iii
iv
KATA SAMBUTAN
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
iii
KATA SAMBUTAN
PENDAHULUAN .
II.
PERENCANAAN .
PELAKSANAAN .
14
14
20
vii
26
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia menetapkan bahwa Kesehatan
Reproduksi mencakup lima komponen/program terkait, yaitu Program Kesehatan Ibu
dan Bayi Baru Lahir, Program Keluarga Berencana, Program Kesehatan Reproduksi
Remaja, Program Pemcegahan dan Penanganan Penyakit Menular Seksual termasuk
HIV/AIDS, Dn Program Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut. Pelaksanaan
Kesehatan Reproduksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan siklus hidup (lifecycle approach) agar diperoleh sasaran yang pasti dan pelayanan yang jelas
berdasarkankepentingan sasaran/klien dengan memperhatikan hak reproduksi mereka
Pada saat ini, prioritas Kesehatan Reproduksi di Indonesia mencakup empat
komponen/program terkait yaitu Kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga
Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja, serta Pencegahan dan Penaggulangan
Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS. Pelayanan yang mencakup
empat komponen/program prioritas yang terkait ini disebut Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Esensial (PKRE). Jika PKRE ditambah dengan pelayanan yang
diberikan akan mencakup seluruh (lima) komponen Kesehatan Reproduksi, yang
disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komrehensif (PKRK).
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial/PKRE, dengan demikian
bertumpu pada pelayanan dari masing-masing program terkait yang sudah tersedia di
tingkat pelayanan dasar. Ini berarti bahwa Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Esensial bukan suatu program pelayanan yang baru maupun berdiri sendiri, tetapi
merupakan keterpaduan berbagai pelayanan dari program yang terkait itu, dengan
tujuan agar sasaran memperoleh semua pelayanan secara terpadu dan berkualitas,
termasuk dalam aspek komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Dalam kerangka
Kesehatan Reproduksi, maka pelayanan masing-masing program terkait akan
didsarkan pada kepentingan sasaran/konsumen sesuai dengan tahap dalam siklus
hidup.
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Bentuk Operasional dari kegiatan PKRE ini adalah Pelayanan Terpadu Kesehatan
Reproduksi yang terdiri atas pelayanan dari masing-masing program-program terkait
yang dilaksanakan secara terpadu, berkualitas, dan didasarkan pada kepentingan
sasaran/klien dengan memperhatikan hak Reproduksi mereka.
Pola Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi
Untuk membantu Petugas Kesehatan di tingkat pelayanan dasar agar mudah
melaksanakan keterpaduan empat komponen prioritas tersebut, maka dikembangkan
Pola Oerasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi (lihat Bagan 1)
BAGAN 1 :
REPRODKSI
POLA OPERASIONAL
PERENCANAAN
PELAYANAN
TERPADU
PEMANTAUAN dan
PENILAIAN
PELAKSANAAN
PERSIAPAN :
PENERAPAN
Penyesuaian Protap
1. Sosialisasi Kesehatan
Pelayanan Terpadu untuk
Reproduksi
Pelayanan :
2. Kajian Program
1. Kesehatan Ibu & Bayi
Pelayanan yang tekait
Baru Lahir
3. Kajian Pelayanan Klinis
2. 2. Keluarga Berencana
4. Kajian Manajemen Data
3. 3. Kesehatan Reproduksi
5. Penyusuaian Alur
4.
Remaja
Pelayanan Klinis,
5. 4. Pencegahan dan
Manajemen Data
Penanggulangan
Dan Logistik Paket
PMS/HIV/AIDS
PKRE
6. 5. Kesehatan Reproduksi
Usia Lanjut
PENCATATAN dan
PELAPORAN
1.
2.
Keterpaduan
Pelayanan
Hasil Pelayanan
DILAKSANAKAN BERTAHAP
Mulai dengan Penyempurnaan Protap
Program Pelayanan Yang Paling Siap
Dan Disesuaikan dengan Jumlah
Kunjungan Presiden dan Jumlah Petugas
2
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
KESEHATAN
BAB II
PERENCANAAN
A. Persiapan Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi
Persiapan operasional sangat penting guna menjamin terlaksananya Pelayanan
Terpadu Kesehatan sebagai perwujudan dari Paket Pelayanan Reproduksi
Kesehatan Esensial/PKRE di Puskesmas, untuk mencapai 3 tujuan
1. Petugas Kesehatan mengerti sepenuhnya konsep dasar Paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE)
2. Petugas Kesehatan dapat melaksanakan kegiatan operasional PKRE dengan
benar secara teknis.
3. Masyarakat memperoleh Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi yang
efisien, efektif dan berkualitas setiap kali mereka menggunakan pelayanan
Puskesmas (Sekali Datang Semua Pelayanan Diperoleh)
1.
HIV/AIDS
Kesehatan Reproduksi Remaja
Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi Anborsi
Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
Kanker pada Usia Lanjut dan/atau Osteoporosis, dan
Berbagai program pelayanan lain yang terkait dengan aspek kesehatan
reproduksi, misalnya penanganan kanker leher rahim, kanker payudara dll.
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Langkah pertama :
Cari data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Data ini berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur sasaran Kesehatan Reproduksi
susuai Siklus Hidup (lihat bagan 2). Sumber utama bagi data ini antara lain dapat
diperoleh dari data dasar penduduk yang tersedia di Kecamatan, data laporan Petugas
KB, data laporan Imunisasi, data kohort Ibu dan lain-lain. Untuk mendapatkan data ini,
Petugas tidak perlu melakukan sensus penduduk, kecuali jika data yang tersedia
dianggap sudah kadaluwarsa
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
ANAK
Usia Sekolah
REMAJA
ANAK
Balita
3
2
BAYI
USIA
SUBUR
2
4
Pendekatan
Siklus Hidup
2
2
2
USIA
TUA
A si ekslusif
(dan Ibu
Menyusui)
1
1
P erempuan
Perem puan
& Laki-laki
KONSEPSI
(Ibu Hamil
dan Janin)
Sumber : Unicef
Langkah kedua :
Urutkan kelompok sasaran berdasarkan jumlah dan masalah yang dihadapi
mereka.
Dari segi jumlah, mungkin diperoleh urutan kelompok sasaran sebagai berikut : Remaja
perempuan, Remaja laki-laki, Anak Usia Sekolah laki-laki, Anak Usia Sekolah
perempuan dewasa, Ibu Hamil, Bayi, Perempuan Usia lanjut, Perempuan dewasa, Lakilaki dewasa, dan seterusnya.
Dari segi banyaknya/besarnya masalah maka ada dua criteria utama, yaitu :
a. Masalah yang ada dan mucul dalam bentuk kunjungan ke Puskesmas, dan
b. Masalah yang diketahui ada dalam masyarakat tetapi tidak muncul dalam kunjungan
ke Puskesmas. Masalah yang kedua ini tidak selalu terkait langsung dengan
pelayanan di Puskesmas, misalnya pecandu NAPZA, perkelahian antar anak
sekolah, pekerja seks di wilayah kerja, keluarga dengan hanya satu orang tua dan
lain-lain
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Langkah ke tiga :
Buat daftar pelayanan apa saja yang sudah tersedia di Puskesmas.
Daftar ini meliputi tiga hal, yaitu adanya :
1. Tenaga yang terlatih untuk memberikan pelayanan,
2. Sarana untuk memberikan pelayanan dan,
3. Pedoman teknis dan pedoman administratif, untuk melaksanakan pelayanan
program yang terkait dalam Kesehatan Reproduksi
Catatan :
Berdasarkan kondisi saat ini, maka hampir dapat dipastikan bahwa di semua
Puskesmas telah tersedia pelayanan untuk Ibu Hamil dan Bayi dan Keluarga
Berencana. Di sebagian besar Puskesmas mungkin juga telah tersedia pelaynan untuk
Pencegahan/Penanggulangan Infeksi Menular Seksual(IMS) dan pelayanan untuk
kesehatan Usia Sekolah. Akan tetapi mungkin hanya sebagaian kecil Puskesmas yang
sudah menyediakan pelayanan untuk Kesehatan Reproduksi Remaja.
Langkah ke empat :
Kaitkan antara kebutuhan masyarakat dengan pelayanan yang ada.
Kaittan ini perlu untuk menyimpulkan apa saja pelayanan yang sudah ada belum
tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Berdasarkan kesimpulan
dari kajian atas Program-program pelayanan ini maka Puskesmas perlu segera
membuat dua rencana penting yaitu :
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
4.
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
5.
10
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
ii)
iii)
Melakukan kajian rutin, minimum tiap minggu atau tiap dua minggu,
terhadap pelaksanaan Protap yang baru. Kajian rutin ini dilaksanakan
oleh Tim Kecil Kespro dan sebaiknya secara khusus dilakukan terus
menerus selama tiga bulan pertama sejak Protap yang baru disepakati,
dengan tujuan menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaan Protap
yang baru itu. Setelah terbukti bahwa Protap baru itu telah mantap
dilaksanakan, maka kajian rutin yang khusus ini dapat dihentikan dan
monitoring selanjutnya dilakukan melalui diskusi dalam pertemuan
rutin/bulanan (Lokakarya Mini) yang membahas pengendalian mutu
pelayanan.
Melaksanakan Pelatihan singkat bagi petugas terkait atau
penyediaan sarana tambahan jika perubahan Protap itu memerlukan
penambahan ketrampilan baru bagi petugas dajn/atau penyediaan sarana
baru.
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
11
ii). Melakukan kajian rutin, minimum tiap minggu atau tiap dua minggu,
terhadap manajemen data yang baru. Kajian rutin ini sebaiknya dilakukan
Tim Kecil Kespro secara khusus selama tiga bulan pertama sejak
perubahan manajemen data dimulai, untuk menyempurnakan dan
memantapkan pelaksanaan manajemen data yang baru tersebut. Setelah
terbukti bahwa proses manajemen data yang baru itu telah mantap
dilaksanakan, maka kajian khusus ini dapat di hentikan dan selanjutnya
dimonitor melalui diskusi dalam pertemuan rutin bulanan (Lokakarya Mini)
sebagai bagian dari pengendalian
mutu keseluruhan pelayanan
Puskesmas.
iii). Melaksanakan pelatihan singkat bagi petugas terkait atau penyediaan
sarana, jika perubahan manajemen data ini menyangkut penambahan
ketrampilan baru bagi petugas dan/atau penyediaan sarana baru.
Catatan : Khusus untuk tindak lanjut untuk butir iii (baik untuk pelayanan klinis
maupun manajemen data), perlu dibuat usulan rencana kegiatan khusus guna
mendukung pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi untuk
dimasukkan dalam pengajuan anggaran rutin bulanan, misalnya dengan
memakai dana dari biaya operasional Puskesmas atau memakai dana dari
pengembalian pendapatan Puskesmas.
Penyesuaian alur pelayanan dan manajemen data ini, jelas akan berdampak
terhadap aspek logistic program yang terkait dengan Reproduksi Kesehatan.
Sebagai contoh, adanya tambahan pertanyaan anamnesa dan pemeriksaan
terhadap ibu hamil dalam kaitannya dengan IMS mungkin akan memerlukan :
a. Perubahan pada bagian anamnesa dan pemeriksaan dalam Kartua Pasien
b. Penambahan reagen untuk pemeriksaan IMS dan obat untuk
menanggulangi IMS, karena jumlah sasaran pemeiksaan kemudian tidak
hanya mencakup pasien yang dating ke Balai Pengobatan dengan keluhan
IMS saja tetapi juga mencakup ibu hamil yang dating ke klinik KIA, berikut
pasangannya.
c. Penyediaan alat pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan IMS yang
diperlukan.
12
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
13
BAB III
PELAKSANAAN
14
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Proses uji coba secara bertahap ini sebaiknya tidak lebih dari tiga bulan agar
pada bulan keempat Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi sudah dapat
tersedia dan dinikmati oleh semua ibu hamil yang berkunjung. Langkah uji coba
ini, dengan hanya melayani sebagian ibu hamil, tidak perlu dilakukan jika hasil kajian
menunjukan bahwa Puskesmas telah mampu (memiliki cukup tenaga terlatih) dan
sebagian sarana utama (reagen dan obat) telah tersedia dalam jumlah yang dianggap
cukup.
Sebagai acuan, dapat digunakan contoh penerapan bertahap berikut :
1. Untuk Puskesmas dengan kunjungan ibu hamil 5-10 orang per hari, dapat langsung
memberikan Pelyanan Tepadu Kesehatan Reproduksi kepada semua (100%) ibu
hamil
2. Untuk Puskesmas dengan kunjungan ibu hamil 11-20 orang per hari, dapat
memberikan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi separuh (50%) ibu hamil
dalam 1-3 bulan pertama. Sesudah 3 bulan diharapkan Pelayanan Terpadu
Kesehatan Reproduksi ini sudah dapat diberikan kepada semua (100%) ibu hamil.
3. Untuk Puskesmas dengan kunjungan ibu hamil lebih dari 20 orang per hari, dapat
memberikan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi kepada sepetiga (30%) ibu
hamil dalam 1-6 bulan pertama. Sudah 3 bulan, tetapi tidak lebih dari 6 bulan,
diharapkan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi sudah diberikan kepada
semua (100%) ibu hamil.
B. Penyusunan Rencana Penerapan Pelayanan Terpadu Kespro
Rencana penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi secara bertahap
harus merupakan kesepakatan bersama di Puskesmas dan diketahui oleh setiap
petugas karena menyangkut proses kerja banyak petugas. Misal, penerapan
Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi dengan menjadikan pelayanan Ibu Hamil
dan Bayi Baru Lahir sebagi ujung tombak akan berdampak pada proses kerja (paling
sedikit) empat petugas, yaitu petugas Klinik KIA, petugas Imunisasi, Petugas
Laboratorium dan petugas Kamar Obat. Bahkan mungkin hal ini juga berdampak pada
petugas loket, jika di Puskesmas tersebut petugas loket juga berfungsi melakukan
anamnesa sederhana. Penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi juga
dapat mempengaruhi alur pergerakan klien, sehingga disarankan agar pelayanan yang
berkaitan erat, (missal KIA dan KB) dilaksanakan di ruang yang berdekatan sehinnga
memudahkan klien.
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
13
Apapun rencana penerapan yang dipilih, pada akhir bulan pertama harus
diadakan kajian khusu untuk menilai kelancaran dan keberhasilannya. Penilaian
tersebut berdasarkan 2 aspek, yaitu :
1. Aspek kelancaran dikaji dalam pertemuan bulanan Puskesmas untuk
menyempurnakan alur pelayanan, agar estafet pelayanan klien dari satu petugas ke
petugas yang lain berjalan mulus dan tidak malah membuat klien menjadi harus
lebih lama menunggu dilayani.
2. Aspek keberhasilan dikaji untuk menilai apakah dengan pendekatan itu semakin
banyakn kasus dapat ditemukan dan/atau semakin banyak klien yang dating untuk
mendapatkan pelayanan. Sumber data untuk menilai keberhasilan ini adalah
pengalaman masing-masing peugas yang terkait.
Agar penilaian terhadap langkah-langkah penerapan ini menjadi lebih tepat dan lebih
tajam, dapat dilakukan wawancara sederhana pada beberapa klien secara acak
sebelum mereka meninggalkan Puskesmasn (exit interview). Tujuan utama
wawancara ini adalah untuk mendengar pendapat dan kesan klien tentang lamanya
waktu pelayanan, apakah klien merasacmakin repot karena harus berhubungan dengn
banyak petugas dll. Untuk wawancara ini sebaiknya dipilih 5-10% klien perhari dengan
jumlah klien kunjungan lama lebih banyak sehingga dapat diperoleh kesan yang
membandingkan antara pelayanan sebelumnya (tanpa keterpaduan) dan pelayanan
yang baru (dengan keterpaduan).
16
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
BAB IV
PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
Dua aspek penting dalam pemantauan dan penilaian Pelayanan Terpadu Kesehatan
Reproduksi di Puskesmas, yaitu :
1. Keterpaduan Pelayanan
2. Hasil Pelayanan
Keterpaduan Pelayanan dipantau dan dinilai melalui :
1.
Kajian terhadap catatan dan laporan tentang langkah-langkah persiapan dan
pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi, seperti sosialisasi
informasi, kajian program dalam PKRE, kajaian Protap pelayanan klinis,
penyesuaian Protap, penerapan Protap baru, penyesuaian rencana kebutuhan
logistic dan/atau training staff, dan diskusi rutin dalam Pertemuan Bulanan
Puskesmas. Yang dinilai adalah apakah semua langkah tersebut telah dilakukan
atau belum. Jika belum dilakukan, maka dijelaskan kendalanya dan rencana tindak
lanjut apa yang akan dilakukan Puskesmas untuk mengatasi kendala tersebut.
Untuk melakuakan pemantauan dan penilaian ini dapat digunakan ceklist sederhna
seperti contoh dalam Bagan 5.
Contoh: Khusus untuk kajian terhadap penerapan protap baru, perlu diperhatikan
tahap penerapan yang dipilih (lihat Langkah-Langkah penerapan Pelayanan
Terpadu dalam Bab III)
2.. Kajian antar puskesmas (peer review) yang diintegrasikan sebagai bagian dari
kegatan rutin Gugus Kendali Mutu (Quality Assurance) sesuai dengan pedoman dan
format laporan yang sudah ada. Kegiatan ini berbentuk pertemuan antar dua atau
lebih Puskesmas untuk saling mengkaji catatan dan laporan masing-masing dan
mendiskusikan apa saja tindak lanjut yang harus dilakukan.
Catatan: Keterpaduan Pelayanan dapat juga dipantau dan dinilai oleh Petugas
Kabupaten pada saat mereka melakukan kunjungan puskesmas.
Hasil Pelyanan dipantau dan dinilai melalui:
Kajian atas hasil pencapaian Indikator Kesehatan Reproduksi, yang terdiri dari:
1. Jumlah Ibu mati saat melahirkan
2. Jumlah bayi mati sebelum berusia 1 tahun
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
17
18
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
19
LAMPIRAN 1
20
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Tidak, Karena..
.
Tidak lanjut yang direncanakan untuk mengatasi kendala ini....
5.
Kesehatan Reproduksi
Puskesmas ?
dalam
agenda
rutin
Pertemuan
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Bulanan
19
LAMPIRAN 2
CEKLIST 2 PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
PELAYANAN TERPADU KESEHATAN REPRODUKSI DI
PUSKESMAS
Puskesmas : Kabupaten :.Propinsi:..Tgl.
ASPEK HASIL PELAYANAN
1. Jumlah Ibu mati saat melahirkan
2. Jumlah bayi mati sebelum berusia 1 tahun
3. Cakupan Pelayanan antenatal/K1 (target : 95%)
4. Cakupan Persalinan diolong Tenaga Kesehatan/KN (target :90%)
5. Penaganan komplikasi/kasus obstetri (target : 12% dari persalian)
6. Cakupan pelayanan nifas bagi ibu dan bayi baru lahir (target : 90%)
7. Prevalensi anemia pada ibu hamil (target : 35%)
8. Prevalensi BBLR (target : 5%)
9. Cakupan Pelayanan KB Modem pada PUS (target : 70%)
10. Cakupan Pelayanan KB untuk Lelaki (target : 8%)
11. Prevalensi kehamilan dengan4-terlalu (target : 50% dari data 1997)
12. Penurunan kejadian Komplikasi pelayanan KB
(target semua kasus tertangani)
13. Penurunan angka drop out KB
(target : tidak ada yang drop-out)
14. Prevalensi gonorrhea dalam kelompok risiko tinggi
(target : 10%)
15. Prevalensi angka HIV dalam kelompok risiko tinggi
(target : 1%)
16. Prevalensi Anemia pada remaja (target : 20%)
17. Cakupan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
(target : 85% untuk jalur dalam sekolah)
(target : 20% untuk jalur diluar sekolah)
20
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
.
Tidak lanjut yang direncanakan untuk mengatasi kendala ini
.
2.
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
23
IBU
ANA MNESIS
I dentitas
St atu s
Ke spro :
- Umu r K ehamila n
- Resiko penularan P MS
- riwayat K tP
Stat us ke s
sela ma kehamilan
PEMERIKSAAN FISIK :
Umum
- TFU, DJJ
- P ayud ara
- Vu lva :a.I. tan da PMS
PELAYAN AN :
TTD
TT
Trimeste r I :
Trimester I I :
Trimester I II :
- Gizi
- Trimester I +
- Trimester II +
- Istirahat
- K eutun gan AS I
- Perawatan ba yi ba ru lahir
- P ersiapan persalin an
- KB post pa rt um
komplikasi
keh amilan
- Ku njun gan berikut nya
Pena nganan
24
- Tanda-tanda baha ya
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
HAMIL
A NAMN ESIS :
Keluhan
Perawatan diri :
- Makanan yang dikonsumsi
- K tp, PMS
Upaya pencegahan :
- TTD
- Suntik TT
PEMERIKSAAN FISIK :
Umum
- TFU, DJJ
- Payudara
- Leopold I-IV
PELAYANAN :
TTD
TT
Trimester I :
Trimest er II :
Trimest er III :
- G izi
- Trimester I +
- Trimester II +
- I stirahat
- Keutungan ASI
- Persiapan persalinan
- KB post partum
- Tanda-tanda bahaya
kemungkinan adanya
komplikasi
kehamilan
- Kunjungan berikutnya
Penanganan
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
25
ANAMNESIS : (pa da Kead aan mend esak anamne sis dapat dilakukan
be rsama den gan pemeriksaan fisik
Identitas
PEMERIKSAAN FISIK :
pe rsalinan
Pantau
Perawatan
ibu
Perawatan
KONSELING
26
Perawatan ibu
KB p ost partum
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
IBU
AN AMNESIS
Keluhan
IBU
- Jumlah pe rdarahan
- Ad anya bengkak, pusing, nyeri
yang ditemukan :
- Ad anya demam
- Gangguan lain
- Sulit bernafas
- Riwayat persalinan
Perawatan diri :
- Makanan yang dikonsumsi
- Higiene
setelah lahir
Perawatan bayi :
- Perawatan tali pusat
- Pemberian ASI
- Cara menjaga suhu tubuh
PEMERIKSA AN FISIK :
Umum
Vulva :
PEMERIKSAAN FISIK :
- Banyaknya perdarahan
Keadaan
Pelayanan
PELAYANAN :
Konseling :
- Perawatan diri
- Perwatan b ayi
- KB post partum
PELAYANAN :
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
27
BA GA N ALUR PELAYANA N KB
KLIEN
Calon Akseptr KB
AN AMNESIS :
Identitas
Akseptor KB
AN AMNESIS :
Statu s
dipakai
Status kesehatan :
-
Status Kespro :
-
4 terlalu
Ktp
metode KB sekarang
Tujua n datang & keluhan yang ada
Status kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah
diderita
Penyakit yang sedang diderita
Status kes. Reproduksi
Hamil/tidak hamil, Paska
Keguguran
4 terlalu
resiko penularan PMS
Ktp
Informasi
Penjelasan
metode KB
dirasakan
(inform concent)
PEMERIKSAAN FISIK :
Um um (tanda-tanda Ktp)
Organ reproduksi
Gejala PMS
Umum :
O r ga n r e pr od u ksi G e ja la -g e ja la P M S
PELAYANAN KONTRASEPS I:
PELAYANAN KONTRASEPSI:
Pemberian/pelayanan ulang
calon akseptor
KB yang diberkan
28
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
KONTAK REMAJA
ANAMNESISI
Id entitas
Hal - hal ya ng perlu d ihindari : nap za, termasuk rokok dan minuman keras ;
se rta pe rgau lan be bas
ke hamilan
KB
PMS/HIV/AI DS
Fisik
Psikis
Kekerasan
Umum :
-
Khusus :
-
PELAYANAN KONSELING
Persiapa n berkeluarga
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
29
KATA PENGANTAR
iii
iv
KATA SAMBUTAN
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
iii
KATA SAMBUTAN
PENDAHULUAN .
II.
PERENCANAAN .
PELAKSANAAN .
14
14
20
vii
26
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia menetapkan bahwa Kesehatan
Reproduksi mencakup lima komponen/program terkait, yaitu Program Kesehatan Ibu
dan Bayi Baru Lahir, Program Keluarga Berencana, Program Kesehatan Reproduksi
Remaja, Program Pemcegahan dan Penanganan Penyakit Menular Seksual termasuk
HIV/AIDS, Dn Program Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut. Pelaksanaan
Kesehatan Reproduksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan siklus hidup (lifecycle approach) agar diperoleh sasaran yang pasti dan pelayanan yang jelas
berdasarkankepentingan sasaran/klien dengan memperhatikan hak reproduksi mereka
Pada saat ini, prioritas Kesehatan Reproduksi di Indonesia mencakup empat
komponen/program terkait yaitu Kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga
Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja, serta Pencegahan dan Penaggulangan
Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS. Pelayanan yang mencakup
empat komponen/program prioritas yang terkait ini disebut Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Esensial (PKRE). Jika PKRE ditambah dengan pelayanan yang
diberikan akan mencakup seluruh (lima) komponen Kesehatan Reproduksi, yang
disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komrehensif (PKRK).
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial/PKRE, dengan demikian
bertumpu pada pelayanan dari masing-masing program terkait yang sudah tersedia di
tingkat pelayanan dasar. Ini berarti bahwa Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Esensial bukan suatu program pelayanan yang baru maupun berdiri sendiri, tetapi
merupakan keterpaduan berbagai pelayanan dari program yang terkait itu, dengan
tujuan agar sasaran memperoleh semua pelayanan secara terpadu dan berkualitas,
termasuk dalam aspek komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Dalam kerangka
Kesehatan Reproduksi, maka pelayanan masing-masing program terkait akan
didsarkan pada kepentingan sasaran/konsumen sesuai dengan tahap dalam siklus
hidup.
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Bentuk Operasional dari kegiatan PKRE ini adalah Pelayanan Terpadu Kesehatan
Reproduksi yang terdiri atas pelayanan dari masing-masing program-program terkait
yang dilaksanakan secara terpadu, berkualitas, dan didasarkan pada kepentingan
sasaran/klien dengan memperhatikan hak Reproduksi mereka.
Pola Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi
Untuk membantu Petugas Kesehatan di tingkat pelayanan dasar agar mudah
melaksanakan keterpaduan empat komponen prioritas tersebut, maka dikembangkan
Pola Oerasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi (lihat Bagan 1)
BAGAN 1 :
REPRODKSI
POLA OPERASIONAL
PERENCANAAN
PELAYANAN
TERPADU
PEMANTAUAN dan
PENILAIAN
PELAKSANAAN
PERSIAPAN :
PENERAPAN
Penyesuaian Protap
1. Sosialisasi Kesehatan
Pelayanan Terpadu untuk
Reproduksi
Pelayanan :
2. Kajian Program
1. Kesehatan Ibu & Bayi
Pelayanan yang tekait
Baru Lahir
3. Kajian Pelayanan Klinis
2. 2. Keluarga Berencana
4. Kajian Manajemen Data
3. 3. Kesehatan Reproduksi
5. Penyusuaian Alur
4.
Remaja
Pelayanan Klinis,
5. 4. Pencegahan dan
Manajemen Data
Penanggulangan
Dan Logistik Paket
PMS/HIV/AIDS
PKRE
6. 5. Kesehatan Reproduksi
Usia Lanjut
PENCATATAN dan
PELAPORAN
1.
2.
Keterpaduan
Pelayanan
Hasil Pelayanan
DILAKSANAKAN BERTAHAP
Mulai dengan Penyempurnaan Protap
Program Pelayanan Yang Paling Siap
Dan Disesuaikan dengan Jumlah
Kunjungan Presiden dan Jumlah Petugas
2
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
KESEHATAN
BAB II
PERENCANAAN
A. Persiapan Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi
Persiapan operasional sangat penting guna menjamin terlaksananya Pelayanan
Terpadu Kesehatan sebagai perwujudan dari Paket Pelayanan Reproduksi
Kesehatan Esensial/PKRE di Puskesmas, untuk mencapai 3 tujuan
1. Petugas Kesehatan mengerti sepenuhnya konsep dasar Paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE)
2. Petugas Kesehatan dapat melaksanakan kegiatan operasional PKRE dengan
benar secara teknis.
3. Masyarakat memperoleh Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi yang
efisien, efektif dan berkualitas setiap kali mereka menggunakan pelayanan
Puskesmas (Sekali Datang Semua Pelayanan Diperoleh)
1.
HIV/AIDS
Kesehatan Reproduksi Remaja
Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi Anborsi
Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
Kanker pada Usia Lanjut dan/atau Osteoporosis, dan
Berbagai program pelayanan lain yang terkait dengan aspek kesehatan
reproduksi, misalnya penanganan kanker leher rahim, kanker payudara dll.
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Langkah pertama :
Cari data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Data ini berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur sasaran Kesehatan Reproduksi
susuai Siklus Hidup (lihat bagan 2). Sumber utama bagi data ini antara lain dapat
diperoleh dari data dasar penduduk yang tersedia di Kecamatan, data laporan Petugas
KB, data laporan Imunisasi, data kohort Ibu dan lain-lain. Untuk mendapatkan data ini,
Petugas tidak perlu melakukan sensus penduduk, kecuali jika data yang tersedia
dianggap sudah kadaluwarsa
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
ANAK
Usia Sekolah
REMAJA
ANAK
Balita
3
2
BAYI
USIA
SUBUR
2
4
Pendekatan
Siklus Hidup
2
2
2
USIA
TUA
A si ekslusif
(dan Ibu
Menyusui)
1
1
P erempuan
Perem puan
& Laki-laki
KONSEPSI
(Ibu Hamil
dan Janin)
Sumber : Unicef
Langkah kedua :
Urutkan kelompok sasaran berdasarkan jumlah dan masalah yang dihadapi
mereka.
Dari segi jumlah, mungkin diperoleh urutan kelompok sasaran sebagai berikut : Remaja
perempuan, Remaja laki-laki, Anak Usia Sekolah laki-laki, Anak Usia Sekolah
perempuan dewasa, Ibu Hamil, Bayi, Perempuan Usia lanjut, Perempuan dewasa, Lakilaki dewasa, dan seterusnya.
Dari segi banyaknya/besarnya masalah maka ada dua criteria utama, yaitu :
a. Masalah yang ada dan mucul dalam bentuk kunjungan ke Puskesmas, dan
b. Masalah yang diketahui ada dalam masyarakat tetapi tidak muncul dalam kunjungan
ke Puskesmas. Masalah yang kedua ini tidak selalu terkait langsung dengan
pelayanan di Puskesmas, misalnya pecandu NAPZA, perkelahian antar anak
sekolah, pekerja seks di wilayah kerja, keluarga dengan hanya satu orang tua dan
lain-lain
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Langkah ke tiga :
Buat daftar pelayanan apa saja yang sudah tersedia di Puskesmas.
Daftar ini meliputi tiga hal, yaitu adanya :
1. Tenaga yang terlatih untuk memberikan pelayanan,
2. Sarana untuk memberikan pelayanan dan,
3. Pedoman teknis dan pedoman administratif, untuk melaksanakan pelayanan
program yang terkait dalam Kesehatan Reproduksi
Catatan :
Berdasarkan kondisi saat ini, maka hampir dapat dipastikan bahwa di semua
Puskesmas telah tersedia pelayanan untuk Ibu Hamil dan Bayi dan Keluarga
Berencana. Di sebagian besar Puskesmas mungkin juga telah tersedia pelaynan untuk
Pencegahan/Penanggulangan Infeksi Menular Seksual(IMS) dan pelayanan untuk
kesehatan Usia Sekolah. Akan tetapi mungkin hanya sebagaian kecil Puskesmas yang
sudah menyediakan pelayanan untuk Kesehatan Reproduksi Remaja.
Langkah ke empat :
Kaitkan antara kebutuhan masyarakat dengan pelayanan yang ada.
Kaittan ini perlu untuk menyimpulkan apa saja pelayanan yang sudah ada belum
tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Berdasarkan kesimpulan
dari kajian atas Program-program pelayanan ini maka Puskesmas perlu segera
membuat dua rencana penting yaitu :
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
4.
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
5.
10
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
ii)
iii)
Melakukan kajian rutin, minimum tiap minggu atau tiap dua minggu,
terhadap pelaksanaan Protap yang baru. Kajian rutin ini dilaksanakan
oleh Tim Kecil Kespro dan sebaiknya secara khusus dilakukan terus
menerus selama tiga bulan pertama sejak Protap yang baru disepakati,
dengan tujuan menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaan Protap
yang baru itu. Setelah terbukti bahwa Protap baru itu telah mantap
dilaksanakan, maka kajian rutin yang khusus ini dapat dihentikan dan
monitoring selanjutnya dilakukan melalui diskusi dalam pertemuan
rutin/bulanan (Lokakarya Mini) yang membahas pengendalian mutu
pelayanan.
Melaksanakan Pelatihan singkat bagi petugas terkait atau
penyediaan sarana tambahan jika perubahan Protap itu memerlukan
penambahan ketrampilan baru bagi petugas dajn/atau penyediaan sarana
baru.
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
11
ii). Melakukan kajian rutin, minimum tiap minggu atau tiap dua minggu,
terhadap manajemen data yang baru. Kajian rutin ini sebaiknya dilakukan
Tim Kecil Kespro secara khusus selama tiga bulan pertama sejak
perubahan manajemen data dimulai, untuk menyempurnakan dan
memantapkan pelaksanaan manajemen data yang baru tersebut. Setelah
terbukti bahwa proses manajemen data yang baru itu telah mantap
dilaksanakan, maka kajian khusus ini dapat di hentikan dan selanjutnya
dimonitor melalui diskusi dalam pertemuan rutin bulanan (Lokakarya Mini)
sebagai bagian dari pengendalian
mutu keseluruhan pelayanan
Puskesmas.
iii). Melaksanakan pelatihan singkat bagi petugas terkait atau penyediaan
sarana, jika perubahan manajemen data ini menyangkut penambahan
ketrampilan baru bagi petugas dan/atau penyediaan sarana baru.
Catatan : Khusus untuk tindak lanjut untuk butir iii (baik untuk pelayanan klinis
maupun manajemen data), perlu dibuat usulan rencana kegiatan khusus guna
mendukung pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi untuk
dimasukkan dalam pengajuan anggaran rutin bulanan, misalnya dengan
memakai dana dari biaya operasional Puskesmas atau memakai dana dari
pengembalian pendapatan Puskesmas.
Penyesuaian alur pelayanan dan manajemen data ini, jelas akan berdampak
terhadap aspek logistic program yang terkait dengan Reproduksi Kesehatan.
Sebagai contoh, adanya tambahan pertanyaan anamnesa dan pemeriksaan
terhadap ibu hamil dalam kaitannya dengan IMS mungkin akan memerlukan :
a. Perubahan pada bagian anamnesa dan pemeriksaan dalam Kartua Pasien
b. Penambahan reagen untuk pemeriksaan IMS dan obat untuk
menanggulangi IMS, karena jumlah sasaran pemeiksaan kemudian tidak
hanya mencakup pasien yang dating ke Balai Pengobatan dengan keluhan
IMS saja tetapi juga mencakup ibu hamil yang dating ke klinik KIA, berikut
pasangannya.
c. Penyediaan alat pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan IMS yang
diperlukan.
12
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
13
BAB III
PELAKSANAAN
14
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Proses uji coba secara bertahap ini sebaiknya tidak lebih dari tiga bulan agar
pada bulan keempat Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi sudah dapat
tersedia dan dinikmati oleh semua ibu hamil yang berkunjung. Langkah uji coba
ini, dengan hanya melayani sebagian ibu hamil, tidak perlu dilakukan jika hasil kajian
menunjukan bahwa Puskesmas telah mampu (memiliki cukup tenaga terlatih) dan
sebagian sarana utama (reagen dan obat) telah tersedia dalam jumlah yang dianggap
cukup.
Sebagai acuan, dapat digunakan contoh penerapan bertahap berikut :
1. Untuk Puskesmas dengan kunjungan ibu hamil 5-10 orang per hari, dapat langsung
memberikan Pelyanan Tepadu Kesehatan Reproduksi kepada semua (100%) ibu
hamil
2. Untuk Puskesmas dengan kunjungan ibu hamil 11-20 orang per hari, dapat
memberikan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi separuh (50%) ibu hamil
dalam 1-3 bulan pertama. Sesudah 3 bulan diharapkan Pelayanan Terpadu
Kesehatan Reproduksi ini sudah dapat diberikan kepada semua (100%) ibu hamil.
3. Untuk Puskesmas dengan kunjungan ibu hamil lebih dari 20 orang per hari, dapat
memberikan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi kepada sepetiga (30%) ibu
hamil dalam 1-6 bulan pertama. Sudah 3 bulan, tetapi tidak lebih dari 6 bulan,
diharapkan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi sudah diberikan kepada
semua (100%) ibu hamil.
B. Penyusunan Rencana Penerapan Pelayanan Terpadu Kespro
Rencana penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi secara bertahap
harus merupakan kesepakatan bersama di Puskesmas dan diketahui oleh setiap
petugas karena menyangkut proses kerja banyak petugas. Misal, penerapan
Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi dengan menjadikan pelayanan Ibu Hamil
dan Bayi Baru Lahir sebagi ujung tombak akan berdampak pada proses kerja (paling
sedikit) empat petugas, yaitu petugas Klinik KIA, petugas Imunisasi, Petugas
Laboratorium dan petugas Kamar Obat. Bahkan mungkin hal ini juga berdampak pada
petugas loket, jika di Puskesmas tersebut petugas loket juga berfungsi melakukan
anamnesa sederhana. Penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi juga
dapat mempengaruhi alur pergerakan klien, sehingga disarankan agar pelayanan yang
berkaitan erat, (missal KIA dan KB) dilaksanakan di ruang yang berdekatan sehinnga
memudahkan klien.
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
13
Apapun rencana penerapan yang dipilih, pada akhir bulan pertama harus
diadakan kajian khusu untuk menilai kelancaran dan keberhasilannya. Penilaian
tersebut berdasarkan 2 aspek, yaitu :
1. Aspek kelancaran dikaji dalam pertemuan bulanan Puskesmas untuk
menyempurnakan alur pelayanan, agar estafet pelayanan klien dari satu petugas ke
petugas yang lain berjalan mulus dan tidak malah membuat klien menjadi harus
lebih lama menunggu dilayani.
2. Aspek keberhasilan dikaji untuk menilai apakah dengan pendekatan itu semakin
banyakn kasus dapat ditemukan dan/atau semakin banyak klien yang dating untuk
mendapatkan pelayanan. Sumber data untuk menilai keberhasilan ini adalah
pengalaman masing-masing peugas yang terkait.
Agar penilaian terhadap langkah-langkah penerapan ini menjadi lebih tepat dan lebih
tajam, dapat dilakukan wawancara sederhana pada beberapa klien secara acak
sebelum mereka meninggalkan Puskesmasn (exit interview). Tujuan utama
wawancara ini adalah untuk mendengar pendapat dan kesan klien tentang lamanya
waktu pelayanan, apakah klien merasacmakin repot karena harus berhubungan dengn
banyak petugas dll. Untuk wawancara ini sebaiknya dipilih 5-10% klien perhari dengan
jumlah klien kunjungan lama lebih banyak sehingga dapat diperoleh kesan yang
membandingkan antara pelayanan sebelumnya (tanpa keterpaduan) dan pelayanan
yang baru (dengan keterpaduan).
16
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
BAB IV
PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
Dua aspek penting dalam pemantauan dan penilaian Pelayanan Terpadu Kesehatan
Reproduksi di Puskesmas, yaitu :
1. Keterpaduan Pelayanan
2. Hasil Pelayanan
Keterpaduan Pelayanan dipantau dan dinilai melalui :
1.
Kajian terhadap catatan dan laporan tentang langkah-langkah persiapan dan
pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi, seperti sosialisasi
informasi, kajian program dalam PKRE, kajaian Protap pelayanan klinis,
penyesuaian Protap, penerapan Protap baru, penyesuaian rencana kebutuhan
logistic dan/atau training staff, dan diskusi rutin dalam Pertemuan Bulanan
Puskesmas. Yang dinilai adalah apakah semua langkah tersebut telah dilakukan
atau belum. Jika belum dilakukan, maka dijelaskan kendalanya dan rencana tindak
lanjut apa yang akan dilakukan Puskesmas untuk mengatasi kendala tersebut.
Untuk melakuakan pemantauan dan penilaian ini dapat digunakan ceklist sederhna
seperti contoh dalam Bagan 5.
Contoh: Khusus untuk kajian terhadap penerapan protap baru, perlu diperhatikan
tahap penerapan yang dipilih (lihat Langkah-Langkah penerapan Pelayanan
Terpadu dalam Bab III)
2.. Kajian antar puskesmas (peer review) yang diintegrasikan sebagai bagian dari
kegatan rutin Gugus Kendali Mutu (Quality Assurance) sesuai dengan pedoman dan
format laporan yang sudah ada. Kegiatan ini berbentuk pertemuan antar dua atau
lebih Puskesmas untuk saling mengkaji catatan dan laporan masing-masing dan
mendiskusikan apa saja tindak lanjut yang harus dilakukan.
Catatan: Keterpaduan Pelayanan dapat juga dipantau dan dinilai oleh Petugas
Kabupaten pada saat mereka melakukan kunjungan puskesmas.
Hasil Pelyanan dipantau dan dinilai melalui:
Kajian atas hasil pencapaian Indikator Kesehatan Reproduksi, yang terdiri dari:
1. Jumlah Ibu mati saat melahirkan
2. Jumlah bayi mati sebelum berusia 1 tahun
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
17
18
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
19
LAMPIRAN 1
20
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Tidak, Karena..
.
Tidak lanjut yang direncanakan untuk mengatasi kendala ini....
5.
Kesehatan Reproduksi
Puskesmas ?
dalam
agenda
rutin
Pertemuan
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
Bulanan
19
LAMPIRAN 2
CEKLIST 2 PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
PELAYANAN TERPADU KESEHATAN REPRODUKSI DI
PUSKESMAS
Puskesmas : Kabupaten :.Propinsi:..Tgl.
ASPEK HASIL PELAYANAN
1. Jumlah Ibu mati saat melahirkan
2. Jumlah bayi mati sebelum berusia 1 tahun
3. Cakupan Pelayanan antenatal/K1 (target : 95%)
4. Cakupan Persalinan diolong Tenaga Kesehatan/KN (target :90%)
5. Penaganan komplikasi/kasus obstetri (target : 12% dari persalian)
6. Cakupan pelayanan nifas bagi ibu dan bayi baru lahir (target : 90%)
7. Prevalensi anemia pada ibu hamil (target : 35%)
8. Prevalensi BBLR (target : 5%)
9. Cakupan Pelayanan KB Modem pada PUS (target : 70%)
10. Cakupan Pelayanan KB untuk Lelaki (target : 8%)
11. Prevalensi kehamilan dengan4-terlalu (target : 50% dari data 1997)
12. Penurunan kejadian Komplikasi pelayanan KB
(target semua kasus tertangani)
13. Penurunan angka drop out KB
(target : tidak ada yang drop-out)
14. Prevalensi gonorrhea dalam kelompok risiko tinggi
(target : 10%)
15. Prevalensi angka HIV dalam kelompok risiko tinggi
(target : 1%)
16. Prevalensi Anemia pada remaja (target : 20%)
17. Cakupan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
(target : 85% untuk jalur dalam sekolah)
(target : 20% untuk jalur diluar sekolah)
20
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
.
Tidak lanjut yang direncanakan untuk mengatasi kendala ini
.
2.
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
23
IBU
ANA MNESIS
I dentitas
St atu s
Ke spro :
- Umu r K ehamila n
- Resiko penularan P MS
- riwayat K tP
Stat us ke s
sela ma kehamilan
PEMERIKSAAN FISIK :
Umum
- TFU, DJJ
- P ayud ara
- Vu lva :a.I. tan da PMS
PELAYAN AN :
TTD
TT
Trimeste r I :
Trimester I I :
Trimester I II :
- Gizi
- Trimester I +
- Trimester II +
- Istirahat
- K eutun gan AS I
- Perawatan ba yi ba ru lahir
- P ersiapan persalin an
- KB post pa rt um
komplikasi
keh amilan
- Ku njun gan berikut nya
Pena nganan
24
- Tanda-tanda baha ya
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
HAMIL
A NAMN ESIS :
Keluhan
Perawatan diri :
- Makanan yang dikonsumsi
- K tp, PMS
Upaya pencegahan :
- TTD
- Suntik TT
PEMERIKSAAN FISIK :
Umum
- TFU, DJJ
- Payudara
- Leopold I-IV
PELAYANAN :
TTD
TT
Trimester I :
Trimest er II :
Trimest er III :
- G izi
- Trimester I +
- Trimester II +
- I stirahat
- Keutungan ASI
- Persiapan persalinan
- KB post partum
- Tanda-tanda bahaya
kemungkinan adanya
komplikasi
kehamilan
- Kunjungan berikutnya
Penanganan
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
25
ANAMNESIS : (pa da Kead aan mend esak anamne sis dapat dilakukan
be rsama den gan pemeriksaan fisik
Identitas
PEMERIKSAAN FISIK :
pe rsalinan
Pantau
Perawatan
ibu
Perawatan
KONSELING
26
Perawatan ibu
KB p ost partum
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
IBU
AN AMNESIS
Keluhan
IBU
- Jumlah pe rdarahan
- Ad anya bengkak, pusing, nyeri
yang ditemukan :
- Ad anya demam
- Gangguan lain
- Sulit bernafas
- Riwayat persalinan
Perawatan diri :
- Makanan yang dikonsumsi
- Higiene
setelah lahir
Perawatan bayi :
- Perawatan tali pusat
- Pemberian ASI
- Cara menjaga suhu tubuh
PEMERIKSA AN FISIK :
Umum
Vulva :
PEMERIKSAAN FISIK :
- Banyaknya perdarahan
Keadaan
Pelayanan
PELAYANAN :
Konseling :
- Perawatan diri
- Perwatan b ayi
- KB post partum
PELAYANAN :
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
27
BA GA N ALUR PELAYANA N KB
KLIEN
Calon Akseptr KB
AN AMNESIS :
Identitas
Akseptor KB
AN AMNESIS :
Statu s
dipakai
Status kesehatan :
-
Status Kespro :
-
4 terlalu
Ktp
metode KB sekarang
Tujua n datang & keluhan yang ada
Status kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah
diderita
Penyakit yang sedang diderita
Status kes. Reproduksi
Hamil/tidak hamil, Paska
Keguguran
4 terlalu
resiko penularan PMS
Ktp
Informasi
Penjelasan
metode KB
dirasakan
(inform concent)
PEMERIKSAAN FISIK :
Um um (tanda-tanda Ktp)
Organ reproduksi
Gejala PMS
Umum :
O r ga n r e pr od u ksi G e ja la -g e ja la P M S
PELAYANAN KONTRASEPS I:
PELAYANAN KONTRASEPSI:
Pemberian/pelayanan ulang
calon akseptor
KB yang diberkan
28
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
KONTAK REMAJA
ANAMNESISI
Id entitas
Hal - hal ya ng perlu d ihindari : nap za, termasuk rokok dan minuman keras ;
se rta pe rgau lan be bas
ke hamilan
KB
PMS/HIV/AI DS
Fisik
Psikis
Kekerasan
Umum :
-
Khusus :
-
PELAYANAN KONSELING
Persiapa n berkeluarga
Kesehatan Reproduksi
Pedoman Operasional
29