LAPORAN
Pelaksana Kegiatan
BENY HARJADI
============================================================
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI PENGELOLAAN DAS INDONESIA BAGIAN BARAT
SURAKARTA, DESEMBER 2006
Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Monitoring dan Evaluasi DAS
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
Disyahkan Oleh :
Kepala BPPTPDAS-IBB
Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Monitoring dan Evaluasi DAS
Oleh :
Beny Harjadi, Agus Wuryanta, Dody Prakosa, Nining Wahyuningrum
Yusuf Iriyanto W., Bambang Ragil WMP., Bambang Dwi A.
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
RINGKASAN ........................................................................................................... III
KATA PENGANTAR .............................................................................................. IV
DAFTAR ISI...............................................................................................................V
DAFTAR TABEL....................................................................................................VII
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................VII
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. IX
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
C. Tujuan dan Sasaran UKP ................................................................................ 4
D. Tujuan dan Sasaran PPTP ............................................................................... 4
E. Hasil yang Telah Dicapai................................................................................. 5
F. Tujuan Dan Sasaran Rptp Tahun 2006 ............................................................ 5
G. Luaran Tahun 2006 ......................................................................................... 6
H. Ruang Lingkup Tahun 2006............................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 7
A. Daerah Aliran Sungai (DAS) .......................................................................... 7
B. Monitoring dan Evaluasi DAS ........................................................................ 8
C. Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan....................................................... 8
D. Teknologi Penginderaan Jauh ....................................................................... 11
E. Penginderaan Jauh Sistem Satelit ................................................................. 15
F. Klasifikasi Citra Satelit Digital...................................................................... 16
F.1. Analisis Perhitungan Erosi........................................................................ 17
F.1.a. Erosi Kualitatif (SES = Soil Erosion Status) ..................................... 17
F.1.b. Erosi Kuantitatif (MMF = Morgan, Morgan, dan Finney) ................ 19
F.2. Metodologi Pemetaan Penutupan Dan Penggunaan Lahan ...................... 20
F.2.a. Interpetasi Visual : .............................................................................. 20
F.2.b. Teknik Deteksi Perubahan Digital :.................................................... 20
G. Aplikasi Pj Dan Sig Untuk Evaluasi Penutupan Lahan ................................ 25
VI. KESIMPULAN................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 56
KERANGKA LOGIS PENELITIAN ....................................................................... 58
DAFTAR TABEL
TABEL 8. ANALISIS SES UNTUK PRIORITAS SUATU SUB DAS DI BENAIN-NOELMINA ..... 49
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 11. PETA PENUTUPAN LAHAN DAS BENAIN-NOELMINA TAHUN 2005 .......... 47
GAMBAR 12. GRAFIK SEBARAN DAN PENUTUPAN LAHAN DAS BENAIN-NOELMINA .... 48
GAMBAR 13. PETA SES (SOIL EROSION STATUS) DAS BENAIN NOELMINA .................... 50
GAMBAR 16. URUTAN PRIORITAS DAN SEBARAN HASIL ANALISIS TINGKAT EROSI MMF
.............................................................................................................. 54
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Sumberdaya alam yang berupa hutan (vegetasi), tanah, dan air mempunyai
peranan yang penting dalam kelangsungan hidup manusia sehingga dalam
pemanfaatannya perlu dilakukan secara optimal dan lestari. Kerusakan sumberdaya
alam hutan (SDH) yang terjadi saat ini telah menyebabkan terganggunya
keseimbangan lingkungan hidup daerah aliran sungai (DAS) seperti tercermin pada
sering terjadinya erosi, banjir, kekeringan, pendangkalan sungai dan waduk serta
saluran irigasi. Tekanan yang besar terhadap sumber daya alam oleh aktivitas
manusia, salah satunya, dapat ditunjukkan adanya perubahan penutupan lahan yang
begitu cepat. Pengelolaan DAS dengan permasalahan yang komplek, diperlukan
penanganan secara holistik, integral dan koordinatif. Perubahan kondisi penutupan
lahan sangat diperlukan sebagai dasar pengelolaan suatu DAS yang harus dilakukan
secara periodik melalui kegiatan monitoring dan evaluasi (monev).
Karakteristik penutupan lahan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh kondisi
bio-fisik maupun sosial ekonomi masyarakatnya. Pada wilayah dengan curah hujan
tinggi berpenduduk jarang, pola penutupan lahannya lebih dominan pada tanaman
tahunan, sebaliknya pada wilayah curah hujan tinggi berpenduduk padat pola
penutupan lahannya lebih dominan pada tananan semusim. Sedangkan pada wilayah
kering (hujan rendah) dengan penduduk jarang, pola penutupan lahannya didominasi
padang rumput dan tanaman tahan kering.
Survei penutupan lahan secara langsung di lapangan memerlukan tenaga
yang banyak, waktu lama dan biaya tidak sedikit. Oleh karena itu diperlukan
teknologi yang mampu menggambarkan obyek dipermukaan bumi secara luas,
terkini dan dapat dimanfaatkan secara periodik. Teknologi Penginderaan Jauh (PJ)
mampu menggambarkan obyek dipermukaan bumi, sehingga dapat digunakan untuk
memetakan penutupan lahan dan memonitor perubahannya. Beberapa keuntungan
penggunaan data PJ yaitu citra PJ menggambarkan obyek, daerah, gejala di
Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Monitoring dan Evaluasi DAS
permukaan bumi dengan ujud dan letak yang mirip dengan di permukaan bumi,
relatif lengkap, meliput daerah yang luas dan permanen.
