Anda di halaman 1dari 15

Aspek Kehidupan Politik

Raja Kertarajasa Jayawardhana


Raja Kertanegara wafat pada tahun 1291 M, ketika Keraton Singasari saat itu diserbu
secara mendadak oleh Jayakatwang (keturunan Raja Kediri). Dalam serangan itu
Raden Wijaya, menantu Kertanegara, berhasil meloloskan diri dan lari ke Madura
untuk meminta perlindungan dari Bupati Arya Wiraraja. Atas bantuan dari Arya
Wiraraja ini, Raden Wijaya diterima dan diampuni oleh Jayakatwang dan diberikan
sebidang tanah di Tarik. Daerah itu kemudian dibangun kembali menjadi sebuah
perkampungan dan digunakan oleh Raden Wijaya untuk mempersiapkan diri dan
menyusun kekuatan untuk sewaktu-waktu mengadakan serangan balasan terhadap
Kediri.
Kedatangan serangan Cina-Mongol yang ingin menaklukan Kertanegara, tidak disiasiakan oleh Raden Wijaya untuk menyerang Raja Jayakatwang (Raja Kediri).
Raden Wijaya berhasil menipu pasukan-pasukan Cina, sehingga tentara Cina rela
bergabung dengan pasukan Raden Wijaya dan menyerang Raja Jayakatwang. Raja
Jayakatwang dapat dikalahkan dan Kerajaan Kediri dapat dihancurkan.
Kemenangan dari serangan ini membuat tentara Cina-Mongol bergembira dan
merayakan pesta kemenangannya. Namun, bagi Raden Wijaya kemenangan ini harus
berada di pihaknya. Raden Wijaya kemudian memutuskan untuk menyerang balik
tentara-tentara Cina-Mongol yang sedang pesta pora. Serangan yang tiba-tiba dan tak
diduga yang dilakukan oleh pasukan Raden Wijaya ini membuat tentara Cina-Mongol
menjadi kalang kabut. Banyak yang terbunuh. Yang selamat melarikan diri dan
kembali ke daratan Cina. Akhirnya, di Jawa hanya tinggal satu kekuatan, yaitu
kekuatan dari pasukan Raden Wijaya.
Dengan lenyapnya pasukan Cina-Mongol, pada tahun 1292 M Kerajaan Majapahit
sudah dapat dianggap berdiri, walaupun secara resmi sistem pemerintahan Kerajaan
majapahit baru berjalan setahun kemudian, yaitu ketika Raden Wijaya menjadi Raja
Majapahit yang pertama dengan gelar Sri Kertajasa Jayawardhana.
Raden Wijaya memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1293-1309 M. raden
Wijaya sempat memperistri keempat putri Kertanegara, yaitu Tribhuwana,
Narendraduhita, Prajnaparamita, dan Gayatri. Pada awal pemerintahannya pernah
terjadi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh teman-teman
seperjuangan Raden Wijaya seperti Sora, Ranggalawe, dan Nambi. Pemberontakanpemberontakan itu diakibatkan karena rasa tidak puas atas jabatan-jabatan yang
diberikan oleh raja. Akan tetapi, pemberontakan-pemberontakan itu akhirnya dapat
dipadamkan.
Raden Wijaya wafat tahun 1309 M dan dimakamkan dalam dua tempat, yaitu dalam
bentuk Jina (Budha) di Antapura dan dalam bentuk Wisnu dan Siwa di Candi Simping
(dekat Blitar).
Raja Jayanegara

Raja Raden Wijaya wafat meninggalkan seorang putra yang bernama Kala Gemet.
Putra ini diangkat menjadi Raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanegara pada tahun
1309 M.
Jayanegara memerintah Majapahit dari tahun 1309-1328 M. Masa pemerintahan
Jayanegara penuh dengan pemberontakan dan juga dikenal sebagai suatumasa yang
suram di dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Pemberontakan-pemberontakan itu
datang dari Juru Demung (1313 M), Gajah Biru (1314 M), Nambi (1316 M), dan Kuti
(1319 M).
Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya dan hampir
meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Raja Jayanegara terpaksa mengungsi ke desa
Bedander yang diikuti oleh sejumlah pasukan bayangkara (pengawal pribadi raja) di
bawah pimpinan Gajah Mada. Setelah beberapa hari menetap di desa Bedander maka
Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk meninjau suasana.
Setelah diketahui keadaan rakyat dan para bangsawan istana tidak setuju dan bahkan
sangat benci kepada Kuti, Gajah Mada akhirnya merencanakan suatu siasat untuk
melakukan serangan terhadap Kuti. Berkat ketangkasan dan siasat yang jitu dari
Gajah Mada, Kuti dan kawan-kawannya dapat dilenyapkan.
Raja Jayanegara dapat kembali lagi ke Istana dan menduduki tahta Kerajaan
Majapahit. Sebagai penghargaan atas jasa Gajah Mada, maka ia langsung diangkat
menjadi patih di kahuripan (1319-1321), tidak lama kemudian diangkat menjadi patih
di Kediri (1322-1330).
Ratu Tribhuwanatunggadewi
Raja Jayanegara meninggal dengan tidak meninggalkan seorang putra mahkota. Tahta
Kerajaan Majapahit jatuh ke tangan Gayatri, putri Raja Kertanegara yang masih
hidup. Namun, karena ia sudah menjadi seorang pertapa, tahta kerajaan diserahkan
kepada putrinya yang bernama Tribhuwanatunggadewi. ia menjadi ratu atas nama
atau mewakili ibunya, Gayatri.
Tribhuwanatunggadewi memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1328-1350 M.
pada masa pemerintahannya, meletus pemberontakan Sadeng (1331 M). pimpinan
pemberontak tidak diketahui. Nama Sadeng sendiri adalah nama sebuah daerah yang
terletak di Jawa Timur. Pemberontakan Sadeng dapat dipadamkan oleh Gajah Mada
dan Adityawarman.
Karena jasa dan kecakapannya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Mangkubhumi
Majapahit menggantikan Arya Tadah. Sejak saat itu, Gajah Mada menjadi pejabat
pemerintahan tertinggi sesudah raja. Ia mempunyai wewenang untuk menetapkan
politik pemerintahan Majapahit.
Raja Hayam Wuruk
Raja Hayam Wuruk yang terlahir dari perkawinan Tribhuwanatunggadewi dengan
Cakradara (Kertawardhana) adalah seorang raja yang mempunyai pandangan luas.
Kebijakan politik Hayam Wuruk banyak mengalami kesamaan dengan politik Gajah

Mada, yaitu mencita-citakan persatuan Nusantara berada di bawah panji Kerajaan


Majapahit.
Hayam Wuruk memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1350-1389 M. Pada masa
pemerintahannya, Gajah Mada tetap merupakan salah satu tiang utama Kerajaan
majapahit dalam mencapai kejayaannya. Bahkan Kerajaan Majapahit dapat disebut
sebagai kerajaan nasional setelah Kerajaan Sriwijaya.
Selama hidupnya, patih Gajah Mada menjalankan Politik Persatuan Nusantara. Citacitanya dijalankan dengan begitu tegas, sehingga menimbulkan peristiwa pahit yang
dikenal dengan Peristiwa Sunda (Peristiwa Bubat). Peristiwa Sunda terjadi tahun 1351
M, berawal dari usaha Raja Hayam Wuruk untuk meminang putri dari Pajajaran,
Dyah Pitaloka. Lamaran itu diterima oleh Sri Baduga. Raja Sri Baduga beserta putri
dan pengikutnya pergi ke Majapahit, dan beristirahat di lapangan Bubat dekat pintu
gerbang Majapahit.
Selanjutnya timbul perselisihan paham antara Gajah Mada dan pimpinan Laskar
Pajajaran, karena Gajah Mada ingin menggunakan kesempatan ini agar Pajajaran mau
mengakui kedaulatan Majapahit, yakni dengan menjadikan putri Dyah Pitaloka
sebagai selir Raja Hayam Wuruk dan bukan sebagai permaisuri. Hal ini tidak dapat
diterima oleh Pajajaran karena dianggap merendahkan derajat. Akhirnya pecah
pertempuran yang mengakibatkan terbunuhnya Sri baduga dengan putrinya dan
seluruh pengikutnya di Lapangan Bubat.
Akibat peristiwa itu, politik Gajah Mada mengalami kegagalan, karena dengan adanya
peristiwa Bubat belum berarti Pajajaran sudah menjadi wilayah Kerajaan Majapahit.
Bahkan Kerajaan Pajajaran terus berkembang secara terpisah dari Kerajaan
Majapahit.
Ketika Gajah Mada wafat tahun 1364 M, Raja Hayam Wuruk kehilangan pegangan
dan orang yang sangat diandalkan di dalam memerintah kerajaan. Wafatnya Gajah
Mada dapat dikatakan sebagai detik-detik awal dari keruntuhan Kerajaan Majapahit.
Setelah Gajah Mada wafat, Raja Hayam Wuruk mengadakan sidang Dewan Sapta
Prabu untuk memutuskan pengganti Patih Gajah Mada. Namun, tidak satu orang pun
yang sanggup menggantikan Patih Gajah Mada. Kemudian diangkatlah empat orang
menteri di bawah pimpinan Punala Tanding. Hal itu tidak berlangsung lama. Keempat
orang menteri tersebut digantikan oleh dua orang menteri, yaitu Gajah Enggon dan
Gajah Manguri. Akhirnya Hayam Wuruk memutuskan untuk mengangkat Gajah
Enggon sebagai patih mangkubumi menggantikan posisi Gajah Mada.
Keadaan Kerajaan Majapahit seakan-akan semakin bertambah suram, sehubungan
dengan wafatnya Tribhuwanatunggadewi (ibunda Raja Hayam Wuruk) tahun 1379 M.
Kerajaan Majapahit semakin kehilangan pembantu-pembantu yang cakap.
Kemunduran Kerajaan Majapahit semakin jelas setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk
tahun 1389 M. Berakhirlah masa kejayaan Majapahit.
Sumpah Palapa
Pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwanatunggadewi terjadi pemberontakan yang
dikenal dengan nama pemberontakan Sadeng. Pada waktu itu yang menjadi perdana

menteri adalah Arya Tadah. Karena terganggu kesehatannya, Arya Tadah


mengusulkan agar Gajah Mada diangkat menjadi Panglima Majapahit.
Usul Arya Tadah itu diterima oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi dan selanjutnya Gajah
Mada diangkat menjadi pemimpin pasukan Kerajaan Majapahit untuk memadamkan
pemberontakan Sadeng. Namun ketika Gajah Mada sedang membicarakan siasat
perang ia mendapat rintangan dari seorang menteri kerajaan yang bernama Ra
Kembar (pihak golongan Dharmaputra). Gajah Mada tidak menghiraukan rintangan
itu dan atas bantuan dari pasukan Melayu yang dipimpin oleh Adityawarman,
pemberontakan sadeng dapat dipadamkan.
Sebagai penghargaan atas jasanya itu, pada tahun 1331 M Gajah Mada diangkat
menjadi Mangkubumi Majapahit. Ia menggantikan kedudukan Arya Tadah.
Saat upacara pelantikan, Gajah Mada mengucapkan sumpahnya dengan nama Sumpah
Palapa (lengkapnya Tan Amukti Palapa) yang menyatakan Gajah Mada tidak akan
hidup mewah sebelum Nusantara berhasil dipersatukan di bawah panji Kerajaan
Majapahit.
Untuk mencapai Persatuan Nusantara, berbagai macam cara dilakukan Gajah Mada.
Bahkan selama hidupnya, Gajah Mada selalu mencurahkan segala kemampuan yang
dimilikinya untuk mencapai tujuannya itu. Cita-cita yang dijalankannya begitu tegas
itu menimbulkan peristiwa yang sangat pahit, yaitu Peristiwa Bubat atau Peristiwa
Sunda.
Gajah Mada wafat tahun 1364 M. Dengan wafatnya Gajah Mada, Kerajaan Majapahit
kehilangan seorang yang sangat diandalkan dan sulit dicarikan gantinya

ASPEK SOSIAL MASYARAKAT MAJAPAHIT


Pola tata masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan masyarakat (strata)
yang perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di Majapahit terdapat empat kasta
seperti di India, yang lebih dikenal dengan catur warna, tetapi hanya bersifat teoritis
dalam literatur istana.1 Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat, yaitu
brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Namun terdapat pula golongan yang berada di
luar lapisan ini, yaitu Candala, Mleccha, dan Tuccha, yang merupakan golongan
terbawah dari lapisan masyarakat Majapahit.2
Brahmana (kaum pendeta) mempunyai kewajiban menjalankan enam dharma, yaitu
mengajar, belajar, melakukan persajian untuk diri sendiri dan orang lain, membagi
dan menerima derma (sedekah) untuk mencapai kesempurnaan hidup dan bersatu
dengan Brahman (Tuhan).3 Mereka juga mempunyai pengaruh di dalam
pemerintahan, yang berada pada bidang keagamaan dan dikepalai oleh dua orang
pendeta tinggi, yaitu pendeta dari agama Siwa dan agama Buddha, yang disebut
sebagai Saiwadharmadhyaksa dan Buddhadarmadyaksa. Saiwadyaksa mengepalai
tempat suci (pahyangan) dan tempat pemukiman empu (kalagyan);
Buddhadyaksamengepalai tempat sembahyang (kuti) dan bihara (wihara); manteri
berhajimengepalai para ulama (karesyan) dan para pertapa (tapaswi). Semua
rohaniawan menghambakan hidupnya kepada raja yang disebut sebagai wikuhaji.
Para rohaniawan biasanya tinggal di sekitar bangunan agama, yaitu mandala,dharma,
sima, wihara, dsb. Mandala adalah nama komunitas agama di desa, yang ditempatkan
di daerah yang terpencil di bukit yang berhutan, sedangkan Sima adalah daerah yang
menjadi milik kaum agama dari berbagai sekte, tidak langsung di bawah kekuasaan
pejabat istana manapun.
Kaum Ksatria merupakan keturunan dari pewaris tahta (raja) kerajaan terdahulu, yang
mempunyai tugas memerintah tampuk pemerintahan. Keluarga raja dapat dikatakan
merupakan keturunan dari kerajaan Singasari-Majapahit yang dapat dilihat dari
silsilah keluarganya dan keluarga-keluarga kerabat raja tersebar ke seluruh pelosok
negeri, karena mereka melakukan sistem poligami secara meluas yang disebut sebagai
wargahaji atau sakaparek. Para bangsawan yang memerintah suatu kawasan
permukiman di ruang lingkup kekuasaan kerajaan dapat dikatakan memiliki hubungan
dengan keluarga raja terdahulu dan disebut sebagai parawangsya. Semua anggota
keluarga raja masing-masing diberi nama atas gelar, umur, dan fungsi mereka di
dalam masyarakat. Bila seseorang diangkat menjadi bangsawan, maka nama
pengangkatan akan diberikan kepadanya. Pemberian nama pribadi dan nama gelar
terhadap para putri dan putra raja didasarkan atas nama daerah kerajaan yang akan
mereka kuasai sebagai wakil raja. Hak istimewa yang diterima oleh para bangsawan
kerajaan bersumber pada penghasilan dari propinsi mereka dan terutama pada
penghasilan wilayah yang menjadi hak mereka sendiri.
Waisya merupakan masyarakat yang menekuni bidang pertanian dan perdagangan.
Mereka bekerja sebagai pedagang, peminjam uang, penggara sawah dan beternak.
Kemudian kasta yang paling rendah dalam catur warna adalah kaumsudra yang
mempunyai kewajiban untuk mengabdi kepada kasta yang lebih tinggi, terutama pada
golongan brahmana.
Golongan terbawah yang tidak termasuk dalam catur warna dan sering disebut
sebagai pancama (warna kelima) adalah kaum candala, mleccha, dan tuccha.
Candalamerupakan anak dari perkawinan campuran antara laki-laki (golongan sudra)
dengan wanita (dari ketiga golongan lainnya: brahmana, waisya, dan waisya),
sehingga sang anak mempunyai status yang lebih rendah dari ayahnya. Mleccha
adalah semua bangsa di luar Arya tanpa memandang bahasa dan warna kulit, yaitu

para pedagang-pedagang asing (Cina, India, Champa, Siam, dll.) yang tidak menganut
agama Hindu.Tuccha ialah golongan yang merugikan masyarakat, salah satu
contohnya adalah para penjahat. Ketika mereka diketahui melakukan tatayi, maka raja
dapat menjatuhi hukuman mati kepada pelakunya. Perbuatan tatayi adalah membakar
rumah orang, meracuni sesama, mananung, mengamuk, merusak dan memfitnah
kehormatan perempuan.4
Dari aspek kedudukan kaum wanita dalam masyarakat Majapahit, mereka mempunyai
status yang lebih rendah dari para lelaki. Hal ini terlihat pada kewajiban mereka untuk
melayani dan menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak boleh ikut
campur dalam urusan apapun, selain mengurusi dapur rumah tangga mereka. Dalam
undang-undang Majapahit pun para wanita yang sudah menikah tidak boleh bercakapcakap dengan lelaki lain, dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari
pergaulan bebas antara kaum pria dan wanita.
STRUKTUR PEMERINTAHAN MAJAPAHIT
1. Struktur Pemerintahan
Struktur pemerintahan Kerajaan Majapahit mencerminkan kekuasaan yang bersifa
teritorial dan disentralisasikan dengan birokrasi yang terperinci sehingga basis
kekuasaan sebagian besar berada di tangan birokrasi sekuler, politik dan militer5.
Struktur tersebut ada karena terpengaruh kepercayaan yang bersifat kosmologi yang
telah menjadi dasar kerajaan-kerajaan Hindu Buddha yang ada Asia Tenggara6. Di
dalam mekanismenya pemerintah menjamin kehidupan ekonomi para birokrat,
sehingga dapat mengeksploitasi pertanian rakyat dan perdagangan. Struktur
pemerintahannya antara lain :
1. Raja
Peranan raja adalah sebagai pusat dari alam sejagad dan sebagai wakil dari dewadewa. Berdasarkan konsep kosmologi yang dihayati, seluruh kerajaan Majapahit
dianggap sebagai perwujudan dari jagad raya, dan raja disamakan dengan dewa
tertinggi yang bersemayam di puncak gunung Mahameru, sehingga raja memegang
otoritas tertinggi dan menduduki puncak Hierarki Kerajaan. Jabatan raja diperoleh
secara turun temurun atau hak waris. Raja didampingi 14 raja bawahan7. Di daerahdaerah terdapat ra (Bhre), merupakan keluarga dekat rajatraja-raja bawahanPaduka
Bhat yang diberi hak istimewa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab daerah.
1. Yuwarja (Kumrja Jasa Putra Parigata)
Sebelum menjadi Raja, Putera Mahkota menjadi Raja yang menguasai daerah yang
berada di bawah kekuasaan Majapahit.
1. Dewan Pertimbangan Kerajaan (Pahm Narendra)
ra Saptaprab yang anggotanya terdiri dari sanak saudara Berada di bawah raja
berfungsi mendampingi raja dan dalamtraja. mengeluarkan kebijaksanaan raja
memiliki otoritas tertinggi, dan perintahnya wajib dilakukan pejabat-pejabat yang ada
dibawahnya. Kelompok Dewan Pertimbangan Kerajaan bernama Bhat
1. Dewan Menteri (Rakyn Mantri ri Pakira-kiran)
Dewan Menteri merupakan Badan Pelaksana Pemerintahan yang terdiri dari lima
pejabat, yaitu Rakyn Mapatih atau Patih Hamangkubhmi (Apatih ring
Tiktawilwadhika, Rakyn Tumnggung, Rakyn Dmung, Rakyn Kanuruhan.
Kelima pejabat (para tanda rakyan) tersebut pada zaman Majapahit disebut
cangara.ca ring Wilwatikta atau disebut juga Mantri AmanSang Pan Rakyn Mapatih
adalah pejabat terpenting dalam Dewan Menteri dan biasa disebut Perdana Menteri
atau Menteri Utama (Matri Mukya), ia bertugas memimpin Badan Pelaksana
Pemerintahan dan mengkoordinasi para menteri. Di daerah-daerah juga terdapat
Dewan Menteri yang yang dipimpin Sang Apatih atau Rakyn Apatih, dan itulah yang

membedakan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.


1. Pejabat-Pejabat Tinggi lainnya
Selain Dewan Menteri dan Dewan Pertimbangan Kerajaan terdapat pula PejabatPejabat Tinggi lainnya yang biasanya diduduki oleh keluarga Dewan Menteri dan
Dewan Pertimbangan Kerajaan. Pejabat-pejabat tersebut antara lain,ddhamantri,
Yuwamantri, Sang ryydhikara, Sang Sang Wr dan Rakynryytmarja, Mantri
Wagmimaya, Mantri Kesadhari, Juru.
1. Dharmmdhyaksa
Dharmmdhyaksmerupakan Pejabat Tinggi kerajaan yang bertugasa
Dharmmdhyaks ,menjalankan fungsi Yurisdiksi keagamaan. Terdapat dua a
Dharmmuntuk agama Hindu Siwa bernama a ring Kasaiwandhyaks dan Buddha
Dharmmdhyaks. Dalam menjalankan tugasnyabernama a ring Kasogatan
DharmmatDharmmdhyaks dibantu oleh sejumlah pejabat keagamaan (ia upapat)
disebut Sang Pamgat (Samgat) yang terdiri dari Sang Pamgat i Tirwan, Sang
Pamgat i Kandamuhi, Sang Pamgat i Manghuri, Sang Pamgat i Jambi, Sang
Pamgat i Pamwatan, Sang Pamgat i Kandangan Atuha, Sang Pamgat i Kandangan
Rare, Sang Pamgat i Panjangjiwa, Sang Pamgat i Lekan, Sang Pamgati Tanggar,
Sang Pamgat i Pandlgan, dan Sang Pamgat i Tirangrat. Pada masa Hayam Wuruk
dikenal tujuh upapatti disebut Sang Upapatti Sapta yang terdiri dari Sang Pamgat i
Tirwan, Sang Pamgat i Kandamuhi, Sang Pamgat i Manghuri, Sang Pamgat i
Jambi, Sang Pamgat i Pamwatan, Sang Pamgat i Kandangan Atuha, dan Sang
Pamgat i Kandangan Rare.
Di antara upapatti tersebut ada yang menjabat urusan sekte-sekte. Sekte Siwa terdiri
dari Bhairawapaksa, Saurapaksa, dan Siddhntapaksa. Sang sya Bhagawan Kapila,
Sang Wadikanabhaksassya, SangWadis awa, Skra, dan Whyaka. Selain sebagai
pejabat keagamaan,nWadiwes upapatti dikenal juga sebagai kelompok
cendekiawan dan para pujangga.
1. Pejabat Sipil dan Militer
a), paradPejabat-pejabat sipil terdiri dari kepala jawatan (tan nyaka, pratyya,
dan para drawyahaji. Pejabat-pejabat militer yang berugas mengawal raja dan penjaga
lingkungan keraton (bhayangkri) terdiri dari pangalasan, senpati, dan surantani.
Dari kitab Praniti Raja Kapkapa, terdapat 150 mantri dan 1.500 pejabat-pejabat
rendahan aka, dandji ana, wadohaji, pandyang terdiri dari para tan
man8.kajine
Skema Pemerintahan Majapahit.
KEBUDAYAAN KERAJAAN MAJAPAHIT
1. Agama dan Kepercayaan masyarakat Majapahit
Terdapat tiga aliran yang hidup berdampingan di kerajaan majapahit, yaitu agama
Siwa, Wisnu dan Buddha Mahayana9. Segala Upacara keagamaan berjalan secara
berdampingan. Di kalangan atas, di kalangan para ahli pikir terdapat proses
sinkretisme yang membuat Siwa dan Buddha sama nilainya. Sewaktu hidup raja
dipandang sebagai titisan Wisnu, tetapi setelah wafat raja dimakamkan sebagai Siwa.
Ada beberapa pendapat yang menguatkan bahwa Siwa dan Buddha hidup
berdampingan dalam masyarakat Majapahit, antara lain:
1. Pendapat Krom (1923) bahwa sinkretisme Siwa dan Buddha tampak dalam
kesenian dengan bukti di Candi Jawi terdapat arca Siwa dan arca Aksobhya yang
terjadi akibat pengaruh ajaran Tantrayana terhadap kedua agama.
2. Pendapat Rassers (1926) bahwa pertautan agama Hindu dan Buddha di Jawa Timur

merupakan aspek dari satu agama yang tunggal yang berpangkal pada kepercayaan
Jawa purba.
3. Pendapat Goda (1970) bahwa penyamaan dewa-dewa agama Siwa dan Buddha
tidak hanya terjadi di Jawa tetapi juga di Kamboja, Nepal, dan India sendiri. Maka
kebudayaan asli bukan satu-satunya penyebab terjadinya koalisi agama Siwa dan
Buddha.
1. Kesusasteraan
Pada zaman Majapahit kesusastraan dibagi menjadi dua bagian10 yang dibagi
berdasarkan bahasa yang digunakan dan bentuk tulisan yang ditulis, yaitu zaman
Majapahit I dan zaman Majapahit II.
1. Pada zaman Majapahit I hasil-hasil kesusastraan yang terpenting adalah:
ca, tahun 1365 M.tgama,

karangan PrapanNgarakr
Kitab ini berisi tentang riwayat Singasari dan Majapahit dari sumber-sumber pertama
dan ternyata sesuai dengan prasasti-prasasti. Terdapat pula uraian tentang kota
Majapahit, jajahan-jajahan Negara Majapahit, perjalanan Hayam Wuruk di sebagian
besar Jawa Timur, upacara rddha yang dilakukan untuk roh Gayatri dan tentang
Pemerintahan serta keagamaan dalam zaman pemerintahan Hayam Wuruk.
Sutasoma, karang mpu Tantular
Pokok cerita ialah riwayat Sutasoma, seorang anak raja yang meninggalkan
keduniawian karena taatnya pada Agama Buddha. Sutasoma selalu bersedia
mengorbankan dirinya untuk menolong sesama mahkluk yang sedang dalam kesulitan
karena kesediaannya itu maka banyak orang tertolong bahkan seorang raksasa yang
biasa memakan manusia pun bisa menjadi pemeluk Agama Buddha yang mulia itu.
Arjunawijaya, mpu Tantular
Isinya menceritakan raja raksasa Rwana yang terpaksa tunduk kepada raja Arjuna
Sahasrabhu.
Kunjarakarn

a
Kitab ini ada yang berupa gancaran dan ada yang berupa kakawin. Kitab yang berupa
gancaran termasuk zaman Mataram, dan yang kakawin berasal dari zaman Majapahit
I. Isinya menceritakan seorang raksasa ayang ingin menjelma menjadi manusia,
kemudian menghadapjarakarnKun Wairocana dan diizinkan melihat keadaan di
neraka. Ia taat kepada agama Buddha, dan akhirnya keinginannya terkabul.
Parthayajna
Isinya meriwayatkan para Pandawa setelah kalah bermain dadu, dan mendapat
penghinaan-penghinaan dari para Kaurawa. Akhirnya mereka ke hutan dan Arjuna
bertapa di Gunung Indrakila.
1. Pada zaman Majapahit II hasil-hasil kesusatraan ditulis dalam bahasa jawa
tengahan dan ada yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) serta gancaran, yang
terpenting, antara lain Tantu Pagelaran, Calon Arang, ji Wijayakrama,ayna,
Pandah, Pararaton, SunKorawrama, Bubhuks cangah, Usana Jawa, dan Usana
Bali.Rangga Lawe, Sorndaka, Paman
1. Arsitektur
Arsitektur zaman Majapahit dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Arsitektur Jawa Kuno
Arsitektur Jawa Kuno mempunyai ciri konstruksi bangunan yang berasal dari kayu
yang merupakan tiang berdiri di atas tanah, mempunyai kolong dan tanpa pemisah
ruangan. Pemisah ruang hanya dilakukan dengan menggunakan kain atau bahan tidak
permanen yang siang hari dapat dilepas, penutup atap menggunakan alang-alang.
1. Arsitektur Majapahit Lama

Arsitektur Majapahit Lama mempunyai ciri konstruksi bangunan dari kayu yang
berdiri di atas batur dan masih belum ada pembatas yang permanen. Penutup atapnya
sudah menggunakan genting, bangunan semacam ini dapat berfungsi sebagai Pendopo
atau Bale maupun sebagai tempat untuk istirahat atau tidur.
1. Arsitektur Akhir Majapahit
Arsitektur Akhir Majapahit mempunyai ciri sama dengan ciri arsitektur Majapahit
lama namun telah mempunyai pembatas yang permanen. Bentuk-bentuk bangunan
semacam itu dapat dilihat pada beberapa relief candi di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
1. Perundang-Undangan
Kitab undang-undang Majapahit ditemukan di Bali, yaitu Undang Undang Agama.
Dalam bahasa Sanksekerta Agama berarti pengetahuan, adat, ajaran. Naskah
perundang-undangan yang ditemukan di Bali dan Lombok ditulis dalam bahasa Jawa
Tengahan. Kitab perundang-undangan Agama memuat 275 pasa yang berisi tentang :
1. Ketentuan umum mengenani denda
2. Uraian tentang kejahatan, terutama pembunuhan (astadusta)
3. Perlakuan tentang/ terhadap hamba (kawula)
4. Pencurian (astacorah)
5. Paksaan (walat/aulah sahasa)
6. Jual beli (adol atuku)
7. Gadai (sanda)
8. Utang piutang (ahutang apihutang)
9. Titipan
10. Mahar (atukon)
11. Perkawinan (karawangan)
12. Perbuatan mesum (paradara)
13. Warisan (drewe kaliliran)
14. Caci maki (wakparusya)
15. Mengangani (dandanparusya)
16. Kelalaian/kenakalan (kagelehan)
17. Perkelahian (atukaran)
18. Tanah (bhumi)
19. Fitnah (duwilatet)
PEREKONOMIAN KERAJAAN MAJAPAHIT
Keberadaan kerajaan Majapahit ditopang oleh sektor pertanian dan perdagangan.
Dengan demikian berarti kerajaan Majapahit adalah kerajaan agraris dan maritim. Di
sektor pertanian padi dan hasil pertanian lainnya merupakan tulang punggung
perekonomian kerajaan. Pedagang asing yang datang ke Majapahit berasal dari
Campa, Khmer, Tahiland, Burma, Srilangka, dan India. Mereka tinggal di beberapa
tempat di Jawa dan beberapa di antara mereka ditari pajak oleh pemerintah kerajaan.
Komoditi negara asing yang dibawa ke Majapahit adalah sutera dan keramik China,
kain dari India, dan dupa dari Arab. Barang-barang tersebut ditukar dengan rempahrempah dan hasil pertanian lainnya. Sekitar tahun 1949 M terdapat dua jalur pelayaran
dari dan ke China(Grace Wong, 1984), yaitu jalur pelayaran barat dan jalur pelayaran
timur. Jalur pelayaran yang sering digunakan pedagang jawa adalah jalur pelayaran
barat, meliputi Vietnam-Thailand-Malaysia-Sumatera-Jawa-Bali-Timor. Barangbarang yang diperdagangkan adalah
1. Barang kebutuhan hidup sehari-hari
Berupa bahan makanan, hasil bumi, binatang (ternak, unggas, dan ikan), dan bahan
pakaian.
1. Barang produksi kelompok pengrajin

Terdapat kelompok pengrajin (pengusaha) di kerajaan Majapahityang disebutkan


dalam prasasti paramia, barng yang dibuat antara lain tembaga(dyun), keranjang dari
daun kelapa (magawai kisi), payung (magawai payu wlu), upih (mopih), barang
anyam-anyaman (manganamanam), kapur(mahapu). Terdapat juga pengrajin
lak/perekat, tali, warna merah, arang, jerat burung,dan alat penangkap burung.
1. Barang komoditi internasional
Komoditi yang diperdagangkan adalah merica, garam, rempah-rempah, mutiara, kulit
penyu, gula tebu, pisang, kayu cendana, emas, perak, kelapa, kapuk, tekstil katun,
sutera, belerang, dan budak belian11.
Mata uang yang digunakan pada zaman Majapahit awal adalam mata uang kepeng
dari China. Untuk mendapatkannya Majapahit mengimport mata uang dari China,
uang tersebut berasal dari dinasti Tang (618-907), Song (960-1279), Ming (13681644), dan Qing (1644-1911). hal ini terjadi karena China banyak mengomport merica
dari Majapahit, sehingga banyak mata uang kepeng yang mengalir ke Majapahit12.
Pusat perdagangan di kerajaan Majapahit adalah pasar yang biasa disebut pkan atau
pkn. Selain perdagangan salah satu sumber kerajaan adalah pajak. Berdasarkan
sumber-sumber yang tertulis, ditemukan lima pokok bahasan yang berhubungan
dengan perpajakan, yaitu pajak dan pembatasan usaha, objek pajak dan kriteria
pemungutannya, mekanisme pemungutan pajak, alokasi hasil pemungutan pajak, dan
kasus-kasus yang berhubungan dengan pemungutan pajak. Pihak kerajaan
mengadakan pembatasan usaha terhadap segala jenis benda yang bebas dari
pemungutan pajak kerajaan agar hak pembebasan pemungutan pajak kerajaan tidak
menjadi tanpa batas. Pajak terdiri dari pajak tanah, pajak usaha, pajak profesi, pajak
orang asing, pajak ekspoloitasi Sumber Daya Alam. Pemungutan pajak dilakukan oleh
petugas pemungut pajak.
Ekonomi Majapahit sebagaimana ekonomi kebanyakan kerajaan di Jawa bertumpu
pada kegiatan pertanian, ini terlihat dari pusat kerajaan Majapahit yang juga terletak
di pedalaman. Namun jika dilihat lebih jauh Majapahit ekonomi Majapahit juga
ditopang oleh perdagangan. Kombinasi kedua unsur ekonomi ini memberi kekuatan
bagi Majapahit, yang juga menjadi sifat Jawa sebelumnya, yaitu kekuatan demografis.
Pertanian di Jawa sangat menjadikan masyarakat Jawa terikat pada institusi desa yang
terikat dalam jaringan yang disebut wanua. Institusi inilah yang kemudian
menggerakkan jalannya perdagangan dengan pihak luar. Dalam hal ini perdagangan
lebih didominasi oleh perdagangan hasil pertanian pokok. Jaringan pasar lokal antar
wanua ini sering disebut sebagai pkn.13
Pertanian Jawa sejak sebelum Majapahit sangat kuat. Ini terlihat dari dibuatnya
Borobudur beberapa abad sebelumnya yang mengindikasikan pertanian Jawa dapat
mencukupi pekerjaan missal tersebut. Selain itu pada masa Majapahit di Jawa juga
terdapat beberapa candi yang dibangun. Kekuatan demografi ini juga mendukung
kebijakan ekspansi yang dilakukan oleh Majapahit.
Kekuatan demogrsfi ini terlihat sangat besar jika kita membandingkan Jawa pada
masa Majapahit dengan luar Jawa. Semananjung Malaya pada abad 14 memiliki
penduduk sebanyak 200 ribu saja, seukuran kota kecil masa kini, sedangkan Jawa
pada saat yang sama memiliki penduduk sebanyak 3 juta orang.14
Majapahit juga melakukan perdagangan dengan bangsa luar. Ini terlihat kebijakan
penguasaan langsung pelabuhan di hilir sungai Brantas. Meski ibukota Majapahit
terletak jauh di pedalaman, ibukota terhubung langsung dengan pelabuhan tersebut
melalui sungai tersebut. Produk-produk utama Jawa adalah bahan pangan (beras),
tekstil kasar (atau kapas), dan tenaga kerja (budak).15
Selain itu motif ekonomi juga terlihat dalam politik ekspansi yang dilakukannnya.

Ekspansi-ekspansi yang dilakukannya dilakukan dalam rangka membentuk jaringan


kerajaan vassal untuk memperoleh upeti yang akan menjadi produk perdagangan.
Selain itu tujuan lain yang lebih utama dalam ekspansi Majapahit adalah untuk
memperoleh kontrol atas pelabuhan-pelabuhan dagang utama di Asia Tenggara
(dengan kata lain monopoli).16 Tindak politis yang dilakukan bisa berupa
penghancuran pelabuhan atau penaklukan.

Raja-raja Majapahit
Berikut adl daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode
kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan
Girishawardhana yg mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yg memecahkan
keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
1. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 - 1309)
2. Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)
3. Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)
4. Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)
5. Wikramawardhana (1389 - 1429)
6. Suhita (1429 - 1447)
7. Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)
8. Rajasawardhana bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)
9. Purwawisesa atau Girishawardhana bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)
10. Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)
11. Kertabumi bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)
12. Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)
13. Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-1518)

Penyebab Kemunduran
1)
Pemberontakan Ranggalawe sekitar awal abad 13.
2)
Diangkatnya Kalagemet sebagai raja. Kalagemet bukanlah raja yang cakap.
Sebagian waktunya hanya digunakan untuk bersenang-senang dengan selir-selirnya di
Istana Kapopongan.
3)
Pengaruh dari Mahapati pada Kalagemet. Mahapati adalah seorang pejabat
tinggi yang ambisius. Akibatnya muncul beberapa pemberontakan.
4)
Peristiwa Sunda yang terjadi 1351 M. Peristiwa itu berawal dari usaha Raja
Hayam Wuruk untuk meminang putrid dari Pajajaran. Lalu, timbul perselisihan
paham antara Gajah Mada dan pimpinan laskar Pajajaran yang mengakibatkan
pertempuran.
5)
Peristiwa Bubat yang menggagalkan politik Gajah Mada, karena dengan adanya
peristiwa Bubat, kerajaan Pajajaran tidak menjadi wilayah Majapahit. Bahkan
kerajaan Pajajaran terus berkembang secara terpisah dari Majapahit.
6) Tidak adanya pengganti Gajah Mada. Tidak ada kaderisasi.
7)
Gajah Mada sebagi Patih Amangkubumi memegang segala jabatan yang
penting, ia tidak memberi kesempatan generasi penerus untuk tampil, sehingga setelah
meninggalnya Gajah Mada tidak ada penggantinya yang cakap dan berpengalaman.
8)
Perang saudara yang dikenal sebagi Perang Paregreg antara Wikramawardhana
dengan Wirabhumi. Perang saudara ini melemahkan kekuasaan Majapahit sehingga
banyak wilayah kekuasaannya yang melepaskan diri.

Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa
Nusantara pada abad-abad berikutnya.

Legitimasi politik
Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan
legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak
menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah,
menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan
seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan
Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung
sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keratonkeraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan
hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit sering kali dalam
bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting dan legitimasi
dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat
pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus
sejati kebudayaan Majapahit.[26]
Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat
Gerakan Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit,
disamping Sriwijaya, sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang
dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini.[15] Dalam propaganda
yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya
tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang
diromantiskan.[36]Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan
bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan
konsolidasi kekuasaan negara.[37] Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern
meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.
Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen
Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang disebut
"Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian
pula bendera armada kapal perang TNI Angkatan Laut berupa garis-garis merah dan
putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka
Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin Sutasoma" yang ditulis oleh Mpu Tantular,
seorang pujangga Majapahit.

Arsitektur

Sepasang patung penjaga gerbang abad ke-14 dari kuil Majapahit di Jawa Timur
(Museum of Asian Art, San Francisco)
Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di
Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota
Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur
berbagai bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat
di Bali masa kini.

Persenjataan
Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik
pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris
mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris praMajapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris yang
ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai
tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan meluas ke
berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.
Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak

Anda mungkin juga menyukai