberation
(Siregar, S, Dr.Ir, ITB, Bandung,1986)
2.2.3.5. Kompresibilitas Minyak
Kompresibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak
akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
Co
1 V
V P
.. (2-27)
Persamaan ini dapat dikembangkan dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu :
P1
P1
1
V
P2
Co dP
P2
Co( P2 P1 ) ln
V2
V1
V2
e Co ( P 2 P1)
V1
Co
V2 V1
..................................................................................(2-28)
V1 ( P1 P2 )
Keterangan:
V1 = Volume pada tekanan P1
Co
B ob B oi
B oi Pi Pb
.... (2-29)
Keterangan :
Bob
Boi
Pi
= tekanan reservoir.
Pb
1
0,01604
w
=
= 0,01604 w =
.(2-30)
62,34 v w
vw
62,34
Keterangan :
w
= density, lb/cuft.
vw
wb
Vm
= w Bw ....................................................................................(2-31)
Vwb
Keterangan :
Vmb
wb
Bw
Dengan demikian jika densitas air formasi pada kondisi dasar (standard)
dan faktor volume formasi ada harganya (dari pengukuran langsung), maka
densitas air formasi dapat ditentukan. Faktor yang sangat mempengaruhi densitas
air formasi adalah kadar garam dan temperatur reservoir.
2.2.4.2. Viskositas Air Formasi
Viskositas air formasi (w) akan naik terhadap turunnya temperatur dan
terhadap kenaikkan tekanan seperti terlihat pada Gambar 2.19. yang merupakan
hubungan antara kekentalan air formasi terhadap tekanan dan temperatur, dengan
adanya kenaikan daripada viskositas air maka akan semakin rendah suhu dari air
formasi tersebut begitu juga sebaliknya. Kegunaan mengetahui perilaku
kekentalan air formasi pada kondisi reservoir terutama untuk mengontrol gerakan
air formasi di dalam reservoir.
W a t e r s a li n it y : 6 0 0 0 0 p p m
1 ,8
A b s o lu t V is c o s ity , c p
1 ,6
a t 1 4 , 7 p s ia
p re s s u re
a t 1 4 , 2 p s ia
p re s s u re
a t 7 1 0 0 p s ia p re s s u re
a t v a p o u r p re s s u re
1 ,4
1 ,2
1 ,0
0 ,8
0 ,6
0 ,4
0 ,2
0
50
100
150
200
Te m p e r a t u r,
250
o
300
350
Gambar 2.19.
Viscositas Air Formasi sebagai Fungsi Temperatur
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
Kelarutan gas dalam air formasi lebih kecil jika dibandingkan dengan
kelarutan gas dalam minyak pada kondisi tekanan dan temperatur yang
sama.
2.
Pada temperatur yang tetap, kelarutan gas dalam air formasi akan naik
dengan naiknya tekanan.
3.
Kelarutan gas alam dalam air formasi akan berkurang dengan naiknya
berat jenis gas.
4.
Gambar 2.20.
Kelarutan Gas dalam Air Formasi
sebagai Fungsi Temperatur dan Tekanan
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
.......(2-32)
Keterangan :
Bw
Vwt
W a t e r F o r m a t io n V o l u m e F a c t o r, b b l/ b b l
Vwp
1 ,0 7
1 ,0 6
1 ,0 5
250 F
1 ,0 4
1 ,0 3
2 0 0 oF
1 ,0 2
1 ,0 1
1 5 0 oF
1 ,0 0
1 0 0 oF
0 ,9 9
0 ,9 8
p u re w a te r
p u re w a te r a n d n a tu ra l g a s
0
1000
2000
3000
4000
5000
P re s s u re , p s ia
Gambar 2.21.
Faktor Volume Air Formasi
sebagai fungsi dari Tekanan dan Temperatur
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
150
200
250
1,0045
1,0031
1,0017
1,0003
0,9989
1,0183
1,0168
1,0154
1,0140
1,0126
1,0361
1,0345
1,0330
1,0316
1,0301
1,0584
1,0568
1,0552
1,0537
1,0522
Tabel 2.14.
Faktor Volume Air Formasi Tanpa Kandungan Gas
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
Tekanan
Saturasi,
psia
1000
2000
3000
4000
5000
6000
150
200
250
1,0025
0,9995
0,9966
0,9938
0,9910
0,9884
1,0153
1,0125
1,0095
1,0067
1,0039
1,0031
1,0335
1,0304
1,0271
1,0240
1,0210
1,0178
1,0560
1,0523
1,0487
1,0452
1,0418
1,0402
W a te r C o m p r e s s ib ility ,
C w x 1 0 6 , b b l/ b b l. p s i
3 ,6
3 ,2
s ia
1000 p
2000
3000
4000
5000
6000
2 ,8
2 ,4
60
100
C wp
140
180
Te m p e r a tu r e , F
1 V
V P
220
Gambar 2.22.
Harga Kompresibilitas Air Murni
Berdasarkan Temperatur dan Tekanan
T
260
V P T
C wp
...........................................................................(2-33)
Keterangan:
Cwp
V; P
S o lu tio n C o m p re s s ib lity
W a te r C o m p re s s ib ility
1 ,3
1 ,2
1 ,1
1 ,0
10
15
20
G a s - W a t e r R a t io , c u . f t/ b b l
25
Gambar 2.23.
Koreksi Harga Kompresibilitas Air Formasi
terhadap Kandungan Gas Terlarut
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
pada
umumnya
bersifat
linier
walaupun
sering
terjadi
penyimpangan.
2.3.1. Tekanan Reservoir
Derajat kebasahan yang terjadi di dalam pori-pori batuan serta fluida yang
dikandungnya disebut tekanan formasi atau tekanan reservoir. Dapat diartikan
juga sebagai tekanan yang terjadi dalam pori-pori batuan reservoir dan fluida yang
terkandung didalamnya. Dengan adanya tekanan reservoir yang disebabkan oleh
gradien kedalaman tersebut, maka akan menyebabkan terjadinya aliran fluida di
dalam formasi ke dalam lubang sumur yang mempunyai tekanan relatif rendah.
Besarnya tekanan reservoir ini akan berkurang dengan adanya kegiatan produksi.
Tekanan reservoir pada prinsipnya berasal dari:
1. Pendesakan oleh ekspansi gas (tudung gas) pada gas cap drive reservoir,
tenaga ini disebut dengan body force. Adanya pengaruh gravitasi karena
adanya perbedaan densitas antara minyak dan gas, maka gas dapat terpisah
dengan minyak sedangkan gas yang terpisah dengan minyak ini akan
berakumulasi pada tudung reservoir dan karena pengembangan ini maka
gas akan mendorong minyak kedalam sumur produksi
2. Pendesakan oleh air formasi yang diakibatkan adanya beban formasi
diatasnya (overburden).
3. Pengembangan gas berupa gas bebas pada reservoir solution gas drive
dimana perbedaannya dengan reservoir gas cap drive dimana gas yang
terjadi tidak terperangkap tetapi merata sepanjang pori - pori reservoir.
4. Timbulnya tekanan akibat adanya gaya kapiler yang besarnya dipengaruhi
oleh tegangan permukaan dan sifat kebasahan batuan.
Ada dua hal yang berlawanan yang perlu diperhatikan, yaitu pada suatu
interval tertentu tekanan akan naik hingga stabil, tetapi dengan bertambahnya
waktu maka tekanan akan turun kembali. Hal ini disebabkan karena adanya
gangguan atau karena pengaruh interferensi sumur disekitarnya yang sedang
berproduksi, sehingga tekanan tersebut tidak stabil. Dengan alasan tersebut maka
tekanan dasar sumur biasanya diukur dalam interval waktu tertentu, kemudian
tekanan yang didapat dari hasil pengukuran diplot dan diekstrapolasikan untuk
mendapatkan tekanan static dari sumur tersebut.
Setelah akumulasi hidrokarbon didapat, maka salah satu tes yang harus
dilakukan adalah tes untuk menentukan tekanan reservoir, yaitu tekanan awal
formasi, tekanan statik sumur, tekanan alir dasar sumur, dan gradien tekanan
formasi. Data tekanan tersebut akan berguna didalam menentukan produktivitas
formasi produktif serta metode produksi yang akan digunakan, sehingga dapat
diperoleh recovery hidrokarbon yang optimum tanpa mengakibatkan kerusakan
fonnasi.
Tekanan awal reservoir adalah tekanan reservoir pada saat pertama kali
ditemukan. Tekanan dasar sumur pada sumur yang sedang berproduksi disebut
tekanan aliran (flowing) sumur. Kemudian jika sumur tersebut ditutup maka
selang waktu tertentu akan didapat tekanan statik sumur.
2.3.1.1. Tekanan Hidrostatis
Tekanan Hidrostatis adalah suatu gejala alam yang terjadi pada setiap
benda dipermukaan bumi yang merupakan besarnya gaya yang bekerja tiap satu
satuan luas. Tekanan Hidrostatis juga merupakan suatu tekanan yang timbul akibat
adanya fluida yang mengisi pori-pori batuan, desakan oleh ekspansi gas, dan
desakan oleh gas yang membebaskan diri dari larutan akibat penurunan tekanan
selama proses produksi berlangsung.
Secara empiris dapat dituliskan sebagai berikut :
Ph
F
................................................................................................. (2-34)
A
Ph 0.052 D
..................................................................................... (2-35)
Keterangan :
Ph
= tekanan, psi.
= tekanan hidrostatis.
= kedalaman.
P0 =
Keterangan :
Po
Go
Gmb
Gfl
= Porositas, fraksi.
ma
fl
Gambar 2.24.
Kurva Gradien Tekanan terhadap Kedalaman
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
Selain hasil log gradien tekanan rekah dapat ditentukan dengan memakai
prinsip leak off test yaitu memberikan tekanan sedikit-sedikit sedemikian rupa
sampai terlihat tanda-tanda formasi akan pecah, dengan ditunjukkan kenaikan
tekanan terus-menerus dan tiba-tiba menurun drastis.
Penentuan tekanan rekah dapat digunakan perhitungan diantaranya :
Pf
1 Pob 2 P
D
3 D
D
........................................................................... (2-39)
Keterangan :
Pf
Pob
= kedalaman, ft.
Bila dianggap gradien tekana overburden (Pob/D) adalah 1 psi/ft maka
D
3
D
.................................................................................. (2-40)
gaya pada kerak bumi). Mekanisme terjadinya tekanan subnormal dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Thermal Expansion
Karena batuan sedimen dan fluida dalam pori dipengaruhi oleh adanya
temperatur, jika fluida mengalami pengembangan maka densitas akan berkurang
dan juga tekanan akan berkurang.
b. Formation Foreshortening (Pengkerutan Formasi)
Selama kompresi akan ada beberapa lapisan yang melengkung perlapisan
teratas melengkung keatas sementara perlapisan terbawah melengkung kebawah
sedangkan lapisan tengah mengembang sehingga dapat menghasilkan zona
tekanan subnormal. Pada kondisi ini juga menyebabkan terjadinya overpressure
pada lapisan teratas dan terbawah.
2.3.1.6. Tekanan Abnormal
Tekanan abnormal adalah tekanan formasi yang mempunyai gradien
tekanan lebih besar dari harga 0,465 psi/ft. Tekanan abnormal tidak mempunyai
komunikasi tekanan secara bebas sehingga tekanannya tidak akan cepat
terdistribusi dan kembali menuju tekanan normalnya. Tekanan abnormal berkaitan
dengan sekat (seal) terbentuk dalam suatu periode sedimentasi, kompaksi atau
tersekatnya fluida didalam suatu lapisan yang dibatasi oleh lapisan yang
permeabilitasnya sangat rendah.
Pada proses kompaksi normal, mengecilnya volume pori akibat dari
pertambahan berat beban diatasnya dapat mengakibatkan fluida yang ada didalam
pori terdorong keluar dan mengalir ke segala arah menuju formasi di sekitarnya.
Berat batuan diatasnya akan ditahan oleh partikel-partikel sedimen. Kompaksi
normal umumnya menghasilkan suatu gradient tekanan formasi yang normal.
Kompaksi abnormal akan terjadi jika pertambahan berat beban diatasnya
tidak menyebabkan berkurangnya ruang pori. Ruang pori tidak mengecil karena
fluida didalamnya tidak bisa terdorong keluar. Tersumbatnya fluida didalam ruang
pori disebabkan karena formasi itu terperangkap didalam formasi lain yang
menyebabkan permeabilitas sangat kecil.
Beberapa mekanisme terbentuknya tekanan abnormal adalah sebagai berikut :
.....................................................................................(2-41)
Keterangan :
Td
Ta
= kedalaman, ft.
4000
K e d a la m a n , ft
4500
5000
5500
6000
6500
7000
150
160
170
180
T e m p e r a t u r,
190
o
200
210
Gambar 2.25.
Gradien Temperatur Rata-rata untuk Suatu Lapangan
(Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L , 1960)
sedimentasi
akan
melibatkan
tiga
faktor
yang
saling
maka
terjadi
ketidakseragaman
reservoir
terutama
porositas,
permeabilitas, dan saturasi, dan hal ini disebut dengan heterogenitas vertikal
reservoir.
2.4.4.2. Tipe Heterogenitas Horizontal
Heterogenitas reservoir arah horizontal ini, dapat terjadi baik dalam skala
megaskopis, makroskopis, dan mikroskopis. Dalam skala megaskopis, terlihat
bahwa
reservoir
terbatas
luasnya,
strukturnya,
dan
akibat
diagenesa
2.
Mengingat
heterogenitas
batuan
akibat
faktor
lingkungan
4.
Perangkap Lipatan
Perangkap yang disebabkan perlipatan merupakan perangkap utama.
arah horizontal. Gambaran sederhana jenis perangkap struktur lipatan dapat dilihat
pada Gambar 2.26.
Gambar 2.26. menggambarkan bahwa minyak tidak bisa mengalir ke atas
karena terhalang oleh lapisan penyekat, dan tidak bisa ke pinggir, karena terhalang
oleh lapisan penyekat yang melengkung ke daerah pinggir, sedangkan ke arah
bawah terhalang oleh adanya batas air-minyak (bidang equipotensial).
Gambar 2.26.
Perangkap Struktur Lipatan
(Kristanto, Dedy; Yogyakarta, 1997)
Dalam menilai suatu perangkap lipatan, yang perlu diperhatikan adalah
volume tutupan (closure) pada perangkap bersangkutan. Volume tutupan suatu
perangkap adalah volume maksimum tempat atau wadah yang bisa diisi oleh
fluida hidrokarbon, yang mana harganya ditentukan oleh kedudukan titik limpah
perangkap yang bersangkutan. Titik limpah adalah titik terendah pada perangkap,
yang mana bila fluida hidrokarbon yang terkumpul pada perangkap melebihi titik
tersebut, maka fluida hidrokarbon akan melimpah dan berpindah ke tempat lain
yang lebih tinggi di luar perangkap yang bersangkutan. Volume tutupan
menentukan volume maksimum reservoir yang mungkin diisi fluida hidrokarbon.
b)
Perangkap Patahan
Perangkap patahan adalah perangkap yang terbentuk oleh peristiwa
patahan pada batuan porous dan permeabel yang berada di bawah lapisan tidak
permeabel. Perangkap ini memiliki penyekat berupa bidang sesar pada salah satu
sisinya maupun lebih. Suatu patahan (faulting) dapat berfungsi sebagai unsur
penyekat akumulasi hidrokarban agar tidak bermigrasi ke mana-mana dan dapat
juga sebagai media bagi minyak untuk bermigrasi. Besar-kecilnya tekanan yang
disebabkan oleh pelampungan minyak atau kolom minyak terhadap besarnya
tekanan kapiler, menentukan sekali apakah patahan itu bertindak sebagai penyalur
atau penyekat. Jika tekanan tersebut lebih besar daripada tekanan kapiler maka
minyak masih dapat tersalurkan melalui patahan, tetapi jika lebih kecil maka
patahan tersebut bertindak sebagai suatu penyekat.
Patahan yang berdiri sendiri tidak dapat membentuk perangkap reservoir.
Ada beberapa unsur lain yang harus dipenuhi untuk terjadinya suatu perangkap
yang betul-betul hanya disebabkan karena patahan, yaitu :
1. Adanya kemiringan wilayah.
Lapisan yang sejajar atau tidak miring tidak dapat membentuk perangkap
karena walaupun minyak tersekat pada arah pematahan, tetapi pada arah
lain tidak tersekat, kecuali kalau ketiga arah lainnya tertutup oleh berbagai
macam patahan.
2. Paling sedikit harus ada dua patahan yang berpotongan.
Jika hanya terdapat suatu kemiringan wilayah dan suatu patahan di satu
pihak, maka dalam suatu penampang kelihatannya sudah terjadi perangkap
yang terlihat pada Gambar 2.27. , tetapi harus dipenuhi juga syarat bahwa
perangkap atau penutup itu terjadi dalam tiga dimensi, maka dalam
dimensi lainnya harus terjadi juga pematahan atau menutup ke arah
tersebut.
Gambar 2.27.
Bentuk Perangkap Struktur Patahan
dengan Kemiringan Wilayah dan Dua Patahan yang Berpotongan
(Koesoemadinata H.R.P.;1980)
3. Adanya suatu pelengkungan lapisan penyekatnya atau suatu pelipatan.
Dalam hal ini, patahan merupakan penyekat ke suatu arah sedangkan pada
arah lainnya tertutup oleh adanya pelengkungan dari perlapisan ataupun
bagian dari perlipatan, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.28.
Gambar 2.28.
Bentuk Perangkap Struktur Patahan
dengan Pelengkungan Lapisan Penyekatnya
(Koesoemadinata H.R.P.;1980)
4. Pelengkungan dari patahan itu sendiri dan kemiringan wilayah dari lapisan
penyekatnya.
Di suatu arah mungkin lapisan itu miring tetapi di pihak lainnya terdapat
patahan yang melengkung sehingga semua arah tertutup oleh patahan
seperti pada Gambar 2.29.
Gambar 2.29.
Bentuk Perangkap Struktur Patahan
dengan Pelengkungan Patahannya
(Koesoemadinata H.R.P.;1980)
2.5.1.2. Perangkap Stratigrafi
Perangkap stratigrafi adalah perangkap yang terbentuk sebagai akibat dari
bentuk tubuh batuan atau sifat hubungan stratigrafi suatu tubuh batuan dengan
tubuh batuan sekitarnya. Sifat hubungan stratigrafi secara lateral dapat berupa
pinch out, intertonguing, dan gradasi lateral. Sedangkan secara vertikal dapat
berupa keselarasan dan ketidakselarasan.
Prinsip perangkap stratigrafi ialah minyak dan gas terjebak dalam
perjalanannya ke atas, terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan
pinggir, karena batuan reservoir menghilang atau berubah fasies menjadi batuan
lain atau batuan yang karakteristik reservoir menghilang sehingga merupakan
penghalang permeabilitasnya. Beberapa unsur utama perangkap stratigrafi ialah :
1. Adanya perubahan sifat lithologi dengan beberapa sifat reservoir, ke satu
atau beberapa arah sehingga merupakan penghalang permeabilitas
(Gambar 2.30.)
Gambar 2.30.
Bentuk Perangkap Stratigrafi sebagai Akibat
Perubahan Sifat Lithologi
(Koesoemadinata H.R.P.;1980)
Perubahan sifat litologi/sifat reservoir ke suatu arah daripada lapisan reservoir
dapat disebabkan :
a. Pembajian, dimana lapisan reservoir yang dihimpit di antara lapisan
penyekat menipis dan menghilang.
Gambar 2.31.
Bentuk Perangkap Stratigrafi Akibat Pembajian
(Koesoemadinata H.R.P.;1980)
b. Penyerpihan (shale-out), dimana ketebalan tetap, akan tetapi sifat litologi
berubah.
Gambar 2.32.
Bentuk Perangkap Stratigrafi Akibat Penyerpihan
(Koesoemadinata H.R.P.;1980)
c. Persentuhan dengan bidang erosi.
Gambar 2.33.
Bentuk Perangkap Stratigrafi Akibat Bidang Ketidakselarasan
(Koesoemadinata H.R.P.;1980)
Gambar 2.34.
Bentuk Perangkap Kombinasi Lipatan - Pembajian
(Koesoemadinata H.R.P.;1980)
2. Kombinasi antara patahan dan pembajian
Pembajian yang berkombinasi dengan patahan jauh lebih biasa daripada
pembajian yang berdiri sendiri. Kombinasi ini dapat terjadi karena terdapat
suatu kemiringan wilayah yang membatasi bergeraknya ke suatu arah dan
diarah lain ditahan oleh adanya suatu patahan dan pada arah lainnya lagi
ditahan oleh pembajian (Gambar 2.35.).
Suatu perangkap kombinasi umumnya mempunyai dua tahap sejarah, yaitu :
Gambar 2.35.
Bentuk Perangkap Kombinasi Patahan - Pembajian
(Koesoemadinata H.R.P.;1980)
2.5.2. Berdasarkan Mekanisme Pendorong
Pada umumnya reservoir minyak yang baru diketemukan mempunyai
kemampuan untuk mengalirkan fluida reservoirnya ke permukaan, karena masih
mempunyai tekanan yang tinggi. Selama proses produksi berjalan, tekanan
reservoir akan mengalami penurunan yang besarnya (kecepatannya) tergantung
pada laju produksi dan jenis mekanisme pendorong yang dimiliki oleh reservoir
tersebut.
Jenis-jenis
reservoir
berdasarkan
mekanisme
pendorong
dapat
Gambar 2.36.
Depletion Drive Reservoir
(Ahmed, T, Houston, Texas, 2000)
Gambar 2.37.
Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR
pada Solution Gas Drive Reservoir
(Cole, F.W.;Houston-Texas; 1969)
Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih
terperangkap pada sela-sela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan lebih
kecil jika dibandingkan dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil ratio produksi akan
bertambah besar bila gas pada saluran pori-pori tersebut mulai bisa mengalir, hal
ini terus-menerus berlangsung hingga tekanan reservoir menjadi rendah. Bila
tekanan telah cukup rendah maka gas oil ratio akan menjadi berkurang sebab
volume gas di dalam reservoir tinggal sedikit. Dalam hal ini gas oil produksi dan
gas oil ratio reservoir harganya
hampir sama.
Pada
Gambar 2.37.
ditunjukkan pada Gambar 2.38. Reservoir gas cap drive memiliki karakteristik,
yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
di dalam reservoirnya akan terus semakin ringan dan mengalir dengan baik, maka
untuk reservoir jenis ini akan mempunyai umur dan recovery sekitar 20-60 %,
yang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis solution gas drive. Sehingga
residual oil yang masih tertinggal di dalam reservoir ketika lapangan ini ditutup
adalah lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis solution gas drive.
Gambar 2.38.
Gas Cap Drive Reservoir
(McCain, Jr., W.D;1973)
Gambar 2.39.
Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR
pada Gas Cap Drive Reservoir
(McCain, Jr., W.D;1973)
2.5.2.3. Water Drive Reservoir
Untuk reservoir jenis water drive ini, energi pendesakan yang mendorong
minyak untuk mengalir adalah berasal dari air yang terperangkap bersama-sama
dengan minyak pada batuan reservoirnya. Efisisensi pendesakan air biasanya lebih
besar dibandingkan dengan pendesakan oleh gas.
Apabila dilihat dari terbentuknya batuan reservoir water drive, maka air
merupakan fluida pertama yang menempati pori-pori reservoir. Tetapi dengan
adanya migrasi minyak bumi maka air yang berada disana tersingkir dan
digantikan oleh minyak. Dengan demikian karena volume minyak ini terbatas,
maka bila dibandingkan dengan volume air yang merupakan fluida pendesaknya
akan jauh lebih kecil (Gambar 2.40.)
Reservoir dengan jenis mekanisme pendorong water drive memiliki
karakteristik, yaitu :
1.
2.
3.
4.
mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi yang semakin
lama semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut ditinggalkan karena
produksi minyaknya tidak ekonomis lagi.
Untuk reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak
yang terproduksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan
lainnya, yaitu antara 35-75 % dari volume minyak yang ada. Sehingga minyak
sisa (residual oil) yang masih tertinggal didalam reservoir akan lebih sedikit.
Gambar 2.40.
Water Drive Reservoir
(McCain, Jr., W.D;1973)
Produksi air pada awal produksi sedikit, tetapi apabila permukaan air telah
mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi yang semakin
lama semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut di tinggalkan karena
produksi minyaknya tidak ekonomis lagi (Gambar 2.41.)
Untuk reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak
yang terproduksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan
lainnya, yaitu antara 35-75% dari volume minyak yang ada. Sehingga minyak sisa
(residual oil) yang masih tertinggal didalam reservoir akan lebih sedikit.
Dapat disimpulkan suatu reservoir dengan tenaga pendorong air ini
mempunyai kelakuan seperti dibawah ini :
Gambar 2.41.
Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR
pada Water Drive Reservoir
(Ahmed, T; Houston, Texas, 2000)
2.5.2.4. Segregation Drive Reservoir
Segregation drive reservoir atau gravity drainage merupakan energi
pendorong minyak bumi yang berasal dari kecenderungan gas, minyak, dan air
membuat suatu keadaan yang sesuai dengan massa jenisnya (karena gaya
gravitasi).
Gambar 2.42.
Gravity Drainage Drive Reservoir
(Ahmed, T; Houston, Texas, 2000)
Gambar 2.43.
Karakteristik Gravity Drainage Reservoir (Segregation Drive)
(Ahmed, T; Houston, Texas, 2000)
Jika ada gas cap maka sumur-sumur yang terletak di struktur atas dari
reservoir tersebut akan mengalami peningkatan GOR dengan cepat.
Gambar 2.44.
Combination Drive Reservoir
(Van Pollen, H.K. and Associates , Inc, Tulsa.Oklohama,1980)
Gambar 2.45.
Karakteristik Combination Drive Reservoir
(Van Pollen, H.K. and Associates , Inc, Tulsa.Oklohama,1980)
2.5.3. Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon
Fasa merupakan bagian dari zat yang mempunyai sifat jasmani yang nyata,
yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia secara seragam dalam keseluruhan. Fasa
yang penting yang terdapat dalam produksi hidrokarbon adalah fasa cair (minyak
atau kondensat) dan fasa gas (gas alam).
Diagram fasa adalah diagram tekanan dan temperatur yang merupakan
fungsi komposisi akumulasi hidrokarbon pada suatu reservoir. Gambar 2.46.
memperlihatkan diagram fasa untuk suatu fluida reservoir.
Gambar 2.46.
Diagram Fasa P & T Suatu Fluida Reservoir
(McCain, Jr., W.D., 1973)
Sesuai dengan letak titik tekanan dan temperaturnya pada diagram fasa,
maka reservoir dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yang masing-masing
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Adapun pembagian kelompok
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Reservoir gas.
Gambar 2.47.
Diagram Fasa dari Minyak Berat
(McCain, Jr., W.D., 1973)
Titik 1 menunjukkan bahwa keadaan reservoir dikatakan tidak jenuh
(undersaturated), sedangkan titik 2 menunjukkan keadaan reservoir jenuh
Gambar 2.48.
Diagram Fasa dari Minyak Ringan
(McCain, Jr., W.D., 1973)
2.6. Perkiraan Cadangan Reservoir
2.6.1. Pengertian Cadangan
Cadangan minyak bumi dan gas bumi memiliki pengertian dinamis / tidak
pasti sehingga selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kelangsungan
produksi yang mengurangi cadangan tersebut, dengan kata lain dapat dihitung
secara periodik. Periode perhitungan cadangan tersebut meliputi: sebelum
pemboran dan pengembangan, sesaat setelah sumur berproduksi selama minimal
satu tahun dan sumur masih terus berproduksi, produksi telah mencapai tahap
lanjut dan sudah menurun serta produksi sumur sudah berakhir.
2.6.2. Metode Penentuan Cadangan
2.6.2.1. Metode Volumetris
Pada metode ini data-data batuan sudah diketahui dari beberapa sumur
eksplorasi, deliniasi, maupun pengembangan, sehingga batas-batas reservoir
sudah diketahui pasti. Untuk perhitungan cadangan secara volumetris diperlukan
peta isopach seperti terlihat pada Gambar 2.49 yaitu peta yang menggambarkan
ketebalan lapisan yang sama. Peta ini digunakan untuk menentukan volume
batuan total (bulk volume). Untuk menghitung volume batuan dari peta isopach
dapat dilakukan dengan persamaan pyramidal dan trapezoidal.
.(2-
41)
Keterangan :
7758
Bo
h ..(2-42)
h
Sw.h ...(2h
43)
2.6.2.2. Metode Material Balance
Metode ini hanya dapat digunakan apabila sumur telah berproduksi dan
tekanan reservoir sudah mengalami penurunan. Perkiraan cadangan dengan
menggunakan metode material balance didasarkan pada prinsip kesetimbangan
volume fluida didalam reservoir, yaitu antara keadaan awal dan akhir tanpa
memperhatikan proses pendesakan minyak yang terjadi didalam reservoir.
didalam reservoir
Influx adalah volume air yang merembes atau masuk kedalam zona
minyak
influx, maka secara matematis persamaan material balance secara umum adalah
sebagai berikut :
N
44)
Np ( Bt ( Rp Rs ) Bg ( We Wp Bw ) )
(2Bt Bti ( mBti / Bgi ) ( Bg Bgi )
Keterangan :
Bt
depletion
drive
reservoir,
dimana
tenaga
pendorongnya
adalah
Ni
N p Bo
Bo Bo i
, ............................................................................ (2-45)
Ni
N p Bo ( R p Rsi ) B g
Bo Boi ( Rs i Rs ) Bg
, .................................................... (2-46)
reservoir selain kedua metoda diatas dapat digunakan metoda decline curve.
Metode Decline Curve adalah suatu cara untuk memperkirakan besarnya
cadangan, berdasarkan data-data produksi setelah selang waktu tertentu. Syarat
utama pemakaian metoda ini adalah rate produksi telah menurun. Jenis analisa
decline curve terdiri dari pengeplotan produksi sumur versus waktu pada kertas
semilog dan mengupayakan penyesuaian data tersebut dengan suatu garis lurus,
selanjutnya diekstrapolasikan untuk masa yang akan datang. Cadangan dihitung
berdasarkan laju pengurasan rata-rata pertahun untuk laju pengurasan yang
diektrapolasi tersebut.
Asumsi-asumsi dalam metoda Decline Curve menganggap bahwa :
1. Reservoir bersifat homogen.
2. Pengurangan tekanan sebanding dengan jumlah minyak yang tertinggal,
sehingga untuk PI yang tetap, rate produksi sebanding dengan tekanan
reservoir.
3. Kelakuan reservoir dimasa lampau sesuai dengan masa sekarang dan masa
yang akan datang.
Secara umum decline curve dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan harga
eksponensial decline-nya (b). Harga b berkisar antara 0 sampai 1. Jika harga
b=0, maka disebut sebagai exponential decline. Jika harga b adalah 0<b<1, maka
disebut dengan hyperbolic decline. Dan jika harga b=1, maka disebut dengan
harmonic decline. Untuk menentukan besarnya eksponen decline dapat ditentukan
dengan persamaan sebagai berikut :
a
47)
d .(ln .q )
dq / dt
dt
q
..........(2-
dq / dt ......(2-48)
dt
keterangan :
a
a-1
dq / dt
. (2-49)
q
ai
.........(2-50)
qib
ai
dq / dt
b 1 .....(2-51)
b
qi
q
Lalu dengan mengintegralkan Persamaan (2-51), maka :
t
t
ai
dq
0 qib .dt q q b1 ....(2i
52)
b.ai t
q b q ib .............(2qib
53)
b.ai t
1
1
b b .....(2-54)
b
qi
q
qi
q
b.ai t i
q
...(2-55)
qi
(b.a i t 1) b
q
.(2-56)
1
b
..(2-
57)
Keterangan :
q = laju produksi pada waktu t, BOPD
qi = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), BOPD
b = exponent decline (turunan pertama dari loss ratio)
ai = initial nominal decline rate, 1/waktu
t = waktu, hari
2.7. Data Produksi dan Performance Produksi
2.7.1. Sejarah Produksi Sumur
Sejarah produksi suatu sumur (Production History) menjadi salah satu
faktor
produksi dapat diawali dengan mulai kapan sumur tersebut dibor dan berapa laju
aliran dari minyak (qo, bpd), gas (qg, MSCFD), air (qw, bpd). Data produksi ini
juga dilengkapi dengan jumlah kumulatif produksi tiap fluida perbulan (Np, Gp
dan Wp).
2.7.1.1. Laju Produksi Fluida
Production Test (tes produksi), adalah kegiatan pengukuran produksi suatu
sumur atau lapangan minyak dan dilakukan secara rutin. Data yang didapatkan
dari production test dapat berupa laju produksi (minyak, air, gas), water oil ratio
dan gas oil ratio.
Fm
Shr
BS&W = besarnya
kandungan
air
....(2-59)
keterangan :
Qsc
C'
Hw
Pf
.....(2-60)
Sedangkan untuk separator yang hanya memisahkan gas dengan cairan maka laju
produksi air ditentukan dengan persamaan :
Qw = Qtotal Qo
......(2-61)
keterangan :
Qtotal
QW
.............................................................................(2Qliquid
62)
Oil Cut
63)
QO
Qliquid
............................................................................(2-
o kw
w ko
............(2-64)
o k g
GOR = Qg/Qo
= g ko
..(2-65)
o K w
g K o Bo
o K g Bo
g K o Bg
..........(2-66)
Rs ...........(2-67)
dimana :
GOR
GORp
WOR
WORp
Bo
Bg
Kg
Ko
Kw
q 7.08 10 3
kh Pe Pwf
o Bo Ln re rw
................................................................(2-
68)
Keterangan :
q
= viskositas, cp.
q
, BBL/hari/psi.....................................................................(2-69)
Ps Pwf
Dengan melakukan substitusi Persamaan (2-69) kedalam Persamaan (268), maka J dapat pula ditentukan berdasarkan sifaf-sifat fisik fluida reservoir,
batuan reservoir, serta geometri sumur dan reservoir, yaitu :
J 7.08 10 3
kh
................................................................(2 o Bo Ln re rw
70)
Faktor-faktor yang mempengaruhi PI adalah karakteristik batuan dan
fluida resrvoir, ketebalan lapisan dan mekanisme pendorong.
A. Karakteristik batuan reservoir
1. Permeabilitas
Permeabilitas adalah ukuran kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida.
Dengan turunnya permeabilitas maka fluida akan lebih sukar mengalir,
sehingga kemampuan berproduksi atau PI turun.
2. Saturasi
Saturasi adalah ukuran kejenuhan fluida dalam pori-pori batuan. Dalam
proses produksi, saturasi minyak berkurang dengan naiknya produksi
kumulatif minyak dan kekosongan diganti oleh air atau gas bebas.
3. Viskositas
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap pengaliran. Bila tekanan
reservoir sudah berada di bawah tekanan bubble point maka penurunan
takanan akan mengakibatkan bertambahnya gas yang dibebaskan dari
larutan, sehingga viskositas naik. Hal ini akan mempengaruhi harga PI.
C. Drawdown
Semakin besar drawdown, maka besar pula laju lirannya, sehingga PI naik.
Tetapi dengan semakin besarnya drawdown yang dikibatkan mengecilnya P wf,
juga oleh pendesakan dari gas cap drive. Akibatnya penurunan PI tidak
secepat pada solution gas drive.
3. Water Drive
Selama pengosongan minyak dari reservoir oleh water influx, sehingga tidak
dapat mengimbangi pengosongan, maka tekanan akan turun sampai dibawah
tekanan saturasi, sehingga terbentuk fasa gas. Dalam kondisi ini dapat
terjadi aliran minyak, air dan gas, dimana PI-nya akan turun selama produksi
berlangsung.
Indek produktitas yang diperoleh dari hasil tes ataupun dari perkiraan,
hanya merupakan gambaran secara kualitatif mengenai kemampuan sumur untuk
berproduksi. Dalam kaitannya dengan perencanaan suatu sumur, ataupun untuk
melihat kelakuan suatu sumur untuk berproduksi, maka harga J tersebut dapat
dinyatakan secara grafis, yang disebut dengan grafik kurva Inflow Performance
Relationship (IPR). Berdasarkan definisi J pada Persamaan (2-69), untuk suatu
saat tertentu dimana Ps konstan dan J juga konstan, maka variabelnya adalah laju
produksi (q) dan tekanan aliran dasar sumur (Pwf). Persamaan (2-69) dapat
diubah menjadi :
Pwf Ps
q
............................................................................................(2-71)
J
OB Ps J
J .............................................................................(2-72)
OA
Ps
Gambar 2.49.
Kurva IPR Linear
Bentuk dari IPR akan linear bila fluida yang mengalir satu fasa, Muskat
menyatakan apabila yang mengalir adalah fluida dua fasa (minyak dan gas), maka
bentuk kurva IPR membentuk kelengkungan dan harga J tidak lagi merupakan
harga yang konstan, karena kemiringan garis IPR akan berubah secara kontinyu
untuk setiap harga Pwf.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Vogel terhadap sumur-sumur
yang berproduksi dari reservoir solution gas drive, maka diperoleh suatu hasil
disebut dimensionless IPR. Untuk tujuan praktis grafik IPR tak berdimensi
tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis :
qo
Pwf
Pwf
1 - 2
0.8
q max
Ps
Ps
73)
........................................................(2-
Gambar 2.50.
Kurva IPR Tidak Linear
(Ahmed,T,Houston, Texas, 2000)
Persamaan diatas hanya dapat digunakan untuk Pwf yang lebih kecil dari
Pb. Sedangkan bila Ps diatas Pb maka sebagian dari kurva IPR merupakan garis
linear dan selanjutnya melengkung seperti terlihat pada (Gambar 2.50.)
Untuk kondisi tersebut diatas, maka perubahan IPR dapat dilakukan
dengan perluasan persamaan Vogel, yaitu :
qo qb
Pwf
Pwf
1 - 2
0.8
q max q b
Ps
Ps
................................................(2-
74)
Keterangan :
qo
qmax
qb
Pwf
Pb
Jadi harga J atau grafik IPR akan mengalami perubahan sesuai dengan
lamanya produksi.
2.7.2.4.Pressure Decline
Dari data penurunan tekanan kita dapat mengetahui apakah reservoir itu
masih mampu untuk memproduksi sendiri, ataukah harus dengan menggunakan
artificial lift.
2.7.3. Analisa Production Decline
2.7.3.1.
Decline Curve
. Decline Curve (analisa kurva penurunan produksi) adalah salah satu
metode untuk melakukan peramalan produksi yang akan datang dimana konsep
dasarnya adalah trend atau pola produksi dimasa lampu diperkirakan akan terjadi
juga dimasa yang akan datang.
Decline curve, seperti yang digunakan saat ini adalah plot laju produksi vs
waktu, dan plot laju produksi vs kumulatif produksi pada semilog, log-log
maupun pada kertas spesial dengan skala yang sudah pasti tapi yang paling umum
adalah pada semilog.
Estimasi cadangan dengan decline dapat dilakukan hanya dengan terlebih
dahulu melakukan peramalan produksi sampai batas ekonomi limitnya. Peramalan
produksi sampai batas ekonomi limitnya didasarakan hubungan antara laju alir
untuk setiap waktu (qt vs t, Gambar 2.51.) dan hubungan antara laju alir setiap
waktu dengan kumulatif produksinya (qt vs Npt, Gambar 2.52. )
Gambar 2.51.
Grafik Laju Produksi vs Waktu
Gambar 2.52.
Grafik Laju Produksi vs Produksi Kumulatif
Pada umumnya sumur produksi akan ditinggalkan pada saat biaya untuk
memproduksikan lebih besar dari keuntungan yang diperoleh. Prinsip ini adalah
prinsip ekonomi limit, di mana biaya produksi harus sama dengan pendapatan
yang diterima. Kerugian secara ekonomi akan terjadi jika tetap melanjutkan
produksi diluar statemen ini. Dasar estimasi cadangan dengan decline curve
terletak pada besarnya ekonomi limitnya. Besarnya ekonomi limit ini juga
menentukan umur produksi dan jumlah cadangan minyak yang akan
diproduksikan.
2.7.3.4.Ultimate Recovery
Estimated Ultimate Recovery (EUR) adalah estimasi jumlah cadangan
minyak yang bisa diproduksikan sesuai dengan teknologi, kondisi ekonomi dan
peraturan-peraturan yang ada pada saat itu dan diproduksikan sampai batas
ekonominya. Definisi ini dengan memperhitungkan pemikiran-pemikiran berikut:
Pertama, untuk menyatakan bahwa banyaknya minyak dan gas bumi sebagai
cadangan maka minyak dan gas bumi itu haruslah diproduksikan.
Kedua, minyak dan gas bumi harus secara ekonomis menguntungkan untuk
diproduksikan dengan teknologi yang ada pada saat diproduksikan.
Ketiga, dikarenakan minyak dan gas bumi belum diproduksikan dan tidak
memungkinkan untuk dilihat atau diukur kedalam reservoir minyak dan gas
bumi maka satu-satunya cara hanyalah melakukan estimasi atau perkiraan.
Keempat, dikarenakan cadangan yang ada adalah cadangan sisa, maka akan
ada ukuran waktu produksi yang berhubungan setiap cadangan yang
diperkirakan.
Estimated Original Oil in Place (Ni) adalah estimasi jumlah total
EUR
.....(2-75)
Ni
Gambar 2.53.
Grafik Profil Produksi Kumulatif vs Laju Alir
Keterangan :
EUR
Cum
ERR
dalam konteks decline curve, EUR adalah Npa, Cum adalah Npt, ERR adalah
Npta, maka :
EUR = Npt + Npta..(2-77)
Dimana harga Npt didapat dari data produksi dan Npta dari hasil plot antara laju
produksi pada setiap waktu t (qt) dengan produksi kumulatif setiap waktu t (Npt).