Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

KELEMAHAN LIQUIFIED PETRTOLEUM GAS (LPG)


DAN SOLUSINYA
Disusun Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

Oleh,
Nama : Dwiko Prasetio
Nim

: 5202412083

Prodi : Pendidikan Teknik Otomotif S1

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

Apa yang didapat selama perkuliahan bahan bakar berkaitan dengan


semangat konservasi UNNES
Bahan bakar adalah bahan yang mudah terbakar yang dapat dikonversi
menjadi energi lain dari proses pembakarannya. Bahan bakar minyak ini terbagi
menjadi tiga klasifikasi, yaitu: bahan bakar nabati, bahan bakar mineral, bahan
bakar fosil.
Bahan bakar sendiri mempunyai wujud berupa padat, cair dan gas. Contoh
bahan bakar padat yaitu kayu, batu bara, briket, dll. Sedangkan bahan bakar cair
(gasoline) adalah suatu senyawa organik yang dibutuhkan dalam suatu
pembakaran dengan tujuan untuk mendapatkan energi/tenaga. Gasolin ini
merupakan hasil dari proses distilasi minyak bumi (Crude Oil) menjadi fraksifraksi yang diinginkan. Contoh bahan bakar cair yang diperdagangkan di
Indonesia yaitu: Pertamax plus, Pertamax, Premium (gasolin untuk motor),ELPIJI
dan BBG, Minyak Tanah (kerosene), Minyak Solar (gas oil), Minyak Diesel
(diesel oil), Minyak Bakar (fuel oil). Dan yang terakhir yaitu bahan bakar gas,
Bahan Bakar Gas (BBG) adalah gas bumi yang telah dimurnikan dan aman,bersih
andal, murah, dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Komposisi BBG
sebagian besar terdiri dari gas metana (CH4) dan etana (C2H6) lebih kurang 90%
dan selebihnya adalah gas propana (C3H8), butana(C4H10), pentana (C5H10),
nitrogen dan karbon dioksida. Jenis Bahan Bakar Gas LPG (5 bar), CNG (200
bar), Vi-gas/LGV (10-12 bar), LNG (17 bar), Bio Gas.
Berdasarkan Peraturan Rektor Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Tata Kelola
Kampus Berbasis Konservasi Di Universitas Negeri Semarang, Energi adalah
kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika,
kimia, dan elektromagnetika. Energi bersih adalah energi yang bisa memenuhi
kebutuhan saat ini dan mendatang tanpa terancam kelestariannya dan tidak
memiliki dampak negatif ke masyarakat dan lingkungan selama masa pakainya.
Salah satu dari tujuh pilar utama Universitas Konservasi, yaitu Pilar
Energi Bersih bertujuan untuk melakukan penghematan energi melalui
serangkaian kebijakan dan tindakan dalam memanfaatkan energi secara bijak,
serta pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Program pilar
energi bersih diterapkan dengan cara:

1.

Melakukan penghematan pemakaian alat-alat berbasis energi listrik dan


bahan bakar fosil sesuai dengan strategi perguruan tinggi;

2.

Mengembangkan

fasilitas

kampus

yang

menunjang

penghematan

penggunaan energi.
3.

Menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

4.

Unit kerja berkewajiban menerapkan, mengembangkan, mengelola,


memantau, dan mengevaluasi kebijakan energi bersih.

5.

Unit kerja berkewajiban menerapkan strategi penggunaan energi untuk


menghemat energi dan menggunakan energi yang terbarukan dan ramah
lingkungan.

6.

Warga Unnes berkewajiban menerapkan penghematan energi dalam setiap


kegiatan di lingkungan Unnes.

7.

Ketentuan untuk melaksanakan program pilar energi bersih diatur dalam


prosedur mutu program pilar energi bersih.

Kita sebagai mahasiswa UNNES yang berbasis kampus konservasi


seyogyanya ikut berpartisipasi dalam mempertimbangkan penghematan energi
melalui tindakan dalam memanfaatkan energi secara bijak, serta pengembangan
energi terbarukan yang ramah lingkungan, seperti yang termaktub dalam tujuan
dari salah satu pilar Universitas Konservasi Unnes yaitu Pilar Energi Bersih.
Diantaranya yaitu melakukan penghematan pemakaian alat-alat berbasis energi
listrik dan bahan bakar fosil, menggunakan energi terbarukan yang ramah
lingkungan, Warga Unnes berkewajiban menerapkan penghematan energi dalam
setiap kegiatan di lingkungan Unnes.

Kekurangan Liquified Petroleum Gas (LPG) dan inisiatif (konsep) solusi


Kata elpiji berasal dari pelafalan singkatan bahasa Inggris yaitu LPG
(Liquified Petroleum Gas, arti secara harfiah yaitu "gas minyak bumi yang
dicairkan"). LPG atau kita sering menyebut gas elpiji berasal dari hasil
pengolahan minyak bumi. Di alam ini, minyak bumi (petroleum) ditemukan
bersama-sama dengan gas alam (natural gas). Kemudian minyak bumi dipisahkan
dari gas alam. Minyak bumi yang telah dipisahkan dari gas alam disebut juga

minyak mentah (crude oil). Minyak mentah merupakan campuran yang kompleks
dengan komponen utama alkana dan sebagian kecil alkena, alkuna, siklo-alkana,
aromatik, dan senyawa anorganik. Meskipun kompleks, untungnya terdapat cara
mudah

untuk

memisahkan

komponen-komponennya,

yakni

berdasarkan

perbedaan nilai titik didihnya. Proses ini disebut destilasi bertingkat. Untuk
mendapatkan produk akhir sesuai dengan yang diinginkan, maka sebagian hasil
dari destilasi bertingkat perlu diolah lebih lanjut melalui proses konversi,
pemisahan pengotor dalam fraksi, dan pencampuran fraksi.
Jenis dan Komponen LPG
Menurut Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No.
25K/36/DDJM/1990 spesifikasi LPG dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu
LPG campuran (mixed LPG), LPG Propana (Prophene LPG), dan LPG Butana
(Buthene LPG).
LPG yang dipakai untuk bahan bakar kompor gas adalah jenis LPG campuran.
LPG ini merupakan salah satu produk yang dipasarkan oleh Pertamina Direktorat
Pembekalan Dan Pemasaran Dalam Negeri (Dit. PPDN), dengan merk dagang
LPG (Liquid Petroleum Gas). Komponen utama dari LPG adalah Propana (C3H8)
dan Butana (C4H10). Disamping itu, LPG juga mengandung senyawa
hidrokarbon ringan yang lain dalam jumlah kecil, yaitu Etana (C2H6) dan Pentana
(C5H12).
Sifat-Sifat LPG
Berikut ini sifat-sifat LPG yang perlu diketahui agar kita bisa
mengunakannya dengan aman.
1. Wujud
Gas elpiji yang ada di dalam tabung, wujudnya cair dan sebagian berwujud
uap. Namun apabila gas tersebut dikeluarkan dari tabung, wujudnya berubah
menjadi gas. Wujud awal dari LPG adalah gas. Namun di pasaran dijual dalam
bentuk cair. Mengapa bisa seperti itu? demikian penjelasannya. Pada dasarnya
untuk bahan yang berwujud gas berlaku ketentuan seperti ini: Wujud gas akan
berubah menjadi wujud cair apabila temperatur diperkecil atau tekanannya
diperbesar. Dengan adanya perubahan wujud akibat temperatur dan tekanan,

