Raja Raden Wijaya wafat meninggalkan seorang putra yang bernama Kala Gemet.
Putra ini diangkat menjadi Raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanegara pada tahun
1309 M.
Jayanegara memerintah Majapahit dari tahun 1309-1328 M. Masa pemerintahan
Jayanegara penuh dengan pemberontakan dan juga dikenal sebagai suatumasa yang
suram di dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Pemberontakan-pemberontakan itu
datang dari Juru Demung (1313 M), Gajah Biru (1314 M), Nambi (1316 M), dan Kuti
(1319 M).
Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya dan hampir
meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Raja Jayanegara terpaksa mengungsi ke desa
Bedander yang diikuti oleh sejumlah pasukan bayangkara (pengawal pribadi raja) di
bawah pimpinan Gajah Mada. Setelah beberapa hari menetap di desa Bedander maka
Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk meninjau suasana.
Setelah diketahui keadaan rakyat dan para bangsawan istana tidak setuju dan bahkan
sangat benci kepada Kuti, Gajah Mada akhirnya merencanakan suatu siasat untuk
melakukan serangan terhadap Kuti. Berkat ketangkasan dan siasat yang jitu dari
Gajah Mada, Kuti dan kawan-kawannya dapat dilenyapkan.
Raja Jayanegara dapat kembali lagi ke Istana dan menduduki tahta Kerajaan
Majapahit. Sebagai penghargaan atas jasa Gajah Mada, maka ia langsung diangkat
menjadi patih di kahuripan (1319-1321), tidak lama kemudian diangkat menjadi patih
di Kediri (1322-1330).
Ratu Tribhuwanatunggadewi
Raja Jayanegara meninggal dengan tidak meninggalkan seorang putra mahkota. Tahta
Kerajaan Majapahit jatuh ke tangan Gayatri, putri Raja Kertanegara yang masih
hidup. Namun, karena ia sudah menjadi seorang pertapa, tahta kerajaan diserahkan
kepada putrinya yang bernama Tribhuwanatunggadewi. ia menjadi ratu atas nama
atau mewakili ibunya, Gayatri.
Tribhuwanatunggadewi memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1328-1350 M.
pada masa pemerintahannya, meletus pemberontakan Sadeng (1331 M). pimpinan
pemberontak tidak diketahui. Nama Sadeng sendiri adalah nama sebuah daerah yang
terletak di Jawa Timur. Pemberontakan Sadeng dapat dipadamkan oleh Gajah Mada
dan Adityawarman.
Karena jasa dan kecakapannya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Mangkubhumi
Majapahit menggantikan Arya Tadah. Sejak saat itu, Gajah Mada menjadi pejabat
pemerintahan tertinggi sesudah raja. Ia mempunyai wewenang untuk menetapkan
politik pemerintahan Majapahit.
Raja Hayam Wuruk
Raja Hayam Wuruk yang terlahir dari perkawinan Tribhuwanatunggadewi dengan
Cakradara (Kertawardhana) adalah seorang raja yang mempunyai pandangan luas.
Kebijakan politik Hayam Wuruk banyak mengalami kesamaan dengan politik Gajah
para pedagang-pedagang asing (Cina, India, Champa, Siam, dll.) yang tidak menganut
agama Hindu.Tuccha ialah golongan yang merugikan masyarakat, salah satu
contohnya adalah para penjahat. Ketika mereka diketahui melakukan tatayi, maka raja
dapat menjatuhi hukuman mati kepada pelakunya. Perbuatan tatayi adalah membakar
rumah orang, meracuni sesama, mananung, mengamuk, merusak dan memfitnah
kehormatan perempuan.4
Dari aspek kedudukan kaum wanita dalam masyarakat Majapahit, mereka mempunyai
status yang lebih rendah dari para lelaki. Hal ini terlihat pada kewajiban mereka untuk
melayani dan menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak boleh ikut
campur dalam urusan apapun, selain mengurusi dapur rumah tangga mereka. Dalam
undang-undang Majapahit pun para wanita yang sudah menikah tidak boleh bercakapcakap dengan lelaki lain, dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari
pergaulan bebas antara kaum pria dan wanita.
STRUKTUR PEMERINTAHAN MAJAPAHIT
1. Struktur Pemerintahan
Struktur pemerintahan Kerajaan Majapahit mencerminkan kekuasaan yang bersifa
teritorial dan disentralisasikan dengan birokrasi yang terperinci sehingga basis
kekuasaan sebagian besar berada di tangan birokrasi sekuler, politik dan militer5.
Struktur tersebut ada karena terpengaruh kepercayaan yang bersifat kosmologi yang
telah menjadi dasar kerajaan-kerajaan Hindu Buddha yang ada Asia Tenggara6. Di
dalam mekanismenya pemerintah menjamin kehidupan ekonomi para birokrat,
sehingga dapat mengeksploitasi pertanian rakyat dan perdagangan. Struktur
pemerintahannya antara lain :
1. Raja
Peranan raja adalah sebagai pusat dari alam sejagad dan sebagai wakil dari dewadewa. Berdasarkan konsep kosmologi yang dihayati, seluruh kerajaan Majapahit
dianggap sebagai perwujudan dari jagad raya, dan raja disamakan dengan dewa
tertinggi yang bersemayam di puncak gunung Mahameru, sehingga raja memegang
otoritas tertinggi dan menduduki puncak Hierarki Kerajaan. Jabatan raja diperoleh
secara turun temurun atau hak waris. Raja didampingi 14 raja bawahan7. Di daerahdaerah terdapat ra (Bhre), merupakan keluarga dekat rajatraja-raja bawahanPaduka
Bhat yang diberi hak istimewa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab daerah.
1. Yuwarja (Kumrja Jasa Putra Parigata)
Sebelum menjadi Raja, Putera Mahkota menjadi Raja yang menguasai daerah yang
berada di bawah kekuasaan Majapahit.
1. Dewan Pertimbangan Kerajaan (Pahm Narendra)
ra Saptaprab yang anggotanya terdiri dari sanak saudara Berada di bawah raja
berfungsi mendampingi raja dan dalamtraja. mengeluarkan kebijaksanaan raja
memiliki otoritas tertinggi, dan perintahnya wajib dilakukan pejabat-pejabat yang ada
dibawahnya. Kelompok Dewan Pertimbangan Kerajaan bernama Bhat
1. Dewan Menteri (Rakyn Mantri ri Pakira-kiran)
Dewan Menteri merupakan Badan Pelaksana Pemerintahan yang terdiri dari lima
pejabat, yaitu Rakyn Mapatih atau Patih Hamangkubhmi (Apatih ring
Tiktawilwadhika, Rakyn Tumnggung, Rakyn Dmung, Rakyn Kanuruhan.
Kelima pejabat (para tanda rakyan) tersebut pada zaman Majapahit disebut
cangara.ca ring Wilwatikta atau disebut juga Mantri AmanSang Pan Rakyn Mapatih
adalah pejabat terpenting dalam Dewan Menteri dan biasa disebut Perdana Menteri
atau Menteri Utama (Matri Mukya), ia bertugas memimpin Badan Pelaksana
Pemerintahan dan mengkoordinasi para menteri. Di daerah-daerah juga terdapat
Dewan Menteri yang yang dipimpin Sang Apatih atau Rakyn Apatih, dan itulah yang
merupakan aspek dari satu agama yang tunggal yang berpangkal pada kepercayaan
Jawa purba.
3. Pendapat Goda (1970) bahwa penyamaan dewa-dewa agama Siwa dan Buddha
tidak hanya terjadi di Jawa tetapi juga di Kamboja, Nepal, dan India sendiri. Maka
kebudayaan asli bukan satu-satunya penyebab terjadinya koalisi agama Siwa dan
Buddha.
1. Kesusasteraan
Pada zaman Majapahit kesusastraan dibagi menjadi dua bagian10 yang dibagi
berdasarkan bahasa yang digunakan dan bentuk tulisan yang ditulis, yaitu zaman
Majapahit I dan zaman Majapahit II.
1. Pada zaman Majapahit I hasil-hasil kesusastraan yang terpenting adalah:
ca, tahun 1365 M.tgama,
karangan PrapanNgarakr
Kitab ini berisi tentang riwayat Singasari dan Majapahit dari sumber-sumber pertama
dan ternyata sesuai dengan prasasti-prasasti. Terdapat pula uraian tentang kota
Majapahit, jajahan-jajahan Negara Majapahit, perjalanan Hayam Wuruk di sebagian
besar Jawa Timur, upacara rddha yang dilakukan untuk roh Gayatri dan tentang
Pemerintahan serta keagamaan dalam zaman pemerintahan Hayam Wuruk.
Sutasoma, karang mpu Tantular
Pokok cerita ialah riwayat Sutasoma, seorang anak raja yang meninggalkan
keduniawian karena taatnya pada Agama Buddha. Sutasoma selalu bersedia
mengorbankan dirinya untuk menolong sesama mahkluk yang sedang dalam kesulitan
karena kesediaannya itu maka banyak orang tertolong bahkan seorang raksasa yang
biasa memakan manusia pun bisa menjadi pemeluk Agama Buddha yang mulia itu.
Arjunawijaya, mpu Tantular
Isinya menceritakan raja raksasa Rwana yang terpaksa tunduk kepada raja Arjuna
Sahasrabhu.
Kunjarakarn
a
Kitab ini ada yang berupa gancaran dan ada yang berupa kakawin. Kitab yang berupa
gancaran termasuk zaman Mataram, dan yang kakawin berasal dari zaman Majapahit
I. Isinya menceritakan seorang raksasa ayang ingin menjelma menjadi manusia,
kemudian menghadapjarakarnKun Wairocana dan diizinkan melihat keadaan di
neraka. Ia taat kepada agama Buddha, dan akhirnya keinginannya terkabul.
Parthayajna
Isinya meriwayatkan para Pandawa setelah kalah bermain dadu, dan mendapat
penghinaan-penghinaan dari para Kaurawa. Akhirnya mereka ke hutan dan Arjuna
bertapa di Gunung Indrakila.
1. Pada zaman Majapahit II hasil-hasil kesusatraan ditulis dalam bahasa jawa
tengahan dan ada yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) serta gancaran, yang
terpenting, antara lain Tantu Pagelaran, Calon Arang, ji Wijayakrama,ayna,
Pandah, Pararaton, SunKorawrama, Bubhuks cangah, Usana Jawa, dan Usana
Bali.Rangga Lawe, Sorndaka, Paman
1. Arsitektur
Arsitektur zaman Majapahit dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Arsitektur Jawa Kuno
Arsitektur Jawa Kuno mempunyai ciri konstruksi bangunan yang berasal dari kayu
yang merupakan tiang berdiri di atas tanah, mempunyai kolong dan tanpa pemisah
ruangan. Pemisah ruang hanya dilakukan dengan menggunakan kain atau bahan tidak
permanen yang siang hari dapat dilepas, penutup atap menggunakan alang-alang.
1. Arsitektur Majapahit Lama
Arsitektur Majapahit Lama mempunyai ciri konstruksi bangunan dari kayu yang
berdiri di atas batur dan masih belum ada pembatas yang permanen. Penutup atapnya
sudah menggunakan genting, bangunan semacam ini dapat berfungsi sebagai Pendopo
atau Bale maupun sebagai tempat untuk istirahat atau tidur.
1. Arsitektur Akhir Majapahit
Arsitektur Akhir Majapahit mempunyai ciri sama dengan ciri arsitektur Majapahit
lama namun telah mempunyai pembatas yang permanen. Bentuk-bentuk bangunan
semacam itu dapat dilihat pada beberapa relief candi di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
1. Perundang-Undangan
Kitab undang-undang Majapahit ditemukan di Bali, yaitu Undang Undang Agama.
Dalam bahasa Sanksekerta Agama berarti pengetahuan, adat, ajaran. Naskah
perundang-undangan yang ditemukan di Bali dan Lombok ditulis dalam bahasa Jawa
Tengahan. Kitab perundang-undangan Agama memuat 275 pasa yang berisi tentang :
1. Ketentuan umum mengenani denda
2. Uraian tentang kejahatan, terutama pembunuhan (astadusta)
3. Perlakuan tentang/ terhadap hamba (kawula)
4. Pencurian (astacorah)
5. Paksaan (walat/aulah sahasa)
6. Jual beli (adol atuku)
7. Gadai (sanda)
8. Utang piutang (ahutang apihutang)
9. Titipan
10. Mahar (atukon)
11. Perkawinan (karawangan)
12. Perbuatan mesum (paradara)
13. Warisan (drewe kaliliran)
14. Caci maki (wakparusya)
15. Mengangani (dandanparusya)
16. Kelalaian/kenakalan (kagelehan)
17. Perkelahian (atukaran)
18. Tanah (bhumi)
19. Fitnah (duwilatet)
PEREKONOMIAN KERAJAAN MAJAPAHIT
Keberadaan kerajaan Majapahit ditopang oleh sektor pertanian dan perdagangan.
Dengan demikian berarti kerajaan Majapahit adalah kerajaan agraris dan maritim. Di
sektor pertanian padi dan hasil pertanian lainnya merupakan tulang punggung
perekonomian kerajaan. Pedagang asing yang datang ke Majapahit berasal dari
Campa, Khmer, Tahiland, Burma, Srilangka, dan India. Mereka tinggal di beberapa
tempat di Jawa dan beberapa di antara mereka ditari pajak oleh pemerintah kerajaan.
Komoditi negara asing yang dibawa ke Majapahit adalah sutera dan keramik China,
kain dari India, dan dupa dari Arab. Barang-barang tersebut ditukar dengan rempahrempah dan hasil pertanian lainnya. Sekitar tahun 1949 M terdapat dua jalur pelayaran
dari dan ke China(Grace Wong, 1984), yaitu jalur pelayaran barat dan jalur pelayaran
timur. Jalur pelayaran yang sering digunakan pedagang jawa adalah jalur pelayaran
barat, meliputi Vietnam-Thailand-Malaysia-Sumatera-Jawa-Bali-Timor. Barangbarang yang diperdagangkan adalah
1. Barang kebutuhan hidup sehari-hari
Berupa bahan makanan, hasil bumi, binatang (ternak, unggas, dan ikan), dan bahan
pakaian.
1. Barang produksi kelompok pengrajin
Raja-raja Majapahit
Berikut adl daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode
kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan
Girishawardhana yg mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yg memecahkan
keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
1. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 - 1309)
2. Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)
3. Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)
4. Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)
5. Wikramawardhana (1389 - 1429)
6. Suhita (1429 - 1447)
7. Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)
8. Rajasawardhana bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)
9. Purwawisesa atau Girishawardhana bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)
10. Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)
11. Kertabumi bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)
12. Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)
13. Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-1518)
Penyebab Kemunduran
1)
Pemberontakan Ranggalawe sekitar awal abad 13.
2)
Diangkatnya Kalagemet sebagai raja. Kalagemet bukanlah raja yang cakap.
Sebagian waktunya hanya digunakan untuk bersenang-senang dengan selir-selirnya di
Istana Kapopongan.
3)
Pengaruh dari Mahapati pada Kalagemet. Mahapati adalah seorang pejabat
tinggi yang ambisius. Akibatnya muncul beberapa pemberontakan.
4)
Peristiwa Sunda yang terjadi 1351 M. Peristiwa itu berawal dari usaha Raja
Hayam Wuruk untuk meminang putrid dari Pajajaran. Lalu, timbul perselisihan
paham antara Gajah Mada dan pimpinan laskar Pajajaran yang mengakibatkan
pertempuran.
5)
Peristiwa Bubat yang menggagalkan politik Gajah Mada, karena dengan adanya
peristiwa Bubat, kerajaan Pajajaran tidak menjadi wilayah Majapahit. Bahkan
kerajaan Pajajaran terus berkembang secara terpisah dari Majapahit.
6) Tidak adanya pengganti Gajah Mada. Tidak ada kaderisasi.
7)
Gajah Mada sebagi Patih Amangkubumi memegang segala jabatan yang
penting, ia tidak memberi kesempatan generasi penerus untuk tampil, sehingga setelah
meninggalnya Gajah Mada tidak ada penggantinya yang cakap dan berpengalaman.
8)
Perang saudara yang dikenal sebagi Perang Paregreg antara Wikramawardhana
dengan Wirabhumi. Perang saudara ini melemahkan kekuasaan Majapahit sehingga
banyak wilayah kekuasaannya yang melepaskan diri.
Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa
Nusantara pada abad-abad berikutnya.
Legitimasi politik
Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan
legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak
menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah,
menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan
seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan
Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung
sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keratonkeraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan
hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit sering kali dalam
bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting dan legitimasi
dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat
pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus
sejati kebudayaan Majapahit.[26]
Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat
Gerakan Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit,
disamping Sriwijaya, sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang
dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini.[15] Dalam propaganda
yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya
tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang
diromantiskan.[36]Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan
bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan
konsolidasi kekuasaan negara.[37] Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern
meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.
Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen
Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang disebut
"Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian
pula bendera armada kapal perang TNI Angkatan Laut berupa garis-garis merah dan
putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka
Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin Sutasoma" yang ditulis oleh Mpu Tantular,
seorang pujangga Majapahit.
Arsitektur
Sepasang patung penjaga gerbang abad ke-14 dari kuil Majapahit di Jawa Timur
(Museum of Asian Art, San Francisco)
Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di
Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota
Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur
berbagai bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat
di Bali masa kini.
Persenjataan
Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik
pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris
mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris praMajapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris yang
ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai
tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan meluas ke
berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.
Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak