Anda di halaman 1dari 4

Merevisi dan mengedit : Bedanya apa ya?

Alhamdulillah baru-baru ini memulai untuk aktif menulis lagi. Senang juga bisa nulis seperti sedia kala.
Untuk tulisan kali ini, saya lagi getol banget untuk menulis tentang teknik penulisan. *aisssshhh
Walaupun bukan penulis, tapi saya lagi pengen aja nulis tentang perbedaan antara revising dan editing dalam
dunia kepenulisan.
Kira-kira apa sih bedanya merevisi dan mengedit?
Tulisan ini mungkin bisa menjelaskan sedikit tentang perbedaan keduanya.
Baru-baru ini, saya mengikuti kuliah online tentang writing di UC Berkeley yang disponsori oleh EdX.
Kuliah ini sedikit banyak telah membantu saya untuk meningkatkan kemampuan saya dalam menulis.
Benar-benar berbeda dengan materi yang diajarkan saat saya kuliah. Materinya lebih spesifik dan sangat
detail. Padahal saya hanya kuliah online, tapi rasanya kok ya mengerti sekali tentang topik-topiknya yang
diberikan perminggu.
Lalu, apa bedanya merevisi dan mengedit? Beginilah penjelasan yang diberikan oleh Professor Maggie
Sokolik.
Revisi itu menunjuk pada memperbaiki tulisan atau teks dalam konteks secara substansi, contohnya,
mengatur kembali ide-ide dalam paragraph yang lebih enak dibaca, yang lebih gampang dimengerti,
menambah informasi-informasi yang lebih spesifik dan mendetail, memperbaiki kesimpulan agar lebih jelas
dan mudah dicerna oleh pembaca, dan banyak lagi contoh-contoh yang lain. Revisi itu istilahnya
memperbaiki isi tulisan. Sudah sesuaikah dengan ide awal penulisan atau sudah sesuaikah dengan target
pembaca yang diinginkan, bagaimana diksinya, dan begitu seterusnya.
Lalu apakah itu editing? Editing, lebih merujuk pada membenahi tulisan secara structural kebahasaannya,
seperti memperbaiki kesalahan ejaan pada kata, struktur kalimat yang masih amburadul, tanda penulisan,
dan yang lainnya.
Yang mana yang lebih dahulu dilakukan?

Sebenarnya ini sangat bergantung pada teks atau tulisan yang dihasilkan. Apakah tulisan itu sudah tak perlu
direvisi? Kalau memang sudah memenuhi syarat tulisan yang baik, maka bisa langsung melakukan editing.
Tapi, saya menyarankan untuk melakukan revisi terlebih dahulu sebelum melakukan editing. Bagaimanapun
canggihnya kita, tidak akan mungkin kita luput dari kesalahan membuat tulisan, sehingga revisi itu sangat
krusial.

Tapi, kadang, sering terjadi saat kita sedang membaca kembali tulisan kita dan berniat untuk merevisi, kita
melakukan proses editing secara alami. Kita akhirnya terjebak pada situasi yang fatal. Apa itu? Karena kita
pasti akan menemukan kesalahan-kesalahan lain dari revisi yang telah dilakukan sebelumnya. Ini akan
menghambat kita untuk lebih produktif merevisi konten tulisan. Sehingga, teori terbaik yang bisa dilakukan
agar kita tetap produktif adalah, revisi harus dibedakan dengan mengedit. Ini sangat berguna untuk para
mahasiswa akhir yang sedang menempuh skripsi. Fokuslah pada ide, struktur penulisan, dan proses
pengembangan idemu dari awal. Koreksi tentang kebahasaan itu harusnya taruh belakang-belakang saja.
Karena kalau kamu macet di grammar, maka kamu akan malas meneruskan tulisanmu.

Berikut, saya akan tuliskan beberapa tips dan trik yang pernah saya alami saat saya skripsi dan sangat
berguna untuk memangkas waktu revisi dan editan skripsi.
1. Pecahlah bab skripsimu dalam folder yang berbeda di saat awal kamu menulis. Misalnya, folder 1
untuk bab satu saja, folder 2 untuk bab 2, dan seterusnya. Kalau perlu, taruhlah data-data pendukung
setiap bab di folder-folder tersebut. Data-data ini bisa meliputi ebook, artikel, file dari website, dan
banyak lainnya.
2. Setelah dipecah-pecah, maka lakukanlah pengecekan secara berkala *kayak service sepeda*
*hohohoho. Buatlah schedule atau jadwal yang bisa diikuti atau yang fleksibel. Contohnya, hari
senin revisi bab 1. Hari selasa bab 2, dan seterusnya. Bisa juga, kalau teman-teman memang super
duper cinta sama revisian, buatlah dua revisi sekaligus dalam satu hari *biar hemat ciiinnn..
3. Patuhlah pada jadwal yang sudah dibuat. Percuma kan kalau kita capek-capek buat jadwal, tapi taka
da aplikasinya. Yang gak patuh, pasti gak lulus-lulus. Hahaha. *cursing*,

4. Setelah semua bab selesai direvisi, maka sering-seringlah menghubungi ke dosen pembimbing untuk
mengecek. Tapi jangan sering-sering juga lah ya. Kasihan juga dosennya kalau kita keseringan
menghadap. *pengalaman*
5. Untuk daftar isi, cover, lembar persembahan (yang biasanya alay), itu bolehlah taruh belakangan.
6. References. Sering disepelekan tapi sebenarnya penting tingkat kelurahan. Haha. Setiap apapun yang
kita kutip, kita ambil, dari manapun (buku, artikel, website), itu harus segera ditaruh dihalaman
referensi. Biarlah amburadul pada saat pertama-pertama, nanti kalau sudah ada waktu senggang,
diperbaiki sedikit sedikit.
7. Setelah selesai semua revisi, dan dosen mulai melunak (emang dosen keras?), mulailah mengedit
tulisanmu. Editing seharusnya tidak boleh terlalu lama karena ini hanya masalah teknis. Usahakan
agar editing memakan waktu seminimal mungkin. Editing ini meliputi hal-hal yang sudah saya
sampaikan diatas seperti tanda baca, besar kecilnya huruf, margin, dan semuanya.
8. Revisi dan editing selesai, maka saatnya bagimu untuk mulai proofread. Pernah denger proofread
kan? Kegiatan ini sebenarnya lebih popular atau lebih dikenal dengan nama gotong royong.
Hohohoho. Mintalah salah satu temanmu yang cukup mumpuni untuk mengoreksi pekerjaanmu
secara konten. Berikanlah dia satu eksemplar kopian skripsimu yang sudah kamu revisi dan sudah
kamu edit. Mintalah padanya untuk mulai mengkoreksi dari sudut pandang pribadinya. Sebagai
gantinya, kamu juga harus mau mengoreksi pekerjaannya. Hal ini berguna bagi kita untuk mendapat
pendapat kedua. Lebih banyak yang merevisi, akan lebih baik. Seminggu sudah lebih dari cukup
untuk proofread. Tanyalah pada temanmu, apakah ada cela diantara tulisanmu untuk diperdebatkan?
Kalau ada, maka ini harus kamu perbaiki. Jangan sampai menulis sesuatu yang akan susah kamu
defense.
9. Biar lebih alay, haha, atau lebih formalnya agar termotivasi, berilah nama-nama unik pada folder
skripsimu. Contoh saya, dulu saya menamai folder skripsi saya dengan nama Scriptsweet, diubah
lagi jadi semangat, diubah lagi jadi bismillah, dan bisa juga yang lainnya.

10. Terakhir adalah niat. Teknik apapun itu tanpa usaha dan doa, tak akan pernah ada gunanya. Kecuali
kamu atheist. Mungkin gpp gak perlu berdoa. Tapi jangan pernah lupa, bahwa alam selalu punya cara
untuk menunjukkan dukungannya padamu.
Begitulah sedikit tentang revisi merevisi, edit mengedit terutama dalam skripsi. Semoga ada masukan dari
teman-teman sekalian yaaa.
Salam..

Anda mungkin juga menyukai