maka volume gas juga berubah. Volume gas yang berwujud cair akan menjadi
lebih kecil apabila dibandingkan dengan volume gas ketika masih berwujud gas.
Berdasarkan cara pencairannya, LPG dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. LPG Refrigerated
LPG Refrigerated adalah LPG yang dicairkan dengan cara didinginkan
(titik cair Propan adalah sekitar -42C, dan titik cair Butan sekitar -0.5C). Cara
pencairan LPG jenis ini umum digunakan untuk mengapalkan LPG dalam jumlah
besar. Misalnya, mengirim LPG dari negara Arab ke Indonesia. Dibutuhkan tanki
penyimpanan khusus yang harus didinginkan agar LPG tetap dapat berbentuk cair
serta dibutuhkan proses khusus untuk mengubah LPG Refrigerated menjadi LPG
Pressurized.
b. LPG Pressurized
LPG Pressurized adalah LPG yang dicairkan dengan cara ditekan dengan
tekanan (pressure) sekitar 4-5 kg/cm2. LPG jenis ini disimpan dalam tabung atau
tanki khusus bertekanan tinggi. LPG jenis inilah yang banyak digunakan dalam
berbagai aplikasi di rumah tangga dan industri, karena penyimpanan dan
penggunaannya tidak memerlukan penanganan khusus seperti LPG Refrigerated.
Tekanan uap ELPIJI cair dalam tabung yang diproduksi oleh Pertamina sekitar 5.0
6.2 Kg/cm2.
Jumlah gas diukur berdasarkan volumenya (V) dengan satuan m3. Tetapi
apabila gas tersebut berwujud cair, maka jumlah gas diukur berdasarkan massanya
(m) dengan satuan kilogram (kg), sebagai contoh seperti kalau kita membeli LPG
ukuran 3 kg.
LPG dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam
bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion)
dari cairan yang dikandungnya, tabung LPG tidak diisi secara penuh, hanya
sekitar 80-85% dari kapasitasnya.
2. Massa Jenis (density)
Massa jenis gas yaitu banyaknya massa (kg) dari gas yang mempunyai
volume sebesar 1,0 m3 pada kondisi tertentu (diukur pada suhu 00C, dan tekanan
1013 mbar / 1,013 kg/cm2). Massa jenis gas propan adalah 2,004 kg/m3, gas
butan adalah 2,703 kg/m3, dan udara sebesar 1,293 kg/m3. Dari sini kita bisa tahu

bahwa dengan volume yang sama yaitu 1,0 m3, massa propan, butan dan udara
berbeda-beda. Massa butan lebih besar bila dibandingkan dengan massa propan,
massa propan lebih besar daripada massa udara, dan massa kedua gas tersebut
(butan dan propan) lebih besar daripada massa udara akan berada di atas
permukaan tanah).
3. Specific Gravity
Massa jenis relatif gas adalah perbandingan antara massa jenis gas dengan
massa jenis udara (udara luar atau udara bebas). Massa jenis relatif udara adalah 1.
Angka ini didapat dari massa jenis udara dibandingkan dengan massa jenis udara
itu sendiri, yaitu 1,293 kg/m3 : 1,293 kg/m3 sama dengan 1. Dengan cara yang
sama kita bisa menghitung massa jenis relatif dari propan yaitu 2,004 kg/m3 :
1,293 kg/m3 sama dengan 1,55 dan massa jenis relatif dari butan adalah sebesar
2,09. Apabila massa jenis relatif dari suatu gas lebih kecil daripada 1, maka gas
tersebut akan naik ke udara. Namun apabila massa jenis relatifnya lebih kecil dari
1, maka gas tersebut akan turun ke tanah (mencari/mengalir ke tempat yang lebih
rendah).
4. Temperatur Nyala (Ignition Temperature)
Temperatur nyala dari bahan bakar gas pada umumnya antara 4500C
sampai dengan 6500C. Dengan temperatur seperti itu, gas yang diletakkan di
udara bebas akan menjadi panas dan akan terjadi pembakaran. Temperatur nyala
untuk propan adalah 5100C, sedangkan butan adalah 4600C. Dari data ini kita
bisa tahu bahwa apabila ada LPG yang terlepas atau bocor dari tabung gas ke
udara bebas, gas tersebut tidak akan terbakar dengan sendirinya. Karena
temperatur udara bebas biasanya sekitar 270C. Untuk menimbulkan nyala pada
peralatan yang menggunakan bahan bakar gas, misalnya kompor gas, kita
menggunakan alat penyala atau api penyala. Apabila temperatur udara bebas ini
minimal sama dengan temperatur nyala, maka gas tersebut berada dalam kondisi
autoignition temperature yaitu temperatur terendah dimana bahan akan terbakar
dengan sendirinya tanpa diberi sumber nyala.
5. Batas Nyala (Flammable Range)
Batas nyala (Flammable Range) atau disebut juga batas meledak
(Explosive Range) adalah perbandingan campuran (dalam bentuk prosentase)

antara gas dengan udara, dimana pada batas tersebut dapat terjadi nyala api atau
ledakan. Untuk bisa terjadi nyala api atau ledakan, besarnya perbandingan antara
uap gas dan udara tidak memiliki nilai (angka) yang tunggal, tetapi merupakan
nilai-nilai yang mempunyai batas bawah dan batas atas. Jadi apabila terjadi
campuran antara gas dan udara dalam rentang nilai bawah dan nilai atas, maka
akan terjadi nyala api atau ledakan. Nilai batas nyala bawah disebut juga Lower
Explosive Limit (LEL) yaitu batas minimal konsentrasi uap bahan bakar di udara
dimana bila ada sumber api, gas tersebut akan terbakar. Sedangkan nilai batas atas
atau Upper Explosive Limit (UEL) yaitu batas konsentrasi maksimal uap bahan
bakar di udara dimana bila ada sumber api, gas tersebut akan terbakar. Batas
nyala(Flammable Range) untuk propan adalah antara 2,4% sampai dengan 9,6%
dan butan antara 1,9% sampai dengan 8,6%. Ini artinya bahwa misalnya terjadi
campuran 2,4% propan dengan 97,6% udara, maka campuran tersebut akan dapat
menyala, tetapi jumlah gas propan ini merupakan jumlah yang minimal. Apabila
jumlah propan kurang dari 2,4%, maka tidak akan terjadi nyala. Demikian
sebaliknya, apabila jumlah propan lebih dari 9,6% juga tidak akan terjadi nyala.
Sebagai contoh terjadi campuran 15% propan dan 85% udara, maka tidak akan
terjadi nyala. Jadi kesimpulannya bahwa meskipun ada sumber api tetapi karena
perbandingan campuran antara propan dengan udara di bawah atau di atas batas
nyala (Flammable Range), maka tidak akan terjadi pembakaran.

Kelemahan dan Cara mensiasati (solusi)


Berdasarkan sifat-sifat LPG diatas kita dapat mengambil garis besar
kelemahan-kelemahan dari LPG dan bagaimana mensiasatinya (solusi), yaitu:
1. Berat jenis LPG lebih besar dari pada udara sehingga cenderung bergerak
kebawah.
Dengan mengetahui bahwa massa jenis relatif gas propan dan
butan lebih besar dari udara, maka apabila kita menyimpan LPG harus
memberi ventilasi yang diletakkan rata dengan tanah/lantai (bila
memungkinkan) atau dinaikkan sedikit. Hal ini dimaksudkan apabila ada
kebocoran LPG, gas tersebut bisa cepat keluar dan bercampur dengan

udara bebas. Di samping itu, dengan alasan yang sama seperti dia atas, kita
jangan menyimpan tabung LPG di ruangan bawah tanah.
2. LPG

bersifat

FLAMMABLE

(mudah

terbakar).

Dalam

batas

FLAMMABALITY, LPG adalah sumber api yang terbuka. Sehingga letup


(percikan api) yang sekecil apapun dapat segera menyambar gas LPG.
3. Tekanan gas LPG cukup besar, sehingga bila terjadi kebocoran LPG akan
membentuk gas secara cepat, memuai dan sangat mudah terbakar.
Kebocoran Gas Elpiji dapat terjadi melalui sambungan selang yang
tidak kedap atau selangnya sendiri yang berpori pori sehingga dapat
ditembusi oleh gas karena mutu selang yang tidak memadai, melalui
katup/klep dari tabung itu sendiri yang tidak pas terhadap dudukannya.
Kebocoran lainnya karena regulator ditancapkan ke tabung dengan
sistim klip on dimana karena konstruksi sangat sederhana (sudah SNI)
sehingga kurang kokoh dan tidak mencekam dengan baik sehingga rentan
terjadi kebocoran, ditambah lagi dengan mutu dari karet yang kurang baik.
Volume Gas bisa saja tanpa diduga telah terakumulasi dan berada
pada campuran yang dapat meledak. Campuran gas Elpiji terhadap udara
sampai dengan 1.8% walaupun tersulut atau dibakar dengan pematik api
tidak akan terjadi ledakan atau menyala.
Tetapi pada kandungan gas diantara 1.8% -- 10% akan meledak
sangat dahsyat jika ada sumber api atau dari elektrik statis. Pada
kandungan Elpiji > 10% hanya akan menyala saja.(lihat segitiga ledak dan
segitiga nyala)
Sehingga perlu dibuat instalasi yang kuat agar kebocoran gas, yang
disebebkan oleh tekanan gas LPG tidak terjadi.
4. Tidak berbau. Sehingga untuk kesalamatan, LPG komersial perlu
ditambah zat odor, yaitu Ethyl Mercaptane yang berbau menyengat seperti
petai.
5. Tidak mempunyai sifat pelumasan terhadap metal.
6. Merupakan Solvent yang baik terhadap karet, sehingga perlu diperhatikan
terhadap kemasan atau tabung yang di pakai.
7. Tidak berwarna baik berupa cairan maupun dalam bentuk gas.

8. Mempunyai angka oktan yang tinggi dibanding bahan bakar lain sekitar
104.
Akibatnya, dengan angka oktan yang lebih tinggi ini, aplikasinya
pada alat transportasi dengan mesin yang rasio kompresinya sama, akan
menyebabakan panas mesin menjadi lebih tinggi daripada yang
menggunakan bahan bakar bensin. Panas yang lebih tinggi juga sering
terjadi pada mesin yang berbahan bakar LPG, terutama untuk beban berat
berat. Fenomena ini disebabkan oleh dayanya yang lebih rendah dari daya
mesin yang berbahan bakar bensin, terutama pada putaran tinggi sekitar
8000 rpm (Maymuchar dkk). Dengan demikian untuk beban yang lebih
berat, perlu tenaga atau energi yang lebih tinggi, akibatnya panas yang
dihasilkan akan lebih tinggi pula. Padahal pada proses pembakaran dalam
mesin yang berbahan bakar LPG tidak pernah mengalami apa yang disebut
pendinginan sesaat, seperti yang biasa terjadi pada mesin berbahan bakar
bensin yang berbentuk cair. Dalam kondisi ini pendinginan mesin terutama
hanya ditumpukan pada minyak lumasnya. Oleh karena itu spesifi kasi
minyak lumas yang cocok untuk mesin berbahan bakar LPG perlu
dirancang dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel VEDC Malang. 2014. Mengenal Lebih Dekat Lpg (Liquified Petroleum
Gas) Sebagai Bahan Bakar Untuk Kompor Gas. Diakses dari
http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/departemenbangunan-30/1131-supono1 pada 12 April 2015
Artikel Sukses Mandiri. 2013. Mengenal Sifat Sifat LPG. Diakses dari
http://www.sukses-mandiri.com/home/index.php/knowledge-base/32mengenal-sifat-sifat-lpg pada tanggal 12 April 2015
Artikel Aptogas Indonesia. Diakses dari https://aptogas.wordpress.com/lpg/aboutlpg/ pada tanggal 12 April 2015.
Fibria, Milda. 2012. Pemanfaatan LPG Sebagai Bahan Bakar Sepeda Motor dan
Karakteristik Minyak Lumasnya. PPPTMGB LEMIGAS. Jakarta
Selatan.
Peraturan Rektor Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Tata Kelola Kampus Berbasis
Konservasi Di Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai