PENDAHULUAN
1. 1.
1. 2.
Maksud
Mengetahui Struktur dan tekstur pada batuan beku non-fragmental dari
kenampakan megaskopis
Mengetahui komposisi penyusun batuan beku non-fragmental dari
kenampakan megaskopis
Mengetahui nama batuan beku non-fragmental dari klasifikasi Russel B.
kenampakan megaskopis
Dapat mengetahui nama batuan beku non-fragmental dari klasifikasi
Russel B. Travis tahun 1955
1. 3.
Pukul
Tempat
Pelaksanaan kedua :
Hari/ Tanggal
Pukul
Tempat
BAB II
HASIL DESKRIPSI
2.1
:1
Nomor Peraga
: BIP-27-B
Jenis Batuan
Deskripsi Megaskopis
Warna: Hitam Pekat
Struktur
: Masif
Tekstur
Kristalinitas
Granularitas
Bentuk Butir
Ukuran Butir
Komposisi
: Holokristalin
: Equigranular - Afanitik
: Anhedral
: Halus
Mineral
Biotite
Sifat Fisik
Warna hitam, kekerasan 2,5 3 skala mohs,
Plagioklas
Hornblende
Kelimpahan
35 %
50 %
15 %
Foto Batuan :
Plagioklas
Biotite
Hornblende
Petrogenesa
: Basal
:2
Nomor Peraga
: BI 33 A
Jenis Batuan
Deskripsi Megaskopis
Warna: Abu abu kecokelatan
Struktur
: Masif
Tekstur
Kristalinitas
Granularitas
Bentuk Butir
Ukuran Butir
Komposisi
: Holokristalin
: Equigranular - Fanerik
: Subhedral
: Halus
Mineral
Biotite
Sifat Fisik
Warna hitam, kekerasan 2,5 3 skala mohs,
Kuarsa
Plagioklas
Kelimpahan
15 %
55 %
30 %
Foto Batuan :
Plagiokla
s
Kuarsa
Biotite
Petrogenesa :
:3
Nomor Peraga
: BI-02-A
Jenis Batuan
Deskripsi Megaskopis
6
: Masif
Tekstur
Kristalinitas
Granularitas
Bentuk Butir
Ukuran Butir
Komposisi
: Holokristalin
: Inequigranular Porfiroafanitik
: Euhedral
: Sedang
Mineral
Kuarsa
Sifat Fisik
Warna colorless, kekerasan 7 skala mohs,
Plagioklas
Massa
Dasar
Kelimpahan
30 %
50 %
20 %
Foto Batuan :
Plagioklas
Massa
dasar
Kuarsa
Petrogenesa :
Proses pembentukan batuan ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat dan lama, memungkinkan magma untuk membentuk
Kristal yang biasanya terjadi di zona plutonik, sehingga kristalinitasnya
holokristalin. Strukturnya yang bersifat masif dapat diinpretasikan bahwa
batuan ini saat proses pembekuan tidak ada aliran keluarnya gas. Dari
hubungan
antar
diinpretasikan
kristalnya
yang
Inequigranular-Porfiroafanitik,
dapat
: Porfiri dasit
(Russel B Travis,1955)
:4
Nomor Peraga
: BI-18-A
Jenis Batuan
Deskripsi Megaskopis
Warna: Coklat Terang
Struktur
: Masif
8
Tekstur
Kristalinitas
Granularitas
Bentuk Butir
Ukuran Butir
Komposisi
: Holokristalin
: Equigranular - Fanerik
: Subhedral
: Sedang
Mineral
Biotite
Sifat Fisik
Warna hitam, kekerasan 2,5 3 skala mohs,
Kuarsa
Plagioklas
Hornblende
Ortoklas
Kelimpahan
10 %
18 %
20 %
10 %
42 %
Foto Batuan :
Plagiokl
as
Hornblen
de
Ortokla
Kuarsa
Biotite
Gambar 2.4 Batuan peraga nomor BI-18-A
Petrogenesa :
Proses pembentukan batuan ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat dan lama, memungkinkan magma untuk membentuk
Kristal yang biasanya terjadi di zona plutonik, sehingga kristalinitasnya
holokristalin. Strukturnya yang bersifat masif dapat diinpretasikan bahwa
batuan ini saat proses pembekuan tidak ada aliran keluarnya gas. Dari
hubungan antar kristalnya yang equigranular fanerik, dapat diinpretasikan
bahwa mineral penyusunnya berukuran relative seragam dan kristalnya dapat
dilihat oleh mata. Berdasarkan komposisi mineralnya maka batuan ini bersifat
intermediete dimana magma yang membentuk juga bersifat intermediate , dan
kemungkinan magma tersebut terbentuk dari pertemuan lempeng samudera
dengan lempeng benua di daerah Continental Arc. Hal ini dikarenakan pada
zona tersebut memungkinkan terbentuknya magma yang bersifat intermediate
sehingga produk yang dihasilkannya pun batuan bersifat intermediete
Nama Batuan
2.5
: Monsonit Kuarsa
:5
Nomor Peraga
:X
Jenis Batuan
Deskripsi Megaskopis
Warna: Hitam
Struktur
: Masif
Tekstur
Kristalinitas
: Holokristalin
10
Komposisi
Mineral
Biotite
Sifat Fisik
Warna hitam, kekerasan 2,5 3 skala mohs,
Kuarsa
Plagioklas
Hornblende
Kelimpahan
15 %
30 %
15 %
30 %
Foto Batuan :
Hornblen
de
Biotite
Plagioklas
Kuars
a
Petrogenesa :
11
:6
Nomor Peraga
: BI 43 A
Jenis Batuan
Deskripsi Megaskopis
Warna: Hitam Kehijauan
Struktur
: Masif
Tekstur
Kristalinitas
Granularitas
: Holokristalin
: Inequigranular Faneroporfiritik
12
Komposisi
Mineral
Olivine
Sifat Fisik
Warna hijau, kekerasan 5,5 6 skala mohs,
Pyroxene
Plagioklas
Hornblende
Kelimpahan
15 %
30 %
15 %
30 %
Foto Batuan :
Hornblend
e
Olivin
e
Plagiokla
s
Pyroxene
Petrogenesa :
13
BAB III
PEMBAHASAN
14
adalah masif. Dari strukturnya yang massif juga dapat diketahui bahwa pada saat
proses pembentukannya tidak ada gas-gas yang keluar
Batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal, sehingga tekstur batuan
ini adalah holokristalin. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses
pembentukan, kristal dapat tumbuh yang menunjukan bahwa batuan ini terbentuk
di dalam permukaan bumi dimana pada zona ini Kristal memungkinkan untuk
berkembang. Hubungan antar kristal pada batu peraga ini adalah equigranular afanitik, dikarenakan mineral mineral yang terdapat pada batuan ini relative
memiliki ukuran yang sama, namun mineralnya berbutir sangat halus sehingga
mineral/kristal penyusunnya tidak dapat diamati secara megaskopis. Hal ini
menunjukan bahwa, suhu magma pembentukan mineral ini relative sama karena
ukuran kristal memiliki ukuran yang sama, selain itu, dari hubungan antar
kristalnya juga dapat diinterpratsikan bahwa batuan ini terbentuk pada zona
plutonik Ukuran kristalnya berukuran halus , dimana ukurannya kurang dari
1mm. Dan bentuk butirnya berupa anhedral yaitu batas antar kristalnya tidak
dapat terlihat dengan jelas. Hal ini menunjukkan bahwa batuan ini terbentuk pada
zona plutonik, karena pada zona plutonik Kristal dapat terus berkembang dan
tumbuh sehingga menyebabkan Kristal-kristal yang tumbuh saling menindih
ataupun saling bertabrakan sehingga tidak dapat dilihat batas kristalnya.
Komposisi mineral pada batuan ini adalah biotite dengan kelimpahan 35%,
Biotite memili sifat fisik mineral yaitu warna hitam, kilap kaca, cerat
putih,kekerasan 2,5-3 skala mohs, dan bentuk tabular. Lalu terdapat juga
Plagioklas dengan kelimpahan 50%, memili sifat fisik mineral yaitu berwarna
putih, kilap kaca, cerat putih, kekerasan 5,5-6 skala mohs, dan bentuk prismatic.
Selain itu juga terdapat Hornblende dengan kelimpahan 15%, memiliki sifat fisik
mineral berwarna hitam, kekerasan 5,5-6 skala mohs, cerat putih, dan bentuk
prismatic. Berdasarkan komposisi mineralnya dapat diketahui bahwa sifat batuan
dan sifat magma pembentuk batuan ini adalah basa.
15
(a)
(b)
(c)
Gambar 3.1 (a) Zona MOR (b) Zona Island Arc (c) Zona Back Arc Basin
Untuk
batuan, mineral yang diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini
kelimpahan mineral kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah feldspar
16
plagioklas lebih dari 2/3 dari jumlah semua mineral feldspar. Setelah itu dilihat
dari granularitas yang Afanitik. Jadi berdasarkan data yang terdapat di atas dan
setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis (1955) batuan dengan
nomor peraga BIP-27-B merupakan Basal (Russell B. Travis, 1955),
3.2 Batuan nomor peraga BIP-27-B
Setelah melakukan pengamatan kenampakan batuan secara megaskopis,
batuan dengan nomor peraga BIP-27-B ini memiliki warna Abu-abu kecoklatan,
dari warnanya yang cenderung cerah, dapat diindikasikan bahwa batuan ini
bersifat asam
Struktur batuan ini bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang
maupun retakan pada permukaan batuan tesebut sehingga struktur batuan ini
adalah masif. Dari strukturnya yang massif juga dapat diketahui bahwa pada saat
proses pembentukannya tidak ada gas-gas yang keluar
Batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal, sehingga tekstur batuan
ini adalah holokristalin. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses
pembentukan, kristal dapat tumbuh yang menunjukan bahwa batuan ini terbentuk
di dalam permukaan bumi dimana pada zona ini Kristal memungkinkan untuk
berkembang. Hubungan antar kristal pada batu peraga ini adalah equigranular fanerik, dikarenakan mineral mineral yang terdapat pada batuan ini relative
memiliki ukuran yang sama, dan dapat diamati secara megaskopis. Hal ini
menunjukan bahwa, suhu magma pembentukan mineral ini relative sama karena
ukuran kristal memiliki ukuran yang sama, selain itu, dari hubungan antar
kristalnya juga dapat diinterpratsikan bahwa batuan ini terbentuk pada zona
plutonik Ukuran kristalnya berukuran halus , dimana ukurannya kurang dari
1mm. Dan bentuk butirnya berupa Subhedral yaitu batas antar kristalnya
sebagian terlihat dan sebagian lagi tidak. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat
proses pembentukan kristalnya memiliki suhu yang relative sama, tetapi sebagian
17
mineral memiliki kemampuan untuk tumbuh lebih cepat dari mineral lain,
sehingga sebagian mineralnya saling bertabrakan atau saling menindih, dan
sebagian lagi terlihat batas mineralnya.
Komposisi mineral pada batuan ini adalah biotite dengan kelimpahan 15%,
Biotite memili sifat fisik mineral yaitu warna hitam, kilap kaca, cerat
putih,kekerasan 2,5-3 skala mohs, dan bentuk tabular. Lalu terdapat juga
Plagioklas dengan kelimpahan 35%, memili sifat fisik mineral yaitu berwarna
putih, kilap kaca, cerat putih, kekerasan 5,5-6 skala mohs, dan bentuk prismatic.
Selain itu juga terdapat Kuarsa dengan kelimpahan 55%, memiliki sifat fisik
mineral berwarna colorless, kekerasan 7 skala mohs, cerat putih, dan bentuk
prismatic. Berdasarkan komposisi mineralnya dapat diketahui bahwa sifat batuan
dan sifat magma pembentuk batuan ini adalah asam.
Berdasarkan komposisi mineralnya maka dapat diketahui bahwa sifat batuan
dan magma pembentuk batuan ini adalah bersifat asam. Kemungkinan magma
tersebut terbentuk dari proses partial melting lempeng benua, hal ini dikarenakan
lempeng samudera memiliki unsur dominan seperti si dan al. Dapat terjadi di
zona Continental Rift Zone ataupun di daerah Continental Intraplate. Hal ini
dikarenakan kedua zona tersebut memungkinkan terbentuknya batuan yang
bersifat asam dikarenakan magma penyusunnya yang bersifat asam. Hal ini
dikarenakan dari kedua zona tersebut memungkinkan terbentuknya batuan yang
bersifat asam dikarenakan hasil partial melting dari lempeng benua bersifat asam.
(a)
(b)
Gambar 3.2 (a) Zona Continental Rift Zone (b) Zona Continental Intraplate
18
Untuk
batuan, mineral yang diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Selain itu,
diperhatikan juga granularitasnya. Dari data-data yang telah didapatkan dan telah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis (1955) batuan dengan nomor
peraga BI-33-A merupakan Diorit Kuarsa (Russell B. Travis, 1955).
3.3 Batuan nomor peraga BI-02-A
Setelah melakukan pengamatan kenampakan batuan secara megaskopis,
batuan dengan nomor peraga BI-02-A ini memiliki warna Abu-abu Terang, dari
warnanya yang cenderung cerah, dapat diindikasikan bahwa batuan ini bersifat
asam
Struktur batuan ini bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang
maupun retakan pada permukaan batuan tesebut sehingga struktur batuan ini
adalah masif. Dari strukturnya yang massif juga dapat diketahui bahwa pada saat
proses pembentukannya tidak ada gas-gas yang keluar
Batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal, sehingga tekstur batuan
ini adalah holokristalin. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses
pembentukan, kristal dapat tumbuh dan berkembang, dapat diinterpretasikan
bahwa terbentuk di dalam permukaan bumi. Hubungan antar kristal pada batu
peraga ini adalah inequigranular - Porfiroafanitik, dikarenakan mineral mineral
yang terdapat pada batuan ini tidak memiliki ukuran yang sama, dan massa
dasarnya tidak dapat diamati secara megaskopis. Hal ini menunjukan bahwa,
suhu magma pembentukan mineral ini cenderung tidak sama karena ukuran
Kristal yang tidak seragam, dapat diinterpretasikan jadi pada saat beberapa
mineral telah tumbuh lalu mineral yang telah terbentuk tersebut naik ke atas ke
bagian hypabisal yang dimana mineral pada daerah ini belum tumbuh sempurna,
sehingga mineral-mineral yang terdapat pada batuan ini tidak seragam. Ukuran
19
20
(a)
(b)
Gambar 3.3 (a) Zona Continental Rift Zone (b) Zona Continental Intraplate
Untuk
batuan, mineral yang diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Selain itu,
diperhatikan juga granularitasnya. Dari data-data yang telah didapatkan dan telah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis (1955) batuan dengan nomor
peraga BI-02-A merupakan Porfiri Dasit (Russell B. Travis, 1955).
3.4 Batuan nomor peraga BI-18-A
Setelah melakukan pengamatan kenampakan batuan secara megaskopis,
batuan dengan nomor peraga BI-18-A ini memiliki warna Coklat Terang, dari
warnanya yang cenderung cerah, dapat diindikasikan bahwa batuan ini bersifat
asam ataupun intermediate.
Struktur batuan ini bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang
maupun retakan pada permukaan batuan tesebut sehingga struktur batuan ini
adalah masif. Dari strukturnya yang massif juga dapat diketahui bahwa pada saat
proses pembentukannya tidak ada gas-gas yang keluar
Batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal, sehingga tekstur batuan
ini adalah holokristalin. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses
pembentukan, kristal dapat tumbuh dan berkembang, dapat diinterpretasikan
bahwa terbentuk di dalam permukaan bumi. Hubungan antar kristal pada batu
peraga ini adalah equigranular - fanerik, dikarenakan mineral mineral yang
terdapat pada batuan ini relative memiliki ukuran yang sama, dan dapat diamati
secara megaskopis. Hal ini menunjukan bahwa, suhu magma pembentukan
mineral ini relative sama karena ukuran kristal memiliki ukuran yang sama,
selain itu, dari hubungan antar kristalnya juga dapat diinterpratsikan bahwa
21
batuan ini terbentuk pada zona plutonik. Ukuran kristalnya berukuran sedang,
dimana ukurannya antara 1mm-5mm. Dan bentuk butirnya berupa Subhedral
yaitu batas antar kristalnya sebagian terlihat dan sebagian lagi tidak. Hal ini
menunjukkan bahwa pada saat proses pembentukan kristalnya memiliki suhu
yang relative sama, tetapi sebagian mineral memiliki kemampuan untuk tumbuh
lebih cepat dari mineral lain, sehingga sebagian mineralnya saling bertabrakan
atau saling menindih, dan sebagian lagi terlihat batas mineralnya.
Komposisi mineral pada batuan ini adalah Plagioklas dengan kelimpahan
20%, memili sifat fisik mineral yaitu berwarna putih, kilap kaca, cerat putih,
kekerasan 5,5-6 skala mohs, dan bentuk prismatic. Selain itu juga terdapat
Kuarsa dengan kelimpahan 18%, memiliki sifat fisik mineral berwarna colorless,
kekerasan 7 skala mohs, cerat putih, dan bentuk prismatic. Selain itu juga
terdapat biotite dengan kelimpahan 10%, memiliki sifat fisik mineral berwarna
hitam, bentuk prismatic. Selain itu terdapat juga Ortoklas dengan kelimpahan
42%, dengan sifat fisik mineral warna coklat kemerahan, kilap kaca. Selain itu
juga terdapat Hornblende dengan kelimpahan 10%, memiliki sifat fisik mineral
warna hitam, bentuk tubular. Berdasarkan komposisi mineralnya dapat diketahui
bahwa sifat batuan dan sifat magma pembentuk batuan ini adalah Intermediete.
Berdasarkan komposisi mineralnya maka dapat diketahui bahwa sifat batuan
dan magma pembentuk batuan ini adalah bersifat intermediete, kemungkinan
magma tersebut terbentuk dari proses partial melting antara lempeng benua dan
lempeng samudera. Dapat terjadi di daerah Continental Arc. Hal ini dikarenakan
pada zona tersebut memungkinkan terbentuknya magma yang bersifat
intermediate sehingga produk yang dihasilkannya pun batuan bersifat
intermediate
22
Untuk
batuan, mineral yang diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Selain itu,
diperhatikan juga granularitasnya. Dari data-data yang telah didapatkan dan telah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis (1955) batuan dengan nomor
peraga BI-18-A merupakan Monsonit kuarsa (Russell B. Travis, 1955).
3.5 Batuan nomor peraga X
Setelah melakukan pengamatan kenampakan batuan secara megaskopis,
batuan dengan nomor peraga X ini memiliki warna Hitam keabu-abuan, dari
warnanya yang cenderung gelap, dapat diindikasikan bahwa batuan ini bersifat
basa ataupun intermediate.
Struktur batuan ini bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang
maupun retakan pada permukaan batuan tesebut sehingga struktur batuan ini
adalah masif. Dari strukturnya yang massif juga dapat diketahui bahwa pada saat
proses pembentukannya tidak ada gas-gas yang keluar
Batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal, sehingga tekstur batuan
ini adalah holokristalin. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses
pembentukan, kristal dapat tumbuh dan berkembang, dapat diinterpretasikan
bahwa terbentuk di dalam permukaan bumi. Hubungan antar kristal pada batu
peraga ini adalah equigranular - afanitik, dikarenakan mineral mineral yang
terdapat pada batuan ini relative memiliki ukuran yang sama, dan massa dasar
tidak dapat diamati secara megaskopis. Hal ini menunjukan bahwa, suhu magma
pembentukan mineral ini relative sama karena ukuran kristal memiliki ukuran
yang sama, selain itu, dari hubungan antar kristalnya juga dapat diinterpratsikan
bahwa batuan ini terbentuk pada zona plutonik. Ukuran kristalnya berukuran
23
24
Untuk
batuan, mineral yang diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Selain itu,
diperhatikan juga granularitasnya. Dari data-data yang telah didapatkan dan telah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis (1955) batuan dengan nomor
peraga X merupakan Porfiri Dasit (Russell B. Travis, 1955).
3.6 Batuan nomor peraga BI-43-A
Setelah melakukan pengamatan kenampakan batuan secara megaskopis,
batuan dengan nomor peraga BI-43-A ini memiliki warna hitam kehijauan, yang
dapat diindikasikan bahwa batuan ini bersifat basa karena warnanya yang
cenderung gelap.
Struktur batuan ini bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang
maupun retakan pada permukaan batuan tesebut sehingga struktur batuan ini
adalah masif. Dari strukturnya yang massif juga dapat diketahui bahwa pada saat
proses pembentukannya tidak ada gas-gas yang keluar
Batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal, sehingga tekstur batuan
ini adalah holokristalin. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses
pembentukan, kristal dapat tumbuh yang menunjukan bahwa batuan ini terbentuk
di dalam permukaan bumi dimana pada zona ini Kristal memungkinkan untuk
berkembang. Hubungan antar kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular
Faneroafanitik, dikarenakan mineral mineral yang terdapat pada batuan ini
tidak memiliki ukuran yang sama, namun massa dasarnya tidak dapat diamati
secara megaskopis. Hal ini menunjukan bahwa, suhu magma pembentukan
mineral ini cenderung tidak sama karena ukuran Kristal yang tidak seragam,
dapat diinterpretasikan jadi pada saat beberapa mineral telah tumbuh lalu mineral
yang telah terbentuk tersebut naik ke atas ke bagian hypabisal yang dimana
mineral pada daerah ini belum tumbuh sempurna, sehingga mineral-mineral yang
25
terdapat pada batuan ini tidak seragam. Ukuran kristalnya berukuran sedang,
dimana ukurannya antara 1mm-5mm. Dan bentuk butirnya berupa Euhedral yaitu
batas antar kristalnya terlihat. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat proses
pembentukan kristalnya memiliki suhu yang cenderung berbeda, jadi pada saat
mineral-mineral ini tumbuh, masih menyisakan ruang sisa, sehingga dapat
diketahui bahwa waktu pembentukan mineralnya berlangsung cepat karena
mineral-mineralnya tidak saling menindih atau bertumbukan, sehingga
menyebabkan batas antar kristalnya dapat terlihat.
Komposisi mineral pada batuan ini adalah Plagioklas dengan kelimpahan
40%, memili sifat fisik mineral yaitu berwarna putih, kilap kaca, cerat putih,
kekerasan 5,5-6 skala mohs, dan bentuk prismatic. Selain itu juga terdapat
Hornblende dengan kelimpahan 10%, memiliki sifat fisik mineral berwarna
hitam, kekerasan 5,5-6 skala mohs, cerat putih, dan bentuk prismatic. Selain itu
juga terdapat Pyroxene dengan kelimpahan 45%, dengan sifat fisik mineral hitam
kehijauan. Terdapat juga olivine dengan kelimpahan 5%, dengan sifat fisik
mineral berwarna hijau, cerat putih. Berdasarkan komposisi mineralnya dapat
diketahui bahwa sifat batuan dan sifat magma pembentuk batuan ini adalah basa.
Berdasarkan komposisi mineralnya maka dapat diketahui bahwa sifat batuan
dan magma pembentuk batuan ini adalah bersifat basa. Kemungkinan magma
tersebut terbentuk dari proses partial melting lempeng samudra yang bersifat
basa, hal ini dikarenakan lempeng samudera memiliki banyak unsur yang
dominan seperti fe,mg, dan yang dapat terbentuk di daerah MOR, daerah Islands
arc, ataupun back arc basin. Hal ini dikarenakan dari ketiga zona tersebut
memungkinkan terbentuknya batuan yang bersifat basa dikarenakan hasil partial
melting dari lempeng samudera bersifat basa.
26
(a)
(b)
(c)
Gambar 3.1 (a) Zona MOR (b) Zona Island Arc (c) Zona Back Arc Basin
Untuk
batuan, mineral yang diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Selain itu,
diperhatikan juga granularitasnya. Dari data-data yang telah didapatkan dan telah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis (1955) batuan dengan nomor
peraga BI-43-A merupakan Porfiri Gabro (Russell B. Travis, 1955).
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
27
arc, Back arc basin. Nama batuan ini adalah Basal (Russel B. Travis, 1955)
Batuan nomor peraga BI-33-A. Memiliki warna abu-abu kecoklatan, struktur
massif, kristalinitas holokristalin granularitas equigranular-fanerik, bentuk
butir subhedral, ukuran butir halus. Memiliki komposisi Plagioklas (30%),
Biotite (15%), Kuarsa (55%). Sifat batuan dan sifat magma pembentuk batuan
ini adalah asam. Dapat terbentuk di Continental Rift zone atau Continental
Intraplate. Nama batuan ini adalah Diorit kuarsa (Russel B. Travis, 1955)
Batuan nomor peraga BI-02-A. Memiliki warna abu-abu terang, struktur
massif, bentuk butir euhedral. Granularitas inequigranular-porfiroafanitik,
kristalinitas holokristalin, dan ukuran butir sedang. Memiliki komposisi
plagioklas (50%), kuarsa (30%), dan massa dasar (20%). Dapat terbentuk di
Continental Rift zone atau Continental Intraplate. Nama batuan ini adalah
Continental Arc. Nama batuan ini adalah Porfiri dasit (Russel B. Travis, 1955)
Batuan nomor peraga BI-43-A. Memiliki warna Hitam kehijauan, Struktur
massif, kristalinitas holokritalin, granularitas inequigranular-faneroporfiritik,
bentuk butir euhedral, ukuran butir sedang. Memiliki Plagioklas (40%),
28
Hornblende (10%), pyroxene (45%), Olivine (5%). Sifat batuan dan sifat
magma pembentuk batuan ini adalah basa, dapat terbentuk pada zona MOR,
Island arc, Back arc basin. Nama batuan ini adalah Porfiri Gabro (Russel B.
Travis, 1955)
29