Kebutuhan data terkini, akurasi tinggi, pada areal yang luas untuk
memantau perubahan satu kesatuan pengelolaan DAS. Data yang diperoleh dari
teknologi PJ yang telah di cek di lapangan digunakan sebagai masukan (input) bagi
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk selanjutnya diproses dan dianalisa sehingga
diperoleh peta penutupan lahan yang akurat. Melalui proses SIG dapat digunakan
untuk mendeteksi perubahan penutupan lahan (Land cover change detection) pada
suatu DAS. Bantuan PJ dan SIG sangat diperlukan untuk membantu keterbatasan
dana, waktu dan tenaga kerja namun diperoleh akurasi tinggi secara mudah, cepat
dan murah setiap waktu.
Dalam pengelolaan DAS, kondisi penutupan lahan yang sama pada
penggunaan lahan (land use) berbeda akan memberikan jastifikasi pengelolaan
berbeda. Untuk menghindari hasil bias dalam penafsiran penginderaan jauh, perlu
dukungan data penggunaan lahan. Sebagai contoh, menurut penafsiran penginderaan
jauh terdeteksi penutupan lahan berupa ‘tanaman semusim’, maka informasi yang
dihasilkan bisa : pertanian/ladang tanaman semusim, atau tanaman tumpangsari pada
hutan tanaman muda atau perkebunan muda, atau perambahan/perladangan
berpindah pada kawasan hutan. Multi-tafsir demikian perlu dihindari dengan cara
menambahkan informasi penggunaan lahan.
Agar penyelenggaraan monev penutupan lahan dalam pengelolaan DAS bisa
dilakukan secara cepat dan akurat pada cakupan yang luas, teknik penginderaan jauh
dengan bantuan sistem informasi geografis dapat diaplikasikan. Oleh karena pola
penutupan lahan secara nasional sangat beragam pada setiap zona ekologi maka
dalam pemanfaatan penginderaan jauh perlu dilakukan kajian aplikasinya. Pada
tahun 2006 diperlukan kajian tentang “Aplikasi Penginderaan Jauh (PJ) dan Sistem
Informasi Geografis (GIS) untuk Monitoring dan Evaluasi”.
B. Rumusan Masalah
Kegiatan monitoring dan evaluasi DAS perlu didukung oleh data tentang
penutupan lahan serta perubahannya yang akurat dan terkini (up todate). Saat ini
data penutupan lahan diperoleh dari peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 :
250.000 yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
(BAKOSURTANAL) tahun 1986 telah mengalami banyak perubahan dan tidak
sesuai lagi dengan keadaan penutupan lahan actual. Perubahan penutupan lahan pada
DAS sangat cepat khususnya di dua musim yang berbeda (kemarau & penghujan).
Monitoring dan evaluasi sangat diperlukan untuk memantau terjadinya perubahan
dan membantu menetapkan karakteristik suatu DAS
Oleh karena itu perlu dilakukan pemutakhiran data penutupan lahan dan
analisa perubahannya. Departemen Kehutanan dalam hal ini Badan Planologi
Kehutanan telah melakukan pemutakhiran data penutupan lahan (untuk beberapa
propinsi) dengan cara interpretasi citra landsat secara visual. Untuk mendukung
kegiatan tersebut, diperlukan teknik penajaman citra (image enhancement) secara
digital agar diperoleh informasi tentang penutupan lahan seakurat mungkin. Luaran
(output) dari analisis citra landsat adalah peta pada skala 1 : 100.000 (maksimum)
atau yang lebih kecil. Menurut Prihandito (1989) produk tersebut tergolong pada
skala kecil, oleh karena itu untuk perencanaan pengelolaan DAS hanya sesuai untuk
perencanaan pada skala makro (pola RLKT). Sedangkan untuk mendapatkan peta
penutupan lahan dengan skala yang lebih besar diperlukan citra PJ yang
berkemampuan lebih tinggi seperti potret udara, Ikonos dan Quick Bird.
Namun demikian disadari bahwa kondisi penutupan lahan sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor yang antara lain curah hujan dan kepadatan penduduk. Beberapa
karakter wilayah yang berpengaruh terhadap pola penutupan lahan antara lain :
1. Curah hujan tinggi dan penduduk padat, didominasi oleh tanaman semusim yang
intensif.
2. Curah hujan tinggi dan penduduk jarang, pola penutupan lahan umumnya
tanaman tahunan, hutan dan kebun serta tanaman semusim yang kurang intensif.
3. Curah hujan rendah dan penduduk jarang, pola penutupan lahan didominasi
tanaman tahunan, padang rumput dan tanaman semusim yang kurang intensif.
Mengingat setiap wilayah di Indonesia memiliki pola penutupan lahan yang spesifik,
oleh karena itu masing – masing wilayah diperlukan kajian teknik aplikasi PJ dan
SIG sebagai basis monev kondisi penutupan lahan dalam pengelolaan DAS.
menyusun suatu ekosistem DAS terdiri dari manusia, tanah (lahan), air, tumbuhan
dan hewan.
Monitoring pengelolaan DAS adalah proses pengamatan data dan fakta yang
pelaksanaannya dilakukan secara periodik dan terus menerus terhadap jalannya
kegiatan, penggunaan input, hasil sebagai akibat dari kegiatan yang dilaksanakan
dan faktor luar atau kendala yang mempengaruhi. Sedangkan evaluasi pengelolaan
DAS adalah proses pengamatan dan analisis data dan fakta yang pelaksanaannya
dilakukan menurut kepentingannya mulai dari penyusunan rencana program,
pelaksanaan program dan pengembangan program pengelolaan DAS (Tim Peneliti
BP2TPDAS – IBB,2004). Kegiatan pemantauan dan evaluasi pengelolaan DAS
yang dilakukan secara langsung di lapangan akan memakan waktu, tenaga dan
biaya. Oleh karena itu dengan dibangunnya sistem pemantauan dan evaluasi secara
digital akan lebih mempermudah dan mempercepat dalam pengambilan keputusan
dalam rangka penanganan masalah – masalah DAS, terutama yang berkaitan dengan
kerusakan sumberdaya lahan, air dan hutan/vegetasi (BPDAS Solo dan PUSPICS,
2002).
adalah pemanfaatan lahan oleh manusia untuk tujuan tertentu (FAO.,2003 dalam
Berrios., 2004). Perubahan pengguanaan lahan selalu berhubungan dengan aktivitas
(campur tangan) manusia. Tipe penutupan lahan yang berbeda dapat digunakan
untuk kegiatan yang sama atau tipe penutupan lahan yang hampir sama dapat
dirancang untuk penggunaan lahan yang berbeda.
Dalam peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 250.000, tahun 1986,
penutupan lahan/penggunaan lahan dibedakan menjadi : hutan, perkebunan, ladang,
pemukiman, dan sawah. Oleh Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan,
klasifikasi penutupan lahan tersebut diperluas menjadi :
1. Hutan : a. hutan lahan kering primer
b. hutan lahan kering sekunder
c. hutan tanaman
d. hutan rawa primer
e. hutan rawa sekunder
2. Perkebunan
3. Pemukiman
4. Sawah
5. Lahan kering/ladang :
a. pertanian lahan kering
b. pertanian lahan kering campur semak
6. Rawa
7. Tanah terbbuka
8. Tubuh air
9. Belukar :
a. semak/belukar
b. belukar rawa
Menurut peta topogrfi (1942) jenis penggunaan lahan dapat diklasifikasi
menjadi : hutan, sawah, pemukiman, perkebunan/pekarangan, tegal, lahan terbuka
dan tubuh air (danau, kolam ikan.dll). Dalam peta tersebut juga diperoleh notasi
penutupan lahan yang berupa hutan (tanaman pokok, belukar, dan mangrove),
rumput (alang-alang dan glagah alang-alang), dan perkebunan (teh, karet, kopi).
Penggunaan lahan hutan dapat dibagi lagi sesuai fungsinya (UU No. 41 tahun 1999
dan PP No 68 tahun 1998) yakni :
1. hutan lindung
2. hutan konservasi :
a. hutan pelestarian alam : taman nasional, taman hutan raya, dan
taman wisata alam
b. hutan suaka alam : kawasan suaka margasatwa dan kawasan cagar
alam
c. taman buru
3. hutan produksi
Citra Penginderaan Jauh (PJ) dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan
penutupan lahan (Bronsveld, K. et al., 1994). Perubahan penggunaan lahan dapat
mengakibatkan perubahan kondisi hidrologi suatu DAS. Penelitian Sukresno dan
Precylia (1995) di Sub DAS Wader, menunjukkan bahwa perubahan penutupan
lahan dari tumbuhan liar menjadi Eucalyptus alba dan Accacia auriculiformis
berpengaruh pada kondisi hidrologi, yaitu dapat memperpanjang waktu dasar (tb)
dan menurunkan debit puncak (qp), mempercepat waktu banjir (tc), laju infiltrasi
semakin rendah sehingga limpasan, koefisien limpasan dan erosi tahunan cenderung
terus meningkat.
Identifikasi penutupan vegetasi maupun non vegetasi pada citra penginderaan
jauh dapat dilakukan secara manual dan secara digital (menggunakan citra satelit).
Klasifikasi penutupan lahan didasarkan pada luas penutupan vegetasi dan non
vegetasi yang dinyatakan dalam prosentase penutupan (BPDAS Solo dan PUSPICS.
2002).
Analisis kuantitatif kategori penutupan vegetasi sebagai faktor yang
mempengaruhi kejadian limpasan permukaan didasarkan pada prosentase luas
penutupan vegetasi dan non vegetasi. Semakin luas penutupan lahan yang berupa
vegetasi semakin menghambat terjadinya limpasan permukaan, dan sebaliknya
semakin tipis atau hampir tidak ada penutupan vegetasi berarti semakin menunjang
Gambar 2. Kurva Spektral Obyek (Tubuh Air, Tanah dan Vegetasi) (University of
Concepcion, 2003 dalam Berrios, 2004)
digital seperti ILWIS, ErMapper, PCI, ErdasImagine, Idrisi dll, cukup banyak
dijumpai. Secara umum pengolahan citra digital dibagi menjadi 2 yaitu
prapemrosesan citra (Pre Processing Image) dan penajaman citra (image
Enhancement). Pra pemrosesan citra meliputi pemrosesan radiometrik dan
geometrik.
Pemrosesan radiometrik bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan
pengaruh internal maupun eksternal selama proses perekaman data, sehingga nilai
data digital (digital value) citra mendekati nilai spektral obyek. Sedangkan
pemrosesan geometrik berhubungan dengan posisi pixel (pixel position) pada citra
digital disesuaikan dengan koordinat bumi yang merujuk pada sistem proyeksi
tertentu (Franklin, 2001).
lahan yang berbeda memiliki nilai yang hampir sama (similar). Hal tersebut
mengakibatkan klas penutupan lahan tidak dapat dibedakan sehingga akurasinya
rendah. Menurut Danoedoro (2003) klasifikasi citra secara digital tidak cukup hanya
mengandalkan informasi spektral akan tetapi diperlukan pengetahuan tambahan
mengenai tipe penutupan lahan di lokasi kajian yang meliputi teksture dan informasi
medan (terrain information).
Tingkat akurasi Peta Land Use/Land Cover hasil klasifikasi berbantuan dapat
dikukur dengan dua macam akurasi :
1. Akurasi klasifikasi :
- Komisi (kesalahan observasi bagian yang tidak termasuk kelas tapi dimasukkan)
- Omisi (kesalahan observasi seharusnya masuk kelas tapi masih terletak diluar)
2. Akurasi pemetaan
F.1. Analisis Perhitungan Erosi
Perhitungan erosi tanah dapat dihitung secara kualitatif dengan metode
SES (SES = Soil Erosion Status) dan secara kuantitatif dengan metode MMF
(Morgan, Morgan dan Finney).
F.1.a. Erosi kualitatif (SES = Soil Erosion Status)
SES dihitung dengan cara kualitatif dan tergantung dari 5 parameter
yaitu : arah lereng (aspect), kemiringan lereng (slope gradient), kerpatan sungai
(drainage density), jenis tanah (Soil types), dan penutupan dan penggunaan lahan
(landuse/ landcover). Perhitungan kualitatif dengan memberikan skoring dengan
nilai relatif yaitu untuk erosi dari rendah (low : L), sedang (medium : M), dan tinggi
(high : H) dan selanjutnya untuk perhitungan perkalian diberikan nilai skore SES
yaitu 1, 2, and 3.
Kemudian kelima faktor dilakukan perkalian dan didapatkan total skore
erosi (Soil Erosion the Area Value : SEAV). Jika nilai SEAV lebih kecil dari 16
dimasukkan kedalam erosi rendah (Low Erosion Area : LEA), jika SEAV berkisar
antara 16 sampai 48 termasuk erosi sedang (Medium Erosion Area : MEA), dan jika
nilai lebih dari 49 termasuk erosi tinggi (High Erosion Area : HEA), Gambar 3.
Visual Klasifikasi
Interpolasi
Stratifikasi
DEM
Penggunaan Fisiografi
Dx Dy
Lahan
Lereng Densitas
Jenis Tanah
Drainase
Aspek
Drainage Density
L-M-H
1-2-3
SEAV
LEA < 16
MEA : 16 – 48
Tumpangsusun dan Pengalian Pembobotan HEA > 49
SES = (LEA*10+MEA*20+HEA*30)/Total Area
Xijk(t2) – Xijk(t1)
Xijk = —————————— + C
2
dimana XijK adalah nilai piksel abu-abu untuk band K pada garis_i dan kolom_j, t1
sebagai tanggal pertama dan t2 sebagai tanggal kedua. C adalah konstanta yang
digunakan untuk memproses hasil citra dari 0 – 254.
Xijk (t1)
Xijk = —————
Xijk (t2)
( c) Image regression
Metode ini diasumsikan bahwa nilai piksel pada waktu t1 ((Xij K (t1)
adalah berhubungan dengan waktu t2 Xij K (t2)), oleh fungsi linier, sehingga oleh
sebab itu satu citra satelit dapat diregresi lagi dengan menggunakan metode lainnya.
Metode deferensiasi citra satelit dapat diterapkan dengan nilai prediksi Xij
K (t2), sebagai dasar regresi garis, dari nilai actual pada citra satelit kedua, piksel
dengan piksel, sebagai berikut :
Klasifikasi Klasifikasi
Mosaik Mosaik
Penghalusan
Komposisi Komposisi
Agregasi
Tumpangsusun Tumpangsusun
Ekstraksi Ekstraksi
OUTPUT
Statistik Statistik Hasil Foto Statistik
(Database Management System). Analisa data spasial yang umum dilakukan adalah
tumpang susun peta (overlaying) baik secara sederhana maupun yang kompleks
karena banyak peta yang harus ditumpang susunkan. Konsep ini terus berkembang
dengan adanya tumpang susun peta yang memberi penekanan pada faktor atau peta
tertentu. Di lain pihak, pengolahan data dalam bentuk tabel dalam DBMS dapat
dilakukan berdasarkan kriteria tertentu (Nugroho S.P., Endang S., Wardojo. 1996).
Jessen (1992) menggunakan SIG dan soft-ware Arc-Info untuk mengolah
data sumber daya lahan dan menyusun rekomendasi penggunaan lahan yang
produktif. Begitu juga Fletcher (1990) menggunakan SIG untuk perencanaan
konservasi tanah di Sub DAS Wiroko dengan mengumpulkan data ISDL
(Inventarisasi Sumber Daya Lahan) pada setiap unit peta. Data ISDL yang
dikumpulkan di lapangan meliputi beberapa parameter tetap (bentuk lahan, tipe
batuan, jenis tanah, kemiringan lereng) dan parameter berubah (tingkat erosi, macam
teras, jenis penggunaan lahan).
Uboldi and Chuvieco (1997) menggunakan image processing dan SIG untuk
mengakses pengelolaan lahan pertanian di daerah semi arid yang terletak di lembah
sungai Colorado, propinsi Buenos Aires, Argentina. Beberapa parameter tanah
digunakan dalam rangka membuat peta kesesuaian lahan yang berbasis pada
karakteristik fisik tertentu, sedangkan penggunaan lahan aktual diperoleh dari citra
SPOT. Keduanya kemudian ditumpangsusunkan (overlay) sehingga diperoleh tabel
dan peta yang memperlihatkan lahan yang dikelola lebih intensif atau kurang
intensif dari seharusnya.
Aplikasi penginderaan jauh dan SIG telah banyak digunakan dalam
mengevaluasi lahan. Elsie and Zuidan (1998) menggunakan PJ dan SIG untuk
mengklasifikasikan penutupan lahan dan proses identifikasi lahan yang terdegradasi
terutama daerah terbuka. Penutupan lahan dibedakan dengan interpretasi visual dari
respon spektral citra SPOT. Problem terbesar dalam interpretasi adalah dalam
membedakan batuan permukaan karena respon batuan basal sama dengan lahan
basah dan daerah dengan sedikit vegetasi.
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berlangsung di wilayah zona ekologi yang memiliki
kepadatan penduduk rendah dan curah hujan juga rendah yaitu di DAS Benain-
Noelmina. Secara geografis terletak pada koordinat latitude dan longitude dari kanan
atas 9o 14’ 16.9” S dan 125o 05’ 37.13” E sampai kiri bawah 10o 18’ 37.7” S dan
123o 46’ 06.44” E. DAS Benain yang terletak di kabupaten Belu, TTS (Timur
Tengah Selatan/SoE) dan TTU (Timur Tengah Utara) memiliki luas 334.284 ha,
sedangkan DAS Noelmina yang terletak di kabupaten TTS dan Kupang memiliki
luas 278.714 ha. Sehingga total luas DAS Benain Noelmina yang menjadi wilayah
BPDAS Kupang adalah seluas 560.035,6 ha. Curah hujan rata-rata tahunan 1780
mm/th dan hari hujan rata-rata 110 hari/tahun. Perbandingan bulan basah dan bulan
kering sebesar 0.5, sehingga menurut Schimdt dan Ferguson termasuk kelas iklim C.
C. Rencana Kegiatan/penelitian
C. 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan aplikasi dari sautu teknologi penginderaan jauh,
namun perlu dicobakan dengan berbagai macam teknik pemrosesan dari koreksi
distorsi sampai analisis pemrosesan dan perhitungan secara digital. Dengan kajian
ini diharapkan ada satu teknologi untuk membantu monitoring dan evaluasi suatu
DAS sehingga diperoleh metoda yang cepat, akurat dan tepat dengan analisis secara
digital. Sehingga dari haisl kajian ini dapat dipakai untuk membantu dalam
menetapkan karakterisasi suatu DAS sesuai dengan judul UKP.
C. 2. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan citra satelit digital DAS Benain-
Noelmina. Analisis citra satelit dilakukan di laboratorium PJ dan SIG serta
dilakukan ground cek melalui observasi sampling beberapa obyek di lapangan.
Untuk meenetapkan titik-titik sampel obyeknya, DAS Benain-Noelmina dipilah
dalam tiga wilayah: hulu, tengah, dan hilir dengan asumsi bahwa ketiga wilayah
tersebut memiliki pola penutupan lahan yang berbeda berkaitan dengan penggunaan
lahan yang berbeda pula. Mengingat keterbatasan waktu, dana dan aksesibilitas,
pada masing-masing wilayah ditetapkan Sub DAS-Sub DAS representatif.
Kondisi penutupan lahan pada setiap Sub DAS/Sub-sub DAS reprensentatif
diinterpretasikan jenis-jenis penutupannya dengan menggunakan teknik PJ yang
sesuai berdasarkan perbedaan spektral reflektannya. Pemilahan jenis penutupan
lahan mengacu pada sistim klasifikasi penutupan lahan Badan Planologi Kehutanan
serta dilakukan melalui proses analisis spektral. Penetapan titik-titik sampel
dilakukan berdasarkan tumpang tindih (overlay) peta jenis penutupan lahan hasil
interpretasi citra digital (perbedaan spektral reflektan) dengan peta penutupan dan
penggunaan lahan yang ada (peta RBI, peta penggunaan lahan, peta landsistem),
selanjutnya titik-titik sampel pada peta hasil overlay diambil dengan
mempertimbangkan sebaran dan kemudahan aksesibilitas lapangannya.
Penajaman citra digital dimaksudkan untuk memperjelas kenampakan obyek
pada citra dan memperbaiki kualitas citra. Penajaman yang dilakukan meliputi
filtering, manipulasi histogram citra dll. Setelah dilakukan pemrosesan citra seperti
tersebut di atas, kemudian dilakukan klasifikasi tidak berbantuan (Unsupervised
classification). Hasil klasifikasi digunakan untuk menentukan titik sampel (jenis
penutupan dan penggunaan lahan) yang selanjutnya digunakan sebagai dasar di
dalam kegiatan lapangan (ground checking). Klasifikasi berbantuan (Supervised
Classification) dilakukan setelah kegiatan lapangan.
C.3. Parameter
Parameter-parameter data yang dikumpulkan untuk kegiatan Kajian Aplikasi
Penginderaan Jauh dan SIG untuk Monev DAS, antara lain :
1) Data grafis batas DAS
2) Peta jalan, sungai dan data administrasi
3) Prosentase penutupan vegetasi
4) Tingkat kerapatan vegetasi
5) Tipe/jenis penutupan lahan misalnya:
a. Hutan (Hutan primer, Hutan sekunder)
b. Perkebunan (Tanaman sejenis dan campuran)
c. Sawah (Irigasi dan tadah hujan), Pemukiman
d. Badan air (sungai, danau dll)
6) Nilai spektral obyek pada citra satelit digital
7) Perubahan penutupan lahan (luasan dan distribusinya)
8) Tingkat akurasi yaitu dengan mencocokkan hasil klasifikasi citra digital
dengan keadaan lapangan.
A. Biaya Penelitian
Biaya penelitian Aplikasi PJ dan GIS dalam Monev tahun 2006 sebesar Rp.
88.318.000,- (Delapan Puluh Delapan Ribu Tiga Ratus Delapan Belas Ribu Rupiah)
A. Belanja Barang Operasional Lainnya (Rp. 11.210.000,-)
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Biaya Jumlah
Kebthn Satuan Biaya (Rp)
1 Konsumsi analisa data dan OH 18 55.000 990.000
pelaporan
2 Foto copy, penggandaan/penjilidan LS 1 750.000 750.000
laporan dan dokumentasi
3 Konsumsi updating data aplikasi PJ OH 54 55.000 2.970.000
4 Pengumpulan data kondisi lapangan LS 1 6.500.000 6.500.000
B. Belanja Bahan (Rp. 21.500.000,-)
No Jenis Kegiatan Satuan Vol. Biaya Jumlah
Kebt Satuan Biaya (Rp)
1 ATK dan Operasional komputer LS 1 1.000.000 1.000.000
2 Bahan perlengkapan lapangan LS 1 3.500.000 3.500.000
3 Bahan peta LS 1 3.000.000 3.000.000
4 Bahan citra satelit LS 1 7.000.000 7.000.000
3 Bahan pencetakan peta LS 1 7.000.000 7.000.000
C. Belanja Biasa (Rp. 55.608.000,-)
No Jenis Kegiatan Satuan Vol. Biaya Jumlah
Kebt Satuan Biaya (Rp)
1 Perjalanan dalam rangka OT 2 1.380.000 2.760.000
konsultasi dan koordinasi ke
Bogor
2 Perjalanan dalam rangka OT 11 4.804..000 52.848.000
pelaksanaan ke DAS Benain-
Noelmina, NTT
B. Organisasi Pelaksana
Kegiatan penelitian dilaksanakan oleh tim peneliti dari berbagai disiplin
ilmu antara lain, Konservasi Tanah dan Air, Kehutanan, PJ dan SIG serta dibantu
oleh beberapa teknisi seperti terdapat pada Tabel 2.
A.2. Orientasi
Data yang dikumpulkan meliputi data fisik tanah antara lain : bentuk lahan,
jenis batuan, jenis tanah, kemiringan lereng, erosi, jenis teras, dan penutupan lahan.
Penetapan sample lokasi dengan menggunakan GPS (Global Positioning System)
untuk menunjukkan lokasi yang akurat sesuai dengan letak di citra Landsat.
Selanjutnya diperbadingkan kenampakan pada citra Landsat dengan kondisi
lapangan pada musim kemarau dan nanti diperbadingkan juga pada musim
penghujan. Secara garis besar penutupan lahan di DAS Benain-Noelmina berupa
hutan alam dengan tanaman cemara, ampupu, gliricidae, akasia, dengan sebagian
besar semak belukar untuk daerah yang diterlantarkan. Beberapa daerah juga
merupakan tanaman tegalan dan sawah irigasi dan tadah hujan. Bentuk lahan dari
pegunungan pada ketinggian 1600 m, perbukitan, alluvial-colluvial sampai pada
daerah dataran pada ketinggian 75 m. Beberapa titik penting pertemuan jalan pada
perempatan atua pertigaan, dan pertemuan antara jalan dan sungai diatas jembatan
ditetapkan titik-titik koordinat sebagai kunci lapangan, pada saat analisis citra satelit
dengan computer.
DAS Benain yang terletak di kabupaten Belu, TTS (Timur Tengah
Selatan/SoE) dan TTU (Timur Tengah Utara) memiliki luas 334.284 ha, sedangkan
DAS Noelmina yang terletak di kabupaten TTS dan Kupang memiliki luas 278.714
ha. Sehingga total luas DAS Benain Noelmina yang menjadi wilayah BPDAS
Kupang adalah seluas 612.998 ha. Curah hujan rata-rata tahunan 1780 mm/th dan
hari hujan rata-rata 110 hari/tahun. Secara geografis terletak pada koordinat latitude
dan longitude dari kanan atas 9o 14’ 16.9” S dan 125o 05’ 37.13” E sampai kiri
bawah 10o 18’ 37.7” S dan 123o 46’ 06.44” E. Meliputi 3 kabupaten Kupang
(Amarasi, Kupang Timur, Fatuleu, Takari, Amfoang Selatan), TTS (Mollo Utara,
Fatumnasi, Mollo Selatan, Polen, Kota SoE, Amanuban Barat, Batu Putih,
Amanuban Selatan, Kuan Fatu, Amanuban Tengah, Amanuban Timur, Kie,
Amanatun Selatan, Boking, Amanatun Utara), TTU (Miomafo Barat, Noemuti,
Insana), dan Belu (Malaka Barat, Rinhat, Malaka Tengah).
Titik utama yang diambil untuk kunci lokasi koordinat dalam koreksi
geomteri yaitu titik pertemuan antara jalan dengan sungai pada jembatan,
perempatan jalan, dan beberapa daerah yang luas dan memiliki penutupan lahan
yang ekstrim berbeda dengan sekitarnya.
581929 737749
8984097 8984097
PETA DEM BENAIN NOELMINA
Skala 1 : 1.000.000
BU BB
Ketinggian (m)
BS 1633.0
1307.2
NK 981.4
NS
655.6
329.8
4.0
8868597 8868597
581929 737749
Gambar 5.Peta Dem Titik Ketinggian DAS Benain Noelmina
250000
193357,5
Luas (ha) 200000
150000
100000
50000
453,6
0
n
al
h
an
k
ng
ka
da
ita
ba
vi
ng
ba
lu
na
en
uk
m
ol
nu
om
ro
tA
rb
R
-C
gu
Be
Pe
an
el
ki
al
Pe
rg
Bu
vi
ar
Be
lu
at
Al
D
581929 737749
8984097 8984097
PETA KELAS LERENG DAS BENAIN NOELMINA
Skala 1 : 1.000.000
A Datar (< 8 %)
B Miring (8-15 %)
C Sangat Miring (15-25 %)
D Curam (25-45 %)
E Sangat Curam (> 45 %)
8868597 8868597
581929 737749
400000
350713
350000
300000
Luas (ha)
250000
200000
150000
100000
50000
1352
0
A B C D E
Kelas Lereng
Gambar 8. Penyebaran Kelas Kemiringan Lereng di DAS Benain Noelmina
581929 737749
8984097 8984097
PETA ORDO TANAH DAS BENAIN-NOELMINA
Skala 1 : 1.000.000
Alfisols
Entisols
N Inceptisols
Mollisols
Oxisols
Ultisols
Vertisols
8868597 8868597
581929 737749
350000 327618,4
300000
250000
Luas (ha)
200000
150000
100000
50000
417,24
0
s
s
s
s
s
s
ol
ol
ol
ol
ol
ol
ol
tis
ltis
s
tis
fis
lis
s
xi
rti
ep
Al
ol
En
U
O
Ve
M
c
In
Ordo Tanah
581929 737749
8984097 8984097
PETA PENUTUPAN LAHAN BENAIN NOELMINA
Skala 1 : 1.000.000
200000
180000 CS-2005-MH
160000
CS-1999-MK
140000
Luas (ha)
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
g
r
at
_1
_2
n
h
an
na
ai
a
n
la
wa
p
ng
ra
ka
ka
va
Aw
h
ra
ga
bu
ja
Sa
Su
u
Sa
ak
Te
rb
rb
n
Tu
a
ag
te
te
ut
h
n
na
na
a
ut
Ta
Ta
H
581929 737749
8984097 8984097
PETA SES DAS BENAIN NOELMINA
Skala 1 : 1.000.000
L: LEA
M: MEA
H: HEA
8868597 8868597
581929 737749
Gambar 13. Peta SES (Soil Erosion Status) DAS Benain Noelmina
100000
URUTAN PRIORITAS SES
90000
80000
RENDAH
70000
SEDANG
60000
BERAT
50000
40000
30000
20000
10000
0
Noel Noel TTS Ben TTS Ben Belu Ben TTU
Kupang
581929 737749
8984097 8984097
PETA MMF DAS BENAIN NOELMINA
Skala 1 : 1.000.000
TTU_I
TTU_II
TTS(Noelmina)_I TTU_III
TTS(Noelmina)_II TTU_IV
TTS(Noelmina)_III
TTS(Noelmina)_IV
Belu_I
Belu_II
Belu_III
Belu_IV
N
TTS(Benain)_I
TTS(Benain)_II
TTS(Benain)_III
TTS(Benain)_IV
Kupang_I
Kupang_II
Kupang_III
Kupang_IV
8868597 8868597
581929 737749
100000
90000 S.Rngn
Ringan
80000 Sedang
70000 Berat
60000
Luas (ha)
50000
40000
30000
20000
10000
0
Noel Noel TTS Ben Belu Ben TTS Ben TTU
Kupang
Gambar 16. Urutan Prioritas dan Sebaran Hasil Analisis Tingkat Erosi MMF
VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Poveda, German dan Salazar F.Luis. 2004. Annual and Interannual (ENSO)
Variability of Spatial Scaling Properties of a Vegetation Index (NDVI) in
Amazonia. Journal of Remote Sensing of Environment 93 (2004) 391 –
401.
Prihandito, Aryono.1989. Kartografi. Mitra Gama Widya. Yogyakarta
Purbowaseso,B.1996. Penginderaan Jauh Terapan. Terjemahan “Applied Remote
Sensing “. UI- Press,Jakarta.
Purwadhi, Sri Hardiyanti, 2001. Interpretasi Citra Digital. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta
Sukresno dan V.Precylia, 1995. Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan dan
Konservasi Tanah Terhadap Sifat – sifat Parameter Tata Air DAS di Sub
DAS Wader. Prosiding : Diskusi Hasil Penelitian BTPDAS Surakarta.
Proyek P2TPDAS Solo.
Tim Peneliti BP2TPDAS-IBB, 2004. Pedoman monitoring dan Evaluasi
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (edisi revisi). Proyek Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kawasan
Barat Indonesia.
Uboldi J.A. and E. Chuvieco, 1997. Using Remote Sensing and GIS to Asses Curent
Land Management in the Valley of Colorado River, Argentina, ITC
Journal 1997:2.
Kegiatan :
1.1. Penetapan lokasi 1.1. Tersedianya lokasi penelitian 1.1 Orientasi dan konsultasi
1.2. Pengolahan citra digital 1.2.Tersedia data digital peta hasil Pemasukan (loading) citra digital 1. Dukungan instansi
1.3. Koreksi geometri dan pengolahan landsat ke dalam komputer terkait dan
penajaman 1.3.Tersedianya data digital hasil Koreksi geometri, radiometri dan masyarakat
1.4. Klasifikasi citra dan analisis koreksi dan penajaman penajaman (filtering, histogram eq, 2. Koordinasi yang
erosi kualitatif dan kuantitatif 1.4. Tersedianya citra hasil dll) baik antara
2.1. digitasi peta dasar dan peta – klasifikasi 1.2. Klasifikasi tidak berbantuan dan peneliti, teknisi
peta pendukung 2.1. Tersedianya peta dasar digital berbantuan pada data digital PJ, dan tenaga
2.2. Editing peta digital 2.2. Tersedianya peta digital hasil serta analisis erosi kuantitatif dan administrasi
2.3. Analisis peta digital dan overlay editing kualitatif 3. Dana yang
2.4.pencetakan peta 2.3. Tersedianya peta digital hasil 2.1.. Digitasi peta berkelanjutan dan
2.5. Penghitungan luasan analisis 2.2.. Editing tepat waktu
3.1. Penentuan titik sample yang 2.4. Tersedianya peta digital 2.3. Analisis peta digital
dikunjungi di lapangan penutupan lahan dan 2.4. Layout dan pencetakan
3.2. Kegiatan lapangan pengguanaan lahan 2.5. Analisis data nonspatial
2.5. Tersedianya peta penutupan 3.1 Penentuan titik sample
lahan dan perubahan 3.2 Pengecekan lapangan
penutupan lahan dalam bentuk
cetak jadi
2.6. Tersedianya luasan penutupan
lahan dan perubahannya
3.1. Tersedianya titik – titik
sampel
3.2. Tersedianya data hasil
kegiatan lapangan
C. Ragil Bambang WMP dan Yusuf Iriyanto W dan Bambang Dwi Atmoko :
1. Survai kondisi lapangan saat ini (tanah dana tanaman)
2. Pengolahan data primer dan sekunder (peta-peta, data, foto, gambar dll)
3. Kompilasi data lapangan primer dan sekunder serta hasil komposisi
pemetaan akhir baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy.
D. Beny Harjadi :
1. Koordinasi dan Konsultasi dengan UKP, orientasi dan survai fisik
2. Bertanggungjawab atas kelengkapan data angka, gambar, foto dan peta-peta
yang telah dikumpulkan oleh anggota tim dan masalah keproyekan
3. Menyusun dan melaporkan hasil kegiatan fisik lapangan
A. Diperbanyak
1. Koordinasi dengan UKP dan konsultasi dengan instansi terkait
2. Diskusi internal Tim dan eksternal diluar Tim dan para eksekutif dan petani
3. Aktivitas di Perpustakaan, Kantor dan Lapangan yang terkait dan bermanfaat
B. Dikurangi
4. Melakukan kegiatan diluar TUPOKSI Balai dan Keproyekan Kantor
5. Boros menggunakan anggaran dan menyia-nyiakan waktu dan kesempatan
6. Ijin keluar kantor yang tidak perlu dan menghambat penyelesaian pekerjaan
C. Dijaga
7. Mengutamakan kebersamaan dan kerjasama dari pada perpecahan Tim
8. Kualitas, kuantitas dan kontinyuitas data primer dan sekunder
9. Hasil penelitian yang bermanfaat bagi petani, masyarakat dan bangsa
D. Ditinggalkan
10. Perpecahan atau diskusi yang saling menjatuhkan dan tidak membangun
11. Data fiktif atau data yang tidak sesuai dengan keadaan riril di lapangan
12. Mudah puas dengan hasil pekerjaan sendiri dan tidak mampu menghargai
karya (hasil penelitian) orang lain
E. Jangan disentuh
13. Keburukan kantor, kelemahan Tim atau kekurangan anggota tim
14. Perdebatan yang ingin menang sendiri tanpa mampu menilai secara obyektif
15. Perbedaan dalam perolehan rejeki atau keuntungan duniawi
F. Dijauhkan
16. Merendahkan atau menghina judul atau kemampuan orang lain
17. Mengkritik dengan niat untuk mempermalukan atau menjatuhkan seseorang
18. Memuji diri sendiri dan senang merendahkan orang lain